DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. i
BAB I PEMBUKAAN .................................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. ii
BAB II PERMASALAHAN ......................................................................................................................... 1
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
Teori absolut ............................................................................................................................................. 2
Teori relatif ............................................................................................................................................... 3
Teori gabungan ......................................................................................................................................... 5
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................................... 7
Kesimpulan ............................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 8
BAB I
PEMBUKAAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala nikmat yang telah
dilimpahkan kepada kita semua. Terutama nikmat kesehatan dan kekuatan sehingga pula nikmat-
nikmat itu kami dapat menyesuaikan tugas makalah meskipun masih sangat sederhana.
Karena itu melalui kesempatan saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Karena penulisan makalah ini adalah merupakan sesuatu yang baru, maka
adalah wajar jika didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Olehnya itu atas semua kekurangannya selaku penulis juga tak lupa menyampaikan
permohonan maaf disertai harapan tetap adanya saran kritik dari pembaca yang sifatnya
membangun.Sekian semoga makalah ini bermanfaat adanya. Aamiin.
Tak lupa, saya juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua dan guru-guru
yang telah mendidik dan merawat saya. Lalu, ucapan terimakasih kepada teman-teman saya yang
telah meminjamkan buku dan menyedekahkan rokok untuk saya sehingga menambah semangat
dan daya piker saya.
Penulis
ii
BAB II
PERMASALAHAN
Dalam kehidupan di alam semesta ini manusia dipercayai dan diberi wewenang dalam
mengatur dan mengolah tatanan kehidupan. Meskipun banyak pendapat yang mengatakan
bahwa manusia diciptakan suci dan dibekali akal namun dalam realita masih saja ditemukan
tindakan-tindakan yang menyeleweng dari fitrah manusia itu sendiri, atau yang biasa kita
sebut dengan kejahatan. Selayaknya cahaya dan kegelapan, kebaikan dan kejahatan
senantiasa memberi corak dalam perjalanan kehidupan manusia.
Dalam pengertian hukum (hukum pidana) terdapat pembagian yaitu hukum pidana
materil dan hukum pidana formil. J.M. Van Bemmelen menjelaskan kedua hal tersebut
sebagai berikut:1
Hukum pidana materil terdiri atas tindak pidana yang disebut berturut-turut, peraturan umum
yang dapat diterapkan terhadap perbuatan itu, dan pidana yang diancamkan terhadap
perbuatan itu. Hukum pidana formil mengatur cara bagaimana acara pidana seharusnya
dilakukan dan menentukan tata tertib yang harus diperhatikan pada kesempatan itu.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hukum pidana materil berisi larangan atau
perintah jika tidak terpenuhi diancam sanksi, sedangkan hukum pidana formil dalah aturan
hukum yang mengatur cara menjalankan dan melaksanakan hukum pidana materil.
Lantas bagaimana cara mengatasi perilaku kejahatan tersebut? Sanksi macam apa
yang diberikan kepada si penjahat? Apa saja yang ditawarkan para ahli hukum untuk
kesejahteraan masyarakat?
1
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta:Sinar Grafika,. 2005, 2.
1
BAB III
PEMBAHASAN
Apabila pengertian pemidanaan diartikan secara luas sebaga isuatu proses pemberian
atau penjatuhan pidana oleh hakim, maka dapat dikatakan bahwa sistem pemidanaan
mencakup keseluruhan ketentuan perundang-undangan yang mengatur bagaimana hukum
pidana ditegakkan secara konkret sehingga seseorang dijatuhi sanksi (hukum pidana). Ini
berarti semua aturan perundang-undangan mengenai hukum pidana substantif, Hukum Pidana
Formal dan Hukum Pelaksanaan pidana dapat dilihat sebagi suatu kesatuan sistem
pemidanaan.2
Tokoh-tokoh penganut teori retributif antara lain ialah Immanuel Kant dan Hegel.
Immanuel Kant menyatakan pemidanaan merupakan tuntutan mutlak dipidananya seseorang
karena telah melakukan kejahatan (imperatif kategoris). Sedangkan Hegel memandang
pemidanaan merupakan keharusan logis sebagai konsekuensi dari adanya kejahatan.
2
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, 129.
3
Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia, Bandung : PT. Refika Aditama, 2009, 22.
4
M Hamdan, Alasan Penghapus Pidana (Teori dan Studi Kasus), Bandung: PT. Refika Aditama, 2012, 54.
5
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, 105.
6
Djoko Prakoso, Hukum Penitensier di Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1988, 47.
2
Kejahatan adalah pengingkaran terhadap ketertiban hukum negara yang merupakan
perwujudan dari cita-susila, maka pidana merupakan Negation der Negation (pengingkaran
terhadap pengingkaran).
Teori relatif (deterrence), dalam teori ini tujuan pemidanaan bukan hanya sebagai
tuntutan absolut (pembalasan) atas kejahatan si pelaku, tetapi juga untuk mencegah (prevensi)
kejahatan sebagai sarana mencapai tujuan bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju
kesejahteraan/tertib masyarakat. Pidana bukan untuk orang yang melakukan kejahatan,
melainkan agar orang tidak melakukan kejahatan. Sehingga teori ini sering juga disebut teori
tujuan (utilitarian theory).8
7
Karl O.Cristiansen sebagaimana dikutip oleh M Hamdan, Op. Cit, 54.
8
Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia, Bandung : PT. Refika Aditama, 2009, 26.
9
Karl O.Cristiansen sebagaimana dikutip oleh Dwidja Priyanto, Op. Cit, 26.
3
Mengenai cara mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat tersebut, teori ini
dibedakan menjadi 2 paham yaitu prevensi umum dan prevensi khusus.
10
Andi Hamza, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi, Jakarta: Pradnya
Paramita, 1985, 34.
11
Djoko Prakoso, Hukum Penitensier di Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1988, hlm. 47.
12
M Hamdan, Alasan Penghapus Pidana (Teori dan Studi Kasus), Bandung: PT. Refika Aditama, 2012, 55.
13
Andi Hamza, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi, Jakarta: Pradnya
Paramita, 1985, 36.
4
yang berbeda dengan pandangan deterrence. Bila tujuan teori deterrence ialah melakukan
tindakan preventif terhadap terjadinya kejahatan, sedangkan rehabilitasi lebih memfokuskan
untuk mereformasi atau memperbaiki pelaku.14 Maka hal ini yang disebut dengan teori
rehabilitasi.
Teori gabungan (integratif) pada dasarnya teori ini gabungan dari kedua teori diatas
(teori absolut dan relatif) sebagai dasar penjatuhan pidana. Disatu pihak teori ini mengakui
adanya pembalasan dan disisi lain mengakui adanya prevensi dan rehabilitasi.
Teori ketiga ini muncul disebabkan adanya kekurangan/kelemahan pada kedua teori
sebelumnya, yaitu:15
a. Berpotensi menimbulkan ketidakadilan pula, jika tujuan mencegah kejahatan dengan cara
menakut-nakuti, maka bisa saja pelaku kejahatan ringan dijatuhi hukuman berat hanya
untuk menakut-nakuti saja, sehingga menjadi tidak seimbang.
b. Kepuasan masyarakat terabaikan. Misalkan bertujuan hanya untuk memperbaiki si
pelanggar saja maka masyarakat yang membutuhkan kepuasan terabaikan.
c. Sulit dipraktikkan. Tujuan pencegahan kejahatan dengan cara menakut-nakuti itu sulit
untuk dilaksanakan dalam praktik. Misalkan terhadap residive.
Dalam teori gabungan ini ada perbedaan pendapat dikalangan ahli hukum, yaitu:
14
Extrix Mangkepriyanto, Hukum Pidana dan Kriminologi, Guepedia, 2019, 42.
15
Harmien Hadiati Koeswadji, Perkembangan Macam-Macam Pidana dalam Ranka Pembangunan Hukum
Pidana, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995, 11-12
5
Salah satu penganut teori gabungan yang menitikberatkan unsur pembalasan ialah
Van Bemmelan yang menyatakan:16 “Pidana” bertujuan membalas kesalahan dan
mengamankan masyarakat. Sementara “tindakan” bermaksud mengamankan dan memelihara
tujuan. Jadi pidana dan tindakan, keduanya bertujuan mempersiapkan untuk mengembalikan
terpidana ke dalam kehidupan masyarakat.
Teori gabungan yang ketiga, yaitu yang memposisikan pembalasan dan pertahanan
tata tertib masyarakat. Menurut E. Utrecht teori ini kurang dibahas oleh para sarjana. 18 Akan
tetapi apabila berkaca pada pandangan Prins, Van Hammel, Van List bahwa pidana ialah
suatu cara yang paling efektif yang dapat digunakan pemerintah untuk memberantas
kejahatan. Meskipun pidana bukanlah satu-satunya sarana, oleh karena itu pidana tidak boleh
digunakan tersendiri akan tetapi harus digunakan dalam bentuk kombinasi denga upaya
sosialnya dengan memperhatikan hasil studi antropologi dan sosiologis.19 Dapat disimpulkan
bahwa tujuan dari pemidanaan, yaitu dikehendakinya suatu perbaikan-perbaikan dalam diri
manusia terutama dalam delik ringan. Sedangkan untuk delik-delik tertentu yang dianggap
dapat merusak tata kehidupan sosial dan masyarakat, dan dipandang bahwa penjahat-penjahat
tersebut sudah tidak bisa lagi diperbaiki, maka sifat penjeraan atau pembalasan dari suatu
pemidanaan tidak dapat dihindari.
16
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005, 36.
17
Ibid., 37.
18
Ibid.
19
Djoko Prakoso, Surat Dakwaan, Tuntutan Pidana dan Eksaminasi Perkara di Dalam Proses Pidana,
Yogyakarta:Liberty, 1988, 47.
6
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Teori absolut (retributif) memandang bahwa pemidanaan merupakan sarana
pembalasan atas kejahatan yang telah dilakukan seseorang, orientasinya berada pada
kejahatan itu sendiri. Menurut teori ini, pemidaan hanya mempunyai satu tujuan, yaitu
pembalasan.
Teori gabungan (integratif) gabungan dari kedua teori diatas (teori absolut dan relatif)
sebagai dasar penjatuhan pidana. Disatu pihak teori ini mengakui adanya pembalasan dan
disisi lain mengakui adanya prevensi dan rehabilitasi. Teori ini muncul disebabkan adanya
kekurangan/kelemahan pada kedua teori sebelumnya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. (Bandung: Citra Aditya
Bakti. 2002).
Hamza, Andi. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi,
(Jakarta: Pradnya Paramita. 1985).
Hamzah, Andi. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005).
M Hamdan, Alasan Penghapus Pidana (Teori dan Studi Kasus), (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2012).
Prakoso, Djoko. Surat Dakwaan, Tuntutan Pidana dan Eksaminasi Perkara di Dalam Proses
Pidana. (Yogyakarta: Liberty. 1988).
Priyanto, Dwidja. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia. (Bandung : PT. Refika
Aditama. 2009).