Anda di halaman 1dari 101

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH


KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
SELATAN TENTANG PERLINDUNGAN
LAHAN PERTANIAN PANGAN
BERKELANJUTAN

KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW


SELATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang


Maha Esa, karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan Naskah Akademik ini dilakukan untuk memberikan
pembenaran secara akademis dan sebagai landasan pemikiran atas
materi pokok Rancangan Peraturan Daerah dimaksud. Didasarkan pada
hasil kajian dan diskusi terhadap substansi materi muatan yang terdapat
diberbagai peraturan perundang-undangan, serta kebutuhan hukum
masyarakat akan pengaturan perlindungan lahan pertanian
berkelanjutan, adapun penyusunannya dilakukan berdasarkan
pengolahan dari hasil eksplorasi studi kepustakaan, pendalaman berupa
tanya jawab atas materi secara komprehensif dengan stakeholder serta
diskusi internal tim yang dilakukan secara intensif.
Harapan kami, kajian ini dapat menjadi bahan pertimbangan yang
obyektif, ilmiah, dan rasional dalam menetapkan Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Gorontalo, April 2021

Tim Penyusun,

Vd
i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …….....………………………………………… i

KATA PENGANTAR ............................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan ................................... 7
D. Metodologi .......................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS ............ 10


A. Kajian Teoritis .............................................. 10
B. Kajian Asas-asas Penyusunan Perda.........................39
C. Kajian Terhadap Praktek Penyelenggaraan,
Kondisi Eksisting dan Permasalahan………………... 45
D. Kajian Implikasi Penerapan Peraturan Daerah ……..51

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN TERKAIT .......................................... 55
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS . 64
A. Landasan Filosofis .......................................... 64
B. Landasan Sosiologis ....................................... 71
C. Landasan Yuridis ............................................. 74

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG


LINGKUP MATERI MUATAN .................................... 81
A. Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Sasaran Yang
Akan Diwujudkan ............................................ 81
B. Ruang Lingkup Materi Muatan ........................ 82

BAB VI PENUTUP ........................................................... 100


A. Simpulan ...................................................... 100
B. Saran ........................................................... 102

gg
iii
DAFTAR PUSTAKA:

LAMPIRAN:Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow


Selatan Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan

gg
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan pembangunan nasional di
segala bidang, degradasi lahan juga berkembang dengan pesat
dalam arti negatif, yaitu makin mengancam keberlanjutan
sistem pertanian. Hutan-hutan lebat ditebang habis
dan danau-danau penampung air ditimbun untuk berbagai
keperluan lain, mengakibatkan penurunan fungsi hidrologis.
Jutaan hektar kawasan hutan secara formal masih terdaftar
dan terbaca pada peta penggunaan lahan, namun di
lapangan tidak lagi mampu menyerap air pada musim hujan
dan mensuplai air pada musim kemarau. Berbagai kegiatan
pembangunan sering menggunakan lahan pertanian subur,
seperti untuk infrastruktur, pemukiman, perkantoran,
pertambangan dan industri. Bahkan, kegiatan pertanian
sendiri pun sering mengancam sustainabilitas pertanian,
seperti penggunaan lereng terjal untuk tanaman semusim,
perladangan berpindah dan penggunaan agrokimia beracun. 1
Permasalahan konservasi lahan pertanian yaitu Pertama,
Jenis degradasi makin beragam dan intensif. Degradasi lahan
pertanian Indonesia beragam, yaitu erosi, pencemaran kimiawi,
longsor, kebakaran, konversi, dan lain-lain. Penyebab

1
Baskoro, “Tantangan Konservasi Lahan Pertanian”,
https://grobogan.go.id/pendidikan/583-pembangunan-pendidikan-kabupaten-
grobogan-tahun-2011, Di akses Tanggal 24 Juli 2021
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 1
utamanya adalah kelalaian dan keserakahan manusia, yang
tidak memperhatikan karakteristik alam seperti curah hujan
yang tinggi, lereng, dan kondisi tanah, sehingga laju degradasi
makin cepat dan intensif. Hal ini menyebabkan lahan pertanian
mengalami degradasi yang makin berat.
Kedua, Diseminasi dan adopsi teknologi lambat. Sampai
saat ini, masih dapat dijumpai praktek pertanian tanpa teknik
konservasi, seperti pada sistem perladangan berpindah di luar
Jawa. Bahkan pada sistem pertanian menetap pun, penerapan
teknik konservasi tanah belum merupakan kebiasaan petani
dan belum dianggap sebagai bagian penting dari pertanian.
Salah satu sebabnya adalah karena diseminasi teknologi
konservasi tanah sangat lambat. Dari sumber teknologi
(lembaga penelitian dan perguruan tinggi) melalui publikasi,
seminar, dan simposium. disampaikan kepada penyuluh,
kemudian ditransfer kepada pengguna lahan. Selanjutnya, para
petani memerlukan waktu lama juga untuk memahami dan
mengadopsi teknologi tersebut, lebih-lebih bila tidak
memberikan keuntungan dalam waktu singkat setelah
penerapannya. Proses diseminasi dan adopsi teknologi tersebut
lebih lambat lagi mengingat kondisi kelembagaan penyuluhan
pertanian saat ini kurang kondusif untuk diseminasi secara
cepat.
Ketiga, Kebijakan pemerintah dan sosial-ekonomi
masyarakat. Penyebab utama rendahnya adopsi teknologi
konservasi bukanlah keterbatasan teknologi, tetapi lebih kuat
disebabkan oleh masalah non-teknis, yaitu masalah kebijakan,

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 2
sosial dan ekonomi. Kebijakan dan perhatian pemerintah
sangat menentukan keberhasilan upaya pengendalian
degradasi tanah. Namun, selaras dengan tantangan yang
dihadapi, selama ini prioritas utama program pertanian lebih
ditujukan kepada peningkatan produksi bahan pangan dan
pertumbuhan ekonomi secara makro, sehingga aspek
kelestarian sumberdaya lahan tertinggalkan. Selain itu,
masalah sosial juga sering menghambat penerapan konservasi
tanah, antara lain sistem kepemilikan dan hak atas lahan,
fragmentasi lahan pertanian, sempitnya lahan garapan petani,
dan tekanan penduduk. Kondisi ekonomi petani yang pada
umumnya rendah, sering menjadi alasan bagi mereka untuk
mengabaikan konservasi tanah, termasuk mendorong cepatnya
konversi lahan pertanian. Dalam hal kebakaran hutan dan
lahan, faktor lemahnya peraturan dan sistem perundang-
undangan merupakan hal yang melemahkan upaya konservasi
hutan dan lahan tersebut. Selain itu, faktor teknis dan ekonomi
juga menjadi pemicu utama kebakaran hutan dan lahan
dengan alasan mudah dan murah.
Keempat, perkembangan IPTEK konservasi tanah. Di
Indonesia, jenis degradasi tanah makin banyak dan intensif,
yang tentunya diikuti dengan perkembangan IPTEK konservasi
tanah. Namun perkembangan IPTEK tersebut belum mampu
mengejar perubahan penggunaan lahan yang sering bersifat
eksploitatif, tanpa memperhatikan sustainabilitas dalam jangka
panjang.2

2
Ibid.,
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 3
Sesungguhnya konsep dari lahan pertanian pangan adalah
lahan pertanian pangan yang sudah ditetapkan dengan
berbagai perencanaan dan pemilihan lokasi yang matang untuk
dijadikan lahan pertanian pangan dimana lokasi atau kawasan
tersebut harus diperhatikan kelayakan dan daya dukungnya
dalam rangka untuk menjaga produktifitas dalam rangka
memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat dalam tempo
yang lama bahkan mungkin selamanya dengan berbagai cara
dan upaya berupa perlindungan secara hukum, kebijakan
sektoral terkait dan penerapan teknologi tepat guna supaya
lahan tersebut dapat terus dimanfaatkan.3
Perkembangan zaman memang menuntut pembangunan
yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan yang makin
pesat. Pembangunan sangat tidak bisa dilepaskan dari
kebutuhan lahan dimana setiap pembangunan haruslah
dilakukan di suatu lahan. Indonesia merupakan Negara dengan
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam beberapa
tahun terakhir. Dengan keadaan seperti ini mau tidak mau
pembangunan akan terus dilakukan di berbagai sektor dalam
upaya untuk memajukan perekonomian lebih baik lagi.
Pembangunan tersebut berupa infrastruktur transportasi,
industri, pelayanan jasa dan sebagainya yang membutuhkan
lahan cukup besar. Di beberapa negara maju lahan pertanian
pangan dianggap sebagai aset yang cukup vital dan penting
untuk diajaga kelangsunganya. Negara-negara tersebut

3
Rizaldi Eki Santoso, “Pemanfatan Tanah Bekas Kawasan Hutan Untuk Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan”, Jurnal Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya, 2014, hlm 9
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 4
menganggap bahwa salah satu cara menjaga kedaulatan
Negara adalah dengan memproduksi sendiri pangan
masyarakat dan melepaskan diri dari ketergantungan pasokan
pangan dari luar negeri. Hal ini sangat berbeda dengan yang
ada di bangsa ini dimana lahan pertanian dianggap sebagai
sesuatu yang tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga
dengan mudahnya dialihfungsikan menjadi fungsi lain diluar
itu dengan pertimbangan yang lebih ekonomis dan
menguntungkan disaat itu juga.4
Undang-undang perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan sebenarnya tidak hanya mengatur ancaman
pidana saja demi menjaga lahan pertanian pangan
berkelanjutan tidak tergeroti kebutuhan lahan dengan fungsi
yang lain. Hal ini terlihat dengan adanya pengaturan mengenai
adanya insentif bagi para petani yang memanfaatkan lahan
pertanian pangan berkelanjutan. Menarik jika menyimak
tujuan rumusan ini dikarenakan memiliki unsur mengedukasi
para petani agar tetap merasa nyaman dan lebih sejahtera
dengan mata pencaharianya sebagai petani.
Pada era modern rumusan rumusan seperti inilah yang
dapat diterapkan dalam masyarakat karena memiliki sifat
mengajarkan ketertiban bagi masyarakat dimana masyarakat
diajarkan melalui aturan aturan hukum agar tetap bertahan
menjadi petani di lahan pertanian pangan berkelanjutan
karena adanya perlindungan dan jaminan hukum untuk
kesejahteraan mereka. Pemerintah seyogyanya memberikan

4
Ibid., hlm 14
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 5
produk hukum yang mengedukasi para petani khususnya di
lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan pemahaman
terkait pentingnya pertanian pangan dan resiko akibat alih
fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan tanpa harus
mengenakan pidana pada para petani dikarenakan tingkat
pendidikan petani yang masih rendah justru akan membuat
para petani mengurungkan niatnya menjadi petani yang
mengerjakan lahan pertanian pangan berkelanjutan akibat
rasa takut apabila masyarakat terkena hukuman pidana
karena pelanggaran yang kurang petani ketahui seperti apa
pengaturan hukumnya.5
Kecenderungan meningkatnya perubahan iklim,
kerentanan terhadap bencana alam dan risiko usaha,
globalisasi dan gejolak ekonomi global, serta sistem pasar yang
tidak berpihak kepada petani, sehingga petani membutuhkan
perlindungan dan pemberdayaan. Selain itu, hal-hal lain yang
berisiko terhadap pertanian adalah hama atau penyakit
pertanian yang menyerang pertanian. Selama ini resiko yang
dialami oleh petani ini ditanggung sendiri oleh petani.
Seringkali para petani meminjam uang, yang kemudian dengan
bunga yang besar. Beberapa masalah yang yang dihadapi para
petani, mengakibatkan kurang sejahteranya petani di Indonesia
adalah:
a. Tingginya harga kebutuhan pokok pertanian dan
sarana pendukung pertanian seperti: bibit, pupuk,

5
Ibid., hlm 15
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 6
obat-obatan, alat-alat mesin pertanian, dan lain lain
khususnya yang dibutuhkan para petani.
b. Rendahnya harga jual produk dan hasil pertanian.
c. Transportasi dan distribusi hasil panen pertanian.
d. Rendahnya kualitas SDM para petani, yang
diakibatkan karena kurangnya pendidikan, pelatihan,
dan pembinaan bagi para petani.
e. Kurangnya sarana teknologi yang dapat
mempermudah, mempercepat, dan meningkatkan
hasil produk-produk pertanian yang digunakan para
petani.
f. Kurangnya lahan garapan.
g. Kurangnya dan terbatasnya modal
h. Faktor alam. seperti: wabah serangan hama penyakit,
banjir, kekeringan dan lain-lain.
i. Monopoli kebutuhan pokok pertanian dan hasil
produk produk pertanian.
j. Kurangnya perhatian baik pemerintah,instansi,
maupun swasta dalam meningkatkan pertanian dan
kesejahteraan para petani.6
Menyadari akan arti penting keberadaan lahan pertanian,
Pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Dengan adanya UU tersebut, pemerintah
berkewajiban untuk mengembangkan lahan pertanian secara

6
I Ketut Sudiarta et.al, Laporan Penelitian Naskah Akademik Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan, kerjasama DPRD Kabupaten Tabanan
dengan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bali, 2015, hlm 2-3
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 7
intensif dalam suatau kawasan pertanian pangan
berkelanjutan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Guna mendukung
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009, diterbitkan peraturan
turunan dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 yang
dituangkan sebagai berikut:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 Tentang
Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 Tentang
Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. Seluruh PP tersebut, diharapkan dapat
menjamin keberlangsungan lahan pertanian ditingkat
daerah.
Pemerintah daerah kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan dalam perkembaganya menindaklanjuti amanat
peraturan perundang-undangan tersebut. Dengan demikian,
pengaturan dalam perda mengenai perlindungan lahan
pertanian pangan berkelanjutan merupakan kebijakan hukum
yang strategis oleh pemerintah daerah Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan dalam rangka mengakomodir kebutuhan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 8
hukum baru sekaligus menindaklanjuti amanat Undang-
Undang No 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan. Oleh karena itu, penyusunan
peraturan daerah harus didahului oleh sebuah kajian
akademik sebagai perintah Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
sekaligus memperkuat dasar-dasar pembentukan peraturan
daerah yang objektif berkenaan perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang akan ditemukan dan diuraikan lebih
lanjut dalam penyusuna naskah akademik ini adalah:
1. Mengapa rancangan pembentukan Peraturan Daerah
tentang perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan diperlukan di Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan?
2. Apa yang menjadi pertimbangan filosofis, sosiologis dan
yuridis pembentukan rancangan peraturan daerah
tentang perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan?
3. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan rancangan
peraturan daerah tentang perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan?

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 9
C. Tujuan dan Kegunaan
Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang
dikemukakan diatas, tujuan penyusunan naskah akademik ini
adalah:
1. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi
sebagai alasan pembentukan rancangan peraturan
daerah tentang perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi
permasalahan mengenai pemanfaatan lahan pertanian
dalam meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan
petani.
2. Merumuskan pertimbangan filosofis, sosiologis, yuridis
pembentukan rancangan peraturan daerah tentang
perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
3. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang
lingkup pengaturan dalam rancangan peraturan daerah
tentang perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan.

D. Metode
Sebelum menguraikan tentang pendekatan yang akan
digunakan dalam menjawab rumusan masalah sebagaimana
disebutkan di atas, maka perlu diuraikan terlebih dahulu jenis
penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan naskah
akademik rancangan peraturan daerah tentang Rumah Susun

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 10
Sederhana Sewa (RUSUNAWA) ini. Jenis penelitian yang
digunakan adalah jenis penelitian yuridis normatif adalah
sebuah penelitian hukum yang menitikberatkan pada kajian
aspek teoritis baik berupa asas, norma atau aturan hukum,
doktrin dan dogma hukum. Dalam konteks Rumah Susun
Sederhana Sewa (RUSUNAWA), penelitian ini akan
menitikberatkan pada kajian aspek asas, norma hukum yang
berkaitan dengan perumahan dan permukiman utamanya
terkait dengan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA).
Untuk menguraikan secara komprehensif kajian terhadap
raperda Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), maka
digunakan beberapa pendekatan di antaranya:

1) Pendekatan Hukum
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam
pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi.
Sebab, penelitiaan bertujuan untuk mengungkapkan
kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten.
Melalui penelitian tersebut diadakan analisa dan
konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan
diolah.7
Dalam kaitannya dengan penyusunan naskah akademik
rancangan peraturan daerah tentang Rumah Susun
Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kabupaten Gorontalo
Utara, digunakan metode penelitian yuridis normatif.
Dalam penelitian hukum, dikenal ada beberapa

7
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, suatu tinjuan
singkat, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, , 2012), hal. 1
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 11
pendekatan. Di antara pendekatan dalam penelitian
hukum tersebut akan digunakan juga sebagai
pendekatan hukum dalam penyusunan naskah akademik
ini. Pendekatan tersebut sebagai berikut:
a. Pendekatan Perundang-Undangan (Statuta Approach)8
Pendekatan perundang-undangan ini dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang
bersangkut paut dengan penyusunan naskah
akademik rancangan peraturan daerah tentang
Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA). Dalam
upaya melakukan telaah terhadap undang-undang
dan regulasi ini, maka akan membuka kesempatan
untuk mempelajari adakah kesesuaian antara
undang-undang dan regulasi yang satu dengan
undang-undangan dan regulasi yang lainnya.
Undang-undang yang dimaksud dalam pendekatan ini
adalah baik undang-undang yang sifatnya lex
spesialis atau yang secara khusus mengatur tentang
hal-hal yang dibahas dalam penyusunan naskah
akademik ini seperti Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2011 tentang Rumah Susun dan juga
termasuk keterkaitannya dengan undang-undang
lainnya yang bersifat lex generalis atau undang-
undang yang sifatnya umum seperti Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
serta Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta; Kencana, 2011), hal. 96
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 12
Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta Undang-
Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Sederhana Sewa.
b. Pendekatan Kasus (case approach)9
Pendekatan kasus diperlukan sebagai pembanding dan
bahan dalam melakukan kajian akademis atas
rancangan peraturan daerah yang akan dibuat. Dalam
pendekatan ini, dilakukan telaah atas kasus atau
masalah yang sering muncul dalam kaitannya dengan
penyediaan perumahan yang layak dan sehat
khususnya terkait dengan rumah susun sederhana
sewa. Dari kajian atas kasus dan masalah hukum
yang dimaksud, maka akan menghasilkan reasoning
yaitu pertimbangan-pertimbangan yang mendasari
perumusan norma ke dalam peraturan daerah tentang
Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA)
Kabupaten Gorontalo Utara.

c. Pendekatan Konseptual (conseptual approach)


Pendekatan konseptual yang dimaksud dalam
penyusunan naskah akademik ini adalah menelaah
konsep baik itu pandangan maupun doktrin hukum
tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan. Hal ini diperlukan agar ketika konsep
pembentukan peraturan atau norma telah dipahami,
maka akan memudahkan dalam perumusan norma-

9
Ibid., hal. 119
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 13
norma hukum sehingga potensi akan terjadinya
benturan norma baik itu conflic of law atau
contradictio interminis dalam peraturan dapat
dihindari.

2) Teknik Pengumpulan Data


Dalam melakukan kegiatan penyusunan Naskaha Akademis
Rancangan Peraturan Daerah tentangRumah Susun
Sederhana Sewa (RUSUNAWA) Kabupaten Gorontalo
Utara, teknik pengumpulan data dilakukan dengan 2
(Dua) cara, yaitu:
a. Studi Literatur
Studi literature dilakukan dalam rangka memperhatikan
segala referensi yang berkaitan dengan Aspek Hukum,
administrasi, dan teknis maupun maupun
kelembagaan yang nantinya terkait langsung dengan
masalah dalam pembentukan Peraturan Daerah
Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA)
Kabupaten Gorontalo Utara.
b. Survei Lapangan
Survei lapangan dilakukan dalam rangka menggali
informasi yang bermanfaat sebanyak mungkin melalui
kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh tim
penyusun Naskah Akademik dengan responden.

3) Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan berupa kajian terhadap
hasil pengolahan data. Analsis data dalam penelitian
hukum memiliki sifat deskriptif dan juga preskriptif. Sifat
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 14
deskriptif ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
atau atas subjek dan objek penelitian sebagaimana hasil
penelitiaan yang dilakukannya.10 Sedangkan sifat
preskiptif dalam karya akademik diberikan dalam bentuk
saran atau rekomendasi. Namun demikian, pemberian
saran dan rekomendasi ini diarahkan pada sesuatu yang
realistis. Pemberian saran dan rekomendasi dalam
konteks akademis memang berorientasi pada sesuatu
yang ideal, namun tetap harus dapat diterapkan di alam
realitas dan bersifat terukur.

Berdasarkan pernyataan di atas, jika ditarik dalam konteks


penyusunan naskah akademik rancangan peraturan
daerah tentang Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA) di Kabupaten Gorontalo Utara, maka
analisis data yang sifatnya deskriptif adalah penjelasan
atau gambaran tentang pertimbangan-pertimbangan
tentang pentingnya rancangan peraturan daerah tentang
Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA). Gambaran
tentang pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat
berupa penjelasan terhadap persoalan atau masalah
hukum tentang Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA),baik dari aspek pemanfaatan fisik
bangunan rusunawa, kepenghunian, administrasi
keuangan dan pemasaran, pengawasan dan
pengendalian, pengembangan bangunan, serta

10
Mukti Fajar ND, Yalianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, (Yogyaakarta; Pustaka Pelajar, 2010), hal. 183
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 15
penjelasan tentang landasan filosofis, yuridis dan
sosiologis.
Sementara preskripsi dalam penyusunan naskah akaademis
ini diorientasikan pada pemberian rekomendasi tentang
hal jangkauan dan materi muatan apa saja yang
sebaiknya atau idealnya di atur dalam rancangan
peraturan daerah tentang Rumah Susun Sederhana
Sewa (RUSUNAWA), namun materi muatan tersebut
harus tetap memperhatikan aspek realitas, artinya
sebuah rekomendasi penormaan yang juga dapat
diterapkan atau memiliki ratio recidendi dan ratio legis
yang kuat.
Di samping itu, untuk menyempurnakan naskah akademik,
tentunya perlu dilakukan pembahasan dan diskusi
dengan pihak-pihak yang terkait (stake holder) di
Kabupaten Gorontalo Utara. Diskusi dan pembahasan
tersebut dapat dilakukan melalui Focus group discussion
(FGD) dengan orientasinya adalah jaring masukan untuk
melengkapi dan menyempurnakan naskah akademik dan
rancangan peraturan daerah tentang Rumah Susun
Sederhana Sewa (RUSUNAWA).

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 16
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teori
1. Konsep Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
merupakan implementasi dari konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) pada sektor pertanian.
Menurut FAO (1989), pertanian berkelanjutan merupakan
pengelolaan konservasi Sumber Daya Alam dan berorientasi
pada perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan
sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan
kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi
sekarang dan mendatang. Konsep pembangunan berkelanjutan
mulai dirumuskan pada akhir tahun 1980’an sebagai respon
terhadap strategi pembangunan sebelumnya yang terfokus
pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi yang terbukti telah
menimbulkan degradasi kapasitas produksi maupun kualitas
lingkungan hidup. Konsep pertama dirumuskan dalam
Bruntland Report yang merupakan hasil kongres Komisi Dunia
Mengenai Lingkungan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-
Bangsa: “Pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan
yangmewujudkan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untukmewujudkan
kebutuhan mereka”.11

11
Las, I dkk, “Isu Dan Pengelolaan Lingkungan Dalam Revitalisasi Pertanian”,
Jurnal Litbang Pertanian, 25(3), 2006, hlm. 110
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 17
Bedasarkan definisi pembangunan berkelanjutan
tersebut, Organisasi Pangan Dunia mendefinisikan pertanian
berkelanjutan sebagai berikut: ……manajemen dan
konservasibasis sumberdaya alam, dan orientasi perubahan
teknologi dan kelembagaan gunamenjamin tercapainya
dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini
maupunmendatang. Pembangunan pertanian berkelanjutan
menkonservasi lahan, air, sumberdayagenetik tanaman
maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara
teknis, layaksecara ekonomis, dan diterima secara sosial. Sejak
akhir tahun 1980’an kajian dan diskusi untuk merumuskan
konsep pembangunan bekelanjutan yang operasional dan
diterima secara universal terus berlanjut. 12 Dengan perkataan
lain, konsep pembangunan berkelanjutan berorientasi pada
tiga dimensi keberlanjutan, yaitu: keberlanjutan usaha
ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia
(people), keberlanjutan ekologi alam (planet), atau pilar Triple-P
seperti pada Gambar 1:13

Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimalisasi


aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya
12
Syafruddin, “Penataan Sistem Pertanian Dan Penetapan Komoditas Unggulan
Berdasarkan Zona Agroekologi Di Sulawesi Tengah”, Jurnal Litbang Pertanian,
23(2), 2004, hlm. 64
13
Yuwono, T, “Membangun Kedaulatan Pangan, Membangun Kedaulatan
Bangsa”, Dalam T. Yuwono (ed), “Pembangunan Pertanian: Membangun
Kedaulatan Pangan”, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011, hlm. 3
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 18
mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam
memperoleh pendapatan tersebut. Indikator utama dimensi
ekonomi ini ialah tingkat efisiensi, dan daya saing, besaran dan
pertumbuhan nilai tambah (termasuk laba), dan stabilitas
ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan
kebutuhan ekonomi (material) manusia baik untuk generasi
sekarang maupun generasi mendatang. Dimensi sosial adalah
orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan
kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial
yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial),
preservasi keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan,
termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu,
pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha
dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial-
budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.14
2. Implementasi Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B)

Proses kebijakan secara umum dimulai dari sebuah isu,


berupa masalah bersama atau tujuan bersama, kemudian
ditetapkan sebagai suatu isu kebijakan. Dengan isu kebijakan
ini kemudian dirumuskan dan ditetapkan menjadi kebijakan
publik. Kebijakan ini kemudian diimplementasikan. Pada saat
implementasi diadakan pemantauan atau monitoring untuk
memastikan implementasi kebijakan konsisten dengan

14
Yuwono, T, Pembangunan Pertanian Membangun Ideologi Pangan Nasional,
Yogyakarta: Lily Publisher, 2019, hlm. 100
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 19
rumusan kebijakan. Hasil implementasi kebijakan adalah
kinerja kebijakan. Di tahap ini diperlukan evaluasi kebijakan,
untuk mengetahui kinerja kebijakan, seberapa jauh kebijakan
mencapai hasil yang diharapkan. Kemudian dilanjutkan
dengan evaluasi secara paralel pada rumusan kebijakan,
implementasi kebijakan, kinerja kebijakan, dan lingkungan
kebijakan.
Hasil evaluasi menentukan apakah kebijakan dilanjutkan
atau membawa isu kebijakan baru yang mengarah pada dua
hal, yaitu: revisi kebijakan atau penghentian kebijakan.
Kebijakan yang telah diputuskan oleh pemerintah, sebagian
besar berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat yang menjadi
target pelaksanaan kebijakan tersebut. Lingkup kebijakan
sangat luas mencakup berbagai bidang. Namun kebijakan yang
telah dipilih oleh pembuat kebijakan bukanlah jaminan bahwa
kebijakan tersebut akan berhasil dalam tahap
implementasinya. Implementasi kebijakan pada prinsipnya
adalah cara agar suatu kebijakan dapat mencapai tujuannya.15
Ketentuan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Pengendalian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
merupakan salah satu kebijakan pertanian. Menurut Person
bahwa kebijakan dilahirkan karena kegagalan pemerintah
untuk menyediakan lahan pangan yang berkelanjutan untuk
menjamin terwujud ketahanan pangan. Karena lahan sangat

15
Meirina Rokhmah, Potensi dan Kendala Kebijakan Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Demak, Jurnal Pembangunan
Wilayah dan Kota, 2012, hlm 162. Lihat Juga Dwijowijoto Riant Nugroho,
Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2003, hlm 158
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 20
dibutuhkan oleh masyarakat dan tidak mungkin disediakan
melalui mekanisme pasar, dan berkurang dalam
penggunaannya, maka diperlukan kebijakan pemerintah untuk
mengendalikan lahan pertanian.16
Implementasi kebijakan dianggap sebagai wujud utama
dan tahap yang sangat menentukan dalam proses kebijakan.
Tanpa implementasi yang efektif keputusan pembuat kebijakan
tidak akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan
merupakan aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan
pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya
mengelola input untuk menghasilkan output atau outcomes bagi
masyarakat.17 Implementasi kebijakan ketahanan pangan yang
belum padu dan bersinergi dengan kebijakan pembangunan
lainnya, menyebabkan kondisi ketahanan pangan di Indonesia
saat ini masih menghadapi ancaman yang tidak ringan.18
Para pemikir ekonomi pembangunan telah lama menyadari
pentingnya peranan sektor pertanian dalam pembangunan
perekonomian secara keseluruhan, terutama pada tahap-tahap
awal pembangunan. Keberhasilan pembangunan pertanian
tidak akan pernah lepas dari upaya secara terus-menerus
melakukan pemanfaatan lahan dengan sebaik-baiknya. Lahan
menduduki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan
usaha pertanian. Oleh karena itu, keberadaan lahan pertanian
perlu dijaga dan dikembangkan secara terus menerus sehingga

16
Person dalam Subkhan Riza, Kegagalan Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan di Provinsi Riau, Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014,
Palembang 26-27 September 2014, hlm 2-1
17
Ibid.,
18
Ibid.,

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 21
mampu mendukung peningkatan produksi dan ketahanan
pangan Nasional.19
Pada hakikatnya konsep pertanian berkelanjutan adalah
back to nature atau konsep kembali ke alam, yakni sistem
pertanahan yang tidak merusak, tidak merubah, serasi,
selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang
patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Upaya
manusia yang mengingkari kaidah-kaidah ekosistem dalam
jangka pendek mengkin mampu memacu produktivitas lahan
dan hasil secara maksimal. Namun, dalam jangka panjang
biasanya hanya akan berakhir dengan kehancuran lingkungan
itu sendiri. Kebijakan politik hukum dalam pengelolaan pangan
oleh pemerintah seringkali menuai kritik karena adanya
ketidaksempurnaan kegiatan-kegiatan intervensi itu sendiri
baik yang disebabkan oleh kelemahan dalam proses
penyusunan kebijakannya maupun karena akibatnya yang
akan menimbulkan distorsi pasar. Selain itu produksi
pertanain dalam negeri yang mendukung ketahanan pangan
juga dihadapkan oleh climate change atau perubahan iklim.
Peradaban yang berjalan secara arief berabad-abad kini
terusik.20

19
Ahmad Makky Arrozi dan Saptana, “Implementasi Undang-Undang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) Dalam
Mendukung Ketahanan Pangan Di Provinsi Banten”, Jurnal Online,
https://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_D3_Ahmad
%20Makky.pdf, Di akses Tanggal 24 Juli 2021.
20
Afwit Freastoni dan Sirajuddin, Politik Hukum Perlindungan Lahan Pertanian
dan Hak Asasi Petani sebagai Instrumen Mewujudkan Ketahanan Pangan
Berkelanjutan di Indonesia, Jurnal Konstitusi, Vol. III, No. 2, November 2010, hlm
150-151
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 22
Menurut Nasoetion, dalam Iqbal dan Sumaryanto, terdapat
tiga kendala mendasar yang menjadi alasan mengapa
peraturan pengendalian alih fungsi lahan sulit terlaksana,
yaitu kendala koordinasi kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
dan konsistensi perencanaan. Perencanaan berperan sangat
penting dalam pengaturan pemanfaatan lahan mengingat
kebutuhan akan lahan non pertanian semakin meningkat dan
mengancam keberlanjutan lahan pertanian, khususnya
sawah.21
Menurut Rustiadi dan Reti bahwa konversi atau alih fungsi
lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan
lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang menjadi
dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan. Alih
fungsi lahan terjadi sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan
pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat. Hal
tersebut tercermin dari pertumbuhan aktivitas pemanfaatan
sumber daya alam yang didorong oleh meningkatnya
permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan serta
adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan
primer, khususnya dari sektor pertanian dan pengolahan
sumber daya ke sektor sekunder (manufaktur) dan sektor
tersier (jasa).22

21
Iqbal Muhammad dan Sumaryanto, Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. Jurnal Analisis Kebijakan
Pertanian, Volume 5, No. 2, 2007, hlm 171
22
Rustiadi, E. dan W. Reti, Urgensi Lahan Pertanian Pangan Abadi dalam
Perspektif Ketahanan Pangan, dalam Arsyad,S dan E. Rustiadi (Ed),
Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan, Jakarta : Crestpent Press dan
Yayasan Obor Indonesia, 2008, hlm 61
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 23
Salah satu permasalahan di sektor pertanian dan
pertanahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
tingginya angka konversi lahan pertanian ke penggunaan non
pertanian khususnya lahan pertanian sawah sehingga luasan
lahan sawah semakin berkurang, Sementara lahan sawah
bersifat rigid artinya tidak semua lahan pertanian bisa
dijadikan lahan sawah karena lahan sawah mempunyai
karakteristik khusus yaitu tersedianya air yang cukup dengan
tingkat kesuburan yang tinggi. Tingginya konversi lahan sawah
ke penggunaan non pertanian akan membawa dampak yang
serius terhadap ketahanan pangan bangsa karena hampir
semua penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai
makanan pokok.23
Walaupun pemerintah menyadari betapa pentingnya
ketahanan pangan dengan kedaulatan atas pangan namun
belum sepenuhnya menjadi komitmen yang kuat bagi
pemerintah untuk mewujudkannya terbukti alokasi anggaran
untuk sektor pertanian yang masih kecil, kurangnya kebijakan
yang berpihak pada petani, implementasi peraturan
perundangan tentang pengendalian konversi lahan pertanian
ke penggunaan non pertanian yang masih
setengah hati. Oleh karena itu dalam mewujudkan ketahanan
pangan ini diperlukan kebijakan yang komprehensif dan
integratif mulai dari kebijakan kependudukan, pertanahan dan
kebijakan pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang

23
Wiwik Widayati, “Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kabupaten Demak”, Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1,
No. 1, Maret 2015, hlm 5
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 24
terus meningkat selain diperlukan ketersediaan lahan
pertanian yang cukup luas, diperlukan pula pelibatan teknologi
dan inovasi sektor pertanian misalnya dengan menggunakan
benih transgenik yang lebih tahan hama dan hasil pertanian
yang lebih banyak. Betapapun tingginya produktifitas
pertanian tanpa diikuti dengan dengan ketersediaan lahan
yang cukup tampaknya ketahanan pangan sulit untuk dicapai.
Untuk menjaga kecukupan dan ketersediaan lahan pertanian
dapat dilakukan dengan pencetakan lahan baru ataupun
dengan menjaga lahan yang sudah ada supaya tidak
berkurang.24
B. Kajian Asas Penyusunan Norma Peraturan Daerah
Penyusunan Peraturan Daerah tentang perlindungan
lahan pertanian pangan berkelanjutan harus memperhatikan
asas-asas dalam pembentukan sebagaimana diatur dalam UU
No. 12 tahun 2011, UU No. 23 tahun 2014 dan UU No. 16
tahun 2011 serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2013. Asas-asas dimaksud sifatnya
metanorma tersebut akan sangat menentukan materi muatan
dan arah pengaturan peraturan daerah. A. Hamid S. Attamimi
membagi dua kategori dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan yaitu asas formal dan asas material:
1. Asas-asas formal meliputi:
a. Asas tujuan jelas;
b. Asas lembaga yang tepat;
c. Asas perlunya pengaturan;

24
Ibid., hlm 6
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 25
d. Asas materi muatan yang tepat; dan
e. Asas dapat dilaksanakan;
f. Asas dapat dikenali.
2. Asas-asas material meliputi:
a. Asas sesuai dengan cita hukum Indonesia dan
Norma fundamental Negara;
b. Asas sesuai dengan dasar hukum Negara;
c. Asas sesuai dengan prinsip-prinsip negara
berdasarkan atas hukum;
d. Asas sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan
berdasarkan sistem konstitusi.
Ketentuan Pasal 237 UU No 23 Tahun 2014 menyebutkan
bahwa: asas pembentukan dan materi muatan Perda
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan
dan asas hukum yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembentukan perda yang
harus berkesesuaian dengan kondisi juga ditegaskan dalam
Pasal 14 UU No 12 Tahun 2011, disebutkan bahwa: Materi
muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta
menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih
lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pembentukan Peraturan daerah juga dalam hal ini juga
harus memperhatikan asas-asas yang berkenaan dengan
perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 26
sebagaimana dijelaskan pada Pasal 2 UU No 41 Tahun 2009
yang menjelaskan bahwa Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan diselenggarakan berdasarkan asas:
a. Manfaat;
b. Keberlanjutan dan konsisten;
c. Keterpaduan;
d. Keterbukaan dan akuntabilitas;
e. Kebersamaan dan gotong-royong;
f. Partisipatif;
g. Keadilan;
h. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
i. Kelestarian lingkungan dan kearifan lokal;
j. Desentralisasi;
k. Tanggung jawab negara;
l. Keragaman; dan
m. Sosial dan budaya.
Asas-asas dan materi muatan yang telah disebutkan diatas
adalah landasan konstitusional yang krusial. Pembentukan
peraturan daerah harus memperhatikan asas-asas yang
tertuang diperaturan atasnya sebagai langkah mengantisipasi
adanya tumpang tindih pengaturan sekaligus memperjelas
arah pengaturan kedepan terkait peraturan daerah yang
dibentuk.
C. Kajian Praktik Penyelenggaraan, Kondisi dan Permasalahan
1. Kondisi Kependudukan

Tabel 1 : Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 27
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tabel 2: Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tabel 3: Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 28
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

2. Garis Kemiskinan Kemiskinan dan Pengeluaran

Tabel 4: Indikator Kemiskinan tahun 2018-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 29
Tabel 5: Rata-rata Pengeluaran Perkapita

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tabel 6: Pengeluaran Menurut Golongan dan Barang

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 30
Tabel 7: PDRB Menurut Pengeluaran

3. Sosial Budaya

Tabel 8: Persentase Rumah Tangga Menurut Program

Perlindungan Sosial

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

4. Indeks Pembangunan Manusia

Tabel 9: Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2018-2020

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 31
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tabel 10: Indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Utara

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara

Dari data yang disajikan tersebut diatas menunjukkan

bahwa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki IPM

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 32
terendah di Provinsi Sulawesi Utara. Apabila disandingkan dengan

beberapa daerah lain, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

memiliki IPM sebesar 65% pada tahun 2020. Pemerintahan

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mempunyai tanggung

jawab untuk menyelesaikan permasalahan tersebut melalui

pengambilan kebijakan yang terkait dengan penyelesaian masalah

sebagaimana dimaksud. Perlu diketahui bahwa dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

terdapat beberapa urusan yang wajib yang berkaitan dengan

pelayanan dasar dan yang tidak berkaitan dengan pelayanan

dasar serta urusan pilihan yang diselenggarakan oleh

pemerintahan daerah termasuk kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan, yang terkait langsung dengan peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

D. Kajian Implikasi Penerapan Peraturan Daerah


Ketentuan UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) pada dasarnya
dimaksudkan untuk mengelompokkan suatu bidang lahan
tertentu yang diperbolehkan untuk aktivitas pertanian pangan
yang sesuai, mengharapkan luas lahan yang diusahakan oleh
petani dapat meningkat secara efektif; menjamin kesejahteraan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 33
keluarga petani; pencapaian produksi pangan sesuai kebutuhan;
serta dapat mengurangi terjadinya konversi lahan yang semakin
tahun semakin tak terkendali. Namun realitanya meski sudah ada
regulasi terkait, sampai sekarang praktek alih fungsi lahan
pertanian masih terjadi, bahkan kondisinya semakin
mengkhawatirkan, hal tersebut yang melatarbelakangi mengapa
dibutuhkanya perlindungan terhadap lahan pertanian.
Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan
sebuah sistem dan proses dalam merencanakan, menetapkan,
mengembangkan, memanfaatkan, membina, mengendalikan,
mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara
berkelanjutan.25
Mengingat masalah alih fungsi lahan pertanian pangan,
terutama lahan pertanian (sawah) ke lahan non pertanian sawah
dimana setiap tahun terjadi konversi lahan. Sejalan dengan itu,
upaya membangun ketahanan dan kedaulatan pangan untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat adalah hal yang sangat penting
untuk direalisasikan. Dalam rangka mewujudkan ketahanan dan
kedaulatan pangan perlu diselenggarakan pembangunan
pertanian berkelanjutan, yang sebagian besar bidang usahanya
masih bergantung pada pola pertanian berbasis lahan. 26
Peraturan daerah merupakan instrumen yang memberikan
efek postitif terhadap masyarakat sehingga perumusan normanya
harus mengedepankan kemanfaatan, keadilan dan kepastian
hukum. Konsekuensi logis negara Indonesia adalah negara hukum
25
Fx Sumarja et.al, Problematika Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan
Pasca Undang-Undang Cipta Kerja, Penelitian Fakultas Hukum Unila, 2021,
hlm 2.
26
Ibid., hlm 5
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 34
adalah kehidupan masyarakatnya harus diatur dengan hukum
yang tertulis dan terterima sebagai pedoman hidup bersama.
Pengaturan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan
yang merupakan bagian dari tugas pemerintah daerah dibidang
pertanian adalah urusan pemerintahan pilihan sebagaimana
diatur dalam UU Pemerintahan Daerah. Pasal 12 ayat (3) UU 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa
Urusan Pemerintahan pilihan meliputi:
a. kelautan dan perikanan;
b. pariwisata;
c. pertanian;
d. kehutanan;
e. energi dan sumber daya mineral;
f. perdagangan;
g. perindustrian; dan
h. transmigrasi.

Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten


Bolaang Mongondow Selatan tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan, yang dibentuk atas persetujuan
bersama antara Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) yang merupakan salah satu bentuk dukungan politik
(DPRD), diharapkan akan menjadi dasar hukum bagi Pemerintah
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dalam rangka
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

Dengan hadirnya Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 35
Pangan Berkelanjutan, maka Pemerintah Daerah dapat
melakukan suatu strategi untuk memenuhi ketersediaan lahan
pertanian pangan di daerah. Ketersediaan lahan di bidang
pertanian merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan peran
sektor pertanian secara berkelanjutan, terutama untuk
mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan
nasional. Namun permasalahan yang dihadapi saat ini adalah
tingginya tekanan terhadap lahan, sehingga terjadi persaingan
pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dan non pertanian.
Meningkatnya permintaan lahan untuk kegiatan non pertanian
pada akhirnya menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian.
Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam penataan ruang wilayah.
Untuk itu perlindungan lahan pertanian pangan perlu dilakukan
dengan menetapkan kawasan‐kawasan pertanian pangan yang
perlu dilindungi dalam produk rencana tata ruang wilayahnya
agar tidak diperuntukkan bagi pengembangan aktivitas non
pertanian.
Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan merupakan instrument untuk melakukan
penegakkan hukum terhadap regulasi penataan ruang di
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Selain itu, dapat
dijadikan alat untuk mengendalikan alih fungsi lahan, agar lahan
hijau yang saat ini masih ada dapat dipertahankan, salah satunya
dengan meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap
implementasi kebijakan. Ketentuan mengenai sanksi atas

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 36
pelanggaran yang terjadi harus diberlakukan pula secara tegas,
baik kepada pengguna lahan (pelaku alih fungsi) maupun kepada
aparat pemberi ijin alih fungsi. Oleh karena itu, instrument
hukum ini akan menjadi ketentuan wajib dan tidak ada yang
boleh kebal hukum sebagai bentuk keseriusan pemerintah daerah
dalam melindungi lahan pertanian berkelanjutan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 37
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT

Diamanatkan dalam UUD 1945 dalam pembukaanya


tujuan negera adalah melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejaheraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Perlindungan yang dimaksud oleh UUD 1945 ini adalah
memberikan keselamatan kepada seluruh masyarakat
indonesia pada seluruh lini termasuk didalamnya adalah
terjaminya kebutuhan masyarakat khususnya pangan yang
merupakan hak mendasar setiap manusia untuk
melangsungkan kehidupan. Persoalan saat ini dimana
banyaknya pengalihan lahan pertanian dan perkebunan ke
lahan pemukiman akan memberikan efek negatif terhadap
pemenuhan serta pencapain ketahanan pangan bagi
masyarakat indonesia pada umunya dan masyarakat Bolaang
Mongondow Selatan khususnya.
Menyikap sejumlah peraturan yang bersangkutan atupun
yang memiliki hubungan dengan ketahan pangan
berkelanjutan. pemerintah telah menetapkan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 38
Pangan Berkelanjutan.  Dalam Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2009 tersebut dengan jelas disebutkan bahwa Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) adalah bidang lahan
pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsistem guna menghasilkan pangan
pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan
nasional. LP2B dapat berupa lahan beririgasi, lahan reklamasi
rawa pasang surut dan non pasang surut (lebak) dan/atau
lahan tidak beririgasi (lahan kering) yang bertujuan untuk
menjamin kecukupan pemenuhan akan bahan pangan, maka
dalam perencanaan penetapan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan didasarkan kepada :
1) Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan
konsumsi pangan penduduk;
2) Pertumbuhan produktivitas;
3) Kebutuhan pangan nasional;
4) Kebutuhan dan ketersediaan lahan pertanian
pangan;
5) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta
6) Musyawarah petani. 
Penyusunan perencanaan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat
nasional, tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Perencanaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 27

27
Lihat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 39
Nasional menjadi acuan perencanaan Lahan Pertanian
Berkelanjutan provinsi dan kabupaten/kota.
Pada pasal 18 UUD 1945 merupakan dasar hukum bagi
pelaksanaan otonomi daerah yang dalam era reformasi
menjadi salah satu agenda nasional. Melalui penerapan Bab
tentang Pemerintahan Daerah diharapkan lebih mempercepat
terwujudnya kemajuan daerah dan kesejahteraan rakyat di
daerah, serta meningkatkan kualitas demokrasi di daerah. 
Semua  ketentuan itu  dirumuskan  tetap, dalam kerangka 
menjamin dan  memperkuat NKRI, sehingga dirumuskan
hubungan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah dengan memperhatikan kekhususan
dan keragaman daerah.
Ketentuan pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang
berbunyi Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, menjelaskan bahwa
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di daerah
seperti halnya di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan,
pemerintah memiliki kewenangan khusus dalam menentukan
penggunaan kekayaan alam yang ada dalam rangka
menunjang kebutuhan masyarakat di daerah tersebut, seperti
halnya dalam Perencanaan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan sehingga kebutuhan pangan masyarakat
didaerah tersebut tetap terpenuhi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
hierarki yang ketat dalam hal peraturan perundang-

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 40
undangan.Kondisi demikian mengharuskan dalam setiap
pembentukan peraturan perundang-undangan maka harus
mengacu dan memperhatikan hierarki yang ada dalam
peraturan perundang-undang yang diatur oleh UU No 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.Setiap peraturan perundang-undangan yang
dibentuk harus menyesuaikan substansi pengaturannya,
supaya tidak bertentangan dan menyimpang terhadap
peraturan yang diterapkan. Hal ini dilakukan melalui sebuah
kegiatan evaluasi dan analisis untuk dapat kemudian
menemukan pengaturan yang sesuai dan tidak bertentangan.
Adapun peraturan perundang-undangan yang dievaluasi
sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945.
Secara tegas dalam Pasal 18 ayat (6) UUD 1945
dijelaskan bahwa pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan. Ketentuan ini merupakan
landasan hukum konstitusional bagi pembentukan
Peraturan Daerah. Pemerintahan daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/kota adalah mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan (Pasal
18 ayat (2) UUD 1945). Pemerintahan daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 41
sebagai urusan Pemerintah Pusat (Pasal 18 ayat (5)
UUD 1945)
2) Undang-Undang No 27 Tahun 2006 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah.
Ketentuan Pasal 48 Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
menentukan bahwa: (1) Penataan ruang kawasan
perdesaan diarahkan untuk: a. pemberdayaan
masyarakat perdesaan; b. pertahanan kualitas
lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya;
c. konservasi sumber daya alam; d. pelestarian
warisan budaya lokal; e. pertahanan kawasan lahan
abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan; dan
f. penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-
perkotaan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelindungan terhadap kawasan lahan abadi pertanian
pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
diatur dengan Undang-Undang. (3) Penataan ruang
kawasan perdesaan diselenggarakan pada: a. kawasan
perdesaan yang merupakan bagian wilayah
kabupaten; atau b. kawasan yang secara fungsional
berciri perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih
wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah
provinsi. (4) Kawasan perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk kawasan
agropolitan. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 42
penataan ruang kawasan agropolitan diatur dengan
peraturan pemerintah.
3) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan
Padal pasal 1 ayat 3 menjelaskn bahwa Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan
pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan
pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan nasional, selain itu pada pasal 1
ayat 5 menjelaskan Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan proses
dalam merencanakan dan menetapkan,
mengembangkan, memanfaatkan dan membina,
mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian
pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.
Selanjutnya pada Pasal 3 Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan
dengan tujuan: a. melindungi kawasan dan lahan
pertanian pangan secara berkelanjutan; b. menjamin
tersedianya lahan pertanian pangan secara
berkelanjutan; c. mewujudkan kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan; d. melindungi
kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani; e.
meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan
petani dan masyarakat; f. meningkatkan perlindungan
dan pemberdayaan petani; g. meningkatkan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 43
penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak;
h. mempertahankan keseimbangan ekologis; dan i.
mewujudkan revitalisasi pertanian
4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Ketentuan Pasal 14 menjelaskan bahwaMateri muatan
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah
dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
5) UU Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
Secara jelas dalam pasa 1 ayat 1 menjelaskan bahwa
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman yang
diperkuat dengan penjelasan mengenai ketahanan
pangan pada pasal 1 ayat 4 tentang Ketahanan
Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 44
dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata,
dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.
6) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah
Ketentuan Pasal 237 UU No 23 Tahun 2014
menyebutkan bahwa: asas pembentukan dan materi
muatan Perda berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan dan asas hukum yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
7) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011
tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Pertanian.
Pasal 1 ayat 3 Permen No 1 Tahun 2011 Tentang
Penetepan Alih Fungsi Lahan Pertanian menjelaskan
bahwa Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah
bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk
dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna
menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Permen
No 1 Tahun 2011 tentang penetapan dan alih fungsi
lahan pertanian berkalanjutan ini merupakan tindak

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 45
lanjut dari penjabaran UU No 41 Tahun 2009 tentang
perlindungan lahan pertanian berkalanjutan.
Penegasan terkait lahan pertanian berkelanjutan pada
Permen No 1 Tahun 2011 tentang penetapan dan alih
fungsi lahan pertanian berkalanjutan ada dalam Pasal
22 (1) Lahan yang dapat ditetapkan menjadi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan harus memenuhi
kriteria : a. berada pada kesatuan hamparan lahan
yang mendukung produktivitas dan efisiensi produksi;
b. memiliki potensi teknis dan kesesuaian lahan yang
sangat sesuai, sesuai, atau agak sesuai untuk
peruntukan pertanian pangan; c. didukung
infrastruktur dasar; dan/atau d. telah dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian pangan. (2) Kriteria lahan
yang berada pada kesatuan hamparan lahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
ditentukan dengan mempertimbangkan aspek
ekonomi dan sosial budaya masyarakat. (3) Kriteria
lahan yang memiliki potensi teknis dan kesesuaian
lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditentukan dengan mempertimbangkan: a. kelerengan;
b. iklim; dan c. sifat fisik, kimia, dan biologi tanah;
yang cocok untuk dikembangkan menjadi lahan
pertanian pangan dengan memperhatikan daya
dukung lingkungan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 46
8) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012
tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
Pada peraturan ini penjelasan mengenai insentif
perlindungan lahan pertanian pangan berkalenajutan
dijelaskan pada pasal (2) Pemberian Insentif
perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
bertujuan untuk: a. mendorong perwujudan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan yang telah
ditetapkan; b. meningkatkan upaya pengendalian alih
fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; c.
meningkatkan pemberdayaan, pendapatan, dan
kesejahteraan bagi Petani; d. memberikan kepastian
hak atas tanah bagi Petani; dan e. meningkatkan
kemitraan semua pemangku kepentingan dalam
rangka pemanfaatan, pengembangan, dan
perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sesuai dengan tata ruang. Pasal (3) Pemberian Insentif
perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
dilakukan pada Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang telah ditetapkan dalam: a.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; b. Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi; c. Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota; dan/atau d. Rencana Rinci
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 47
9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Mekanismen penjelasan lebih lanjut terkait
penggunaan biaya dalam penanganan perlindungan
lahan pertanian pangan berkelanjutan tertuang dalam
Permen RI No 30 Tahun 2012 tentang pembiayan
perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan
yang dituangkan Pasal 1 Ayat (1) Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan
proses dalam merencanakan dan menetapkan,
mengembangkan, memanfaatkan, membina,
mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian
pangan dan kawasannya secara berkelanjutan. (2)
Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan adalah suatu pendanaan dalam rangka
melindungi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
(3) Sumber Pembiayaan adalah segala sumber
pendanaan baik yang berasal dari anggaran
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, badan usaha maupun masyarakat
yang diperoleh 1 / 17 dalam rangka penyelenggaraan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
(4) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat. (5) Anggaran Pendapatan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 48
dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. (6) Petani Pangan yang selanjutnya disebut
Petani adalah setiap warga negara Indonesia beserta
keluarganya yang mengusahakan lahan untuk
komoditas pangan pokok di Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan. (7) Pelaku Usaha adalah setiap orang
perseorangan, Petani, kelompok tani, gabungan
kelompok tani, atau badan usaha baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum, yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10) Peraturan Menteri Pertanian nomor:
07/Permentan/Ot.140/2/2012 tentang pedoman
Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan
dan
Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Secara rinci penegasan pelaksanaan penetapan lahan
pertanian berkelanjutan di jelaskan dalam Permentan
No 07/Permentan/t.140/2/2012 tentang pedoman
Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan dan
lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan.

Pasal 1 Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan


Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan seperti tercantum pada

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 49
Lampiran sebagai bagian tidak terpisahkan dengan
Peraturan ini. Pasal 2 Pedoman Teknis Kriteria dan
Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan
Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 sebagai dasar oleh
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Pemerintahan Kabupaten/Kota dalam penetapan
Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan. Pasal 3 Pedoman Teknis
Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan
Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 bertujuan
untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan
Penetapan Kawasan Lahan, dan/atau Lahan
Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
11) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Penetapan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Pada Wilayah Yang
Belum Terbentuk Rencana Tata Ruang Wilayah.
Tindak lanjut kepedulian pemerintah dalam
menseriusi persoalan penetapan lahan pertanian
pangan berkelanjutan di tuangkan dalam Pasal (3)
ayat (1) Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dilakukan dengan penetapan:
a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
b. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 50
c. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Kemudian pada Ayat (2) berbunyi Kawasan Pertanian
Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan
nasional, untuk lintas provinsi;
b. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan provinsi,
untuk lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu)
provinsi; dan
c. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan
kabupaten/kota, untuk 1 (satu) kabupaten/kota.
Selanjutnya pada Pasal 4 ayat (1) Penetapan Kawasan
Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, ditetapkan
dalam:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional untuk
kawasan lintas provinsi;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, untuk
kawasan lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu)
provinsi;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, untuk kawasan 1 (satu)
kabupaten/kota.
Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b
dan huruf c, ditetapkan dalam rencana rinci tata

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 51
ruang kabupaten / kota. Dalam hal belum terdapat
rencana rinci tata ruang kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penetapan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Lahan
Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten /
Kota.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 52
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

Naskah Akademik menjelaskan Dasar filosofis (cita


hukum), Dasar sosiologis, dan Dasar yuridis. Dasar filosofis
merupakan landasan filsafat atau pandangan yang menjadi
dasar citacita sewaktu menuangkan suatu masalah ke dalam
peraturan perundang-undangan. Dasar filosofis sangat penting
untuk menghindari pertentangan peraturan perundang-
undangan yang disusun dengan nilai-nilai yang hakiki dan
luhur ditengah-tengah masyarakat, misalnya nilai etika, adat,
agama dan lainnya. Dasar yuridis ialah ketentuan hukum
yang menjadi dasar hukum (rechtsgrond) bagi pembuatan
peraturan perundang-undangan.
Dasar yuridis ini terdiri dari dasar yuridis dari segi formil
dan dasar yuridis dari segi materiil. Dasar yuridis dari segi
formil adalah landasan yang berasal dari peraturan
perundang-undangan lain untuk memberi kewenangan
(bevoegdheid) bagi suatu instansi membuat aturan tertentu.
Sedangkan dasar yuridis dari segi materiil yaitu dasar hukum
untuk mengatur permasalahan (objek) yang akan diatur.
Dengan demikian dasar yuridis ini sangat penting untuk
memberikan pijakan pengaturan suatu peraturan perundang-
undangan agar tidak terjadi konflik hukum atau pertentangan
hukum dengan peraturan perundang-undangan di atasnya.
Dasar politis merupakan kebijaksanaan politik yang menjadi

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 53
dasar selanjutnya bagi kebijakankebijakan dan pengarahan
ketatalaksanaan pemerintahan. Diharapkan dengan adanya
dasar politis ini maka produk hukum yang diterbitkan dapat
berjalan sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak di
tengah masyarakat.
Secara sosiologis Naskah Akademik disusun dengan
mengkaji realitas masyarakat yang meliputi kebutuhan hukum
masyarakat, aspek sosial ekonomi dan nilai-nilai yang hidup
dan berkembang (rasa keadilan masyarakat). Tujuan kajian
sosiologis ini adalah untuk menghindari tercerabutnya
peraturan perundang-undangan yang dibuat dari akar-akar
sosialnya di masyarakat. Banyaknya peraturan perundang-
undangan yang setelah diundangkan kemudian ditolak oleh
masyarakat lewat aksi-aksi demonstrasi merupakan cerminan
peraturan perundang-undangan yang tidak memiliki akar
sosial kuat. Dengan demikian Naskah Akademik memegang
peranan yang sangat penting dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan karena didalamnya terdapat kajian yang
mendalam mengenai substansi masalah yang akan diatur. 28
Adapun yang menjadi landasan pembentukan daerah ini
adalah:
A. Landasan Filosofis
Para pendiri bangsa ini telah bertekad untuk membentuk
negara ini menjadi Negara Republik Indonesia yang
berdasarkan hukum (rechsstat) bukan sebagai negara
kekuasaan (machstaat). Negara Indonesia adalah negara yang
28
Siti Masitah, Urgensi Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan
Daerah, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 10 No. 02 - Juni 2013, hlm 116
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 54
berdasarkan hukum (rechsstat) demikian bunyi penjelasan
UUD 1945.29 Selanjutnya dalam UUD NRI Tahun 1945
ditegaskan melalui pasal 1 ayat (3) hasil perubahan ke tiga
yaitu bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. 30
Negara Indonesia memiliki hukum positif yang berisikan
empat hal yaitu aturan hukum, putusan hukum, figur hukum
(pranata hukum) dan lembaga hukum dengan Negara sebagai
lembaga hukum terpenting. Pertumbuhan dan perkembangan
hukum nasional hingga kini ditandai dengan tidak hanya
tumbuh kembangnya pranata-pranata hukum serta semakin
canggihnya peraturan berbagai bidang sosial oleh hukum, akan
tetapi juga terlihat pada tingkatan lain. 31
Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Bicara
mengenai pertanian maka tidak terlepas dari lahan. Lahan
merupakan faktor utama dalam pengembangan pertanian.
Lahan tidak saja memiliki nilai ekonomis, tetapi juga sosial,
bahkan memiliki nilai religius. Dalam rangka pembangunan
pertanian yang berkelanjutan, lahan merupakan sumber daya
pokok dalam usaha pertanian, terutama pada kondisi yang
sebagian besar bidang usahanya masih bergantung pada pola
pertanian berbasis lahan. Lahan merupakan sumber daya alam
yang bersifat langka karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi
kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat.

29
Marsono, Susunan Suatu Naskah UUD 1945 Dengan Perubahan-Perubahanya
1999-2002. (Jakarta: Cv Eka Jaya, 2003), hlm 66
30
Lihat Pasal 1 ayat 3 UUD NRI Tahun 1945
31
Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, (Jakarta:
kencana, 2013), hlm 8.
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 55
Ketentuan Pasal 28A dan 28C ayat (1) menentukan bahwa:
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Pasal 28C ayat (1)
bahwa “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Selanjutnya,
ketentuan Pasal 33 ayat (3) menentukan bahwa: “Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.” Berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat (3)
tersebut. Salah satu faktor penting dalam pembangunan
ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan adalah
ketersediaan lahan pertanian pangan. Lahan pertanian pangan
merupakan bagian dari bumi sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sementara itu lahan
pertanian pangan di Indonesia semakin berkurang dikarenakan
beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. 32
Penegasan landasan filosofis dalam Naskah Akademik
tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan atau di singkat
dengan LP2B merupakan perintah dari Undang-Undang Dasar

32
Tim Penyusun, Analisis dan Evaluasi Hukum dalam rangka Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tahun 2017, Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Kementrian Hukum dan HAM RI, Jakarta, hlm 1
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 56
1945 tepatnya pada pasal 33 ayat 3 Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Penegasan pasal tersebut oleh para pendiri bangsa ini
tidak begitu suja di buat melainkan dilihat dari kondisi
lingkungan NKRI yang terdiri dari Tanah dan Air yang dimana
tanah di Indonesia merupakan tanah agraris, yang ditunjang
dengan iklim tropis yang baik dimana sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sudah
selayaknyalah jika negara perlu menjamin penyediaan lahan
pertanian pangan yang berkelanjutan, sebagai sumber
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
dengan mengedepankan prinsip kebersamaan, eisiesi,
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan
menjaga keseimbangan unsur yahati hingga daya dukung
lingkungan.
Negara berkewajiban menjamin hak asasi
warganegaranya khususnya dalam ketersedian sandang dan
pangan, selain itu Dari perspektif Hak Asasi Manusia (HAM),
Pengaturan penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan
penting dilakukan karena kebutuhan terhadap pangan
merupakan hak asasi manusia (HAM) yang menuntut negara
dalam hal ini Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan
upaya-upaya membangunan ketahanan dan kedaulatan
pangan termasuk merumuskan kerangka hukum agar lahan
pertanian pangan tetap dapat dimanfaatkan baik bagi generasi
sekarang maupun generasi yang akan datang. Dalam rangka

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 57
pembangunan pertanian yang berkelanjutan maka
perlindungan lahan pertanian pangan merupakan upaya yang
tidak terpisahkan dari reforma agraria yang mencakup upaya
penataan, penguasaan/pemilikan berkaitan dengan hubungan
hukum antara manusia dan lahan.33
Alih fungsi lahan mempunyai implikasi yang serius
terhadap produksi pangan, lingkungan fisik, serta
kesejahteraan masyarakat pertanian dan perdesaan yang
kehidupannya bergantung pada lahannya.Alih fungsi lahan-
lahan pertanian subur selama ini kurang diimbangi oleh
upaya-upaya terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui
pencetakan lahan pertanian baru yang potensial. Proses
urbanisasi yang tidak terkendali telah berdampak pada
meluasnya aktivitasaktivitas perkotaan yang makin mendesak
aktivitas-aktivitas pertanian di kawasan perdesaan yang
berbatasan langsung dengan perkotaan.
Alih fungsi lahan berkaitan dengan hilangnya akses
penduduk perdesaan pada sumber daya utama yang dapat
menjamin kesejahteraannya dan hilangnya mata pencarian
penduduk agraris.Konsekuensi logisnya adalah terjadinya
migrasi penduduk perdesaan ke perkotaan dalam jumlah yang
besar tanpa diimbangi ketersediaan lapangan kerja di
perkotaan. Keadaan tersebut menyebabkan ancaman terhadap
ketahanan pangan yang dapat mengakibatkan Indonesia harus
mengimpor produk-produk pangan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Dalam keadaan jumlah penduduk
33
Maria SW Sumarjono, Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya, Kompas Gramedia, Jakarta, 2008, hal. 95
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 58
yang terus meningkat jumlahnya, ancaman-ancaman terhadap
produksi pangan telah memunculkan kerisauan keadaan
rawan pangan pada masa yang akan datang. Akibatnya dalam
waktu yang akan datang Indonesia membutuhkan tambahan
ketersediaan pangan dan lahan pangan.34
Alih fungsi lahan pada dasarnya terjadi akibat adanya
persaingan dalam pemanfaatan lahan antara sektor pertanian
dan sektor non pertanian. Sedangkan persaingan dalam
pemanfaatan lahan tersebut muncul akibat adanya tiga
fenomena ekonomi dan sosial, yaitu: (1) keterbatasan
sumberdaya lahan, (2) pertumbuhan penduduk dan (3)
pertumbuhan ekonomi. Luas lahan yang tersedia relatif
terbatas, sehingga pertumbuhan penduduk akan
meningkatkan kelangkaan lahan yang dapat dialokasikan
untuk kegiatan pertanian dan non pertanian35.
Selain itu alih fungsi lahan pertanian pangan
menyebabkan terur merosotnya lahan peratnian yang nantinya
akan memberikan efek menurunya hasil pertanian baik dalam
kategori bahan sandang maupun pangan sebagai bahan
langsung habis hingga bahan setengah jadi ataupun bahan
baku yang merupakan bahan dasar kebutuhan masyarakay itu
sendiri, dengan menurunya hasil pertanian makan akan
berdampak pada meningkatnya permintaan yang tidak
dibarengi dengan ketersedian. Oleh karena itu, pengendalian
alih fungsi lahan pertanian pangan melalui perlindungan lahan
34
Retno Kusniati, Analisis Perlindungan Hukum Penetapan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan, Jambi, hlm 8
35
B. Irawan, Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya dan
Faktor Determinan, Jurnal Forum Penelitan Agro Ekonomi, 2005, hlm 23
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 59
pertanian pangan merupakan salah satu upaya untuk
mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan, dalam rangka
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan petani dan
masyarakat pada umumnya. Pengembangan sistem pertanian
menuju usahatani berkelanjutan merupakan salah satu misi
utama pembangunan pertanian di Indonesia yang merupakan
amanat dari UUD 1945. Selain itu Pertanian pangan
berkelanjutan memiliki peran dan fungsi penting bagi sebagian
masyarakat Indonesia yang memiliki sumber penghasilan di
sektor agraris sehingga lahan pertanian pangan memiliki nilai
ekonomis.
Dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan,
diharapkan mampu mengontrol laju turunya lahan pertanian
pangan berkalanjutan di Indonesia yang saat ini tinggal
8.087.393 (ha).36 Diamanatkan tentang dalam Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Berkelanjutan pada pasal 1 berbunyi:
1. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi
sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah
beserta segenap faktor yang mempengaruhi
penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi,
dan hidrologi yang terbentuk secara alami
maupun akibat pengaruh manusia.
2. Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang
digunakan untuk usaha pertanian.
36
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/895, Di akses Tanggal 24
Juli 2021
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 60
3. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah
bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk
dilindungi dan dikembangkan secara konsisten
guna menghasilkan pangan pokok bagi
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan
nasional.
4. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
adalah lahan potensial yang dilindungi
pemanfaatannya agar kesesuaian dan
ketersediaannya tetap terkendali untuk
dimanfaatkan sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan pada masa yang akan datang.
5. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam
merencanakan dan menetapkan, mengembangkan,
memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan
mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya
secara berkelanjutan.37
B. Landasan Sosiologis
Pada saat ini harapan untuk mengendalikan dan
meminimalisasi alih fungsi lahan pertanian pangan tertumpu
pada UU Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan. Namun efektivitas kebijakan
dari implementasi UU tersebut sangat membutuhkan adanya
perubahan paradigma pembangunan, terutama di level
pemerintah daerah. Berdasarkan pengalaman yang terjadi
37
Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 61
selama ini, efektivitas UU No.41 tahun 2009, sangat tergantung
pada konsistensi dan koordinasi antar sektor, mulai dari
tingkat pusat sampai dilevel paling rendah; dan sikap proaktif
masyarakat dalam memonitor implementasi program.38
Sebagian besar undang-undang atau peraturan-peraturan
pengendalian alih fungsi lahan pangan belum efektif mengatasi
terjadinya alih fungsi lahan sawah menjadi lahan sawit karena
kendala pelaksanaan kebijakan. Hal ini antara lain karena
kurangnyadukungan data dan minimnya sikap proaktif yang
memadai ke arah pengendalian alih fungsi lahan sawah
tersebut seperti : lemahnya sistem administrasi tanah, kurang
kuatnya koordinasi antar lembaga terkait, belum
memasyarakatnya mekanisme implementasi tata ruang
wilayah, sehingga dampak negatif alih fungsi lahan sawah
tersebut kurang dianggap sebagai persoalan yang perlu
ditangani secara serius dan konsisten. 39
Faktor utama petani melakukan perubahan fungsi sawah
menjadi lahan perkebunan disebabkan faktor harga tanah yang
terus naik, harga komoditi perkebunan yang lebih baik (aspek
akonomi), dan menurunnya kualitas lahan
sawah/produktivitas karena irigasi yang kurang memadai
(aspek teknis). Seperti yang dikemukakan oleh Pakpahan
bahwa banyak faktor yang menyebabkan petani
menglihfungsikan lahan sawah yang dimilikinya. Khusus
untuk sawah, konversi lahan dapat terjadi secara langsung dan
tidak langsung. Konversi secara langsung terjadi akibat
38
Subkhan Riza, Op. Cit.
39
Ibid., hlm 2-4
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 62
keputusan para pemilik lahan yang mengkonversikan lahan
sawah mereka ke penggunaan lain, misalnya untuk industri,
perumahan, prasarana dan sarana atau pertanian lahan
kering. Konversi kategori ini didorong oleh motif ekonomi,
dimana penggunaan lahan setelah dikonversikan memiliki nilai
jual/sewa (land rent) yang lebih tinggi dibandingkan
pemanfaatan lahan untuk sawah. Sementara itu, konversi
tidak langsung terkait dengan makin menurunnya kualitas
lahan sawah atau makin rendahnya peluang dalam
memperoleh pendapatan (income opportunity) dari lahan
tersebut akibat kegiatan tertentu, seperti terisolirnya petak
petak sawah di pingiran perkotaan karena konversi lahan di
sekitarnya. Dalam jangka waktu tertentu, lahan sawah yang
dimaksud akan berubah ke penggunaan nonpertanian atau
digunakan untuk pertanian lahan kering.40
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan
pertanian sebagai berikut:41
a. Peningkatan pertumbuhan penduduk;
b. Peningkatan kebutuhan lahan non pertanian,
seperti sektor industri, perdagangan, dan jasa;
c. Fenomena sawah ‘kejepit’, yaitu keluasan lahan
kecil dan tidak memiliki akses;

40
Ibid., 2-5
41
Gesthi Ika Janti, Edhi Martono, dan Subejo, Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan Guna Memperkokoh Ketahanan Pangan Wilayah (Studi
Di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta), Jurnal Ketahanan
Nasional, Vol. 22, No 1, April 2016: 1-21, hlm 5.
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 63
d. Desakan kebutuhan hidup dan secara ekonomi
nilai land rent lahan bila digunakan untuk sektor
non pertanian lebih tinggi;
e. Tingginya fragmentasi lahan akibat hukum waris;
f. Secara fisik dipengaruhi tipe tanah, klasifi kasi
kelas lereng, jaringan irigasi, dan jarak terhadap
permukiman atau peruntukan lain;
g. Kemarau panjang dan degradasi lingkungan akibat
penggunaan pupuk/pestisida berlebihan serta
pencemaran air irigasi; dan
h. Alokasi anggaran sektor pertanian kecil karena
prioritas pembangunan diutamakan pada sektor
non pertanian.
Revitalisasi pertanian memiliki tiga pilar pengertian, yaitu:
(a) sebagai kesadaran akan pentingnya pertanian; (b) bentuk
rumusan harapan masa depan akan kondisi pertanian yang
lebih baik; serta (c) sebagai kebijakan dan strategi besar
melakukan proses revitalisasi pertanian. Peran revitalisasi
pertanian tidak hanya sebatas membangun kesadaran
pentingnya pertanian semata, tetapi juga terkait dengan
adanya perubahan paradigma pola pikir masyarakat yang
memandang pertanian tidak hanya sekedar bercocok tanam
menghasilkan komoditas untuk dikonsumsi. Sektor pertanian
mempunyai efek pengganda (multiplier efect) yang besar terkait
dengan adanya keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward
and backward linkages) dengan sektor-sektor lainnya, terutama
industri pengolahan dan jasa. Disamping itu, kontribusi sektor

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 64
pertanian harus diartikan secara lebih luas, sebagai suatu
kegiatan penciptaan nilai tambah mulai dari usahatani hingga
makanan yang tersaji di atas meja kita, from farm to table
business.42
Lahirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B)
diharapkan menjadi landasan fundamental bagi pembangunan
sektor pertanian Nasional. Pemerintah Pusat maupun Daerah
dituntut untuk menjamin ketersediaan dan perlindungan lahan
pertanian pangan lahan serta cadangan pertanian pangan
berkelanjutan yang berada baik di dalam maupun diluar
kawasan pertanian pangan. Dengan dijaminnya ketersediaan
dan perlindungan lahan pertanian pangan secara
berkelanjutan ini diharapkan dapat mewujudkan kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan Nasional.
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009,
dilaksanakan dengan terlebih dahulu dengan membuat
perencanaan dan penetapan lahan pertanian pangan
berkelanjutan baik yang berada di dalam maupun di luar
kawasan pertanian pangan. Beberapa pertimbangan dalam
perencanaan yaitu pertumbuhan penduduk dan kebutuhan
konsumsi pangan penduduk, petumbuhan produktivitas,
kebutuhan pangan Nasional serta musyawarah petani. Dengan
pertimbangan tersebut, diharapkan dapat tersusun
perencanaan jangka panjang, menengah dan tahunan. Dalam
penyusunannya, perencanaan nasional menjadi acuan

42
Ahmad Makky Arrozi dan Saptana, Op. Cit, hlm 522
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 65
ditingkat provinsi dan kabupaten/kota serta perencanaan
Provinsi menjadi acuan perencanaan kabupaten/kota.
Sedangkan penetapannya meliputi: Kawasan pertanian pangan
berkelanjutan, lahan pertanian pangan berkelanjutan di dalam
dan di luar kawasan pertanian pangan berkelanjutan, dan
lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan di dalam dan
di luar kawasan pertanian pangan berkelanjutan. Semua hasil
penetapan tersebut, dimuat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP), dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) dan Rencana Tahunan baik nasional melalui
Rencana Kerja Pemerintah (RKP), provinsi, maupun
kabupaten/kota. Pengembangan kawasan dan lahan pertanian
pangan berkelanjutan dapat dilakukan dengan baik
intensifikasi maupun ekstensifikasi. Intensifikasi lahan dapat
dilakukan dengan peningkatan kesuburan tanah, peningkatan
kualitas benih/bibit, diversivikasi tanaman pangan,
pengembangan irigasi, pengembangan teknologi,
pengembangan inovasi, penyuluhan, jaminan akses modal
serta pencegahan dan penanggulangan hama tanaman.
Ekstensifikasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dilakukan
dengan percetakan lahan, penetapan lahan pertanian pangan
menjadi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan pengalihan
fungsi lahan nonpertanian pangan menjadi lahan pangan
berkelanjutan.43
Faktor-faktor yang menentukan jalannya implementasi
kebijakan lahan pertanian berkelanjutan adalah dana, petugas,

43
Ibid., hlm 524-525
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 66
sosialisasi, peraturan pendukung, koordinasi antar instansi,
pemahaman kebijakan, luas lahan sawah, komitmen
pemerintah.44 Perubahan penggunaan lahan adalah hal yang
selalu terjadi akibat meningkatnya jumlah penduduk yang
akan menyebabkan kebutuhan lahan untuk dijadikan lahan
pemukiman maupun untuk aktivitas perekonomian lain juga
meningkat. Lahan yang mengalami konversi penggunaan lahan
biasanya berasal dari lahan pertanian, baik pertanian lahan
basah maupunlahan kering. Oleh sebab itu, pemerintah daerah
kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menginsiasi
pembentukan peraturan daerah ini dengan dalih bahwa
kebijakan pengendalian lahan melalui perlindungan lahan
pertanian pangan berkelanjutan adalah hal yang tidak dapat
ditawar lagi. Hal ini bertujuan untuk memberi daya dukung
dari segi dasar hukum yang akan ditindaklanjuti ke dalam
bentuk kebijakan program terkait.
Secara sosiologis pengaruh masyarakat terhadap tujuan yang
hendak dicapai akan dipengaruhi oleh sikap dan persepsi
masyarakat terhadap hukum. Dimana dalam masyarakat
Indonesia yang saat ini mencapai angka 256 Juta Jiwa 45
dengan jumlah lahan pertanian mencapai 9.8 Juta Ha 46 tidak
bisa memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia baik

44
Dessy Nugraharani dan Engkus Kusnadi Wikarta, Implementasi Kebijakan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Dalam Mengatasi Alih
Fungsi Lahan (Studi di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat), Agric. Sci. J.
– Vol. I (4) : 122-132 (2014), hlm 132
45
www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo.../
wcms_346599.pdf, Di akses Tanggal 24 Juli 2021
46
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/04/luas-lahan-
pertanian-indonesia-2013-2014, Di akses Tanggal 24 Juli 2021
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 67
sandang maupun pangan. Sehingga dengan persoalan tersebut
perlu adanya penegasan hukum terhadap perilaku masyarakat
yang saat ini tidak terlalu memperhatikan penggunaann lahan
khususnya lahan pertanian pangan berkelanjutan. Selain itu
Secara faktual sektor pertanian selama ini dirugikan akibat
perubahan iklim, hama, dan sistem pasar yang tidak berpihak
kepada Petani serta masih minimnya pengetahuan petani
dalam penyelenggaraan pertanian adalah persoalan berat
lainya dimana akan bermuara pada meningkatnya jumlah
kemisikan di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik RI
Pada Maret 2020 sebesar 9,78 persen, meningkat 0,56 persen
poin terhadap September 2019 dan meningkat 0,37 persen
poin terhadap Maret 2019. Jumlah penduduk miskin pada
Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta
orang terhadap September 2019 dan meningkat 1,28 juta
orang terhadap Maret 2019.47
Persoalan mengenai kemiskinan saat ini memang
merupakan persoalan yang harus di tangani secara jelas dan
terstruktur di seluruh bidang termasuk dalam bidang
pertanian. Dalam ruang lingkup pertanian itu sendiri maslah
krusial adalah persoalan Luas lahan pertanian pangan
berkelanjutan (LP2B) yang saat ini terus mengalami
penurunan yang cukup drastis. Oleh karena ini para pendiri
bangsa indonesia telah menetapkan dalam UUD 1945 pasal 33
ayat 3 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
47
Badan Pusat Statistik, Presentase Penduduk Miskin Tahun 2020, di kutip
dalam https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/persentase-
penduduk-miskin-maret-2020-naik-menjadi-9-78-persen.html, Di akses
Tanggal 24 Juli 2021.
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 68
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. pasal 33 ayat 3 UUD 45
dilaksanakan secara konsisten untuk semua jenis sumber
daya alam.  Pasal 33 ayat 3 UUD 45 dengan tegas dan jelas
menyatakan bahwa semua sumber daya alam yang terdapat di
wilayah negara adalah dikuasi oleh negara. Dengan demikian
harus diterapkan suatu sistematika yang secara konsisten
berpegang pada prinsip bahwa (semua jenis) sumber daya
alam adalah dimiiliki dan dikuasai negara. Selanjutnya harus
ada ketentuan jenis sumber daya alam mana yang
kepemilikannya dapat dialihkan oleh negara kepada pihak lain
dan persyaratan apa yang harus dipenuhi oleh pihak yang
menerima pengalihan hak kepemilikan dari negara.
Atas dasar prinsip bahwa negara sebagai pemilik yang
berhak melakukan pengendalian sumber daya alam. Dalam
penerapanya penggunaan sumber daya alam ini negara
membagi menjadi dua bagian yang pertama adalah:
(1). sumber daya alam yang kepemilikannya oleh negara dapat
dialihkan dari negara kepada pihak lain, termasuk perorangan
atau perusahaan. Selanjutnya hak kepemilikan juga dapat
dialihkan dari satu pihak ke pihak lain. Sebagai contoh adalah
kepemilikan tanah dalam rangka mengolah hasil tambang
seperti emas dan minyak bumi. (2) sumber daya alam yang
kepemilikannya oleh negara tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain. Pengertian tidak dialokasikan adalah bahwa
sumber daya alam katagori ini merupakan sumber daya alam
yang digunakan atau menjadi kepentingan banyak orang atau

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 69
kepentingan umum. Sebagai contoh adalah udara, air sungai,
sungai dan bantaran sungai, gunung, danau, pesisir, lautan
dan sebagainya. Karena penggunaannya hanya untuk publik.
Menindak lanjuti perintah Konstitusi tersebut serta
berkaitan dengan syarat sosiologis, Robert Seidman dan Ann
Seidman, mengatakan kelemahan utama dalam suatu
peraturan perundang-undangan dewasa ini yaitu
kegagalannya mengungkap dengan jelas hubungan sebab
akibat antara Undang-Undang (norma-norma hukum) dengan
kenyataan sosial dan pembangunan. Dengan demikian syarat
ini menekankan pada adanya relasi antara kebijakan yang
dibuat dan kenyataan di masyarakat 48. Dimana dalam analisis
sosiologi, lahan dianggap sumber daya yang mempengaruhi
baik membentuk maupun merubah struktur sosial dan kultur
petani. Dalam konteks ini, biasanya analisis akan mencakup,
seberapa besar terjadi pergeseran struktur sosial petani, dan
dampak apa saja yang ditimbulkan, unsur-unsur kebudayaan
petani apa saja yang mengalami perubahan, dan dampak apa
saja yang ditimbulkan49. Berdasarkan dari hal tersebut maka
dibentuklah Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan yang bertujuan
untuk menjabarkan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3.
Kehadiran UU No 41 Tahun 2009 tentang perlindungan
lahan pertanian Pangan Berkelanjutan ini bertujuan untuk
pembangunan jangka panjang dimana aspek ekologi
48
Ann Seidman dan Robert Seidman, Penyusunan RUU Dalam Perubahan
Masyarakat Yang Demokratis, Elips, Jakarta, 2002, hlm 30.
49
Doddy S. Singgih, “Metode Analisis Fungsi Lahan,” Masyarakat Kebudayaan
dan Politik, Th XII, No 3, Juli 1999, hal. 6
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 70
(lingkungan) dapat meminimalisir dampak kerusakan
lingkungan, dan sumberdaya dapat dimanfaatkan tidak hanya
untuk saat ini tetapi juga dimasa yang akan datang itu UU
dimaksud mewajibkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
melakukan kewajibannya untuk mensejahterakan rakyat
melalui perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan
termasuk dengan merumuskan insentif dan disinsentif dalam
bentuk pembentukan instrumen hukum; dan 3) Pemerintah
Daerah dalam perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan perlu menetapkan kebijakan perlindungan
lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam Peraturan
daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya
diderivasi ke dalam Peraturan daerah tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan agar alih fungsi lahan
dapat dicegah dan lahan pertanian pangan dapat
dikembangkan menjadi lahan pertanian abadi untuk
mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan.
Dalam pelaksanaan UU mengenai ketahanan pangan ini
yang nantinya akan dijabarkan kedalam Peraturan Daerah
terkata LP2B tidak akan bertentangan dengan keadaan sosial
masyarakat sehingga dengan sendirinya peraturan tersebut
akan diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah
serta masyarakat pada umunya dan petani khususnya.
Sehingga itu dalam UU Nomor 41 Tahun 2009 Tentang LP2B
pada Pasal 61 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
melindungi dan memberdayakan petani, kelompok petani,
koperasi petani, serta asosiasi petani. Serta pada BAB XIII

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 71
tentang peran serta masyarakat yang teridiri dari pasal 67, 68
hingga 69, pemerintah memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada masyarakat untuk ikut serta dalam
pengendalian dan pengelolaan LP2B.
C. Landasan Yuridis
Pada landasan yuridis ini, dimaksud adalah peninjaun
mengenai penerapan UU yang berlaku dan terkait dengan LP2B
berdasarkan UUD 1945 pasal 18 ayat 6 yakni   Pemerintahan
daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan. Yang dijabarkan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-
Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, adapun yang menjadi hirarki Peraturan
perundang-undangan adalah Undang-Undang Dasar, TAP MPR,
Undang-Undang/Perppu, PP, Perpres, Perda Provinsi dan Perda
Kabupaten/Kota. Sehingga Peraturan daerah mengenai LP2B
sesuai asas lex superior derogat legi inferior.
1) Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945.
Secara tegas dalam Pasal 18 ayat (6) UUD 1945
dijelaskan bahwa pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan. Ketentuan ini merupakan
landasan hukum konstitusional bagi pembentukan
Peraturan Daerah.
2) Undang-Undang No 27 Tahun 2006 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (Lembaran Negara

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 72
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725)
Ketentuan Pasal 48 Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
3) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5068)
Padal pasal 1 ayat 3 menjelaskn bahwa Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan
pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan
pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan nasional.
4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234)
Ketentuan Pasal 14 menjelaskan bahwa Materi
muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 73
dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
5) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5360)
Secara jelas dalam pasa 1 ayat 1 menjelaskan bahwa
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman yang
diperkuat dengan penjelasan mengenai ketahanan
pangan
6) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
Ketentuan Pasal 237 UU No 23 Tahun 2014
menyebutkan bahwa: asas pembentukan dan materi
muatan Perda berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan dan asas hukum yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat sepanjang tidak

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 74
bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
7) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011
tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5185)
Pasal 1 ayat 3 Permen No 1 Tahun 2011 Tentang
Penetepan Alih Fungsi Lahan Pertanian menjelaskan
bahwa Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah
bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk
dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna
menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian,
ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
8) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012
tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5279)
Pada peraturan ini penjelasan mengenai insentif
perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
30 Tahun 2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5288)

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 75
Dituangkan Pasal 1 Ayat (1) Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan
proses dalam merencanakan dan menetapkan,
mengembangkan, memanfaatkan, membina,
mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian
pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.
10) Peraturan Menteri Pertanian nomor:
07/Permentan/Ot.140/2/2012 tentang pedoman
Teknis Kriteria Dan Persyaratan Kawasan, Lahan,
Dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Berita Negara Republik Indonesia
Nomor. 205, Tahun 2012)
Pasal 1 Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan
Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan seperti tercantum pada
Lampiran sebagai bagiantidak terpisahkan dengan
Peraturan ini.Pasal 2Pedoman Teknis Kriteria dan
Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan
CadanganPertanian Pangan Berkelanjutan.
11) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Penetapan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Pada Wilayah Yang
Belum Terbentuk Rencana Tata Ruang Wilayah
(Berita Negara Republik Indonesia Nomor.727,
Tahun 2016)
Pasal (3) ayat (1) Perlindungan Lahan Pertanian

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 76
Pangan Berkelanjutan dilakukan dengan penetapan:
a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan a. Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan c. Lahan
Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 77
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan Yang Akan Diwujudkan


Jangkauan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan diharapkan dapat
mewujudkan Perlindungan dan Pemberdayaan Petani adalah
mensejahterakan kehidupan petani
Arah pengaturan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, yaitu perlindungan
kepada petani, Mewujudkan ketahanan pangan,
Memberdayakan petani dan Meningkatkan jumlah petani dan
lahan pertanian..
B. Ruang Lingkup Materi Muatan
Materi muatan yang hendak dituangkan dalam
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan, merupakan penormaan dari jangkauan dan
arah pengaturan yang telah ditentukan untuk menentukan
luasnya pengaturan norma dalam Rancangan Peraturan
Daerah dimaksud. Oleh karena itu, dapat diuraikan materi
muatan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan Tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 78
Pangan Berkelanjutan, sebagai berikut:
1. Ketentuan Umum
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan.
4. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Utara.
5. Bupati adalah Bupati Bolaang Mongondow Selatan.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah
dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah.
8. Dinas Pertanian dan Pangan yang selanjutnya disebut
Dinas adalah Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan.
9. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi
sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 79
segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya
seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang
terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia.
10. Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan
untuk usaha pertanian.
11. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang
lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan
pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan Daerah.
12. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah
lahan potensial yang dilindungi pemanfaatannya agar
kesesuaian dan ketersediaannya tetap terkendali untuk
dimanfaatkan sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan pada masa yang akan datang.
13. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
adalah sistem dan proses dalam merencanakan dan
menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan
membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian
pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.
14. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber
daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
15. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah
budidaya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 80
memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan
Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur
penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan Daerah
dan Nasional.
16. Pertanian Pangan adalah usaha manusia untuk mengelola
lahan dan agro ekosistem dengan bantuan teknologi,
modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mencapai
kedaulatan dan ketahanan pangan serta kesejahteraan
rakyat.
17. Kemandirian Pangan adalah kemampuan produksi pangan
dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan
pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan
pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam
jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau,
yang didukung oleh sumber pangan yang beragam sesuai
dengan keragaman lokal.
18. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
merata, dan terjangkau.
19. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang
secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya,
yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta
memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 81
sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi
sumber daya lokal.
20. Petani Pangan, yang selanjutnya disebut Petani adalah
setiap Warga Negara Indonesia beserta keluarganya yang
mengusahakan lahan untuk komoditas pangan pokok di
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
21. Pangan Pokok adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati, baik nabati maupun hewani, yang
diperuntukkan sebagai makanan utama bagi konsumsi
manusia.
22. Intensifikasi lahan pertanian adalah kegiatan
pengembangan produksi pertanian dengan menerapkan
teknologi tepat guna, menggunakan sarana produksi
bermutu dalam jumlah dan waktu yang tepat.
23. Ekstensifikasi lahan pertanian adalah peningkatan
produksi dengan perluasan areal usaha dan
memanfaatkan lahan yang belum diusahakan.
24. Diversifikasi pertanian adalah usaha penganekaragaman
usaha tani (diversifikasi horizontal) dan
penganekaragaman usaha dalam penanganan satu
komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan
pasca panen, pengolahan dan pemasaran (diversifikasi
vertikal).
25. Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah
perubahan fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
menjadi bukan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
baik secara tetap maupun sementara.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 82
26. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian.
27. Tanah Telantar adalah tanah yang sudah diberikan hak
oleh Negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Pengelolaan, atau dasar
penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan
keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau
dasar penguasaannya.
28. Lahan Marginal adalah lahan yang miskin hara dan air
yang tidak mencukupi kesuburan tanah dan tanaman
seperti tanah kapur/karst dan tanah pasir.
29. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya
disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan Daerah
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan untuk periode 1
(satu) tahun.
30. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang
selanjutnya disingkat Bappeda adalah Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan.
31. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan
mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan
tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.
2. Tujuan Dan Prinsip

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 83
Peraturan Daerah ini bertujuan untuk:
a. mewujudkan tingkat kecukupan Pangan Pokok Tertentu
dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan
kebutuhan masyarakat;
b. mempermudah dan meningkatkan akses Pangan bagi
masyarakat yang mengalami darurat dan krisis pangan
akibat bencana alam dan bencana sosial; dan
c. menyediakan Bantuan Pangan untuk masyarakat rawan
Pangan, masyarakat miskin dan/atau daerah lain yang
membutuhkan
Penyelenggaraan cadangan pangan daerah berdasar prinsip:
a. kedaulatan;
b. kemandirian;
c. ketahanan;
d. keamanan;
e. kesejahteraan;
f. manfaat;
g. pemerataan;
h. berkelanjutan;
i. keadilan; dan
j. ketepatan
3. Penyelenggaraan Cadangan Pangan
Penyelenggaraan Cadangan Pangan dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten; dan Pemerintah Desa yang
meliputi: pengadaan, pengelolaan dan penyaluran.
4. Perencanaan Dan Penetapan
Perencanaan di lakukan sebagai berikut:

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 84
a. Setiap Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Daerah dilakukan berdasarkan
perencanaan.
b. Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun rencana
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
c. Bupati menugaskan Dinas untuk menyusun rencana
d. Perencanaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dilakukan pada :
a) Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
b) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan
c) Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
e. Rencana Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dimuat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD).
Sedangkan penetapan di lakukan sebagai berikut:
a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
b. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan
c. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
5. Pengembangan
Pengembangan kawasan dan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di lakukan oleh pemerintah daerah, masyarakat
dan korporasi yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Daerah dan Rencana Rinci Tata Ruang Daerah
yang meliputi intensifikasi dan ektensifikasi.
6. Penelitian

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 85
Penelitian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan meliputi:
a. pengembangan penganekaragaman pangan;
b. identifikasi dan pemetaan kesesuaian lahan;
c. pemetaan zonasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
d. inovasi pertanian;
e. fungsi agroklimatologi dan hidrologi;
f. fungsi ekosistem; dan
g. sosial budaya dan kearifan lokal
7. Pemanfaatan
Pemanfaatan lahan pertanian pangan berkelanjutan di
arahkan pada aspek perlindungan dan pelestarian yang
meliputi pada:
a. memanfaatkan tanah sesuai peruntukan; dan
b. mencegah kerusakan irigasi
c. menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah;
d. mencegah kerusakan lahan; dan
e. memelihara kelestarian lingkungan
8. Pembinaan
Pembinaan lahan pertanian pangan berkelanjutan meliputi:
a. koordinasi perlindungan;
b. sosialisasi Peraturan Perundang-undangan;
c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi;
d. pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat;
e. penyebarluasan informasi Kawasan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;dan/atau
f. peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat
9. Pengendalian

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 86
Pengendalian Lahan Pertanian Pangan melalui:
a. insentif;
b. disinsentif;
c. perizinan;
d. proteksi; dan
e. penyuluhan
10. Alih Fungsi
Alih Fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan meliputi:
a. Pemerintah Daerah melindungi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang telah ditetapkan.
b. Luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
dialihfungsikan.
Dalam hal pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan
terjadi bencana, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dapat
dialihfungsikan.
11. Sistem Informasi
Adapun yang menjadi sistem dan data informasi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan meliputi:
a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
b. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
c. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
d. Tanah Telantar dan Subyek Haknya
e. fisik alamiah;
f. fisik buatan;
g. kondisi sumber daya manusia dan sosial ekonomi;
h. status kepemilikan dan/atau penguasaan;

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 87
i. luas dan lokasi lahan; dan
j. jenis komoditas tertentu yang bersifat pangan pokok
12. Pengawasan
Pengawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan
terhadap:
a. perencanaan dan penetapan;
b. pengembangan;
c. pemanfaatan;
d. pembinaan; dan
e. pengendalian.
Pengawasan sendiri meliputi: pelaporan, pemantaun dan
evaluasi.
13. Pembiyaan
Pembiayaan perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah; dan/ atau sumber lain yang sah dan tidak
mengikat.
14. Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat di arahkan pada perlindungan lahan
pertanian pangan berkelanjutan yang meliputi:
a. perencanaan;
b. pengembangan;
c. penelitian;
d. pengawasan;
e. pemberdayaan petani; dan/atau
f. pembiayaan
15. Sanksi Administratif

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 88
Sanksi Administratif terdiri dari:
a. teguran tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian tetap kegiatan;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan sementara izin;
f. pencabutan tetap izin;
g. penghentian sementara pelayanan umum;
h. pembongkaran bangunan;
i. pencabutan insentif; dan/atau
j. denda administratif
16. Ketentuan Pidana
Ketentuan pidana bagi pelanggar yaitu dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana
denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
17. Ketentuan Penutup
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus sudah
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah
ini diundangkan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 89
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan sebelumnya, maka
yang menjadi simpulan dalam Naskah Akademik Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
adalah :
1. Laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang
pesat memerlukan lahan-lahan baru sehingga
menimbulkan kompetisi penggunaan lahan dan alih
fungsi lahan pertanian pangan ke non pertanian pangan
yang dapat mengancam ketahanan dan kemandirian
pangan. Pemerintah Daerah wajib melakukan
perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
dalam rangka dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan demi terjamin hak
atas pangan bagi masyarakat. Guna melindungi lahan
pertanian pangan dari alih fungsi lahan serta guna
melaksanakan ketentuan UndangUndang Nomor 41
Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 90
Pangan Berkelanjutan perlu diatur perlindungan dan
penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
dalam suatu peraturan daerah.
2. landasan filososfis pembentukan Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan adalah untuk penyediaan lahan
pertanian pangan yang berkelanjutan, sebagai
sumber pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan dengan mengedepankan prinsip
kebersamaan, eisiesi, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan dan menjaga keseimbangan
unsur yahati hingga daya dukung lingkungan.
Sementara, landasan sosiologis yaitu, pertumbuhan
jumlah penduduk dan persoalan mengenai kemiskinan
saat ini menjadi persoalan yang harus di tangani secara
jelas dan terstruktur di seluruh bidang termasuk dalam
bidang pertanian. Dalam ruang lingkup pertanian itu
sendiri maslah krusial adalah persoalan Luas lahan
pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) yang saat ini
terus mengalami penurunan yang cukup drastis.
Selanjutnya, landasan yuridis adalah berbagai
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
3. Jangkauan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, diharapkan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 91
dapat menjangkau segala urusan bidang
penyelenggaraan pemerintahan, khususnya bidang
pertanian yang mencakup: tugas, wewenang,
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pemantauan,
evaluasi, koordinasi, kerjasama, partisipasi masyarakat,
pembinaan, dan pendanaan. Sedangkan sasaran yang
akan diwujudkan yaitu: yaitu perlindungan kepada
petani, Mewujudkan ketahanan pangan,
Memberdayakan petani dan Meningkatkan jumlah
petani dan lahan pertanian. Adapun ruang lingkup
materi muatan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
yakni ketentuan umum, materi pokok yang diatur, dan
ketentuan penutup.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka
saran dalam Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ini adalah :
1. Perlu adanya peraturan daerah tentang Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagai dasar
hukum atau payung hukum bagi pemerintah daerah
dalam memberikan kebijakan pemerintah daerah yang
responsif terhadap Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 92
2. Perlu pelibatan masyarakat dan unsur terkait dalam
pembahasan tentang pembentukan peraturan daerah
yang akan menjadi dasar hukum bagi daerah kedepan
dalam konteks Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
3. Apabila telah dibentuknya peraturan daerah tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,
maka sebaiknya peraturan daerah tersebut
ditindaklanjuti dengan pembentukan peraturan bupati
yang akan mengatur secara lebih teknis.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 93
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ann Seidman dan Robert Seidman, Penyusunan RUU Dalam
Perubahan Masyarakat Yang Demokratis, Elips, Jakarta,
2002

Doddy S. Singgih, “Metode Analisis Fungsi Lahan,” Masyarakat


Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3, Juli 1999

I Ketut Sudiarta et.al, Laporan Penelitian Naskah Akademik


Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan,
kerjasama DPRD Kabupaten Tabanan dengan Fakultas
Hukum Universitas Udayana, Bali, 2015

Las, I dkk, “Isu Dan Pengelolaan Lingkungan Dalam Revitalisasi


Pertanian”, Jurnal Litbang Pertanian, 25(3), 2006

Maria SW Sumarjono, Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial


dan Budaya, Kompas Gramedia, Jakarta, 2008

Meirina Rokhmah, Potensi dan Kendala Kebijakan Perlindungan


Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten
Demak, Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, 2012, hlm
162. Lihat Juga Dwijowijoto Riant Nugroho, Kebijakan
Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2003

Marsono, Susunan Suatu Naskah UUD 1945 Dengan Perubahan-


Perubahanya 1999-2002. (Jakarta: Cv Eka Jaya, 2003)

Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum,


(Jakarta: kencana, 2013)

Person dalam Subkhan Riza, Kegagalan Perlindungan Lahan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 94
Pertanian Pangan di Provinsi Riau, Prosiding Seminar
Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27
September 2014

Retno Kusniati, Analisis Perlindungan Hukum Penetapan Lahan


Pertanian Pangan Berkelanjutan, Jambi,

Rizaldi Eki Santoso, “Pemanfatan Tanah Bekas Kawasan Hutan


Untuk Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan”, Jurnal
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2014

Rustiadi, E. dan W. Reti, Urgensi Lahan Pertanian Pangan Abadi


dalam Perspektif Ketahanan Pangan, dalam Arsyad,S dan E.
Rustiadi (Ed), Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan,
Jakarta : Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia, 2008

Tim Penyusun, Analisis dan Evaluasi Hukum dalam rangka


Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tahun
2017, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementrian
Hukum dan HAM RI

Yuwono, T, “Membangun Kedaulatan Pangan, Membangun


Kedaulatan Bangsa”, Dalam T. Yuwono (ed), “Pembangunan
Pertanian: Membangun Kedaulatan Pangan”, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2011

Yuwono, T, Pembangunan Pertanian Membangun Ideologi Pangan


Nasional, Yogyakarta: Lily Publisher, 2019

Jurnal

Afwit Freastoni dan Sirajuddin, Politik Hukum Perlindungan


Lahan Pertanian dan Hak Asasi Petani sebagai Instrumen
Mewujudkan Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Indonesia,
Jurnal Konstitusi, Vol. III, No. 2, November 2010

Dessy Nugraharani dan Engkus Kusnadi Wikarta, Implementasi


Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan (Studi di
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat), Agric. Sci. J. –
Vol. I (4) : 122-132 (2014)
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 95
Gesthi Ika Janti, Edhi Martono, dan Subejo, Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Guna Memperkokoh
Ketahanan Pangan Wilayah (Studi Di Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta), Jurnal Ketahanan Nasional,
Vol. 22, No 1, April 2016: 1-21

Iqbal Muhammad dan Sumaryanto, Strategi Pengendalian


Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi
Masyarakat. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 5,
No. 2, 2007
Wiwik Widayati, “Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kabupaten Demak”, Jurnal Ilmiah Ilmu
Pemerintahan, Vol 1, No. 1, Maret 2015

Internet

Ahmad Makky Arrozi dan Saptana, “Implementasi Undang-Undang


Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(PLP2B) Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Di Provinsi
Banten”, Jurnal Online,
https://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_
D3_Ahmad%20Makky.pdf

Badan Pusat Statistik, Presentase Penduduk Miskin Tahun 2020,


https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/per
sentase-penduduk-miskin-maret-2020-naik-menjadi-9-78-
persen.html

Baskoro, “Tantangan Konservasi Lahan Pertanian”,


https://grobogan.go.id/pendidikan/583-pembangunan-
pendidikan-kabupaten-grobogan-tahun-2011

https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/895

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/04/luas-
lahan-pertanian-indonesia-2013-2014

www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/
@ilo.../wcms_346599.pdf

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 96
Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 97

Anda mungkin juga menyukai