Anda di halaman 1dari 64

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH


TENTANG HYMNE DAN MARS
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
SELATAN

KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW


SELATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang


Maha Esa, karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Hymne dan
Mars Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dapat diselesaikan dengan
baik.
Penyusunan Naskah Akademik ini dilakukan untuk memberikan
pembenaran secara akademis dan sebagai landasan pemikiran atas
materi pokok Rancangan Peraturan Daerah dimaksud. Didasarkan pada
hasil kajian dan diskusi terhadap substansi materi muatan yang terdapat
diberbagai peraturan perundang-undangan, serta kebutuhan hukum
masyarakat akan pengaturan Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan, adapun penyusunannya dilakukan berdasarkan
pengolahan dari hasil eksplorasi studi kepustakaan, pendalaman berupa
tanya jawab atas materi secara komprehensif dengan stakeholder serta
diskusi internal tim yang dilakukan secara intensif.
Harapan kami, kajian ini dapat menjadi bahan pertimbangan yang
obyektif, ilmiah, dan rasional dalam menetapkan Rancangan Peraturan
Daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan.

Bolaang Uki, Juli 2021

Tim Penyusun,

Vd
i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …….....………………………………………… i

KATA PENGANTAR ............................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan ................................... 7

D. Metodologi .......................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS ............ 10

A. Kajian Teoritis .............................................. 10

B. Kajian Asas-asas Penyusunan Perda.........................39

C. Kajian Terhadap Praktek Penyelenggaraan,

Kondisi Eksisting dan Permasalahan………………... 45

D. Kajian Implikasi Penerapan Peraturan Daerah ……..51

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN TERKAIT .......................................... 55

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS . 64

A. Landasan Filosofis .......................................... 64

B. Landasan Sosiologis ....................................... 71

C. Landasan Yuridis ............................................. 74

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG

LINGKUP MATERI MUATAN .................................... 81


gg
iii
A. Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Sasaran Yang

Akan Diwujudkan ............................................ 81

B. Ruang Lingkup Materi Muatan ........................ 82

BAB VI PENUTUP ........................................................... 100

A. Simpulan ...................................................... 100

B. Saran ........................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA:

LAMPIRAN: RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG HYMNE

DAN MARS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

SELATAN

gg
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks ratusan kekayaan budaya dan kearifan

lokal daerah yang terdapat di Indonesia perlu dilihat sebagai aset

negara berkat pemahaman akan lingkungan alamnya, tradisinya,

serta potensi-potensi budaya yang dimilikinya, yang

keseluruhannya perlu dapat didayagunakan bagi pembangunan

nasional.

Banyak wacana mengenai bangsa Indonesia mengacu

kepada ciri pluralistik bangsa kita, serta mengenai pentingnya

pemahaman tentang masyarakat Indonesia sebagai masyarakat

yang multikultural. Intinya adalah menekankan pada pentingnya

memberikan kesempatan bagi berkembangnya masyarakat

multikultural itu, yang masing-masing harus diakui haknya

untuk mengembangkan dirinya melalui kebudayaan mereka di

tanah asal leluhur mereka. Hal ini juga berarti bahwa

masyarakat multikultural harus memperoleh kesempatan yang

baik untuk menjaga dan mengembangkan kearifan budaya lokal

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 1
mereka ke arah kualitas dan pendayagunaan yang lebih baik. 1

Kelangsungan dan berkembangnya kebudayaan lokal perlu

dijaga dan dihindarkan dari hambatan. Unsur-unsur budaya

lokal yang bermanfaat bagi diri sendiri bahkan perlu

dikembangkan lebih lanjut agar dapat menjadi bagian dari

kebudayaan bangsa, memperkaya unsur-unsur kebudayaan

nasional. Meskipun demikian, sebagai kaum profesional

Indonesia, misi utama kita adalah mentransformasikan

kenyataan multikultural sebagai aset dan sumber kekuatan

bangsa, menjadikannya suatu sinergi nasional, memperkukuh

gerak konvergensi, keanekaragaman.

Oleh karena itu, walaupun masyarakat multikultural

harus dihargai potensi dan haknya untuk mengembangkan diri

sebagai pendukung kebudayaannya di atas tanah kelahiran

leluhurnya, namun pada saat yang sama, mereka juga harus

tetap diberi ruang dan kesempatan untuk mampu melihat

dirinya, serta dilihat oleh masyarakat lainnya yang sama-sama

1
Lihat kumpulan tulisan dalam Aryo Danusiri dan Wasmi Alhaziri, ed.,
Pendidikan Memang Multikultural: Beberapa Gagasan, Jakarta: SET, 2002; dan
Forum Rektor Indonesia Simpul Jawa Timur, Hidup Berbangsa dan Etika
Multikultural. Surabaya: Penerbit Forum Rektor Simpul Jawa Timur Universitas
Surabaya, 2003, hlm. 14.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 2
merupakan warganegara Indonesia, sebagai bagian dari bangsa

Indonesia, dan tanah leluhurnya termasuk sebagai bagian dari

tanah air Indonesia. Dengan demikian, membangun dirinya,

membangun tanah leluhurnya, berarti juga membangun bangsa

dan tanah air tanpa merasakannya sebagai beban, namun

karena ikatan kebersamaan dan saling bekerjasama

Salah satunya adalah mengembangkan musik 2 dengan ciri

khas daerah yaitu hymne dan mars. Dalam hal ini ada pepatah

mengatakan “Tanpa musik, dunia seperti sayur tanpa garam”.

Musik sudah menjadi salah satu unsur dalam mengisi

kehidupan manusia. Oleh sebagian masyarakat musik telah

menjadi pilihan untuk dapat menunjang kehidupan terutama

dari segi ekonomi. Musik pun telah memberikan kontribusi yang

jelas bagi negara. Seperti lagu kebangsaan negara kita yaitu lagu
2
Sebagai pijakan dalam penulisan karya seni berangkat dari teori yang ,
dinyatakan oleh Liang Gie bahwa "Seni yang sejati terletak pada karya seni yang
rill". Maksudnya kesenian yang sebenarnya adalah karya dari seni itu sendiri.
Oleh karena itu berkesenian yang ideal merupakan kegiatan pratikum dan
eksperimental; yang merupakan sebuah gambaran "berbuat" dalam
berkesenian, sedangkan eksperimental lebih dekat ke notasinya kepada
kreativitas. Kesenian kususnya musik sangat dekat hubungannya dengan
permasaalahan yang menyangkut emosional dan pesan terhadap khalayak yang
menjadikan lagu sebagai pembawa pesan pribadi atau kelompok, yang jelas
merupakan sebuah implementasi lagu terhadap keberadaan simbol identitas
suatu kelompok yang dapat dilihat misalnya dari keberadaan musik yang
menjadi segmen penting identitas sebuah daerah. Lihat, Erfan Lubis, Laporan
Karya Seni Penciptaan Lagu Mars Unp (Universitas Negeri Padang), Fakultas
Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang, 2009, hlm. 2

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 3
Indonesia Raya yang diciptakan oleh W.R Supratman sebagai

pencipta lagu kebangsaan mempunyai peranan penting bagi

Negara Indonesia.3

Unsur pembangun kebudayaan dan peradaban salah satu

ialah musik. Musik sebagai salah satu yang ada di dalam unsur

budaya tentu mempunyai sumbangsih besar terhadap kemajuan

peradabannya sebuah bangsa. Dalam menilai suatu bangsa

apakah menemui suatu kemajuan atau tidak ialah dari terdapat

atau tidaknya suatu apresisasi yang tinggi terhadap musik dan

ada atau tidaknya hasil karya cipta musik yang baik. Waktu

terus berlalu banyak hal yang berubah dan mengalami suatu

perkembangan, musik menjadi salah satu hal yang mengalami

suatu perkembangan.4

Musik sendiri mempunyai banyak karakteristik salah

satunya sebagai penegasan suatu identitas daerah. Dalam

menyelenggarakan otonomi Daerah, Pemerintah Daerah

3
Enteng Tanamal, “Pencipta Lagu Beserta Karya Cipta Lagunya Dan Collecting
Society ” Makalah disampaikan pada Simposium Perlindungan Hak Cipta Dalam
Karya Musik Dan Peran Lembaga Kolekting Pada Era Digital Di Indonesia,
Jakarta, 12 April 2007. Hlm. 1
4
Gio Arjuna Putra dan Nyoman Mas Aryani, “Problematika Pembentukan Ruu
Permusikan”, Artikel dalam Program Kekhususan Hukum Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Udayana, 2020, hlm. 2

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 4
mempunyai kewajiban antara lain melindungi masyarakat,

menjaga persatuan, kesatuan, kerukunan nasional, dan

melestarikan nilai sosial budaya masyarakat daerah antara lain

direfleksikan dalam hymne dan mars daerah sebagai tanda

identitas daerah, hymne dan mars sendiri menggambarkan,

harapan masyarakat daerah dan semboyan yang melukiskan

semangat untuk mewujudkan harapan dimaksud.

Hymne dan mars sendiri berfungsi sebagai pemupukan

dan penanaman rasa kebanggaan kepada daerah dalam

kaitannya dengan kebanggaan berbangsa dan bernegara

dipandang perlu untuk menyatakan rasa puji dan syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang dilandasi dengan semangat juang

yang tidak kenal menyerah untuk membangun daerah. Hal

tersebut diapresiasikan dalam bentuk Hymne. yang diperlukan

sebagai upaya untuk mendorong persatuan dan kesatuan,

sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik dan lancar.5

Hymne dan mars sendiri sebagai salah satu penegasan

identitas daerah di tempatkan bukan hanya digunakan dalam

5
Penjelasan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor 9
Tahun 2012 Tentang Hymne Dan Mars Kabupaten Tulang Bawang Barat, hlm.
1

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 5
acara-acara seremonial tetapi lebih dari pada itu hymne dan

mars di tempatkan dan di tegaskan sebagai salah satu unsur

penting untuk memperkuat persatuan, identitas dan kearifan

lokal suatu daerah.

Berdasarkan hal itu Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan sebagai salah satu daerah yang memiliki ciri khas dan

kearifan lokal yang unik perlu untuk menegaskan dan mengatur

tentang hymne Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dalam

suatu peraturan daerah yang nantinya menjadi dasar hukum

penggunaan Hymne Dan Mars di Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka untuk

lebih memfokuskan pembahasan dalam Naskah Akademik

Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan ini,maka perlu dilakukan batasan masalah.

Adapun batasan masalah yang dirumuskan dalam Naskah

Akademik peraturan ini adalah :

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 6
a. Apa saja urgensi pembentukan Rancangan Peraturan

Daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan?

b. Mengapa perlu membentuk Rancangan Peraturan Daerah

tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan?

c. Apa yang menjadi pertimbangan dan landasan

filosofis,sosiologis, dan yuridis pembentukan Rancangan

Peraturan Daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan?

d. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan dan jangkauan dan arah pengaturan

Rancangan Peraturan Daerah tentang Hymne dan Mars

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan?

C. Tujuan dan Kegunaan

a. Mengidentifikasi urgensi pembentukan Rancangan

Peraturan Daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 7
b. Merumuskan alasan pembentukan Rancangan Peraturan

Daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan.

c. Merumuskan pertimbagan dan landasan filosofis,

sosiologis dan yuridis pembentukan Rancangan

Peraturan Daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan.

d. Merumuskan sasaran, ruang lingkup pengaturan,

jangkauan dan arah pengaturan Rancangan Peraturan

Daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan.

D. Metodologi

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

yuridis normatif adalah sebuah penelitian hukum yang

menitikberatkan pada kajian aspek teoritis baik berupa asas,

norma atau aturan hukum, doktrin dan dogma hukum. Penelitian

ini akan menitikberatkan pada kajian aspek asas, norma hukum

yang berkaitan dengan Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan. Untuk menguraikan secara komprehensif

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 8
kajian terhadap ranperda Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan, maka digunakan beberapa pendekatan di

antaranya Pendekatan Hukum, Pendekatan Kasus (case

approach), Pendekatan Konseptual (conseptual approach).

Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan

Daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan dilakukan teknik pengumpulan data dengan 2 (Dua) cara,

yaitu studi literatur dan pengumpulan data lapangan yang

selanjutnya dilakukan analisis data. Di samping itu, untuk

menyempurnakan naskah akademik, tentunya perlu dilakukan

sharing informasi atau diskusi non formal dengan pihak-pihak

yang terkait (stake holder) di Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan yang bertujuan untuk menjaring informasi maupun

masukan dalam rangka penyempurnaan naskah akademik dan

rancangan peraturan daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 9
BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis

1. Konsep Otonomi Daerah

Istilah otonomi secara etimologi berasal dari dua penggalan

kata bahasa Yunani yakni, autos yang berarti sendiri, dan nomos

yang berarti undangundang. Otonomi bermakna membuat

perundang-undangan sendiri (zelfwetgeving), namun dalam

perkembangannya, konsepsi otonomi daerah selain mengandung

arti zelfwetgeving (membuat peraturan daerah), juga utamanya

mencakup zelfbestuur (pemerintahan sendiri).6

Menurut Widjaja menyebutkan otonomi daerah adalah

kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

6
Ni’matul Huda, Problematika Pembatalan Peraturan Daerah, FH UII Press,
Yogyakarta, 2010, hlm. 44.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 10
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah

tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.7 Otonomi daerah merupakan bagian sistem politik yang

diharapkan memberi peluang bagi warga negara untuk lebih

mampu menyumbangkan daya kreatifitasnya.8

Selanjutnya penjelasan mengenai otonomi daerah menurut

UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yaitu

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan

Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perubahan kedua Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945

menyebutkan antara lain bahwa Negara Kesatuan Republik


7
H.A.W.Widjaja. 2002. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonomi. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada. 2002. Hal. 76
8
Andi Malarangeng. Otonomi Daerah Perpektif Teoritis dan Praktis. Malang:
BRIGAF Publising. 2001. Hal. 5

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 11
Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi

itu dibagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota, yang masing-

masing mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan

undang-undang. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 18

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tersebut maka sistem

pemerintahan di Indonesia mengenal adanya pemerintah pusat

dan pemerintah daerah.

Pembentukan pemerintah daerah sesuai dengan amanat

Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, telah melahirkan berbagai produk undang-undang dan

peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang

Pemerintahan Daerah, antara lain Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1945, UndangUndang Nomor 22 Tahun 1948, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1957, Undang-Undang Nomor 18 Tahun

1965, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, dan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004. Undang-undang tersebut telah dicabut

dan dinyatakan sudah tidak berlaku lagi karena sudah tidak

sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan

tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah sehingga diganti

dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 12
Pemerintahan Daerah. Ketentuan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 menjelaskan asas otonomi daerah ada 3 (tiga) yaitu

desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Adapaun

pengertiannya secara rinci sebagai berikut:9

a. Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan

oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom

berdasarkan Asas Otonomi.

b. Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah

Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat,

kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau

kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai

penanggung jawab urusan pemerintahan umum.

c. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah

Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan

sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah

Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk

9
Lihat BAB I Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
pemerintahan daerah

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 13
melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang

menjadi kewenangan Daerah provinsi.

Menurut Robert A. Simanjuntak menjelaskan bahwa

desentralisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yakni

desentralisasi politik, desentralisasi administrasi dan

desentralisasi fiskal. Ketiga macam desentralisasi tersebut saling

berkaitan erat satu sama lain dan seyogyanya dilaksanakan

bersama-sama agar berbagai tujuan otonomi daerah seperti

misalnya peningkatan pelayanan publik dapat dilaksanakan.

Adapun maksud dari ketiga macam desentralisasi tersebut yaitu: 10

a. Desentralisasi politik merupakan pemindahan kekuasaan

pengambilan keputusan pada pemerintah yang lebih

rendah, untuk mendorong warganegara dan perwakilan

yang dipilih agar beradaptasi dalam proses pembuatan

keputusan.

b. Desentralisasi administrasi merupakan pelimpahan

kewenangan layanan publik kepada pihak lain dalam

struktur kelembagaan negara. Dalam desentralisasi

10
Robert Simanjuntak, Kebijakan Pungutan Daerah di Era Otonomi, Domestic
Trade, Decentralization and Globalization: A One Day Conference. LPEM-UI.
Jakarta, 2001, hal. 127

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 14
administratif melibatkan desain organisasional,

identifikasi tugas-tugas administratif khusus yang

diperlukan untuk menjalankan peran tersebut. Beberapa

peran administratif diantaranya adalah dalam hal

perencanaan, inovasi kebijakan, manajemen keuangan,

dan manajemen operasional.

c. Desentralisasi fiskal adalah dimaksudkan untuk

memindahkan atau menyerahkan sumber-sumber

pendapatan dan faktor-faktor pengeluaran ke daerah

dengan mengurangi birokrasi pemerintahan. Dengan

membawa pemerintah lebih dekat ke masyarakat,

desentralisasi fiskal diharapkan dapat mendorong

efisiensi sektor publik, juga akuntabilitas publik dan

transparansi dalam dalam penyediaan jasa publik serta

pembuatan keputusan yang transparan dan demokratis.

2. Musik dan Lagu Sebagai Penegasan Identitas Daerah

Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan

berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan

dipahami manusia. Banoe juga mengungkapkan bahwa musik

berasal dari kata muse yaitu salah satu dewa dalam metodologi

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 15
Yunani bagi cabang seni dan ilmu pengetahuan.11

Pada hakekatnya, musik adalah produk pikiran, lalu

diwujudkan dalam bentuk frekuensi, amplitude, dan durasi lalu

ditransformasi secara neurologis dan diinterpretasikan melalui

otak menjadi pitch, timbre, dinamika, melodi, dan tempo. Musik

merupakan suatu bentuk kesenian yang dapat mengeluarkan

aneka perasaan dan gelora jiwa melalui suara.12

Musik merupakan seni pengungkapan gagasan melalui

bunyi yang unsure dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni

dengan unsur pendukung berupa bentuk gagasan, sifat dan warna

bunyi. Dalam penyajiannya, sering masih berpadu dengan unsur-

unsur yang lain seperti bahasa, gerak ataupun warna.

Sedangkan Lagu adalah cara musik dikomunikasikan

dengan jalan bahasa manusia, dan juga salah satu produk

kebudayaan dari manusia yang saat ini lebih mengarah kepada

popularisme atau budaya pop.13 Pada umumnya dalam sebuah

lagu, terdapat bagian-bagian yang penting untuk membentuk lagu

tersebut menjadi satu kesatuan.Bagian-bagian tersebut


11
Maulana, Adil, Cara Instan Jago Menulis Lagu, Agogos Publishing, Jakarta
Barat, 2012, hlm. 32
12
Djohan, Psikologi Musik, Yogyakarta: Best Publisher, 2009, hlm. 53
13
Banoe, Pono, Kamus Musik Edisi I, Kansius, Yogyakarta, 2003, hlm. 26

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 16
diantaranya, intro, verse, chorus, interlude, dan coda.14

Adapun fungsi musik dan lagu menurut Alan P. Merriam

adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sarana Entertainment, artinya musik berfungsi

sebagai sarana hiburan bagi pendengarnya.

2. Sebagai sarana komunikasi, komunikasi ini tidak hanya

sekedar komunikasi antar pemain dan penonton, namun

dapat berupa komunikasi yang bersifat religi dan

kepercayaan, seperti komunikasi antara masyarakat

dengan roh-roh nenek moyang serta leluhur.

3. Sebagai persembahan simbolis artinya musik berfungsi

sebagai simbol dari keadaan kebudayaan suatu

masyarakat. Dengan demikian kita dapat mengukur dan

melihat sejauh mana tingkat kebudayaan suatu

masyarakat.

4. Sebagai respon fisik, artinya musik berfungsi sebagai

pengiring aktifitas ritmik. Aktifitas ritmik yang dimaksud

antara lain tari – tarian, senam, dansa dan lain – lain.

5. Sebagai keserasian norma-norma masyarakat, musik

14
Ibid

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 17
berfungsi sebagai norma sosial atau ikut berperan dalam

norma sosial dalam suatu budaya.

6. Sebagai institusisosial dan ritual keagamaan, artinya

musik memberikan kontribusi dalam kegiatan sosial

maupun keagamaan, misalnya sebagai pengiring dalam

peribadatan.

7. Sebagai sarana kelangsungan dan statistik kebudayaan,

artinya musik juga berperan dalam pelestarian guna

kelanjutan dan stabilitas suatu bangsa.

8. Sebagai wujud integrasi dan identitas masyarakat,

artinya musik memberi pengaruh dalam proses

pembentukan kelompok sosial. Musik yang berbeda akan

membentuk kelompok yang berbeda pula.

Berbicara mengenai identitas daerah merupakan satu hal

urgen sebagai salah satu kekayaan bangsa Indonesia. Istilah

identitas daerah secara etimologis, identitas daerah berasal dari

kata “identitas” dan “daerah”. Identitas berarti ciri-ciri, tanda-

tanda, atau jati diri yang dimiliki seorang, kelompok, masyarakat

sehingga dengan identitas itu bias membedakannya dengan yang

lain. Kata “daerah” merujuk pada konsep desentralisasi.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 18
Desentralisasi menunjuk pada kelompok-kelompok persekutuan

hidup manusia yang lebih besar yang mempunyai ciri unik

berdasarkan ras, agama, budaya, bahasa, dan sebagainya. Oleh

karena itu, identitas daerah lebih merujuk pada identitas

kebangsaan dalam pengertian politik (political unity). Faktor

pembentukan identitas bersama yaitu:15

a. Primordial

b. Sakral

c. Tokoh

d. Bhineka Tunggal Ika

e. Sejarah

f. Perkembangan Ekonomi

g. Kelembagaan

Berkaitan dengan identitas daerah dapat dikatakan bahwa

musik dan lagu daerah merupakan bagian integral dari suatu

daerah yang tidak dapat di pisahkan yang berfungsi sebagai

perekat persatuan dan penegasan terhadap suatu identitas

15
Agus Maladi Irianto, “Pencarian Identitas dan Integrasi Kebudayaan pada
Masyarakat Multikultural”, Disajikan dalam Seminar Internasional
“Keanekaragaman Budaya Sebagai Perekat Keutuhan Bangsa Menuju Indonesia
Baru” yang diselenggarakan dalam rangka Lustrum VIII Fakultas Sastra UNDIP
di Semarang, 8 September 2005, hlm. 2

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 19
daerah. Hal ini merupakan suatu cara daerah untuk memberikan

gambaran tentang karakteristik, budaya, kearifan lokal dan tujuan

yang ingin di capai oleh suatu daerah. Begitu juga dengan hymne

dan mars dapat menjadi identitas kultural. Media ekspresi; cipta,

rasa, karsa, daya talenta dan kreativitas masyarakat yang

mempunyai makna penting terhadap identitas suatu daerah.

Keberadaan hymne dan mars tersebut merupakan simbol harga

diri dan kebanggaan bersama bagi masyarakat yang menjadi

peranan kesenian dalam kehidupan sosial.

B. Kajian Asas-Asas Penyusunan Peraturan Daerah

Hamid S. Attamimi, menyampaikan dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan, setidaknya ada beberapa

pegangan yang harus dikembangkan guna memahami asas-asas

pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik

(algemene beginselen van behorlijke regelgeving) secara benar,

meliputi :

Pertama, asas yang terkandung dalam Pancasila selaku

asas-asas hukum umum bagi peraturan perundang-undangan;

Kedua, asas-asas negara berdasar atas hukum selaku asas-asas

hukum umum bagi perundang-undangan; Ketiga, asas-asas

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 20
pemerintahan berdasar sistem konstitusi selaku asas-asas

umum bagi perundang-undangan, dan Keempat, asas-asas bagi

perundang-undangan yang dikembangkan oleh ahli.16

Berkenaan dengan hal tersebut pembentukan peraturan

daerah yang baik selain berpedoman pada asas-asas

pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik

(beginselen van behoorlijke wetgeving), juga perlu dilandasi oleh

asas-asas hukum umum (algemene rechtsbeginselen), yang

didalamnya terdiri dari asas negara berdasarkan atas hukum

(rechtstaat), pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi, dan

negara berdasarkan kedaulatan rakyat.

Berdasarkan Undang-undang No. 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,

mencerminkan sebuah konsep yang dikemukakan oleh Hans

Kelsen yang kemudian dikembangkan oleh muridnya Hans

Nawiasky, di mana dalam teori stufenbau des recht dijelaskan

bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-

lapis dalam suatu hirarki tata susunan, suatu norma hukum

16
Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang
Baik; Gagasan Pembentukan Undang-undang Berkelanjutan, (Jakarta ;
RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 115

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 21
yang lebih rendah, bersumber dan berdasar pada norma yang

lebih tinggi lagi, demikian seterusnya hingga norma yang tidak

dapat ditelusuri lebih lanjut yang bersifat hipotesis dan

fiktif.17Konsep teori itulah yang mendasari adanya hirarki

peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 7 Ayat

(1) yang menyebutkan bahwa Jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undanganterdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dari materi Pasal 7 Ayat (1) tersebut di atas, terlihat

bahwa peraturan daerah merupakan bagian integral dari dari

17
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Syafa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
Cetakan pertama, (Jakarta: KONpress, 2006), hlm. 100.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 22
keseluruhan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Hal

ini berarti Perda merupakan salah satu jenis produk hukum

daerah. Selanjutnya dalam Permendagri Nomor 120 Tahun 2018

Tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 80 Tahun 2015

Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah disebutkan bahwa

produk hukum daerah dilihat dari sifatnya terdiri atas dua, yaitu

produk hukum daerah yeng bersifat pengaturan dan penetapan.

Yang dimaksud produk hukum daerah yang bersifat pengaturan

antara lain:18

a. Peraturan Daerah (atau dalam UU Keistimewaan Aceh

disebut dengan Qonun);

b. Peraturan Kepala Daerah;

c. Peraturan DPRD.

Pembentukan peraturan perundang-undangan

(termasuk Perda) dibentuk harus memperhatikan beberapa asas

sebagai berikut :

1. Asas Tata Susunan Peraturan Perundang-undangan

atau lex superior derogate lex inferiori: peraturan

18
Lihat Pasal 3 Permendagri Nomor 120 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas
Permendagri Nomor 80 Tahun 2015 Tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 23
perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi.

2. Asas lex specialis derogate lex generalis: peraturan

perundang-undangan yang lebih khusus

mengenyampingkan peraturan perundang-undangan

yang lebih umum.

3. Asas lex posterior derogate lex priori: peraturan

perundangundangan yang lahir

kemudianmengenyampingkan peraturan perundang-

undangan yang lahir terlebih dahulu jika materi yang

diatur peraturan perundang-undangan tersebut sama.

4. Asas kejelasan tujuan, artinya setip pembentukan

peraturan perundang-undangan harus mempunyai

tujuan jelas yang hendak dicapai.

5. Asas asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang

tepat : bahwa setiap jeniis peraturan perundang-

undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau

pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan

yang berwenang. Peraturan perundang-undangan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 24
tersebutdapat dibatalkan atau batal demi hukum

apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang

tidak berwenang.

6. Asas kesesuaian antara jenis, hirarki dan materi

muatan: bahwa dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan harus benar-benar

memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai

dengan jenis dan hirarki peraturan perundang-

undangan.

7. Asas dapat dilaksanakan: setiap pembentukan peraturan

perundang-undangan harus memperhitungkaan

efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut di

dalam masyarakat baik secara filosofis, sosiologis, dan

yuridis.

8. Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan : bahwa setiap

perundang-undangan dibuat karena memang benar-

benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur

kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

9. Asas kejelasan rumusan : bahwa setiap peraturan

perundang-undangan harus memenuhi persyaratan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 25
teknis penyusunan peraturan perundang-undangan,

sistimatika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa

hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak

menimbulkan berbagai interpretasi dalam

pelaksanaannya.

10. Asas keterbukaan : bahwa dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan mulai dari

perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan

atau penetapan, dan pengundangan bersifat transparan

dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan

masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-

luasnya untuk memberikan masukan dalam

pembentukan perundang-undangan.

C. Kajian Terhadap Praktek Penyelenggaraan, Kondisi

Eksisting dan Permasalahan.

1. Kondisi Kependudukan

Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2020 sebanyak 69.791 jiwa

yang terdiri atas 36.350 laki-laki dan 33.441 perempuan.

Dibandingkan hasil sensus sebelumnya, penduduk Bolaang

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 26
Mongondow Selatan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar

1,98 persen pertahun. Kepadatan penduduk di Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan tahun 2020 mencapai 36,12

jiwa/km2. Ini berarti tiap km2 wilayah di Bolaang Mongondow

Selatan dihuni oleh sekitar 36 jiwa.

Tabel 1 : Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tabel 2: Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 27
Tabel 3: Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

2. Garis Kemiskinan Kemiskinan dan Pengeluaran

Tabel 4: Indikator Kemiskinan tahun 2018-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 28
Tabel 5: Rata-rata Pengeluaran Perkapita

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tabel 6: Pengeluaran Menurut Golongan dan Barang

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 29
Tabel 7: PDRB Menurut Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

3. Sosial Budaya

Tabel 8: Persentase Rumah Tangga Menurut Program


Perlindungan Sosial

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

4. Indeks Pembangunan Manusia

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 30
Tabel 9: Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2018-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tabel 10: Indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Utara

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara

Dari data yang disajikan tersebut diatas menunjukkan

bahwa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki IPM

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 31
terendah di Provinsi Sulawesi Utara. Apabila disandingkan dengan

beberapa daerah lain, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

memiliki IPM sebesar 65% pada tahun 2020. Pemerintahan

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mempunyai tanggung

jawab untuk menyelesaikan permasalahan tersebut melalui

pengambilan kebijakan yang terkait dengan penyelesaian masalah

sebagaimana dimaksud. Perlu diketahui bahwa dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

terdapat beberapa urusan yang wajib yang berkaitan dengan

pelayanan dasar dan yang tidak berkaitan dengan pelayanan

dasar serta urusan pilihan yang diselenggarakan oleh

pemerintahan daerah termasuk kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan, yang terkait langsung dengan peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

D. Kajian Implikasi Peraturan Daerah

Peraturan daerah merupakan instrumen yang memberikan

efek postitif terhadap masyarakat sehingga perumusan normanya

harus mengedepankan kemanfaatan, keadilan dan kepastian

hukum. Konsekuensi logis negara Indonesia adalah negara hukum

adalah kehidupan masyarakatnya harus diatur dengan hukum

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 32
yang tertulis dan terterima sebagai pedoman hidup bersama.

Pengaturan Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan yang merupakan bagian dari tugas pemerintah daerah

untuk menjaga identitas atau kebudayaan daerah adalah urusan

pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar

sebagaimana diatur dalam UU Pemerintahan Daerah. Pasal 12

ayat (2) UU 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

menjelaskan bahwa Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak

berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi:

a. tenaga kerja;

b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;

c. pangan;

d. pertanahan;

e. lingkungan hidup;

f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;

g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;

h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;

i. perhubungan;

j. komunikasi dan informatika;

k. koperasi, usaha kecil, dan menengah;

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 33
l. penanaman modal;

m. kepemudaan dan olah raga;

n. statistik;

o. persandian;

p. kebudayaan;

q. perpustakaan; dan

r. kearsipan.

Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang

Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, yang

dibentuk atas persetujuan bersama antara Bupati dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang merupakan salah satu

bentuk dukungan politik (DPRD) untuk melegitimasi eksistensi

Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yang

menjadi identitas daerah sekaligus sebagai pemersatu masyarakat

yang ada di daerah.

Dengan hadirnya peraturan daerah tentang Hymne dan

Mars Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, maka

tanggungjawab seluruh elemen masyarakat adalah menjaga dan

melestarikan Hymne dan Mars agar supaya tidak disalahgunakan

demi keutuhan masyarakat yang ada di daerah.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 34
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT

Evaluasi terhadap peraturan perundang-undangan berfungsi

sebagai bahan pendukung dan pengantar dalam pembentukan

suatu peraturan daerah. Berikut ini merupakan peraturan

perundang-undangan yang telah diinventarisasi dan menjadi

bahan evaluasi dari peraturan daerah tentang Hymne dan Mars

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan antara lain:

A. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

Dasar konstitusional untuk pembentukan Peraturan

Daerah yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yakni diatur secara tegas dalam Pasal 18

ayat (6) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 secara tegas menyatakan bahwa

Pemerintahan Daerah berhak untuk membentuk Peraturan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 35
Daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan tugas

pembantuan. Dasar kewenangan pembentukan Peraturan Daerah

ini merupakan dasar konstitusional yang dimiliki oleh

Pemerintahan Daerah (Pemerintah Daerah dan DPRD) dalam

membentuk Peraturan Daerah untuk mengatur dan menjalankan

otonomi daerah.

B. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun

2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan Di Provinsi Sulawesi Utara

Ketentuan Pasal 2 menjelaskan bahwa dengan Undang-

Undang ini dibentuk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan di

wilayah Provinsi Sulawesi Utara dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Kemudian pada Pasal 3 menjelaskan bahwa:

(1) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berasal dari

sebagian wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow yang

terdiri atas cakupan wilayah:

a. Kecamatan Bolaang Uki;

b. Kecamatan Posigadan;

c. Kecamatan Pinolosian;

d. Kecamatan Pinolosian Tengah; dan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 36
e. Kecamatan Pinolosian Timur.

(2) Cakupan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

digambarkan dalam peta wilayah yang tercantum dalam

lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari Undang-Undang ini.

Selanjutnya pada Pasal 7 menjelaskan bahwa Ibu kota

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berkedudukan di

Kecamatan Bolaang Uki.

C. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Ketentuan Pasal 14 menjelaskan bahwa Materi muatan

Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi

daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus

daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-

undangan yang lebih tinggi.

D. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah

Ketentuan Pasal 9 ayat (1) menjelaskan bahwa urusan

Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 37
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.

Kemudian pada ayat (3) menjelaskan bahwa urusan pemerintahan

konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan

Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah

provinsi dan Daerah kabupaten/kota.

Selanjutnya pada Pasal 11:

1) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana di maksud

dalam Pasal 9 ayat (3) yang menjadi kewenangan Daerah

terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan

Pemerintahan Pilihan.

2) Urusan Pemerintahan Wajib sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) terdiri atas Urusan Pemerintahan yang

berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan

Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan

Dasar.

3) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan

Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian

substansinya merupakan Pelayanan Dasar.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 38
Ketentuan Pasal 12 ayat (2) menjelaskan bahwa Urusan

Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar

meliputi:

a. tenaga kerja;
b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;
c. pangan;
d. pertanahan;
e. lingkungan hidup;
f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. perhubungan;
j. komunikasi dan informatika;
k. koperasi, usaha kecil, dan menengah;
l. penanaman modal;
m. kepemudaan dan olah raga;
n. statistik;
o. persandian;
p. kebudayaan;
q. perpustakaan; dan
r. kearsipan.
Ketentuan Pasal 237 UU No 23 Tahun 2014 menyebutkan

bahwa: asas pembentukan dan materi muatan Perda berpedoman

pada ketentuan peraturan perundang-undangan dan asas hukum

yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sepanjang tidak

bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 39
Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan 40
BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Indonesia merupakan negara kepuluan dan memiliki 34

propinsi. Dari ke-34 provinsi tersebut, 10 di antaranya terletak di

Pulau Sumatera, 6 di Pulau Jawa, 5 di Pulau Kalimantan, 6 di

Pulau Sulawesi, 3 di Kepulauan Nusa Tenggara, 2 di Kepulauan

Maluku, dan 2 lainnya terletak di Pulau Papua. Indonesia juga

memiliki beranekaragam budaya disetiap provinsinya, mulai dari

rumah, pakaian, bahasa, senjata, tarian dan juga nyanyian setiap

daerahnya dan masih banyak lainnya. Lagu daerah atau musik

daerah adalah lagu dari suatu daerah tertentu yang merupakan

sebuah kekayaan serta karya seni yang berada di Indonesia. 19

Implementasi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber

hukum negara menjadikan segala aktifitas kehidupan berbangsa

dan bernegara harus berdasarkan nilai-nilai yang terkandung

19
Android Hendri Ahmadian dan Syahrul Safwanda, “Rancang Bangun Aplikasi
Lagu Daerah di Indonesia Berbasis Android”, CIRCUIT: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Teknik Elektro, Vol.1, No.2, Agustus 2017, hlm. 81

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 41
dalam Pancasila.20 Salah satu hal yang menjadi pilar dari

pancasila adalah penegasan suatu identitas nasional atau daerah

yang dapat mencakup karakteristik, bahasa, budaya, agama, dan

Jati diri. Seperti halnya bahasa, musik merupakan alat

komunikasi yang efektif. Ia dapat digunakan sebagai alat untuk

menyampaikan pesan dari si penggubah lagu kepada audiensnya.

Pesan yang ditangkap oleh audiens ini sebenarnya bersifat

individu. Makna dalam musik menjadi milik komunal apabila

pemahaman terhadap makna tadi disalurkan dengan audiens

yang lain.21

Pada era modern ini, musik tidak hanya sebagai sebuah

gagasan untuk menghibur tetapi musik juga digunakan sebagai

salah satu media untuk mewakili perasaan, aspirasi sosial,

kehidupan, politik bahkan menjadi salah satu media agitasi

propaganda untuk melancarkan sebuah ideologi. Fungsi

komunikasi dalam musik dapat merekam realitas dalam

melancarkan kritik sosial, musik dapat dianggap menjadi sarana

20
Kurnisar, Pancasila Sumber Dari Segala Sumber Hukum Di Indonesia, Jurnal
Media Komunikasi, Vol 10, No 2 (2011), hlm. 245-246
21
Djohan, Psikologi Musik, Op. Cit, hlm. 38

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 42
opini publik tentang kenyataan yang terjadi. 22

Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetis

dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni,

karena seni adalah salah satu kebudayaan yang mengandung nilai

keindahan. Sedangkan manusia pada umumnya menyukai

keindahan. Seni tidak hanya dilihat dari penglihatan semata tetapi

juga dilihat dari keindahan karya tersebut. Karya seni sangat

bermacam-macam dan memiliki sudut pandang tersendiri dalam

menikmatinya Agar suatu karya seni dapat dikatakan indah maka

perlu melihat pendalaman pada karyanya.

Salah satunya adalah lagu hymne dan mars daerah yang

merupakan manifesto dari karakteristik dan identitas suatu

daerah. Dalam perkembanganya hymne dan mars daerah banyak

di ciptakan oleh generasi-generasi muda daerah lewat perlombaan

maupun sayembara. Realitas itu memperlihatkan lagu hymne dan

mars memiliki kedudukan penting guna mewujudkan eksistensi

diri yang diinginkan oleh masing-masing instansi, lembaga swasta

ataupun pemerintah daerah. Dengan demikian musik dalam

22
Sarini, Siti, Fungsi Komunikasi Dalam Musik Tradisional Rijoq Sebagai Sarana
Komunikasi Masyarakat Suku Dayak Tonyoi Di Kutai Barat, Vol 3 number 2,
2015, hlm. 36

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 43
konteks ini tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial. Artinya,

musik tidak hanya membahas musik sebagai sebuah sistem

pengantaran bunyi sebagai wujud eskpresi musikal melainkan

memiliki hubungan secara sosial dalam bentuk identitas atau jati

diri maupun identitas suatu daerah.23

Lahirnya suatu karya musik merupakan bentuk

implementasi diri yang dituangkan lewat karya, kadangkala karya

tersebut dipengaruhi oleh perasaan dan emosi penciptanya, bisa

juga disesuaikan dengan kebutuhan misalnya, hymne dan mars

untuk daerah. Lebih dari itu hymne dan mars daerah tetap di

tempatkan untuk menegaskan suatu identitas daerah.

B. Landasan Sosiologis

Lagu dan musik seperti di jelaskan sebelumnya bukan

hanya mempunyai fungsi untuk menghibur akan tetapi lebih dari

itu musik dan lagu sebagai penegasan suatu tujuan, karakteristik,

kondisi kultur dan sosial masyarakat. Hal ini sebagaimana telah

di tegaskan bahwa musik dan lagu yang berbentuk hymne dan

mars daerah sebagai salah satu penegasan identitas daerah yang


23
Sukoco, Antonius, “Lagu Mars PTK-PNF Karya Suryanti Sebagai Kekuatan
Citra Sosial Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen”, Dalam
artikel pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen Tahun 2015,
hlm. 4

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 44
unik.

Di dalam hymne dan mars daerah tersebut terdapat nilai-

nilai sosial yang direfleksikan melalui lirik lagu. Lagu tersebut

memaparkan keadaan suatu masyarakat yang menggambarkan

sikap ataupun perilaku antar masyarakatnya. Hal tersebut dapat

dilihat dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang terdiri

dari, 1) nilai kepedulian, yaitu nilai saling menasehati dalam hal

kebaikan, 2) nilai tanggung jawab, yang tegambar pada perilaku

masyarakat, 3) Nilai Kebersamaan dan 4) Nilai identitas daerah. 24

Selain fungsi diatas, hymne dan mars daerah merupakan

karya cipta nilai budaya yang tinggi yang mempunyai ruang

lingkup yang sangat luas. Namun justru sifatnya yang luas maka

nilai-nilai yang berada hymne daerah menjadi satu hal yang

sangat penting untuk daerah. Itulah sebabnya hymne dan mars

daerah dalam suatu daerah menjadi tali untuk memperkuat

persatuan dan identitas daerah.

C. Landasan Yuridis

Adapun yang menjadi landasan yuridis sebagai berikut:


24
Putri Ambarwati, Huriyatul Wardah, dan M. Ovin Sofian, “Nilai Sosial
Masyarakat Madura dalam Kumpulan Syair Lagu Daerah Madura”, SATWIKA:
Jurnal Kajian Budaya dan Perubahan Sosial, Volume 3, Nomor 1, April 2019,
hlm. 60

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 45
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan di
Provinsi Sulawesi Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 103, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4876);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali dan terakhir dengan Undang- Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);

BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 46
MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan Yang Akan Diwujudkan

Jangkauan Rancangan Peraturan Daerah tentang Hymne

dan mars Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan diharapkan

dapat mewujudkan identitas daerah, budaya, sosio-kultur dan

integrasi kewilayahan yang kuat dan satu.

Arah pengaturan Rancangan Peraturan Daerah tentang

Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, yaitu

terwujudnya hymne dan mars sebagai identitas daerah, semangat

kebersamaan, dan sinergitas dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

B. Ruang Lingkup Materi Muatan

Materi muatan yang hendak dituangkan dalam Rancangan

Peraturan Daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan, merupakan penormaan dari jangkauan dan

arah pengaturan yang telah ditentukan untuk menentukan

luasnya pengaturan norma dalam Rancangan Peraturan Daerah

dimaksud. Oleh karena itu, dapat diuraikan materi muatan

Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Cadangan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 47
Pangan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, sebagai

berikut:

1. Ketentuan Umum

Untuk menyeragamkan pemahaman dan kesesuaian dalam

memahami dan melaksanakan isi dari peraturan perundang-

undangan, serta menghindari terjadinya multitafsir terhadap

norma yang diatur maka perlu untuk menentukan defnisi dan

batasan pengertian terhadap suatu istilah yang hendak

digunakan dalam Peraturan Daerah. Definisi atau batasan

pengertian yang akan digunakan dalam Rancangan Peraturan

Daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan, adalah:

a. Daerah adalah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

b. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom.

c. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 48
daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah.

d. Bupati adalah Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan.

e. Hymne adalah lagu pujaan dan pujian yang

mengungkapkan rasa syukur dan rasa pengabdian yang

mendalam terhadap Daerah.

f. Mars adalah lagu yang mampu menggelorakan semangat

membangun masyarakat Kabupaten dalam mencapai

masa depan yang lebih baik.

g. Masyarakat adalah setiap orang yang bertempat tinggal

dan berdomisili tetap di wilayah Kabupaten.

2. Hymne Dan Mars Serta Penggunaannya

Hymne dan Mars di gunakan dalam kegiataan berikut:

a. mewujudkan Upacara Hari Besar Nasional;

b. Upacara setiap tanggal 17 bulan berjalan;

c. Upacara dan/atau Kegiatan Resmi Pemerintahan Daerah,

antara lain :

1. Pembukaan dan Penutupan Sidang DPRD;

2. Pelantikan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD;

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 49
3. Pelantikan Pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah;

4. Pelantikan Pengurus Organisasi Masyarakat oleh Bupati

dan/atau Pejabat yang ditunjuk;

5. Hari Ulang Tahun Kabupaten dan/atau Kecamatan;

6. Acara Pembukaan dan Penutupan Pendidikan dan

Pelatihan di lingkungan Pemerintah Daerah; dan

7. Upacara atau Kegiatan Resmi lainnya.

8. Upacara atau Kegiatan Resmi

3. Hak dan Kewajiban

Setiap masyarakat berhak dan wajib memelihara dan

menggunakan Lagu Hymne dan Mars Kabupaten untuk

menjaga identitas, kehormatan dan keragaman budaya sesuai

dengan Peraturan Daerah ini.

4. Larangan

Setiap orang dilarang :

a. mengubah nada, irama, atau kata-kata dengan gubahan

lain dengan tujuan menghina atau merendahkan

kehormatan Lagu Hymne dan Mars Kabupaten;

b. memperdengarkan,menyanyikan,atau pun

menyebarluaskan hasil ubahan Lagu Hymne dan Mars

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 50
Kabupaten dengan tujuan komersial; atau

c. menggunakan Lagu Hymne dan Mars Kabupaten untuk

iklan dengan tujuan komersial.

5. Ketentuan Pidana

Setiap orang yang melanggar larangan dipidana sesuai

ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

6. Ketentuan Penutup

Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus sudah

ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan

Daerah ini diundangkan.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 51
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan sebelumnya, maka

yang menjadi simpulan dalam Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan adalah :

1. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan

daerah dengan ciri khas dan kearifan lokal yang unik

yang di gambarkan dengan budaya yang beragam serta

mempunyai identitas daerah yang kuat. Oleh sebab itu

Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan di maksudkan sebagai pengambaran filosofi

daerah yang dapat memupuk rasa persatuan dan

kesatuan serta kebersamaan di Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan.

2. landasan filososfis pembentukan Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Hymne

dan Mars Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 52
adalah manifesto dari karakteristik dan identitas suatu

daerah. Dalam perkembanganya hymne dan mars

daerah banyak di ciptakan oleh generasi-generasi muda

daerah lewat perlombaan maupun sayembara. Realitas

itu memperlihatkan lagu hymne dan mars memiliki

kedudukan penting guna mewujudkan eksistensi diri

yang diinginkan oleh masing-masing instansi, lembaga

swasta ataupun pemerintah daerah khususnya

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

3. Jangkauan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan Tentang Hymne dan Mars

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, diharapkan

dapat mewujudkan identitas daerah, budaya, sosio-

kultur dan inegrasi kewilayahan yang kuat dan satu.

Sedangkan arah pengaturan Rancangan Peraturan

Daerah tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan, yaitu terwujudnya hymne dan

mars sebagai identitas daerah, semangat kebersamaan,

dan sinergitas dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah. Sedangkan ruang lingkup materi muatan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 53
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan Tentang Hymne dan Mars

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yakni

ketentuan umum, materi pokok yang diatur, dan

ketentuan penutup.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka

saran dalam Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan adalah :

1. Perlu adanya peraturan daerah Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan Tentang Hymne dan Mars

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagai dasar

hukum untuk melegitimasi Hymne dan Mars Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan agar dikemudian hari

tidak dipermasalahkan secara yuridis.

2. Perlu pelibatan masyarakat dan unsur terkait untuk

menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam Hymne

dan Mars Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan agar

masyarakat mampu menjaga identitas daerah dengan

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 54
baik.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agus Maladi Irianto, “Pencarian Identitas dan Integrasi

Kebudayaan pada Masyarakat Multikultural”,

Disajikan dalam Seminar Internasional

“Keanekaragaman Budaya Sebagai Perekat Keutuhan

Bangsa Menuju Indonesia Baru” yang diselenggarakan

dalam rangka Lustrum VIII Fakultas Sastra UNDIP di

Semarang, 8 September 2005.

Andi Malarangeng. Otonomi Daerah Perpektif Teoritis dan

Praktis. Malang: BRIGAF Publising. 2001.

Astim Riyanto, Negara Kesatuan Konsep Asas dan

Aktualisasinya, Penerbit Yapemdo, Bandung, 2006.

Aryo Danusiri dan Wasmi Alhaziri, ed., Pendidikan Memang

Multikultural: Beberapa Gagasan, Jakarta: SET, 2002;

dan Forum Rektor Indonesia Simpul Jawa Timur,

Hidup Berbangsa dan Etika Multikultural. Surabaya:

Penerbit Forum Rektor Simpul Jawa Timur

Universitas Surabaya, 2003.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 55
Banoe, Pono, Kamus Musik Edisi I, Kansius, Yogyakarta,

2003.

Deniis A. Rondinelli and Shabir Cheema G, Implementing

Decentralization Policies: An Introduction in

Decentralization and Development, Policy

Implementation in Developing Countries, Sage

Publication, Beverly Hills, 1983.

Djohan, Psikologi Musik, Yogyakarta: Best Publisher, 2009.

Enteng Tanamal, “Pencipta Lagu Beserta Karya Cipta

Lagunya Dan Collecting Society ” Makalah

disampaikan pada Simposium Perlindungan Hak

Cipta Dalam Karya Musik Dan Peran Lembaga

Kolekting Pada Era Digital Di Indonesia, Jakarta, 12

April 2007.

Erfan Lubis, Laporan Karya Seni Penciptaan Lagu Mars Unp

(Universitas Negeri Padang), Fakultas Bahasa Sastra

dan Seni Universitas Negeri Padang, 2009.

Gio Arjuna Putra dan Nyoman Mas Aryani, “Problematika

Pembentukan Ruu Permusikan”, Artikel dalam Program

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 56
Kekhususan Hukum Tata Negara Fakultas Hukum

Universitas Udayana, 2020.

H.A.W.Widjaja. 2002. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonomi.

Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2002.

Henry Maddick, Democracy, Decentralization and

Development, London: Asia Publishing House, 1963.

Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Syafa’at, Teori Hans Kelsen

Tentang Hukum, Cetakan pertama, (Jakarta:

KONpress, 2006).

Jimly Asshiddiqie, “Paradigma Baru Pembangunan Daerah”,

Makalah Ceramah dalam forum yang diselenggarakan

oleh Pemda Provinsi Kalimantan Timur di Samarinda,

23 Maret, 2015.

Maulana, Adil, Cara Instan Jago Menulis Lagu, Agogos

Publishing, Jakarta Barat, 2012, hlm. 32

Mukti Fajar ND, Yalianto Ahmad, Dualisme Penelitian

Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyaakarta; Pustaka

Pelajar, 2010).

Ni’matul Huda, Problematika Pembatalan Peraturan Daerah,

FH UII Press, Yogyakarta, 2010.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 57
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta;

Kencana, 2011).

Robert Simanjuntak, Kebijakan Pungutan Daerah di Era

Otonomi, Domestic Trade, Decentralization and

Globalization: A One Day Conference. LPEM-UI.

Jakarta, 2001, hal. 127

Sadu Wisistiono et.al., Memahami Asas Tugas Pembantuan,

Fokusmedia, Bandung, 2006.

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,

suatu tinjuan singkat, (Jakarta; PT. Raja Grafindo

Persada, 2012).

Sukoco, Antonius, “Lagu Mars PTK-PNF Karya Suryanti

Sebagai Kekuatan Citra Sosial Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Sragen”, Dalam artikel pada

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen

Tahun 2015.

Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan yang Baik; Gagasan Pembentukan Undang-

undang Berkelanjutan, (Jakarta ; RajaGrafindo

Persada, 2009).

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 58
Jurnal

Android Hendri Ahmadian dan Syahrul Safwanda, “Rancang

Bangun Aplikasi Lagu Daerah di Indonesia Berbasis

Android”, CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik

Elektro, Vol.1, No.2, Agustus 2017.

Bhenyamin Hoessein, Hubungan Penyelenggaraan

Pemerintahan Pusat dengan Pemerintahan Daerah,

Jurnal Bisnis & Birokrasi No.1/Vol.1/Juli.

Departemen Ilmu Administrasi Fisip-UI, 2000.

Kurnisar, Pancasila Sumber Dari Segala Sumber Hukum Di

Indonesia, Jurnal Media Komunikasi, Vol 10, No 2

(2011).

Putri Ambarwati, Huriyatul Wardah, dan M. Ovin Sofian,

“Nilai Sosial Masyarakat Madura dalam Kumpulan

Syair Lagu Daerah Madura”, SATWIKA: Jurnal Kajian

Budaya dan Perubahan Sosial, Volume 3, Nomor 1,

April 2019.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 59
Sarini, Siti, Fungsi Komunikasi Dalam Musik Tradisional

Rijoq Sebagai Sarana Komunikasi Masyarakat Suku

Dayak Tonyoi Di Kutai Barat, Vol 3 number 2, 2015.

Peraturan Perundang-Undangan

UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Permendagri Nomor 120 Tahun 2018 Tentang Perubahan

Atas Permendagri Nomor 80 Tahun 2015 Tentang

Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Naskah Akademik Ranperda tentang Hymne dan Mars Kabupaten Bolaang


Mongondow Selatan 60

Anda mungkin juga menyukai