Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TUTORIAL KE-2

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


Nama : Utari Amalia Fadjrin
NIM : 041789297
Program Studi : S-1 Akuntansi
UPBJJ : 21/ Jakarta
Kode/Nama Matakuliah : ADBI4432.28 / Bisnis Internasional

Praktek Proteksionisme
Perang dagang antara Amerika dan Tiongkok akan semakin memanas dan memberikan kejutan
bagi seluruh negara dalam pusaran ekonomi dan politik, setelah berpaling dari ekonomi dunia
menjadi “America First”, akhirnya Amerika menarik semua projek ekonomi mereka di luar
negeri yang tidak memberikan keuntungan yang nyata bagi Amerika.
Menurut anda, apakah kebijakan ini masih kondusif untuk perdagangan
internasional saat ini?
Menurut pandangan saya, kebijakan ini akan mempengaruhi perdagangan dunia dan akan
memicu gejolak dari Negara-nergara dunia. Isu demi kepentingan masyarakat AS selalu
dikumandangkan oleh AS sejak lama bersamaan dengan isu kepentingan masyarakat dunia.
Namun dibalik itu, AS sadar bahwa AS punya kelebihan potensi pasar dalam negeri yg cukup
kuat. Dan itu merupakan kekuatan tersendiri dalam melakukan bargaining position ( posisi tawar
menawar) dengan partner-partnernya diluar negeri.

Apa dampak yang mungkin terjadi dari negara-negara yang bekerjasama dengan
AS? Dan keuntungan apa yang didapat dari negara pesang Tiongkok atas kebijakan
tersebut.
Proteksionisme adalah sebuah pedang bermata dua. Masalahnya, pedang yang menusuk
ke dalam jauh lebih tajam dibandingkan yang ke luar.
Pedang yang menusuk ke luar menyakiti kompetitifitas harga produk impor. Produk-
produk luar dengan harga pasar lebih rendah menjadi naik karena bea, tarif, pajak, dan lain
sebagainya. Dengan ini, produsen di dalam negeri diuntungkan untuk sementara waktu. Namun,
konsumen dalam negeri yang menanggung kerugiannya. Mereka tidak bisa membeli produk
impor dengan harga yang lebih rendah.
Disinilah pedang yang menusuk ke dalam dimulai. Proteksionisme menyakiti
kompetitifitas produsen, akses pasar bagi produsen, dan konsumen. Akibat proteksionisme,
produsen menjadi bergantung pada halangan perdagangan untuk menjadi kompetitif. Selain itu,
kurungan proteksionisme juga menghalangi produsen untuk mendapatkan bahan baku dan
konsumen dari luar negeri.
Ketika produsen tidak kompetitif secara riil dan tidak memiliki akses luas terhadap bahan
baku murah dan konsumen asing, harga output mereka pasti meningkat. Ditambah dengan
produk impor yang sengaja dibuat mahal, harga output secara makro semakin tinggi. Akhirnya,
terjadi inflationary spiral dalam perekonomian yang mengurangi daya beli konsumen secara
drastic.
Ketika sebagian besar pelaku pasar sepakat akan ada pengaruh buruk terhadap ekonomi
dunia, beberapa negara justru mendapat manfaat dari perang dagang tersebut. Pasalnya, hal
tersebut bisa menciptakan potensi pasar bagi negara lain untuk memperbesar ekspornya.
Memanasnya perang dagang antara Washington dan Beijing sangat diamati oleh Asia Tenggara,
di mana beberapa perekonomian yang fokus pada ekspor bisa memperoleh keuntungan dari
konflik ini. Naiknya upah buruh di China sudah mempercepat dorongan bagi negara-negara
seperti Vietnam dan Kamboja, di mana sepatu Adidas, kaus H&M, dan ponsel Samsung dibuat
dengan ongkos murah. Namun, perang dagang semakin mempercepat proses tersebut. Beberapa
perusahaan China beralih ke kawasan Asia Tenggara untuk memproduksi barang-barang. Meski
terdapat keuntungan jangka pendek ke Asia Tenggara, beberapa analis mengingatkan bahwa
keuntungan jangka panjang kemungkinan tidak secerah itu.

Apakah akan ada dampaknya terhadap perdagangan dengan Indonesia, sebagai salah satu
negara berkembang,?
Sesungguhnya kelompok kuat yang berada disekitar AS adalah mereka yang memperoleh
manfaat besar dengan policy presiden AS ke 45 itu. kelompok ini adalah kaum elit yang
jumlahnya sedikit, menguasai asset besar dan berada di puncak segitiga struktur sosial
masyarakat AS serta memiliki pengaruh besar terhadap penguasa AS.
Policy perdagangan AS juga diprediksi akan merugikan kaum miskin di dunia. Ditariknya modal
AS diluar, dimasukkannya basis usaha dan industri dari negara-negara lain kedalam wilayah AS
juga menimbulkan luka dalam berupa berkurangnya lapangan kerja bagi masyarakat dinegara-
negara yang sebelumnya menjadi basis modal dan industri besar.
Padahal setelah modal kembali ke AS dan industri beroperasi di AS, sesuai dengan mekanisme
neoliberalisme yang telah menjadi keyakinan rezim penguasa AS selama ini, pasti menimbulkan
gap yang dalam antara Pengusaha (Owners) dan buruh (karyawan).
Maka tak diragukan lagi, kebijakan pemerintah AS terhadap perdagangan global dan ekonomi
pada umumnya, akan melahirkan kesengsaraan bagi kaum miskin didalam dan diluar AS,
termasuk di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai