Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KELOMPOK 5

DELIK

DOSEN PENGAMPU :
Muhammad Ishar Helmi S.Sy., SH.M.H.

DISUSUN OLEH :

Teuku Amri (11220480000150)


Erlangga Rizky Syahputro (11220480000152)
Aura Shabrina Najhani (11220480000145)
Rahmat Romadon Harahap (11220480000181)
Andi Muhammad Idham (11220480000162)
Malatu Hilatin Najah (11220480000125)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Delik.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Bahan kuliah ini sangat singkat dan jauh dari sempurna, sehingga kedepannya selalu diadakan
perbaikan-perbaikan dan sangat diperlukan saran dan masukan dari berbagai pihak

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Sebagai akhir kata, tetap berharap semoga bahan
kuliah ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi mahasiswa

Jakarta, 20 Mei 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................


Daftar Isi .............................................................................................................................

Bab 1 Pendahuluan .........................................................................................................


1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................
1.3 Tujuan Masalah .........................................................................................................

Bab 2 .............................................................................................................................
2.1 Pengertian Delik .......................................................................................................
2.2 Macam-Macam Delik ...............................................................................................
2.3 Pengertian gabungan tindak pidana............................................................................
2.4 Jenis jenis gabungan tindak pidana ............................................................................
2.5 Pengertian dan jenis perbarengan dalam melakukan tindak pidana .............................

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pandangan KUHP yang dapat menjadi subjek tindak pidana adalah seorang
manusia sebagai oknum.Ini mudah terlihat pada perumusan–perumusan dari tindak
pidana dalam KUHP yang menampakkan daya pikir sebagai syarat bagi subjek tindak
pidana itu, juga terlihat pada ujud pidana yang termuat dalam pasal–pasal KUHP yaitu
pidana penjara, kurungan dan denda. 1 Mempelajari hukum berarti berhadapan dengan
anggapan–anggapan yang sedikit atau banyak mengikat perbuatan seseorang dalam
masyarakat.Anggapan–anggapan inimemberi petunjuk bagaimanaseseorang harus
berbuat atau tidak harus berbuat. Anggapan–anggapan ini lazim disebut norma atau
kaidah.2 Menurut sistem dalam KUHP, perbuatan pidana dibagi atas kejahatan
(misdrijven) dan pelanggaran (overtredingen).Kejahatan diatur dalam buku ke-II
KUHP dan Pelanggaran diatur dalam buku ke-III KUHP. 3 Kejahatan merupakan
rechtdelict atau delik hukum dan pelanggaran merupakan wetsdelict atau delik undang-
undang.Delik hukum adalah pelanggaran hukum yang dirasakan melanggar rasa
keadilan, misalnya perbuatan seperti pembunuhan, melukai orang lain, mencuri, dan
sebagainya.
Sedangkan delik undang-undang melanggar apa yang ditentukan oleh undang-
undang.4 Selain pembagian delik antara kejahatan dan pelanggaran itu biasanya
melihat sifat dan susunannya, masih ada lagi pembagian-pembagian yang lain,
diantaranya seperti delik formil dan delik materiil, delik dolus dan delik culpa, delik
aduan dan delik biasa, delik berkualifikasi dan delik sederhana, delik yang berjalan
selesai, delik tunggal, delik umum dan delik khusus, dan beberapa jenis delik lainnya.
Tindak pidana pembunuhan dalam KUHP termasuk ke dalam kejahatan terhadap
nyawa. Kejahatan terhadap nyawa (misdrjn tegen het leven) adalah berupa penyerangan
terhadap nyawa orang lain. Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai pembunuhan
adalah perbuatan oleh siapa saja yang dengan sengaja merampas nyawa orang lain. 5
Dalam KUHP diatur pada buku II title XIX (paal 338-350), tentang
“kejahatankejahatan terhadap nyawa orang”. Pembunuhan adalah termasuk tindak
pidana material (material delict), artinya untuk kesempurnaan tindak pidana ini tidak
cukup dengan dilakukannya perbuatan itu, akan tetapi menjadi syarat juga adanya
akibat dari perbuatan itu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Delik ?
2. Apa Saja Macam-Macam Delik?
3. Apa Pengertian Gabungan Tindak Pidana ?
4. Apa Saja Jenis-jenis Gabungan Tindak Pidana ?
5. Apa Pengertian dan Jenis Perbarengan dalam Melakukan Tindak Pidana ?
1.3Tujuan Masalah
1. Pembaca memahami Pengertian Delik
2. Pembaca memahami Apa Saja Macam-macam Delik
3. Pembaca memahami Pengertian Gabungan Tindak Pidana
4. Pembaca memahami Apa Saja Jenis-jenis Gabungan Tindak Pidana
5. Pembaca memahami Pengertian dan Jenis Perbarengan dalam melakukan Tindak
Pidana

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Delik

Hukum pidana Belanda memakai istilah strafbaar feit, kadang-kadang juga delicht yang
berasal dari bahasa Latin delictum. Perbuatan pidana atau delik ialah perbuatan yang
dilarang oleh aturan hukum dan barangsiapa yang melanggar larangan tersebut
dikenakan sanksi pidana. Selain itu perbuatan pidana dapat dikatakan sebagai perbuatan
yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana, perlu diingat bahwa
larangan ditujukan pada perbuatan, sedangkan ancaman pidananya ditujukan pada
orang yang menimbulkan perbuatan pidana itu.

Menurut Van Hamel, delik adalah suatu serangan atau suatu ancaman terhadap hak-hak
orang lain. Sedangkan menurut Prof. Simons, delik adalah suatu tindakan melanggar
hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang
dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah
dinyatakan sebagai suatu tindakan atau perbuatan yang dapat dihukum

Berdasarkan rumusan Prof. Saimans maka delik memuat beberapa unsur yaitu :
a.Suatu perbuatan manusia
b.Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang
c.Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan

Berdasarkan pasal 1 ayat (1) KUHP maka seseorang dapat dihukum bila memenuhi hal-
hal sebagai berikut
a. Ada suatu norma pidara tertentu.
b. Norma pidana tersebut berdasarkan Undang-undang
c. Norma pidana itu harus telah berlaku sebelum perbuatan itu terjadi.

Dengan kata lain, tidak seorang pun dapat dihukum kecuali telah ditentukan suatu
hukuman berdasarkan undang-undang terhadap perbuatan itu.

B. Macam macam Delik


1. Delik Formil dan Delik materil
Delik Formil
Delik Formil adalah delik yang dianggap telah selesai dengan dilakukannnya tindakan
yang dilarang oleh undang-undang dan diancam dengan undang-undang. pada
permasalahan tindak pidana formil itu harus dilakukan tanpa mengetahui atau
menyebutkan konsekuensinya. contohnya dalam Pasal 362 tentang pencurian.
Seseorang dapat dihukum karena pencurian bahkan jika benda yang dicuri belum
dicuri.

Delik Materil adalah


Delik Materil adalah delik yang dianggap telah dilakukan dan akibat yang dilarang dan
diancam dengan hukuman oleh undang-undang. contohnya pada pasal 338 tentang
pembunuhan, meskipun pelaku bermaksud membunuh korban, namun korban belum
sampai meninggal.

4
2. Delik Kejahatan dan Delik Pelanggaran
Delik Kejahatan (Misdrijven)
Delik Kejahatan adalah perbuatan melawan hukum, sekalipun belum diatur di dalam
undang-undang. contohnya, dalam pasal 338 KHUP tentang pembunuhan. Tanpa
penegakan hukum, masyarakat sudah mengetahui bahwa pembunuhan adalah
perbuatan yang tidak baik dan patut dihukum.

Delik Pelanggaran (overtredingen)


Delik Pelanggaran adalah perbuatan yang baru diketahui sebagai delik (tindak pidana)
setelah diatur dalam undang-undang. contohnya pada pasal 503 KHUP, yang mengatur
kebisingan (pelanggaran ketertiban umum).

3. Delik Komisi dan Delik Omisi


Delik Komisi (Commisionis)
Delik Komisi juga dapat dipahami sebagai perbuatan melakukan suatu tindakan yang
dilarang dalam KUHP. contohnya pada pasal 362 KHUP penggelapan, dalam pasala
372 KHUP penipuan,dalam pasal 378 KHUP.

Delik Omisi (Ommisionis)


Delik Omisi adalah delik pidana yang diakibatkan oleh sikap tidak memenuhi atau tidak
mematuhi suatu kewajiban atau perintah hukum. contohnya pada pasal 224 KHUP yang
dengan sengaja tidak memenuhi panggilan saksi, dan dalam pasal 531 KHUP yang
tidak memenuhi kewajiban memberikan bantuan kepada orang lain.

4. Delik Dolus dan Culpa


Delik Dolus
Delik Dolus dapat dipahami sebagai perbuatan yang dilarang, yang dapat juga dipidana
dengan tindak pidana kesengajaan. contohnya terdalapt dalam pasal 338 KHUP, dalam
pasal 354 KHUP dan didalam pasal 187 KHUP.

Delik culpa
Delik Culpa adalah tindakan yang dilarang yang juga dapat dihukum dengan pidana
yang dilakukan karena kelalaian. contohnya dapat ditemukan dalam Pasal 359 KUHP.

5. Delik Aduan dan Delik Biasa


Delik Aduan
Delik Aduan adalah delik yang dapat dituntut dengan mewajibkan atau mewajibkan
pihak yang dirugikan untuk membuat laporan. Dalam artian jika tidak ada laporan,
maka tindak pidana tersebut tidak dapat dituntut.contohnya terdapat dalam pasal 310
KHUP tentang pencemaran nama baik, dalam pasal 284 KHUP tentang perzinahan.

Delik Biasa
Delik Biasa adalah delik yang dapat dituntut meskipun korban tidak
melaporkannya.contohnya terdapat dalam pasal 338 KHUP tentang pembunuhan,
dalam pasal 362 KHUP tentang pencurian, dalam pasal 205 KHUP tentang kelalaian
membiarkan barang yang membahayakan nyawa atau kesehatan orang lain.

5
6. Delik Selesai Dan Delik Berlanjut
Delik Selesai
Delik Selesau dapat diartikan sebagai suatu delik yang menyangkut perbuatan yang
boleh atau tidak boleh dilakukan seseorang dan delik itu selesai ketika dilakukan.
Contohnya adalah pembunuhan dan pembakaran.

Delik Berlanjut
Delik Berlanjut adalah delik yang terjadi karena meneruskan suatu perbuatan yang
dilarang. contohnya terdapat pada Pasal 333 tentang perlindungan kebebasan orang,
Pasal 250 tentang pelepasan uang palsu.

C. Pengertian Gabungan Tindak Pidana

Gabungan tindak pidana merupakan terjemahan dari samenloop van


starafbarfeiten/concursus yaitu dua atau lebih tindak pidana yang dilakukan oleh satu
orang.Tindak pidana yang telah terjadi sesuai dengan apa yang telah dirumuskan
dalamketentuan perundang-undangan.Sedangkan kejadiannya sendiri dapat merupakan hanya
satu tindak pidana saja, duaatau lebih tindak pidana atau beberapa tindak pidana secara
berlanjut dan masing-masingmerupakan tindak pidana atau delik tersendiri.dengan syarat
bahwa diantara tindak pidanatersebut belum pernah ada yang diadili.Jikalau dalam penyertaan
/ deelneming ada beberapa orang yang melakukan tindak pidana, sebaliknya di dalam gabungan
tindak pidana / samenloop/ concursus, adalahmenggambarkan satu orang melanggar beberapa
aturan pidana atau satu orang melakukan bebrapa tindak pidana secara berlanjut.Demikian
dalam recidive/ mengulangi tindak pidana menggambarkan pula satu orangmelakukan
beberapa tindak pidana yang satu dengan tindak pidana yang lain belum ada putusan hakim,
sedangkan dalam recidive antara melakukan tindak pidana yang satudengan yang lainnya sudah
ada putusan hakim.Orang yang melakukan dua atau beberapa tindak pidana sekaligus dapat
dikatakanmelakukan tindak pidana gabungan sebagaimana dimaksud oleh pasal 36 KUHP.
Apabila
dalam “turut serta”
menggambarkan beberapa orang melakukan saru tindak pidanasekaligus. Gabungan tindak
pidana terjadi jika seorang melakukan bebrapa tindak pidanasekaligus.Misalnya : pada malam
hari si A. Tidak memiliki SIM. Mengemudikan mobil didalam kota, melebihi kecepatan 60
Km/Jam, tanpa menyalakan lampu, menabrak tukang baso yang sedang menjajakan baksonya
sampai jatuh dan badannya luka-luka dan bakso berantakan.Di dalam peristiwa ini si A telah
melakukan beberapa pelanggaran karenamengendarai mobil tanpa memiliki SIM dan tidak
menyalakan lampu, kecepatan mobilmelebih batas kecepatan, menabrak orang sehingga luka-
luka.

D. Jenis -jenis Gabungan Tindak Pidana


Dalam suatu tindak pidana dikatakan telah terjadi suatu perbarengan dalam kondisi, jika satu
orang, melakukan lebih dari satu tindak pidana yang dapat dipertanggungjawabkan secara
pidana pada orang tersebut, hal mana untuk tindak pidana tersebut belum ada putusan hakim
diantaranya dan terhadap perkara - perkara pidana tersebut akan diperiksa serta di putus
sekaligus.

6
Di dalam Kitab Undang - undang Hukum Pidana (KUHP) tidak ada definisi mengenai
gabungan tindak pidana (samenloop, concursus), walaupun demikian dari rumusan pasal -
pasal tersebut di atas diperoleh pengertian sebagaimana berikut di bahwa ini :

1. Concursus idealis sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 63 Kitab Undang -


undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur suatu perbuatan masuk ke dalam lebih
dari satu aturan pidana;
2. Ada perbuatan berlanjut sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 64 Kitab Undang -
undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur tentang seseorang melakukan beberapa
perbuatan tersebut yang masing - masing merupakan kejahatan atau pelanggaran.
Adapun perbuatan - perbuatan memiliki hubungan yang sedemikian rupa sehingga
harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut; dan
3. Pasal 65 sampai Pasal 71 KUHP yang mengatur tentang perbarengan
perbuatan (concursus realis).

Terdapat 2 (dua) kelompok pandangan mengenai persoalan gabungan tindak


pidana (samenloop, concursus) yaitu kelompok yang memandang sebagai masalah pemberian
pidana seperti yang dikemukan oleh Hazewinkel Suringa dan kelompok yang memandang
sebagai bentuk khusus dari tindak pidana seperti yang dikemukakan oleh Pompe, Mezger dan
Moelyatno. Adapun gabungan tindak pidana (samenloop, concursus) dalam Kitab Undang -
undang Hukum Pidana (KUHP) dimuat dan dan diatur dalam ketentuan Pasal 63 sampai
dengan Pasal 71 yang terdiri dari :

1. Pasal 63 KUHP yang mengatur tentang perbarengan peraturan (concursus idealis);


2. Pasal 64 KUHP yang mengatur tentang perbuatan berlanjut (delictum continuatum);
dan
3. Pasal 65 sampai dengan Pasal 71 KUHP yang mengatur tentang perbarengan
perbuatan (concursus realis).

Adapun perbuatan - perbuatan yang dilakukan pada concursus realis dan perbuatan berlanjut
yakni perbuatan yang belum memiliki keputusan dari hakim. Sebagaimana diketahui adanya
istilah perbuatan (feit) dalam rumusan pasal - pasal tersebut di atas menimbulkan masalah yang
cukup sulit, khususnya dalam hal terdakwa hanya melakukan perbuatan.

Kesulitan ini timbul karena dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, hal mana
perbuatan (feit) perlu ditinjau secara materiil dan secara fisik jasmaniah yang terlepas dari
akibat dan unsur - unsur tambahan. Selain dari pada itu juga ada yang melihatnya dari sudut
hukum yaitu yang dihubungkan dengan adanya akibat atau keadaan yang terlarang.
Sehubungan dengan adanya kesulitan tersebut, maka para sarjana mengemukakan beberapa
pendapat sebagaimana di bawah ini :

Hazewinkel Suringa
Dalam hal ini concursus idealis yaitu suatu perbuatan yang sudah memenuhi suatu rumusan
delik maka mau tidak mau masuk pula dalam peraturan pidana lain seperti contohnya tindak
pidana pemerkosaan di jalan umum yang tidak hanya tindak pidana pemerkosaan saja
melainkan juga melanggar kesusilaan di muka umum (vide: Pasal 281 KUHP).

Pompe
Dalam hal ini concursus Idealis yaitu orang melakukan sesuatu perbuatan konkrit yang
diarahkan kepada 1 (satu) tujuan yang merupakan benda atau obyek peraturan hukum seperti

7
contohnya seorang pria yang bersetubuh dengan anak kandung perempuannya yang belum
cukup umur atau berusia 15 (lima belas) tahun, hal mana perbuatan ini masuk kedalam
perbuatan cabul dengan anak sendiri yang belum cukup umur (vide: Pasal 294 KUHP) dan
bersetubuh dengan wanita yang belum berusia 15 tahun di luar perkawinan (vide: Pasal 287
KUHP).

Taverne
Dalam hal ini concursus Idealis yaitu :

1. Dipandang dari sudut hukum pidana ada 2 (dua) perbuatan atau lebih; dan
2. Antara perbuatan - perbuatan itu tidak dapat dipikirkan terlepas satu sama lain.

Seperti contohnya orang yang dalam keadaan mabuk mengendarai mobil di waktu malam tanpa
lampu. Dalam hal ini perbuatan hanya satu yaitu “mengendarai mobil”, akan tetapi jika di lihat
dari sudut hukum ada 2 (dua) perbuatan yang masing - masing dapat dipikirkan terlepas satu
sama lain atau dengan kata lain dalam hal ini terdapat concursus realis, yaitu:

1. Mengendarai mobil dalam keadaan mabuk (menggambarkan keadaan orang /


pelakunya); dan
2. Mengendarai mobil tanpa lampu di waktu malam (menggambarkan keadaan mobilnya).

Van Bemmelen
Dalam hal ini concursus Idealis yaitu :

1. Dengan melanggar satu kepentingan hukum; dan


2. Dengan sendirinya melakukan perbuatan (feit) yang lain pula.

Seperti contohnya tindak pidana pemerkosaan di jalan umum, hal mana perbuatan tersebut
melanggar ketentuan yang diatur dalam Pasal 285 dan Pasal 281 Kitab Undang - undang
Hukum Pidana (KUHP).

a. Gabungan satu perbuatan/concursusidealis/ eendaadse samenloop.


b. Perbuatan Berlanjut atau Voorgezette Handeling
c. Gabungan beberapa perbuatan/ concursusrealis /
Meerdaadse samenloop.

E. Pengertian Dan Jenis Perbarengan dalam melakukan Tindak Pidana

Pengertian perbarengan tindak pidana


(Concurcus) adalah terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang di mana tindak
pidana yang di lakukan pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara tindak pidana yang awal
dengan tindak pidana berikutnya belum dibatasi oleh suatu putusan hakim.

Jenis perbuatan pidana perbarengan di dalam KUHP


Concurcus idialis (pasal 63 KUHP) :
Concurcus idialis adalah suatu perbuatan yang masuk ke dalam lebih dari satu aturan pidana
Concursus idealis ini diatur dalam Pasal 63. Dalam Pasal 1 dikatakan: “Jika suatu perbuatan
masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu di antara
aturan-aturan itu; jika berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok
yang paling berat” Concursus idealis bisa dikenakan .

8
Perbuatan berlanjut (pasal 64 KUHP)
Perbuatan berlanjut merupakan gabungan daripada beberapa perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang, di mana antara perbuatan satu yang satu dengan perbuatan lain belum pernah ada
putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sehingga terhadap pelaku di
lakukan cara penghukuman tertentu, sebagaimana ditentukan dalam pasal 64 KUHP.

Concurcus realis (pasal 65 KUHP)


Concurcus realis terjadi apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan. Masing-masing
perbuatan itu berdiri sendiri sebagai suatu tindak pidana baik kejahatan maupun pelanggaran.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat menarik
kesimpulan yang sebagai berikut: 1. Di dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Jo. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 rumusan delik yang dikualifisir
menyimpang dari ketentuan hukum pidana seharusnya, baik yang bersifat umum
(KUHP), maupun yang bersifat khusus (dalam penelitian ini menggunakan UU
Narkotika). Delik yang dikualifisir di dalam peraturan ini tidak jelas karena bersifat
fakultatif, artinya tidak diancamkan secara pokok atau alternative namun bisa saja
tidak diterapkan. Tidak tercermin adanya asas kepastian hukum dikarenakan
kualifisir delik yang digunakan dalam kasus bencana alam nasional berimplikasi
dengan peraturan terhadap bencana alam, yaitu Undang-undang UU Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. 2. Kejahatan yang dimungkinkan
untuk dijatuhi pidana mati di dalam Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 Jo.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan tindak pidana
korupsi yang dilakukan pada dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan
bencana alam nasional adalah yang memenuhi rumusan delik yang ada pada Pasal 2
ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2). Unsur delik yang ada pada Pasal 2 ayat (1) harus
merujuk kepada 2 beberapa peraturan lainnya, terkait penjelasan “melawan
hukum”, “merugikan keuangan Negara” dan “keuangan Negara”. Sementara
Penjelasan Pasal 2 ayat (2) merujuk pada ketentuan penetapan status bencana alam
nasional dan kriteria dari sebuah bencana bisa dikategorikan sebagai bencana alam
nasional yang ada di dalam Undang-undang penanggulangan bencana. Hal ini
mengakibatkan sulitnya menjatuhkan sanksi pidana mati terhadap pelaku tindak
pidana korupsi karena berkaitan dengan banyak peraturan terkait. Aturan tersebut
menimbulkan banyak penafsiran dan celah hukum bagi para pelaku tindak pidana
korupsi untuk lepas dari sanksi pidana mati yang diatur dalam UU P-TPK.
Perbarengan tindak pidana atau biasa disebut dengan istilah concurcus merupakan
salah satu cabang penting dari ilmu pengetahuan hukum pidana.Pada dasarnya yang
dimaksud dengan perbarengan ialah terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh
satu orang dimana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana,
atau antara tindak pidana yang awal dengan tindak pidana berikutnya belum dibatasi
oleh suatu putusan hakim.1 Perbarengan tindak pidana juga memiliki 3 (tiga) bentuk

9
yakni perbarengan peraturan (concurcus idealis), perbuatan berlanjut dan
perbarengan perbuatan (concurcus realis). Dalam hal perbarengan tindak pidana
banyak masyarakat yang awam tentang ilmu hukum berfikir bahwa jika seseorang
melakukan beberapa perbuatan tindak pidana, maka masing-masing tindak pidana
itu akan dijatuhi sanksi sendiri-sendiri atau bisa dikatakan hukuman yang berat. Dan
hal itu dirasa adil dan setimpal dengan perbuatan seorang pelaku perbarengan
tindak pidana.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih terdapat
banyakkekurangan, oleh karena itu keritik, saran, dan masukan yang sifatnya
membangunsangatlah kami harapkan untuk baiknya makalah ini ke depannya.

Daftar Pustaka

http://scholar.unand.ac.id/18290/3/BAB%20IV.pdf
http://mh.uma.ac.id/apa-itu-delik/
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2430/1/Asmir%20Reskianto.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai