Anda di halaman 1dari 6

NAMA :FITROTUL KIPTIYAH

NIM :22043031012
FAKULTAS/PRODI :HUKUM/ILMU HUKUM
MATA KULIAH :HUKUM PIDANA
DOSEN PEMBIMBING:SOLEHATI NOFITASARI SH.,MH.

RESUME I TINDAK PIDANA DAN PEMIDANAAN

TINDAK PIDANA
Hukum pidana merupakan aturan atau hukum yang mengatur pelanggaran atau
kejahatan umum dimana pelakunya dapat diancam hukuman berupa penderitaan atau siksaan
juga bisa berupa denda sesuai dengan sanksi atau hukuman yang dijatuhkan.Hukum pidana
juga disebut hukum kriminal yang mana semua tindakan atau perbuatan yang dilarang
termasuk tindak pidana,aturan yang mengatur hal tersebut telah tertulis didalam kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.

Tindak pidana sendiri merupakan terjemahan dari istilah Belanda “Strafbaar Feit”
sedangkan dalam bahasa Latin dipakai istilah “Delict” atau “Delictum” dalam Bahasa
Indonesia digunakan istilah Delik.Hakekatnya menyatakan bahwa pastilah untuk setiap delik
yang dapat dipidana harus berdasarkan Undang-Undang yang dibuat oleh pembentuk
Undang-Undang, dan pendapat umum tidak dapat menentukan lain dari pada apa yang telah
ditetapkan dalam Undang- Undang.

Rumusan delik tersebut mempunyai dua fungsi. Pertama, rumusan delik sebagai
pengejawantahan asas legalitas. Kedua, rumusan delik berfungsi sebagai unjuk bukti dalam
konteks hukum acara pidana.Pertanyaan lebih lanjut, di manakah kita dapat mengetahui atau
menemukan rumusan delik yang terdiri dari unsur-unsur delik? Jawaban sederhana dari
pertanyaan tersebut adalah bahwa rumusan delik yang berisi unsur-unsur delik hanya dapat
diketahui dengan membaca pasal-pasal yang berisi suatu ketentuan pidana.

Menurut EY Kanter dan SR Sianturi, unsur-unsur tindak pidana adalah:

1. Subjek,

2. Kesalahan,

3. Bersifat melawan hukum,


4. Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh UUD dengan sanksi pidana.

5. Waktu, tempat dan keadaan (unsur objektif lainnya).

Dari apa yang disebutkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu perbuatan akan
menjadi suatu tindak pidana apabila perbuatan itu:

1. Melawan hukum,

2. Merugikan masyarakat,

3. Dilarang oleh aturan pidana,

4. Pelakunya akan diancam dengan pidana,

5. Pelakunya dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam Tindak Pidana ada beberapa jenis yang disebut sebagai Jenis-Jenis Tindak Pidana,
yaitu:

1. Kejahatan dan Pelanggaran,kejahatan sering diartikan sebagai perilaku pelanggaran


aturan hukum akibatnya seseorang dapat dijerat hukuman. Kejahatan terjadi
ketika seseorang melanggar hukum baik secara langsung maupun tidak langsung, atau
bentuk kelalaian yang dapat berakibat pada hukuman.Sedangkan pelanggaran sendiri
ialah suatu perbuatan melanggar,yakni menyalahi atau melawan suatu aturan.
Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk melakukan tindakan menurut
kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan yang telah dibuat .Penetapan tindak
pidana sebagai kejahatan dan pelanggaran dalam undang-undang pidana khusus
memiliki implikasi yuridis materiil dan yuridis formal. Penetapan kualifikasi yuridis
tindak pidana sebagai kejahatan dan pelanggaran ini diperlukan untuk
“menjembatani” berlakunya aturan umum KUHP dan KUHAP terhadap hal-hal yang
tidak diatur dalam undang-undang pidana khusus. Implikasi yuridis materiil dari
penetapan tindak pidana sebagai kejahatan dan pelanggaran berkaitan dengan masalah
“asas nasional aktif”, “percobaan tindak pidana”, “pembantuan tindak pidana”,
“perbarengan tindak pidana”, “daluwarsa penuntutan”, dan “daluwarsa pelaksanaan
pidana”. Implikasi yuridis formal dari penetapan tindak pidana sebagai kejahatan dan
pelanggaran berkaitan dengan masalah penangkapan dan penahanan dalam KUHAP.
2. Delik Formil dan Delik Materil, Delik Formil adalah yang menguraikan perbuatan
yang dilarang,delik ini tidak mengatur akibat dari perbuatan dilarang tersebut.
Misalnya delik pencurian hanyalah mengandung perbuatan yang dilarang berupa
pengambilan barang orang lain dengan maksud untuk dimilikinya dengan melawan
hukum. Di dalam Pasal 362 KUHP26 tidak dijadikan unsur akibatnya,misalnya
korban pencurian menderita kerugian.Delik Materil mengandung unsur akibat seperti
delik pembunuhan.Perbuatan itu diuraikan dalam Pasal 538 KUHP,29 yang berarti
perbuatan apa saja yang membawa akibat kematian orang lain termasuk pembunuhan,
misalnya menikam, memukul, menembak, meracun,melempar orang ke dalam
jurang,mengenakan ilmu hitam (black magic) selama dapat dibuktikan. Bila perbuatan
untuk menghilangkan nyawa orang lain belum terjadi, tetapi sudah dilakukan
perbuatan pelaksanaan kesengajaan, maka yang terjadi adalah percobaan pembunuhan
(Pasal 53 jo, Pasal 338 KUHP).
3. Delik commisionis, delik ommisionis dan delik commissionis per ommissionem
commissa.Delik commisonis adalah delik yang dilakukan dengan perbuatan,delik ini
berupa pelanggaran terhadap larangan, misalnya berbuat sesuatu yang dilarang,
pencurian, penggelapan, penipuan.Delik omisisionis dilakukan dengan membiarkan
atau mengabaikan (nalaten),delik ini berupa pelanggaran terhadap perintah, yaitu
tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan / diuharuskan. Misalnya, tidak
menghadap sebagai saksi di pengadilan (Pasal 522 KUHP), tidak menolong orang
yang memerlukan pertolongan (Pasal 531 KUHP).Sedangkan Delik Commissionis
Per Ommissionem Commissa merupakan delik pelanggaran larangan tetapi dapat
dilakukan dengan cara tidak berbuat. Misalnya : seorang ibu yang membunuh bayinya
dengan tidak menyusui (Pasal 338 atau 340 KUHP).
4. Delik dolus dan delik culpa,Delik kesengajaan (dolus) adalah suatu tindak pidana
yang dilakukan karena kesengajaan. Sementara delik kealpaan (culpa) dilakukan
karena kesalahan atau kealpaan.Kesengajaan pelaku mempunyai hubungan kejiwaan
yang lebih erat terhadap suatu tindakan dibanding dengan kelalaian (culpa).
Karenanya ancaman pidana pada suatu kesengajaan jauh lebih berat, apabila
dibandingkan dengan kelalaian.
5. Delik tunggal dan delik berganda, Delik tunggal adalah delik yang cukup dilakukan
dengan sekali perbuatan sedangkan delik berganda adalah delik yang untuk
kualifikasinya baru terjadi apabila dilakukan berulang kali perbuatan.
6. Delik yang berlangsung terus dan delik yang tidak berlangsung terus.Delik terus
menerus yaitu delik yang dilakukan secara terus menerus,sedangkan delik yang tidak
berlangsung terus menerus merupakan delik atau tindak pidana yang selesai pada saat
itu juga termasuk delik atau perbuatan yang mewujudkan delik akibat.
7. Delik aduan dan bukan delik aduan,delik aduan merupakan delik yang penuntutannya
itu hanya dilakukan apabila ada pengaduan dari pihak korban sedangkan Delik bukan
aduan adalah delik yang tidak mempersyaratkan adanya pengaduan untuk
penuntutannya.

Pemidanaan

Pemidanaan dapat diartikan sebagai tahap penetapan sanksi dan pemberian sanksi
dalam hukum pidana. Kata pidana pada umumnya diartikan sebagai hukum,
pemidanaan diartikan sebagai penghukuman. Pemidanaan adalah suatu tindakan terhadap
seorang pelaku kejahatan, dimana pemidanaan ditujukan bukan karena seseorang telah
berbuat jahat tetapi agar pelaku kejahatan tidak lagi berbuat jahat dan orang lain takut
melakukan kejahatan serupa.Jadi dari pernyataan diatas bisa kita simpulkan bahwa
pemidanaan ataupun penghukuman itu adalah sebuah tindakan kepada para pelaku
kejahatan yang mana tujuannya bukan untuk memberikan balas dendam kepada para
pelaku melainkan para pelaku diberikan pembinaan agar nantinya tidak mengulangi
perbuatannya kembali.

Teori pemidanaan dapat digolongkan dalam tiga golongan pkok yaitu golongan teori
pembalasan, golongan teori tujuan, dan golongan teori gabungan.

1. Teori Pembalasan
Teori pembalasan atau juga bisa disebut dengan teori absolut adalah dasar
hukuman harus dicari dari kejahatan itu sendiri, karena kejahatan itu
menimbulkan penderitaan bagi orang lain maka sipelaku kejahatan
pembalasannya adalah harus diberikan penderitaan juga. Jadi dalam teori ini
adalah pembalasan itu ditujukan untuk memberikan sebuah hukuman kepada
pelaku pidana yang mana nantinya akan memberikan efek jera dan ketakutan
untuk mengulangi perbuatan pidana tersebut.
2. Teori Tujuan
Berdasarkan teori ini, pemidanaan dilaksanakan untuk memberikan maksud dan
tujuan suatu pemidanaan, yakni memperbaiki ketidakpuasan masyarakat sebagai
akibat perbuatan kejahatan tersebut. Dalam hal ini teori ini juga dapat diartikan
sebagai pencegahan terjadinya kejaatan dan sebagai perlindungan terhadap
masyarakat.
3. Teori Gabungan
Teori gabungan ini lahir sebagai jalan keluar dari teori absolut dan teori
relatif yang belum dapat memberi hasil yang memuaskan. Aliran ini didasarkan
pada tujuan pembalasan dan mempertahankan ketertiban masyarakat secara
terpadu.Artinya penjatuhan pidana beralasan pada dua alasan yaitu sebagai
suatu pembalasan dan sebagai ketertiban bagi masyarakat.

Jenis – Jenis Pemidanaan

Berdasarkan ketentuan yang ada di KUHP menyangkut tentang sangsi pidana atau
jenis pemidanaan hanya terdapat 2 macam hukuman pidana, yaitu pidana pokok dan
pidana tambahan.

Hukuman pokok ( hoofd straffen ) :

1. Pidana Mati

2. Pidana penjara

3. Pidana kurungan

4. Pidana denda

Hukuman tambahan ( bijkomende straffen ) :

1. Pencabutan hak – hak tertentu

2. Perampasan barang – barang tertentu

3. Pengumuman Putusan Hakim

Pidana pokok adalah hukuman yang dapat dijatuhkan terlepas dari hukuman –
hukuman lain. Sedangakan pidana tambahan adalah hukuman yang hanya dapat dijatuhkan
bersama – sama dengan hukuman pokok.

Anda mungkin juga menyukai