Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL OBSERVASI

"TRADISI KEDURAI MUANG APEM MASYARAKAT SUKU REJANG


PETULAI TUBEI MARGA VIII"

DOSEN PENGAMPU :

Panut Setiono, S. Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

1. Dadang Ronaldo (A1G020101)

2. Septiano Amardo (A1G020151)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
kelimpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Obsevasi yang berjudul TRADISI KEDURAI MUANG APEM MASYARAKAT
SUKU REJANG PETULAI TUBEI MARGA VIII. Laporan ini dibuat untuk
penyelesaian tugas dari mata kuliah Konsep Dasar Moral, Hukum, dan HAM.

Laporan ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan dan


dukungan dari berbagai pihak yang dengan tulus dan sabar memberikan
sumbangan baik berupa ide, materi pembahasan dan juga bantuan lainnya yang
tidak dapat dijelaskan satu persatu.

Kami tentu menyadari bahwa Laporan Obsevasi ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca, supaya
laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi dan bermanfaat
bagi kami maupun yang membacanya. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen yang telah membimbing kami
dalam menulis laporan ini. Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Bengkulu, April 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................ii

DAFTAR TABEL..............................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...........................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................vi

BAB I..............................................................................................1

PENDAHULUAN .............................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................1

B. Pembatasan Masalah.....................................................................2

C. Rumusan Masalah ........................................................................2

1. Apa itu kedurai muang apem?..............................................................2

2. Bagaimana sejarah asal mula kedurai muang apem?..............................2

3. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam kedurai muang apem?..............2

D. Tujuan Penulisan .........................................................................2

1. Mengetahui arti dari kedurai muang apem.............................................2

2. Mengetahui sejarah asal mula kedurai muang apem...............................2

3. Mengetahui kegiatan yang dilakukan dalam kedurai muang apem......2

E. Manfaat penulisan.........................................................................2

1. Dapat dijadikan referensi pembelajaran mata kuliah Konsep Dasar Moral,


Hukum, dan HAM ...................................................................................2
2. Memberikan pemahaman khususnya kepada calon guru mengenai cara-
cara melestarikan tradisi kedurai muang apem...........................................2

3. Memotivasi dalam melestarikan dan mengembangkan tradisi kedurai


muang apem..........................................................................................2

BAB II ............................................................................................3

HASIL TEMUAN .............................................................................3

A. Gambaran Lokasi Observasi...........................................................3

B. Hasil Temuan Di Lapangan ............................................................4

BAB III...........................................................................................8

PENUTUP .......................................................................................8

A. Kesimpulan ..................................................................................8

B. Saran...........................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................9

1. LAMPIRAN TRANSKIP WAWANCARA.......................................10

A. Format Wawancara .....................................................................10

B. Angket........................................................................................12

2. Lampiran Dokumentasi Observasi ..........................................16

3. Daftar Riwayat Hidup Tim Penulis ..........................................17


DAFTAR TABEL

Tabel 1 ..........................................................................................3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 ........................................................................................5
DAFTAR LAMPIRAN

1. LAMPIRAN TRANSKIP WAWANCARA.......................................10

A. Format Wawancara .....................................................................10

B. Angket........................................................................................12

2. Lampiran Dokumentasi Observasi ..........................................16

3. Daftar Riwayat Hidup Tim Penulis ..........................................17


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

kearifan lokal adalah cara dan praktik yang dikembangkan oleh sekelompok
masyarakat yang berasal dari pemahaman mendalam mereka akan lingkungan
setempat yang terbentuk dari tinggal di tempat.

Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak
dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal diwariskan
secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut
ke mulut. Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat, peribahasa, lagu, dan
permainan rakyat.

Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku


dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan
kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak
terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari.

Kearifan lokal lebih menggambarkan satu fenomena spesifik yang biasanya


akan menjadi ciri khas komunitas kelompok tersebut, misalnya rawe-rawe
rantas malang-malang putung (masyarakat Jawa Timur), ikhlas kiai-ne
manfaat ilmu-ne, patuh guru-ne barokah urip-e (masyarakat pesantren), dan
sebagainya.

Kearifan lokal merupakan pengetahuan eksplisit yang muncul dari periode


yang panjang dan berevolusi bersama dengan masyarakat dan lingkungan di
daerahnya berdasarkan apa yang sudah dialami. Jadi dapat dikatakan kearifan
lokan disetiap daerah berbeda-beda tergantung lingkungan dan kebutuhan
hidup. Maka dari otu, kita harus menjaga kearifan lokal agar terjaga
kelestariannya.
B. Pembatasan Masalah

Penulisan laporan hasil observasi ini terbatas pada proses pelaksanaan Tradisi
Kedurai Muang Apem Masyarakat Suku Rejang Petulai Tubei Marga VIII dan
peran masyarakat sekitar dalam mengembangkan dan melestarikan Kearifan
Lokal Tradisi Kedurai Muang Apem Masyarakat Suku Rejang Petulai Tubei
Marga VIII.

C. Rumusan Masalah

1. Apa itu kedurai muang apem?

2. Bagaimana sejarah asal mula kedurai muang apem?

3. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam kedurai muang apem?

D. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui arti dari kedurai muang apem

2. Mengetahui sejarah asal mula kedurai muang apem

3. Mengetahui kegiatan yang dilakukan dalam kedurai muang apem

E. Manfaat penulisan

1. Dapat dijadikan referensi pembelajaran mata kuliah Konsep Dasar Moral,


Hukum, dan HAM

2. Memberikan pemahaman khususnya kepada calon guru mengenai cara-


cara melestarikan tradisi kedurai muang apem
3. Memotivasi dalam melestarikan dan mengembangkan tradisi kedurai
muang apem

BAB II

HASIL TEMUAN

A. Gambaran Lokasi Observasi

Sekre Seni Bela Diri Rejang Pat Petulai ini terletak di Ds. Talang Karet, Kab.
Kepahiang, Kota Bengkulu. Sekre ini pertama sekali didirikan oleh ALM nenek
haji alirudin Tahar pada taun 1953 dan juga bang Ade Ramadani selaku guru
muda di Bengkulu, serta bang Rama Daniel sebagai pemegang ranting di
kepahiang. Pendirian seni bela diri Rejang Pat Petulai ini memiliki konsep dan
tujuan yang sangat jelas. Hal ini terlihat dari visi misi Rejang Pat Petulai, yakni
Visinya adalah “Membuat diri menjadi paham akan kebudayaan dan kearifan
lokal di daerah sekitar, dan tumbuh menjadi manusia yang peduli sesama
manusia bersikap tolong-menolong serta tangguh dalam situasi apapun. Visi ini
sangat sejelas dengan tujuan pelestarian kebudayaan. Sedangkan untuk
mewujudkan Visi dari seni bela diri Rejang Pat Petulai maka dari itu berikit ini
dilampirkan Misi sebagai berikut :

1. Melaksanakan proses latihan secara efektif dan efisien sehingga dapat


melestarikan dan mengembangkan kearifan lokal di wilayah Kepahiang.

2. Mengupayakan pembinaan mental, akhlak dan bersifat sosial terhadap


masyarakat.

3. Melibatkan pelatih yang paham akan Rejang Pat Petulai dimulai dari sejarah
dan sebagainya supaya masyarakat sekitar tahu bahwa kearifan lokal seni bela
diri Rejang Pat Petulai ini harus dijaga dan dilestarikan.

4. Memberikan sikap baik kepada masyarakat dengan memberikan bantuan-


bantuan kepada masyarakat yang tidak mampu.
Rejang Pat Petulai berjumlah 3 Guru, 20 anggota Laki-laki, 7 anggota
perempuan.

Ada beberapa unsur penunjang efektivitas berlangsungnya kegiatan latihan


dari seni bela diri Rejang Pat Petulai. Salah satunya yaitu alat-alat dan
perlengkapan seperti baju yang dikenakan saat latihan. Dengan adanya alat-
alat dan perlengkapan yang memadai dapat meningkatkan kualitas latihan,
peralatan latihan yang lengkap dapat memudahkan guru dalam menjelaskan
sejarah dan ilmu-ilmu budaya kepada anggota.

Berdasarkan kegiatan observasi yang kami lakukan, kami menemukan alat-alat


dan perlengkapan sebagai berikut :

No Alat Perlengkapan

1 Pedang yaitu sejenis senjata Baju khas Rejang Pat Petulai


tajam yang memiliki bilah berwarna hitam dan ada lambang
panjang rejang pat petulai

2 Golok adalah senjata khas Celana hitam yang dibuat satu


rumpun melayu, bentuknya pasang dengan baju
seperti pisau besar

3 Pisau yang terbuat dari logam Sabuk di kepala berwarna hitam


pipih yang tepinya dibuat tajam melambangkan kekentalan tali
silaturahmi dan kekeluargaan
yang ada di Rejang Pat Petulai

4 Toya adalah senjata berupa Kain songket digunakan untuk


tongkat panjang yang pada melambangkan bahwa setiap
umumnya terbuat dari rotan anggota seni bela diri Rejang Pat
Petulai itu gagah dan berani

5 Trisula adalah tombak bermata


tiga yang secara harfiah berarti
tiga tombak
Alat dan perlengkapan di atas dipakai untuk berlangsungnya proses latihan
supaya berjalan dengan lancar, khususnya pengembangan dan pelestarian
kearifan lokal suku rejang yaitu seni bela diri Rejang Pat Petulai.

B. Hasil Temuan Di Lapangan

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sejak zaman nenek moyang kita dahulu di Kabupaten Kepahiang telah


terdapat suku-suku yang mendiami lereng gunung, dataran rendah dan
disepanjang sungai yang besar ataupun di danau. Sebelum bernama Rejang
Empat Petulai suku-suku rejang ada empat ( 4 ) antara lain : Rejang Empat
Temenggung, Rejang Empat Serumpun, Rejang Sedaro, dan Rejang Empat
Peteng'ak. Keempat suku Rejang ini dinamakan penduduk asli Rejang, akhlak
serta budi pekerti mereka tidaklah sama.

Seketika itu datanglah empat ( 4 ) orang Putra Biku yang disebut BIKEU.
Keempat Bikeu ini datang dari tanah Kerajaan Majapahit yang berasal dari
Kepulauan Jawa. Adapun nama-nama dari keempat Biku tadi dalam kata
Rejang ialah : Bikeu Bermano, Bikeu Bembo, Bikeu Bejengo, dan Bikeu
Sepanjang Jiwo. Disinilah awal mula sejarah Rejang Pat Petulai.

B. SARAN
Kesadaran akan kearifan lokal di wilayah sekitar merupakan suatu kewajiban
bagi masyarakat. Oleh karena itu, mulai sekarang marilah kita bersama-sama
menumbuh kembangkan kearifan lokal yang ada di wilayah sekitar kita dan
melestarikan budaya agar tidak luntur dan tetap terjaga. Kita juga bisa
mendapatkan ilmu budaya yang ada di sekitar kita dan menerapkannya di
dalam masyarakat.

1. LAMPIRAN TRANSKIP WAWANCARA

2.1. Lokasi dan Waktu Observasi

Laporan observasi ini dilakukan secara berkelompok dan dibuat pada saat
masa Pandemic Covid-19 seperti sekarang ini. Kegiatan ini dilakukan:

Lokasi : Markas Rejang Pat Petulai Kepahiang

Hari : Kamis, 8 April 2021

Pukul : 09.00 WIB

2.2. Sasaran/Subjek Observasi

Dikarenakan pada situasi seperti ini seluruh kegiatan latihan belum dapat
dilakukan secara tatap muka dan hanya dilakukan pada saat tertentu saja,
sehingga kegiatan observasi ini hanya bisa mewawancarai salah satu
pemegang ranting persilatan Rejang Pat Petulai di Kepahiang.

Nama : Rama Daniel

Umur : 21 tahun
Jabatan : Pemegang ranting di Persilatan Rejang Pat Petulai Kepahiang

2.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk membuat laporan observasi ini dengan keadaan yang seperti ini. Kami
mewawancara/diskusi dengan Pemegang ranting di Persilatan Rejang Pat
Petulai Kepahiang terkait laporan observasi ini. Terkait teknik pengumpulan
data saya menggunakan dengan cara wawancara/berdiskusi dengan
pemegang ranting.

Berikut format wawancara dan dokumentasi yaitu foto.

A. Format Wawancara

Hari/Tanggal : Kamis, 8 April 2021

Tempat : Markas Rejang Pat Petulai Kepahiang

Responden : Rama Daniel

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana sejarah seni bela


diri Rejang Pat Petulai yang ada
di Kepahiang?

2. Apa ciri khas dari seni bela diri Ciri khas nya memakai seragam hitam
Rejang Pat Petulai yang ada di dan memakai sabuk di kepala dan
Kepahiang? latihan nya pada malam hari.

3. Apa simbol nilai yang Nilai-nilai yang terkandung yaitu


terkandung dalam seni bela diri dalam kehidupan ,kekeluargaan
Rejang Pat Petulai? karena silat kami menjunjung tinggi
yg nama nya keluargaan. Baik itu
keluarga sendiri maupun di
masyarakat. Seperti Membimbing
orag yg miskin dan membantu bagi
orang tak mampu dengan menolong
pekerjaannya atau memberikan
sembako.

4. Siapa saja yang terlibat dalam 1. ALM nenek haji alirudin Tahar bin
kearifan lokal seni bela diri Tahar selaku guru besar di silat rejang
Rejang Pat Petulai? Pat petulai di seguring Curup

2. Kak Ade Ramadani selaku guru


muda di Bengkulu

3. Kak Rama Daniel selaku pemegang


ranting Rejang Pat Petulai di
Kepahiang

5. Bagaimana nilai budaya dari Nilai budaya Rejang Pat Petulai ini
seni bela diri Rejang Pat sangat di dukung oleh masyarakat
Petulai? sekitar karna di persilatan kami di
ajarkan tutur kata & sopan santun
serta sifat saling menghargai sesama
manusia.

6. Bagaimana tanggapan anak Sangat banyak yg berminat untuk


muda tentang Rejang Pat mengikuti seni bela diri rejang Pat
Petulai? petulai.

7. Apa tantangan Harus tahan omongan dan cibiran


mengembangkan dan orang, kebal telinga dan siap
melestarikan seni bela diri menghadapi gangguan dari luar baik
Rejang Pat Petulai? secara kasar maupun halus.

8. Kapan Rejang Pat Petulai Pertama sekali didirikan oleh ALM


pertama kali masuk di nenek haji alirudin Tahar pada taun
Kepahiang? 1953.

2. Lampiran Dokumentasi Observasi


3. Daftar Riwayat Hidup Tim Penulis

Nama : Dadang Ronaldo

Npm : A1G020

Kelas : 2A

TTL :

Alamat :

Umur : 18 Tahun

Agama : Islam

Nama : Septiano Amardo

Npm : A1G020

Kelas : 2A

TTL : Kelobak, 27 Mei 2002

Alamat : Desa Daspetah, Kepahiang

Umur : 18 Tahun

Agama : Islam

Anda mungkin juga menyukai