MAKALAH
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Fiqih IV
(Jinayah)
SEMESTER IV
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MASTHURIYAH
SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami, dan juga kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi
dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah kami selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BABI PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Percobaan Dikalangan Pukoha..................................................................
B. Pase-pase Pelaksanaan Jarimah................................................................
C. Hukuman Terhadap Percobaan.................................................................
D. Tidak Selesainya Percobaan......................................................................
E. Percobaan Melakukan Jarimah Mustahil..................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jarimah adalah larangan-larangan Allah yang di ancam dengan hukuman
had atau ta’zir, perbuatan yang dilarang itu dapat berupa sesuatu yang yang
dilarang, dianggap jarimah apabila perbuatan tersebut telah dilarang oleh syara’.
Yang mendorong sesuatu itu di anggap jarimah adalah karena perbuatan tersebut
dapat merugikan kepada tata urutan masyarakat atau kehidupan anggota
masayarakat atau pertimbangan-pertimbangan lain yang harus dihormati dan
dipelihara meskipun adakalanya jarimah justru membawa keuntungan ini tidak
menjadi pertimbangan syara’ oleh karena itu syara’ melarang yang namanya
jarimah karena dari segi kerugiannya itulah yang di utamakan dalam
pertimbangan. Jarang kita temukan perbuatan membawa keuntungan semata-mata
atau menimbulkan kerugian semata tetapi setiap perbuatan akan membawa akibat
campuran, antara keuntungan dan kerugian, sesuai dengan tabi’atnya manusia
akan memilih banyak keuntungannya dari pada kerugiannya meskipun akan
merugikan masyarakatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apasaja percobaan dikalangan fuqoha ?
2. Apasaja pase-pase pelaksanaan jarimah ?
3. Apasaja hukum terhadap percobaan ?
4. Sebab tidak selesainya percobaan ?
5. Apasaja percobaan melakukan jarimah mustahil ?
C. Tujuan
1. Mengetahui percobaan dikalangan fuqoha.
2. Mengetahui pase-pase pelaksanaan jarimah.
3. Mengetahui hukum terhadap percobaan.
4. Mengetahui tidak selesainya percobaan.
5. Mengetahui percobaan melakukan jarimah mustahil.
BAB II
PEMBAHASAN
Ketentuan ini sudah terdapat dalam syari’at islam sejak mulai diturunkannya
tanpa mengenal pengecualian. Akan tetapi, hukum positif baru mengenalnya pada
akhir abad ke 18 Masehi, yaitu sesudah revolusi Prancis. Sebelum masa itu niat
dan pemikiran terhadap perbuatan jarimah dapat dihukum kalau dapat dibuktikan.
Pada hukum positif terhadap aturan tersebut ada pengecualiannya.
Sebagai contoh ialah adanya perbedaan pada hukum pidana Perancis dan RPA
antara pembunuhan sengaja yang direncanakan terlebih dahulu dengan
pembunuhan biasa yang tidak direncanakan terlebih dahulu, dimana untuk
pembunuhan pertama dikenakan hukuman yang lebih berat dari pada hukuman
pembunuhan macam kedua. KUHP RPA terhadap pembunuhan berencana
dikenakan hukuman mati, dan terhadap pembunuhan biasa dikenakan hukuman
kerja berat seumur hidup atau sementara (pasal 230 dan 234).
Fase ini merupakan untuk menyiapkan alat yang dipakai untuk melaksanakan
jarimah, seperti rnembeli senjata untuk membunuh orang lain atau membuat kunci
palsu untuk mencuri. Fase persiapan juga tidak dianggap ma'siat yang dapat
dihukum, kecuali apabila perbuatan persiapan itu sendiri dipandang sebagai
ma’siat, seperti hendak mencuri milik seseorang dengan jalan membiusnya.
Dalam contoh ini membeli alat bius atau membius orang lain itu sendiri dianggap
ma'siat yang dihukum, tanpa memerlukan kepada selesainya maksud yang hendak
dituju, yaitu mencuri. Alasan untuk tidak memasukkan fase persiapan sebagai
jarimah, ialah bahwa perbuatan seseorang yang bisa dihukum harus berupa
perbuatan ma'siat, dan ma'siat baru terwujud apabila berisi pelanggaran terhadap
hak masyarakat dan hak manusia, sedang pada penyiapan alat-alat jarimah pada
galibnya tidak berisi suatu kerugian, maka anggapan ini masih bisa dita'wilkan,
artinya bisa diragukan, sedang menurut aturan Syari'at seseorang tidak bisa
diambil tindakan terhadapnya kecuali apabila didasarkan kepada keyakinan.
Sehingga peristiwa dianggap sesuatu yang syubhat dan pelakunya hanya
dikenakan hukuman ta'zir.
Hukum positif sama pendapatnya dengan hukum Islam tentang tidak adanya
hukuman pada fase pemikiran atau perencanaan dan persiapan serta membatasi
hukuman pada fase pelaksanaan. Akan tetapi, sarjana-sarjana hukum positif
berbeda pendapatnya tentang penentuan saat permulaan pelaksanaan tindak
pidana itu.
kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat
menguasai (menangkap) mereka; Maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang(surat Al-Maidah 34). [8]
Bila jarimah itu jarimah bukan hirabah maka pengaruh taubat disini masih
diperselisihkan oleh para fuqoha. Dalam hal ini ada tiga pendapat:
3) Menurut Ibn Taimiyah dan Ibn Al Qayyim dari pengikut madzab Hambali,
hukuman dapat membersihkan maksiat dan taubat dapat menghapus
hukuman untuk jaarimah-jarimah yang berhubungan dengan hak Allah
(hak masyarakat), kecuali jika pelaku meminta untuk di hukum maka ia
bisa dijatuhi hukuman walaupun aku telah bertaubat.
Jarimah Mustahil atau dalam hukum positif dikenal dengan nama 'oendeug
delijk poging' (percobaan tak terkenan = as-syuru'fi al Jarimah al-mustahilah)
yaitu jarimah yang tak mungkin terjadi. Jarimah mustahil ini dibagi menjadi dua
yaitu 'percobaan tak terkenan absolut (absolut ondegudelijke poging)' dan
'percobaan tak terkenan relatif (relatief ondegudelijke poging)'.
Apabila racun tersebut banyak dan orang tersebut tetap tidak mati maka itu
merupakan 'percobaan tak terkenan relatif'. Atau seseorang yang hendak
meledakkan gudang senjata, namun senjata tersebut ternyata sedang basah
merupakan contoh 'percobaan tak terkenan relatif' dari segi obyek.
Akan tetapi Syariat Islam dan aliran subyektif memiliki pandangan yang
sama. Dan hal ini diterapkan sekarang. Selama perbuatan merupakan ma'siat,
Syariat Islam tetap memberlakukan hukaman. Selama niatan salahnya sudah
nampak dan menjelma pada perbuatan-perbuatan nyata, dengan maksud
melakukan jarimahnya, maka si pembuat tersebut berhak akan hukumannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jarimah mustahil ini dibagi menjadi dua yaitu 'percobaan tak terkenan
absolut (absolut ondegudelijke poging)' dan 'percobaan tak terkenan relatif
(relatief ondegudelijke poging)'.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami tulis tentang Percobaan Jarimah,
materi pokok yang menjadi bahan bahasan dalam makalah kami ini masih banyak
kekurangan, karena terbatasnya pengetahuan kami, karena kami juga masih dalam
proses pembelajaran.
Kami banyak berharap teman-teman dan dosen kami yang membaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini dan dapat memperbaikinya pada makalah-makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://kumpulanmakalah-artikel.blogspot.com/2012/05/makalah-fiqh-jinayah-
percobaan.html
Ahmad hanafi, Asas-asas hukum pidana islam, jakarta:PT bulan bintang, 1993
Ahmad Wardi Muslich , pengantar dan asas hukum pidana islam, jakarta: sinar
grafida,2004
http://jamilncera.blogspot.com/2010/03/percobaan-melakukan-jarimah.html