Anda di halaman 1dari 11

Lex Crimen Vol. VIII/No.

3/Maret/2019

KELALAIAN YANG MENGAKIBATKAN MATINYA satu tahun atau pidana denda paling banyak
ORANG MENURUT PERUNDANG – UNDANGAN empat ribu lima ratus rupiah, jika karena
YANG BERLAKU1 perbuatan itu timbul bahaya umum bagi
Oleh: Aprianto J. Muhaling2 barang, jika karena perbuatan itu timbul bahaya
bagi nyawa orang lain, atau jika karena
ABSTRAK perbuatan itu mengakibatkan orang mati.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk Kata kunci: kelalaian;
mengetahui bagaimana kriteria perbuatan
disebut sebagai suatu kelalaian (culpa) dalam PENDAHULUAN
Hukum Pidana dan bagaimana A. Latar Belakang
pertanggungjawaban pidana pelaku kelalaian Pelaku tindak pidana kelalaian yang
yang mengakibatkan matinya orang menurut mengakibatkan matinya orang dapat dijerat
perundang – undangan yang berlaku, di mana dengan Pasal 359 KUHP yang berbunyi:
dengan menggunakan metode penelitian “Barangsiapa karena kesalahannya
hukum normative disimpulkan bahwa: 1. Culpa menyebabkan matinya orang dihukum penjara
atau kelalaian, dibagi atas 2 (dua) jenis selama-lamanya lima tahun atau kurungan
yakni :Kesalahan kasar, grove schuld atau selama-lamanya satu tahun3”. Menurut R.
culpa lata; dan Kesalahan ringan, lichte Soesilo, dalam penjelasan pasal disebutkan
schuld atau culpa levis. Dalam Yurisprudensi bahwa kematian dalam konteks Pasal 359 KUHP
di Negeri Belanda, yang dipakai sebagai ini tidak dimaksudkan samasekali oleh pelaku.
ukuran dalam menentukan apakah Kematian tersebut hanya merupakan akibat
seseorang itu dapat dipidana sedangkan kurang hati-hati atau lalainya terdakwa (delik
kategori perbuatannya adalah kelalaian kulpa). Jika kematian itu dikehendaki terdakwa,
bahwa :“een min of meer grove of maka pasal yang pas adalah Pasal 338 atau 340
aanmerkelijke onvoorzichtigheid KUHP4”
onachtzaamheid of nalatigheid” (sifat kurang Contoh kasus Tindak Pidana Kelalaian yang
hati-hati yang agak kasar dan nyata, kurang mengakibatkan matinya orang dapat dilihat dari
perhatian atau ada kelalaian). Unsur-unsur satu kasus yang sangat mendapatkan perhatian
yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain pemerhati hukum se Indonesia yang terjadi di
untuk membentuk culpa (kealpaan/kelalaian) Manado pada tahun 2010, yang dikenal dengan
adalah : pembuat dapat menduga kasus Dokter Dewa Ayu Sasiary Prawani
(voorzienbaarheid) akan akibat; dan pembuat bersama dokter Hendry Simanjuntak dan
tidak berhati-hati (onvoorzichtigheid). 2. dokter Hendy Siagian. Jika dilihat dari kronologi
Bahwa pertanggungjawaban pidana dari pelaku kasus, ketiga terdakwa dideskripsikan
kelalaian yang mengakibatkan matinya orang melakukan kelalaian pada saat melakukan
menurut Pasal 359 KUHP adalah diancam operasi Cito Seccio Sesaria yang berakibat pada
dengan pidana penjara paling lama lima terjadinya emboli pada bilik kanan jantung
tahun atau kurungan paling lama satu korban dan berujung pada gagalnya fungsi paru
tahun”. Karena mati orang disini tidak dan jantung shingga korban meninggal dunia.
dimaksud sama sekali oleh terdakwa, akan Bahwa dalam proses melakukan tindak pidana
tetapi kematian tersebut hanya merupakan tersebut, ketiga terdakwa didakwa melakukan
akibat daripada kurang hati-hati atau lalainya praktik kedokteran tanpa surat izin praktik dan
terdakwa (delik Culpa). Selain Pasal 359 KUHP, didakwa memalsukan/menggunakan surat
dalam hal kelalaian seseorang mengakibatkan palsu, yaitu persetujuan tindakan medis milik
kebakaran atau banjir, dapat dilakukan korban Siska Makatey, tindak pidana –tindak
penuntutan berdasarkan Pasal 188 KUHP , tersebut dapat dilihat sebagai bagian dari
diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau pidana kurungan paling lama

1 3
Artikel Skipri. Dosen Pembimbing: Dr. Muh. Hero R.Soesilo, Kitab Undang-Undang hukum Pidana (KUHP)
Soepono, SH, MH; Dr. Emma V. T. Senewe, SH, MH Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Dr. Muh. Politea, Bogor, hlm. 248.
4
Hero Soepono, SH, MH; Dr. Emma V. T. Senewe, SH, MH Ibid.

28
Lex Crimen Vol. VIII/No. 3/Maret/2019

pelaksanaan tindak pidana utama, yaitu Dalam pembahasan tentang skripsi ini
kelalaian yang mengakibatkan matinya orang5 yang berkaitan dengan judul serta
permasalahan yang diangkat adalah
B. Perumusan Masalah kesalahan dalam arti yang sempit atau culpa.
1. Bagaimana kriteria perbuatan disebut Culpa atau kelalaian, dibagi atas 2 (dua)
sebagai suatu kelalaian (culpa) dalam jenis yakni :
Hukum Pidana? 1. Kesalahan kasar, grove schuld atau
2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana culpa lata;
pelaku kelalaian yang mengakibatkan 2. Kesalahan ringan, lichte schuld atau
matinya orang menurut perundang – culpa levis.
undangan yang berlaku? Dalam Yurisprudensi di Negeri Belanda,
yang dipakai sebagai ukuran dalam
C. Metode Penelitian menentukan apakah seseorang itu dapat
Penulisan skripsi ini menggunakan dipidana sedangkan kategori perbuatannya
penelitian kepustakaan atau library research. adalah kelalaian bahwa : “een min of meer
grove of aanmerkelijke onvoorzichtigheid
PEMBAHASAN onachtzaamheid of nalatigheid” (sifat kurang
A. Kriteria Kelalaian (Culpa) Dalam Hukum hati-hati yang agak kasar dan nyata, kurang
Pidana perhatian atau ada kelalaian).
The Advanced Leaner’s Dictionary of Dari rumusan di atas jelas bahwa yang
Current English, second edition, menerangkan menjadi ukuran adalah “culpa lata” atau
bahwa Negligence atau culpa (kelalaian) kesalahan kasar.
sebagai ‘carelessness, failure to take proper Selanjutnya, dalam Risalah Penjelasan
care of precautions’ (tidak hati-hati, gagal (Memorie van Toelichting) terhadap
untuk berhati-hati atau upaya pencegahan). Rancangan KUHP Belanda bahwa dasar
Dari pengertian yang ada tentang pikiran dipandang perlunya mengenakan
kelalaian terkandung suatu makna celaan pidana terhadap orang yang melakukan
terhadap perilaku si pelaku karena bekerja perbuatan dengan culpa adalah sebagai
sembarangan, kurang hati-hati, kurang berikut :
memikirkan akibat, sikap masa bodoh dan Pada umumnya bagi kejahatan-kejahatan,
sebagainya, sehingga menimbulkan kerugian wet (undang-undang) mengharuskan
bagi orang lain dan dianggap bersalah. bahwa kehendak terdakwa ditujukan pada
Menjadi pertanyaan, apakah yang dipakai perbuatan yang dilarang dan diancam
sebagai ukuran untuk menentukan ada dengan pidana. Kecuali keadaan yang
tidaknya kelalaian? Apakah adanya setiap dilarang itu mungkin sedemikian besar
kelalaian dapat dituntut? Jawabannya, tidak. berbahayanya terhadap keamanan umum
Tidak semua kelalaian dapat dianggap mengenai orang atau barang dan jika
sebagai kesalahan. terjadi menimbulkan banyak kerugian,
Dalam ilmu Hukum Pidana, dikenal adanya 2 sehingg wet harus bertindak pula
(dua) bentuk kesalahan yaitu : terhadap mereka yang tidak berhati-hati
1. dolus atau opzet atau kesengajaan; yang teledor. Dengan pendek : yang
2. culpa atau schuld atau kelalaian. menimbulkan keadaan itu karena
Untuk bentuk kesalahan yang pertama kealpaannya. Di sini sikap batin orang
yaitu dolus, dikenal dengan bentuk yang menimbulkan keadaan yang dilarang
kesalahan dalam arti yang luas, sedangkan itu bukanlah menentang larangan-larangan
bentuk yang kedua yakni culpa dikenal tersebut; dia tidak menghendaki atau
sebagai kesalahan dalam arti sempit . menyertujui timbulnya hal yang terlarang,
tetapi kesalahannya, kekeliruannya dalam
batin sewaktu ia berbuat sehingga
5 menimbulkan hal yang dilarang itu ialah
Anugerah Rizki Akbarai, Anotasi Putusan Perkara
Kelalaian Yang Mengakibatkan Kematian, diakses pada bahwa ia kurang mengindahkan larangan
tanggal 5 Maret 2019 dari https://media.neliti.com > itu.
publications

29
Lex Crimen Vol. VIII/No. 3/Maret/2019

Jadi bukanlah semata-mata menentang Dengan adanya syarat pertama ini, maka
larangan tersebut dengan justru diletakkan hubungan antara batin
melakukan yang dilarang itu. Tetapi dia terdakwa dengan akibat yang timbul
tidak begitu mengindahkan larangan. Ini karena perbuatannya tadi. Hubungan itu
nyata dari perbuatannya. Dia alpa, lalai, senyatanya tidak perlu ada dalam psyche
teledor dalam melakukan perbuatan terdakwa, karena kita menganut ajaran
tersebut, sebab jikalau dia cukup kesalahan yang normatif, tidak lagi secara
mengindahkan adanya larangan waktu psychologis, maka yang menentukan ialah
melakukan perbuatan yang secar apakah hubungan itu dipernilai ada atau
obyektif kausal menimbulkan hal yang tidak
dilarang, dia tentu tidak alpa atau ada..................................................................
kurang berhati-hati agar jangan sampai ......
mengakibatkan hal yang dilarang tadi6. Dalam menilai ada tidaknya hubungan
Mengenai pengertian kelalaian didalam natara batin terdakwa dengan akibat
pasal-pasal dalam KUHP sendiri tidak ada yang terlarang tidaklah diambil pendirian
yang memberikan definisi. Karenanya seseorang pada umumnya,tetapi
berdasarkan keterangan-keterangan dalam diperhatikan keadaan terdakwa itu
risalah penjelasan di atas, para ahli hukum persoonlijk. Artinya: apakah terdakwa
mencoba mendefinisikan pengertian kelalaian seharusnya menduga akan kemungkinan
dan merumuskan apa yang merupakan timbulnya akibat, untuk ini diperhitungkan
unsur-unsur yang membentuk kelalaian atau pula pekerjaannya, keahliannya dan
kealpaan. Usaha-usaha ini dimaksudkan agar sebagainya. Jika terdakwa seorang dokter,
para praktisi hukum mempunyai pedoman apoteker, teknikus dan sebaginya, maka
yang cukup jelas tentang unsur-unsur dipernilai menurut pendirian seorang
kealpaan/kelalaian dan dapat mengarahkan dokter, apoteker, teknikus dan sebagainya
alat-alat buktinya untuk membuktikan telah pada umumnya.9
terjadinya kealpaan/kelalaian yang telah Jadi, dalam menilai apakah seseorang
didakwakan. telah mengadakan penduga-duga
Menurut D. Simons bahwa, “isi kealpaan sebagaimana diharuskan oleh hukum
adalah tidak adanya penghati-hati disamping ataukah tidak, yang digunakan adalah
dapat diduga-duganya akan timbul akibat”7 ajaran kesalahan yang normatif, bukan
Van Hamel mengatakan bahwa ajaran kesalahan yang psikologis. Jika
‘kealpaan/kelalaian itu mengandung 2 (dua) berdasarkan ajaran kesalahan yang
syarat yaitu : psikologis, berarti hakim harus mencari
1. tidak mengadakan penduga-duga tahu apa yang sesungguhnya berada
sebagaimana diharuskan oleh hukum; dalam batin terdakwa; sedangkan jika
2. tidak mengadakan penghati-hati berdasarkan ajaran kesalahan yang
sebagaimana diharuskan oleh normatif, berarti hakim yang menilai batin
8
hukum. terdakwa dengan menggunakan ukuran-
Moelyatno, menguraikan 2 (dua) syarat ukuran tertentu.
kealpaan seperti yang sudah dikemukakan Ukuran yang digunakan, menurut
oleh van Hamel di atas sebagai berikut : Moelyatno, bukanlah pendirian atau
1. Tidak mengadakan penduga-duga yang pandangan manusia pada umumnya
perlu menurut hukum melainkan pandirian atau pandangan dari
Mengenai ajaran kesalahan yang dianut orang-orang yang sekemampuan dengan
dan cara membuktikannya berkenaan terdakwa. Jika terdakwa seorang dokter,
dengan unsur yang pertama ini diberikan maka dinilai menurut pendirian atau
penjelasan bahwa : pandangan dokter pada umumnya.
Dalam prakteknya, unsur dapat diduga-
duga, sebelumnya tidak perlu disebutkan
6
Moelyatno, Op-Cit, hlm.198-199. tersendiri dalam surat dakwaan, dan
7
Ibid, hlm.201
8 9
Ibid. Ibid, hlm.202-203.

30
Lex Crimen Vol. VIII/No. 3/Maret/2019

karenanya tidak perlu dibuktikan sekali tidak memiliki kesempatan atau


tersendiri. Unsur ini dianggap sudah kemungkinan untuk dapat menduga
tersimpul pada kata-kata dalam dakwaan sebelumnya akan terjadi akibat
“....karena kealpaan....”. sedemikian.
2. Tidak mengadakan penghati-hati Dalam hal ini, terdakwa dapat melakukan
sebagaimana diharuskan oleh hukum pembelaan bahwa kejadian itu adalah
Sebagaimana dikatakan oleh Moelyatno, kebetulan belaka. Ini dikarenakan,
syarat yang kedua inilah yang menurut kealpaan seharusnya dibedakan dari
praktek yang penting guna menentukan peristiwa kebetulan belaka. Dalam Risalah
adanya kealpaan. Hal ini harus Penjelasan terhadap Rancangan KUHP
didakwakan dan harus dibuktikan oleh Belanda dikatakan bahwa :
jaksa. Jika syarat ini sudah ada, maka “kesalahan itu adalah sungguh-
pada umumnya syarat yang pertama juga sungguh sebaliknya daripada kesengajaan
sudah ada. Barangsiapa dalam melakukan di satu pihak, dan dilain pihak adalah
suatu perbuatan tidak mengadakan sebaliknya dari suatu kebetulan”.12
penghati-hati yang perlu, maka dia juga Dari apa yang dijelaskan dalam Risalah
tidak melakukan penduga-duga yang perlu. Penjelasan tersebut, jelas bahwa
Jadi, apakah seseorang telah melakukan kealpaan/kelalaian berbeda dengan
penghati-hati yang diperlukan oleh hukum kesengajaan dan berbeda pula dengan
atau tidak, maka penilaiannya adalah kebetulan. Dengan demikian jika seorang
sama dengan syarat/unsur yang pertama dokter sedang melakukan pembedahan
tadi, yaitu digunakan ukuran orang-orang dan tiba-tiba listrik padam karena
yang sekemampuan dengan terdakwa disambar petir sehingga berakibat fatal
pada umumnya. bagi pasien yang sedang dalam proses
Ahli hukum pidana lainnya yang juga pembedahan, maka padamnya listrik
telah memberikan pendapatnya tentang karena sambaran petir merupakan hal
unsur-unsur culpa (kealpaan/kelalaian) kebetulan yang tidak dapat dipersalahkan
adalah H. B..Vos. Menurut Vos, unsur- kepada seorang dokter.
unsur yang tidak dapat dilepaskan satu 2. Pembuat tidak berhati-hati
sama lain untuk membentuk culpa Satochid Kartanegara menjelaskan ukuran
(kealpaan/kelalaian) adalah : (kriteria) untuk menentukan apakah
1. pembuat dapat menduga seseorang telah berhati-hati atau tidak,
(voorzienbaarheid) akan akibat; adalah sebagai berikut :
2. pembuat tidak berhati-hati ....untuk menentukan apakah seseorang
(onvoorzichtigheid).10 berbuat ‘hati-hati’, maka kita harus
Terhadap kedua unsur yang sudah menggunakan criterium bahwa : apakah
dikemukakan oleh Vos ini, dapat diberikan tiap orang yang segolongan dengan si
penjelasan sebagai berikut : pelaku, dalam hal yang sama akan
1. Pembuat dapat menduga berbuat lain?
(voorzienbaarheid) akan akibat; Untuk dapat menentukan hal itu, maka
Konsekuensi dari adanya unsur yang harus dipakai sebagai ukuran yaitu ;
pertama ini adalah bahwa, ‘kita selalu pikiran dan kekuatan dari orang itu.
harus menyelidiki apakah kepada Dalam pada itu, untuk orang desa
pembuat itu diberi kesempatan atau misalnya harus dipergunakan ukuran lain,
kemungkinan untuk dapat menduga tidak dipergunakan ukuran orang kota,
sebelumnya’.11 yaitu misalnya saja mengenai lalu-lintas.
Dengan demikian, terdakwa seharusnya Orang desa kurang atau tidak memahami
mempunyai hak untuk berusaha aturan lalu-lintas. Dengan ukurang tadi,
memberikan bukti bahwa dirinya sama maka apabila setiap orang yang termasuk
segolongan dengan si pelaku akan berbuat
10
E. Utrecht, Hukum Pidana I, Penerbitan Universitas,
12
Bandung, cet ke-2, 1960, hlm. 331. R. Tresna, Azas-azas Hukum Pidana, P.T Mutiara Ltd,
11
Ibid, hlm.332-333 Jakarta, 1959, hlm. 61.

31
Lex Crimen Vol. VIII/No. 3/Maret/2019

lain, maka si pelaku dapat dikatakan Pertanggungjawaban pidana hanya akan terjadi
telah berbuat lalai atau alpa.13 jika sebelumnya telah ada seseorang yang
Sehubungan dengan kata ‘segolongan’ melakukan suatu tindak pidana14
dengan terdakwa, perlu mendapatkan Roeslan Saleh mengatakan bahwa : “Orang
perhatian bahwa haruslah diambil sebagai tidak mungkin dipertanggungjawabkan dan
patokan orang-orang dalam golongan itu dijatuhi pidana kalau tidak melakukan
pada umumnya. Dengan kata lain, orang- perbuatan pidana. Tetapi meskipun dia
orang yang mempunyai kemampuan rata- melakukan perbuatan pidana, tidaklah selalu
rata dalam golongan tersebut. dia dapat dipidana.15”
Dengan demikian, tidaklah boleh diambil Selanjutnya dikatakan bahwa orang yang
sebagai patokan orang yang tercerdas melakukan perbuatan pidana akan dipidana,
atau terpandai dalam golongan tersebut. apabila dia mempunyai kesalahan. Kapankah
Demikian pula sebaliknya, tidaklah boleh orang dapat dikatakan mempunyai kesalahan?
diambil sebagai patokan orang yang Seseorang mempunyai kesalahan, apabila pada
terbodoh dalam golongan tersebut. Ini waktu melakukan perbuatan pidana, dilihat dari
dikarenakan orang tercerdas dan segi masyarakat, dia dapat dicela oleh
sebaliknya orang yang terbodoh dapat karenanya, sebab dianggap dapat berbuat lain
dikatakan merupakan kelompok kecil saja jika memang tidak ingin berbuat demikian16.
dari orang-orang yang segolongan dengan Oleh Van Bemmelen dikatakan bahwa unsur
terdakwa yang mempunyai kemampuan ’mampu bertanggung jawab’ harus ada untuk
rata-rata. Oleh Pompe, dikatakan bahwa dapat dipidananya seorang pelaku. Jika terjadi
yang seharusnya dijadikan ukuran adalah suatu kekeliruan, bahwa seorang pelaku harus
suatu ketelitian yang normal (normale dianggap tidak mamapu bertanggung jawab,
oppletendheid), bukan ketelitian yang luar jadi perbuatan itu tidak dapat
biasa. dipertanggungjawabkan padanya, ia akan
dilepaskan dari seluruh tuntutan hukum.17
B. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Membaca pendapat dari van Bemmelen di atas,
Kelalaian Yang Mengakibatkan Matinya kesimpulannya bahwa untuk dapat memidana
Orang Menurut Perundang – undangan seseorang, maka seseorang tersebut harus
yang berlaku. benar-benar dalam keadaan mampu
Berbicara tentang pertanggungjawaban bertanggung jawab atas perbuatan yang
pidana, maka tidak dapat dilepaskan dengan dilakukannya.
tindak pidana. Sebab tindak pidana baru Frans Maramis mengatakan bahwa: ”Tiap
bermakna manakala terdapat orang dipandang sehat jiwanya dan karenanya
pertanggungjawaban pidana, sedangkan juga mampu bertanggung jawab sampai
pengertian pertanggungjawaban pidana adalah dibuktikan sebaliknya. Ini merupakan suatu
diteruskannya celaan yang obyektif yang ada asas dalam hukum pidana. Kemampuan
pada tindak pidana dan secara subyektif kepada bertanggung jawab juga tidak merupakan unsur
seseorang yang memenuhi syarat untuk dapat tertulis dari suatu pasal tindak pidana sehingga
dijatuhi pidana karena perbuatannya itu. tidak perlu dibuktikan.”18
Pertanggung jawaban pidana hanya dapat
terjadi jika sebelumnya seseorang telah
melakukan suatu tindak pidana.
Moelyatno mengatakan, “Seseorang tidak 14
mungkin dipertanggungjawabkan (dijatuhi Chairil Huda, 2006, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan
Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa
hukuman) kalau dia tidak melakukan suatu Kesalahan, Kencana Prenada Media, Jakarta, hlm. 19.
tindak pidana. Dengan demikian, 15
Roeslan Saleh, 1981, Perbuatan Pidana dan
pertanggungjawaban pidana pertama-tama Pertanggungan Jawab Pidana, Aksara Baru, Jakarta, hlm.
tergantung pada dilakukannya tindak pidana. 81.
16
Ibid.
17
J.M. van Bemmelen, 1984, Hukum Pidana I, Hukum
13
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana I, Kumpulan Pidana Material bgn Umum, Bina Cipta, Jakarta, hlm. 100.
18
Kuliah, Balai Lektur Mahasiswa, Tanpa Tahun, hlm.344. Frans Maramis, 2012, Hukum Pidana Umum dan tertulis
di Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 116.

32
Lex Crimen Vol. VIII/No. 3/Maret/2019

Tentang kemampuan bertanggung jawab seharusnya berbuat seperti pikiran dan


terdapat beberapa batasan yang dikemukakan perasaannya itu23
oleh para pakar, anatara lain: Hukum Pidana adalah merupakan bagian
a. Simons: ”Kemampuan bertanggung jawab dari hukum publik, karena menyangkut
dapat diartikan suatu keadaan psikis kepentingan umum. Para ahli hukum pidana
sedemikian rupa, sehingga penerapan suatu mengatakan bahwa untuk adanya pertanggung
upaya pemidanaan, baik ditinjau secara jawaban pidana harus dipenuhi tiga (3) syarat,
umum maupun dari sudut orangnya dapat yaitu:
dibenarkan.”19 Selanjutnya dikatakannya, 1. Harus ada perbuatan yang dapat
seorang pelaku tindak pidana mampu dipidana, yang termasuk dalam rumusan
bertanggung jawab apabila: delik undang-undang;
1. Mampu mengetahui/menyadari bahwa 2. Perbuatan yang dapat dipidana itu harus
perbuatannya bertentang dengan bertentangan dengan hukum;
hukum; 3. Harus ada kesalahan pada si pelaku.24
2. Mampu menentukan kehendaknya sesuai Di dalam bukunya Anny Isfandyarie,
dengan kesadaran tadi.20 dikatakan bahwa untuk dapat dipidananya
b. Van Hamel: ”Kemampuan bertanggung suatu kesalahan yang dapat diartikan sebagai
jawab adalah keadaan normalitas kejiwaan pertanggungjawaban dalam hukum pidana
dan kematangan yang membawa 3 (tiga) haruslah memenuhi tiga (3) unsur sebagai
kemampuan, yaitu: berikut:
1. Mengerti akibat/nyata dari perbuatan 1. Adanya kemampuan bertanggungjawab
sendiri; pada petindak, artinya keaadan jiwa
2. Menyadari bahwa perbuatannya tidak petindak harus normal;
diperbolehkan oleh masyarakat 2. Adanya hubungan batin antara petindak
(bertentangan dengan ketertiban dengan perbuatannya yang dapat berupa
masyarakat); kesengajaan (dolus) atau kealpaan
3. Mampu menentukan kehendaknya untuk (culpa);
berbuat21 3. Tidak adanya alasan penghapus
c. Pompe: Batasannya memuat beberapa kesalahan atau pemaaf.25
unsur tentang pengertian Untuk dapat dipidananya seseorang
”toerekeningsvatbaar heid” adalah: akibat perbuatan pidana yang dilakukannya,
1. Kemampuan berpikir pada pelaku yang perlu diketahui kapan seseorang dapat
memungkinkan pelaku menguasai dikatakan mampu bertanggung-jawab, yaitu
pikirannya dan menentukan apabila memenuhi 3 (tiga) syarat :
kehendaknya; 1. Dapat menginsyafi makna yang
2. Pelaku dapat mengerti makna dan akibat senyatanya dari perbuatannya;
tingkah lakunya; 2. Dapat menginsyafi perbuatannya itu
3. Pelaku dapat menentukan kehendaknya tidak dipandang patut dalam pergaulan
sesuai dengan pendapatnya (tentang masyarakat;
makna dan akibat tingkah lakunya).22 3. Mampu untuk menentukan
d. Soedarto, Sebagai dasar dapat dikatakan niat/kehendak dalam melakukan
26
bahwa ’orang yang normal jiwanya mampu perbuatannya tersebut.
bertanggung jawab, ia mampu menilai Pada dasarnya kemampuan bertanggung-
dengan pikiran dan perasaaanya bahwa jawab merupakan keadaan normalitas psikis
perbuatannya itu dilarang, artinya tidak dan kematangan (kecerdasan) yang
dikehendaki oleh undang-undang, dan ia

23
Ibid, hlm. 87.
24
H.Hendrojono S oewono, Op-Cit, hlm. 185.
19 25
Teguh Prasetyo, 2011, Hukum Pidana, RajaGrafindo Anny Isfandyarie, Malpraktek dan Resiko Medik dalam
Persada, Jakarta, hlm. 85. Kajian Hukum Pidana, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta,
20
Ibid. 2005, hlm. 51.
21 26
Ibid, hlm. 86. Hermien Hediati Koeswadji, Hukum Pidana Lingkungan,
22
Ibid. P.T Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1993, hlm. 45.

33
Lex Crimen Vol. VIII/No. 3/Maret/2019

membawa kepada 3 (tiga) kemampuan yaitu kesalahan atau tidak. 28. Selanjutnya dikatakan
: pula bahwa apakah seseorang yang melakukan
1. Mampu mengerti nilai dan akibat- perbuatan pidana itu memang mempunyai
akibat perbuatannya sendiri; kesalahan maka tentu ia dapat dikenakan
2. Mampu untuk menyadari bahwa sanksi pidana, akan tetapi bila ia telah
perbuatannya itu menurut pandangan melakukan perbuatan yang terlarang dan
masyarakat tidak diperbolehkan; tercela, tetapi tidak mempunyai kesalahan ia
3. Mampu untuk menentukan tentu tidak dipidana.29
kehendaknya atas perbuatan-perbuatn Dalam Hukum Pidana, ajaran kesalahan
yang dilakukannya. mempunyai 2 (dua) bentuknya yaitu
Memorie van Toelichting (MvT) kesengajaan dan kelalaian. Para ahli
memberikan rumusan negatif (berlawanan) mengemukakan pendapatnya tentang
terhadap pengertian kemampuan kesalahan sebagai berikut:
bertanggung-jawab, yaitu tidak ada 1. Jonkers : Dalam keterangan tentang
kemampuan bertanggung-jawab pada pelaku “schuldbegrip” membuat pembagian atas
apabila: tiga bagian dalam pengertian kesalahan
1. Ia tidak ada kebebasan untuk memilih yaitu :
antara berbuat dan tidak berbuat, a. Selain kesengajaan atau kealpaan (opzet
mengenai apa yang dilarang dan yang of schuld)
diperintahkan oleh undang-undang; b. Meliputi juga sifat melawan hukum (de
2. Dalam hal ia berada dalam suatu wederrechtelijheid)
keadaan yang sedemikian rupa c. Dan kemampuan bertanggung-jawab (de
sehingga tidak dapat menginsyafi toerekenbaarheid).30
bahwa perbuatannya itu bertentangan 2. Pompe : Pengertian kesalahan mempunyai
dengan hukum dan tidak dapata tanda sebagai hal yang tercela
menentukan akibat perbuatannya itu. (veruitjbaarheid) yang pada hakekatnya
Menurut Perundang – undangan yag berlaku tidak mencegah (vermijdbaarheid) kelakuan
yaitu Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang bersifat melawan hukum (der
(KUHP) sendiri tidak memberikan penjelasan weddeerechtelijke gedraging). Kemudian
mengenai kemampuan bertanggung-jawab, dijelaskan pula tentang hakekat tidak
KUHP hanya memuat alasan-alasan yang mencegah kelakuan yang bersifat melawan
terdapat pada diri si pelaku sehingga hukum (vermijdbaar der wedderechgtelijke
perbuatan itu tidak dapat dipertanggung- gedraging) didalam perumusan hukum
jawabkan kepadanya. Alasan tersebut berupa positif, di situ berarti mempunyai
keadaan pribadi pelaku yang jiwanya cacat kesengajaan dan kealpaan (opzet en
dalam pertumbuhan atau terganggu karena onachtzaamheid) yang mengarah kepada
penykit (Pasal 44 KUHP). Dalam keadaan sifat melawan hukum (weerechtelijkheid)
demikian, pelaku tidak mempunyai dan kemampuan bertanggung-jawab
31
kebebasan kehendak, dan oleh karena itu (toerekenbaarheid).
tidak dapat menentukan kehendaknya atas 3. VOS : Pengertian kesalahan mempunyai tiga
perbuatannya, sehingga tidak dapat tanda khusus, yaitu :
27
dipidana . a. Kemampuan bertanggung-jawab dari
Seseorang yang melakukan suatu perbuatan orang yang melakukan perbuatan.
pidana haruslah mempertanggungjawabkan b. Hubungan batin tertentu dari orang yang
perbuatannya, terlebih apabila perbuatan perbuatannya itu dapat berupa
tersebut adalah merupakan perbuatan yang kesengajaan atau kealpaan.
melanggar hukum. Menurut Roeslan Saleh
sebagaimana dikutip oleh Marlina bahwa,
dipidana atau tidaknya seseorang yang 28
Marlina, Op-Cit, hlm.69.
melakukan perbuatan pidana tergantung 29
Ibid.
apakah pada saat melakukan perbuatan ada 30
Bambang Purnomo, 1992, Azas-Azas Hukum Pidana,
Ghalia Indonesia, Yogyakarta, hlm. 136.
27 31
Ibid, hlm. 50. Ibid.

34
Lex Crimen Vol. VIII/No. 3/Maret/2019

c. Tidak terdapat dasar alasan yang doen”) lain dari pada apa yang
menghapus pertanggung-jawaban bagi si seharusnya ia perbuat (atau tidak
pembuat atas perbuatannya itu.32 berbuat itu) telah melakukan
4. E. Mezger : Menyimpulkan bahwa kesalahan perbuatan melawan hukum.
terdiri atas : Kedua : pelaku telah berbuat lalai, lengah
a. Kemampuan bertanggung-jawab. atau kurang berpikir panjang
b. Adanya bentuk kesalahan yang berupa Ketiga : perbuatan pelaku tersebut
kesengajaan dan culpa. dicela, dan oleh karena itu pelaku
c. Tak ada alasan penghapus kesalahan.33 harus mempertanggung-jawabkan
Dari beberapa pendapat tentang kesalahan akan akibat yang terjadi karena
di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa isi perbuatannya itu.37
kesalahan terbagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu : Pertanggungjawaban pidana mensyaratkan
a. Kemampuan bertanggung-jawab orang pelaku mampu bertanggung jawab. Seseorang
yang melakukan perbuatan. yang tidak dapat dikenakan pertanggung
b. Hubungan batin tertentu dari orang jawaban pidana tidak dapat dimintakan
yang melakukan perbuatan yang pertanggung jawaban pidana. Kemampuan
berbentuk kesengajaan atau kealpaan dalam melakukan perbuatan hukum, pada
(dolus atau culpa) hakikatnya merupakan salah satu persyaratan
c. Tidak adanya penghapus penting dalam menentukan seseorang dapat
kesalahan/pemaaf “schuld ontbreekt”.34 dimintai pertanggungjawaban yuridis atau
Selain kesalahan maka seseorang itu dapat tidak.
dimintakan pertanggungjawaban apabila Pertanggungjawaban yuridis dalam KUHP
perbuatan tersebut dilakukan karena dapat didasarkan pada 2 (dua) visi, yaitu:
kelalaiannya/kealpaannya. Menurut keterangan kemampuan fisik dan moral seseorang (pasal 44
resmi pembuat MvT, yaitu bahwa dari segi ayat (1 dan 2) KUHP). Kemampuan fisik
terminologi bahasa, kealpaan mengandung arti seseorang dapat dilihat dari kekuatan, daya dan
kekeliruan, yaitu bahwa sikap batin orangnya kecerdasan pikirannya38. Secara eksplisit, istilah
menghendaki atau menyetujui timbulnya hak kemampuan fisik seseorang memang tidak
yang terlarang itu, tetapi karena kesalahan, dapat disebutkan dalam KUHP, tetapi secara
karena kekeliruannya dalam batin sewaktu implicit, seseorang yang kekuatan, daya,
berbuat, sehingga menimbulkan keadaan yang kecerdasan akalnya terganggu atau tidak
dilarang itu, karena ia kurang mengindahkan sempurna, seperti idiot, imbicil, buta tuli, bisu
larangan itu. Dari perbuatannya itu yang telah sejak lahir, orang sakit, anak kecil (di bawah
alpa, lalai, teledor.35 umur) dan orang yang sudah tua renta, fisiknya
Menurut kepustakaan, kelalaian atau lemah, tidak dapat dijatuhi pidana. Demikian
kealpaan mengandung 2 (dua) syarat, sebagai pula orang yang kemampuan moralnya tidak
berikut: sempurna, berubah akal seperti sakit jiwa, gila,
Pertama : tidak adanya penduga-penduga epilepsy dan macam-macam penyakit jiwa
seperti yang diaharuskan oleh lainnya, juga tidak dapat dimintai
hukum. pertanggungjawaban yuridis.39
Kedua : tidak adanya penghasil-penghasil Dalam Pasal 359 Kitab Undang-undang
seperti yang diharuskan oleh Hukum Pidana (KUHP) disebutkan bahwa :
hukum36. “Barangsiapa karena kealpaannya
Pada hakekatnya kealpaan/kelalaian menyebabkan matinya orang lain,
mengandung 3 (tiga) unsur : diancam dengan pidana penjara paling
Pertama : pelaku berbuat (atau tidak lama lima tahun atau kurungan paling
berbuat, “het doen atau het niet lama satu tahun”.40.

32
Ibid, hlm 137.
33 37
Ibid. Ibid.
34 38
Ibid. Ibid, hlm. 46.
35 39
Ibid. Ibid.
36 40
Ibid. R.Soesilo, Op-Cit.

35
Lex Crimen Vol. VIII/No. 3/Maret/2019

R. Soesilo dalam penjelasan Pasal 359 sementaraa atau tidak dapat


KUHP menjelaskan bahwa mati orang disini menjalankan jabatannya atau
tidak dimaksud sama sekali oleh terdakwa, pekerjaannnya sementara, dihukum
akan tetapi kematian tersebut hanya dengan hukuman penjara selama-
merupakan akibat daripada kurang hati-hati lamanya sembilan bulan atau hukuman
atau lalainya terdakwa (delik Culpa), misalnya kurungan selama-lamanya enam bulan
seorang sopir menjalankan kendaraan mobil atau hukuman denda setinggi-tingginya
terlalu kencang, sehingga menubruk orang Rp. 4.500.
sampai mati, atau seseorang berburu melihat Dalam penjelasan pasal R. Soesilo
sosok hitam-hitam dalam tumbuh-tumbuhan, menyebutkan bahwa isi pasal 360 KUHP ini
dikira babirusa terus ditembak mati, tetapi hampir sama dengan Pasal 359 KUHP, bedanya
ternyata sosok yang dikira babirusa itu adalah hanya bahwa:
manusia, atau orang main-main dengan senjata 1) akibat dari Pasal 359 dalah ‘mati’ orang,
api, karena kurang hati-hati meletus dan sedang akibat dalam Pasal 360 adalah
mengenai orang lain sehingga mati dan luka berat atau luka yang menyebabakan
sebagainya. Apabila mati orang itu ‘dimaksud’ jatuh sakit (ziek bukan pijn) atau
oleh terdakwa, maka ia dikenakan pasal terhalang pekerjaan sehari-hari;
tentang pembunuhan (pasal 338 atau 340 2) karena salahnya (kurang hati-hatinya)
KUHP). Selanjutnya dikatakan oleh R. Soesilo, menyebabkan orang luka ringan (tidak
bahwa ‘karena salahnya’ sama dengan ‘kurang Ziek dan tidak terhalang pekerjaannnya
hati-hati, lalai, lupa, amat kurang perhatian’41 sehari-hari), tidak dikenakan pasal ini.43
Selain Pasal 359 KUHP, dalam hal kelalaian Pasal 361 KUHP menyebutkan bahwa:
seseorang mengakibatkan kebakaran atau “Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab
banjir, dapat dilakukan penuntutan ini dilakukan dalam melakukan sesuatu
berdasarkan Pasal 188 KUHP: jabatan atau pekerjaan, maka hukuman
“Barang siapa karena kesalahan (kealpaan) dapat ditambah dengan sepertiganya dan
menyebabkan kebakaran, ledakan atau sitersalah dapat dipecat dari pekerjaannya,
banjir, diancam dengan pidana penjara dalam waktu mana kejahatan itu dilakukan
paling lama lima tahun atau pidana dan hakim dapat memerintahkan supaya
kurungan paling lama satu tahun atau keputusannya itu diumumkan.”
pidana denda paling banyak empat ribu lima R. Soesilo dikatakan bahwa Pasal 361 KUHP
ratus rupiah, jika karena perbuatan itu ini dikenakan terhadap misalnya dokter, bidan,
timbul bahaya umum bagi barang, jika ahli obat, sopir, kusir dokar, masinis yang
karena perbuatan itu timbul bahaya bagi sebagai orang ahli dalam pekerjaan mereka
nyawa orang lain, atau jika karena masing-masing dianggap harus lebih berhati-
perbuatan itu mengakibatkan orang mati.”42 hati dalam melakukan pekerjaannya. Apabila
Pada Pasal 360 KUHP menyebutkan juga mereka itu mengabaikan (melalaikan)
bahwa: peraturan-peraturan atau keharusan-keharusan
1) Barangsiapa karena kesalahannya dalam pekerjaannya, sehingga menyebabkan
menyebabkan orang luka berat dihukum mati (pasal 359 KUHP) atau luka berat (Pasal
dengan hukuman penjara selama- 360 KUHP), maka akan dihukum lebih berat44
lamanya lima tahun atau hukuman Memperhatikan pasal-pasal tersebut di
kurungans selama-lamanya satu tahun. atas sebagaimana sudah dijelaskan oleh R.
2) Barangsiapa karena kesalahannya Soesilo maka, Pasal 359 sampai dengan Pasal
menyebabkan orang luka sedemikian 361 KUHP adalah merupakan pasal-pasal yang
rupa sehingga orang itu menjadi sakit dapat dipakai untuk menuntut pertanggung-
jawaban dari segi pidana terhadap seorang
41
Ibid. yang melakukan kealpaan/kelalaian yang
42
Letezia Tobing,SH,M.Kn.Jerat Hukum Jika Kelalaian menyebabkan matinya orang, dan pada Pasal
Mengakibatkan Kematian. Diakses tanggal 26 Maret 2019
188 KUHP menjelaskan bahwa Kelalaian atau
dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt517da4b06
43
3376/jerat-hukum-jika-kelalaian-mengakibatkan- Ibid, hlm. 249.
44
kematian/ > Publications. Ibid.

36
Lex Crimen Vol. VIII/No. 3/Maret/2019

Kealpaan yang dilakukan oleh seseorang yang sembilan bulan atau hukuman kurungan
menyebabkan sebuah kebakaran peletusan selama-lamanya enam bulan atau
atau banjir. hukuman denda setinggi-tingginya Rp.
4.500 karena akibat dalam Pasal 360
PENUTUP adalah luka berat atau luka yang
A. KESIMPULAN menyebabkan jatuh sakit (ziek bukan pijn)
1. Culpa atau kelalaian, dibagi atas 2 (dua) atau terhalang pekerjaan sehari-hari. Pasal
jenis yakni :Kesalahan kasar, grove 361 KUHP ditujukan bagi mereka yang
schuld atau culpa lata; dan Kesalahan mengabaikan (melalaikan) peraturan-
ringan, lichte schuld atau culpa levis. peraturan atau keharusan-keharusan
Dalam Yurisprudensi di Negeri Belanda, dalam pekerjaannya, sehingga
yang dipakai sebagai ukuran dalam menyebabkan mati (pasal 359 KUHP) atau
menentukan apakah seseorang itu dapat luka berat (Pasal 360 KUHP), maka akan
dipidana sedangkan kategori dihukum lebih berat yaitu ditambah
perbuatannya adalah kelalaian bahwa dengan sepertiga dari ancaman
:“een min of meer grove of hukumannya.
aanmerkelijke onvoorzichtigheid
onachtzaamheid of nalatigheid” (sifat B. Saran
kurang hati-hati yang agak kasar dan 1. Perbuatan kelalaian adalah merupakan
nyata, kurang perhatian atau ada bentuk dari kesalahan yang dilakukan
kelalaian). Unsur-unsur yang tidak dapat oleh seseorang, oleh karena itu KUHP
dilepaskan satu sama lain untuk harus mengatur dengan jelas dalam
membentuk culpa (kealpaan/kelalaian) pasal tentang apa yang dimaksud
adalah : pembuat dapat menduga dengan perbuatan kelalaian, bagaimana
(voorzienbaarheid) akan akibat; dan pengertian daripada kelalaian, apa
pembuat tidak berhati-hati unsur-unsurnya bukan hanya melalui
(onvoorzichtigheid). pendapat dari para ahli saja.
2. Bahwa pertanggungjawaban pidana dari 2. Orang yang melakukan perbuatan
pelaku kelalaian yang mengakibatkan kategori kelalaian harus
matinya orang menurut Pasal 359 KUHP mempertanggungjawabkan
adalah diancam dengan pidana penjara perbuatannya, apalagi kalau sampai
paling lama lima tahun atau kurungan mengakibatkan matinya orang yang
paling lama satu tahun”. Karena mati menjadi korban.
orang disini tidak dimaksud sama sekali
oleh terdakwa, akan tetapi kematian DAFTAR PUSTAKA
tersebut hanya merupakan akibat daripada Bemmelen, J.M. van, 1984, Hukum Pidana I,
kurang hati-hati atau lalainya terdakwa Hukum Pidana Material bgn Umum, Bina
(delik Culpa). Selain Pasal 359 KUHP, dalam Cipta, Jakarta
hal kelalaian seseorang mengakibatkan Guwandi. J, Hukum Medik (Medical Law), Balai
kebakaran atau banjir, dapat dilakukan Penerbit FKUN, Jakarta, 2004
penuntutan berdasarkan Pasal 188 KUHP , Hengstz. Yaenet. M, Penegakan Hukum Pidana
diancam dengan pidana penjara paling Terhadap Kelalaian Pengemudi Yang
lama lima tahun atau pidana kurungan Menimbulkan Kecelakaan Di Jalan Raya,
paling lama satu tahun atau pidana denda diakses pada tanggal 6 Maret 2019
paling banyak empat ribu lima ratus darihttps://media,neliti.com > publications
rupiah, jika karena perbuatan itu timbul Huda Chairil, 2006, Dari Tiada Pidana Tanpa
bahaya umum bagi barang, jika karena Kesalahan Menuju Kepada Tiada
perbuatan itu timbul bahaya bagi nyawa Pertanggungjawaban Pidana Tanpa
orang lain, atau jika karena perbuatan itu Kesalahan, Kencana Prenada Media,
mengakibatkan orang mati.Sedangkan Jakarta
menurut Pasal 360 KUHP, dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya

37
Lex Crimen Vol. VIII/No. 3/Maret/2019

Isfandyarie Anny, Malpraktek dan Resiko Medik Kematian, diakses pada tanggal 5 Maret
dalam Kajian Hukum Pidana, Prestasi 2019 dari https://media.neliti.com >
Pustaka Publisher, Jakarta, 2005 publications
Koeswadji Hermien Hediati, Hukum Kedokteran, MYS, Yurisprudensi Kealpaan Dalam Pasal 359
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, KUHP, diakses pada tanggal 6 Maret 2019
............................................., Hukum Pidana dari m.hukumonline.com
Lingkungan, P.T Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 1993
Kartanegara. Satochid, Hukum Pidana I,
Kumpulan Kuliah, Balai Lektur Mahasiswa,
Tanpa Tahun
Lamintang. PAF, Hukum Penitensier Indonesia,
Armico, Bandung, 1984
Maramis Frans, Hukum Pidana Umum dan
tertulis di Indonesia, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2012.
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina
Aksara, Jakarta, 1983
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Pidana dan
Pemidanaan, Badan Penyediaan Bahan
Kuliah Fak. Hukum UNDIP, Semarang, 1984
.............dan BN Arief, Teori-Teori Dan
Kebijaksanaan Pidana, Alumni, Bandung,
1984
Prayudi Guse, Beberapa Aspek Tindak Pidana
Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Merkidd Press, Yogyakarta, 2008
Prasetyo Teguh, 2011, Hukum Pidana,
RajaGrafindo Persada, Jakarta
Purnomo Bambang, Azas-Azas Hukum Pidana,
Ghalia Indonesia, Yogyakarta, 1992
Rosep Ezrin, Tanggung-jawab Pidana dari
Dokter, Harian Merdeka-Jakarta, edisi
Senin, 25 Januari 1982
Saleh Roeslan, 1981, Perbuatan Pidana dan
Pertanggungan Jawab Pidana, Aksara
Baru, Jakarta
Soesilo R, Kitab Undang-Undang hukum Pidana
(KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea, Bogor
Soekanto Soerjono, Aspek-Aspek Hukum dan
Etika Kedokteran Indonesia, Jakarta, 1983
Sudarto, Hukum Pidana Jilid I A dan I B, Fakultas
Hukum UNSOED Purwokerto, 1990
Tresna R, Azas-azas Hukum Pidana, P.T Mutiara
Ltd, Jakarta, 1959
Utrecht E, Hukum Pidana I, Penerbitan
Universitas, Bandung, cet ke-2, 1960

Sumber Lain:
Anugerah Rizki Akbarai, Anotasi Putusan
Perkara Kelalaian Yang Mengakibatkan

38

Anda mungkin juga menyukai