HukumLingkungan
dan Tata
Tata Ruang Berbasis
Berbasis Perubahan Iklim
Iklim
i
ii
Dr
Dr.. Danrivanto Budhijanto,
SH., LL .M in IT Law
LL.M Law,, FCBArb.
Teori Hukum
& Revolusi
Industri 4.0
LoGoz
Publishing
iii
TEORI HUKUM DAN © 2018.
REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Hak Cipta dilindungi
oleh undang-undang.
Dr. Danrivanto Budhijanto,
SH., LL.M in IT Law, FCBArb. Hak Cipta dimiliki oleh penulis.
Dilarang memperbanyak
© 2018 sebagian atau seluruh isi buku
ini dalam bentuk apa pun tanpa
izin penulis dan penerbit.
Cetakan Pertama,
Agustus 2018
Katalog Dalam Terbitan
Desain Sampul
Hendra Kurniawan
iv
Kata Pengantar
v
mereka masih bisa menjadi saksi hidup dari Revolusi Industri
Keempat atau The Fourth Industrial Revolution (Revolusi
Revolution (Revolusi Industri
4.0). Evolusi bahkan revolusi Teori Hukum tidak hanya memiliki
karakter filosofis, historis, humanis, sosiologis, psikologis, bahkan
ekonomis namun sudah mengarah kepada teknologis. Ternyata
yang dapat mengantisipasi permasalahan yang muncul akibat
pemanfaatan teknologi adalah sistem hukum, bukan teknologinya
itu sendiri. Gregory N. Mandel memberikan ketegasan hal
dimaksud dalam “History Lessons for a General Theory of Law
and Technology”, Minnesota
Minnesota Journal of Law in Science and Tech-
nology, Vol. 8:2, 2007 yaitu:
“The marvels of technological advance are not always risk-
free. Such risks and perceived risks often create new issues
and disputes to which the legal system must
must respond.”
respond.”
(Dicetak tebal oleh Penulis)
vi
(functionalist comparatists ) menyakini bahwa konsep
komparatif (functionalist
unifikasi hukum adalah diinginkan dan tidak terelakkan dalam
suatu tatanan hukum.
Penulis menyadari tidak sederhananya membentuk
konstruksi teori hukum dalam penerapan terkini
terkin i yaitu Revolusi
Industri Keempat atau The Fourth Industrial Revolution (Revolusi
Revolution (Revolusi
Industri 4.0). Buku ini ditulis sebagai kepedulian Penulis terhadap
perlunya pemahaman yang lebih sistemik dan aplikatif dari
konsep-konsep yang dikenal dalam Teori Hukum di Indonesia.
Mochtar Kusumaatmadja mengusung Teori Hukum
Pembangunan pada tahun 1970’an dengan pendekatan
keseluruhan asas, kaidah, proses, dan lembaga sebagai landasan
pembangunan bangsa. Kemudian pada tahun 2009, Satjipto
Rahardjo memperkenalkan Teori Hukum Progresif dengan
pemahaman Pertama,
Pertama, bahwa hukum selalu ditempatkan untuk
mencari landasan pengesahan atas suatu tindakan yang
memegang teguh ciri prosedural dari dasar hukum dan dasar
peraturan, Kedua,
Kedua, bahwa hukum dalam pembangunan adalah
sifat instrumental yang mengalami pertukaran dengan kekuatan-
kekuatan di luar hukum sehingga hukum menjadi sarana
perekayasaan sosial.
Romli Atmasasmita pada tahun 2012 menerbitkan buku
dengan judul Teori Hukum Integratif,
Integratif, yang memahami fungsi dan
peranan hukum sebagai sarana pemersatu dan memperkuat
solidaritas masyarakat dan birokrasi dalam menghadapi
perkembangan dan dinamika kehidupan, baik di dalam lingkup
NKRI maupun di dalam lingkup perkembangan internasional.
Romli menegaskan bahwa Teori Hukum Integratif harus dipahami
vii
dalam pengertian dinamis, tidak bersifat status quo dan
dan pasif,
melainkan memiliki mobilitas fungsi dan peranannya secara aktif
sesuai dengan perkembangan keadaan masyarakat
masyarakat nasional dan
internasional dari waktu ke waktu.
Teori Hukum Konvergensi merupakan pemahaman
(convergence )
konseptual dan teoretikal Penulis dari penyatuan (convergence
variabel-variabel teknologi, ekonomi, dan hukum terhadap
hubungan manusia dan masyarakat dalam Revolusi Industri 4.0
baik dalam tataran nasional, regional maupun tataran
internasional. Paradigma dari konvergensi tatanan hukum dapat
dilakukan pemahaman yang lebih mendalam dengan mengkaji
pendekatan konsepsi konvergensi dan konsepsi non-konvergensi
hukum. Pendekatan untuk mencari keterkaitan dengan
persamaan atau perbedaan antara sistem hukum, atau
membandingkan sistem hukum yang berbeda diharapkan dapat
menjelaskan pentingnya konsepsi konvergensi hukum.
Buku ini diawali dengan Bab I yang membahas tentang
konstruksi teori hukum dalam revolusi industri yang menguraikan
evolusi teori hukum abad modern (post(post modern),
modern), dan paradigma
Teori Hukum Pembangunan terhadap konsep hukum sebagai
sarana pembaharuan masyarakat (law (law as a tool of social engi-
neering ),
), serta fenomena dan ontologi terhadap hukum dan
teknologi. Bab II membahas lebih lanjut tentang dinamika revolusi
industri terhadap filsafat dan sains yaitu perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dalam revolusi industri, dan
pemanfaatan teknologi dalam filsafat dan sains, serta filsafat
teknologi dalam pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Bab III memulai pembahasan tentang konsep hukum
viii
sarana pembaharuan masyarakat dalam Teori Hukum
Konvergensi yang menguraikan tentang paradigma konvergensi
tatanan hukum, dan pendekatan konsepsi konvergensi dan non-
konvergensi dalam hukum, serta konsep harmonisasi hukum. Bab
IV sampailah pada pembentukan Teori Hukum Konvergensi
dalam revolusi industri yang menguraikan konsep konvergensi
hukum dalam upaya pembentukan hukum yang antisipatif
terhadap perkembangan zaman, fungsi hukum sebagai sarana
pembaharuan masyarakat dalam dimensi konvergensi teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), dan Teori Hukum Konvergensi
bagi kerangka pembangunan di Indonesia. Buku ini ditutup oleh
Bab V yang menegaskan paradigma futurikal
futurikal Teori Hukum dalam
Revolusi Industri 4.0 dengan pembahasan tentang konvergensi
tujuan hukum, fungsi hukum, dan peran hukum dalam Revolusi
Industri 4.0 di indonesia.
Materi-materi yang disusun dalam Buku ini didasarkan
kepada rujukan dari tulisan-tulisan ilmiah berbentuk buku, jurnal
ilmiah, laporan penelitian, kamus dan karya tulis lain dimana
seluruh Hak Cipta yang melekat sepenuhnya dilindungi oleh
undang-undang bagi para penulisnya.
Buku ini merupakan bentuk syukur dan penghargaan untuk
seluruh ilmu pengetahuan dari para maha guru Penulis,
terutamanya dalam memahami filsafat hukum dan teori hukum
yaitu Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, Prof. Dr. Komar
Kantaatmadja, Prof. Dr. Lili Rasjidi, Prof. Dr. HE Saefullah
Wiradipradja, Prof. Dr. Bernard Arief Sidharta, Prof. Dr. HR Otje
Salman, dan Prof. Dr. Romli Atmasasmita.
ix
Buku ini tentu tidak akan pernah dapat terwujud dengan
tanpa izin dan ridha Allah SWT karenanya dihaturkan terima kasih
dan penghargaan bagi seluruh pihak yang dengan telah ikhlas
membantu dengan tulus. Namun izinkan Penulis secara khusus
menghaturkan terima kasih atas kebaikan dan bantuan yang luar
biasa kepada Aep Gunarsa sebagai Editor dan Hendra Kurniawan
sebagai Desainer Sampul. Penulis haturkan pula terima kasih
kepada penerbit LoGoz.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Buku ini hanyalah
sebagian kecil dari keinginan untuk memahami samudera ilmu-
Nya Yang Maha Luas oleh karenanya kekurangan adalah suatu
kenyataan. Besar harapan dari Penulis bahwa saran dan masukan
dapatlah diberikan sebagai upaya untuk lebih meningkatkan
pemahaman atas kebesaran dan keimanan kepada Allah SWT.
Danrivanto Budhijanto
x
Daftar Isi
KATA
KATA PENG
PENGAN
ANTA
TAR
R .................................
..................................................
.......................
...... v
BAB I
KONSTRUKSI TEORI HUKUM
DALA
DALAM M REV
REVOL OLUSUSII IND
INDUSUSTRTRII ..................
......... ...................
...................
.............
.... 1
A. Ev
Evol
olus
usii Teo
Teori
ri Huku
Hukum m Aba
Abad d Mod
Moder ern (Post Modern)
n (Post Modern) ........ 1
1. The Ec Eco
onom
nomic Analys alysis
is of Law ..........
...............
..........
..........
.........
...... 7
2. The CriCriti
ticcal Lega
gall Stu
Studi
diees .........
..............
.........
.........
.........
.........
.........
.... 21
B. Paradi
Paradigm
gmaa Teor
Teorii Hukum
Hukum Pemban
Pembangun gunan an terha
terhadap
dap
Konsep Hukum sebagai Sarana Pembaharuan
Masyarakat (Law(Law as a Tool of Social Engineering ) ... .......
......
.. 33
1. Ar
Arti
ti Huku
Hukum m dan
dan Fung
Fungsisiny
nyaa dal
dalamam Masy
Masyar arak
akat
at.......
....... 40
2. Hukum seba sebaggai Kai
Kaidah SosSosial.............
al.................
.........
..........
........
... 41
3. Hukum dan dan Kekuasaan ...... .........
......
......
......
......
......
......
......
......
......
.....
.. 42
4. Hukum
ukum dan dan Nil
Nilai
ai-N
-Nil
ilai
ai Sosi
Sosial al Buda
Budaya ya............
...................
....... 46
5. Huku
Hukum m seb
sebag
agai
ai Sa
Sara
rana
na Pemb
Pembah ahararuauann Mas
Masya yararaka
katt . 50
C. Fe
Feno
nommena
ena dan
dan Ontol
ntolog
ogii
terh
terhad
adap
ap Huku
Hukum m dan
dan Tekno
Teknolo logi
gi ...............................
............................... 52
xi
1. Feno
Fenom
mena
ena Hukum
ukum dan Tekn
Teknoologi
ogi ........
............
........
........
.......
... 52
2. Ontologi
ogi Huk
Huku
um dan
dan Tek
Teknolo
ologi ..........
..............
.........
.........
.......
... 58
BAB II
DINAMIKA REVOLUSI INDUSTRI
TERH
TERHAD
ADAP AP FILS
FILSAFAFATAT DAN
DAN SA SAININSS .................
......... .................
...............
...... 63
A. Perke
Perkembmban angan
gan Tekn
Teknol ologi
ogi Info
Informrmasiasi
dan
dan Komu
Komunik nikasi
asi dalam
dalam Revolu
Revolusi si Indust
Industri ri ........
............
........
........
.... 63
1. Peng
Penger erti
tian
an dan
dan Kat
Kategegor
oris
isas
asii
Tekno
Teknolo logi
gi Info
Informa
rmasi si dan Komu
Komuni nikas
kasii ........
............
........
........
.... 63
a. Peng
Penger erti
tian
an Tekn
Teknol olog
ogii Info
Informrmas asii
dan
dan Komu
Komuni nika
kasi
si ...................................
..........................................
....... 63
b. Kate
Kategogoririsa
sasi
si Tek
Teknonolologi
gi Inf
Infor
orma
masi si
dan
dan Komu
Komuni nika
kasi
si ...................................
..........................................
....... 67
2. Pera
Peran n dan
dan Impl
Implikikas
asii Tek
Teknonolo logi
gi
Info
Inform
rmasasii dan
dan Komu
Komuni nika
kasisi ..................
......... ...................
.................
....... 70
B. Pema
Pemanf nfaa
aata
tann Tekn
Teknol olog
ogii dala
dalam m Fils
Filsaf
afat
at dan
dan Sain
Sainss ......... 77
1. Pemi
Pemiki kira
rann tent
tentan
angg Pema
Pemanf nfaaaatatann Tekn
Teknol olog
ogii ............ 77
a. Manusia da dan Tek
Teknologi ...... .........
......
......
......
......
......
......
......
.....
.. 78
b. FilFilsaf
safat, Sain
ains dan
dan TeTekno
knologi ogi ..........
..............
.........
.........
.......
... 82
2. Hubu
Hubunga ngan n anta
antarara Filsa
Filsafafatt Tekno
Teknolog logii
dan
dan Fils
Filsaf
afat
at Sai
Sains ...........................
.........................................
.....................
....... 87
a. Fils
Filsaafat
fat Te
Tekno
knologi
logi Sebel
ebelum um Abad ke ke-2 -20 0 ..........
.......... 87
b. Fils
Filsaf
afatat Tekn
Teknol olog
ogii Abad
bad ke ke-2-200 ........
............
........
........
.......
... 92
C. Fils
Filsaf
afat
at Tek
Teknonolologi
gi dal
dalam
am Pem
Peman anfafaat
atan
an
Tekn
Teknololog
ogii Infor
Informamasisi dan
dan Komun
Komunik ikas
asii ....................
.......... ...............
..... 96
1. Onto
Ontolo logi
gi Tek
Teknonolologi
gi Info
Informrmas asii dan
dan KomKomun unik ikas
asii ..... 100
100
2. Alat
Alat ya
yang
ng Digu
Diguna nakakann unt
untuk uk SeSesusuatatu
u
dala
dalam m Par
Paradi
adigm
gmaa Fil
Filsaf
safat
at Tekn
Teknol olog
ogii ........
.... ........
........
........
.... 106
106
xii
BAB III
KONSEP HUKUM SARANA
PEMBAHARUAN MASYARAKAT
DALA
DALAM M TEOR
TEORII HUK
HUKUM UM KONVKONVER ERGEGENS NSII ........
.... ........
........
........
......
.. 109
109
A. Para
Paradi
digm
gmaa Kon
Konve vergrgen
ensisi Tata
Tatana nann Huk
Hukum um ..................
.................. 109
1. Para
Parad digm
gmaa Konver nverggensiensi Tata
Tatan nan Hukumukum ..........
............ 115
B. Pend
Pendekekatatan
an Kons
Konsep epsisi Konv
Konver erge
gens
nsii
dan Non-K
Non-Kon onver
vergen
gensi si dalam
dalam HukumHukum ........
.... ........
........
........
.......
... 119
119
1. Pend
Pendekekat
atan
an Kon
Konve vergrgenensisi Huku
Hukum m ........................
........................ 120
2. Pend
Pendekekat
atan
an Non-
Non-Ko Konv nvererge
gens
nsii Huk
Hukum um ................ 121
C. Kons
Konsepep Harm
Harmo onisa
nisasisi Huku
Hukum m ..............................
...................................
..... 123
1. Harm rmaanisas
sasi Form rmaal ..........................
........................................
.................
... 125
2. Har armmonisasi In Informrmaal ..................................
.........................................
....... 128
3. Prose
rosess Har
armmoni
onisasi
sasi Inf
Informrmaal ...............................
............................... 128
4. Harm
Harmon onis
isasi
asi Pera
Peratu turan
ran Peru
Perundndanang-u
g-und
ndan angagan n
di Indo
Indone
nesi
siaa ...................
......... ....................
....................
....................
...............
..... 129
129
BAB IV
PEMBENTUKAN TEORI HUKUM KONVERGENSI
DALA
DALAMM REVO
REVOLU LUSI
SI INDU
INDUST STRI
RI....
........
........
........
........
........
........
........
........
......
.. 143
143
A. Kons
Konsep
ep Kon
Konveverg
rgen
ensi
si Huk
Hukumum dal
dalam
am Upa Upaya ya
Pembentukan Hukum yang Antisipatif
terh
terhad
adap
ap Perke
Perkembmban anga
gann Zama
Zaman n ...................
.......... ...................
............ 143
143
B. Fung
Fungsi
si Huk
Hukumum seb
sebagagai
ai Sar
Saran
anaa Pemb
Pembah ahar arua
uann
Masyarakat dalam Dimensi Konvergensi
Teknolo
Teknologigi Inform
Informasi
asi dan Komuni
Komunikasi kasi (TIK)
(TIK) .....
.......
.....
.....
.....
.....
.. 151
151
1. Peng
Pengatu
aturan
ran Int
Intern
ernasi
asiona
onall dalam
dalam KeraKerang ngkaka Worl
World d
Trade Organization (WTO) dan World Intellectual
Property Rights (WIPO) terhadap Pemanfaatan
xiii
Teknolo
Teknologi gi Informa
Informasi si dan Komuni
Komunikasi kasi.........
......
......
......
......
..... 154
154
a. World Tra Trade Org
Organization (WT (WTO) .........
..............
.......
.. 154
b. Worl
World d Inte
Intell
llec
ectu
tual
al Prop
Proper erty
ty
Orga
Or ganiniza
zati
tion
on (WI
(WIPOPO)) ....................
......... .....................
..............
.... 158
158
2. Kebij
Kebijaka
akan n Regu
Regulaslasii dala
dalam m Pend
Pendeka ekatantan Fungsi
Fungsi
Hukum sebagai Sarana Pembaharuan Masyarakat
dalam Dimensi Konvergensi Teknologi
Info
Inform
rmasi
asi dan
dan Komu
Komuni nika
kasi
si (TIK
(TIK)) ........
.... ........
........
........
........
.......
... 164
164
C. Teor
Teorii Huku
Hukum m Konv
Konver erge
gensnsii bagi
bagi Kera
Kerang ngkaka
Pemb
Pemban angu
guna
nan n di Ind
Indononesesia
ia .................
......... .................
..................
...........
.. 175
175
1. Pemb
Pemben entu
tuka
kann Teor
Teorii Huku
Hukum m Konv
Konver erge
gensnsii
bagi
bagi Keran
Kerangka gka Pemb
Pembang anguna
unan n di Indo
Indonesnesia ia ........
.... ......
.. 175
175
2. Kons
Konstrtruk
uksisi Teor
Teorii Huku
Hukum m Konv
Konver ergegensnsii
bagi
bagi Keran
Kerangka gka Pemb
Pembang anguna
unan n di Indo
Indonesnesia ia ........
.... ......
.. 181
181
BAB V
PARADIGMA FUTURIKAL TEORI HUKUM
DALA
DALAMM REVO
REVOLULUSI SI INDU
INDUST STRI
RI 4.0
4.0 ........
.... ........
........
........
........
........
........
.... 205
205
A. Konv
Konver
erge
gens
nsii Tuju
Tujuanan Huk
Hukum um
dala
dalam
m Revo
Revolu lusi
si Indus
Industritri 4.0
4.0 ........
............
........
........
........
........
........
........
......
.. 215
215
1. Konse
nsepsi
psi Ke
Keadila
dilan n .........
..............
..........
..........
..........
..........
..........
..........
.....2 222
2. Kons
Konsep
epsi
si Kepa
Kepast stia
iann Huku
Hukum m ................................
................................ 232
3. Konse
onseps
psii Keter
etertitiba
bann ..........................
........................................
.................
... 235
4. Konsep
sepsi Kememan anffaatan ........
.............
.........
.........
.........
.........
..........
.......
.. 237
B. Konve
onverg
rgen
ensi
si Fung
Fungsi si Huku
Hukum m
dala
dalam
m Revo
Revolu lusi
si Indus
Industritri 4.0
4.0 ........
............
........
........
........
........
........
........
......
.. 246
246
1. Fungsi Persorsonal ........
.............
..........
..........
.........
........
.........
..........
..........
........
... 248
2. Fungsi
gsi Sos
Sosial.....
al .........
.........
..........
..........
..........
.........
.........
..........
..........
.........
...... 253
3. Fungsi
ngsi Tran
Transa sakksio
sional
nal .........
..............
.........
.........
.........
.........
..........
.........
....2262
xiv
4. Fung
Fungsi
si Nasi
Nasiononal
al dan
dan Glob
Globalal ...............................
............................... 264
C. Konv
Konver
erge
gens
nsii Pera
Peran n Huku
Hukum m
dalam
dalam Revo
Revolulusi
si Indu
Industr
strii 4.0
4.0 ........
............
........
........
........
........
........
........
......
.. 267
267
DAFT
DAFTAR
AR PUST
PUSTAK
AKA
A .............................
...........................................
........................
.......... 281
GLOSARIUM ..................................
...................................................
............................
........... 297
INDEKS .................................
.................................................
.................................
......................
..... 301
xv
xvi
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
Bab I
Konstruksi Teori Hukum
dalam Revolusi Industri
A. EVOL
EVOLUS
USII TEO
TEORI
RI HUKU
HUKUM
M ABA
ABAD
D MOD
MODER
ERN
N
(POSTMODERN )
Teori Hukum baru dapat dipahami secara benar dengan mem-
perhatikan keterkaitannya dengan Filsafat Hukum dan Dogmatika
Hukum. Ilmu Hukum yang dikenal membedakan dua bagian
yang dikenal dengan Teori Hukum dan Dogmatika Hukum
(Ajaran Hukum atau Kemahiran Hukum Terdidik-Terlatih). Di atas
Dogmatika Hukum dan Teori Hukum ditempati oleh Filsafat
Hukum. Filsafat Hukum dimaksud memiliki sifat subyektif,
spekulatif, dan abstrak. Filsafat Hukum berpengaruh besar untuk
menentukan Teori Hukum dan Dogmatika Hukum.1
1 Liha
Lihatt Jan
Jan Gijs
Gijsse
sels
ls dan
dan Mar
Markk van
van Hoecke,, Wat is Rechtstheorie?, 1982,
Hoecke Rechtstheorie?, 1982, (Apakah
(Apakah
Teori Hukum itu? ), ), diterjemahkan oleh Arief Sidharta, Laboratorium Hukum-
Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan Bandung, 2000 yang
mengkualifikasikan dan menjelaskan bahwa:
1
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1. Filsafat Hukum. Filsafat Hukum adalah Filsafat yang diterapkan pada hukum
atau gejala-gejala hukum. Filsafat Hukum berada pada tataran yang “lebih
tinggi” dibandingkan Teori Hukum dan Filsafat Hukum memiliki cakrawala
yang “lebih luas”, karenanya Filsafat Hukum harus mampu memberikan
jawaban-jawaban yang memuaskan dan tuntas untuk sebuah tata hukum
(rechtsbestel ) atau tatanan hukum ((rechtsorde
rechtsorde ).
). Filsafat Hukum harus mampu
memberikan dan menyediakan pengertian-pengertian fundamental yang
akan digunakan pada karya ilmiah empirikal dalam Teori Hukum dan
Dogmatika Hukum.
2. Teori Hukum . Ketika ilmu ditujukan untuk menemukan kebenaran,
Dogmatika Hukum hanya dapat mencapai kebenaran sebagian saja
kebenaran sesungguhnya tentang hukum. Teori Hukum harus berupaya
mencapai ke belakang kebenaran yang lebih dalam dari hukum dengan
suatu penelitian tentang latar belakangnya dalam konteks yang lebih luas
dari keseluruhan masyarakat. Teori Hukum berupaya untuk menjelaskan
hukum secara mendasar dan memberikan jawaban atas pertanyaan ilmiah
“mengapa hukum itu adalah sebagaimana ia adanya”. Teori Hukum adalah
sebuah upaya untuk pada kegiatan mempelajari hukum, mengintegrasikan
lagi hukum ke dalam konteks total dari kenyataan-kenyataan faktual dan
keyakinaan idiil yang hidup dan terkait padanya serta mengintegrasikannya
ke dalam pergaulan hidup masyarakat. Teori Hukum memiliki metode
interdisipliner, dengan fungsi menggabungkan (overkoepelen (overkoepelen)) dan
mensintesa dalam keseluruhan dari Ilmu Hukum sehingga dikenal dengan
metode interdisipliner sintetikal.
3. Dogmatika Hukum. Dogmatika Hukum dapat didefinisikan sebagai cabang
dari Ilmu Hukum yang berkenaan dengan obyek-obyek (pokok pengaturan)
dari hukum, berkenaan dengan tata hukum (rechtsbestel (rechtsbestel ) dalam
keseluruhannya, menghimpun bahan-bahan yang relevan dan
mengolahnya ke dalam suatu perkaitan yang koheren, dengan tujuan untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik dan penjelasan tunggal tentang
pokok telaah yang diteliti dan semata-mata berdasarkan kepada sumber-
sumber pengetahuan yang tersaji dalam hukum. Kegunaan dari Dogmatika
Hukum adalah upaya menemukan dan menghimpun bahan empirikal
sampai ke sudut-sudut terjauh dari hukum. Tugas utama dari Dogmatika
Hukum adalah penataan dan pengolahan sistematikal terhadap bahan-
bahan dimaksud. Vide Supra,Supra, hlm. 37-38.
2
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
FILSAFAT HUKUM
TEORI HUKUM
DOGMATIKA HUKUM
2 Ibid.
3 Ibid.
4 William Twining, Globalisation and Legal Theory , Butterworths, London, 2000,
hlm. 52-53.
3
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
5 Lili
Lili Ras
Rasji
jidi
di dan
dan Ira
Ira Than
Thania
ia Rasj
Rasjid
idi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum,
i,Dasar-Dasar Hukum, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2007, hlm. 56.
6 John Austin menggangap
menggangap hukum sebagai sebagai suatu sistem yang logis,
logis, tetap dan
(closed logical system),
bersifat tertutup (closed system), hukum secara tegas tidak dapat
dipisahkan dari keadilan dan tidak didasarkan pada nilai-nilai yang baik atau
buruk.
7 Lihat Hans Kelsen, General Theory of Law & State , Transaction Publishers, New
Jersey,
Jersey, 2006.
4
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
8 Sumb
Sumber
er:: Mar
Maret
ettt Lei
Leibo
boff
ff dan
dan Mar
Markk Tho
Thomas, Legal Theories in Principle , Law-
mas,
book Co, New South Wales, 2004, hlm. 14.
5
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
9 Lihat
Lihat Rober
Roberto
to Manga
Mangabei
beira
ra Unger
Unger,, “The
“The Critic
Critical
al Legal
Legal Studi
Studies
es Movem
Movement
ent”,Harvard
”,Harvard
Law Review , January 1983.
10 Teori Hukum
Hukum Pembangun
Pembangunan an dikembangk
dikembangkan an di Universita
Universitass Padjadjaran
Padjadjaran;; Studi
Hukum Kritis oleh ESLAM dengan tokohnya Soetandyo Wignjosubroto dan
Ifdal Kasim; dan Cita Hukum Pancasila atau Filsafat Hukum Pancasila di Uni-
versitas Parahnyangan Bandung.
11 Sumber
Sumber:: Marett
Marett Leibo
Leiboff
ff dan Mark
Mark Thoma
Thomas, s, Legal Theories in Principle , Law-
book Co, New South Wales, 2004, hlm. 15. Lihat Mochtar Kusumaatmadja,
6
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
7
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
12 Pemahaman
Pemahaman awal awal berkenaan
berkenaan dengan
dengan topik
topik Hukum
Hukum dan Ekonomi
Ekonomi dimula
dimulaii dari
pemahaman “the old law and economics” dan “the
dan “the new law and economics” .
Pemahaman “the old law and economics“ berkaitan
berkaitan dengan analisis ekonomi
terhadap hukum persaingan usaha, hukum perpajakan dan hukum korporasi,
yang memiliki permasalahan-permasalahan mendasar dengan bagaimana
indikator-indikator ekonomi memberikan pengaruh terhadap pengaturan atau
regulasi dan penerapannya dalam pasar. Lihat Posner, The Economic Analysis
of Law (3d “the new law and economics” lebih
(3d ed. 1986). Pada “the lebih menerapkan
kepada analisis ekonomi terhadap pengaturan “common “common law ” seperti hukum
kontrak, hukum kepemilikan dan tort , di mana relevansi ekonomi lebih kecil
keterkaitannya. Lihat Posner, “The Economic Approach to Law“, 53 TEX. L.
REV. 757
REV. 757 (1975). Perbedaan antara “new and old versions of law and econom-
ics“ muncul
muncul pada saat praktisi-praktisi hukum akan menerapkan dalam kegiatan
Turner, Antitrust Law: An Analysis of Antitrust
mereka. Lihat P. Areeda and D. Turner,Antitrust
Principles and Their Application (Vols. 1-8) (1986).
13 Karya tulisan
tulisan yang
yang paling maju
maju dan berpengaruh
berpengaruh terhadap
terhadap diperke
diperkenalka
nalkannya
nnya
analisis ekonomi untuk diterapkan dalam hukum adalah dari Posner, yaitu
bukunya The Economic Analysis of Law , Aspen , 3d ed. 1986.
14 Lihat Minda,
Minda, “The
“The Lawyer-Ec
Lawyer-Economi
onomist
st at Chicago:
Chicago: Richard
Richard A. Posner
Posner “The
“The Eco-
Eco-
39 OHIO ST. L.J. 439,
nomic Analysis of Law“, 39 OHIO L.J. 439, 462 (1978); R. Posner, The
Economic Analysis of Law , Aspen, 3d ed. 1986; R. Posner, The Economics of
Justice
Justice , Harvard, 1981. Lihat pula Minda, “The Law and Economics
Economic s and Critical
Legal Studies Movements in American Law“, sebagaimana dimuat dalamLaw dalam Law
and Economics 87 87 (N. Mercuro ed. 1989).
8
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
15 Posner,
Posner, “Utilita
“Utilitariani
rianism,
sm, Economic
Economics, s, and Legal Theory“,, 8 J.J. LEGAL STUD. 10
Legal Theory“ STUD. 103 3
(1979).
16 Liha
Lihatt R.
R. Pos
Posne r, The Economic Analysis of Law , Aspen, 3d ed. 1986, hlm. 20-
ner,
22.
22 .
17 Lihat Richard
Richard Posner,
Posner, “Wealth
“Wealth Maximiza
Maximization
tion and Judicial
Judicial Decision
Decisionmakin
making“,
g“, 4
INT’L. REV. L. & ECON. 131
ECON. 131 (1984); Posner, “The Ethics of Wealth Maximiza-
tion: Reply To Malloy“, 36 KANSAS L. REV. REV. 261, 263 (1988). Lihat pula
Greenwalt, “Discretion and Judicial Decision: The Elusive Quest for the Fetters
COLUM. L. REV. 359
That Bind Judges“, 75 COLUM. REV. 359 (1975)).
18 Leff, “Econom
“Economic ic Analysis
Analysis of Law:
Law: Some Realis
Realism
m About Nomina
Nominalism“ 60VA. L.
lism“,, 60VA.
REV. 451
REV. 451 (1974) dan Ulen, “Law and Economics: Settled Issues And Open
Questions“, Law and Economics 210 210 (N. Mercuro ed. 1989).
9
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
19 Lihat Ulen,
Ulen, “Law
“Law and Economics
Economics:: Settled
Settled Issues And
And Open Questio
Questions“, Law
ns“,Law
and Economics 210
210 (N. Mercuro ed. 1989), hlm. 210 dan R. Cooter & T. Ulen,
Economics of Law (1988).
(1988).
20 Ulen, “Law
“Law and
and Economics:
Economics: Settled
Settled Issues
Issues And Open
Open Questions
Questions“, “, Law and
Economics 210
210 (N. Mercuro ed. 1989), hlm. 253.
21 Fiss,
Fiss, “The
“The Death
Death of
of the Law?” 72 CORNELL L. REV. 1 (1986); Kornhauser, “The
Law?”,, 72CORNELL
Great Image of Authority“, 36 STAN. L. REV. 349 (1984).
22 Rose-Acker
Rose-Ackerman,
man, “Inalie
“Inalienabil
nability
ity and The
The Theory
Theory of Property“ 85 COLUM. L.
Property“,, 85COLUM.
REV. 931
REV. 931 (1985).
10
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
yang bijak. Para pemikir dari generasi kedua Hukum dan Ekonomi
telah beralih dari pemikiran ortodoks terhadap “efisien” bahwa
hal dimaksud bertanggungjawab kepada hampir setiap
permasalahan hukum, dan sebagai gantinya mereka menegaskan
bahwa “permasalahan-permasalahan hukum dan ekonomi tetap
masih terbuka untuk selalu ada hingga jangka waktu panjang.”23
Generasi kedua para pemikir Hukum dan Ekonomi juga lebih
berwawasan luas secara teoretis serta jauh lebih canggih diban-
founding fathers ) Hukum dan Ekonomi.24
dingkan para pelopor ((founding
Generasi baru Hukum dan Ekonomi telah mengembangkan teori
ekonomi mikro yang menjanjikan sesuatu yang lebih realistis,
namun demikian tetap diperlukan pemahaman yang jelas atas
hal-hal terkait dengan birokrasi, institusional dan konteks keter-
hubungan transaksi modern, hubungan hukum, dan putusan
hakim. Teori baru berkenaan keterhubungan perjanjian dan
perilaku strategis diusulkan untuk dimodifikasi atau menggantikan
model yang statis serta asumsi teori ekonomi mikro neoklasikal
yang digunakan oleh para praktisi Chicago School .25
Sebuah kelompok baru dari para pemikir, Public Choice,
pada gilirannya menawarkan pula suatu teori untuk pemahaman
ekonomi atas hukum menurut undang-undang serta perilaku dari
23 Ulen, “Law
“Law and Econom
Economics:
ics: Settled
Settled Issues
Issues And
And Open Quest ions“,, Law and
Questions“
Economics 210
210 (N. Mercuro ed. 1989), hlm. 224-225.
24 Ibid.
25 Lihat Goetz
Goetz & Scott,
Scott, “Princip
“Principles
les of Relatio
Relational
nal Contracts
Contracts“, 67 VA. L. REV .1089
“, 67VA. .1089
(1981); MacNeil, “Contracts: Adjustments of Long-Term Economic Relations
72 NW. U.L. REV.
Under Classical, Neoclassical, and Relational Contract Law“, 72NW.
854 (1978); dan O. Williamson, The Economics of Discretionary Behaviour:
Managerial Objectives in a Theory of the Firm (1964).
Firm (1964).
26 M. Olsen, The Logic of Collective Action (1965),
Action (1965), sebagaimana pula dimuat
dalam “Symposium on the Theory of Public Choice“, 74 VA. L. REV. 167
(1988); Easterbrook, “Statutes Domain“, 50 U. CHI. L. REV. 533 (1983); Posner,
11
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
12
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
(2) suatu
suatu “perny
“pernyata
ataan
an normat
normatif” if” (normative claim)
claim) yang
menyatakan bahwa hukum haruslah mampu untuk efisien;30
(3) suatu
suatu “per
“pernya
nyataa
taan
n fakta
fakta atau
atau posit if” (positive claim)
positif” claim) yang
menyatakan bahwa dalam common law terdapat terdapat hukum
yang sesungguhnya sudah efisien;31 dan dan
(4) suatu
suatu “pern
“pernyat
yataa
aan
n ge
gene
neti k” (genetic claim)
tik” claim) yang menyatakan
bahwa common law cenderung
cenderung untuk memilih aturan yang
efisien, walaupun tidak setiap aturan akan efisien di setiap
waktu.32
13
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
35 Berbeda
Berbeda dengan
dengan konsepsi
konsepsi Roscoe
Roscoe Pound tentang social engineering , sebagai-
Pound tentang
mana dimuat dalam “A Survey of Social Interest“, 57 HARV. L. REV . 1 (1943).
36 Kornh
ornhau
ause r, loc. cit.
ser,
37 White, op. cit.,
cit., hlm. 168.
14
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
38 Rose
Rose-A
-Ack
cker
erma
man,n, op. cit., hlm.
cit., hlm. 237 dan Ulen, op. cit., hlm.
cit., hlm. 210.
39 Ulen, loc. cit.
40 R. Coot
Cooter
er & T.
T. Ule n, op. cit.,
Ulen, cit., hlm. 11.
41 “The fundamental hypothesis of the economic analysis is that law is rational .”
42 Kornh user,, op. cit., hlm.
ornhaauser cit., hlm. 29.
15
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
43 R. Cott
Cotter
er & T.
T. Ule
Ulen, op. cit.,
n,op. cit., hlm. 12.
44 Korn
Kornhahau ser, op. cit.,
user, cit., hlm 353, dimuat “Thus,“Thus, a liability rule, which imposes
costs on individuals for various actions, may be seen as setting the price for
engaging in those activities .” .” Lihat pula R. Cooter & T. Ulen, op. cit., hlm.
cit., hlm. 11;
“the rule that gift promises are generally unenforceable raises the im-
dimuat “the
plicit price to those who truly wish to make such a promise and also raises the
price of taking action in reliance on such a promise’s being fulfilled; the rule that
grants an exclusive property right, good against the world, to the person who
authors an original novel lowers the costs to the author of defending her work
against expropriation and thereby induces her to expend additional resources
in writing; the rule that imposes liability on some who fail to take a reasonable
amount of precaution raises the price of being careless and thereby increases
the amount of precuation consumed.”
45 Kelman,
Kelman, “Misunde
“Misundersta
rstandin
ndingg Social Life:
Life: A Critique
Critique of the Core Premises
Premises of ‘Law
33 J. LEGAL
and Economics‘“, 33 J. LEGAL EDUC.
EDUC. 274 (1983); Peller, “The metaphysics of
American Law“, 73 CALIF. L. REV. 1151,
REV. 1151, 1268 (1985).
16
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
46 Roberto
Roberto Unger,
Unger, “The Critical
Critical Legal Studies Movement”,, Harvard Law Review ,
Studies Movement”
January
January 1983, menyatakan
menyatakan “The“The belief that the authoritative legal ideas-em-
body and sustain a defensible scheme of human association,”
association,” dan “laws
“laws are
not merely the outcome of contingent power struggles or of practical pressures
lacking in rightful authority .”
.”
47 R. Posn er,, The Economic Analysis of Law, dinyatakan
Posner Law, dinyatakan bahwa, “But “But it is true that
the assumptions of economic theory are one-dimensional and pallid when
viewed as descriptions of human behavior. .
behavior. . . . However, abstraction-reduc-
tionism if you like-is of the essence of scientific inquiry .”
.” Lihat pula Sen, “Ratio-
nal Foolds: A Critique of Behavioral Foundations of Economic Theory“, 6PHIL. 6 PHIL.
& PUB. AFF . 317; Fletcher, “Fairness and Utility and Tort Theory“, 85HARV.
85 HARV. L.
REV
REV . 537 (1972); Tribe, “Policy Science: Analysis 2 PHIL. & PUB.
Analy sis or Ideology?”, 2PHIL.
AFF . 66 (1972); Tribe, “Technology Assessments and the Fourth Discontinuity:
The Limits of Instrumental Rationality”, 46 S. CAL. L. REV. 617
REV. 617 (1973).
17
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
18
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
52 Ibid.,
Ibid., hlm. 31.
53 Gjerdingen
Gjerdingen,, “The CoaseCoase Theorem
Theorem and the the Psycholog
Psychologyy of Common
Common Law
Thought“, 56 S. CAL. L. REV. 711 (1983).
54 Ackerman, op. cit., hlm.
cit., hlm. 59, dinyatakan bahwa, “While
“While a layman might think
that there is almost nothing in common between, say, the problems raised by
securities fraud and those raised by air pollution, a common externality analysis
makes it possible for lawyers in one field to learn from the regulatory experience
experi ence
in the other.”
19
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
55 Lihat Tushne
Tushnet,t, “Legal
“Legal Scholars
Scholarship:
hip: Its
Its Causes Cure“,, 90 YALE L.J . 1205,
Causes and Cure“
1211 (1981).
56 Pemahaman
Pemahaman bahwa bahwa hukum
hukum adalah
adalah suatu badan
badan universa
universall bukanlah
bukanlah prinsip
prinsip
yang sama sekali baru, sebagaimana diungkapkan sebelumnya oleh Langdell,
Preface to Selection on Cases on The Law of Contracts (1879),
(1879), dan Ackerman,
Introduction: On the Role of Economic Analysis in Property Law, in Economic
Foundations of Property Law (B. (B. Ackerman ed. 1975).
57 Liha
Lihatt Posner,, op. cit., hlm.
Posner cit., hlm. 18.
20
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
(tool )
para ahli hukum mempunyai suatu instrumen atau perangkat (tool
yang kuat untuk memahami dan membangun hukum serta
peraturan perundang-undangan. Perangkat (tool (tool ) baru ini,
bagaimana pun mencoba memahami hukum sebagai gagasan
“autono-
dimana suatu permasalahan dapat dipelajari secara “autono-
mously ” melalui metoda tradisional berbentuk analisis hukum.
Analisis ekonomi terhadap hukum “baru” meminta para ahli
(beyond the law ) untuk mene-
hukum mencari di luar hukum (beyond
mukan suatu medium baru dalam pemecahan permasalahan
secara kebijakan. Pada akhirnya akan berujung kepada perlunya
pemahaman baru atas legitimasi hukum.58
58 Liha
Lihatt pula
pula Min ow,, op. cit.,
Minow cit., hlm. 89, dinyatakan bahwa, “Narguing that behind
each of the new trends in law, including law and economics, is ‘a brooking
doubt about whether law deserves a privileged place in resolving conflict and
ordering society.”
59 Critical
Critical Legal
Legal Studies
Studies lahir sebagai
sebagai suatu
suatu gerakan
gerakan ditanda
ditandaii dengan the
the Confer-
Confer-
ence on Critical Legal Studies pada tahun 1977. Lihat Berman, “Sovereignty in
7 WIS. INT’L L.J. 51
Abeyance: Self-Determination and International Law“, 7WIS. L.J. 51 (1989);
Kennedy, “A New Stream of International Scholarship“, 7 WIS. INT’L L.J. 1
21
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
dan Ekonomi, para ahli dari gerakan CLS mulai mencari untuk
mengembangkan suatu kritik menyeluruh (a (a totalistic critique )
terhadap doktrin hukum, namun hal tersebut dilakukan dengan
menggunakan metodologi non-legal dan penelitian yang men-
dalam. Tetapi tidak sama dengan mazhab Hukum
Hukum dan Ekonomi,
CLS adalah suatu gerakan intelektual, sosial, dan politik yang
menghubungkan kegiatan intelektualnya dengan cita-cita politis
dan sosial dari para anggotanya.
Berdasarkan dari pernyaataan salah satu konferensi CLS,
gerakan CLS berupaya mencari dan menyelidiki dengan cara
bagaimana suatu doktrin hukum dan pendidikan hukum serta
praktik institusi hukum dapat menjadi penunjang serta mendu-
kung agar suatu sistem hukum dapat “meresap” dalam hubungan-
).60 Sementara itu para
(inegalitarian relations ).
nya “inegalitarian” (inegalitarian
pemikir gerakan CLS menunjukkan dengan jelas suatu kumpulan
pendapat dan perspektif yang begitu sangat berbeda,
berbeda, para pemikir
CLS (CRITS) adalah kelompok yang secara umum mencoba untuk
menunjukkan bagaimana suatu tradisi yang dominan dalam
pemikir hukum (demikian pula sebagaimana munculnya tradisi
yang merepresentasikan mazhab Hukum dan Ekonomi) telah
melakukan pencarian kebenaran dengan secara dominatif dan
perlakuan khusus melalui suatu ceramah yang dinyatakan
netralitasnya secara
secara abstrak dan termasuk pula hasilnya.
22
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
23
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
65 Ibid .,
., hlm. 84, dinyatakan oleh Minow bahwa, “To assist this demonstration,
the critical scholar may adopt a method-like structuralism developed
developed in linguis-
tics, anthropology, psychology, and literary analysis. The scholar unearths a
deep structure of categories or tensions at work behind the surface layer of legal
talk, and develops a grammar or guide to those underlying tensions and to the
techniques by which they are masked or expressed.”
66 Ibid., hlm.
Ibid., hlm. 84-85, dinyatakan oleh Minow bahwa, “This activity may involve
identifying competing visions or possibilities alive in particular legal debates
and reforms, detailing the ways in which one vision prevails over others, and
describing the difference between legal norms as self-expressed and the law in
practice.“
67 Ibid.,
Ibid., hlm. 85, dinyatakan oleh Minow bahwa, “This inquiry takes the scholar
back to legal materials, instead
ins tead of social and historical ones, but the scholar
schola r asks
expressly, how does the legal community construct itself through a system of
shared meanings, amde to look natural rather than chosen and how do legal
roles and the level of legal discourse distance legal officials and readers from
their own experiences and moral judgments.”
68 Ibid., hlm. 84-85, dinyatakan oleh Minow bahwa, “For this enterprise, the
scholar may seize upon literature, anthropology, and other expressions of hu-
man aspirations and achievements.” Ibid. at 85-86, “Mark Kelman has recently
24
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
25
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
73 Lihat Horwitz,
Horwitz, The Transformat
Transformationion of American
American Law, 1780-186
1780-1860 0 (1977);
(1977);
TUSHNET, The American Law of Slavery , 1810-1860 ; Consideration of Hu-
manity and Internet (1981); Horwitz, “Republicanism and Liberalism in Ameri-
can Constitutional Thought“, 29 WM. & MARY L. REV . 57 (1987).
74 Minow, op. cit.,
cit. , hlm. 83, sebagaimana dinyatakan olehnya bahwa, “Critical
legal scholars often resist or reject efforts to systematize their work, as they seek
to express claims of textual ambiguity and historical contingency in the very
methods of their work.“
75 Lihat Menkel-
Menkel-Meado
Meadow, w, “Feminist
“Feminist Legal
Legal Theory,
Theory, Critical
Critical Legal
Legal Studies,
Studies, and Le-
gal Education or ‘The Fem-Crits Go to Law School’, 38 J. 38 J. LEGAL EDUC. 61
(1988); Crenshaw, “Race, Reform, and Retrenchment: Transformation and Le-
101 HARV. L. REV 1331
gitimation in Antidiscrimination Law“, 101 HARV. 1331 (1988); Matsuda,
22 HARV. C.R.-
“Looking to the Bottom: Critical Legal Studies and Reparations“, 22HARV.
C.L.L. REV . 323 (1987); Williams, “Alchemical Notes: Reconstructing Ideals
from Deconstructed Rights“, 22 HARV. C.R.-C.L.L. REV . 401 (1987); Delgado,
“The Etheral Scholar: Does Critical Legal Studies Have What Minorities Want?“,
22 HARV. C.R.-C.L.L. REV . 301 (1987); Boyle, “The Politics of Reason: Critical
Legal Theory and Local Social Thought“, 133 U. PA. L. REV. 685REV. 685 (1985).
26
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
76 Liha
Lihatt Cre
Crens
nshaw, op. cit., hlm.
haw, cit., hlm. 1366-1387.
77 Ibid.
78 Liha
Lihatt M.
M. Kel
Kelman, op. cit., hlm.
man, cit., hlm. 114.
27
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
28
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
29
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
30
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
93 Ibid., sebagaimana
Ibid., sebagaimana dijelaskan oleh Gabel dan Harris bahwa, “In “In a genuinely
humane social order, the law would express provisional forms of moral con-
sensus about all aspects of social life, arrived at through a genuinely participa-
tory process. In our current system, such discussion is foreclosed by virtue of
the abstract or removed character of the political process. Instead,
Instead, the legality of
hierarchy is frozen in historical rules which assume that the social relations
expressed through the existing institutions of property, contract, and the mod-
ern corporations are extensions of human freedom.“
94 Kennedy,
Kennedy, “Freedom
“Freedom and
and Constraint
Constraint in Adjudicat
Adjudication:
ion: A Critical
Critical Phenomeno
Phenomenol- l-
J. LEGAL EDUC . 518 (1986).
ogy“, 36 J.
95 Ibid., hlm.
Ibid., hlm. 526.
31
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
96 Ibid.
97 Lihat Kennedy
Kennedy,, “Spring
“Spring Break”;
Break”; Kennedy,
Kennedy, “The
“The Turn to Interpretation“,, 58 S.
Interpretation“
CAL. L. REV. 251
REV. 251 (1985); Frug, Henry James, Lee Marvin and the Law , N.Y.
Times, Book Rev. Mag. (Feb. 16, 1986). Minda, “Phenomenology, Tina Turner
and the Law“, 16 N.M.L. REV . 479, 488 (1986), dinyatakan olehnya bahwa, “A
phenomenological approach to legal interpretation stresses the importance of
the individual’s subjective experience in developing descriptions and critiques
of law based upon the everyday experiences of social life.“
32
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
B. PEND
PENDEK
EKAT
ATAN
AN TEO
TEORI
RI HUK
HUKUM
UM PEM
PEMBA
BANG
NGUN
UNANAN
TERHADAP KONSEP HUKUM SEBAGAI SARANA
PEMBAHARUAN MASYARAKAT (LAW
(LAW AS A TOOL
OF SOCIAL ENGINEERING )
Dalam membahas Teori Hukum abad ke-21 tentu tidak terlepas
pemikiran-pemikiran Mochtar Kusumaatmadja yang secara
dari pemikiran-pemikiran
visioner melihat ke depan. Pemikiran-pemikiran beliau sangat
relevan untuk dibahas berkenaan dengan Teori Hukum abad
ke-21 sebagai dasar pemahaman arah dari Teori Hukum abad
ke-21. Mochtar Kusumaatmadja menggunakan istilah “konsep”
atau “konsepsi” sebagai refleksi dari Teori Hukum. Pemikiran-
pemikiran Mochtar Kusumaatmadja yang relevan dengan
pembentukan Teori Hukum abad ke-21 adalah sebagai berikut:98
a. Hukum
Hukum sebaga
sebagaii Sar
Sarana
ana Pembah
Pembaharu
aruan
an Masya
Masyarak
rakat;
at;
Untuk memahami arti dan fungsi hukum maka hukum
merupakan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam
masyarakat. Hukum bersifat memelihara dan memper-
tahankan yang telah dicapai. Fungsi demikian diperlukan
dalam setiap masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang
membangun karena ada hasil-hasil (pembangunan) yang
harus dipelihara, dilindungi dan “diamankan”.
Namun demikian masyarakat yang sedang membangun
dalam pemahaman masyarakat yang sedang berubah cepat
maka hukum tidak cukup memiliki fungsi dimaksud namun
98 Liha
Lihatt Moch
Mochta
tarr Ku
Kusum
sumaa
aatm
tmad
adjaja,, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan,
Pembangunan,
Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum dan Pembangunan bekerjasama
dengan Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2006 yang memuat pemikiran-
pemikirannya, yaitu: Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan
Nasiona; dan Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional: Suatu
Uraian tentang Landasan Pikiran, Pola dan Mekanisme Pembaharuan Hukum
di Indonesia.
33
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
34
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
35
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
c. Peru
Peruba
bahahan n Pem
Pemik
ikir
iran
an tent
tentan
angg Huk
Hukum
um;;
Pemikiran tentang hukum dalam beberapa dasawarsa (de (de-
-
cade ) terakhir ini telah banyak berubah sebagai akibat dari
perubahan besar dalam masyarakat, teknologi dan tekanan-
(pressures ) yang disebabkan oleh pertambahan
tekanan (pressures
penduduk. Apabila diambil pengertian hukum dalam arti
yang luas yang mencakup di dalamnya Hukum Internasional
maka bidang hukum inilah yang mengalami guncangan-
guncangan perubahan yang paling dasyat yang menye-
babkan bebarapa ahli berbicara tentang adanya “krisis hukum
internasional”. Hal dimaksud tidak mengherankan karena
Hukum Internasional sebagai suatu sistem belum terstruk-
(structured ) seperti hukum nasional. Di antara pelbagai
turkan (structured
negara di dunia pemikiran tentang hukum dan peranannya
dalam masyarakat, tergantung dari konservatif atau tidaknya
golongan yang berkuasa. Negara-negara otokratis yang
dikuasai golongan yang eksklusif cenderung untuk menolak
perubahan dan karenanya akan cenderung pada pemikiran
tentang hukum yang konservatif. Negara-negara yang maju
yang telah mencapai suatu keseimbangan dalam kehidupan
politik, ekonomi dan kemasyarakatannya juga akan cende-
rung untuk konservatif dalam pemikirannya tentang hukum.
d. Hukum
Hukum sebag
sebagaiai Sar
Saran
anaa Pem
Pemba
bahar
haruan
uan Masyar
Masyaraka
akatt
Konsepsi yang memiliki kemiripan dengan konsepsi “law “law as
as tool of social engineering ” yang di negara Barat pertama
Realism .99
kali dipopulerkan oleh aliran Pragmatic Legal Realism.
99 Liha
Lihatt Dar
Darji
ji Dar
Darmo
modi
diha
harj
rjo
o dan
dan Shi
Shida
dart
rta,Pokok-Pokok Filsafat Hukum,
a,Pokok-Pokok Hukum, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2006, hlm. 198 bahwa diungkapkan Mochtar
Kusumaatamadja tidak hanya dipengaruhi oleh Sosiological Jurisprudence
akan tetapi juga oleh Pragmatic Legal Realism.
36
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
37
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
38
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
101
10 1 Liha
Lihatt Mocht
Mochtar
ar Kusu
Kusuma
maat
atma
madj
dja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan,
a,Konsep-Konsep Pembangunan,
Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum dan Pembangunan bekerjasama
dengan Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2006.
39
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1. Arti
Arti Hukum
Hukum dan
dan Fungs
Fungsiny
inyaa dala
dalam
m Mas
Masyar
yaraka
akatt
Pertanyaan mengenai apa arti hukum itu sebenarnya
sebenarnya dan fungsi
hukum dalam masyarakat, dapat dikembalikan pada pertanyaan
dasar yaitu apakah tujuan hukum itu. Tujuan pokok dari
dari hukum
apabila hendak direduksi pada satu hal saja, adalah ketertiban
(order ).
). Ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama daripada
segala hukum. Kebutuhan ketertiban ini, syarat pokok atau fun-
damental bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur.
Ketertiban sebagai tujuan utama hukum adalah merupakan suatu
fakta obyektif yang berlaku bagi segala masyarakat manusia dalam
segala bentuknya. Menurut Mochtar, “manusia– masyarakat –
dan hukum” merupakan pengertian yang tak dapat dipisah-
pisahkan sebagaimana digambarkan dengan tepat dalam pameo
Romawi “ubi“ubi societas ibi ius ”.
”. Selain tujuan hukum adalah
1 02 Lihat
Lihat Mochta
Mochtarr Kusuma
Kusumaatm
atmadj
adja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan,
a,Konsep-Konsep Pembangunan,
Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum dan Pembangunan bekerjasama
dengan Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2006. Pengertian “konsep” dalam
(on-line dictionary ),
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III Dalam Jaringan (on-line ),
dapat diunduh melalui laman <http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/> dimuat
arti kon·sep /konsép/ (n
(n) 1 rancangan atau buram surat dan sebagainya; 2 ide
atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah dapat
mengandung dua -- yang berbeda.
berbeda.
40
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
2. Huku
Hukum
m seb
sebag
agai
ai Kaid
Kaidah
ah Sosi
Sosial
al
Hukum sebagai kaidah sosial tidak berarti bahwa pergaulan antar
manusia dalam masyarakat hanya diatur oleh hukum. Selain oleh
hukum, kehidupan manusia dalam masyarakat selain dipedomani
moral manusia itu sendiri, diatur oleh agama, oleh kaidah-kaidah
susila, kesopanan, adat kebiasaan dan kaidah-kaidah sosial
lainnya. Antara hukum dan kaidah-kaidah sosial lainnya ini,
terdapat hubungan jalin-menjalin yang erat, yang satu memper-
kuat yang lainnya. Adakalanya hukum tidak sesuai dan serasi
dengan kaidah-kaidah sosial lainnya itu. Tapi dalam satu hal,
hukum berbeda dari kaidah-kaidah sosial lainnya, yakni bahwa
41
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
3. Hukum
ukum dan
dan Kek
Kekuas
uasaan
Pemahaman terhadap kekuasaan merupakan hal yang penting
dalam mengkaji keterkaitan antara hukum dan kekuasaan.
Apakah kekuasaan dalam pengertian “power “power ” memiliki per-
samaan dengan kekuatan dalam pengertian “force “force ”.
”. Walaupun
orang yang memiliki kekuatan (fisik) sering juga berkuasa, sehingga
ada kecenderungan setengah orang untuk menyamakan saja
(power ) itu dengan kekuatan ((force
antara kekuasaan (power force ),
), namun
ada kalanya bahkan sering tidaklah demikian halnya. Sering Sering pula
seseorang yang berkekuatan dikuasai oleh seorang yang fisik
lemah dan perlu diingat bahwa untuk “kaum yang lemah”
dipahami pula bahwa kekuasaan tidak selalu menyertai kekuatan
dan sebaliknya. Ini disebabkan karena kekuasaan tidak selalu,
bahkan sering tidak bersumber pada kekuatan fisik. Kekuasaan
sering bersumber pada wewenang formal (formal(formal authority ) yang
memberikan wewenang atau kekuasaan kepada seseorang atau
suatu pihak dalam suatu bidang tertentu.
42
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
43
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
44
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
45
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
4. Huku
Hukum
m dan
dan Nila
Nilai-
i-Ni
Nila
laii Sosi
Sosial
al Bud
Buday
ayaa
Menurut Mochtar, hukum sebagai kaidah sosial, tidak lepas dari
(values ) yang berlaku di suatu masyarakat, bahkan dapat
nilai (values
dikatakan bahwa hukum itu merupakan pencerminan daripada
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Bagi Mochtar, suatu
hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang
(the living law ) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai
hidup (the
46
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
47
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
48
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
49
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
5. Hukum
Hukum seba
sebagai
gai Sarana
Sarana Pembah
Pembaharu
aruan
an Masy
Masyara
arakat
kat
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum merupakan suatu
“alat untuk memelihara ketertiban” dalam masyarakat. Mengingat
fungsinya di atas sifat hukum pada dasarnya adalah konservatif,
artinya hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang
telah tercapai. Fungsi Hukum yang dimaksud diperlukan dalam
setiap masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang mem-
bangun, karenanya di sini pun ada hasil-hasil yang harus dipeli-
hara, dilindungi dan “diamankan”. Akan tetapi masyarakat yang
sedang membangun, yang dalam definisi Mochtar diartikan
sebagai masyarakat yang sedang berubah cepat, hukum tidak
cukup memiliki fungsi demikian saja. Mochtar mengaskan bahwa
hukum juga harus dapat membantu proses perubahan masyarakat
50
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
51
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
C. FENOME
FENOMENA
NA,, ONTO
ONTOLOG
LOGII DAN TAKSON
TAKSONOMI
OMI
TERHADAP HUKUM DAN TEKNOLOGI
1. Feno
Fenome
mena
na Huku
Hukumm dan
dan Tekn
Teknol
olog
ogii
Haraway dan Braidotti keduanya telah melakukan pendekatan
terhadap permasalahan teknologi dan kemanusiaan dari pema-
haman yang paling mendasar tentang kehidupan di dunia.103103
103
10 3 Kieran
Kieran Tranter,
Tranter, “Nomolo
“Nomology,
gy, Ontology
Ontology,, and Phenomen
Phenomenologyology of
of Law and
and
Technology“, Minnesota Journal of Law, Science & Technology, Spring
Technology, Spring 2007.
1 04 Kamus
Kamus Besar
Besar Bahasa
Bahasa Indonesia
Indonesia Edisi
Edisi III Dalam
Dalam Jaringa
Jaringan (on-line dictionary ),
n (on-line ),
dapat diunduh melalui laman <http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/> dimuat
pengertian fe·no·me·na /fénoména/ (n
(n) 1 hal-hal yang dapat disaksikan dengan
52
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah (seperti fenomena
f enomena
gerhana adalah salah satu -- ilmu pengetahuan;
alam); gejala: gerhana pengetahuan; 2 sesuatu yang
luar biasa; keajaiban: sementara masyarakat tidak percaya akan adanya
pemimpin yang berwibawa, tokoh itu merupakan -- tersendiri ; 3 fakta;
kenyataan: peristiwa itu merupakan -- sejarah yang tidak dapat diabaikan.
105
10 5 Kieran
Kieran Tranter,
Tranter, “Nomolo
“Nomology,gy, Ontology
Ontology,, and Phenomen
Phenomenology
ology of
of Law and
Technology”, Minnesota Journal of Law, Science & Technology , Spring 2007,
Technology”,Minnesota
dimuat bahwa, “Any interesting being in technoscience, such as a textbook,
molecule, equation ... can - and often should - be teased open to show the
sticky economic, technical, political, organic, historical, mythic and textual
threads that make up its tissues.”
53
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
106 Bruno
runo Lat
Latou r, Science In Action: How To Follow Scientists and Engineers
our,
Through Society, (1987).
Society, (1987).
107 Brun
Bruno
o La
Lato ur,, Aramis or the Love of Technology, (Catherine
tour Technology, (Catherine Porter Trans.),
1996.
108
10 8 Wolf
Wolfga
gang
ng Schi
Schivevelb
lbusch,, The Railway Journey: The Industrialization of Time
usch
and Space in the 19th Century (1986).
(1986).
54
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
109
10 9 Brad
Brad She
Sherm
rman
an & Lio
Lione
nell Bently,, The Making of Modern Intellectual Property
Bently
Law: The British Experience 1760-1911, (1999).
1760-1911, (1999).
1 10 Kieran
Kieran Tranter,
Tranter, “The
“The History
History of the
the Haste-Wag
Haste-Wagons”
ons”:: The Motor
Motor Car Act
Act 1909
(VIC), Emergent Technology and the Call for Law”, 29 Melb. U. L. Rev . 843
(2005).
111 Latour, op. cit., hlm.
cit., hlm. 45, di mana Latour menyatakan bahwa, “Has “Has recently
written about the courtroom from his perspective of the production of “facts”
55
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
56
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
1 14 Kieran
Kieran Tranter,
Tranter, “Mad
“Mad Max:
Max: The Car and
and Australia
Australian
n Governme
Government“, 5National
nt“, 5National
Identities 61 (2003).
61 (2003).
1 15 Bruno Latour,
Latour, “Moralit
“Moralityy and Techno
Technology:
logy: The
The End of the Means” 19Theory,
Means”,, 19Theory,
Culture and Society 247
247 (2002).
57
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Hal ini adalah suatu elemen hukum dan penulisan teknologi yang
fundamental. Terdapat suatu pendapat “bagaimana jika” tekno-
logi mengembangkan dalam suatu cara tertentu dan terbukti
bahwa beberapa spekulasi tidak tanpa dasar. Dalam hukum maka
pernyataan teknologi dimaksud terdapat yurisdiksi yang spekulatif;
hal dimaksud menunjukan pada waktu itu suatu pendapat layak
dan dapat dipertimbangkan di masa depan.
2. Onto
Ontolo
logi
gi Huku
Hukum
m dan
dan Tekn
Teknol
olog
ogii
Pada bagian ini dibahas pendekatan dan pembahaman Hukum
dan Teknologi dari Teori Teknologi, khususnya berkenaan dengan
esensi pemikiran Heidegger tentang teknologi. Pemikiran
Heidegger menjadi sangat signifikan karena tidak sama dengan
Teori Hukum, di mana Teori Teknologi didekati sebagai upaya
“nomology-sovereignty-
untuk mengamankan kemanusiaan dari “nomology-sovereignty-
animal ” yang terkadang sering berakhir dengan situasi retoris
apakah “mesin” mendorong ke arah gangguannya,118 118
atau dengan
116 Fred
Fredri
ricc Jam
Jameson,, Postmodernism, or, The Cultural Logic of Late Capitalism,
eson
376 (1991).
1 17 Lihat Barry
Barry Brown,
Brown, “Huma
“Human n Cloning
Cloning and Genetic
Genetic Enginee
Engineering:
ring: The
The Case for
for
Proceeding Cautiously”, 65 Alb. L. Rev . 649, 649-650 (2002); Lyria Bennett
Moses, “Understanding Legal Responses to Technological Change: The Ex-
ample of In Vitro Fertilization”, 6 Minn. J. L. Sci. & Tech.
Tech. 505, 509 (2005).
118 Gior
Giorgi
gioo Aga
Agamb en,, State of Exception, 87-88,
mben Exception, 87-88, (2005).
58
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
59
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
pengertian on·to·lo·gi (n) cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat
hidup.
123 Andr
Andrewew Fee
Feenb
nber g, Heidegger and Marcuse: The Catastrophe and Redemp-
erg,
tion of History 25
25 (2005).
124 Mart
Martin
in Hei
Heide degg er,, Being and Time 1
gger 1 (Joan Stambaugh trans., 1996).
1 25 Ibid., hlm
Ibid., hlm 10-11, 40-42.
126
12 6 Mich
Michaeaell E.
E. Zim
Zimme
merm an,, Heidegger’s Confrontation with Modernity: Technol-
rman
ogy, Politics, and Art 152 (1990).
127
12 7 Mart
Martin
in Heid
Heideg egge r, The Age of the World Picture, in The Question Concerning
ger,
Technology and Other Essays 115, 116 (William Lovitt trans., 1977).
128 Mart
Martin
in Heid
Heidegegge r, The Turning, in The Question Concerning Technology
ger,
and Other Essays 36,
36, 39 (William Lovitt trans., 1977).
60
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
129 Mart
Martin
in Hei
Heidedegg er,, The Question Concerning Technology, in The Question
gger
Concerning Technology and Other Essays 3, 16 (William Lovitt trans., 1977).
“The revealing that rules throughout modern technology has the character of
a setting-upon, in the sense of a challenging-forth. That challenging happens
in that the energy concealed in nature is unlocked, what is unlocked is trans-
formed, what is transformed is stored up, what is stored up is, in turn, distrib-
uted, and what is distributed is switched about ever anew.“
130 Heidegger, er, op. cit.,
cit., hlm. 115.
131
13 1 Philip
Philippe
pe Nonet
Nonet,, “What
“What is Posit
Positive
ive Law?
Law?”, 100 Yale L.J. 667,
”, 100 L.J. 667, 686 (1990).
132 Herb
Herberertt Marc
Marcus use, One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced
e, One-Dimensional
Industrial Society (1964).
(1964).
133 Jacq
Jacque Ellull, The Technological Society (John
uess Ellu (John Wilkinson trans., 1964).
134 Albe
Albert
rt Borg
Borgma mannnn,, Holding on to Reality: The Nature of Information at the Turn
of the Millennium (1999);
Millennium (1999); lihat pula Peter-Paul Verbeek, “Devices of Engage-
ment: On Borgmann’s Philosophy of Information and Technology”, 6Techne 6 Techne
69 (2002).
135 Fran
Franci
ciss Fuk
Fukuyuyam
ama, Our Posthuman Future: Consequences of the Biotechnol-
a,Our
ogy Revolution
Revolution (2002); lihat pula David E. Tabachnick, “The Politics and
Philosophy of Anti-Science”, 9 Techne 27 27 (2005).
61
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
62
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
Bab II
Dinamika Revolusi Industri
Terhadap Filsafat dan Sains
A. PERKE
PERKEMB
MBANANGAGANN TEK
TEKNOL
NOLOGOGII INF
INFOR
ORMA
MASI
SI
DAN KOMUNIKASI DALAM REVOLUSI
INDUSTRI
1. Peng
Penger
erti
tian
an dan
dan Kat
Kateg
egor
oris
isas
asii
Teknologi Informasi dan Komunikasi
a . Peng
Penger
erti
tian
an Tekn
Teknol
olog
ogii Inf
Infor
orma
masi
si dan
dan Kom
Komununik
ikas
asi
i
(Technology Information-
Istilah Teknologi Informasi-TI (Technology Information-IT )
digunakan untuk pemrosesan
pemrosesan data atau yang dikenal pula dengan
(Management Information System-
pengelolaan sistem informasi (Management System-
MIS). Istilah Teknologi Informasi pertama kali dikenal di Eropa,
yaitu pada tahun 1989. Pada tahun 1989 dilakukan merger antara
dua perusahaan teknologi terkenal, yaitu Siemens dan Nixdorf.
Istilah Teknologi Informasi dapat dipahami sebagai keseluruhan
peralatan, proses, tata cara dan sistem yang digunakan untuk
menyediakan dan mendukung sistem informasi di dalam suatu
63
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
(Information
Istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi-TIK (Information
and Communication Technology -ICT ) dipahami juga sebagai
teknologi yang mampu untuk menyimpan, mentransmisikan dan/
atau memproses informasi dan komunikasi. Istilah TIK secara
umum lebih sering digunakan untuk penggunaan teknologi yang
modern khususnya teknologi-teknologi pemrosesan data secara
elektronik. Pemahaman TIK lebih dititikberatkan kepada kom-
puter, telekomunikasi, jaringan komputer dan telekomunikasi.
136 Harry
arry New
Newto
ton, Newton’s Telecom Dictionary , CMP Books, New York, 2002,
n,Newton’s
hlm. 402-403.
64
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
65
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
138 Yang
ang Yudon
udong,g, ICT and Information Flow Theory , State Council Informatization
Office of the People’s Republic of China.
66
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
b. Katego
Kategori risas
sasii Tekn
Teknol
olog
ogii Inf
Infor
ormas
masii dan
dan Komu
Komuni
nikas
kasi i
Mendasarkan kepada pemahaman tentang pengertian TIK yang
telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dilakukan kate-
gorisasi140
140
sebagai upaya untuk melakukan pengkajian dan
penelitian lebih lanjut. Teknologi informasi dan komunikasi dapat
dilakukan kategorisasi yang memuat teknologi telekomunikasi;
teknologi penyiaran; dan aplikasi teknologi informasi.
1 39 Rob Nicholls,
Nicholls, Michelle
Michelle Rowla
Rowland,
nd, and
and Dianah Merchant, A Failure to Con-
Dianah Merchant,
verge, a Failure to Recognise Convergence or a Failure to Care? , ICT Policy in
Australia.
1 40 Kamus Besar
Besar Bahasa
Bahasa Indone
Indonesia
sia Edisi III Dalam Jaringan (on-line
Dalam Jaringan on-line dictionary ),
),
dapat diunduh melalui laman <http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/> dimuat
pengertian ka·te·go·ri·sa·si (n) yang memiliki arti penyusunan berdasarkan
kategori; penggolongan.
67
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1) Tekeknnolog
ologii Tel
Telek
ekom
omun
unik
ikas
asi
i
Teknologi telekomunikasi adalah teknologi yang mencakup
kegiatan yang berkaitan dengan setiap pemancaran, pengiriman,
dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-
tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem
kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.141
Teknologi telekomunikasi dipergunakan dalam penyelenggaraan
penyelenggaraan
telekomunikasi yang mencakup penyelenggaraan jaringan
telekomunikasi dan jasa telekomunikasi.142142
2) Teknologi Pe Penyiaran
Teknologi penyiaran adalah teknologi yang mencakup kegiatan
pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau
sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan meng-
gunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau
media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan ber-
samaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.143 143
1 41 Lihat Undang
Undang-Und
-Undang
ang R.I.
R.I. Nomor
Nomor 36 Tahun
Tahun 1999
1999 tentang
tentang Telekom
Telekomunika
unikasi
si
pada Bagian Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 1 mengenai pengertian istilah
telekomunikasi.
142
14 2 Jaringan
Jaringan telekomun
telekomunikasi
ikasi adalah
adalah rangkaia
rangkaian
n perangkat
perangkat telekomu
telekomunikas
nikasii dan
kelengkapannya yang digunakan dalam bertelekomunikasi dan jasa telekomu-
nikasi adalah layanan telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan berteleko-
munikasi dengan menggunakan jaringan telekomunikasi sebagaimana yang
diberikan pengertiannya oleh Undang-Undang R.I. Nomor 36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi pada Bagian Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 6 dan
Butir 7.
1 43 Lihat Undan
Undang-Und
g-Undang
ang R.I.
R.I. Nomor 32
32 Tahun
Tahun 2002 tentang
tentang Penyia
Penyiaranran pada
pada
Bagian Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 1 mengenai pengertian istilah
istil ah penyiaran.
68
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
3) Apli
Aplika
kasi
si Tekn
Teknol olog
ogii Info
Inform
rmas
asi
i
Aplikasi teknologi informasi dapat dipahami sebagai suatu kegiatan
dalam penerapan teknologi informasi dalam kegiatan peman-
faatan teknologi informasi oleh manusia.146
146
Teknologi informasi
yang dimaksudkan adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menga-
nalisis, dan/atau menyebarkan informasi.147 147
Aplikasi teknologi
informasi terlebih khususnya memiliki keterkaitan erat dengan
informasi elektronik dan dokumen elektronik. Informasi Elektronik
adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, elec-
1 44 Undang-Un
Undang-Undang dang R.I.
R.I. Nomor
Nomor 32 Tahun
Tahun 2002 tentang
tentang Penyiaran
Penyiaran pada
pada Bagian
Bagian
Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 2.
1 45 Undang-Un
Undang-Undang dang R.I.
R.I. Nomor
Nomor 32 Tahun
Tahun 2002 tentang
tentang Penyiaran
Penyiaran pada
pada Bagian
Bagian
Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 2.
1 46 Kamus Besar
Besar Bahasa
Bahasa Indone
Indonesia
sia Edisi III Dalam Jaringan (on-line
Dalam Jaringan on-line dictionary ),
),
dapat diunduh melalui laman <http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/> dimuat
kata ap·li·ka·si (n) yang memuat arti-arti, yaitu 1 karya hias dl seni jahit-menjahit
dng menempelkan (menjahitkan) guntingan-guntingan kain yg dibentuk spt
bunga (buah, binatang, dsb) pd kain lain sbg hiasan; 2 tambahan: dl beberapa
fakultas diadakan kursus -- bahasa Inggris ; 3 penggunaan; penerapan; 4
lamaran; permohonan; pendaftaran: ia mendapatkan formulir -- formulir -- di cabang
bank terdekat ; meng·ap·li·ka·si·kan (v) menerapkan,
menerapkan, menggunakan dl praktik.
1 47 Lihat Undang
Undang-Unda-Undang ng R.I.
R.I. Nomor
Nomor 11 Tahun 2008 tentan tentangg Informasi
Informasi dan
Transaksi Elektronik pada Bagian Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 3 mengenai
pengertian istilah Teknologi Informasi.
69
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2. Peran
Peran dan
dan Impl
Implika
ikasi
si Tekn
Teknolo
ologi
gi Info
Inform
rmasi
asi dan
Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai suatu kegiatan
manusia tentunya memiliki peran yang perlu diperhatikan
diperha tikan dan
implikasi150
150
yang perlu dicarikan upaya antisipasinya. Upaya-
upaya dimaksud telah dilakukan dalam forum-forum internasional
1 48 Undang-U
Undang-Undang
ndang R.I.
R.I. Nomor
Nomor 11 Tahun
Tahun 2008 tentan
tentangg Informasi
Informasi dan
dan Transaksi
Transaksi
Elektronik pada Bagian Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 1.
1 49 Undang-U
Undang-Undang
ndang R.I.
R.I. Nomor
Nomor 11 Tahun
Tahun 2008 tentan
tentangg Informasi
Informasi dan
dan Transaksi
Transaksi
Elektronik pada Bagian Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 4.
1 50 Kamus
Kamus Besar
Besar Bahasa
Bahasa Indonesia
Indonesia Edisi
Edisi III Dalam
Dalam Jaringa
Jaringan (on-line dictionary ),
n (on-line ),
dapat diunduh melalui laman <http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/> dimuat
(n) 1 keterlibatan atau keadaan terlibat: -- manusia sbg objek
kata im·pli·ka·si (n
percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya;
kepentingannya; 2 yg
yg
dinyatakan:apakah ada
termasuk atau tersimpul; yg disugestikan, tetapi tidak dinyatakan:apakah
-- dl pertanyaan itu? ; ber·im·pli·ka·si (v ) mempunyai implikasi; mempunyai
hubungan keterlibatan: kepentingan umum ~ pd kepentingan pribadi sbg
anggota masyarakat ; meng·im·pli·ka·si·kan (v (v ) melibatkan; ter·im·pli·ka·si (v
(v )
termasuk atau tersimpul; terlibat.
70
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
1 51 Lihat David
David O’Donn
O’Donnell
ell and Lars Bo
Bo Henriksen
Henriksen,, “Philosop
“Philosophical
hical Founda
Foundations
tions
ICT“, Journal
for Critical Evaluation of the Social Impact of ICT“, Journ al of Information
Information
Technology , Vol 17 No 2, 2002.
71
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
72
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
73
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
74
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
Jaring
Jaringan
an Akses
Akses Didominasi saluran Dominasi oleh saluran
Narrowband Broadband
75
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
76
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
(f) meman
memanfaa faatk
tkan
an jarin
jaringan
gan tekn
teknolo
ologi
gi infor
informa
masi
si dan
dan komuni
komunikas
kasii
secara efektif agar mampu memberikan informasi yang lebih
komprehensif kepada masyarakat internasional supaya tidak
terjadi kesalahpahaman yang dapat meletakkan Indonesia
pada posisi politik yang menyulitkan; serta
(g) meningka
meningkatkantkan peran
peran lembag
lembagaa indepe
independen
nden di bidang
bidang
komunikasi dan informasi untuk lebih mendukung proses
pencerdasan masyarakat dalam kehidupan politik dan
perwujudan kebebasan pers yang lebih mapan.
B. PEMA
PEMANF
NFAA
AATA
TANN TEKNO
TEKNOLOLOGI
GI INFO
INFORM
RMAS
ASII
DAN KOMUNIKASI
1. Pemiki
Pemikira
ran
n tentan
tentangg Pemanf
Pemanfaat
aatan
an Teknol
Teknologi
ogi
Teknologi mendapat perhatian yang luas dalam bidang filsafat,
hal ini disebabkan oleh timbulnya keadaran akan pengaruh
teknologi yang sangat luas dan kompleks dalam kehidupan
manusia. Teknologi telah mengubah hubungan manusia dengan
alam, hubungan antara individu, dan hubungan individu dengan
masyarkat. Sosiologi klasik mempelajari transisi dari masyarakat
tradisional ke masyarakat modern tanpa mempertimbangkan
mempertimbangkan
perubahan yang cepat dan dramatis di dalam
dalam apa yang disebut
dengan “peradaban materiil”. Para sosiolog lebih memusatkan
perhatiannya pada faktor-faktor perubahan hubungan sosial,
perkembangan rasionalitas, runtuhnya solidaritas sosial, dan
perubahan sistem ekonomi. Mereka kurang memperhatikan
bagaimana cara hidup masyarakat berubah dengan berbagai
penemuan teknologi.
77
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
78
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
152
15 2 Lihat
Lihat Carl
Carl Mitc
Mitchna
hnan
n and
and Rober Mackey,, Introduction: Technology as a
Robertt Mackey
Philosophical Problem,
Problem, Free Press, New York, 1983, hlm. 1-4.
153 Liha
Lihatt Tim
Tim Dant, Materiality an Society , Open University Press, Berkshire, 2005,
ant,Materiality
hlm. 149.
79
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1 54 Ibid.,
Ibid., hlm. 37.
80
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
155 Lewi
Lewiss Mumf
Mumford, Technics and the Nature of Man,
ord, Man, dalam Carl Mitchnan and
Robert Mackey, Introduction: Technology as a Philosophical Problem,
Problem, hlm.
95.
95 .
81
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
b. Fils
Filsaf
afat
at,, Sai
Sains
ns dan Tekno
eknolo
logi
gi
Filsafat teknologi merupakan cabang filsafat kontemporer yang
memandang teknologi sebagai fenomena penting dan perlu
direfelksikan
direfelksikan secara mendalam. Pada tataran epistemologi, filsafat
156 Geor
George
ge Pat
Patti
tison, The Later Heidegger , Routledge, London, 2000, hlm. 54-55.
son,
82
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
83
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
157 Dimu
imuat dalam Filsafat Teknologi oleh
dalam oleh Francis Lim, Penerbit Kanisius, 2008.
84
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
85
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
86
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
2. Hubung
Hubungan
an anta
antara
ra Fils
Filsafa
afatt Tekno
Teknolog
logii dan
dan Fils
Filsafa
afatt
Sains
a . Fils
Filsaf
afat
at Tekn
Teknol
olog
ogii Seb
Sebel
elum
um Abad
Abad ke-2
ke-20
0
Pada abad ke-20 muncul teknologi tinggi sehingga sains beralih
menjadi teknosains. Istilah teknosains antara lain berarti bahwa
sains dan teknologi bukanlah dua wilayah yang terpisah,
terpisah, melain-
kan dua bidang yang saling berhubungan. Teknologi modern
menjadi sangat berbeda dari teknologi tradisional. Alat-alat
teknologi yang canggih diciptakan, salah satunya ialah komputer
yang mampu mengerjakan banyak hal yang tidak dapat dilakukan
manusia.
Sejak 1930-an, filsafat umum tidak lagi dikaitkan dengan sains
umum akibat munculnya filsafat sains yang meneliti sains sebagai
tema tersendiri. Aliran filsafat
filsafat yang paling dominan dalam filsafat
sains tersebut ialah positivisme. Aliran Positivisme terfokus pada
teori dan kecenderungan ke arah teori inilah yang menyebabkan
filsafat teknologi terlambat masuk ke dalam dunia filsafat. Menurut
filsafat Yunani dinyatakan bahwa teori lebih unggul daripada hal-
hal praktis. Idealisme Plato mengutamakan ide-ide yang teoretis
dibandingkan
dibandingkan dengan dunia sehari-hari yang praktis. Teknologi
dianggap sebagai bagian dari yang praktis dan hanya merupakan
terapan dari sains yang teoretis. Maka pada akhirnya pada masa
itu muncul pemahaman bahwa teknologi dianggap tidak begitu
penting dibandingkan sains.
Munculnya Filsafat Sains adalah hal yang wajar karena baik
filsafat maupun sains cenderung berorientasi pada teori sedangkan
keberadaan teknologi nampak belum begitu menonjol. Dalam
budaya Yunani Kuno, keahlian teknik sudah muncul kendati tidak
87
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
88
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
89
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1 61 Kamus
Kamus Besar
Besar Bahasa
Bahasa Indonesia
Indonesia Edisi
Edisi III Dalam
Dalam Jaringa
Jaringan (on-line dictionary ),
n (on-line ),
dapat diunduh melalui laman <http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/>
<http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/> memuat
pengertian prak·sis (n
(n) sebagai praktik, bidang kehidupan dan kegiatan praktis
manusia.
90
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
91
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
b. Fils
Filsaf
afat
at Tekn
Teknololog
ogii Abad
Abad ke-2
ke-20 0
Filsafat teknologi dimulai oleh Martin Heidegger dan John Dewey
yang keduanya adalah filsuf praksis yang menemukan penge-
tahuan khusus mengenai tindakan atau praktik berpola. Penge-
tahuan ini dikaitkan dengan teknologi dan cara bertindak atau
cara pandang yang teknologis.
92
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
93
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
94
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
95
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
C. FILSAF
FILSAFAT
AT TEKN
TEKNOLO
OLOGI
GI DALA
DALAM
M PEMA
PEMANFA
NFAATA
ATAN
N
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
(new science ) mempertemukan filsafat teknologi dan
Sains baru (new
filsafat sains. Filsafat sains baru lebih cenderung ke arah praksis
dan menghargai kebertubuhan manusia daripada filsafat sains
lama yang teoretis. Filsafat sains lama yang ada di Amerika Utara
lebih didominasi oleh positivisme dan analitik. Kedua filsafat ini
mengikuti tradisi Platonis yang dualistik. Sains dianggap lepas dari
(disembodied ) yaitu sains dipandang sebagai sistem
kebertubuhan (disembodied
konseptual yang memiliki hubungan logis. Sains ditandai oleh
tiadanya persepsi maupun teknologi.
Filsafat sains baru lahir dari ketidaksetujuan akan cara
(disembod-
pandang sains lama yang lepas dari kebertubuhan (disembod-
ied
ied ),
), idealistik dan abstrak. Filsafat sains lama cenderung teoretis
dan konseptual, sedangkan filsafat sains baru lebih konkret, praktis,
(embodied ).
perseptual dan menubuh (embodied ). Tokoh-tokoh yang ter-
masuk aliran filsafat sains baru di antaranya adalah Karl Popper
yang menempatkan sains dalam komunitas pribadi yang saling
berkepentingan dan Michael Polanyi yang memperkenalkantacit
memperkenalkan tacit
knowledge dari
dari dimensi praksis, persepsi dan pengetahuan
melalui tubuh.
96
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
97
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
98
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
99
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1. Ontologi
ogi Te
Teknologi
ogi
Persoalan dalam The Question Concerning Technology and
Other Essay (1954)
(1954) adalah esensi teknologi yang terkait dengan
eksistensi manusia. Apa yang penting bagi Heidegger bukanlah
eksistensi
teknologi itu sendiri ataupun bentuk-bentuk teknologi, melainkan
orientasi kita terhadap teknologi. Untuk menyingkap fenomena
teknologi perlu pemahaman tentang teknologi yang harus
dibebaskan dari lapis-lapis penafsiran yang tidak memadai dan
subyektivistik,
subyektivistik, yaitu penafsiran teknologi yang instrumental dan
antropologis.
Heidegger menyatakan bahwa ada yang mengatakan bahwa
teknologi merupakan sarana untuk suatu tujuan dan ada pula
yang mengatakan bahwa teknologi adalah aktivitas manusiawi.
Kedua definisi mengenai teknologi dapat disatukan,
disatukan, sebab untuk
mencapai tujuan serta mengupayakan dan memanfaatkan sarana-
168 Ihde, Technics and Praxis , hlm. 103 dalam Filsafat Teknologi , hlm. 43
100
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
169 Heide ggeer, The Question Concerning Technology , hlm. 4 dalam Filsafat
idegg
Teknologi , hlm. 44.
170 Ihde, Existensial Technics , hlm. 32 dalam Filsafat Teknologi , hlm. 44.
170
101
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
171 Ihde, Technics and Praxis , hlm. 104-105 dalam Filsafat Teknologi , hlm. 45.
Apa yang betul hanyalah benar dalam arti tertentu saja yaitu benar dalam
bagian tertentu saja atau sebagaian dari keseluruhan atau benar dalam arti
yang terbatas. Keseluruhan bukanlah penjumlahan bagian-bagian. Jadi “betul”
belum berarti “benar”, akan tetapi “betul” pun tidak berarti “tidak benar”.
Betul berarti “benar secara terbatas” ataupun “tidak mencukupi” dan dikatakan
sebagai “kebenaran yang parsial”.
102
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
103
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
104
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
174 Heidegger, The Question Concerning Technology , hlm. 20-21 dalam Filsafat
Teknologi , hlm. 52.
105
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
tidak teknologis.175
175
Esensi teknologi justru eksistensial karena
berkaitan dengan cara manusia memandang dunianya. Pema-
haman tentang bumi sebagai persediaan menjadi persyaratan bagi
terciptanya alat-alat teknologi oleh manusia. Bahkan pada
akhirnya bumi dan alam tidak hanya dianggap sebagai sumber
persediaan saja namun manusia pun mendominasi alam melalui
teknologi. Terhadap dunia yang dipandang sebagai persediaan
maka manusia bersifat membuka, mentransformasi, menyimpan,
menyalurkan dan menukar-nukar yang merupakan cara-cara
…unlocking,
penyingkapan. Heidegger menyatakan bahwa, ““…unlocking,
transforming, storing, distributing, and switching about are ways
.”176
of revealing .”176
1. Alat
Alat yang
yang Digu
Diguna
naka
kan
n untu
untukk Ses
Sesua
uatu
tu
dalam Paradigma Filsafat Teknologi
Bagi Heidegger, dengan pendekatan fenomenologi bahwa
analisis mengenai alat merupakan sarana untuk menyingkap
dunia yang dihuni oleh Dasein dan
Dasein dan relasi Dasein dengan
Dasein dengan dunia-
nya. Heidegger menjelaskan bahwa, ““the
the [tool] analysis occurs
106
Dinamika Revolusi Industri Terhadap Filsafat dan Sains
177 Ihde, Technics and Praxis , hlm. 116 dalam Filsafat Teknologi , hlm. 59.
177
178 Drefyus, Being-in-the-World , hlm. 151 dalam Filsafat Teknologi, hlm.
Teknologi, hlm. 64.
107
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
108
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
Bab III
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan
Masyarakat dalam Teori Hukum
Konvergensi
“The Future of Revolution, wherever they happen
and whatever form they take, may change regimes, but they will
will not
necessarily produce democratic outcomes.”
outcomes. ”
Eric Schmidt & Jared Cohen,
Cohen,
The New Digital Age: Reshaping The Future
of People, Nations and Business (2013).
A. PARAD
PARADIGM
IGMA
A KONVER
KONVERGEN
GENSI
SI TATANA
TATANAN
N HUKUM
HUKUM
Pada bab ini dibahas tentang implikasi konvergensi TIK terhadap
hukum dan regulasi mencakup uraian konsep konvergensi dalam
TIK tentang pengertian dan ruang lingkup konvergensi TIK.
Diuraikan pula faktor-faktor pendorong dan penghambat
konvergensi TIK serta pendekatan-pendekatan yang diper-
gunakan dalam mengantisipasi implikasi dari konvergensi TIK
(Legis-
terhadap hukum dan regulasi, yaitu Pendekatan Legislasi (Legis-
lative Approach);
Approach); Pendekatan Regulasi (Regulatory
(Regulatory Approach);
Approach);
(Self-Regulation
dan Pendekatan Proses Swa-Regulasi (Self-Regula tion Approach).
Approach).
Pada bab ini akan diuraikan tentang konsep hukum sebagai
sebag ai
sarana pembaharuan masyarakat terhadap konvergensi TIK.
Pembahasan pertama adalah
pertama adalah uraian paradigma konvergensi
109
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
179
17 9 Willi
illiam
am Twi
Twining,, Globalisation
ning Globalisation and Legal Theory , Butterworths, London, 2000,
hlm. 4.
110
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
1 80 Ibid.
111
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
mengatur sumber daya alam sebagai “the “the common heritage of
mankind ”,
”, baik bersandarkan kepada filosofi dan politis. Pengem-
bangan lebih lanjut peran dari lex mercatoria sebagai
mercatoria sebagai upaya untuk
melakukan pengaturan perekonomian dunia.
Tantangan terbesar dari globalisasi terhadap Teori Hukum
adalah konstruksi dari kerangka Teori Hukum yang dapat mele-
bihi budaya hukumnya sendiri. Pada abad ke-19 titik sentral dari
Teori Hukum adalah analitikal dan historikal juris,
juris, di mana paham
“principles, no-
dari John Austin yang menitikberatkan kepada “principles,
tions, and distinctions ” yang dapat ditemui pada sistem hukum
yang sudah mapan.
Dampak globalisasi terhadap Teori Hukum dapat dipahami
bahwa Teori Hukum harus mampu menjelaskan dengan gambar-
an yang menyeluruh, yaitu deskriptif, eksplanatori, normatif dan
analitikal terhadap fenomena hukum pada dunia modern.181181
Teori
Hukum dimaksud didasarkan kepada konstruksi dari berbagai
perspektif, yaitu tidak hanya kepada hukum nasional dan hukum
internasional, akan tetapi termasuk pula tata aturan global, re-
gional, transnasional dan lokal yang telah dianggap sebagai
“aturan”, di mana tujuan dan berkaitan di antara mereka. Hal
dimaksud akan mengarah kepada pluralisme hukum baik di
antara atau di luar sistem hukum nasional maupun budaya dan
tradisi.182
182
112
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
18 3 Nuno Garou
Garoupa
pa dan Anthony
Anthony Ogus,
Ogus, “A
“A Strategic
Strategic Interper
Interpertation
tation of
of Legal Trans-
Trans-
plants”, Journal
plants”, Jour nal of Legal Studies,
Studies, The “Con-
The University of Chicago, Juni, 2006. “Con-
vergence is used to refer to the coming together of legal systems, concepts,
principles, or norms; harmonization is seen as an approximation of national
or state laws by virtue of provisions laid down by law, regulation, or adminis-
trative action; and unification
unificat ion is an extreme version of harmonization in which
differentiability or flexibility is ruled out and no derogation in the preempted
areas is allowed.”
allowed.”
113
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1. Paradi
Paradigma
gma Konver
Konvergen
gensi
si Tatana
Tatanan
n Hukum
Hukum
Globalisasi menyebabkan terjadinya konvergensi dari tatanan
(legal order ) atau sistem hukum. Para ahli hukum dan
hukum (legal
ekonomi telah memprediksikan bahwa tatanan hukum akan
bergerak ke arah yang lebih memadai. Mereka berpendapat
bahwa implikasi dari globalisasi akan memaksa tatanan hukum
untuk berkonvergensi sehingga tercapainya efisiensi secara
ekonomis. Hal dimaksud dikarenakan tatanan regulasi terkait dari
suatu tatanan hukum akan membuat satu sistem sistem hukum saja tidak
akan mampu memberikan solusi yang optimal dari permasalahan-
permasalahan yang muncul.184 184
Banyak para ahli hukum mera-
malkan suatu konvergensi yang serupa akan terjadi, khususnya
para ahli hukum yang menganut faham fungsionalis komparatis
(functionalist comparatists ) menyakini bahwa konsep unifikasi
hukum adalah diinginkan dan tidak terelakkan dalam suatu
tatanan hukum.185 Argumentasi mereka didasarkan kepada
ekivalensi fungsional, di mana suatu sistem
sistem hukum dapat tampak
berbeda karena mereka mempunyai doktrin dan institusi berbeda
namun perbedaan dimaksud hanya pada permukaanya saja.
Karena pada dasarnya institusi dimaksud tetap mampu memenuhi
1 84 Anthony
Anthony Ogus,
Ogus, “Competitio
“Competitionn Between
Between National
National Legal
Legal Systems:
Systems: A Contribu-
Contribu-
tion of Economic Analysis to Comparative Law”, 48 Int’l & Comp. L.Q. 405
L.Q. 405
(1999); Ugo A. Mattei, Luisa Antonioli & Andrea Rossato, “Comparative Law
and Economics”, 1 Encyclopedia of Law and Economics 505 (Boudewijn
Bouckaert & Gerrit De Geest eds., 2000); Jennifer G. Hill, “The Persistent
Debate about Convergence in Comparative Corporate Governance”, 27
Sydney L. Rev. 743
Rev. 743 (2005); Ronald J. Gilson, “Globalizing Corporate Gover-
nance: Convergence of Form or Function”, 49 Am. J. Comp. L. 329
L. 329 (2001).
1 85 Catherine
Catherine Valcke,
Valcke, “Comp
“Comparati
arative
ve Law as Compara
Comparative
tive Jurispru
Jurisprudence
dence — The
The
Comparability of Legal Systems”, 52 Am. J. Comp. L. 713
L. 713 (2004); Gerhard
Dannemann, “Comparative Law: Study of Similarities or Differences?”, Ox-
ford Handbook of Comparative Law 383 (Mathias Reimann & Reinhard
Zimmermann eds., 2006).
114
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
186
18 6 Ralf
Ralf Michael
Michaels,s, “Two
“Two Paradig
Paradigmm of Jurisdi
Jurisdiction”,, Michigan Journal of Interna-
ction”
tional Law , Summer 2006. E.g., Konrad Zweigert & Hein Kötz,Introduction
Kötz,Introduction to
Comparative Law 24 24 (Tony Weir trans., 3d ed. 1998); Ugo Mattei,
Mat tei, “A Transac-
tion Costs Approach to the European Civil Code”, 5 Eur. Rev. Priv. L. L. 537
(1997);
1 87 Pierre
Pierre Legrand,
Legrand, “Euro
“European
pean Legal
Legal Systems
Systems Are Not Not Convergi
Converging”, 45 Int’l &
ng”, 45
Comp. L.Q. 52,
L.Q. 52, 61-62 (1996).
188
18 8 Ralf
Ralf Michael
Michaels,s, “Two
“Two Paradig
Paradigmm of Jurisdi
Jurisdiction”,, Michigan Journal of Interna-
ction”
tional Law , Summer 2006.
1 89 Günter
Günter Frankenber
Frankenberg, g, “Critical
“Critical Compar
Comparisons
isons:: Rethinking
Rethinking Compara
Comparativetive Law”,
Law”,
26 Harv. Int’l L.J. 411
L.J. 411 (1985); Bernhard Grossfeld, Core Questions of Com-
parative Law (Vivian
(Vivian Grosswald Curran trans., 2005); Pierre Legrand, Le droit
comparé (1999);
(1999); Vivian Grosswald Curran, “Dealing in Difference:
Difference : Compara-
tive Law’s Potential for Broadening Legal Perspectives”, 46 Am. J. Comp. L.
657 (1998).
115
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
190 Pier
Pierre
re Le
Legr
grand, Counterpoint: Law Is Also Culture, in The Unification of Inter-
and,
national Commercial Law , 245 (Franco Ferrari ed., 1998).
1 91 Volkmar
Volkmar Gessner
Gessner,, “Global
“Global Approach
Approacheses in the
the Sociology
Sociology of Law:
Law: Problem
Problemss
22 J.L. Soc’y 85 , 90 (1995); Charles Koch, “Envisioning a
and Challenges”, 22 J.L.
Global Legal Culture”, 25 Mich. J. Int’l L. 1
L. 1 (2003); Russell Menyhart, “Chang-
ing Identities and Changing Law: Possibilities for a Global Legal Culture”, 10
Ind. J. Global Legal Stud. 157
Stud. 157 (2003).
192
19 2 Moch
Mochta tarr Kusu
Kusuma
maat
atma
madjdja, Hukum dan Masyarakat dan Pembinaan Hukum
a, Hukum
Nasional , Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Uni-
versitas Padjadjaran, Bandung-Penerbit Binacipta, 1976, hlm. 14-15.
116
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
kontrak (perikatan) dan hukum lalu lintas (darat air dan udara)
lebih mudah dan segera dapat ditangani. Karena adanya interrelasi
yang erat antara hukum dengan faktor-faktor lain dalam masya-
rakat terutama faktor-faktor ekonomi, sosial dan kebudayaan,
seorang ahli hukum harus pula memperhatikan segi-segi ini kalau
ia hendak berhasil dalam tugasnya. Bertambah pentingnya
peranan teknologi di zaman modern ini bagi kehidupan manusia
dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia dan lingkungan
hidupnya menyebabkan bahwa faktor-faktor ini pun tidak dapat
diabaikan. Kesemuanya ini berarti bahwa proses pembentukan
undang-undang harus dapat menampung semua hal yang erat
hubungannya (relevan) dengan bidang atau masalah yang hendak
diatur dengan undang-undang itu, apabila perundang-undangan
itu hendak merupakan suatu pengaturan hukum yang efektif.
Efektifnya produk perundang-undangan dalam penerapannya
memerlukan perhatian akan lembaga dan prosedur-prosedur
yang diperlukan dalam pelaksanaannya.
pelaksanaannya. Karenanya pengertian
hukum yang memadai harus tidak hanya memandang hukum
itu sebagai suatau perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur
kehidupan manusia dalam masyarakat, tapi harus pula mencakup
(institutions ) dan proses (processes
lembaga (institutions (processes ) yang diperlukan
untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.193 193
193 Moch
Mochtatarr Kusu
Kusuma
maat
atma
madj a, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan,
dja, Pembangunan,
Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum dan Pembangunan bekerjasama
dengan Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2006, hlm. 30.
1 94 Ronald
Ronald A. Brand,
Brand, “Semantic
“Semantic Distin
Distinction
ction in
in an Age of
of Legal Conver
Convergence
gence”,
”,
University of Pennsylvania Journal of International Economic Law , Spring,
1996.
117
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
195
19 5 Moch
Mochtatarr Kus
Kusum
umaa
aatm
tmadja,, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Binacipta,
adja Binacipta,
1976, hlm. 1. Beliau mendefinisikan Hukum Internasional Publik adalah
keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan
hubung an atau persoalan
yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat
perdata. Hukum Perdata Internasional adalah keseluruhan kaidah asas hukum
yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara.
118
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
2. Pend
Pendek
ekat
atan
an Kon
Konse
seps
psii Konv
Konver
erge
gens
nsii dan
dan
Non-Konvergensi dalam Hukum
Paradigma dari konvergensi tatanan hukum dapat dilakukan
pemahaman yang lebih mendalam dengan mengkaji pendekatan
konsepsi konvergensi dan konsepsi non-konvergensi dalam
hukum.196 Pendekatan untuk mencari keterkaitan dengan
persamaan atau perbedaan antara sistem hukum, atau memban-
dingkan sistem hukum yang berbeda diharapkan dapat menje-
laskan pentingnya konsepsi konvergensi hukum.
1 96 Fabio Moros
Morosini,
ini, “Global
“Globalizatio
ization
n & Law: Beyond
Beyond Traditiona
Traditionall Methodolgy
Methodolgy of
of
Comparative Legal Studies and An Example from Private International Law”,
Cardozo Journal of International and Comparative Law , Fall 2005.
119
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1. Pend
Pendek
ekat
atan
an Konv
Konver
erge
gens
nsii Huku
Hukum
m197
Para ahli hukum berpendapat bahwa suatu sistem hukum
dibentuk mendasarkan kepada format yang berbeda namun tetap
memiliki kesatuan inti pemahaman.198198
Basil Markesinis, sesuai
dengan pendekatan hukum perbandingan, berpendapat bahwa
suatu sistem hukum menemukan cara yang berbeda untuk
mendekati suatu permasalahan serupa,199 199
dan dalam pelak-
sanaannya sering mencapai hasil yang secara fungsional serupa.
Markesinis berpendapat perlunya difokuskan pada persamaan
dari sistem hukum yang berbeda karena dunia memiliki
perbedaan.200
200
Konsepsi konvergensi didasarkan kepada pema-
haman bahwa, “Sementara mungkin saja adanya perbedaan
antara sistem hukum di tingkat permasalahan konseptual, namun
solusi secara fungsional kepada permasalahan dimaksud
cenderung untuk menjadi serupa.”201 201
Pemahaman dimaksud
mengikuti pendapat dari Markesinis bahwa persamaan dalam
mendekati budaya hukum yang berbeda akan berperan untuk
melakukan integrasi hukum di masa depan.
197
19 7 Laura
Laura Nader,
Nader, “Comme
“Comments “, 46 Am. J. Comp. L. 597
nts“, L. 597 (1998). O. Lando, Why
Harmonize Contracts Law of Europe , in International Contracts & Conflicts of
Law (P. Sarcovic ed., 1990), ch. 1.
1 98 James Gordle
Gordley,
y, “Is Compa
Comparative
rative Law
Law a Distinct
Distinct Discip
Discipline?
line?“, 46Am. J. Comp.
“, 46Am.
L. 607
L. 607 (1998).
199
19 9 Basil
Basil S. Marke
Markesin
sinis
is & Hanne
Hanness Unbera
Unberath, The German Law of Torts: A Com-
th,The
parative Treatise (2002); Markesinis, Foreign Law & Comparative Meth-
(2002); Basil S. Markesinis,Foreign
odology: A Subject & a Thesis (1997);
(1997); Basil S. Markesinis, Always on the Same
Path: Essays on Foreign Law & Comparative Methodology (2001). (2001).
200
20 0 Basi
Basill S.
S. Mar
Marke
kesi
sini
nis,s, Foreign Law & Comparative Methodology: A Subject & a
Thesis , 6 (1997).
2 01 Pierre
Pierre Legrand,
Legrand, “Europea
“European n Legal System
Systemss Are Not
Not Converging
Converging”, ”, 45 Int’l &
Comp. L.Q. 55
L.Q. 55 (1996), memuat penjelasan teori konvergensi sebagaimana
dikemukan oleh de Groot, Glenn dan Markesinis bahwa, “while “while there may be
distinctions between legal systems at the level of problem conceptualization,
the functional solutions to problems tend to be similar.“
similar.“
120
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
2. Pend
Pendek
ekat
atan
an Non
Non-K
-Kon
onve
verg
rgen
ensi
si Huk
Hukum
um
Para ahli hukum yang berpendapat lain mengemukakan pen-
dekatan non-konvergensi hukum. Menurut mereka bahwa
metodologi perbandingan mendasarkan kepada perbedaan dan
bukan persamaan.202202
Pierre Legrand menjelaskan metodologi
dimaksud dengan baik,203203
bahwa menurutnya esensi dari pende-
katan adalah hukum merupakan bagian yang hidup dari kerangka
budaya suatu negara. Legrand bertentangan dengan Markensinis,
di mana Legrand mengembangkan argumentasinya dalam
konteks “kemustahilan” dalam hukum perdata di Eropa. Bagi
Legrand, jika hukum adalah bagian yang hidup dari kerangka
budaya, maka hal yang keliru untuk memfokuskan pada persa-
maan antara sistem hukum yang berbeda.204 204
Satu pendekatan
yang berbasis pada persamaan antara sistem hukum sejatinya
s ejatinya
adalah tidak nyata karena setiap budaya membentuk identitas
atau karakter hukumnya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangannya yang berbeda.
John Coffee205205
dan Ronald Gilson206
206
membedakan konver-
(formal convergence ) dan konvergensi fungsional
gensi formal (formal
2 02 Gunther
Gunther Teubner,
Teubner, “Legal
“Legal Irritant
Irritants:
s: Good
Good Faith in
in British
British Law or
or How Unifyin
Unifyingg
Law Ends Up in New Divergences”, 61 M.L.R. 11 M.L.R. 11 (1998), memuat pendapat
bahwa konvergensi terhadap sistem hukum adalah merupakan produk dari
sesuatu yang bukan merupakan tujuan dan konsukuensi yang tidak
diinginkan.
203 Pier
Pierre
re LeLegr
granand, Fragments on Law-As-Culture (1999); Pierre Legrand, Le Droit
d,Fragments
Comparé (1999);
(1999); Pierre Legrand, Sens et Non-Sens D’un Code Civil Euro-
pean,
pean, Revue Internationale De Droit Comparé, Oct.-Dec. 1996; Pierre Pier re Legrand,
“Structuring European Community Law: How Tacit Knowledge Matters, 21
Hastings Int’l & Comp. L. Rev. 871
Rev. 871 (1998).
2 04 Ibid.,
Ibid., “If
“If law is a living part of an overall culture, it is wrong to focus on the
similarities between the different legal systems.“
systems.“
205 Hora
Horati tiaa Mui
Muirr Wat
Watt,t, La Fonction Subversive du Droit Comparé , Revue
Internationale De Droit Comparé, July-Sept. 2000. Horatia Muir Watt, “Expe-
121
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
riences from Europe: Legal Diversity and the Internal 39Tex. Int’l. L.J.
Inte rnal Market“, 39Tex.
429 (2004).
2 06 Mattei,
Mattei, Comp
Comparat
arative,
ive, loc. cit.,
cit., memuat
memuatpend
pendapa bahwa, “If a legal system is to
apatt bahwa,
evolve it needs the intervention of some external force playing a role similar to
that played by the courts of equity in medieval England. Modern law and
economics is certainly trying to play this role by using the idea of efficiency
rather than that of equity.“
equity.“
2 0 7 Brett H. McDonnell,
McDonnell, “Conver
“Convergence
gence in Corporat
Corporatee Governanc
Governance”, Villanova Law
e”,Villanova
Review , 2002.
2 08 Ibid.,
Ibid., memuat pendapat bahwa, “Economics
“Economics is still considered the queen of
the social sciences. American legal models, which already enjoy worldwide
prestige, receive a strong scientific legitimization from their connection with
economic science. When philosophy was the prestigious academic disci-
pline, lawyers managed to find within its tools (or more precisely within its
jargon)
jargon) the
the key to their
their succes
success. s. The
The pattern
pattern is
is now repeating
repeating itself with eco-
nomics. Western lawyers are constantly seeking some trapping of nobility, to
cope with the social responsibility.“
responsibility.“
122
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
(cor-
katkan diri untuk taat pada aturan tata kelola perusahaan (cor-
porate governance rules ) yang dipersyaratkan bagi perusa-
(listed companies ).
haan terdaftar di bursa saham (listed ). Para ahli
hukum lain yang memiliki kesemaan pendapat mengenai
konsepsi konvergensi model Amerika antara lain adalah
Lawrence Cunningham, Jeffrey Gordon, Mary Kissane dan
Gustavo Visentini.209
209
C. KONS
KONSEP
EP HARM
HARMON
ONIS
ISAS
ASII HUK
HUKUM
UM
Pemikir besar dari Timaeus yaitu Plato, menyatakan adanya
kebutuhan akan sesuatu yang baik dan rasional untuk mengatasi
“isyarat yang bertentangan dan ketidakberaturan”, karenanya
akan terbentuk suatu harmoni.210210
Pemahaman yang sederhana
dalam teori dari musik bahwa harmoni adalah sebagai sebuah
situasi yang sederhana dari “rekonsiliasi dari keterbalikan
keterbalikan di mana
yang satu dan lainnya saling terkait unsur-unsur berlainan.”211 211
2 09 Anthony
Anthony Ogus,
Ogus, “Competi
“Competition
tion between
between National
National Legal
Legal Systems:
Systems: A Contribu-
Contribu-
tion of Economic Analysis to Comparative Law”, 48 Int’l & Comp. L.Q. 405 L.Q. 405
(1999).
2 10 H. Patric
Patrickk Glenn,
Glenn, “Harm
“Harmony
ony of
of Law in the
the Americ
America”, University of Miami Inter-
a”,University
American Law Review , Spring, 2003, dinyatakan bahwa, “The “The need for the
good and the rational to overcome ‘discordant and unordered motion,‘ thereby
bringing about a harmony.“
harmony.“
2 11 G.L. Finney,
Finney, Harmon
Harmonyy or Rapture
Rapture in Music in in II Dictionar
Dictionaryy of the Histor
Historyy of
Ideas 388, 389 (Charles Scribner’s Sons ed., 1973), dinyatakan bahwa, “Rec-
onciliation of opposites, a fitting together of disparate elements.“
123
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
124
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
1. Har
Harmoni
monisa
sassi Forma
ormall
Contoh-contoh dari konsep Harmonisasi Formal205 205
yang paling
jelas dalam sejarah hukum adalah kodifikasi nasional di abad
ke-19 dan ke-20 oleh negara-negara di Eropa. Kodifikasi nasional
pada saat bahkan telah mengarah kepada unifikasi, meskipun
hal dimaksud tetap dalam perdebatan berkenaan dengan keane-keane-
karagaman nilai-nilai lokal yang masih mendasari kitab undang-
).206
(national code ).
undang nasionalnya (national 206
Kodifikasi adalah suatu
2 05 Kamus Besar
Besar Bahasa
Bahasa Indone
Indonesia
sia Edisi III Dalam Jaringan (on-line
Dalam Jaringan on-line dictionary ),
),
dapat diunduh melalui laman <http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/> dimuat
(a) 1 sesuai dng peraturan yg sah; menurut adat kebiasaan
pengertian for.mal (a
yg berlaku: permohonan itu harus diajukan secara --
secara -- , tidak cukup dng telepon;
telepon;
2 resmi: pendidikan -- yg ditempuhnya hanya sekolah teknik menengah.
2 06 H.P. Glenn,
Glenn, “The
“The Use
Use of Computer
Computers:s: Quantitat
Quantitative
ive Case
Case Law Analys
Analysis
is in the
Civil and Common Law”, 36 Int’l & Comp. L.Q. 362,
L.Q. 362, 366 (1987).
125
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
126
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
2 07 H.P. Glenn,
Glenn, “Harmo
“Harmonizati
nization
on of Law,
Law, Foreign
Foreign Law
Law and Private
Private Internationa
Internationall
Law”, 1 Eur. Rev. Priv. L. 47
L. 47 (1993); H. Batiffol, Aspects Philosophiques du
Droit International Privé (Dalloz 1956).
127
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2. Harm
Harmon
onis
isas
asii Info
Inform
rmal
al
Fenomena dari keanekaragaman hukum dan dialog dari hukum
Amerika menghasilkan satu kesimpulan umum bahwa hukum
Amerika menundukkan diri kepada pemahaman bahwa harmo-
nisasi lahir dari persengketaan yang muncul. Walaupun tidak
dapat dipungkiri bahwa suatu harmonisasi tidak mungkin dapat
menyelesaikan keseluruhan sengketa yang ada. Munculnya
kompleksitas dalam hukum perdata internasional dan hukum
nasional maka digunakan pendekatan harmonisasi informal.209
209
3. Pros
Proses
es Harm
Harmon
onis
isas
asii Info
Inform
rmal
al
Harmonisasi Informal adalah harmonisasi yang ditemukan pada
sebagian besar struktur dan proses yang sudah ada (dan adalah
208
20 8 J. Bra
Brait
ithw
hwai
aite
te & P.
P. Drah
Drahosos,, Global Business Regulation 86
Regulation 86 (Cambridge Uni-
versity Press 2000); J. Dalhuisen, Dalhuisen on International Commercial ,
Financial and Trade Law 71 (Hart Publishing, 2000); H. Kötz,
Rechtsvereinheitlichung - Nutzen, Kosten, Methoden, Ziele , 50 Rabels
Zeitschrift (1986).
2 09 Kamus
Kamus Besar
Besar Bahasa
Bahasa Indonesia
Indonesia Edisi
Edisi III Dalam
Dalam Jaringa
Jaringan (on-line dictionary ),
n (on-line ),
dapat diunduh melalui laman <http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/> dimuat
pengertian in·formal (a) tidak resmi:para
resmi: para kiai adalah pemimpin -- dl masyarakat .
128
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
4. Harmon
Harmonisa
isasi
si Peratu
Peraturan
ran Perund
Perundang
ang-un
-undan
dangan
gan di
Indonesia
Dalam Collins Cobuild Dictionary (1991) ditemukan kata
harmonious dan harmonize dengan
dengan penjelasan sebagai berikut:
“A relationship, agreement etc. that is harmonious is friendly
and peaceful.
Things which are harmonious have parts which which make up an
attractive whole and which are in proper proportion to each
other.
When people harmonize, they agree about issues or sub-
ject
jectss in a frie
friend
ndly
ly,, peac
peacef
eful
ul ways
ways;; suit
suitab
able
le,, re
reco
conc
ncil
ile.
e.
If you harmonize two or morw things, they fit in with each
other is part of a system, society etc.”
2 10 H. Patrick
Patrick Glenn,
Glenn, “Harmon
“Harmonyy of Laws in the
the Americas
Americas”, University of Miami
”,University
Inter-American Law Review , Spring 2003.
129
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
211 Moh.
Moh. Hasa
Hasann Warga
Wargaku
kusu mah,, Perumusan Harmonisasi Hukum tentang
sumah
Metodologi Harmonisasi Hukum,
Hukum, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kehakiman, 1996/1997, hlm. 37.
130
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
212 L.M.
L.M. Gandhi, Harmonisasi Hukum Menuju Hukum Yang Responsif , Pidato
andhi,
Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Hukum UI, Jakarta, 14 Oktober 1995.
131
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
213 Lihat
Lihat,, Herlie
Herlien
n Boed
Boedion o, Het Evenwichtsbeginsel voor het Indonesich
iono,
Contracttenrechten,
Contracttenrechten, Disertasi, 2001.
132
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
133
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2 14 Lihat Pasal
Pasal 57 Undang
Undang-Und
-Undang
ang Nomor
Nomor 24 Tahun
Tahun 2003
2003 tentang
tentang Mahkamah
Mahkamah
Konstitusi.
134
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
2 15 Pasal 1 angka
angka 13 Peraturan
Peraturan Presiden
Presiden R.I.
R.I. Nomor
Nomor 87 Tahun
Tahun 2014.
2014.
2 16 Pasal 43 ayat
ayat (3)
(3) Undang-U
Undang-Undan
ndangg Nomor
Nomor 12 Tahun 2011.
2 17 Pasal 23 ayat
ayat (2) butir
butir a Peraturan
Peraturan Presid
Presiden
en R.I.
R.I. Nomor
Nomor 87 Tahun 2014.
2014.
135
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2 18 Lihat Pasal
Pasal 17 sampai
sampai dengan
dengan Pasal
Pasal 21 Peratu
Peraturan
ran Presiden
Presiden R.I.
R.I. Nomor
Nomor 87
Tahun 2014.
136
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
137
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
(c) aspe
aspekk pro
prose
sedu
durr
i) Pemr
Pemrak
akar
arsa
sa RUU
RUU men
mengagaju
juka
kann peng
penghaharm
rmononis
isas
asia
ian
n
kepada Menteri Hukum dan HAM.
ii) Konsep
Konsepsi
si RUU
RUU yang
yang sudah
sudah dihar
diharmon
monisa isasi
si wajib
wajib
dimintakan persetujuan Presiden sebagai RUU
Prolegnas.
Selanjutnya berkaitan dengan RUU yang diajukan oleh DPR
melalui Prolegnas, terdapat mekanisme sebagai berikut:
1) Menteri
Menteri Hukum
Hukum dan HAM mengkon
mengkonsulsultasi
tasikan
kan terlebi
terlebih
h
dahulu masing-masing konsepsi RUU yang dihasilkan
oleh DPR kepada Menteri lain atau Pimpinan LPND sesuaisesuai
dengan lingkup bidang tugas dan tanggung jawabnya
dengan masalah yang akan diatur dalam RUU dan
Pimpinan instansi Pemerintah terkait lainnya. Konsultasi
sebagaimana dimaksud di atas dilaksanakan dalam
rangka pengharmonisasian, pembulatan, dan peman-
tapan konsepsi RUU termasuk kesiapan dalam pemben-
tukannya.
2) Hasil
Hasil peny
penyusu
usunan
nan Proleg
Prolegnas
nas di ling
lingkun
kungan
gan DPR dan
konsultasi dalam rangka pengharmonisasian, pem-
bulatan, dan pemantapan konsepsi RUU, oleh Menteri
Hukum dan HAM dimintakan persetujuan terlebih
dahulu kepada Presiden sebelum dikoordinasikan
kembali dengan DPR (Pasal 23).
3) Perset
Persetuju
ujuan
an Presi
Presiden
den terh
terhada
adapp Proleg
Prolegnas
nas yang
yang disu
disusun
sun
di lingkungan DPR diberitahukan secara tertulis kepada
dan sekaligus menugaskan Menteri Hukum dan HAM
untuk mengkoordinasikan kembali dengan Dewan
Perwakilan Rakyat.
138
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
3) Harmon
Harmonisa
isasi
si pada
pada Taha
Tahapan
pan Peranc
Perancang
angan
an draf
draf RUU
RUU
Harmonisasi pada tahap ini dilakukan oleh Direktorat
Harmonisasi Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-
undangan Departemen Hukum dan hak Asasi Manusia.
Harmonisasi dilaksanakan dalam suatu Rapat Antardepar-
temen yang dipimpin oleh Departemen Hukum dan HAM.
139
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
140
Konsep Hukum Sarana Pembaharuan Masyarakat dalam Teori Hukum Konvergensi
141
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
142
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
Bab IV
Pembentukan Teori Hukum
Konvergensi dalam Revolusi Industri
“The most reliable way to forecast the future is
to try to understand the present.”
John Naisbitt
A. KONSEP
KONSEP KONVER
KONVERGEN
GENSI
SI HUKUM
HUKUM DALAM
DALAM UPAYA
UPAYA
PEMBENTUKAN HUKUM YANG ANTISIPATIF
TERHADAP PERKEMBANGAN ZAMAN
(communication, computing, content
Konvergensi teknologi 4C (communication,
and community ) pada dasarnya adalah ketersediaan berbagai
jenis teknologi yang berbeda, yang memiliki fungsi yang hampir
sama, di mana dengan teknologi ini kombinasi yang sinergis antara
layanan suara, data, dan video dapat diolah dan dipertukarkan
dipertukar kan
hanya dengan menggunakan satu jenis jaringan saja. Diban-
dingkan dengan teknologi sebelumnya, yang masing-masing
harus menggunakan jaringan terpisah, saat ini semua dapat
dilakukan dalam satu jenis jaringan, sehingga memungkinkan
untuk saling menggunakan resource secara bersamaan, dengan
demikian akan lebih efisien.
143
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Jika
Jika tekn
teknol
olog
ogii dipa
dipand
ndan
angg seba
sebaga
gaii komp
kompon
onen dari network,
en dari
device, application,
application, dan content , konvergensi teknologi adalah
terintegrasinya berbagai jaringan dan terminal yang sama-sama
(application dan con-
mampu menyalurkan berbagai layanan (application
tent ) kepada pelanggan. Pelanggan dapat menggunakan termi-
nal (customer premises equipment-CPE) apa pun yang mereka
nal (customer
miliki melalui jaringan mana pun yang ada untuk mengakses
layanan yang mereka inginkan baik berupa suara, data, maupun
video. Jaringan yang konvergen tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.
Hal ini berlaku juga dalam jaringan komputer, di mana
jaringan yang mempunyai sistem operasi yang berbeda-beda
memiliki kemampuan untuk saling berkomunikasi melalui
protokol yang berbeda-beda. Hal ini dapat menjadi pendahuluan
menuju jaringan artificial intelligence pada
pada internet.
144
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
n
a
p
e
D
a
s
a
M
i
s
a
k
i
n
u
m
o
k
e
l
e
T
i
s
n
e
g
r
e
v
n
o
K
r
u
t
k
e
t
i
s
r
A
i
s
k
i
d
e
r
P
:
2
r
a
b
m
a
G
145
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Broadcasting
Datacom/IT
Telecomm - Digi
Digita
tali
liza
zati
tion
on
CONTENT Content - Codin
odingg Stan
Standa
dard
rd
(Provision of Content) (MPEG, H263, dll.)
SERVICES - Mult
Multim
imed
edia
ia Serv
Servic
ices
es
(Provision of access to informa- Services - Triple Pl
Play
tion services)
NETWORK - Packet-Based
Network
(Backbone: provision of routing (IP)
& mobility management)
ACCESS Acces
(Provision of transmission & air
interface to terminals)
- Multimode
Multipurpose
CPE/TERMINALS Terminals Terminal
146
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
147
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
4. Industri
Industri lama yang antara lain:
a. Komputer: hardware, software
b. Teleko
Telekomunmunikaikasi:
si: jaring
jaringan,
an, jasa
jasa tele
telekom
komuni
unikas
kasii
c. Medi
Media: a: TV,
TV, rad
radio
io,, sur
surat
at ka
kaba
barr
148
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
Jela
Jelass konv
konver
erge
gens
nsii 4C me
memi
mili
liki
ki bany
banyak
ak seka
sekali
li pote
potensi
nsi ya
yang
ng
dapat dimanfaatkan untuk masyarakat Indonesia.
Indonesia. Namun di sisi
lain, tanpa pengaturan yang holistik dan menyeluruh, penerapan
penerapan
teknologi konvergensi 4C juga memiliki potensi untuk mengaki-
batkan chaos dalam
dalam dunia telekomunikasi Indonesia. Bahkan
bukan hanya dalam dunia telekomunikasi, juga dalam dunia
teknologi informasi maupun dunia penyiaran. Seluruh operator
SLI misalnya amat memperhatikan dengan munculnya teknologi
dan layanan VoIP global yang akan mengancam industri mereka.
Industri broadcasting televisi tentu juga akan terguncang bila
operator 3G dan WiMax menggunakan layanan mereka untuk
broadcasting siaran televisi.
Dipahami adanya suatu paradoks yaitu pada satu sisi
konvergensi teknologi dapat membuat kehidupan masyarakat di
Indonesia semakin maju dan pelanggan dapat memperoleh lebih
banyak layanan dengan harga terjangkau, namun pada sisi lain
tanpa adanya undang-undang yang mengatur dengan baik,
konvergensi teknologi memiliki potensi untuk mengakibatkan
kekacauan besar (chaos) dalam
dalam dunia telekomunikasi, teknologi
informasi dan penyiaran di Indonesia.
149
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
(ser-
Perlu dipahami pula bahwa penjaminan kualitas layanan (ser-
vices level guarantee ) dan keamanan informasi (informational
( informational
security ) menjadi hal yang semakin pelik dalam era konvergensi.
Indonesia secara kondisi logis memang memerlukan undang-
undang yang dapat mengatur perkembangan dan penerapan
konvergensi teknologi 4C pada masyarakat Indonesia, sehingga
baik masyarakat maupun seluruh industri dapat memperoleh
kemanfaatan yang positif seoptimal mungkin dari perkembangan
konvergensi teknologi 4C ini.
Pada era konvergensi ini muncul permasalahan-permasa-
lahan yang harus segera diantisipasi, permasalahan tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. Layanan (service) yang
yang sama dapat dibawa melalui platform
yang berbeda.
a. Dive
Diverg rgen
ensi
si infr
infras
astr
truk
uktu
turr dan
dan laya
layananan.
n.
b. Perkem
Perkemban bangan
gan layana
layanan-l
n-lay
ayana
anan baru (triple play inter-
n baru
active media,
media, digital broadcasting ) tidak terakomodasi
oleh regulasi eksisting.
c. Konver
Konvergen gensi
si memp
mempengengaru
aruhi
hi pros
proseses prod
produks
uksi,
i, model
model
bisnis, dan level kompetisi.
d. Konver
Konvergengensisi akan
akan mem
memberberika
ikann efek
efek pada
pada isu-
isu-isu
isu utam
utamaa
regulasi (interkoneksi, licensing , sistem pentarifan, spec-
trum management , numbering, security , USO)
2. Struktu
Strukturr indust
industri
ri yang
yang masih
masih verti
vertikal
kal,, di
di mana
mana masing
masing-ma
-masing
sing
jaringan teleponi, data, dan penyiaran terpisah, seperti dapat
dijelaskan pada tabel berikut ini.
150
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
B. FUNG
FUNGSI
SI HUKU
HUKUMM SEB
SEBAG
AGAI
AI SARA
SARANA
NA
PEMBAHARUAN MASYARAKAT DALAM DIMENSI
KONVERGENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK)
Teori Hukum Pembangunan memperkenalkan konsep hukum
baru; bahwa hukum dapat digunakan sebagai sarana pemba-
haruan masyarakat, bahwa hukum itu ada yang bersifat “netral”
“netr al”
yang terlepas dari faktor-faktor spritual, agama dan budaya seperti
cyberlaw, dan
cyberlaw, dan ada pula yang bersifat “tidak netral” seperti hukum
perkawinan dan waris. Inti pemikiran dari Teori Hukum Pemba-
ngunan bahwa hukum dapat digunakan sebagai alat atau sarana
pembaharuan masyarakat; dan hukum yang baik adalah hukum
yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Termi-
nologi “sesuai” dipahami sebagai pencerminan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat.
151
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
152
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
153
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1. Penga
Pengatur
turan
an Inter
Internas
nasion
ional
al dalam
dalam Kerang
Kerangka
ka World
World
Trade Organization (WTO)
(WTO) dan World Intellectual
Property Rights (WIPO) terhadap Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi
a . Worl
World d Tra
Trade
de Orga
Organiniza
zati
tion
on (WTO)
WTO)
1) Komit
Komitmen
men Inte
Intern
rnas
asion
ional
al dal
dalam
am Gen
Gener eral
al Agr
Agree
eemen
mentt
on Trade in Services-GATS (Annex on Telecommuni-
cations)
Di dalam WTO sektor telekomunikasi dibagi menjadi dua bagian
yang utama: basic telecommunication yang yang terdiri dari any
any
telecommunication
telecommunication transport, yaitu
transport, yaitu voice telephony, data trans-
mission, telex, telegraph, faxcimile, sale dan
dan resale of transmis-
dan network service; dan value–added (
sion capacity dan value–added (content ),
yaitu e-mail, voice mail, on-line information dan data
dan data base re-
trieval, EDI dan on-line information.
Setelah putaran Doha maka prinsip–prinsip yang harus
diperhatikan adalah:
a) Competitive Safeguard
Menghindari kebijakan-kebijakan yang anti kompetisi dari
penyedia/penyelenggara jasa telekomunikasi, yaitu:
i) Subsid
Subsidii silang
silang yaitu
yaitu setiap
setiap layana
layanann yang
yang disele
diselengg
nggara
arakan
kan
harus melakukan pemisahan akuntansi keuangannya.
Layanan yang satu tidak dapat mensubsidi layanan yang
(cross-subsidization).
lain (cross-subsidization ).
ii) Menggu
Menggunak nakan
an info
informa
rmasi
si untu
untukk kepen
kepentin
tingan
gan kompe-
kompe-
(using information obtained from competitors with
titornya (using
anti-competitive results ). Tidak memberikan informasi
kepada penyedia jasa lainnya, khususnya tentang
154
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
155
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
156
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
2) Prins
Prinsip
ip-P
-Prin
rinsip
sip Genera
Generall Agre
Agreeme
ement
nt on Trade
Trade in
Services yang Harus Diperhatikan
Indonesia harus memperhatikan prinsip-prinsip GATS untuk
melaksanakan komitmen internasionalnya, yaitu:
a) Transparency of regulations
Termasuk informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh
pihak asing dengan mengembangkan pusat informasi yang
“the availability of service technology’; ‘commer-
memuat “the
cial and technical aspects of the supply of services’; ‘register-
ing, recoqnising dan obtaining professional qualifications’;
dan ‘mutual recoqnition of the qualification required for the
supply of services.”
Perusahaan atau perorangan harus memiliki sertifikat, izin
untuk dapat melakukan usaha di negara lain dan untuk
157
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
b. World
World Intell
Intellect
ectual
ual Proper
Property
ty Organi
Organizat
zation
ion (WIPO)
(WIPO)
1) Pera
Perann WIP
WIPOO dala
dalamm Perl
Perlin
indu
dung
ngan
an Hak
Hak Keka
Kekaya
yaan
an
Intelektual pada Era Digital dan Konvergensi
Akibat dari konvergensi teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
yang perlu mendapatkan pemahaman secara tepat adalah
implikasinya terhadap rezim Hak Kekayaan Intelektual (HKI).219219
2 1 9 Implikasi
Implikasi dari
dari pemanfaatan
pemanfaatan teknolo
teknologi
gi terhadap
terhadap Hak
Hak Kekayaan
Kekayaan Intelektu
Intelektual
al (HKI)
(HKI)
terkait dengan teknologi informasi menjadi pembahasan sendiri sebagaimana
yang dituliskan oleh Kamil Idris yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal
Jendera l
dari World Intellectual Property Organization (WIPO),
Organization (WIPO), dalam bukunya Intel-
lectual Property: A Power Tool for Economic Growth,
Growth, WIPO Publication No.
888, Geneva, hlm. 32. Kamil Idris bahkan membahas khusus hal dimaksud
pada Chapter 6: Copyright and The Cultural and Information Industries .
158
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
2 20 Ibid.
221
22 1 Kamil
Kamil Idris
Idris mema
memahamhamii ini seba
sebagai
gai bent
bentuk “the Digital Revolution“
uk “the Revolution“ yang
berdampak perlunya pengaturan tersendiri (sui (sui generis ) terkait dengan hak
“With digital revolution, and all the tech-
cipta dan media digital, dinyatakan, “With
nological and other development it has brought, some question the continu-
ing viability of copyright in the face of such dramatic change .” Lihat Kamil
Idris, Intellectual Property: A Power Tool for Economic Growth, WIPO
Growth, WIPO Publi-
cation No. 888, Geneva, hlm. 222-223.
159
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2) Peng
Pengat
atur
uran
an dal
dalam
am WIP
WIPOO Inte
Intern
rnet
et Tre
Treat
atie
ies
s
Rezim hukum Hak Cipta mendapat tantangan baru setelah
adanya teknologi internet. Saat ini beberapa persoalan yang
muncul adalah menyangkut perlindungan terhadap program
komputer, dan objek Hak Cipta lainnya yang ada dalam aktivitas
aktivitas
di cyber space . Isu yang mengemuka adalah perlindungan
terhadap program komputer yang berada di bawah rezim hukum
Hak Cipta sejalan dengan diratifikasinya TRIPs-WTO225 225
dan
dan
222 Tim Lindse
Lindseyy dan
dan Eddy
Eddy Dami an et. al , Hak Kekayaan Intelektual: Suatu
Damian
Pengantar , Asian Law Group Pty Ltd bekerjasama dengan Penerbit PT. Alumni,
Bandung, 2006, hlm. 11 dan 96-99.
223 Ahma
Ahmad d M. Raml i, Cyber Law dan HAKI: dalam Sistem Hukum Indonesia,
Ramli, Indonesia,
Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 5.
2 24 Ibid.
225 Indonesia
Indonesia telah
telah meratifikasi
meratifikasi Persetuju
Persetujuanan Pembentukan
Pembentukan Organis
Organisasi
asi
Perdagangan Dunia melalui Undang-Undang R.I. Nomor 7 Tahun 1994
160
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
Organization (WIPO)228
World Intellectual Property Organization (WIPO) 228
sebagai
organisasi internasional yang paling bertanggung jawab dalam
kegiatan perlindungan HKI tentunya tidak tinggal diam dalam
menyikapi kemajuan teknologi digital dan konvergensi TIK. WIPO
telah mengadakan perundingan mengenai perjanjian
internasional di bidang Hak Cipta dalam lingkup lingkungan digi-
Internasional Hak Cipta WIPO (WIPO Copy-
tal, yaitu Perjanjian Internasional
right Treaty/WCT ). ). Pada tahun 1996, dua perjanjian WIPO telah
diadopsi dengan konsensus oleh lebih dari 100 negara-negara
anggota WIPO, yaitu WIPO Copyright Treaty (WCT) (WCT) dan WIPO
161
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
162
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
“Digital Agenda”
WCT terlebih khusus mereflesikan “Digital Agenda” yang
ditujukan untuk melindungi kepentingan para pemegang Hak
Cipta untuk perbanyakan ciptaan yang dilindungi oleh Hak Cipta
dengan menggunakan sarana teknologi komunikasi digital. 234 234
2 33 Lihat Black’
Black’ss Law Diction
Dictionary,
ary, Ninth
Ninth Edition
Edition,, West Publis
Publishing
hing Co,
Co, St. Paul,
Paul,
2009, hlm. 1572, dimuat pengertian bahwa sui generis yang berasal dari
“Of its own kind or class; unique or peculiar. The term
terminologi latin, yaitu “Of
used in intellectual property law to describe a regime designed to protect
rights that fall outside traditional patent, trademark, copyright,
copyright, and trade secret
doctrines. For example, a database may not protected by copyright law if its
content is not original, but it could protected by a sui generis statute designed
for that purposes.“
purposes.“
234 Edd
Eddy Dam amia n, Hukum Hak Cipta,
ian, Cipta, Edisi Ketiga, PT. Alumni, Bandung, 2009,
hlm. 88-89.
163
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Digital Agenda WCT
Agenda WCT direfleksikan dengan rezim perlin-
dungan atas Hak Cipta sebagai berikut:235
235
(1) memberi
memberikan kan kepad
kepadaa pencipt
penciptaa sebagai
sebagai bagian
bagian dari
dari hak
hak eks-
(communication
klusif untuk mengumumkan kepada publik (communication
right to the public ) dengan menggunakan sarana kabel atau
tanpa kabel, seperti karya tulis atau gambar karya seseorang
seseorang
pencipta yang dimuat/ditampilkan dalam suatu situs atau laman
(website ) yang dapat diakses oleh publik (Pasal 8 WCT);
(2) memberi
memberikan kan perli
perlindu
ndungan
ngan hukum
hukum yang
yang memad
memadaiai dan
penegakan hukum yang efektif terhadap tindakan-tindakan
penyalahgunaan
penyalahgunaan teknologi yang merugikan pencipta (Pasal
11 WCT); dan
(3) kewajiban
kewajiban negara untuk menegakkan
menegakkan hukum secara efektif
efektif
terhadap seseorang yang melakukan tindakan-tindakan yaitu
menghapus atau mengubah secara elektronik hak informasi
(right management information)
manajemen elektronik (right information) tanpa
izin pencipta, mendistribusi atau mengimpor untuk mendis-
tribusikan atau menyiarkan atau mengomunikasikan kepada
publik suatu ciptaan atau perbanyakan ciptaan yang
diketahui bahwa hak pengelolaan informasi seorang pencipta
telah dihapus atau diubah tanpa izin pencipta (Pasal 12 WCT).
2. Kebija
Kebijakan
kan Regula
Regulasi
si dalam
dalam Pendek
Pendekata
atan
n Fung
Fungsi
si
Hukum sebagai Sarana Pembaharuan Masyarakat
dalam Dimensi Konvergensi Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK)
Untuk menentukan struktur regulasi yang akan digunakan dalam
konvergensi TIK untuk mengantisipasi semua aspek yang terkait
2 35 Ibid.
164
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
165
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
236
23 6 Paul
Paul B. Step
Stephan, The Futility of Unification and Harmonisation in International
han,
Commercial Law , University of Virginia School of Law, 1999, hlm. 1-5.
166
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
167
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2 40 Undang-U
Undang-Undan
ndangg R.I. Nomor
Nomor 10 Tahun
Tahun 2004 tentang
tentang Pembent
Pembentukan
ukan Peratur
Peraturan
an
Perundang-undangan.
168
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
a. Konsumen
1) Pembedaan Pelanggan dan Pemakai
Berdasarkan hak konstitusional sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 28 F UUD Tahun 1945 khususnya tentang hak memperoleh
informasi dari seluruh saluran komunikasi dan hak untuk
menggunakan iptek, maka seluruh pengguna telekomunikasi
berkewajiban untuk dapat memenuhi hak konstitusional tersebut.
Sehubungan dengan itu ketentuan dalam UU Telekomunikasi
1999 untuk pengguna telah melakukan diskriminasi terhadap
pengguna akibat melakukan pembedaan atas pelanggan dan
pemakai. Hal ini juga mengakibatkan tanggung jawab pelaku
usaha menjadi berbeda terhadap keberadaan pelanggan dan
pemakai/pengguna.
pemakai/pengguna. Pemakai seringkali tereksploitasi
tereksploitasi oleh penye-
lenggara tanpa mempunyai bukti pertanggungjawaban apa pun.
2) Kualitas Layanan
Terkait dengan hak konsumen atas mutu penyelengaraan
jaringan yang baik untuk:
a) memi
memililih
h baran
barangg dan/
dan/ata
atau
u jasa
jasa serta
serta me
menda
ndapa
patk
tkan
an bara
barang
ng dan
dan/
/
atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan; dan
b) mendap
mendapatk atkan
an komp
kompens
ensasi
asi,, gant
gantii rugi
rugi dan/at
dan/atau
au peng
penggan
gantia
tian,
n,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
3) Perlindungan terhadap Data Pribadi
Terkait hak konsumen terhadap perlindungan keamanan dan
kenyamanan konsumen, maka pelaku usaha harus menjamin
perlindungan terhadap data pribadi dan tidak mengeks-
169
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
b. Perizinan
Sesuai karakteristik teknis dan bisnis TIK yang sudah diuraikan
sebelumnya, maka sistem perizinan yang diatur dalam UU
Telekomunikasi
Telekomunikasi 1999 saat ini sudah tidak sesuai lagi, di antaranya
karena memiliki kerancuan kategorisasi, keterbatasan dalam
lingkup dan substansi pengaturannya, inefisiensi penggunaan
sumber daya frekuensi, adanya proteksi yang berlebihan terhadap
penyelenggara incumbent, belum
incumbent, belum adanya kepastian hukum,
khususnya terkait dengan perizinan untuk penyelenggaraan
maupun perizinan untuk penyiapan sarana penunjang/
infrastruktur dari institusi yang berwenang.
Oleh karena itu perlu ada perubahan terhadap sistem
perizinan yang berlaku sekarang, yaitu dalam rangka mencip-
takan kerangka regulasi dan perizinan yang mendukung kebi-
jakan nasional dalam era konvergensi. Sistem perizinan tersebut
juga harus mengakomodir jaringan berbasis IP dan peluang usaha
bagi seluruh masyarakat untuk menjadi pemilik maupun penye-
lenggara jaringan/jasa telekomunikasi, serta menciptakan iklim
dan rezim perizinan yang transparan, adil, dan terbuka kepada
semua lapisan masyarakat.
170
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
171
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
c. Kelembagaan
Sesuai dengan evolusi bangsa dan negara yang mengarah kepada
National Wealth Creation,
Creation, di mana dibutuhkan ruang yang lebih
besar bagi peranan masyarakat dalam mengatur dirinya sendiri,
maka fungsi dan peranan pemerintah diarahkan dalam fungsi
fasilitator. Untuk berjalan efektifnya sebuah peraturan perundang-
undangan, maka dibutuhkan lembaga pelaksana yang akan
menjadi “motor” pelaksana dari undang-undang tersebut. Dalam
hal ini diperlukan sebuah badan regulator yang memiliki kewe-
nangan yang memadai dan tugas yang jelas dalam melaksanakan
undang-undang tersebut.
Selain fungsi pengawasan, dan fungsi pengendalian perlu
juga dipertimbangkan pembagian kewenangan untuk membuat
policy dan
dan kewenangan untuk membuat regulasi. Kedua fungsi
172
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
d. Bantu
Bantuan
an Me
Media
diasi
si untuk
untuk Penyel
Penyelesa
esaian
ian Sengke
Sengketa
ta
Di dalam UU Telekomunikasi 1999 belum diatur mengenai
mekanisme mediasi penyelesaian dalam bidang telekomunikasi.
Sedangkan hal tersebut sangat penting, penyelesaian sengketa
dalam bidang telekomunikasi perlu diatur secara khusus untuk
tujuan terciptanya kepastian hukum. Oleh karena itu perlu
ditetapkan suatu tata cara mediasi dalam penyelesaian sengketa
antar pelaku usaha dengan mempertimbangkan karakteristik
khusus bidang telekomunikasi, penyiaran dan teknologi
informatika.
173
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
e. Kewa
Kewajijiba
ban
n Pen
Penyi
yimp
mpan
anan
an Data
Data
Penyelenggara wajib menyimpan dokumen perusahaan sesuai
jadwal retensinya, dan wajib menyimpan jenis-jenis dokumen
tertentu sebagaimana dibutuhkan untuk kepentingan pembuktian
terhadap tindak pidana yang terkait dengan telekomunikasi.
f. Sanksi
Pengaturan mengenai sanksi dalam rencana perubahan undang-
undang telekomunikasi perlu mendapat perhatian khusus, karena
jenis dan berat ringannya sanksi akan menentukan efektivitas dari
pelaksanaan undang-undang ini nantinya. Dalam UU Teleko-
munikasi 1999 belum dikenal sanksi administratif dalam bentuk
denda, sementara best practice di negara-negara lain telah
menunjukkan bahwa sanksi dalam bentuk denda sangats angat efektif
penerapannya dibandingkan hanya diterapkannya sanksi penca-
butan izin atau bahkan sanksi pidana kurungan dan/atau denda.
Pengaturan ini diperlukan dalam rangka mendukung pene-
hukum (law enforcement) yang
gakan hukum(law yang tegas dan lugas dan menja-
min keamanan (security) jaringan
jaringan telekomunikasi, penyiaran dan
teknologi informasi yang berkualitas. Oleh karena itu perlu diatur
sedemikian rupa dalam bentuk kategorisasi, mana saja yang
termasuk ke dalam pelanggaran administratif, pelanggaran pidana
dan kejahatan pidana, dan untuk setiap jenis tindakan tersebut
diberikan sanksi yang sepadan dengan akibat yang ditimbul-
kannya.
Untuk pelanggaran dan kejahatan pidana tentunya akan
disesuaikan dengan hukum pidana yang berlaku, sedangkan
174
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
C. TEORI
TEORI HUKUM
HUKUM KONVER
KONVERGENGENSI
SI BAGI
BAGI KERA
KERANGK
NGKA
A
PEMBANGUNAN DI INDONESIA
1. Pemb
Pembenentu
tuka
kan
n Teor
Teorii Huku
Hukum
m Konv
Konver
erge
gens
nsii
bagi Kerangka Pembangunan di Indonesia
Regulasi merupakan suatu upaya untuk mengawasi perilaku
manusia atau masyarakat dengan pengaturan-pengaturan atau
pembatasan-pembatasan.241 Regulasi dapat dimuat dalam
berbagai bentuk, yaitu regulasi pemerintah berupa peraturan
perundang-undangan dan keputusan-keputusan, co-regulation,
co-regulation,
(self-regulation),
regulasi mandiri (self-regulation (market regula-
), regulasi pasar (market
tion)
tion) dan regulasi sosial (social regulation).242
(social regulation). 242
175
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
legislasi.243
243
Namun pada kenyataannya lingkup pengaturan dari
regulasi semakin meluas termasuk terhadap peralatan-peralatan
yang spesifik dengan teknologi-teknologi yang spesifik pula seperti
standarisasi dan persyaratan teknis yang dimuat dalam keputusan
menteri. Hal dimaksud menjadikan bergesernya kerangka regulasi
agar lebih sesuai yaitu ke arah bentuk pengaturan yang lebih tinggi
(the higher-level forms of regulation).
tingkatannya (the regulation).
Hal dimaksud di atas adalah sebagaimana dinyatakan oleh
Bert-Jaap Koops, Should ICT Regulation be Technology-Neu-
tral? , IT Law Series Vol. 9, The Hague, 2006 bahwa:
“Regulation roughly means controlling human or societal be-
havior by rules or restrictions. It can have many different forms:
government regulation (laws and decrees), co-regulation, self-
regulation and market regulation, or social regulation,
regulation, etcet-
2 4 3 Lampiran Undang-Undang
Undang-Undang R.I. Nomor
Nomor 17 Tahun
Tahun 2007
2007 tentang
tentang Rencana
Rencana Pem-
bangunan Jangka Panjang Nasional
Nasion al Tahun 2005-2025 Bab IV Arah, Tahapan,
dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025 IV.1. Arah
Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025 IV.1.2.
Mewujudkan Bangsa yang Berdaya Saing D. Sarana dan Prasarana yang
Memadai dan Maju pada Butir 31: “Pembangunan pos dan telematika
diarahkan untuk mendorong terciptanya masyarakat berbasis informasi (knowl-
knowl-
edge-based society ) melalui penciptaan landasan kompetisi jangka panjang
penyelenggaraan pos dan telematika dalam lingkungan multioperator;
pengantisipasian implikasi dari konvergensi telekomunikasi, teknologi
informasi, dan penyiaran, baik mengenai kelembagaan maupun peraturan
termasuk yang terkait dengan isu keamanan, kerahasiaan, privasi, dan integritas
informasi; penerapan hak kekayaan intelektual; peningkatan konvergensi pasar
dan industri; pengoptimalan pembangunan dan pemanfaatan prasarana pos
dan telematika dan pra-sarana nontelekomunikasi dalam penyelenggaraan
telematika; penerapan konsep teknologi netral yang responsif terhadap
kebutuhan pasar dan industri dengan tetap menjaga sinergi dan integrasi
prasarana jaringan menuju next generation network; peningkatan pengetahuan
dan pemahaman masyarakat terhadap potensi pemanfaatan telematika serta
pemanfaatan dan pengembangan aplikasi berbasis teknologi informasi dan
komunikasi; pengembangan
pengembangan industri dalam negeri; dan industri dalam negeri;
dan industri konten sebagai upaya penciptaan nilai tambah dari informasi.”
176
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
177
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
178
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
179
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
180
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
2. Kons
Konstr
truk
uksi
si Teo
Teori
ri Huku
Hukum
m Konv
Konver
erge
gens
nsii
bagi Kerangka Pembangunan di Indonesia
Dalam mengemukakan konstruksi tatanan hukum TIK tentu tidak
terlepas dari pemikiran-pemikiran Mochtar Kusumaatmadja yang
Pemikiran-pemikiran Mochtar
secara visioner melihat ke depan. Pemikiran-pemikiran
yang relevan dengan pembentukan konstruksi tatanan hukum
TIK adalah sebagai berikut.244
244
a. Huku
Hukum m seba
sebaga
gaii Alat
Alat Pem
Pemba
baha
haru
ruan
an Mas
Masya
yara
raka
katt
Untuk memahami arti dan fungsi hukum maka hukum merupa-
kan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat.
Hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah
dicapai. Fungsi demikian diperlukan dalam setiap masyarakat,
termasuk masyarakat yang sedang membangun karena ada hasil-
hasil (pembangunan) yang harus dipelihara, dilindungi dan
“diamankan”.
Namun demikian masyarakat yang sedang membangun
dalam pemahaman masyarakat yang sedang berubah cepat maka
hukum tidak cukup memiliki fungsi dimaksud namun hukum juga
harus dapat membantu proses perubahan masyarakat. Pan-
dangan bahwa hukum tidak dapat memainkan peranan yang
berarti dalam proses pembaharuan sudah tidak dapat lagi diterima.
Pengalaman Amerika Serikat yang dimulai pada tahun 1930-an
244
24 4 Liha
Lihatt Mocht
Mochtar
ar Kusu
Kusuma
maat
atma
madj
dja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan,
a,Konsep-Konsep Pembangunan,
Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum dan Pembangunan bekerjasama
dengan Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2006 yang memuat pemikiran-
pemikirannya, yaitu: Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan
Nasional; dan Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional: Suatu
Uraian tentang Landasan Pikiran, Pola dan Mekanisme Pembaharuan Hukum
di Indonesia.
181
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
b. Sika
Sikap
p Ment
Mental
al Pem
Pemer
erin
inta
tah
h dan
dan Warg
Wargaa Nega
Negarara
Warga negara suatu negara hukum selain menaati pihak yang
berkuasa selama si penguasa bertindak dalam batas-batas
wewenangnya, maka seorang warga negara yang baik harus
mengetahui dan jika perlu menuntut hak-hak yang diberikan
kepadanya oleh undang-undang dan hukum. Hanya dengan
demikian ia menjalankan kewajibannya sebagai warga negara
dengan baik, dalam arti turut menjaga ketertiban yang menjadi
tanggung jawab semua warga negara, baik ia itu penguasa atau
rakyat. Sikap yang demikian lebih baik daripada sikap yang
182
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
c. Peru
Perubabahahan
n Pemi
Pemiki
kira
ran
n te
tent
ntan
angg Huku
Hukum
m
(decade )
Pemikiran tentang hukum dalam beberapa dasawarsa (decade
terakhir ini telah banyak berubah sebagai akibat dari perubahan
(pres-
besar dalam masyarakat, teknologi dan tekanan-tekanan (pres-
183
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
d. Hukum
Hukum sebaga
sebagaii Sara
Sarana
na Pemba
Pembahar
harua
uan
n Masy
Masyara
araka
katt
Konsepsi yang memiliki kemiripan dengan konsepsi “law as as
konsep si “law
tool of social engineering ” yang di negara Barat pertama kali
Realism.245
dipopulerkan oleh aliran Pragmatic Legal Realism. 245
Apabila
konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan sebagai konsepsi
ilmu hukum (sehingga sekaligus konsepsi pemikiran atau filsafat
hukum, berbeda dari konsepsi politik hukum sebagai landasan
2 4 5 Lihat
Lihat Darj
Darjii Darmo
Darmodiha
diharjo
rjo dan Shidart
Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum,
a,Pokok-Pokok Hukum, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2006, hlm. 198, bahwa diungkapkan Mochtar
Kusumaatamadja tidak hanya dipengaruhi oleh Sosiological Jurisprudence
akan tetapi juga oleh Pragmatic Legal Realism.
Realism.
184
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
246
24 6 Rosc
Roscoeoe Pou
Pound
nd dal
dalam
am buk
bukun ya An Introduction of the Philosophy of Law
unya
menyatakan bahwa, “I “I am content to think of law as a social institution to
satisfiy social wants-the claims and demands involves in the existence of
civilized society by giving effect to as much as we may with the leaser sacriface,
so far as such wants may be satifies or such claims given effect by an ordering
of human conduct through politically organized society “.“. Lihat Roscoe Pound,
An Introduction of the Philosophy of Law , Yale University Press, London,
1930, hlm. 99.
185
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
186
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
247
24 7 The Euro
Europea
peann Commi
Commissi
ssion
on mene
menerbi
rbitkan the Green Paper on Convergence
tkan
(note 1 above) in December 1997, yang telah dilakukan konsultasi publik dan
dengar pendapat dengan masyarakat dalam 5 bulan. Ringkasannya dapat
diunduh melalui laman <http:// www.ispo.cec.be/convergencegp/
gpworkdo.html>.
248 Europe
European an Commis
Commissio n, Green Paper on the Convergence of the
sion,
Telecommunications, Media and Information Technology Sectors, and the
Implications for Regulation towards an Information Society Approach
Approach (Brus-
sels: European Commission, 1997), hlm. 14. Tulisan dimaksud dapat diunduh
melalui <http://www.ispo.cec.be/c
<http://www.ispo.cec.be/convergencegp
onvergencegp/97623.html>.
/97623.html>.
249 Jan
Jan va
van ijk, The Network Society: Social Aspects of New Media (London:
n Dijk, Media (London:
Sage, 1999), hlm. 9.
187
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
188
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
189
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1. Pemikiran pertama,
pertama, memiliki keterkaitan dengan perma-
salahan bentuk yang memadai dari struktur institusi regula-
tor untuk mengantisipasi dampak konvergensi di negara-
negara yang mengatur telekomunikasi dan penyiaran di
bawah rezim pengaturan yang terpisah;
2. Pemikiran kedua,
kedua, berhubungan dengan pergeseran fokus
pengaturan atau regulasi yang lebih kepada pengaturan
kompetisi dan pengendalian penguasaan pasar di dalam
industri konvergensi; dan
3. Pemikiran ketiga,
ketiga, berhubungan dengan kebutuhan akan satu
(holistic ) untuk membentuk suatu
pendekatan menyeluruh (holistic
kerangka konvergensi.
2 52 Angeline
Angeline Lee,
Lee, “Converge
“Convergence
nce in Telecom,
Telecom, Broadca
Broadcasting
sting and
and it: A Comparati
Comparative
ve
Analysis of Regulatory Approaches in Malaysia, Hong Kong and Singapore”,
Singapore Journal of International and Comparative Law, 2001.
Law, 2001.
190
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
191
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2 55 SM Hussein,
Hussein, “The
“The Malaysia
Malaysian n Communica
Communications
tions and
and Multimedi
Multimediaa Act 1998
1998 - Its
Implications on the Information Technology (IT) Industry”, (2000) 9 Informa-
tion and Communications Technology Law 79; 79; ‘Fears of “broadcasting inva-
sion”’, (Singapore) Straits Times, 6 Mar 2000; ‘Control of core media stays
local, says BG Yeo’, (Singapore) Straits Times, 6 Mar 2000; ‘Controls on for-
eign broadcasters soon’, (Singapore) Straits Times, 10 Mar 2001 and ‘BG Yeo
explains why changes to SBA Act needed’, (Singapore) Business Times, 12
May 2001.
192
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
193
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
257
25 7 Conto
Contoh h berken
berkenaan
aan deng
dengan
an pengg
pengguna
unann the local loop atau
atau local cable-based
networks. Lihat
networks. Lihat Knieps, “Deregulation in Contestable and Non-Contestable
Markets: Interconnection and access” (2000) 23 Fordham International Law
Journal
Journal 90,
90, dan Kearney and Merrill, “The Great Transformation of Regulated
Industries Law“ (1998) 98 Columbia Law Review 1323. 1323.
2 58 Lihat Report of OECD Roundtable on Regulation and Competition Issues in
Broadcasting in the Light of Convergence DAFFE/CLP (99) 1 (1999).
2 59 Lihat Judge
Judge R Posner,
Posner, “The
“The Effects
Effects of Deregulat
Deregulation
ion on Competit
Competition:
ion: The
The Expe-
rience of the United States “(2000) 23 Fordham International Law Journal S
Journal S 7,
beliau menyampaikan pendapat: “Because“Because deregulation contemplates the
substitution of competition for regulation as the ‘regulator’ of the deregulated
markets, deregulation increases the importance of antitrust law as a means of
preventing unregulated firms from eliminating competition amongst them-
selves by mergers or price-fixing agreements .... It is important that ‘competi-
tion’ be understood in its correct economic sense, lest antitrust become an-
other form of regulation. Competition is not a matter of many sellers or low
prices or frequent changes in prices or market shares. It is properly regarded
as the state in which resources are deployed with maximum efficiency, and it
is not so much the existence of actual rivalry, let alone any specific market or
structure or behavior, as the potential for rivalry, that assures competition. The
proper role of antitrust law is to protect that potential by limiting mergers,
preventing the formation and operation of cartels and other horizontal price-
fixing or market-dividing agreements or modalities, and, to a limited extent,
preventing abusive tactics by individually powerful firms .“ .“
194
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
2 60 Praktik
Praktik di Hong
Hong Kong
Kong dapat
dapat diketahui
diketahui pada tulisa
tulisan
n R Wu and G Leung,
Leung, “Me-
dia Policy and Regulation in the Age of Convergence - The Hong Kong Expe-
rience“ (2000) 30 Hong Kong Law Journal 454.
454.
2 61 Ibid.
195
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
196
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
262 Europe
European an Commis
Commissio n, Green Paper on the Convergence of the
sion,
Telecommunications, Media and Information Technology Sectors, and the
Implications for Regulation towards an Information Society Approach (Brus-
Approach (Brus-
sels: European Commission, 1997).
2 63 Negara-neg
Negara-negara ara seperti
seperti Korea
Korea Utara,
Utara, Vietnam
Vietnam dan Philipin
Philipinaa telah gagal untuk
untuk
kategori ini.
197
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
198
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
Pendekatan ketiga,
ketiga, “pendekatan radikal” (radical approach)
approach)
adalah perubahan dari rezim yang sudah ada dan mengadopsi
mengadop si
suatu model sepenuhnya baru untuk mengatur industri media
serta layanannya. Pendekatan ini adalah didukung oleh keyakinan
bahwa konvergensi akan membawa perubahan fundamental
pada industri media. Berdasarkan pendekatan ini, model dan
strategi tradisional regulasi adalah tidak sesuai serta tidak relevan
serta model serta strategi regulasi yang baru harus dirumuskan
untuk mengembangkan industri media.
Pendekatan radikal ini dilakukan oleh Amerika Serikat seba-
gaimana yang direfleksikan dalam regulasi medianya. Telecom-
munications Act 1996
1996 menghilangkan
menghilangkan semua penghalang regul-
asi yang merintangi konvergensi telekomunikasi dan televisi,
(mobile phone ) dan tetap, dan layanan
layanan telepon seluler (mobile
telepon lokal serta sambungan telepon jarak jauh.265
265
Berdasarkan
Telecommunications
Telecommunications Act 1996 sebagian
1996 sebagian besar pembatasan bisnis
telah dihilangkan dan operator telekomunikasi serta perusahaan
TV kabel telah diizinkan untuk memasuki pasar satu sama lainnya.
Uni Eropa yang sebelumnya lebih konservatif dibandingkan
Amerika Serikat, pada saat ini juga mendukung suatu pendekatan
radikal. Pada tahun-tahun terakhir ini, European Commission telah
menjadi semakin meyakinkan bahwa kerangka regulasi yang
sudah ada dengan berbasis pada karakteristik teknis dari media
dan kanal frekuensinya tidak lagi cukup memadai. European
264 Jan
Jan va
van ijk, The Network Society: Social Aspects of New Media (London:
n Dijk, Media (London:
Sage, 1999).
2 65 M Cimatorib
Cimatoribus,
us, A De
De Tommaso
Tommaso & P Neri,
Neri, “Impac
“Impacts
ts of the
the 1996 Telecom
Telecommu-
mu-
nications Act on the US Models of Telecommunication Policy” (1998) 22(6)
Telecommunications Policy 493.
493.
199
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
200
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
268 KPMG, Public Policy Issues Arising from Telecommunication and Audiovi-
268
sual Convergence , Summary Report (Brussels:
(Brussels: European Commission, 1997)
(KPMG Report), dapat diunduh melalui laman <http:// www.ispo.cec.be/
infosoc/promo/pubs/exesum.html>.
269 Europe
European an Commis
Commissio n, Green Paper on the Convergence of the
sion,
Telecommunications, Media and Information Technology Sectors, and the
Implications for Regulation towards an Information Society Approach (Brus-
Approach (Brus-
sels: European Commission, 1997).
2 70 Ibid .
201
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
(a) masalah-
masalah-masa
masalah
lah yang langsung
langsung mengena
mengenaii kehidu
kehidupan
pan
pribadi seseorang dan erat hubungannya dengan kehidupan
budaya dan spiritual masyarakat; dan
(b) masalah-ma
masalah-masalah
salah yang bertalian
bertalian dengan
dengan masyara
masyarakat
kat dan
kemajuan pada umumnya bersifat “netral” dilihat dari sudut
kebudayaan.
2 71 Bernard
Bernard Clements
Clements,, “The Impact
Impact of Convergen
Convergence
ce on Regulator
Regulatoryy Policy”
Policy” (1998)
(1998)
22(3) Telecommunications Policy 197.
197.
2 72 Lihat
Lihat Mochta
Mochtarr Kusuma
Kusumaatmatmadj
adja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan,
a,Konsep-Konsep Pembangunan,
Pusat Studi Wawasan Nusantara, Hukum dan Pembangunan bekerjasama
dengan Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2006 yang memuat pemikiran-
yaitu: Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan
pemikirannya, yaitu: Fungsi
Nasional; dan Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional: Suatu
Uraian tentang Landasan Pikiran, Pola dan Mekanisme Pembaharuan Hukum
di Indonesia.
202
Pembentukan Teori Hukum Konvergensi dalam Revolusi Industri
2 73 Ibid.
203
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
204
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
Bab V
Paradigma Futurikal Teori Hukum
dalam Revolusi Industri 4.0
“The Fourth Industrial Revolution can compromise humanity’s tradi-
“The
tional sources of meaning—work, community, family, and identity—or it
can lift humanity into a new collective and moral consciousness based
on a sense of shared destiny. The choice is ours.”
ours. ”
Klaus Schwab,
Schwab, The Fourth Industrial Revolution
205
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
206
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
274
27 4 Bern
Bernar
ard
d Ari
Arief
ef Sid
Sidha
harta, Ilmu Hukum Indonesia: Upaya Pengembangan Ilmu
rta,
Hukum Sistematik yang Responsif terhadap Perubahan Masyarakat , Genta
Publishing, Yogyakarta, 2013, hlm. 69.
207
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
208
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
275 Guid
Guidoo Cal
Calab
abre
resi “An Introduction to Legal Thought: Four Approaches to Law
si,, “An
and to the Allocation of Body Parts ”,”, (2003), Stanford Law Review, Vol. 55,
hlm. 2112-2113.
209
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Fase Kedua,
Kedua, diawali ketika Mochtar Kusumaatmadja mulai
tertarik mengkaji dan memasukkan wacana Pancasila
Pancasila ke dalam
pandangan-pandangan
pandangan-pandangan teoretisnya di bidang hukum dan mulai
mendasarkan pemikirannya pada khazanah budaya lokal.278 278
Lili
Rasjidi memahami bahwa Mochtar Kusumaatmadja sudah
beranjak dari posisinya sebagai ilmuwan hukum dan mencoba
memasuki wilayah kajian filsafat hukum.279
279
276 Lili
Lili Rasj
Rasjidi, Fase Kedua Perjalanan Teori Hukum Pembangunan,
idi, Pembangunan, sebagaimana
dimuat dalam Mochtar Kusuma-Atmadja dan Teori Hukum Pembangunan:
Eksistensi dan Implikasi , Editor Shidarta, Epistema Institute, Jakarta, 2012, hlm.
122.
2 77 Id.
2 78 Id.
2 79 Ibid, hlm. 123.
210
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
211
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
281 Roml
Romlii Atm
Atmasasas
asmita,, Teori Hukum Integratif: Rekonstruksi terhadap Teori
mita
Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif , Genta Publishing,
Yogyakarta, 2012, Hlm. 47.
2 82 Idem,
Idem, Hlm. 97-98
2 83 Idem,
Idem, Hlm. 98
284
28 4 Thom
Thomasas Ian
Ian McLo
McLoudud,, Legal Theory , Macmillan, 1999, hlm. 9 sebagaimana
dimuat oleh Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum,
Hukum, Edisi Revisi, Penerbit Cahaya
Atma Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 10.
212
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
213
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
a
i
s
u
n
a
M
n
a
b
a
d
a
r
e
P
k
e
p
s
A
-
k
e
p
s
A
m
a
l
a
d
0
.
4
i
r
t
s
u
d
n
I
i
s
u
l
o
v
e
R
:
4
r
a
b
m
a
G
214
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
A. KONV
KONVER
ERGE
GENS
NSII TUJ
TUJUA
UAN
N HUK
HUKUM
UM
DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Menurut Cambridge Dictionary edisi 2017, istilah “revolusi
industri” pada awalnya didefinisikan sebagai: “[…] periode waktu
di mana pekerjaan mulai dilakukan lebih banyak oleh mesin di
pabrik daripada dengan tangan
tangan di rumah”. Kemajuan dalam sains
dan teknologi terus mendukung perkembangan industrialisasi di
seluruh dunia dan telah membantu membawa makna yang lebih
spesifik dan eksplisit untuk terminologi “revolusi industri” ini
selama bertahun-tahun (Belvedere et al ., ., 2013). Meskipun masih
belum ada kesepakatan universal tentang apa yang merupakan
revolusi industri (Maynard, 2015), empat fase umum telah
diidentifikasi dari perspektif evolusi teknologi (National Academy
of Science and Engineering, 2013). Revolusi Industri 1.0 dianggap
sebagai salah satu kemajuan penting dalam kemanusiaan, yang
dimulai dengan menggunakan fasilitas manufaktur mekanis air
dan fasilitas tenaga uap sejak akhir abad ke-18. Revolusi Industri
2.0
2.0 terjadi pada awal abad ke-20 dengan ditandai penerapan
teknologi produksi massal bertenaga listrik dan melalui pembagian
kerja. Revolusi Industri 3.0 dimulai pada sekitar pertengahan
1970-an melalui otomatisasi manufaktur dengan mempopulerkan
teknologi elektronik dan teknologi informasi di pabrik-pabrik.
Ketiga revolusi industri dimaksud totalnya membutuhkan waktu
sekitar 200 tahun atau dua abad untuk berkembang. Namun
dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya
perhatian penelitian pada Internet of Things (IoT) (Atzori et al .,
.,
2010) dan Cyber-Physical Systems (CPS) (Khaitan dan McCalley,
Cyber-Physical Systems(CPS)
2015) maka industri, pemerintah dan masyarakat umum telah
kecenderungan ke arah “Revolusi Industri 4.0”
memperhatikan kecenderungan
215
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
216
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
217
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
218
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
287 Greg
Gregor
oryy N.
N. Man
Mande l, History Lessons for a General Theory of Law and Tech-
del,
nology , Minnesota Journal of Law in Science and Technology, Vol. 8:2, 2007,
Hlm. 551.
219
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2 88 Teori
Teori Hukum Pemban
Pembangunan
gunan dikemb
dikembangka
angkan
n di Universita
Universitass Padjadjara
Padjadjaran;
n; Studi
Hukum Kritis oleh ESLAM dengan tokohnya Soetandyo Wignjosubroto dan
Ifdal Kasim; dan Cita Hukum Pancasila atau Filsafat Hukum Pancasila di Uni-
versitas Parahnyangan Bandung.
289
28 9 Sumber
Sumber:: Marett
Marett Leib
Leiboff
off dan
dan Mark
Mark Thoma s, Legal Theories in Principle , Law-
Thomas,
book Co, New South Wales, 2004, hlm. 15, Lihat Mochtar Kusumaatmadja,
Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Pusat Studi Wawasan
Nusantara, Hukum dan Pembangunan bekerjasama dengan Penerbit PT.
yaitu Fungsi
Alumni, Bandung, 2006 yang memuat pemikiran-pemikirannya yaituFungsi
dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional ; dan Hukum,
220
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
Revolusi III
III III
III III dan IV IV
Industri 1969-2010 1969-2010 1969-2010 2010-2018
221
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1. Kons
onsepsi Keadil
dilan
Di samping analisis atas pengertian-pengertian teknikal yuridik
(konsep yuridik), juga analisis atas pengertian-pengertian dan
konsep-konsep
konsep-konsep dalam Teori Hukum dan Filsafat Hukum dapat
sangat produktif dan menjernihkan. Di sini suatu konfrontasi
dengan teknik hukum adalah dengan Dogmatika Hukum yaitu
antara hukum positif dan dengan praktik hukum, terutama
teru tama akan
merupakan metode yang paling disarankan bagi teoretisi hukum
untuk menampilkan pengertian-pengertian secara lebih tajam dan
menguji kegunaan mereka.
(rechtvaardigheid
Beberapa pengertian, seperti “keadilan” (rechtvaardigheid
atau gerechtigheid ) telah menjadi sebab yang menghadirkan suatu
kepustakaan yang melimpah. Analisis-analisis atas pengertian
(gelijkheidsbegrip ) juga di sini terkait erat padanya,
persamaan (gelijkheidsbegrip
(billijkheid ),
seperti “kebebasan”, “kepastian hukum”, “kelayakan” (billijkheid
“negara hukum” (rule(rule of law ).
). Kepustakaan yang dicurahkan
pada pengertian-pengertian
pengertian-pengertian ini tidak cukup diberikan perhatian
pada suatu analisis yang cermat dan uraian pengertian (begrip-
peng ertian (begrip-
somschrijving ) atas pengertian-pengertian
pengertian-pengertian yang dipersoalkan. Di
sini juga terdapat lagi suatu ruang yang terbuka untuk penelitian
bidang Teori Hukum.
Hal dimaksud lebih berlaku lagi untuk analisis atas pengertian-
pengertian seperti “hakikat dari urusan atau (de aard
a tau ihwalnya” (de
van de zaak ), “ rechts-
), “itikad baik”, “penyalahgunaan hak”, “rechts-
verwerking ” (pelepasan hak), “kesadaran hukum”, “perasaan
(staatswil ).
hukum”, “kemauan negara” (staatswil ). Mazhab, aliran dan teori
hukum beserta tokohnya terkait tujuan hukum keadilan dapat
diilustrasikan dengan periodisasi Revolusi Industri adalah
222
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
Tokoh John
John AUSTIN
AUSTIN HART POSNER
Adolf MERKEL Fuller Unger
Karl KELSEN HART
BERGBOHM POSNER Mochtar
Ernst BIERLING Unger KUSUMAATMADJA
Rudolf HART Satjipto RAHARDJO
STAMMLER Mochtar KUSUMAATMADJA
KUSUMAATMADJA Romli ATMASASMITA
Felix SOMLO Finnis Danrivanto BUDHIJANTO
Paul SCHOLTEN Dworkin
Rawls
290
29 0 Sumber
Sumber:: Maret
Marettt Leibof
Leibofff dan
dan Mark Thomas,, Legal Theories in Principle , Law-
Mark Thomas
book Co, New South Wales, 2004, hlm. 15, Lihat Mochtar Kusumaatmadja,
Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Pusat Studi Wawasan
Nusantara, Hukum dan Pembangunan bekerjasama dengan Penerbit PT.
223
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
yaitu Fungsi
Alumni, Bandung, 2006 yang memuat pemikiran-pemikirannya yaituFungsi
dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional ; dan Hukum,
Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional: Suatu Uraian tentang Landasan
Pikiran, Pola dan Mekanisme Pembaharuan Hukum di Indonesia.
Indonesia. Lihat pula
1980’s”,Ohio State Jour-
Gary Minda, “The Jurisprudential Movements of the 1980’s”,Ohio
nal , 1989.
224
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
225
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
291
29 1 Van
Van Kan
Kan dan
dan J.H
J.H.. Beek
Beekhuis,, Pengantar Ilmu Hukum
huis Hukum,, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1990.
226
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
227
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2 92 A.A.G.
A.A.G. Peter
Peterss dan Koesri
Koesriani
ani Siswo
Siswosoe
soebro
broto, Hukum dan Perkembangan Sosial ,
to,Hukum
Buku I, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1988.
228
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
293
29 3 Bern
Bernar
ard
d Ari
Arief
ef Sid
Sidha
harta, Ilmu Hukum Indonesia: Upaya Pengembangan Ilmu
rta,
Hukum Sistematik yang Responsif terhadap Perubahan Masyarakat , Genta
Publishing, Yogyakarta, 2013, Hlm. 69.
229
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2 94 Id.
295
29 5 Lihat
Lihat Van
Van Kan
Kan dan
dan J.H.
J.H. Beekhu is, Pengantar Ilmu Hukum
Beekhuis, Hukum,, Ghalia Indonesia,
Jakarta,
Jakarta, 1990 dan A.A.G.
A.A.G. Peters dan Koesriani
Koesriani Siswosoebroto, Hukum dan
Siswosoebroto,
Perkembangan Sosial , Buku I, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1988.
230
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
231
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
2. Kons
Konsep
epsi
si Kepa
Kepast
stia
ian
n Huk
Hukum
um
Joseph W. Bingham adalah salah seorang “realist “realist ” yang pertama
sebagaimana dimuat dalam karyanya “What “What is the Law ?” (Michi-
gan Law Review , Vol.11, 1912, 1 25 and 109 121), Bingham
mengemukakan bahwa aturan hukum, seperti kaidah-kaidah
ilmiah, tidak mempunyai eksistensi independen, karena hanya
merupakan konstruksi-konstruksi mental yang dengan mudah
meringkaskan fakta-fakta partikular. Kaidah-kaidah hukum
sungguh sungguh adalah keputusan-keputusan yudisial, dan apa
yang disebut aturan-aturan atau asas asas termasuk dalam faktor-
faktor kausatif (secara mental) yang ada di belakang keputusan
itu. Nominalisme dan
dan Behaviorisme ini,
ini, yang menjadi ciri khas
penulis realist awal, dikritik oleh Morris R. Cohen (1880–
penulis penulisrealist
1947), hingga akhir akhir ini seorang dari sedikit filsuf akademis
di Amerika Serikat yang mempunyai perhatian pada filsafat hukum.hukum.
“Analisis perilaku” dipertahankan oleh Karl N. Llewllyn , yang
memperluas penerapan analisis itu melampaui perilaku yudisial
296
29 6 Lihat
Lihat Van
Van Kan
Kan dan
dan J.H.
J.H. Beekhu is, Pengantar Ilmu Hukum
Beekhuis, Hukum,, Ghalia Indonesia,
Jakarta,
Jakarta, 1990 dan A.A.G.
A.A.G. Peters dan Koesriani
Koesriani Siswosoebroto, Hukum dan
Siswosoebroto,
Perkembangan Sosial , Buku I, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1988.
232
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
297
29 7 Will
Willia
iam
m Twi
Twini ng,, Globalisation
ning Globalisation and Legal Theory , Butterworths, London, 2000,
hlm. 52-53.
233
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
234
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
3. Kons
Konseepsi
psi Ket
eter
erttiban
iban
Aristoteles yang membahas hukum dalam berbagai konteks, tidak
pernah memberikan suatu definisi formal tentang hukum. Ia
menulis dengan cara yang berbeda beda bahwa hukum adalah
“suatu jenis ketertiban, dan hukum yang baik adalah ketertiban
yang baik” (Politics 1326a), “akal yang tidak dipengaruhi oleh
(ibid . 1287a), dan “jalan tengah” (ibid
nafsu” (ibid (ibid . 1287b). Namun,
semuanya itu tidak dapat dianggap sebagai suatu definisi, melain-
kan sebagai ciri ciri (karakterisasi)
(karakterisas i) hukum yang dimotivasi oleh
sesuatu yang mau dikemukakan oleh Aristoteles dalam konteks
tertentu.
Mengikuti pendapat Plato, Aristoteles menolak pandangan
kaum Sofis yang berpendapat bahwa hukum itu adalah hanya
konvensi saja. Di dalam suatu komunitas yang sejati –sebagaimana
–sebagaimana
yang dibedakan dari suatu aliansi, yang di dalamnya hukum
covenant ”–
hanya sekadar suatu ““covenant ”– hukum berkaitan dengan keba-
(moral virtue , keutamaan moral) dari para warga
jikan moral (moral
masyarakat. Aristoteles secara tajam membedakan antara konsti-
(politeia)) dan aturan-aturan hukum (nomoi
tusi (politeia (nomoi );); konstitusi berkait-
an dengan organisasi jabatan-jabatan di dalam negara, sedangkan
sedangkan
aturan-aturan hukum adalah ketentuan-ketentuan yang berda-
sarkannya para pejabat harus menjalankan pengelolaan negara,
235
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
236
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
4. Kons
Konseepsi
psi Kem
Kemanfa
anfaaatan
Penetapan sebuah undang-undang, penutupan sebuah kontrak,
dan penyerahan (pengalihan, transfer) pemilikan atau hak-hak
lain dengan penggunaan perkataan-perkataan, tertulis atau lisan,
adalah contoh-contoh dari transaksi hukum (legal(legal transaction)
transaction)
yang telah dimungkinkan oleh adanya tipe-tipe aturan hukum
tertentu dan dapat didefinisikan dalam kerangka aturan-aturan
demikian. Bagi beberapa pemikir, transaksi-transaksi (tindakan
[act in the law ] atau perbuatan hukum [ ju
dalam hukum [act juristic act ])
])
yang demikian tampak misterius –beberapa orang bahkan telah
“magical ”–
menyebut mereka “magical ”– karena mereka mengakibatkan
perubahan kedudukan hukum para individu atau terciptanya atau
hapusnya undang-undang.
Karena, dalam hampir semua sistem hukum modern,
perubahan-perubahan demikian biasanya ditimbulkan dengan
237
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
238
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
239
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
240
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
241
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
242
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
legal reform).
pembaharuan hukum ((legal reform). Pada tahun 1832, tahun dari
kematiannya, Reform Act telah
telah diundangkan, terutama meru-
pakan hasil karya dari para pengikutnya. Karya Mill berjudul “O“On
Liberty ” (1859) adalah suatu percobaan untuk membahas
pembatasan paksaan hukum (legal (legal coercion)
coercion) oleh negara dalam
kerangka (berdasarkan) pandangan utilitarian yang dimodifikasi.
dimodifikasi.
Bentham dalam pemahaman filsafat hukum telah mempe-
ngaruhi dunia berbahasa Inggris terutama melalui pikiran John
(seminal figure) dalam
Austin (1790–1859), tokoh penyebar benih (seminal dalam
Legal Positivism dan
Positivism dan Analitic Jurisprudence Inggeris
Inggeris dan Amerika.
Austin mencoba menemukan suatu demarkasi yang jelas batas- batas -
batas dari hukum positif, yang dapat menjadi anteseden bagi suatu
“ilmu hukum umum” (general(general jurisprudence) yang
yang meliputi
analisis dari “asas-asas, gagasan-gagasan, dan distingsi-distingsi”
seperti kewajiban, hak, dan hukuman, yang terdapat dalam setiap
sistem hukum; analisis-analisis ini pada gilirannya akan digunakan
(particular jurisprudence
dalam “ilmu hukum khusus” (particular jurisprudence ),), eksposisi
(pemaparan) secara sistematis dari suatu tata hukum
huku m tertentu.
Austin mulai dengan membedakan “law “law properly so called ”
“law improperly so called ”.
dan “law ”. Austin berpendapat bahwa ““llaw
properly so called ” adalah selalu “a“a species of command” , suatu
(wish)) atau hasrat, secara analitik
ekspresi dari suatu keinginan (wish
dikaitkan dengan gagasan tentang kewajiban, pertanggung-
jawaban untuk menerima hukuman (atau sanksi), dan superioritas.
Austin terhadap “law
“law improperly so called ” sampai pada analisis-
nya tentang “kedaulatan” yang terkenal dan berpengaruh; “laws “laws
strictly so called ” (kaidah-kaidah hukum positif) adalah perintah-
perintah dari mereka yang secara politik berkedudukan lebih tinggi
243
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
244
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
245
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
B. KONV
KONVER
ERGE
GENS
NSII FUN
FUNGS
GSII HUK
HUKUM
UM
DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Mochtar Kusumaatmadja menegaskan bawha tujuan pokok dari
hukum apabila hendak direduksi pada satu hal saja, adalah
(order ),
ketertiban (order ), ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama
dari segala hukum dan kebutuhan terhadap ketertiban ini
merupakan syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masya-
rakat manusia yang teratur.301301
Di samping ketertiban, tujuan lain
daripada hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda
isi dan ukurannya, menurut masyarakat dan zamannya.
Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat ini, diusaha-
kan adanya kepastian dalam pergaulan antarmanusia dalam
masyarakat. Pemahaman yang penting sekali bukan saja bagi
suatu kehidupan masyarakat teratur, tetapi merupakan syarat
mutlak bagi suatu organisasi hidup yang melampaui batas-batas
saat sekarang. Karena itulah terdapat lembaga-lembaga hukum
seperti misalnya dalam lembaga (1) perkawinan, yang memung-
kinkan kehidupan yang tak dikacaukan oleh hubungan laki-laki
dan perempuan; lembaga (2) hakmilik;
hak milik; dan lembaga (3) kontrak
yang harus ditepati oleh pihak-pihak yang menyepakatinya.
Tanpa kepastian hukum dan ketertiban masyarakat yang dijelma-
301 Lili
Lili Rasj
Rasjidi, Fase Kedua Perjalanan Teori Hukum Pembangunan,
idi, Pembangunan, sebagaimana
dimuat dalam Mochtar Kusumaatmadja dan Teori Hukum Pembangunan:
Eksistensi dan Implikasi , Editor Shidarta, Epistema Institute, Jakarta, 2012, hlm.
122.
246
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
3 0 2 Schwab,
Schwab, Klaus.
Klaus. “The Fourth Industrial
Industrial Revolution
Revolution.”
.” Foreign
Foreign Affairs.
Affairs. Akses pada
tanggal 9 Agustus 2018 melalui https://www.foreignaffairs.
https://www.fo reignaffairs.com/article
com/articles/2015-
s/2015-
12-12/fourth-industrial-revolution.
247
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
1. Fungsi Personal
Manusia hari ini berdiri di tepi revolusi teknologi yang pada
dasarnya akan mengubah cara hidup, bekerja, dan berhubungan
satu sama lain. Dalam skala, ruang lingkup, dan kerumitannya,
248
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
249
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
250
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
251
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
252
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
2. Fungsi So
Sosial
Revolusi Industri 4.0 telah mengubah cara kita hidup, bekerja,
dan berkomunikasi yang mengkonstruksi ulang peran peme-
rintah, pendidikan, perawatan kesehatan, dan perdagangan pada
hampir setiap aspek kehidupan. Manusia
Manusia di masa depan mengu-
bah hal-hal yang dihargai dan cara menghargai mereka, sehingga
dapat mengubah hubungan kita, peluang kita, dan identitas
identita s kita
virtual.305
karena hal itu mengubah dunia fisik dan dunia virtual.305
Perubah-
an itu termasuk dalam beberapa kasus adalah tubuh kita sendiri.
Pendidikan dan akses ke informasi dapat meningkatkan
tingkat kehidupan miliaran orang. Hal dimaksud dapat melalui
perangkat dan jaringan komputasi yang semakin
semakin kuat, layanan
3 05 Liao, Y.,
Y., Loures,
Loures, E. R.,
R., Deschamp
Deschamps,
s, F., Brezins
Brezinski,
ki, G., & Venâncio,
Venâncio, A. (2017)
(2017)..
The impact of the fourth industrial revolution: a cross-country/region com-
parison. Production, 28, e20180061. DOI: 10.1590/0103-6513.20180061
253
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
254
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
255
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
256
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
257
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
258
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
259
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
260
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
261
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
3. Fungs
ungsii Tra
Transa
nsaksi
ksional
onal
Revolusi Industri 4.0 memberi dampak pada transaksi bisnis
bahwa percepatan inovasi dan kecepatan disrupsi yang sulit untuk
dipahami atau diantisipasi dan kendali ini merupakan sumber
kejutan konstan, bahkan untuk yang paling terhubung dan pa-
ling terinformasi dengan baik. Hampir di semua industri ditemui
ada bukti yang jelas bahwa teknologi yang mendukung Revolusi
Industri 4.0 memiliki dampak besar pada bisnis. Di sisi penawaran,
banyak industri melihat pengenalan teknologi baru yang men-
ciptakan cara-cara baru sepenuhnya untuk melayani kebutuhan
yang ada dan secara signifikan menjadi disrupsi rantai nilai industri
yang ada. Kemudian disrupsi juga mengalir dari
dari pesaing inovatif
yang gesit, yang berkat akses ke platform digital global untuk
penelitian, pengembangan, pemasaran, penjualan, dan distribusi,
dapat mendorong petahana mapan lebih cepat dari sebelumnya
dengan meningkatkan kualitas, kecepatan, atau harga.
262
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
263
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
4. Fung
Fungsi
si Nasi
Nasion
onal
al dan
dan Glo
Globa
ball
Revolusi Industri 4.0 memberi dampak pada pemerintah bahwa
ketika dunia fisik, digital, dan biologis terus menyatu, teknologi
dan platform baru akan semakin memungkinkan warga untuk
terlibat dengan pemerintah, menyuarakan pendapat mereka,
mengoordinasikan upaya mereka, dan bahkan menghindari
pengawasan otoritas publik. Bersamaan dengan itu, pemerintah
akan mendapatkan kekuatan teknologi baru untuk meningkatkan
meningkatkan
kontrol mereka atas populasi, berdasarkan pada sistem
s istem penga-
wasan yang menyebar dan kemampuan untuk mengendalikan
infrastruktur digital. Secara keseluruhan, bagaimanapun, peme-
264
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
265
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
266
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
C. KONV
KONVER
ERGE
GENS
NSII PERA
PERAN
N HUKU
HUKUM
M
DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Teori Hukum adalah sebuah upaya untuk pada kegiatan mem-
pelajari hukum, mengintegrasikan lagi hukum ke dalam konteks
total dari keterberian-keterberian faktual dan keyakinan-
keyakinan ideal yang hidup yang terkait padanya, sehingga
mampu mengintegrasikannya ke dalam masyarakat (pergaulan
hidup). Tiap ilmu atau tiap cabang ilmu membedakan diri dari
yang lain tidak terutama oleh pokok-telaahnya (obyeknya) tetapi
oleh metodenya, yakni cara khas yang dengannya orang bekerja
untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Metode dari Teori
Hukum tidak dapat lain kecuali interdisipliner sintetikal. Teori
Hukum dengan metode interdispliner melaksanakan suatu fungsi
(overkoepelen)) dan, lebih lagi,
konvergensi atau menggabungkan (overkoepelen
mensintetisasi dalam keseluruhan dari Ilmu Hukum.
Teori Hukum harus dapat secara ilmiah menampilkan secara
layak densitas dari kenyataan ini sebagaimana dalam
keseluruhannya dialami oleh tiap orang yang berurusan
berurus an dengan
hukum atau yang berpartisipasi pada pembentukan hukum.
Kenyataan mewujudkan suatu keseluruhan, kebenaran yang tidak
(ondeelbaar ) serta tidak ada realitas yuridikal dan
dapat dipecah (ondeelbaar
tidak ada kebenaran yuridikal, namun yang ada adalah realitas
dan kebenaran kemanusiaan dan kemasyarakatan , yang di
dalamnya hukum mensituasikan diri. Pada akhirnya, hal mem-
pelajari aspek hukum secara terpisah akan menjadi tidak ilmiah
karena tidak setia pada kebenaran.
Hukum mengemban fungsi ekspresif , yakni mengungkapkan
pandangan hidup, nilai-nilai budaya dan keadilan. Di samping
267
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
308
30 8 Sumber
Sumber:: Marett
Marett Leib
Leiboff
off dan
dan Mark
Mark Thomas, Legal Theories in Principle , Law-
Thomas,
book Co, New South Wales, 2004, hlm. 15, Lihat Mochtar Kusumaatmadja,
Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Pusat Studi Wawasan
Nusantara, Hukum dan Pembangunan bekerjasama dengan Penerbit PT.
yaitu Fungsi
Alumni, Bandung, 2006 yang memuat pemikiran-pemikirannya yaituFungsi
dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional ; dan Hukum,
268
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
Tokoh John
John AUSTIN
AUSTIN HART POSNER
Adolf MERKEL Fuller Unger
Karl BERGBOHM KELSEN HART
Ernst BIERLING POSNER Mochtar
Rudolf STAMMLER Unger KUSUMAATMADJA
Felix SOMLO Mochtar Satjipto RAHARDJO
Paul SCHOLTEN KUSUMAATMADJA
KUSUMAATMADJA Finnis Romli ATMASASMITA
Dworkin Danrivanto BUDHIJANTO
Rawls
269
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
309 Fabi
Fabio
o Mor
Moros
osini, “Globalization & Law: Beyond Traditional Methodolgy of
ini,
Comparative Legal Studies and An Example from Private International Law ”,
”,
Cardozo Journal of International and Comparative Law, Fall
Law, Fall 2005.
3 1 0 Laman diakses pada tanggal 17 Agustus
Agustus 2018 yaitu https://www.weforu
https://www.weforum.org/
m.org/
agenda/2017/02/ethics-2-0-how-the-brave-new-world-needs-a-moral-com-
pass
270
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
dilema. Dunia sains juga memiliki bagian upaya, dari tiga hukum
Asimov untuk Robot hingga karya Nick Bostrom tentang etika.
Namun, manusia merasa cukup sulit untuk mengembangkan
kebajikan untuk perilaku mereka sendiri,
s endiri, apalagi membangun
kebajikan yang relevan ke dalam teknologi baru. Implikasi etis
berkisar dari yang langsung seperti “bagaimana algoritma di
belakang Facebook dan Google memengaruhi segala sesuatu
dari emosi kita hingga pemilihan kita?” Ke masa depan seperti
“apa yang akan terjadi jika kendaraan yang mengemudi sendiri
berarti tidak ada lagi pekerjaan untuk pengemudi truk?”,
truk?”, di bawah
ini beberapa rekonstruksi ulang etika terhadap Revolusi Industri
4.0 yaitu:
Ilmu Kehidupan yang memunculkan pertanyaan apakah
pengeditan gen harus legal secara yuridis untuk memanipulasi
ras manusia dan menciptakan “bayi desainer”? Peneliti kanker
Siddhartha Mukherjee, dalam bukunya yang diakui secara kritis,
The Gene , menyoroti pertanyaan-pertanyaan etis yang mendalam
bahwa kemajuan dalam ilmu genom akan muncul. Daftar perta-perta-
nyaan etis panjang: bagaimana jika tes pra-kelahiran memprediksi
anak Anda akan memiliki IQ 80 poin, jauh di bawah rata-rata,
kecuali Anda melakukan sedikit pengeditan? Bagaimana jika
teknologi ini hanya terbatas pada orang-orang kaya?
Artificial Intellegent atau kecerdasan artifisial melalui
(machine learning ) dan Big Data. Seiring
pembelajaran mesin (machine
waktu, kecerdasan artifisial akan membantu manusia membuat
segala macam keputusan. Tetapi bagaimana manusia sanggup
memastikan algoritma ini dirancang dengan baik? Bagaimana
manusia menghaluskan bias dari sistem seperti itu, yang pada
271
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
272
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
3 11 Laman diakses
diakses pada tanggal
tanggal 17 Agutus
Agutus 2018
2018 yaitu
yaitu https://www
https://www.wefo
.weforum.o
rum.org/
rg/
agenda/2017/06/the-fourth-industrial-revolution-is-about-people-not-just-
machines
273
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
274
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
275
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
312
31 2 Yuva
Yuvall Noa
Noah
h Har
Harari, Homo Deus: A Brief History of Tomorrow, Harvill Secker,
ari,
London, 2017.
3 13 Id.
276
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
3 14 Id.
277
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
278
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
279
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
280
Paradigma Futurikal Teori Hukum dalam Revolusi Industri 4.0
Daftar Pustaka
281
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
282
Daftar Pustaka
283
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Cipta, Edisi Ketiga, PT. Alumni,
Bandung, 2009.
European Commission, Green Paper on the Convergence of the
Telecommunications,
Telecommunications, Media and Information Technology
Sectors , and the Implications for Regulation towards an
Information Society Approach (Brussels:
Approach (Brussels: European Com-
mission, 1997).
Fabio Morosini, “Globalization & Law: Beyond Traditional
Methodolgy of Comparative Legal Studies and An Example
from Private International Law”, Cardozo Journal of Inter-
national and Comparative Law, Fall
Law, Fall 2005.
Fiss, “The Death of the Law?”, 72 CORNELL L. REV . 1 (1986);
Fletcher, “Fairness and Utility and Tort Theory”, 85 HARV. L.
REV
REV . 537 (1972).
Francis Fukuyama, Our Posthuman Future: Consequences of the
Biotechnology Revolution (2002).
Revolution (2002).
Fredric Jameson, Postmodernism, or, The Cultural Logic of Late
Capitalism,
Capitalism, 376 (1991).
Freeman, “Racism, Rights and the Quest of Opportunity: A Criti-
cal Legal Essay”, 23 HARV. C.R.-C.L. L. REV . 295, 321
n.75 (1988).
Frug, “Language as Power”, 84 COLUM. L. REV . 1881, 1895-96
(1984)
, “The Ideology of Bureaurcracy in American Law”,
97 HARV. L. REV . 1276 (1984).
, “Re-Reading Contracts: A Feminist Analysis of a
Contracts Casebook”, 34 AM. U.L. REV . 1065 (1985).
G.L. Finney, Harmony or Rapture in Music in II Dictionary of the
History of Ideas 388,
388, 389 (Charles Scribner’s Sons ed., 1973).
284
Daftar Pustaka
285
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
286
Daftar Pustaka
Jan
Jan va
vann Dijk, The Network Society: Social Aspects of New Media
ijk,The
(London: Sage, 1999).
Jenn
Jennif
ifer
er G. Hill
Hill,, “The
“The Persi
Persist
sten
entt Deba
Debate
te abou
aboutt Conv
Conver
erge
genc
ncee in
Comparative Corporate Governance”, 27 Sydney L. Rev .
743 (2005).
(on-line
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III Dalam Jaringan (on-line
dictionary ), ), dapat diunduh melalui laman <http://
pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/>
Kelman, “Consumption Theory, Production Theory, and Ideol-
ogy in the Coase Theorem”, 52 S. CAL. L. REV . 669, 678-
95 (1979).
Kelman, “Misunderstanding Social Life: A Critique of the Core
Premises of ‘Law and Economics’”, 33 J. 33 J. LE
LEGA
GALL EDUC
EDUC .
274 (1983).
Kelman, “Trashing”, 36 STAN. L. REV . 293 (1984).
Kennedy, “Form and Substance in Private Law Adjudication”,
89 HARV. L. REV . 1685 (1976).
, “The Structure of Blackstone’s Commentaries”, 28
BUFFALO L. REV . 209 (1979).
, “These about International Law Discourse”, 23
GERMAN YEARBOOK OF INTERNATIONAL LAW 35 LAW 353 3
(1980).
, “Cost-Benefit Analysis f Entitlement Problems: A
Critique”, 33 STAN. L. REV. 387
REV. 387 (1981).
, “Freedom and Constraint in Adjudication:
Adjudication: A Criti-
cal Phenomenology”, 36 J. 36 J. LE
LEGA
GALL EDUC
EDUC . 518 (1986).
Government”,
Kieran Tranter, “Mad Max: The Car and Australian Government”,
5 National Identities 61
61 (2003).
, “The History of the Haste-Wagons’: The Motor
287
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Car Act 1909 (VIC), Emergent Technology and the Call for
Law”, 29 Melb. U. L. Rev . 843 (2005).
, “Nomology, Ontology, and Phenomenology of
Law and Technology”, Minnesota Journal of Law, Science
& Technology , Spring 2007.
Klare, “Judicial Deradicalization
Deradicalization of the Wagner Act and the Ori-
gins of Modern Legal Consciousness 1937-1941”, 62
MINN. L. REV . 265 (1978)
Authority” , 36 STAN. L. REV .
Kornhauser, “The Great Image of Authority”,
349 (1984).
West, “Jurisprudence and Gender”, 55 U. CHI. L. REV . 1 (1988).
Authority” , 36 STAN. L. REV .
Kornhauser, “The Great Image of Authority”,
349 (1984).
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori
Hukum,
Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007.
L.M. Gandhi, Harmonisasi Hukum Menuju Hukum Yang
Responsif , Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas
Hukum UI, Jakarta, 14 Oktober 1995.
Winner, The Whale and the Reactor: A Search For Limits
Langdon Winner,The
In an Age of High Technology, (1986).
“Comments” , 46 Am. J. Comp. L.
Laura Nader, “Comments” L. 597 (1998). O.
Lando, Why Harmonize Contracts Law of Europe , in Inter-
national Contracts & Conflicts of Law (P. Sarcovic ed., 1990).
Leff, “Economic Analysis of Law: Some Realism About Nominal-
ism”, 60 VA. L. REV . 451 (1974) dan Ulen, “Law and Eco-
nomics: Settled Issues And Open Questions”, Law and Eco-
nomics 210
210 (N. Mercuro ed. 1989).
Lewis Mumford, Technics and the Nature of Man, Man, dalam Carl
Mitchnan and Robert Mackey, Introduction: Technology
288
Daftar Pustaka
as a Philosophical Problem.
Problem. George Pattison, The Later
Heidegger , Routledge, London, 2000.
Liao, Y., Loures, E. R., Deschamps, F., Brezinski,
Brezinski, G., & Venâncio,
A. (2017). The impact of the fourth industrial revolution: a
cross-country/region comparison. Production, 28,
e20180061. DOI: 10.1590/0103-6513.20180061
10.1590/0103-6513.20180061
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori
Hukum,
Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007.
Lyria Bennett Moses, “Understanding Legal Responses to
Technological Change: The Example of In Vitro Fertiliza-
tion”, 6 Minn. J. L. Sci. & Tech
Tech.. 505, 509 (2005).
MacNeil, “Contracts: Adjustments of Long-Term Economic Rela-
tions Under Classical, Neoclassical, and Relational Con-
tract Law”, 72 NW. U.L. REV . 854 (1978).
M. Olsen, The Logic of Collective Action (1965)
Action (1965) sebagaimana
pula dimuat dalam “Symposium on the Theory of Public
Choice”, 74 VA. L. REV . 167 (1988).
Marett Leiboff dan Mark Thomas, Legal Theories in Principle ,
Lawbook Co, New South Wales, 2004.
Martin Heidegger, The Age of the World Picture, in The Ques-
tion Concerning Technology and Other Essays 115, 115, 116
(William Lovitt trans., 1977).
, The Question Concerning Technology, in The
Question Concerning Technology and Other Essays 3, 3, 16
(William Lovitt trans., 1977).
, The Turning, in The Question Concerning
Technology and Other Essays 36, 36, 39 (William Lovitt trans.,
1977).
, Being and Time 1 1 (Joan Stambaugh trans., 1996).
289
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
290
Daftar Pustaka
Olsen, “The Family and the Market: A Study of Ideology and Le-
gal Reform”, 96 HARV. L. REV . 1497 (1983).
O. Williamson, The Economics of Discretionary
Discretionary Behaviour: Mana-
gerial Objectives in a Theory of the Firm (1964).
Paul B. Stephan, The Futility of Unification and Harmonisation in
International
International Commercial Law, University of Virginia School
of Law, 1999.
Peller, “The metaphysics of American Law”, 73 CALIF. L. REV.
1151, 1268 (1985).
Peter-Paul Verbeek, “Devices of Engagement: On Borgmann’s
Philosophy of Information and Technology”, 6 Techne 69
(2002).
Philippe Nonet, “What is Positive Law?”, 100 Yale L.J . 667, 686
(1990).
Pierre Legrand, “European Legal Systems Are Not Converging”,
45 Int’l & Comp. L.Q . 52, 61-62 (1996).
, Sens et Non-Sens D’un Code Civil European,
European, Re-
vue Internationale De Droit Comparé, Oct.-Dec. 1996.
, “Structuring European Community Law: How Tacit
Knowledge Matters, 21 Hastings Int’l & Comp. L. Rev . 871
(1998)
, Counterpoint: Law Is Also Culture, in The Unifi-
cation of International Commercial Law, 245
Law, 245 (Franco Ferrari
ed., 1998).
, Fragments on Law-As-Culture (1999); Pierre
Legrand, Le Droit Comparé (1999).
R. Cooter & T. Ulen, Economics of Law (1988).
R. Posner, “Economics, Politics and the Reading of Statutes and
the Constitution”, 49 U. CHI. L. REV . 262 (1982)
291
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Theory” , 8 J.
R. Posner, “Utilitarianism, Economics, and Legal Theory”
LEGAL STUD. 103
STUD. 103 (1979).
, The Economics of Justice , Harvard, 1981.
, “Wealth Maximization and Judicial
Decisionmaking”, 4 INT’L. REV. L. & ECON . 131 (1984).
Decisionmaking”,
, The Economic Analysis of Law , Aspen, 3d ed.
1986.
, “The Decline of Law as an Autonomous Disci-
pline: 1962-1987”, 100 HARV. L. REV . 761 (1987).
, “The Ethics of Wealth Maximization: Reply To
Malloy”, 36 KANSAS L. REV . 261, 263 (1988).
Ralf Michaels, “Two Paradigm of Jurisdiction”, Michigan Journal
of International Law , Summer 2006.
Report of OECD Roundtable on Regulation and Competition Is-
sues in Broadcasting in the Light of Convergence DAFFE/
CLP(99)1 (1999).
Rob Nicholls, Michelle Rowland, and Dianah Merchant, A Fail-
ure to Converge, a Failure to Recognise Convergence or a
Failure to Care?, ICT
Care?, ICT Policy in Australia.
Roberto Mangabeira Unger, “The Critical Legal Studies Move-
ment”, Harvard Law Review , January 1983.
Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif: Rekonstruksi terhadap
Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif ,
Genta Publishing, Yogyakarta, 2012.
Brand, “Semantic Distinction in an Age of Legal
Ronald A. Brand,
Convergence”, University of Pennsylvania Journal of
International Economic Law , Spring, 1996.
Ronald J. Gilson, “Globalizing Corporate Governance: Conver-
gence of Form or Function”, 49 Am. J. Comp. L.L. 329 (2001).
292
Daftar Pustaka
293
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
AFF . 66 (1972);
Tribe, “Technology Assessments and the Fourth Discontinuity:
The Limits of Instrumental Rationality”, 46 S. CAL. L. REV .
617 (1973).
Tushnet, “Critical Legal Studies: An Introduction to Its Origins and
36 J. LE
Underpinnings”, 36 J. LEGA
GALL EDUC
EDUC . 505 (1986).
Tushnet, “Legal Scholarship: Its Causes and Cure”, 90 YALE L.J .
1205, 1211 (1981).
Tushnet, The American Law of Slavery, 1810-1860; Consider-
ation of Humanity and Internet (1981).
Ugo A. Mattei, “A Transaction Costs Approach to the European
Civil Code”, 5 Eur. Rev. Priv. L.
L. 537 (1997)
, Luisa Antonioli & Andrea Rossato, “Comparative
Law and Economics”, 1 Encyclopedia of Law and Eco-
nomics 505
505 (Boudewijn Bouckaert & Gerrit De Geest eds.,
2000).
Ulen, “Law and Economics: Settled Issues And Open Questions”,
Law and Economics 210 (N. Mercuro ed. 1989).
William Twining, “Alchemical Notes: Reconstructing Ideals from
Deconstructed Rights”, 22 HARV. C.R.-C.L.L. REV . 401
(1987).
, Globalisation and Legal Theory , Butterworths,
Butterworths,
London, 2000.
White, “Economics and Law: Two Cultures in Tension”, 54
TENN. L. REV . 161 (1986).
Wolfgang Schivelbusch, The Railway Journey: The Industrializa-
tion of Time and Space in the 19th Century (1986).
(1986).
Yang Yudong, ICT and Information Flow Theory , State Council
Informatization Office of the People’s Republic of China.
294
Daftar Pustaka
Peraturan Perundang-undangan
Perundang-undangan
Peraturan Presiden R.I Nomor 68 Tahun 2005.
Peraturan Presiden R.I. Nomor 61 Tahun 2005.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi.
Undang-Undang R.I. Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Undang-Undang R.I. Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik pada Bagian Ketentuan Umum
Pasal 1 Butir 3 mengenai pengertian istilah Teknologi
Informasi.
Undang-Undang R.I. Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
Undang-Undang R.I. Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi.
Sumber lain:
https://www.foreignaffairs.com/articles/2015-12-12/fourth-indus-
trial-revolution.
http://www.scielo.br/scielo.php?
http://www.scielo.br/scielo.php? script=sci_arttext&pid=S0103-
script=sci_arttext&pid=S0103-
65132018000100401#B029.
https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-fourth-industrial-
revolution-what-it-means-and-how-to-respond
https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-fourth-industrial-
revolution-what-it-means-and-how-to-respond
https://trailhead.salesforce.c
https://trailhead.salesforce.com/en/modul
om/en/modules/impacts-of-th
es/impacts-of-the-fourth-
e-fourth-
295
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
industrial-revolution/units/
industrial-revolution/units/understand-the-i
understand-the-impact-of-the
mpact-of-the--
fourth-industrial-revolution-on-society-and-individuals#
https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-fourth-industrial-
revolution-what-it-means-and-how-to-respond/
https://www.weforum.o
https://www.weforum.org/agenda/2017
rg/agenda/2017/02/ethics-2-0-h
/02/ethics-2-0-how-the-
ow-the-
brave-new-world-needs-a-moral-compass
https://www.weforum.org/agenda/2017/06/the-fourth-industrial-
revolution-is-about-people-not-just-machines
296
Konstruksi Teori Hukum dalam Revolusi Industri
GLOSARIUM
Industri 4.0:
Adalah nama tren otomasi dan pertukaran data terkini
dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-
fisik, internet untuk segala, komputasi awan, dan
komputasi kognitif.
297
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Teknologi Telekomunikasi:
Teknologi yang mencakup kegiatan yang berkaitan
dengan setiap pemancaran, pengiriman, dan atau pene-
rimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda,
isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem
kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.
Teknologi telekomunikasi dipergunakan dalam penye-
lenggaraan telekomunikasi yang mencakup penyeleng-
garaan jaringan telekomunikasi dan jasa telekomunikasi.
Teknologi Penyiaran:
Teknologi yang mencakup kegiatan pemancarluasan
siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana
transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan
menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara,
kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara
serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan
perangkat penerima siaran. Teknologi penyiaran terdiri
dari teknologi yang mendukung dua kegiatan utama
penyiaran, yaitu penyiaran radio dan penyiaran televisi
Filsafat Teknologi:
Filsafat kontemporer yang memandang teknologi sebagai
fenomena penting dan perlu direfelksikan secara
mendalam. Pada tataran epistemologi, filsafat teknologi
memunculkan persoalan tentang sifat teknologi. Di
wilayah metafisika, filsafat teknologi mempersoalkan apa
(real ),
yang nyata (real ), apa yang alamiah, apa yang artifisial,
apa yang manusiawi dan apa yang tidak manusiawi.
298
Glosarium
Filsafat Praksis:
Mendahulukan teori tindakan daripada teori
pengetahuan. Dasar bagi teori pengetahuan merupakan
teori tindakan; contohnya filsafat eksistensial,
fenomenologi, dialektik dan analitik.
Realisme Instrumental:
Pemikiran bahwa kenyataan dilihat secara nyata melalui
instrumen, aktivitas eksperimen dan secara lebih luas
dalam konteks praksis dan persepsi. Realitas ditampilkan
serta dipersepsikan melalui instrumen.
Konvergensi
Konvergensi Teknologi 4C
(communication, computing, content and community ):
Ketersediaan berbagai jenis teknologi yang berbeda, yang
memiliki fungsi yang hampir sama, di mana dengan
teknologi ini kombinasi yang sinergis antara layanan suara,
data, dan video dapat diolah dan dipertukarkan hanya
dengan menggunakan satu jenis jaringan saja.
299
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Konvergensi Formal:
Konsepsi yang mengacu pada institusi atau lembaga yang
mengatur dalam format hukum yang sama.
300
Glosarium
INDEKS
chaos 149
A Chicago School 8, 9, 10, 11, 13, 14, 16,
Abad Pertengahan 88 20, 27
abstrak 1 Civilization 79
agreement 118, 154, 157 Collins Cobuild 129
Albert Borgmann 61 common law 10
aletheia 102 Critical Legal Studies 6, 21, 23, 24, 25,
algoritma 276 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32
Analitic Jurisprudence 243 cyber space 160
Andrew McAfee 251 cyber-bullying 257
Aristoteles 83, 103, 235, 236, 270 cyberlaw 151, 160
artificial 144, 207, 250, 271 cyberwarfare 266
Asimov 271 cyborg 272
Atzori 215
D
B das Man 107
Basil Markesinis 120, 121 Dasein 100, 106
Being 60 David Hume 242
Belvedere 215 Descartes 96
Bernard Arief Sidharta 229, 230 Dewey 5, 93
Bernard Clements 202 Dianah Merchant 66
Bert-Jaap Koops 65, 176 digital devide 73
beschaving 39 divergensi 124
Big Data 207 Dogmatika Hukum 1, 2
Bill Gates 273 Don Ihde 84, 86, 89, 91, 94, 95, 96, 98
bioteknologi 256 Duncan Kennedy 25, 31
black box 54, 56, 111 Durkheim 5
borderless 188 Dworkin 6, 7
Brad Sherman 55
Braidotti 52
broadband 148
budaya 57, 85, 88,
88, 94, 95. 110, 113, E
115, 120, 218, 219, 268 Eddy Damian 210
byte 75 Edmund Husserl 86
Ehrlich 5
embodied 96
epistemologi 26, 82, 93
C Erik Brynjolfsson 251
Calabresi 209 estetika 88
Cesare Beccaria 232 European Commission 200, 201, 202
301
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
F I
Felix Cohen 233 Ian McLeod 212
Fenomenologi 86, 94,
94, 102 imaging technologies 94
Filsafat Hukum 1, 2 Immanuel Kant 85, 242
force 42 immoral 228
Francis Bacon 89 Isaac Newton 85
Francis Fukuyama 61 ius constituendum 208
Frank 5
Fred Rodell 233
frekuensi 171
Fuller 5, 7 J
J.W. Salmond 245
Jacques Ellul 61, 91, 92
James 5
G Jeffrey Gordon 123
Galileo Galilei 88 Jeremy Bentham 242, 243
GATT 111, 155, 157, 158 Jerome Frank 233
geschitesphilosophie 85 John Austin 4, 7, 112, 234, 243, 244, 245
globalisasi 4, 74, 110, 112, 114, 188
188 John Chipman Gray 245, 246
Goldstein 167 John Coffee 121, 122
Green Paper 187 John Dewey 86, 92
Gregory N. Mandel 219 John Rawls 6, 7, 11
Gustavo Visentini 123 John Stuart Mill 242, 243
Joseph W. Bingham 232
judicial
judicial review
review 141
Jurgen Habermas 92
H juridical-p
juridical-politi
olitical
cal 61
Hans Kelsen 4, 7, 234
Haraway 52, 53
harmonious 129
harmonize 129 K
Hart 5, 6 kaidah 41, 46, 189, 208, 237
Hegel 85 Kantian 86
Hegelian 86 Karl Marx 90
Heidegger 58, 59, 60,
60, 61, 81,
81, 82, 92, Karl N. Llewllyn 232
93, 96, 99, 100, 101, 102, 103, Karl Popper 96
104, 105, 106, 107 kaula 34
Helenis 84, 88 Kelsen 5
Herakleitos 83 Khaitan 215
Herbert Marcuse 61, 80, 91, 92 konservatif 51
Herman Oliphant 233 konten 73, 192, 193, 194
hoax 257 Konvergensi 110, 113, 114, 115, 116,
Holmes 5 117, 119, 120, 121, 122, 124, 143,
homo faber 79 144, 146, 153, 164, 168, 175, 181,
Homo Sapiens 277 192, 194, 195, 196, 199, 215
HR Otje Salman 210
Hukum Alam 83, 233
Husserl 93
302
Indeks
mitos 233
L Mochtar Kusumaatmadja 6, 7, 33, 39,
Langdon 56 40, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,
Laswell 38, 186 50, 51, 52, 116, 181, 202, 205,
Latour 53, 54, 55, 56, 57 209, 210, 211, 246
law is politics 30 modest technology 55
law is rational 15 monopoli 76, 158, 180, 194
Lawrence Cunningham 123 moral code 226
legal certainty 5, 235 Morris R. Cohen 232
legal culture 227, 229
Legal Feminism 6
legal justice 236
Legal Positivism 243, 244 N
legal reasoning 279 Negroponte 146
legal system 219 New Deal 51
legisme 4, 37, 278, 279 Nick Bostrom 271
lembaga 117 Nixdorf 63
Leon Green 233 Nicomachean Ethics 236
Leonardo da Vinci 88 Nominalisme 232
Lewis Kornhauser 12, 13, 14, 15 Northrop 38, 185
Lewis Mumford 79, 80, 81
lex mercatoria 112
lex specialis 191
Liao 216 O
Lili Rasjidi 210 ontis 102
Lionel Bently 55 ontologi 58, 59, 61, 93, 100
living law 4, 47, 234 order 40, 114
Llewellyn 5 orderliness 49
Lon L. Fuller 233
P
M Pancasila 6, 139, 211, 220
macroperception 97 Parmenides 83
Martha Minow 23, 25 particular jurisprudence 243
Martin Bangemann 200 Paul Harris 30
Marx 5, 227, 228 penyiaran 67, 68, 165, 195
Mary Kissane 123 perizinan 170, 171, 172, 196
Max Tegmark 257 pers 76, 77
Maynard 215 Peter Gabel 30
McCalley 215 Pierre Legrand 121
McDougal 38, 186 Plato 87, 123, 224, 225, 235
McLuhan 79 Platonis 96
media 71 poiesis 104
media sosial 272 policy 172
mediasi 173 politeia 235
mens rea 240 Positivisme 86, 87
Michael Polanyi 96 Positivisme Hukum 4
Michelle Rowland 66 Posner 9
303
TEORI HUKUM & REVOLUSI INDUSTRI 4.0
postmodern 6, 7, 220, 221 social engineering 34, 36, 37, 51, 152,
Pound 5, 34, 37, 51, 182, 185, 230 184, 185, 230
power 42 Soepomo 131
Pragmatic Legal Realism 36, 184 Sokrates 83
Pragmatisme 86, 87, 93 Stoa 242
praksis 92, 93, 95, 96, 100 Sudikno Mertokusumo 212
privacy 207 sui generis 191
Prolegnas 135, 136, 137
proses 117
public service 46
public spirit 46 T
T.E. Holland 245
tacit knowledge 96
Taheyrand 45
R techne 88,
88, 103
radikal 97 technoscience 53
radio 68 Teknologi Informasi 63, 64, 65, 66, 67, 69,
real 83 70, 72, 74, 77, 97
rechtssfeer 208 teknosains 87
Reformist School 10 telematika 72, 73, 74
Renaissance 85, 88 Teori Hukum Pembangunan 6
Rene Descartes 89 Thales 83
res cogitans 89 Thomas Kuhn 97
res extensa 89 Thurman Arnold 233
Revolusi Industri 86, 143, 205, 206,
213, 215, 216, 220, 222, 223,
242, 246, 247, 248, 249-271,
273, 274, 275 U
Reynolds 56 ubi societas ibi ius 40
Rob Nicholls 66, 67 USO 156
Romawi 84, 85, 88, 126
Romli Atmasasmita 211, 212
Ronald Gilson 121, 122
Rudolf Stammler 131 V
rule of law 222 values 46
Van Dijk 198
Veblen 80
S violence 60
virtual 64, 253, 258
sakral 276
Sarana Pembaharuan 50
Schwab 247, 248, 254, 259, 262, 270
science 20 W
sengketa 173 W. Friedmann 232
Siddhartha Mukherjee 271 Walter Nelles 233
Siemens 63 WCT 162, 164
Siemieniuch 216 Weber 5
Sir Henry Maine 244 William Paley 244
304
Indeks
Y
Yang Yudong 65, 66
Yunani 84, 85, 87, 88, 89, 103
Yuval Harari 273, 276, 277
305