KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini
saya menjelaskan mengenai Tindak Pidana atau Delik. Makalah ini saya buat dalam rangka
memperdalam matakuliah Hukum Pidana. Saya menyadari, dalam makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan
dan pengalaman yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran.
Demi perbaikan dan kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar,15Juni2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kesimpulan .............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam delik (tindak pidana ) akan berlaku hukuman yang telah dinilainya, dalam hal
ini, KUHP yang terdiri dari pasal-perpasal, dalam pasal-pasal tersebut terdapat hukuman
yang berlaku bagi siapapun yang melanggarnya atau bertentangan dengan aturan itu. Jika
perbuatan yang dilakukan tidak diatur atau tidak terdapat dalam KUHP dan Undang-undang
maka perbuatan itu dinilai bukan merupakan tindak pidana.
Untuk mempelajari mengenai Delik, kiranya akan lebih mudah memperoleh kejelasannya
apabila terlebih dahulu dipelajari Hukum Pidana yang membahas tentang Delik secara luas
maupun khusus. Tentunya sebagai warga Negara Indonesia kita di harapkan untuk
mengetahui bagaimana hukum di Indonesia sehingga dapat membangun hukum yang ada
dinegara ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Delik
Kata delik berasal dari bahasa Latin, yaitu dellictum, yang didalam Wetboek Van Strafbaar
feit Netherland dinamakan Strafbaar feit. Dalam Bahasa Jerman disebut delict, dalam Bahasa
Perancis disebut delit, dan dalam Bahasa Belanda disebut delict. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia, arti delik diberi batasan sebagai berikut : “perbuatan yang dapat dikenakan
hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang; tindak pidana.”
Sedangkan pengertian delik menurut para ahli yaitu :
Kelakuaan yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang
berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang mampu bertanggung jawab.
2. Menurut Meoljatno
Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman
(sanksi) berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut.
Perbuatan yang melanggar hukum dilakukan dengan kesalahan oleh orang yang mampu
bertanggung jawab dan pelukanya diancaman dengan pidana.
Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan setidak-tidaknya dari dua sudut pandang, yakni:
a. dari sudut teoritis, dan dua dari sudut undang-undang. Teoritis artinya berdasarkan
pendapat ahli hukum, yang tercermin dalam bunyi rumusannya. Sementara itu, sudut undang-
undang adalah bagaimana kenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana
tertentu dalam pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang ada.
Unsur-Unsur yang ada dalam tindak pidana yaitu melihat bagaimana bunyi rumusan yang
dibuatnya. Beberapa contoh, diambilkan dari batasan tindak pidana oleh teoritis yang telah
dibicarakan di muka, yakni Moeljatno, R.Tresna, dan Vos.
1) Perbuatan
Perbuatan manusia saja yang boleh dilarang, oleh aturan hukum. Berdasarkan kata majemuk
perbuatan pidana, maka pokok pengertian ada pada perbuatan itu , tapi tidak di pisahkan
dengan orangnya. Ancaman (diancam) dengan pidana menggambarkan bahwa tidak mesti
perbuatan itu dalam kenyataannya benar-benar dipidana. Pengertian diancam merupakan
pengertian umum, yang artinya pada umumnya dijatuhi pidana. Apakah inconcerto orang
yang melakukan perbuatanitu dijatuhi pidana ataukah tidak merupakan hal yang lain dari
pengertian perbuatan pidana. Dari rumusan R. Tresna di muka, tindak pidana terdiri dari
unsur-unsur, yakni: 1) Perbuatan/rangkaian perbuaatan (manusia)
Dari unsur yang ketiga, kalimat diadakan penghukuman, terdapat pengertin bahwa seolah-
olah setiap perbuatan yang dilarang itu selalu diikuti oleh penghukuman (pemidanaan),
berbeda dengan Moejatno, karena kalimat diancam pidana berarti perbuatan itu tidak selalu
dan tidak dengan demikian dijatuhi pidana. Walaupun mempunyai kesan bahwa setiap
perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang selalu diikuti dengan pidana, namun
dalam unsur-unsur itu tidak terdapat kesan perihal syarat-syarat (subjektif) yang melekat pada
orangnya untuk dapat dijatuhkan pidana.
Menurut batasan yang dibuat oleh Vos, maka unsur-unsur tindak pidana, yakni: 1)
Kelakuan manusia
Dapat dilihat bahwa pada unsure-unsur dari tiga batasan penganut paham dualisme tersebut,
tidak ada perbedaan, yakni bahwa tindak pidana itu adalah perbuatan manusia yang dilarang,
dimuat dalam undang-undang, dan diancam pidana bagi yang melakukannya. Dari unsur-
unsur yang ada jelas terlihat bahwa unsur-unsur tersebut tidak menyangkut diri si pembuat
atau dipidannya pembuat, semata-mata mengenai perbuatannya.
Buku 11 KUHP memuat rumusan-rumusan perihal tindak pidana tertentu yang masuk dalam
kelompok kejahatan, dan buku 111 memuat pelanggaran. Ternyata ada unsur yang selalu
disebutkan dalam setiap rumusan. Yakni mengenai tingkah laku atau perbuatan walaupun ada
perkecualian seperti Pasal 351 (penganiayaan). Unsur kesalahan dan melawan hukum
kadang-kadang dicantumkan, dan sering kali juga tidak dicantumkan. Sama sekali tidak
dicantumkan mengenai unsur kemampuan bertanggung jawab. Di samping itu, banyak
mencantumkan unsur-unsur yang lain baik sekitar atau mengenai objek kejahatan maupun
perbuatan secara khusus untuk rumusan tertentu.
Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu dapat diketahui adanya 11
unsur tindak pidana yakni:
3) Unsur kesalahan
Dari 11 unsur itu, dianataranya dua unsur, yakni kesalahan dan melawan hukum yang
termasuk unsur subjektif, sedangkan selebihnya berupa unsur objektif. Unsur melawan
hukum ada kalanya bersifat objektif, misalnya melawan hukum perbuatan mengambil pada
pencurian (362) terletak bahwa dalam mengambil itu di luar persetujuan atau kehendak
pemilik (melawan hukum objektif), atau pada Pasal 251 pada kalimat tanpa izim pemerintah,
juga pada pasal 253 pada kalimat menggunakan cap asli secara melawan hukum adalah
berupa melawan hukum objektif. Akan tetapi, ada juga melawan hukum subjektif misalnya
melawan hukum dalam penipuan (oplichting, 378), pemerasatan (afpersing, 368),
pengancaman (afdereiging, 369 di mana disebutkan maksud untuk menguntungkan diri atau
orang lain secara melawan hukum. Begitu juga unsur melawan hukum pada perbuatan
memiliki dalam penggelapan (372) yang bersifat subjektif, artinya terdapat kesadaran bahwa
memiliki benda orang lain yang ada dalam kekuasaann yaitu merupakan celaan masyarakat.
Sedangkan menurut rumusan Delik yang terdapat dalam KUHP, maka dapat diketahui ada
dua unsur delik yaitu:
Terhadap perbuatan Delik dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu kejahatan dan
pelanggaran. Kejahatan (misdrijven) menunjuk kepada suatu perbuatan yang menurut nilai-
nilai kemasyarakatan dianggap sebagai perbuatan tercela, meskipun tidak diatur dalam
ketentuan undang-undang Sedangkan pelanggaran menunjuk pada perbuatan yang oleh
masyarakat dianggap bukan sebagai perbuatan tercela, tetapi dianggapnya sebagai perbuatan
Delik karena ditentukan oleh undang-undang.
C. Jenis-jenis Delik
1. Delik Kejahatan adalah delik yang tercantum dalam buku II KUHP. Kasus pembunuhan
berencana tersebut diatur dalam pasal 340 KUHP yang berada dalam buku II KUHP tentang
kejahatan, sehingga kasus tersebut digolongkan dalam delik kejahatan.
3. Delik Komisionis adalah tindakan aktif (active handeling) yang dilarang untuk
pelanggarannya diancam pidana. Kasus tersebut merupakan delik yang dilarang dilakukan,
sebagaimana tertera dalam Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan dengan dipikirkan lebih
dulu. Pembunuhan berencana ini merupakan perbuatan yang dilarang dilakukan
4. Delik dolus (sengaja) adalah suatu kehendak atau keinginan untuk melaksanakan suatu
tindakan yang didorong oleh pemenuhan nafsu (motif). Dalam kasus pembunuhan tersebut,
pelaku sudah menyiapkan martil dan memukulkannya dengan sengaja untuk mengetahui
apakah korban kebal atau tidak dan menyebabkan korban tewas.
5. Delik Biasa adalah suatu tindak pidana yang penuntutannya bisa dilakukan bila
dilaporkan atau karena tertangkap tangan. Kasus pembunuhan tersebut bisa dilaporkan siapa
saja dan laporan tersebut tidak dapat dicabut kembali dimana bahkan tidak perlu adanya
laporan sebab polisi dapat menyelesaikan delik tersebut, serta delik laporan pembunuhan ini
tidak dapat diselesaikan di luar pengadilan / berdamai.
6. Delik dikualivisir adalah merupakan delik yang dilakukan memiliki unsur memberatkan
pidana. Kasus pembunuhan tersebut dilakukan dengan perencanaan sehingga termasuk dalam
delik yang memberatkan. Selain itu tindakan yang dilakukan tersangka setelah membunuh
adalah memakan organ dalam tubuh korban, dimana menurut KUHP Federasi Rusia, bahwa
pembunuhan dengan tujuan memperoleh organ atau jaringan tubuh, termasuk kedalam
pemberatan pidana delik pembunuhan, dapat dinyatakan berlaku di Indonesia, sebab gejala
pembunuhan kejam seperti itu terjadi juga di Indonesia (menurut pendapat Prof.Dr.Andi
Hamzah dalam buku delik-delik tertentu (special delicten) di dalam KUHP).
7. Delik Selesai adalah delik tersebut sudah selesai ketika delik itu terjadi. Kasus
pembunuhan tersebut, dilaksanakan seketika yaitu memukul dengan martil dan langsung
selesai, tidak berlangsung terus menerus.
8. Delik Communa adalah delik yang bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa terbatas oleh
kualifikasi/golongan. Kasus penganiayaan tersebut, sebagaimana yang tertera pada Pasal 340
KUHP, dapat dilakukan oleh siapapun (WNI, WNA, atau tidak memiliki kewarganegaraan)
tanpa tersbatas seseorang tersebut berasal dari golongan tertentu (Militer, Pegawai Negeri,
dan lainnya) atau bukan
9. Delik Mandiri adalah delik yang dilakukan hanya satu kali saja. Kasus tersebut adalah
pembunuhan yang hanya dilakukan satu kali selesai tanpa berlanjut.
10. Delik tunggal adalah delik yang tidak dilakukan berulang-ulang sebagai mata
pencaharian (lawan dari delik berangkai).
Dalam pasal 1 KUHP ada tiga asas yang dianut antara lain :
a. Asas bahwa hukum pidana hanya bersumber pada undang-undang atau hukum
tertulis.
Asas berlakunya hukum pidana menurut tempat bermanfaat dan berguna untuk mengetahui
sampai dimanakah berlakunya UU hukum pidana dalam suatu Negara, apakah terhadap
seseorang berlaku KUHP atau hukum asing.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Hukum pidana adalah aturan/kaedah/norma- norma yang belaku dalam suatu Negara.
Sedangkan Delik atau tindak pidana adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena
merupakan pelanggaran terhadap undang-undang. Unsur-unsur tindak pidana dapat
dibedakan setidak-tidaknya dari dua sudut pandang, yakni: pertama dari sudut teoritis, dan
dua dari sudut undang-undang. Teoritis artinya berdasarkan pendapat ahli hukum, yang
tercermin dalam bunyi rumusannya. Sementara itu, sudut undang-undang adalah bagaimana
kenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam pasal-pasal
peraturan perundang-undangan yang ada. Jenis-jenis delik terbagi menjadi 10 diantaranya
yaitu : delik tentang kejahatan, adapun asas yang diatur dalam KUHP yaitu asas menurut
waktu dan tempat.
DAFTAR PUSTAKA
A.Z. Abidin Farid dan A. Hamzah, Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudan Delik (Percobaan,
Penyertaan, dan Gabungan Delik) dan Hukum Penitensier, 2008, PT Raja Grafindo Persada :
Jakarta
Drs. P.A.F. Lamintang, S.H. , Dasar – Dasar Hukum Pidana Indonesia. 1997, Citra Aditya :
Jakarta.
Drs. Adami Chazawi, S.H , Pelajaran Hukum Pidana Bagian 3. 2002, PT Raja Grafindo :
Jakarta.
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Share on LinkedIn
Postingan terkait:
1.
Reply
2.
As expressed by a criminal law expert Prof. Moeljatno, SH, who argued that the
definition of criminal offenses according to his term the actions
suksestoto
Reply
Load more...
← Newer Post Older Post → Home
Total Pageviews
1484744
Select Category
info Hukum Rangkuman Materi Kuliah Serba-serbi News Tahukah Kamu Berita Islami
Kumpulan Tips Archive Makalah Ekonomi Rangkuman
Popular Posts
"Hukum Yang Mengatur Dan Hukum Yang Memaksa" Hukum mengatur ( regeld)
adalah hukum yang dapat dijadikan acuan oleh para pih...
1. Manajemen berasal dari kata latin yaitu “manus” yang artinya “to control by
hand” atau “gain result”. Manajemen dapat didefinisi s...
Suatu faktor dapat menimbulkan kejahatan tertentu, sedangkan faktor lain dapat
menimbulkan jenis kejahatan yang lain pula. Timbulnya suatu...
Annisa Wally
View my complete profile
Recent Comments
Contact Form
Name
Email *
Message *
Google+ Followers
Copyright © 2015 Tutorial Blogku
Design by Mas Sugeng - Powered by Blogger