Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TA’ZIR

(Diajukan untuk memenuhituga matakuliah Fiqh Hudud)

(Dosen Pengampu : Drs.Rafikah,M.Ag)

Disusun Oleh:

OKTA PEBI HERSANDI 102200029

RANA 102200002

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN THAHA SAIFUDIN JAMBI

2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA maka penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Fiqh
Hudud. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya bagi pihak-pihak yang mendukung tersusunya makalah ini. Penulis
berharap agar makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi para pembaca
dan rekan-rekan kiranya dapat menambah kazanah pengetahuan bagi kita
semua.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan dan berterimakasih apabila ada
yang memberikan kritik dan saran atas makalah ini, sehingga hal tersebut
dapat memotivasi penulis agar dapat berkarya dengan lebih baik lagi, demi
kesempurnaan makalah penulis dimasa yang akan datang.

Jambi, November 2021

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN..................................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang...................................................................................
2. Rumusan Masalah..............................................................................
3. Tujuan Masalah..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian jarimahta’zir ....................................................................


B. Macam-macam jarimah ta’zir............................................................
C. Macam-macam hokum jarimah ta’zir ..............................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berinteraksi
terkadang sering mengalami gesekan dengan manusia yang lainnya, bahkan
tak jarang dikarenakan gesekan tersebut manusia dapat melakukan hal-hal
yang mengarah kepada perbuatan pidana yang merugikan orang lain.
Sebenarnya Al Qur’an dan Al-Hadits telah memberikan penjelasan tentang
sifat manusia tersebut, dan bahkan didalamnya pula sudah dijelaskan
mengenai berbagai perbuatan pidana yang dilakukan beserta hukumannya,
tetapikarenasifatmanusiayangdinamisdankompleks, sifat dan perbuatan
pidana yang dilakukannya ini punva riatif dan cenderung berkembang dari
masa ke masa sehingga perbuatan dan hukumannya terkadang tidak dapatd
itemukan didalam nash, perbuatan pidana itulah yang dinamakan jarimah
ta’zir, yang mana akan diulas dan dikupas dalam makalah ini, disamping
itu makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas kelompok dalam
matakuliah HukumPidana Islam

2. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan jarimah ta’zir ?
2. Apa dasar hukum dari jarimah ta’zir ?
3. Apa sajakah yang termasuk jarimah ta’zir ?
4. Apa sajakah hukuman-hukuman yang berlaku dalam jarimah ta’zir ?
3. Tujuan Masalah.
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan jarimah ta’zir.
2. Untuk mengetahui dasar hukum jarimah ta’zir.
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk jarimah ta’zir.
4. Untuk mengetahui hukuman-hukuman yang berlaku dalam jarimah
ta’zir.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jarimah Ta’zir

Jarimah Ta’zir secara bahasa adalah memberi pengajaran (al-ta’dib).


Sedangkan jarimah Ta’zir menurut hokum pidana islam adalah tindakan
yang berupaedukatif (pengajaran) terhadap pelaku perbuatan dosa yang
tidak ada sanksi had dan kifaratnya. Atau kata lain, ta’zir adalah hukuman
yang bersifat edukatif dan hukumannya di tentukan oleh hakim, atau pelaku
tindak pidana atau pelaku perbuatan maksiat yang hukuman-nya belum
ditentukan oleh syari’at.

Dapat dijelaskan bahwa dijelaskan ta’zir adalah suatu istilah untuk hukuman
atas jarimah-jarimah yang hukuman-nya belum ditetapkan oleh syara’,
dikalangan para fuqohajarimah yang hukumannya belum di tetapkan oleh
syara’ disebut dengan jarimah ta’zir. Dapat dipahami juga bahwa jarimah
ta’zir terdiri atas perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak di kenakan
hukuman had dan tidak pula kifarat.Jadi, hukuman ta’zir tidak mempunyai
batas-batas hukuman tertentu, karena syara’ hanya menyebutkan
sekumpulan hukuman, mulaidari yang seringan-ringannya sampai yang
seberat-beratnya. Dengan kata lain, hakim yang berhak menetukan macam
tindak pidana beserta hukumannya, karena hukumannya belum di tentukan
oleh syara’.Dengan demikian cirri khas dari jarimah ta’zir adalah :

1. Hukuman nya tidak tertentu dan tidak terbatas. Artinya hukuman


tersebut belum di tentukan oleh syara’.
2. Penetuanhukumantersebutadalaholeh hakim.

Aturan hokum pidana islam yang paling fleksibelterdapat pada jarimah


ta’zir, Pada kategori jarimah ini, baik kriminalisasi suatu perbuatan maupun
hukumannya diserahkan kepada Hakim. Jadi ta’zir merupakan hukuman
bagi perbuatan pidana (jarimah) yang tidak ada ketetapannyanas tentang
hukum

1. Jika dilihat dari eksistensi-nya jarimah ta’zir sama dengan jarimah


hudud, karena keduanya sama-sama sebagai pengajaran (al-ta’lib) untuk
mencapai kemaslahatan dan sebagai tindakan preventif yang macam
hukumnya berbeda-beda sesuai jenis perbuatan dosa atau tindak pidana
yang dilakukan. Jika pada jarimah hudud sudah ditentukan secara pasti
dan jelas hukuman-hukumannya, dan tidak bias dirubah atau diganti,
sedangkan pada jarimah ta’zir belum ditentukan hukumannya.

Mengenai macam-macam hukuman yang ada pada jarimah ta’zir adalah


mulai dari member inasehat atau peringatan, hukuman cambuk, penjara,
dan lain-lain, bahkan sampai hukuman mati, jika jarimah yang dilakukan
benar-benar sangat membahayakan, baik yang dirasakan oleh dirinya
maupun masyarakat. Oleh karena itu hakim boleh memilih hukuman
tersebut tentunya disesuaikan dengan jenis perbuatan atau tindak pidana
yang dilakukan, baik mengenai criteria pelakunya maupun faktor-faktor
penyebabnya.

Dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa Umar bin khathabra.Pernah


menjatuhkan hukuman ta’zir dan pembinaan dengan memotong rambut,
mengasingkan, dancambuk. Sebagaimana dia juga pernah membakar
warung para tukang khamarserta kampong tempat perjualan khamar. Dia
juga membakar istana Sa’ad bin AbiWaqqash di kufahlantaran
keberadaan istana ini membuatnya tertutup denganr akyat. Dia membuat
cambuk untuk memukul orang yang layak mendapatkan cambukan serta
membuat bangunan penjara dan mencambuk wanita yang meratapi
jenazah hingga rambutnya terlihat. Tiga imam Fiqih mengatakani
tuwajib, syafi’I mengatakan tidak wajib.
Pelaksanaan hukuman pada jarimah ta’zir yang sudah diputuskan oleh
hakim, juga menjadi hak penguasa Negara atau petugas yang ditunjuk
olehnya. Hal ini oleh karena hukuman itu disyari’at kan untuk
melindungi masyarakat, dengan demikian hukuman tersebut menjadi
haknya dan dilaksanakan oleh wakil masyarakat, yaitu penguasa Negara
seperti presiden atau aparat Negara. Orang lain, selain penguasa atau
orang yang ditunjuk olehnya tidak boleh melaksankan hukuman ta’zir,
meskipun hukuman tersebut menghilangkan nyawa. Apabila dia
melaksanakan sendiri dan hukumannya berupa hukuman mati sebagai
ta’zir maka dia dianggap sebagai pembunuh, walaupun sebenarnya
hukuman mati tersebut adalah hukuman yang menghilang-
kannyawa.Dari uraian tersebut di atas terlihat adanya perbedaan
pertanggung jawaban dari pelaksanaan hukuman yang tidak mempunyai
wewenang, dalam melaksanakan hukuman mati sebagai had dan sebagai
ta’zir. Orang yang melaksanakan sendiri hukuman mati sebagai had,
tidak dianggap sebagai pembunuh, sedangkan yang melaksanaakan
sendiri hukuman mati sebagai ta’zir dianggap sebagai pembunuh.
Perbedaan tersebut disebabkan , karena hukuman had adalah hukuman
yang sudah pasti yang tidak biasa digugurkan atau dimaafkan,
sedangkan hukumant a’zir masih biasa dimaafkan oleh penguasa
Negara, apabila situasi dan kondisi menghendaki untuk dimaafkan
dengan berbagai pertimbangan.

B. Macam-macam jarimah Ta’zir

Dapat dijelaskan bahwa dari hak yang dilanggar, jarimah ta’zair dapat
dibagi kepada dua bagian, yaitu

1. Jarimahta’zir yang menyinggunghak Allah;


2. Jarimahta’zir yang menyinggunghakindividu.

Dari segisifatnya, jarimah ta’zir dapat dibagi kepada (3) tiga bagian, yaitu:
a. Ta’zir karena melakukan perbuatan maksiat;
b. Ta’zir karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan
umum
c. Ta’zir karena melakukan pelanggaran.

Di sampingitu, dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya), ta’zir juga


dapat di bagi menjadi kepada tiga bagian, yaitu sebagai berikut :

1. Jarimah ta’zir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud atau qishas, tetapi
syarat-syaratnya tidak dipenuhi, atau ada syubhat, seperti pencurian yang
tidak mencapai nishab, atau oleh keluaraga sendiri.
2. Jarimah ta’zir yang jenisnya disebutkan dalam nassyara’ tetapi
hukumannya belum ditetapkan, sepetiriba, suap,dan mengurangi takaran
dan timbangan.
3. Jarimah ta’zir yang baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan oleh
syara’.

Jenis ketiga ini sepenuhnya diserahkan kepada ulil amri, seperti pelanggaran
disiplin pegawai pemerintah. Abdul azizamir membagi secara rinci kepada
beberapa bagian, yaitu:

a. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan pembunuhan;


b. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan perlukaan
c. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kejahatan kehormatan dan
kerusakan akhlak;
d. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan harta.
e. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kemaslahatan individu;
f. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan keamanan umum.

C. Macam-macam hukuman jarimah Ta’zir

Hukuman ta’zir adalah jumlahnya sangat banyak, karena mencakup semua


perbuatan maksiat yang hukumannya belum ditentukan oleh syara’ dan
diserahkan kepada ulil amri utnuk mengaturnya dari hukuman yang paling
ringan sampai yang paling berat. Dalam penyelesaian perkara yang
termasuk jarimah ta’zir, hakim diberi wewenang untuk memilih di antara
kedua hukuman tersebut,mana yang sesuai dengan jarimah yang dilakukan
oleh pelaku.

Dalam ta’zir, hukuman itu tidak ditetapkan dengan ketentuan (dari Allah
dan rasulnya), dan Qodhi di perkenankan untuk mempertimbangkan baik
bentuk hukuman yang akan dikenakan kadarnya.

Melukai atau penganiayaan bias sengaja, semi sengaja, dan kesalahan.


Dalam hal ini para ulama membaginya menjadi lima macam, yaitu:

1. Ibanat al-athraf, yaitu memotong anggota badan, termasuk di dalamnya


pemotongan tangan, kaki, hidung, gigi, dan sebagainya.
2. Idzhabma’a al-athraf, yaitu menghilangkan fungsi anggota badan
(anggota badan tetap ada tapi tidak bisa berfungsi), misalnya membuat
korban tuli, buta, bisu, dan sebagainya.
3. As-syaj, yaitu pelukaan terhadap kepala dan muka (secara khusus)
4. Al-jarh, yaitu pelukaan terhadap selain wajah dan kepala termasuk di
dalamnya yang tidak masuk kedalam perut atau rongga dada dan yang
masuk kedalam perut atau anggota dada.
5. Pelukaan yang tidak termasuk kedalam salah satu dari empat jenis
pelukaan di atas.

Jenis-jenis hukam ta’zir ini adalah sebagai berikut :

1. Hukuman Ta’zir yang Berkaitan dengan Badan


a. Hukuman mati
Dalam makalah-makalah sebelumnya telah dijelaskan bahwa hukuman
mati ditetapkan sebagai hukuman qishash utnuk pembunuhan sengaja dan
sebagai hukuman had untuk jarimah hirabah, zina muhson, riddah, dan
jarimah pemberontakan. Untuk jarimah ta’zir, hukuman mati ini di
terapkan oleh para fuqoha secara beragam. Hanafiyah membolehkan
kepada ulil amri untuk menerapakan hukuman mati sebagai ta’zir dalam
jarimah-jarimah yang jenisnya di ancam dengan hukuman mati apabila
jarimah tersebut dilakukan berulang-ulang. Contohnya pencurian yang
berulang-ulang dan menghina nabi beberapa kali yang dilakukan oleh
kafir dzimmi, meskipun setelah itu dia masuk islam.
b. Hukuman jilid (Dera)
Alat yang digunakan untuk hukuman jilid ini adalah cambuk yang
pertengahan (sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalau kecil) atau
tongkat. Pendapat ini juga dikemukakan oleh imam Ibn Taimiyah,
dengan alas an karena sebaik-baiknya perkara adalah pertengahan.
Apabila orang yang dihukum ta’zir itu laki-laki maka baju yang
menghalanginya sampainya cambuk kekulit harus dibuka. Akan tetapi,
apabila orang terhukum itu seorang perempuan maka baju nya tidak
boleh dibuka, karena jika demikian akan terlukalah auratnya.

2. Hukuman yang Berkaitan dengan Kemerdekaan


a. Hukuman penjara
Maksud hukuman penjara disini bukanlah menahan pelaku di tempat
yang sempit, melainkan menahan seorang yang mencegahnya agar ia
tidak melakukan perbuatan hukum, baik penahanan tersebut di dalam
rumah, atau masjid, maupun ditempat lainnya. Penahan itulah yang
dilakukan pada masa nabi dan Abu bakar. Artinya, pada masa Nabidan
Abu bakar tidak ada tempat yang khusus disediakan untuk menahan
seseorang pelaku.
b. Hukuman pengasingan
Hukuman pengasingan termasuk hukuman had yang diterapkan untuk
pelaku tindak pidana hirabah (perampokan) berdasarkan Qs. Al-
Maidahayat 33 :
‫إنماجزاءالذينيحاربوناللهورسولهويسعونفياألرضفساداأنيقتلواأويصلبواأوتقطعأيديهم‬

‫وأرجلهممنخالفأوينفوامناألرضذلكلهمخزيفيالدنياولهمفياآلخرةعذابعظيم‬

artinya :

“sesungguhnya pembalsan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan


Rasulnya dan membuat kerusakan di mukabumi, hanyalah mereka dibunuh
atau disalib, atau di potong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik,
atau dibuang dari negeri (tempatkediamannya) (QS. Al-Maidah:33)

3. HukumanTa’zir yang Berkaitan dengan Harta


a. Status hukumannya
Para ulama berpendapat tentang dibolehkan nya hukuman ta’zir dengan
cara mengambil harta. Pendapat ini di bolehkan apabila dipandang
membawa maslahat. Pengambilan harta ini bukan semata untuk diri
hakim atau untuk kasus umum (Negara), melainkan hanya menahannya
untuk sementara waktu. Adapun apabila pelaku tidak biasa di harapkan
untuk bertobat maka hakim dapat men-tasarufkan harya tersebut untuk
kepentingan yang mengandung maslahat.

Hukuman-Hukuman Ta’zir yang Lain

Selain hukuman-hukuman yang telah di sebutukan di atas, terdapat


hukuman ta’zir yang lain hukuman tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peringatan keras
2. Dihadirkan di hadapan sidang
3. Di beri nasehat
4. Celaan
5. Pengucilan
6. Pemecatan
7. Pengumuman kesalahan secara terbuka.

4. Pengecualian/orang yang tidak dapat di hokum ta’zir


Penecualian dalam tanggung jawab hukuman, Ali bin Abi thalib berkata
kepada Umar bin Khattab : “apakah engkau tahu bahwa tidaklah di catat
perbuatan baik atau buruk, dan tidak pula dituntut tanggung jawab atas
apa yang dilakukan, karena hal berikut:
1. Orang yang gila sampai dia sadar
2. Anak-anak sampai dia mencapai usia dewasa/baligh
3. Orang yang tidur sampai dia bangun”. (Riwayat Imam bukhari.)

Berdasarkan riwayat diatas, kita dapat mengetahui tanggung jawab hokum


atau tidak pidana dalam syariat.Tanggung jawab atau tindak pidana yang
dilakukan dibenarkan kepada pelaku kejahatan itu sendiri. Ayah, Ibu,
saudara atau kerabatnya yang lain tak dapat mengambil alih/menjalankan
hukuman karena kejahatan yang dilakukan sebagaimana yang telah terjadi
pada masa jahiliyah, sebelum islam. Al-Qur’anul karim menjelas kanbahwa
tak seorangpun yang akan memikul beban orang lain.

Tanggung jawab bersama itu hanya akan dipikul oleh keluarga tersebut
dalam hal pembayaran hutang darah (Diyat) atau kerusakan karena suatu
kejahatan. Dalam hal ini, sipelaku, demikian pula kerabatnya dari pihak
ayah, secara bersama akan bertanggung jawab untuk membayar “Diyat”
(hutang darah) atau kerusakan fisik yang di akibatkan oleh kejahatannya

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jarimah ta’zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta’zir.

Pengertian ta’zir secara bahasa adalah member pengajaran.

Sedangkan pengertian jarimah ta’zir adalah tindakan yang berupa edukatif


(pengajaran) terhadap pelaku perbuatan dosa yang tindakannya tidak ada
sanksi had dan kifaratnya. Atau dengan kata lain, ta’zir adalah hukuman
yang bersifat edukatif yang ditentukan oleh hakim, terhadap pelaku tindak
pidana atau pelaku perbuatan maksiat yang hukumannya belum ditentukan
oleh syari’at.

Mengenai macam-macam hukuman yang ada pada jarimah ta’zir adalah


mulai dari memberi nasehat, peringatan, hukuman cambuk, penjara, dan
lain-lain, bahkan sampai hukuman mati, jika jarimah uang dilakukan benar-
benar sangat membahayakan, baik yang diraskan oleh dirinya maupun
masyarakat oleh karena itu hakim boleh memilih hukuman mulai yang
paling ringan sampai yang paling berat. Pemberian berat hukuman tersebut
tentunya di sesuaikan dengan jenis perbuatan atau tindak pidana yang
dilakukan baikmengenai kriteria maupun faktor-faktor penyebabnya.

Orang yang tidak dapat dikenai hukuman :

1. Orang yang gila sampai dia sadar


2. Anak-anak sampai dia mencapai usia dewasa/baligh
3. Orang yang tidur sampai dia bangun.

B. Saran
Alhamdulillah, Demikian makalah ini yang telah kami buat dan kami
paparkan, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kritik dan saran dari teman-teman sangat kami harapakan.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi
pemakalah khusunya dan bagi para pembaca pada umum nya. Amiin

DAFTAR PUSTAKA
Muslich, Ahmad wardi, HukumPidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika,2005.

Syahrur, Muhammad, LimitasiHukumPidana Islam, Semarang: Walisongo


Press. 2008.

Rokhmadi, ReformasiHukumPidana Islam, Semarang: Rasail Media Group

Santoso, topo, MembumikanHukumPidana Islam, Jakarta: GemaInsani


Press, 2003.

Rahman, abdur, TindakPidana Islam, Jakarta: RinekaCipta, 1992.

Anda mungkin juga menyukai