1
D. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
- Untuk mengetahui makna dari tindak pidana
- Untuk mengetahui sejarah dari tindak pidana
- Untuk mengetahui Makna tindak pidana ringan
- Untuk mengetahui seluruh jenis tindak pidana ringan
- Untuk mengetahui mengapa tindak pidana ringan terjadi
- Untuk mengetahui proses terjadinya tindak pidana ringan
- Untuk mengetahui bagaimana mencegah tindak pidana ringan
E. Manfaat
Melalui penelitian ini, diharapkan hasil penelitian dapat digunakan untuk:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai informasi hubungan antara akhlak mahasiswa
dengan kemampuan berprilaku dan bermasyrakat dengan baik dan benar. Penelitian ini
juga dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya mengenai studi
proses Pembentukan kata dan menjadi bahan kajian lebih lanjut mengenai topik yang
sama.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini, dapat dimanfaatkan oleh pendidik atau pengajar sebagai sumber
informasi untuk menanggulangi agar mahasiswa dapat mengerti apa itu tindak pidana
ringan.
2
BAB II
Pembahasan
1. MAKNA TINDAK PIDANA DAN SEJARAHNYA
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana
Belanda yaitu Strafbaar feit. Strafbaar feit terdiri dari tiga kata, yakni straf, baar dan
feit. Straf diterjemahkan dengan pidana dan hukum. Baar diterjemahkan dapat atau
boleh. Feit diterjemahkan tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.
Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana (yuridis
normatif). Kejahatan atau perbuatan jahat bisa diartikan secara yuridis atau
kriminologis. Kejahatan atau perbuatan jahat dalam arti yuridis normatif adalah
perbuatan seperti yang terwujud in abstracto dalam peraturan pidana.
Menurut Simons, Pengertian Tindak Pidana merupakan tindakan melanggar
hukum pidana yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh
seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undangundang
hukum pidana telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.
Menurut Moeljatno, perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh
suatu aturan hukum, larangan tersebut disertai ancaman (sanksi) berupa pidana
tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut. Bambang Poernomo berpendapat
bahwa perumusan mengenai tindak pidana
akan lebih lengkap apabila suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum pidana
dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa yang melanggar larangan
tersebut. Wirjono Prodjodikoro mengemukakan bahwa Tindak pidana adalah
pelanggaran norma-norma dalam tiga bidang yaitu hukum perdata, hukum
ketatanegaraan, dan hukum tata usaha pemerintah yang oleh pembentuk undangundang
ditanggapi dengan suatu hukuman pidana.
Menurut Vos, tindak pidana adalah suatu kelakuan manusia diancam pidana
oleh peraturan-peraturan atau undang-undang, jadi suatu kelakuan pada umumnya
dilarang dengan ancaman pidana. dipahami tentang pengertian tindak pidana itu sendiri.
Istilah tindak pidana (delik) berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda
yaitu strafbaar feit. Walaupun istilah ini terdapat dalam Wetboek van Strafrecht (WvS)
Belanda, dengan demikian juga WvS Hindia Belanda Nv.sNI, tetapi tidak ada penjelasan
resmi tentang yang dimaksud dengan strafbaar feit itu. Oleh karena itu para ahli hukum
berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu. Sayangnya sampai kini belum ada
keseragaaman pendapat tentang rumusan ilmiah strafbaar feit itu sendiri. Pembentuk
undang – undang Indonesia. Pasal 1 ayat (1) KUHP, yang berbunyi “Tiada suatu perbuatan
dapat dipidana, kecuali atas kekuatan peraturan pidana dalam perundang-undangan Pasal
tersebut”. Akan tetapi, Simons telah merumuskan “strafbaar feit” itu sebagai suatu
“tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak
dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya
dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat
dihukum”.
3
2. Unsur Tindak Pidana
Unsur-Unsur Tindak Pidana Menurut Moeljatno, unsur-unsur tindak pidana sebagai
berikut:
Menurut Lamintang, ada unsur objektif yang berhubungan dengan keadaankeadaan, yaitu
keadaan dimana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Unsur- unsur obyektif itu
meliputi:
a. Perbuatan manusia, terbagi atas perbuatan yang bersifat positif dan bersifat
negatif yang menyebabkan suatu pelanggaran pidana. Terkadang perbuatan
positif dan negatif terdapat dengan tegas di dalam norma hukum pidana yang
dikenal dengan delik formil. Dimana pada delik formil yang diancam hukuman
adalah perbuatannya seperti yang terdapat pada Pasal 362 KUHP dan Pasal
372 KUHP, sedangkan terkadang pada suatu perbuatan saja diancam hukuman
sedangkan cara menimbulkan akibat itu tidak diuraikan lebih lanjut, delik
seperti ini disebut sebagai delik materil yang terdapat pada Pasal 338 KUHP.
b. Akibat perbuatan manusia, yaitu akibat yang terdiri atas merusaknya atau
mebahayakan kepentingan-kepentingan hukum yang menurut norma hukum
pidana itu perlu ada supaya dapat dipidana.
c. Sifat melawan hukum dan dapat dipidana. Perbuatan itu melawan hukum jika
bertentangan dengan undang-undang. Sifat dapat dipidana artinya bahwa
perbuatan itu harus diancam dengan pidana, oleh suatu norma pidana yang
4
tertentu. Sifat dapat dipidana ini bisa hilang walaupun telah diancam pidana dengan
undang-undang tetapi telah dilakukan dalam keadaan-keadaan yang membebaskan
misalnya dalam Pasal 44, 48, 49, 50 dan 51 KUHP.
5
6. Motif / Alasan Seseorang Melakukan Tindak Pidana Ringan
2. Alasan personal
Alasan personal menjadi salah satu penyebab seseorang melakukan tindakan kriminalitas.
Hal ini disebabkan oleh sifat alami dari sebuah tindakan yang jahat adalah keegoisan dan
didorong oleh perasaan negatif seperti ketakutan, kecemburuan, dan kemarahan.
Degradasi mental juga dapat muncul karena beberapa orang yang mengalami tingkat
stress, depresi, dan tidak dapat melampiaskan kekesalannya. Hal ini membuat mereka
berbuat jahat kepada orang lain untuk dapat meredam kekesalan dan emosinya. Karena
itu, gejala degradasi mental harus dirawat dan dicegah sebelum menjadi lebih parah.
3. Kondisi sosial
Beragam kondisi sosial sebagai penyebab kriminalitas yang merugikan kehidupan
manusia. Misalnya, beragam jenis pengangguran, kemiskinan yang makin menjamur,
kondisi lingkungan yang mendukung individu melakukan kejahatan, kepincangan sosial,
tekanan mental serta kebencian. Hidup di lingkungan sosial yang miskin dan banyak
terjadi pelanggaran hukum, tidak memiliki pendidikan yang baik, memiliki gangguan
fisik dan mental dan berbagai kesulitan psikososial lainnya.
4. Pengaruh lingkungan
Pengaruh dari lingkungan menjadi salah satu penyebab orang melakukan kejahatan.
Contohnya, anak-anak yang diabaikan, ditinggalkan, atau dianiaya dan tumbuh dalam
keluarga disfungsional, akan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk melakukan
aksi kejahatan di kehidupannya nanti dibandingkan mereka yang tumbuh dalam keluarga
baik-baik.
6
kesadaran seseorang hingga narkoba yang dapat menyebabkan seseorang kecanduan,
keduanya dapat membuat seseorang takabur dan melakukan sebuah aksi kriminal.
Meskipun dalam kasus narkoba biasanya si kriminal bukan pengguna narkoba, namun
mereka adalah bagian kecil dari rantai besar obat terlarang yang menarik orang-orang ke
lubang tidak berdasar itu.
7
bahwa dalam penganiayaan ringan terhadap korban tidak timbul penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian.
8
salah satu kejahatan yang dirumuskan dalam Pasal 364, 373 dan 379.
Mengenai latar belakang keberdaan kejahatan-kejahatan ringan (lichte
misdrijven) diberikan komentar oleh Wirjono Prodjodikoro bahwa,
Kejahatan ringan ini dalam zaman penjajahan Belanda ada artinya, oleh
karena semua orang, tanpa diskriminasi, yang melakukan kejahatan
ringan ini, diadili oleh ”Landrechter” seperti semua orang yang
melakukan ”pelanggaran”, sedang seorang Indonesia atau Timur Asing
(Cina, Arab dan India-Pakistan) pembuat kejahatan bisa, diadili oleh
”Landraad” (sekarang pengadilan negeri) dan seorang Eropa sebagai
pembuat kejahatan biasa diadili oleh Raad van Justitie (sekarang
Pengadilan Tinggi).
BAB III
PENUTUP
Bab III (tiga) ini merupakan pembahasan yang terakhir dalam penulisan karya ilmiah
ini, yang di dalamnya peneliti menguraikan tentang kesimpulan dari beberapa pembahasan
terdahulu serta peneliti juga mengajukan beberapa saran yang ada kaitan atau berkenaan
dengan pembahasan ini. Adapun kesimpulan dan saran-sarannya adalah sebagai berikut:
A. Kesimpulan
dengan prosedur yang lebih sederhana. Tindak Pidana Ringan ini tidak
penadahan ringan.
9
Mahasiswa Universitas Pertiba dan Hukum Pidana :
b) Sikap tidak ingin tahu; karena sikap tersebut membuat mahasiswa bersifat apatis
dan merasa paling benar merekapun tidak mau mempelajari aturan – aturan dalam
hukum.
B. Saran-Saran
Setelah diambil kesimpulan, maka dapat diberikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
yang bersifat motivasi dalam belajar terhadap mahasiswa yang kurang paham hukum
pidana.
baik, agar bisa memberi contoh yang baik kepada para mahasiswa yang lain dan
dari tindak pidana dan sanksi yang akan diterima jika melanggar hukum sehingga
kejahatan ringan.
5. Prosedur pemeriksaan tindak Pidana Ringan ( Tipiring ) cukup efektif, demikian pihak-
10
DAFTAR PUSTAKA
11
1994.
Jonkers, J. E. Mr, Buku Pedoman
Hukum Pidana Hindia Belanda,
PT. Bina Aksara, Jakarta, 1987.
Karjadi dan R. Soesilo, 1986, Kitab
Undang-Undang Hukum Acara
Pidana Dengan Penjelasan
Resmi Dan Komentar, PT.
Karya Nusantara, Bandung.
Lamintang, P.A.F. dan Samosir, C.
D., Hukum Pidana di
Indonesia, PT. Eresco, JakartaBandung, cet. ke-3, 1981.
_______, Tindak-tindak Pidana
Tertentu di Indonesia, PT.
Eresco, Jakarta-Bandung, cet.
ke-10, 1974. Redaksi PT.
Ichtiar Baru-van Hoeve (ed).
Himpunan Peraturan
Perundang-undangan Republik
Indonesia, PT. Ichtiar Baru-van
Hoeve, Jakarta, 1989.
Machmud Peter, Penelitian Hukum,
KencanaPrenada Media Group,
2010.
Seno Adji, Oemar, Hukum (Acara)
Pidana Dalam Prospeksi,
Erlangga, Jakarta-Bandung,
1983.
Sianturi, S. R., Tindak Pidana di
KUHP Berikut Uraiannya,
Alumni AHMPTHM, Jakarta,
1983.
12
SoekantoSoerjono, Pengantar
Penelitian Hukum, UI-Press,
Jakarta, 1986.
_______, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penegakan
Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008.
Soenggono B., Metodologi Penelitian
Hukum, Raja Grafindo Perkasa,
1998, dan HanitijoSoemitro,
Metodologi Penelitian Hukum
dan Juri Metri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1994.
Soesilo, R., KUHP Beserta
Uraiannya Lengkap Pasal
Demi Pasal, Politeia, Bogor,
1983.
Soesilo, 1995, Kitab UndangUndang Hukum Pidana Serta
Komentar-Komentarnya.
Bogor.
Syahrani Riduan, 2013, Rangkuman
Intisari Ilmu Hukum, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Tresna, R. Mr. Komentar HIR,
Pradnya Paramita, Jakarta,
1976.
Zainuddin Ali, Metode Penelitian
Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,
2009.
13