Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI BALAI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERIKANAN


BUDIDAYA

Laporan ini disusun sebagai Pertanggungjawaban Pelaksanaan

Praktik Kerja Lapangan Tahun Pelajaran 2021/2022

Disusun oleh :

1. DIAN ADI KUSUMA (02783/XII APL 2)


2. NIRMA ISTIYANI (02801/XII APL 2)
3. SALFA NABILLA N.N (02808/XII APL 2)

SMK NEGERI 1 CANGKRINGAN


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


DI BALAI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERIKANAN BUDIDAYA

Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan


kegiatan Praktik Kerja Lapangan Tahun Pelajaran 2021/2022

Disusun oleh :
Nama : ............................
NIS : ............................
Kelas / Jurusan : ............................

Menyetujui,

Pembimbing Sekolah Pembimbing Industri

Sriyati, S.Pd ...................................


NIP 19710510 200604 2 014

Mengesahkan,

Kepala Sekolah Pimpinan Du/Di

................................... ..................................
NIP

ii
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan dan karunianya,
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Dalam upaya menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Pemerintah,
berupaya agar setiap individu memperoleh kesempatan mendapatkan pendidikan yang
bermutu dengan utuh, hal ini diwujudkan secara berkesinambungan meningkatkan
kualitas sistem pendidikan nasional di Indonesia.

Pendidikan nasional, khususnya bagi SMK merupakan wadah untuk tenaga-


tenaga yang siap bekerja. Wujud kebijakan pendidikan nasional diantaranya
mempersiapkan dan melaksanakan praktik kerja .

Prakerin merupakan sarana penunjang di luar teori sekolah, dengan upaya menjalin kerja
sama yang baik antara pihak dunia industri (DUDI) dan SMKN 1 Cangkringan. Maka
dengan ini kami mohon dukungan dan doa dari semua pihak, semoga Prakerin di SMKN
1 Cangkringan ini berjalan dengan lancar dan benar- benar bermanfaat bagi pesertanya.

Pada kesempatan ini Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penulisan laporan ini serta ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Darmadi, A.Pi.,M.M, selaku kepala UPTD BPTPB Cangkringan

2. Bapak Dadan, S.Tr,Pi, selaku pimpinan Unit Cangkringan

3. Ibu Astuti, S.P, selaku koordinator laboratorium BPTPB

4. Serta staf yang telah membantu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

5. Ibu Sriyati S.Pd ketua jurusan dan Ibu Vella Nadya, S.Pd selaku wali kelas dan
pembimbing Praktik Kerja Industri Bidang Keahlian SMK Negeri 1 Cangkringan
yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan

6. Keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan


7. Teman-teman satu kelompok Praktik Kerja Lapangan, terimakasih atas
kerjasamanya selama Praktik Kerja Lapangan

8. Teman-teman di Program Studi Kimia yang telah membantu dalam


iii
pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan

9. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah Yang
Maha Esa membalas semua kebaikan kalian. Aamiin.

Akhirnya laporan Praktik Kerja Lapangan ini telah tersusun. Namun, sebagai manusia
yang tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan laporan ini masih kurang adanya
sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangundari pembaca. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan............................................................
B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan.........................................................................
C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan.......................................................................
D. Waktu Praktik Kerja Lapangan..........................................................................
E. Tempat Pelaksanaan.........................................................................................
BAB II PELAKSANAAN
A. Profil Perusahaan (Sejarah, Susunan Organisasi, dan Ruang Lingkup)..............
B. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan……………………………………………………
1. Cara Kerja Serta Alat & Bahan…………………………………………………..
a. Budidaya Ikan Nila dan Persiapan Kolam sampai panen.......................
b. Kultur Pakan alami..................................................................................
- Kultur Daphnia.........................................................................................
- Kultur Spirullina........................................................................................
c. - Monitoring Kesehatan Ikan & Lingkungan (kualitas Air)...........................
- Pemeriksaan Penyakit :...........................................................................

 Uji Parasit..................................................................................

 Uji Bakteri .................................................................................

 Uji Virus.....................................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................
A. UKBAT Cangkringan..................................................................................
1. Persiapan Kolam........................................................................................

v
2. Pemijahan.................................................................................................
3. Pendederan..............................................................................................
4. Pemeliharaan Induk Nila..........................................................................
B. UKBAT Wonocatur.....................................................................................
1. Persiapan Kolam.....................................................................................
2. Pakan Fermentasi..................................................................................
3. Pemeliharaan Induk Lele.........................................................................
C. Laboratorium Pakan Alami:.......................................................................
1. Kultur Zooplankton ( Daphnia ).................................................................
2. Kultur Fitoplankton ( Spirullina )...............................................................
D. Laboratorium KESKANLING:...................................................................
1. Uji Parasit...............................................................................................
2. Uji Bakteri..............................................................................................
3. Uji Virus....................................................................................................
4. Kualitas Air.............................................................................................

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk implementasi secara
sistematis dan sinkron antara kurikulum pada program Pendidikan di sekolah dengan
program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung di
dunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu.

Untuk siswa SMK Negeri 1 Cangkringan, Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan


dan diikuti oleh semua siswa kelas XI. Kegiatan ini sebagai wahana untuk lebih
memantapkan hasil belajar sekaligus untuk memberi kesempatan mendalami dan
menghayati kemampuan hasil belajar dalam situasi dan kondisi kerja yang nyata.

Disamping dunia usaha , Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) Dapat memberikan


keuntungan pada pelaksanaan itu sendiri yaitu sekolah, karena keahlian yang tidak
diajarkan di sekolahan bias didapat didunia usaha , sehingga dengan adanya Praktik Kerja
Lapangan ( PKL ) dapat meningkatkan mutu dan relevensi Pendidikan Menengah Atas
yang dapat diarahkan untuk mengembangkan suatu system yang mantap antara dunia
pendidikan dan dunia usaha.

Latar adanya tuntunan kurikulum (KBK), yaitu di mana siswa diharuskan untuk
menguasai tugas-tugas yang diberikan oleh pihak sekolah baik teori maupun praktek,
maka pihak sekolah bekerja sama dengan pihak industri, agar siswa benar-benar mampu
praktik, sekolah perlu mengadakan praktek kerja industry (PRAKERIN). Guna
memperluas pengetahuan dan sebagai perbandingan antara teori dengan keadaan
sebenarnya. Juga sebagai syarat kelulusan agar menjadi generasi bangsa yang handal
menguasai IPTEK.

1
B. Tujuan
Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Kompetensi Keahlian Analisis
Pengujian Laboratorium bertujuan untuk:

1. Meningkatkan, memperluas dan menetapkan ketrampilan kejuruan sebagai bekal


untuk memasuki tantangan lapangan kerja.

2. Memberikan pengalaman kerja yang sesungguhnya sebagai usaha


memasyarakatkan diri sebelum terjun ke lapangan kerja dan masyarakat pada
umumnya.

3. Menumbuhkankembangkan dan memantapkan sikap profesional sesuai yang


diisyaratkan oleh lapangan kerja.

4. Memperluas cakrawala pandang terhadap dunia kerja, struktur organisasi,


jenjang karier, asosiasi usaha serta manajemen usaha.

5. Memberikan kesempatan untuk mempromosikan diri kepada lapangan kerja.

2
C. Manfaat Praktik kerja lapangan
Setelah ditinjau dari tujuan PKL dan kewajiban siswa seperti yang telah dibuat
daftarnya diatas. PKL ini memiliki 10 manfaat besar bagi siswa itu sendiri, di
antaranya:

1. Menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian profesional, dengan


keterampilan, pengetahuan, serta etos kerja yang sesuai dengan tuntutan zaman.

2. Mengasah keterampilan yang di berikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

3. Menambah keterampilan, pengetahuan, gagasan-gagasan seputar dunia usaha serta


industri yang professional dan handal.

4. Membentuk pola pikir siswa -siswi agar terkonstruktif baik serta memberikan
pengalaman dalam dunia Industri maupun dunia kerja.

5. Menjalin kerja sama yang baik antara sekolah dan perusahaan terkait, baik dalam
dunia usaha maupun dunia Industri.

6. Mengenalkan siswa-siswi pada pekerjaan lapangan di dunia industri dan usaha


sehingga pada saatnya mereka terjun ke lapangan pekerjaan yang sesungguhnya
dapat beradaptasi dengan cepat.

7. Meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga dalam mendidik dan melatih tenaga
kerja yang berkualitas.

8. Sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan bahwa pengalaman kerja sebagai


bagian dari proses pendidikan.

9. Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan


di era teknologi informasi dan komunikasi terkini.

10. Memberikan keuntungan pada pihak sekolah dan siswa-siswi itu sendiri, karena
keahlian yang tidak diajarkan di sekolah didapat didunia usaha/industri.

3
D. Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Pelaksanaan PKL dilaksanakan mulai tanggal 1 April 2022 sampai tanggal 30
September 2022

E. Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan di Balai Pengembangan Teknologi

Perikanan Budidaya (BPTPB).

Alamat: Cangkringan, Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta

4
BAB II
PELAKSANAAN

1. Profil Perusahaan
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Cangkringan Terletak
dikaki Gunung Merapi dengan kemiringan tanah 5% ketinggian tanah 330m di atas
permukaan air laut dengan suhu 24-30 derajat Celcius. Awal mula Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya bernama Balai Benih Ikan Sentral
dengan luas 0,9750 Ha. Kegiatan awal yang dilakukan adalah budidaya secara
tradisional dengan komoditas ikan mujair pada tahun 1967 dengan produksi benih
mencapai 616.000 ekor/tahun. Kemudian dikembangkan teknik kantong dengan total
produksi mencapai 2.000.000 ekor/tahun. Seiring dengan berjalannya waktu, maka
Balai Benih Ikan Sentral mengalami peningkatan dengan percobaan pembenihan
ikan grass carp dan ikan patin siam dengan pembangunan induce breeding (kawin
suntik). Perluasan lahan pada tahun 1997/1998 dengan luas areal 7,5169 Ha gedung
dan rumah jaga, dan 3,1976 Ha jalan pematang saluran dan lingkungan. Tahun 2003
Balai Benih Ikan Sentral berganti nama menjadi Unit Kerja Budidaya Air Tawar
Cangkringan pada Balai Perekayasaan Teknologi Perikanan dan Kelautan Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.Tahun 2009 berubah nama kembali menjadi Unit Kerja
Air Tawar pada Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan. Tahun
2013 menjadi Balai Pengembangan Teknologi. Perikanan Budidaya pada Balai
Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan. Perubahan nama tersebut masih
bertahan hingga saat ini.

Di BPTPB sendiri terdapat 7 unit kerja yaitu:

1. UKBAT Cangkringan, beralamat di Cangkringan, Argomulyo, Cangkringan,


Sleman

Luas lahan : 6,5 Ha dengan luas kolam : 3,5 Ha

Komoditas : Ikan Nila Merah Nilasa dan Ikan Mas Merah Najawa

5
2. UKBAT Wonocatur, beralamat di Cangkringan, Argomulyo, Cangkringan,
Sleman

Luas lahan : 1 Ha

Komuditas : Ikan Lele

3. UKBAT Sendangsari, beralamat di Desa Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo

Luas lahan : 2,5 Ha, terdiri luas kolam 1,7 Ha, dan Bangunan, jalan dan

lainnya 0,8 Ha

Komuditas : Ikan Gurame

4. UKBAT Bejiharjo, beralamat di Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul

Luas lahan sekitar : 1,8 Ha dengan luas sekitar 1,03 Ha

Komuditas : Ikan Lele

5. UKBAP Samas, beralamat di Ngepet, Srigading, Sanden, Bantul

Luas lahan sekitar : 5,5 Ha

Komuditas : Udang Galah

6. UKBAP Congot, beralamat di Jangkaran, Temon, Kulonprogo

Luas lahan sekitar : 5,5 Ha

Komuditas : Udang Vaname dan Bandeng

7. UKBAL Sundak, beralamat di Sundak, Tepus, Gunungkidul

Luas lahan : 2,3 Ha

Komuditas : Bandeng dan Ikan lainnya

8. Laboratorium Hama Penyakit Ikan ( HPI), beralamat Cangkringan,


Argomulyo, Cangkringan, Sleman

Luas lahan : 70 m2

Pelayanan :

6
 Pemeriksaan Kualitas Air (pH, suhu, Salinitas, DO, Nitrit, Nitrat)

 Pemeriksaan Parasit

 Diagnosis Virus

 Pemeriksaan Bakteri

 Pemantauan Obat Ikan, Bahan Kimia dan Bahan Biologi

 Vaksin dan Desiminasi vaksin

A. Susunan Organisasi
Pembentukan organsasi BPTPB Cangkringan berdasarkan pada peraturan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 93 tahun 2015 yaitu tentang
pembentukan susunan organisasi, uraian tugas dan fungsi serta tata kerja unit
pelaksanaan teknis pada Dinas Kelautan dan Perikanan. Susunan organisasi di
BPTPB Cangkringan terdiri dari sebagai berikut:

Kepala Balai

Kelompok Fungsional Subag Tata Usaha

Seksi Pengembangan Seksi Pengembangan


Teknologi Budidaya Air Teknologi Budidaya Air
Tawar Payau dan Air Laut

Gambar 1. Susunan Organisasi Balai

Pimpinan mempunyai tugas untuk melaksanakan prinsip koordinasi, integrase,


dan sinkronisasi dengan instansi yang berasal dari luar BPTPB Cangkringan sesuai
dengan tugas pokoknya. Sub bagian Koodinator Administrasi dipimpin oleh seorang
kepala sub bagian yang memiliki tugas melaksanakan penyusun rencana, program
dan angsuran, pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian dan jabatan
fungsioonal, persuratan kekayaan milik negara dan rumah tangga serta pelaporaan,
7
adapun pegawai BPTPB Cangkringan terdiri dari, ASN total 38 orang, Naban
(Tugas Bantu) total 14 orang , HOK total 20 orang. Dengan rincian bagian TU (Tata
Usaha), ASN ada 6 orang dan Naban 3 orang. Bagian BAT (Budidaya Air Tawar),
ASN ada 20 orang, Naban 8 orang, dan HOK ada 16 orang, BAPL (Badan Air Payau
dan Laut), ASN ada 12 orang, Naban 3 orang, HOK ada 4 orang.

B. Tugas dan Fungsi Balai Pengembangan Teknologi Budidaya dan

Perikanan (BPTPB)

a. Tata Usaha

Tata usaha memiliki tugas menyelenggarakan urusan administrasi kearsipan, tata


naskah dinas, keuangan, kepegawaian, pengelolaan barang, kerumahtanggaan, dan
kehumasan, uraian tugas tersebut sebagai berikut:

1. Penyusunan Program Subbagian Tata Usaha

2. Penyusunan Program Balai

3. Pengelolaan Kearsipan

4. Pengelolaan Keuangan

5. Penyelenggaraan Kepegawaian

6. Penyelenggaraan Kegiatan Rumah Tangga

7. Penyelenggaraan Kehumasan

8. Pengelolaan Data Pelayanan Informasi dan Pengembangan Sistem Informasi

9. Monitoring Evaluasi dan Penyusunan Laporan Program Balai

10. Pelaksanaan evaluasi dan Penyusunan Laporan Kegiatan Subbagian

Tata Usaha

b. Budidaya Air Payau dan Air Laut

Mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan penerapan

teknologi dibidang air payau dan air laut. Uraian tugasnya sebagai berikut:

1. Penyusunan Program Seksi Budidaya Air Payau dan Air Laut


8
2. Pengelolaan Data Budidaya Air Payau dan Air Laut

3. Pelaksanaan Pengembangan dan Penerapan Teknologi Budidaya

Air Payau dan Air Laut

4. Pelaksanaan Pembenihan Perikanan di Air Payau dan Air Laut

5. Pelaksanaan Pengkajian Mutu benih/induk Ikan Air Payau dan Air

Laut

6. Pelaksanaan Perbanyakan dan Pengelolaan Induk Pokok dan Induk

Dasar Ikan Air Payau dan Air Laut

7. Pelaksanaan Domestifikasi benih/induk Ikan Alam Air Payau dan Air

Laut

8. Penyelenggaraan Evaluasi dan Evaluasi serta penyusunan Laporan

Program Seksi Budidaya Air Payau dan Air Laut

c. Budidaya Air Tawar

Mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan penerapan

teknologi di bidang tawar. Uraian tugasnya sebagai berikut:

1. Penyusunan Program Seksi Budidaya Air Tawar

2. Pengelolaan Data Budidaya Air Tawar

3. Pelaksanaan Pengembangan dan Penerapan Teknologi Budidaya

Air Tawar

4. Pelaksanaan Pembenihan Perikanan di Air Tawar

5. Pelaksanaan Pengkajian Mutu benih/induk Ikan Air Tawar

6. Pelaksanaan Perbanyakan dan Pengelolaan Induk Pokok dan Induk

Dasar Ikan Air Tawar

7. Pelaksanaan Domestifikasi benih/induk Ikan Alam Air Tawar

9
8. Penyelenggaraan Evaluasi dan Evaluasi serta penyusunan Laporan

Program Seksi Budidaya Air Tawar

C. Ruang Lingkup

Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Cangkrigan menyediakan ruang


lingkup sebagai berikut:

I. Kolam Budidaya

Terdapat kurang lebih 100 kolam outdoor berbagai ukuran yang tersebar di seluruh
area Balai Pengembagan Teknlogi Perikanan Budidaya Cangkringan. Kolam tersebut
berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ikan nila, ikan mas, ikan lele, dan ikan lainnya.
Kolam tersebut terbuat dari semen dengan berbahan bagian dasar berupa tanah dan
dilengkapi saluran masuk dan saluran pembuangan air. Setidaknya setiap kolam memiliki
1 aerator dengan 2 paddle wheel yang berfungsi memberikan aerasi bagi ikan budidaya.

II. Hatchery

Befungsi sebagai tempat dilaksanakannya proses pembenihan dan pendederan


larva/benih ikan. Tempat ini biasa digunakan untuk kegiatan siswa/mahasiswa yang
sedang melakukan magang ataupun kerja praktik. Terdapat 2 bangunan hatchery yaitu
hatchery selatan dan hatchery utara. Masing-masing hatchery memiliki kolam ubin yang
dilengkapi saluran air, saluran pembuangan dan saluran aerasi sebagai perlengkapan yang
diperlukan bagi pemeliharaan benih.

III. Mess

Terdapat 3 bangunan mess yang diperuntukkan bagi siswa/mahasiswa yang sedang


melaksanakan magang manapun kerja praktik dimana membutuhkan tempat tinggal
sementara. Fasilitas yang disediakan berupa Kasur, kamar mandi, dan almari pakaian.

IV. Mushola

Terdapat 1 bangunan mushola untuk keperluan ibadah baik bagi siswa/mahasiswa


maupun bagi pegawai Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Cangkringan.

V. Gudang Pakan dan Pupuk

Berfungsi untuk menyimpan pakan ikan dengan berbagai ukuran. Selain itu, terdapat

10
gudang pupuk yang berfungsi untuk menyimpan pupuk yang akan digunakan sebelum
kolam diisi air dengan tujuan menumbuhkan pakan alami.

VI. Gudang Peralatan

Berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbgai alat yang digunakan selama proses
budidaya seperti serok, kakaban, jarring, ember, grading, saringan dan lain sebagainya.

VII. Bangunan Perumahan

Terdapat beberapa bangunan rumah untuk tempat tinggal sementara pekerja lapangan
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Cangkringan.

VIII. Pasar Ikan

Terdapat pasar ikan di sekitar aera Balai Pengembangan Teknologi Perikanan


Budidaya Cangkringan yang diperuntukan bagi warga sekitar menjual ikan serta secara
khusu digunakan untuk menjual ikan hasil budidaya di Balai Pengembangan Tenknlogi
Perikanan Budidaya Cangkringan.

IX. Laboratorium

Terdapat 1 laboratorium di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya


Cangkringan yaitu Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Layanan yang
diberikan dapat berupa analisi penyakit dari sample yang diberikan para pembudidaya
ataupun mahasiswa/siswa yang melakukan magang/kerja paktrik. Terdapat 4 ruang yaitu,
ruangan PCR deteksi virus, ruang uji bakteri, ruang bedah sample dan pengamatan
mikroskop, dan gudang.

2. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

1. Cara kerja, alat, dan bahan

a. Budidaya ikan nila dan persiapan kolam sampai panen


Langkah-langkah Budidaya Ikan Nila Setelah membuat kolam, langkah
selanjutnya adalah memulai budidaya ikan nila dikolam. Adapun langkahnya, antara lain
sebagai berikut :

 Penyebaran Bibit Ikan Nila

11
Setelah menyiapkan media budidaya, yakni kolam beton, harus menyiapkan bibit ikan
nila. Pastikan untuk membeli bibit ikan nila yang berkualitas unggul agar hasil panen
melimpah ruah. Sebenarnya, cara budidaya ikan nila di kolam beton tidak begitu berbeda
dengan cara budidaya ikan lainnya. Namun, benar-benar harus memperhatikan langkah
berikutnya yang sangat penting, yakni menyebarkan bibit ikan nila ke dalam kolam terpal
bulat. Jika bibit ikan nila masih berupa benih, maka dapat melakukan pemeliharaan di
tempat lain lebih dulu. Nantinya, ketika bibit ikan nila sudah tumbuh menjadi bibit
berkualitas dan unggul, boleh dipindahkan ke dalam kolam beton. Kendati ikan nila
merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki daya tahan kuat, kebal penyakit, dan
mudah dibudidayakan, tetapi tidak boleh menebar benih ikan nila secara sembarangan.
Pasalnya, penebaran bibit ikan nila yang kurang tepat dapat meningkatkan risiko
kematian. Lantas, bagaimana cara terbaik menyebarkan bibit ikan nila? Adapun cara tepat
dalam melakukan penyebaran bibit, antara lain sebagai berikut:

- Siapkan wadah berupa ember. Masukkan air bersih sekitar setengah ember dari wadah
tersebut kemudian masukkan bibit ikan nila ke dalamnya. Biarkan selama kurang lebih 10
menit agar bibit ikan terbiasa dengan air tersebut.

- Setelah 10 menit, tambahkan air ke dalam ember hingga penuh dan diamkan selama 5
menit. Proses ini sangat penting dan tak boleh lewatkan, sebab tujuan dari hal ini agar
bibit ikan nila yang akan tebarkan sudah terbiasa dengan habitat yang baru. Alhasil, bibit
ikan nila tidak akan mengalami stress apalagi mati.

- Setelah melewati proses tersebut, ambil benih ikan nila dengan hati-hati dan perlahan.
Terbarkan bibit ikan nila ke dalam kolam yang sudah diberi happa.

 Persiapan kolam
Cara Mempersiapkan Kolam Beton untuk Budidaya Ikan :

Kolam beton yang baru saja dibuat tidak bisa langsung digunakan karena masih
mengandung beberapa senyawa kimia berbahaya bagi ikan. Penggunaan kolam beton
untuk budidaya terbilang cukup jarang karena modal yang dikeluarkan untuk pembuatan
kolam terbilang cukup besar. Hanya pembudidaya berskala besar yang bisa membuat
kolam ini.

Kelebihan kolam beton sudah pasti tahan lama. Pembudidaya tidak perlu melakukan
perbaikan secara rutin untuk kolam ini karena kolam sangat kuat dan tidak mudah rusak.

12
Proses pembuatan kolam beton terbilang cukup memakan waktu. Berikut ini beberapa
persiapan yang perlu dilakukan sebelum kolam beton digunakan untuk budidaya ikan.

1. Pemupukan dasar kolam

Lakukan pemupukan dasar kolam untuk membuat lapisan lumpur buatan yang
dibutuhkan untuk menumbuhkan pakan alami bagi ikan. Lumpur tersebut juga berfungsi
mereduksi suhu panas yang masuk ke kolam sehingga ikan tidak mudah stres dan suasana
di dalam kolam terasa lebih sejuk dengan lumpur buatan ini.

2. Masukkan air kolam untuk menghilangkan residu semen

Proses pembuatan kolam beton menimbulkan residu semen yang berbahaya


untuk ikan. Oleh karena itu, pembudidaya perlu menghilangkan residu tersebut dengan
cara mengalirkan air ke dalam kolam agar seluruh residu yang menempel di pematang
kolam larut ke dalam air.

3. Keringkan kolam

Setelah air dimasukkan ke kolam dan didiamkan selama beberapa hari, air di
dalam kolam dikeringkan. Air tersebut tidak boleh digunakan untuk budidaya karena
dapat membahayakan ikan. Residu semen biasanya menimbulkan efek basa dan membuat
suhu air di dalam kolam menjadi panas.

4. Isi kembali dengan air

Proses pencucian kolam bisa dilakukan beberapa kali hingga residu semen di
dalam kolam menghilang. Jika residu masih terlihat, air harus dibuang kembali. Residu
semen di dalam kolam harus benar-benar sudah menghilang. Biasanya, untuk
menghilangkan bau semen, pembudidaya memanfaatkan potongan batang pisang yang
digosokkan ke seluruh bagian kolam sehingga proses penghilangan residu kolam dapat
berjalan lebih cepat dan proses budidaya bisa segera dilakukan.

 Alat dan Bahan : 1. Seser/ Scoopnet

2. Ember

3. Happa

4. Waring

13
5. Rembeng

b. Kultur pakan alami

1. Kultur Spirullina

 Langkah-langkah pembuatan kultur Spirullina adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Menyiapkan toples kap. 10 L yang sudah disterilkan, lap

menggunakan tissue yang telah diberi alkohol 70%

3. Mengisi toples dengan air laut sebanyak 7 L yang disterilkan

menggunakan chlorine 30 ml dengan dosis 1 ml/L

4. Toples yang telah diisi air laut ditambahkan larutan Na-Thio

Sebanyak 7 ml untuk menetralkan chlorine

5. Kemudian diaerasi selama 5 menit bertujuan agar air laut yang telah

ditambahkan larutan tersebut dapat homogeny

6. Ditambahkan pupuk walne dan vitamin B12 masing-masing

Sebanyak 9 ml dengan dosis 1 ml/L

7. Setelah itu diaerasi kembali selama 5 menit, lalu dimasukkan

Inokulan sebanyak 2 L karena 20-30% dari media

8. Melakukan pengamatan dan perhitungan kepadatan Spirullina sp.

yang di kultur selama 24 jam sekali.

 Alat dan bahan : Alat Bahan

1. Toples kap. 10 L 1. Inokulan Spirullina sp 2 L

2. Pipet tetes 2. Pupuk walne 9 mL

3. Gelas ukur 3. Pupuk B12 9 mL

4. Gelas beker 4. Alkohol 70%

14
5. Selang dan batu aerasi 5. Na-Thio 9 mL

6. Kertas label 6. Air laut steril 7 L

7. Erlenmeyer 7. Chlorine 1 ml/ L

8. Pipet tetes

9. Tissu

10. Saringan

2. Kultur Daphnia
Langkah-langkah kultur Daphnia adalah sebagai berikut :

1. Siapkan 3 bak fiber, bersihkan dan cuci menggunakan sabun lalu

Bilas menggunakan air mengalir dan keringkan

2. Isi bak fiber dengan air sumur sebanyak 100 L dan berikan aerasi

Pada setiap bak

3. Tambahkan molase sebanyak 35 mL pada 100 L air sumur kedalam

Bak fiber, homogenkan hingga larutan molase tercampur merata dan

Di diamkan selama 24 jam

4. Tambahkan nutrient sesuai dengan perlakuan yang digunakan yaitu

penambahan buster vitamin A dan probiotik.

5. Menebar starts Daphnia sp ke dalam 100 L media kultur

6. Selanjutnya perawatan dan pengamatan dilakukan setiap hari selama

9 hari, untuk penambahan bahan organik molase dilakukan setiap 3

Hari

7. Perhitungan Daphnia menggunakan cara manual yaitu dihitung satu

persatu pada tiap sampel dengan bantuan handcounter, sendok dan

mangkok

15
 Alat dan bahan : Alat Bahan

1. 3 bak fiber uk. 200x100x40 cm 1. Indukan daphnia

2. Gelas beker 200 mL 2. Air sumur

3. Sendok 3. Molase 35 mL

4. Toples atau mangkok 4. Vitamin A 5 gr

5. Aerator 5. Probiotik 5 gr

6. Alat tulis

7. Selang

8. Handcounter

9. Tibangan analitik

10. Penggaris

11. Gelas ukur

12. Sikat/ spons

c. - Monitoring kesehatan ikan dan lingkungan ( kualitas air )


Langkah-langkah monitoring air adalah sebagai berikut:

1. Ke lokasi yang akan dicek

2. Meneliti kandungan pada kolam air menggunakan Water Qquality

Checker

3. Mengambil sampel air

4. Lalu setelah itu, mengecek kandungan zat kimia

 Alat dan bahan : Alat Bahan

1. Water Quality Checker 1. Sampel air

2. Secchi disk 2. Nitrit test kit

3. pH lakmus 3. Nitrat test kit

16
4. Thermometer 4. Phospat test kit

5. Ammonia test kit

- Pemeriksaan penyakit :

 Uji Parasit
Langkah-langkah uji parasite adalah sebagai berikut :

1. Mengambil ikan sakit

2. Ambil lendir dibagian sisik, sirip, insang menggunakan pisau bedah

3. Siapkan objek glass

4. Beri 1 tetes aquades

5. Nyalakan mikroskop, letakkan objek glass, atur perbesaran yang

dikehendaki

6. Amati jenis parasit yang ada menggunakan lensa 10x 40x

7. Dokumentasi, untuk mengetahui prefalensi dengan cara jumlah

terserang : jumlah ikan yang diamati

8. Alat-alat yang telah digunakan dibersihkan kembali

 Alat dan bahan : Alat Bahan

1. Objek glass/cover glass 1. Sampel ikan

2. Alat bedah 2. Aquades

3. Nampan

4. Mikroskop

5. Pipet tetes

6. Hand counter

 Uji Bakteri
Langkah-langkah uji bakteri adalah sebagai berikut :

17
1. Timbang bahan

2. Tambahkan aquades dalam Erlenmeyer

3. Panaskan diatas hot plate stirrer

4. Autoclave 1210 C dalam waktu 15 menit

5. Tuang dalam petridish

6. Setelah agar beku, posisi petridish dibalik dengan posisi tutup

dibawah

7. Inkubasi dalam inkubator semalaman

8. Bungkus dengan kertas, simpan dalam showcase maksimal 6

Bulan

Nb: Takaran GSP 45 gr/ L

Takaran TSA 40 gr/ L

 Alat dan Bahan : Alat Bahan

1. Mortar alu (ikan kecil) 1. Sampel Ikan

2. Alat bedah (ikan sedang) 2. Nacl 1-5 tetes

3. Bunsen 3. Media Agar(GSP,TSA)

4. Korek 4. Alcohol 70%

5. Inkubator

6. Showcase

7. Hand counter

8. Jarum ose

9. Hot plate stirrer

10. Timbangan digital

11. Cawan petri

18
 Uji Virus
Langkah-langkah uji virus adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan sampel ikan

2. Amplifikasi DNA

3. Pembuatan agarose

4. Proses elektroforesis

5. Melihat hasil elektro ke UV Transilluminator

6. Mendapatkan hasil DNA

 Alat dan Bahan : Alat Bahan

1. Alat bedah 1. DNA kit

2 .Mortar 2. Marker

3. Timbangan analitik 3. TAE

4. Tube 4. Alkohol

5. Tip 5. Agarose

6. Vortex 6. Extract solution

7. Waterbath 7. Tissue solution

8. Centrifuge 8. Master mix

9. Hot plate 9. Primer F

10. Hermocyclier 10. Primer R

11. UV Transilluminator 11. DNA se

12. Elektroforesi 12. Pewarna peqgreen

13. Mikro pipet

14. Cetakan agar

19
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. UKBAT Cangkringan

1. Persiapan kolam
Hal yang perlu dilakukan sebelum kolam digunakan yaitu dengan
membersihkan kolam dari segala bentuk kotoran yang dapat membawa pathogen. Adapun
tahapan persiapan kolam yang terdiri dari pengeringan kolam, pembalikan tanah dan
pengapuran. Tahapan pengeringan kolam dapat dilakukan selama 1-2 minggu apabila
cuaca mendukung. Ciri-ciri pengeringan kolam berhasil yaitu ditandai dengan tanah
terlihat retak-retak. Proses pengeringan kolam ini dilakukan dengan bantuan sinar
matahari yang bertujuan untuk mengoksidasi bahan organic yang terkandung di dalam
tanah menjadi mineral atau hara. Pembalikan tanah atau pengangkatan lumpur dapat
dilakukan apabil tanah dasar kolam sudah kering. Pembalikan tanah dilakukan dengan
cara mencangkul tanah dengan kedalaman 5-10 cm. Proses pembalikan tanah dapat
berfungsi untuk mengurangi kandungan bahan organic dari dasar kolam, selain itu juga

20
dapat meninggikan pemantang dan menutup kebocoran pemantang. Tahapan yang
terakhir yaitu pengapuran tanah yang dilakukan setelah tanah dasar mengering dan
dibalik. Jenis kapur yang biasa digunakan yaitu kapur dolomit dengan dosis 70 g/m .
Proses pengapuran dilakukan bertujuan untuk eningkatkan ph serta dapat membunuh
pathogen dan hama. Hal ini diperkuat oleh Athika dan Lutfiyah (2021), yang menyatakan
bahwa pemupukan dapat dilakukan dengan dosis 250-500 g/m yang betujuan untuk
mempersubur kondisi air yang digunakan, membunuh bibit penyakit dan
menyeimbangkan ph tanah.

2. Pemijahan ikan nilasa

Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai peran yang


sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk merupakan salah satu factor
utama yang akan menentukankualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan, pengelolaan
induk dilakukan atas dasar sifat induk dan kebutuhan induk agar mampu hidup dan
berkembang secara optimal (Wiryanta, 2010). Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur
yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Telur yang telah dibuahi kemudian
dierami dalam mulut induk jantan sampai menetas. Proses terjadi selama 4-5 hari, larva
yang telah menetas akan bertahan hidup dengan cadangan makanan berupa kuning telu
dalam waktu 5-7 hari (Wiryanta, 2010)

3. Pendederan ikan nilasa


Kegiatan penebaran benih yang digunakan ikan nila merah nilasa di kolam
beton adalah benih berukuran 2-3 cm. Lama waktu yang dibutuhkan 60 hari dengan target
benih ukuran 7-9 cm. Padat tebar yang digunakan 500 ekor/m 2 untuk satu kolam
sebanyak 5.000 ekor. Benih yang ada dalam happa dipindahkan dalam kolam pendederan
dengan cara diangkut menggunakan ember untuk mengangkatnya. Benih ikan merah
nilasa dalam ember di tebar dalam kolam pemeliharaan diaklimatisasi terlebih dahulu.
Wadah berisi benih nila merah nilasa diturunkan secara perlahan ke dalam kolam,
kemudian wadah dimiringkan sehingga air kolam dapat memasuki kolam. Secara
perlahan ember dimiringkan sehinga benih dapat keluar dari ember dan memasuki wadah
yang lebih besar yaitu kolam pemeliharaan

4. Pemeliharaan Induk Ikan Nila


Pemeliharaan induk bertujuan untuk mengoptimalkan kematangan gonad

21
induk-induk ikan nila merah nilasa, dengan cara memelihara indukan jantan dan betina di
pelihara pada kolam yang berbeda.

B. UKBAT Wonocatur

1. Persiapan kolam
Persiapan kolam, yang pertama dilakukan yaitu pengeringan kolam
dibawah sinar matahari sekitar 3-5 hari, kolam harus benar-benar kering sampai terlihat
tanah didasar kolam retak-retak. Proses pengeringan dilakukan untuk membunuh segala
bakteri yang ada di tanah kolam yang bias menimbulkan bibir penyakit bagi ikan lele,
selain itu gas-gas beracun yang terperangkap dikolam tanah akan menguap hilang jika
terpapar sinar matahari. Proses penggemburan tanah dimana tanah dibajak atau dibalik
menggunakan cangkul dengan kedalaman sekitar 10 cm karena tanah yang gembur
mudah ditumbuhi mikroorganisme baik. Proes penggemburan tanah berfungsi untuk
menyeimbangkan tingkat keasaman atau ph pada tanah dan membantu memberantas
mikroorganisme pathogen, jenis kapur yang digunakan yaitu dolomit atau kapur tohor.
Pengapuran dilakukan dengan cara menebar secara merata dipermukaan di dasar kolam,
dosis yang diperlukan untuk pengapuran adalah 250-750 g/m2 atau tergantug pada tingkat
keasaman tanah karena semakin asam tanah maka semakin banyak kapur yang
diperlukan. Proses pemupukan pada kolam menggunakan kotoran burung puyuh yang
sudah ada didalam karung kemudian diletakkan dibagian sudut kolam sebanyak 4 buah.
Proses pemberian pupuk dan daun kleresede berfungsi untuk menumbuhkan
mikroorganisme seperti fitoplankton, cacing, dan kutu air untuk menjadi pakan alami
pada ikan.

2. Pemijahan ikan lele


Pemijahan merupakan proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan
sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan
merupakan mata rantai dalam siklus hidup yang menentukan kelestarian kehidupan suatu
spesies ikan. Proses pemijahan akan diikuti dengan proses pembuahan, embriogenesis,
dilanjutkan dengan penetasan serta pengembangan ikan dari larva menuju ikan dewasa.

Pemijahan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pemijahan secara alami,
pemijahan semi alami, dan pemijahan secara buatan. Pemijahan alami dilakukan dengan
cara menyatukan induk jantan dan betina yang sudah matang gonad ke dalam wadah atau
kolam yang sudah disiapkan. Pemijahan secara semi alami dilakukan dengan cara
22
memberi rangsangan berupa hormon yang disuntikkan ke tubuh induk jantan dan betina
sebelum dimasukkan ke dalam kolam pemijahan, hormon yang diberikan pada ikan lele
untuk pemijahan ini yaitu dengan menggunakan ovaprim dengan dosis 0,2 cc/ml maupun
oodev dengan dosis yang diberikan sebanyak 0,5 cc/ml. Pemijahan secara buatan
dilakukan dengan cara lele betna diberi rangsangan berupa suntikan hormon yaitu
ovaprim dengan dosis berat awal induk dikalikan berat per kg lele, kemudian ikan
dimasukkan ke dalam kolam yang terpisah antara jantan dan betina. Setelah kurang lebih
8-10 jam dari waktu penyuntikan, lele betina dikeluarkan dan distripping (pengeluaran
telur) kemudian jantan dibedah dan diambil kantong sperma lalu sperma ditambahkan
NaCI sesuai talaran dan dicampurkan ke sel telur untuk dibuahi kemudian ditebarkan
pada fiber yang sudah disiapkan.

3. Pendederan ikan lele


Pendederan pada benih dilakukan ketika persiapan kolam sudah selesai
dilakukan dari pemberian pupuk, pengapuran, pengisian air, dan lainnya. Penghitungan
pada benih dilakukan dengan cara pengambilan sampel sebanyak kemudian ditimbang
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Waktu yang baik untuk melakukan pendederan
benih yaitu pada pagi atau sore hari, sebab jika dilakukan pada siang hari suhu air kolam
agak panas akibat pengaruh sinar matahari sehingga benih akan mudah stress karena
kesensitifan pada frekuensi suhu. Ukuran benih pada saat pendederan harus memiliki
ukuran yang sama serta tidak berpenyakit. Pendederan benih dilakukan dengan perlahan-
lahan dan sangat hati-hati agar benih tidak stress, posisi orang yang menebarkan benih
turun kedalam kolam, lalu wadah yang berisi benih diletakkan diatas permukaaan air
selanjutnya perlahan-lahan wadah dimiringkan sedikit dan dibiarkan benih keluar dengan
sendirinya. Penebaran benih pada kolam semi insentif sering dilakukan pada komoditas
lele yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan karena adanya pakan alami yang
berlimpah dan penambahan pakan buatan yang rutin dilakukan, selain komoditas lele
terdapat komoditas lainnya seperti ikan tombro, tawes, dan gabus.

4. Pakan Fermentasi
Pakan fermentasi adalah pakan yang sebelum diberikan ke ikan sudah
difermentasika terlebih dahulu. Dengan begitu, bahan-bahan di dalam pakan akan dibantu
pemecahannya oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroba atau probiotik, yang digunakan

23
saat fermentasi.

5. Pemeliharaan Induk Ikan Lele Sangkuriang


Wadah yang digunakan dalam proses pemeliharaan induk lele sangkuriang
berupa kolam beton. Bak pemeliharaan induk merupakan bak permanen yang terbuat dari
beton. Kolam permanen yang berdimensi 12 m x 6,7 m x 1,5 m dengan luas kolam 80 m 2.
Bak tersebut dilengkapi dengan inlet dan outlet dari pipa paralon dengan diameter inlet 2
inci dan diameter outlet 3 inci. Inlet bak dihubungkan dengan pipa dari saluran air. Air
yang masuk pada bak pemeliharaan induk dan pemijahan sebesar 0,4 L/ detik. Outlet bak
berada pada sisi yang berlawanan dengan inlet bak dan berada dibagian dasar yang
terhubung langsung dengan saluran pembuangan. Kolam pemeliharaan induk tersebut
dilengkapi dengan jarring yang berfungsi untuk menjaga induk ikan agar tidak melompat
dari kolam pemeliharaan. Jaring tersebut diikat di setiap sisi jarring pada paku yang sudah
terpasang di setiap pematang kolam.

C. Laboratorium Pakan Alami

1. Kultur Zooplankton
Daphnia sp merupakan salah satu pakan alami yang dibudidayakan oleh
BPTPB di Sleman. Budidaya Daphnia sp digunakan sebagai pakan bagi perbenihan
perikanan di BPTPB dan dapat dijual bagi masyarakat yang membutuhkan, baik sebagai
starter dalam pengujian maupun digunakan sebagai pakan ikan.

2. Kultur Fitoplankton
Spirullina platensis merupakan mikro alga multiseluler autotrof berwarna
hijau kebiruan, dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral
(helix) sehingga disebut juga alga biru hijau berfilamen (cyanobacterium). Kandungan
protein pada spirullina sp. sekitar 63-68%. Dengan kandungan protein yang tinggi,
spirullina merupakan sumber protein potensial bagi makhluk hidup untuk manusia/
hewan ternak (Lesmana et al.,2019). Spirullina sp. adalah salah satu jenis fitoplankton
yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami ikan, spirullina sp hidup di air tawar.
Spirullina sp mempunyai kandungan gizi tinggi, diantaranya protein yang dapat mencapai
60% dari berat keringnya sehingga baik untuk dimanfaatkan sebagai pakan.

D. Laboratorium Kesehatan Ikan Dan Lingkungan


Laboratorium KESKANLING merupakan kependean dari Laboratorium
24
Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan secara
administrative di bawah UPTD BPTPB Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DI.
Yogyakarta yang bertugas melakukan monitoring, pengujian, dan pengendalian penyakit
ikan dan udang di wilayah DIY serta melakukan pembinaan kepada masyarakat
pembudidaya yang berkaitan dengan penyakit ikan, kualitas air, obat ikan, residu pada
ikan atau udang dan pengendaliannya. Untuk peningkatan produksi budidaya perikanan
laboratorium menyediakan immunostimulan (vitamin), vaksinasi ikan serta pembinaan
pengunaan obat ikan baik untuk pencegahan maupun pengendalian.

1. Uji Parasit

Parasit adalah mikroorganisme yang hidup dan menggunakan hidup


organisme lain. Prevalensi prasit adalah jumlah ikan dalam suatu populasi yang
terinveksi parasite pada kondisi dan suatu tempo waktu tertentu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan prevalensi ektoparasit yang terdapat
pada ikan budidaya.

Dari pengujian yang dilakukan selama di laboratorium kesehatan ikan dan


lingkungan parasite yang ditemukan adalah sebagai berikut:

Trichodina spp. (penyakit gatal)

Pengendalian :

- Ikan yang terserang trichodiniasis dengen tingkat prevalensi dan intensitas


yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan beberapa jenis
desinfektan antara lain:

 Perendaman dalam larutan garam dapur (untuk ikan air tawar) pada
konsentrasi 500-10.000 mg/L (tergantung jenis dan umur ikan)
selama 24 jam.

 Perendaman dalam air tawar (untuk ikan air laut) selama 60 menit,
dilakukan pengulangan setiap hari.

 Perendaman dalam larutan Kalium Permanganate pada dosis


4mg/L selama 12 jam.

25
 Glacial acetic acid 0,0001 mg/L selama 24 jam atau lebih, diulang
setiap 2 hari sekali

 Hidrogen peroxide (3%) 17,5 ml/L selama 10 menit, diulang setiap


2 hari

- Pengobatan dengan herbal dapat menggunakan:

 Bawang putih (Allium Sativum L) dengan cara: untuk pengendalian


penyakit ichthyophthiriasis

 Akar kuning (Arcangelisia Flava Merr) dengan cara seperti pada


pengobatan Bintik putih (white spot) atau “ich” atau
ichthyophthiriasis.

Dactylogyrus spp. (cacing insang)

Pengendalian:

- Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air > 290C .

- Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C

pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan.

- Mengurangi kadar bahan organic terlarut dan atau meningkatkan

frekuensi pergantian air.

- Ikan yang terserang Dactylogyriasis dengan tingkat prevalensi dan

intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan

beberapa jenis disinfektan, antara lain:

 Perendaman dalam larutan garam dapur pada konsentrasi 500-


10.000 mg/L (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam.

 Perendaman dalam larutan Kalium Permanganate pada dosis 4


mg/L selama 12 jam

 Glacial acetic acid 0,5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama
26
3-4 kali

- Pengobatan secara herbal dapat menggunakan :

 Mengkudu (Orinda Citrifolia L) dilakukan dengan cara: mencacah


10 lembar daun lalu diremas-remas dalam 5 liter air, kemudian
airnya digunakan untuk merendam ikan yang sakit. Daun dan buah
mengkudu juga sangat baik untuk pakan harian ikan nila dan tawes.

 Petai cina atau biasa juga disebut Kemlandingan/ Lamtoro


(Leucaenaleucocephala) dengan cara: mencampur cacahan
(potongan) daun sebanyak 2 gram dengan pakan. Kemudian pakan
tersebut diberikan kepada 1 kg ikan.

 Pinang jambe (Area catechu L) juga dapat digunakan sebagai obat


herbal secara mencacah 1 bagian batang kemudian dicampur
dengan 5 bagian pakan.

 Teh (Thea sinensis L) dengan cara: melarutkan 10-20 mg teh,


kemudian dilarutkan ke dalam 1 liter air.

 Tembakau (Nicotiana tabacum L) dengan cara: 300-400 kg daun


dan batang yang segar per 1 hektar luas kolam ditebar selama 1
minggu, baru kolam siap dilakukan penebaran benih.

Gyrodactylus spp. (cacing kulit)

Pengendalian:

- Mempertahankan kualitas air terutama stabilitasi suhu air > 290C.

- Pemberian unsur immonostimulan ( misalnya penambahan vitamin

Vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan.

- Mengurangi kadar bahan organic terlarut dan atau meningkatkan

Frekwensi pergantian air.

- Ikan yang terserang gyrodactyliasis dengan tingkat prevalensi yang


27
rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan beberapa jenis

disinfektan, atara lain:

 Perendaman dalam larutan garam dapur pada konsentrasi 500-


10.000 mg/L (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam.

 Perendaman dalam larutan Kalium Permanganate pada dosis 4


mg/L selama 12 jam.

- untuk pengobatan herbal dalam hal mencegah dan mengobati

penyakit ini sama dengan pengendalian penyakit Dactylogyriasis

( cacing insang).

Ichthyophthirius multifiliis ( white spot)

Pengendalian:

- Mempertahankan suhu air lebih dari 290C selama 2 minggu atau

lebih

- Pemberian unsur immunostimulun (misalnya penambahan vitamin C

pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan

- Meningkatkan frekuensi pergantian air

- Pemindahan ikan pada air yang bebas “Ich” secara berkala yang

disesuaikan dengan siklus hidupnya

- Ikan yang terinfeksi “Ich” dengan tingkat prevalensi dan intensitas

yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman

menggunakan beberapa jenis disinfektan, antara lain:

 Perendaman dalam larutan garam dapir pada konsentrasi 500-

28
10.000 mg/ L (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam,
dilakukan pengulangan setiap 2 hari

 Perendaman dalam larutan Kalium Permanganate pada dosis 4


mg/ L selama 12 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari

- Pengobatan dengan herbal dapat menggunakan:

 Akar Kuning (Arcangelisia flava Merr) dengan cara: daun dan


buahnya direndam, kemudian dicacah hingga halus lalu
dicampur air. Rendam ikan yang terinfeksi kedalam air tersebut.

 Pepaya (Carica papaya L., Famili Cariccaceae) dilakukan


dengan cara: 2 g daun papaya dicacah hingga halus kemudian
dilarutkan dalam 100 ml air untuk merendam ikan yang sakit
selama 1 jam. Batang dan daun papaya juga dapat digunakan
sebagai pakan dengan dosis 15 kg untuk 100 kg bobot ikan.

 Bawang Putih (Allium sativum L) dengan cara: menghaluskan


25 mg bawang putih kemudian dicampur dengan 1 liter air
untuk perendaman ikan sakit.

 Sirih (Siper Beatle L) dengan cara: mencampurkan 2 g ekstrak


daun sirih kedalam 60 ml air. Untuk penyakit Ichtyophthirius
multifillis perendaman dilakukan selama 12 jam

Zoothamnium spp.

Pengendalian:

- Persiapan wadah/ petak pemeliharaan yang baik (disinfektan dan

sumber air yang bebas mikroorganisme penempel)

- Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi

kadar bahan organik terlarut dan atau meningkatkan frekuensi

pergantian air baru

29
- Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C

pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan.

- Merangsang proses ganti kulit melalui memanipulasi parameter

kualitas air yang merupakan faktor determinan.

- Udang yang terserang “fouling disease” dengan tingkat prevalensi

dan intensitas yang rendah dapat dilakukan melalui pengobatan

dengan herbal menggunakan akar kuning (Arcangelisia flava Merr)

seperti pada pengobatan Bintik putih (white spot) atau “Ich” atau

ichthyophthiriasis.

Argulus sp.

Pengendalian:

- Pengeringan dasar kolam yang diikuti dengan pengapuran

- Perendaman dalam larutan ammonium klorida (NH4CI) pada dosis

1,0 – 15 % selama 15 menit, atau garam dapur pada dosis 1,25%

selama 15 menit

- Perendaman dengan garam dapur 500 – 1000 mg/ L selama 24 jam

atau lebih, diulang setiap minggu selama 4 kali pemberian

- Potassium Permanganate 2-5 mg/ L selama 24 jam atau lebih

- Pemberian Temepos (abate) pada dosis 1 mg/ L (akuarium) dan 1,5

mg/ L (kolam).

Haliotrema nimia

Pengendalian:

- Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan

30
vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan

- Mengurangi kadar bahan organic terlarut dan atau meningkatkan

frekwensi pergantian air

- Ikan yang terserang cacing insang dengan tingkat prevalensi

dan intensitas yang rendah, dapat diobati dengan pengobatan

herbal dengan menggunakan Tembakau ( Nicotiana tabacum L)

dengan cara sebagaimana pada pengendalian Dactylogyriasis

( cacing insang).

2. Uji Bakteri
Bakteri adalah Mikroorganisme penyakit yang mengakibatkn kematian pada
ikan, apbila jumlah serangannya banyak.

Dari pengujian yang dilakukan selama di laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan
bakteri yang ditemukan adalah sebagai berikut:

Aeromonas Hydrophila
Pengendalian:

- Pencegahan secara dini (benih) melalui vaksinasi anti-Aeromonas

hydrophila.

- Disinfeksi sarana budidaya sebelum dan selama proses pemelharaan ikan

- Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada

pakan) secara rutin selama pemeliharaan.

- Menghindari terjadinya stress (fisik,kimia,biologi)

- Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar

31
Bahan organic terlarut dan atau meningkatkan frekwensi pergantian air baru

- Pengelolaan kesehatan ikan secara terpadu (ikan,lingkungan, dan

patogen)

- pengobatan dengan herbal dapat menggunakan:

 Daun Babandotan (Ageratum conyzoides L) dengan cara: menyebarkan


daun babanotan segar ke kolam secara merata atau dapat diberikan sebagai
pakan dengan dosis 30 kg daun untuk 100 kg ikan selama 5-7 hari.
Sementara untuk transportasi ikan kurang lebih 200 ekor benih ukuran 1
inchi, dapat menggunaan 20 lembar daun babadotan yang dimasukkan ke
dalam 50 liter air.

 Bawang putih (Allium satifum L) seperti pada pengendalian


Trichodiniasis

 Gadung (Dioscorea hispida dennst) dengan cara: umbi dan daun gadung
dicacah hingga halus, kemudian di campur dengan air. Gunakan air
tersebut untuk merendam ikan yang sakit.

 Jambu biji (Psidium guajava L) dengan cara: 4,5 g daun jambu biji
dicacah halus kemudian dicampur dengan 1 liter air, lalu campur dengan
pakan. Cara lainnya juga dapat dilakukan dengan mencacah 1-2 g daun
jambu biji kemudian campur dengan 5 liter air. Gunakan air tersebut untuk
merendam ikan sakit selama 48 jam.

 Jinten hitam (Nigella sativa L) dengan cara: menghaluskan jinten hitam


secukupnya, kemudian campur dengan pakan

 Jombang (taraxacum officinale) dengan cara: untuk pencegahan gunakan


0,3-0,6 g daun jombang, lalu cacah hingga halus, lalu g daun jombang,
cacah hingga halus lalu campur dengan 1 liter air, gunakan air tersebut
untuk merendam ikan sakit.

 Daun kelor (Moringga oleifera Lamk) dengan cara: cacah hingga halus 5 g
daun kelor, lalu campur dengan 100 ml air kemudian disaring. Hasil air
saringan tersebut kemudian campurkan dengan air untuk merendam ikan
yang sakir.
32
 Ketapang (Terminalia cattapa) dengan cara: mencacah hingga halus 60 g
daun ketapang hingga halus, lalu campurkan kedalam 1 liter air. Air
tersebut digunakan untuk perendaman ikan yang sakit.

 Kirinyuh (Chromolaena ordorata) dengan cara: mencacah batang dan daun


kirinyuh, lalu dicampur dengan 10 ml air. Hasil campuran tersebut
kemudian ditambahkan dengan 10 L air, lalu digunakan untuk merendam
ikan yang sakit.

 Kunyit/Kunir Turmeric (cucuma longa) dengan cara: menghaluskan 1 g


kunyit hingga menjadi bubuk, lalu campur dengan 1 kg pakan. Berikan
pakan yang telah dicampur dengan kunyit selama beberapa hari pada ikan
yang sakit.

 Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl) dengan cara:


Menyemprotkan pakan dengan air rendaman daun mahkota dewa yang
telah dicacah dan diremas-remas terlebih dahulu dengan dosis 6 ml per
100 g pakan.

 Meniran (Phyllanthus niruri L., P urinaria L) dengan cara: 5 g daun yang


sudah dijadikan bubuk dicampur dengan 1 liter air untuk perendaman
selama 5 jam. Jika dicampur pakan, dibutuhkan 20 g daun yang dicacah
halus kemudian campur dengan 1 kg pakan.

 Merica (Polygonum hydropiper L) dengan cara: menggerus tanaman meria


lalu dioleskan pada luka di kulit ikan.

 Orang-aring (Eclipta alba) dengan cara: daun dan batang orang-aring


dicacah lalu dicampur air, kemudian gunakan air tersebut untuk merendam
ikam yang sakit.

 Patikan kerbau/mangokan (Euphorbia hirta) dengan cara: 6-9 g daun


kering atau 30-60 g daun segar dicacah hingga halus, lalu dicampur
dengan air. Gunakan air tersebut untuk merendam ikan yang sakit.

 Pegagan/antanan/kaki kuda (Centella asiatica Linn) dengan cara:


konsentrasikan larutan pegagan dengan dosis 250 mg dalam 10 L air.
Gunakan campuran tersebut untuk merendam ikan.

33
 Pepaya (Carica papaya L., Famili cariccagae) degan cara: sama seperti
pengobatan pada penyakit yang disebabkan oleh Ichtyophthirius
multifillis.

 Semboja/kamboja/kamboja putih (Plumeria acuminate) dengan cara:


melarutkan 500-700 mg ekstrak daun kamboja kedalam 1 L air untuk
perendaman ikan sakit selama 3 jam. Atau dapat juga dengan cara
mencacah hingga halus 10 kg daun segar kemudian ditebar kedalam kolam
dengan luasan 100 m2 selama 3 hari.

 Seruni ( Wadelia calendulacea) dengan cara: 4-40 mg daun dilarutkan


kedalam 1 L air dan digunakan untuk merendam ikan selama 24-28 jam.

 Sirih (Piper betle) dengan cara sama seperti pengobatan pada penyakit
yang disbabkan oleh Ichtyophthirius multifillis

 Selada (Lactuca sativa) dengan cara: digunakan sebagai pakan ikan


dengan dosis secukupnya.

 Temulawak (Curcuma anthottita Raxb) dengan cara: rimpang segar


direbus, airnya digunakan untuk ikan yang sakit. Dapat juga dengan cara
rimpang diparut, lalu dioleskan pada luka atau borok.

Pseudomonas spp.
Pengendalian:

- Desinfeksi sarana budidaya sebelum dan selama proses pemeliharaan ikan

- Pemberian unsur immunostimulan ( misalnya penambahan vitamin C pada

pakan) secara rutin selama pemeliharaan

- Menghindari terjadinya stress (fisik,kimia,biologi)

- Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurang kadar

B\bahan organic terlarut dan atau meningkatkan frekwensi penggantian air

baru.

- Pengelolaan kesehatan ikan secara terpadu (ikan,lingkungan, dan patogen)

34
- Kurangi pemberian pakan dan jumlah ikan dalam kolam
- Ikan direndam dalam larutan PK 20 mg/L selama 30 menit.

3. Uji Virus
Virus adalah mikroorganisme pathogen yang hanya dapat bereplikasi di dalam
sel makhluk hidup karena mereka tidak memiliki perlengkapan seluler untuk
bereproduksi sendiri. Semua betuk kehidupan dapat diinfeksi oleh virus, mulai dari
hewan, tumbuhan, hingga bakteri dan arkea.

Dari pengujian yang dilakukan selama di laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan
bakteri yang ditemukan adalah sebagai berikut:

Hasil pengujian Virus KHV


KHV adalah virus yang dapat menyebabkan kerusaan insang yang diawali
dengan memucatnya warna insang pada lembaran-lembaran insang. Insang tampak
seperti berlumpur da nada yang sampai busuk, kadang-kadang diikuti geripis di pinggir
insang. Biasanya kondisi ini diikuti degan infeksi sekunder bacterial seperti kulit elepuh
maupun luka borok di permukaan tubuh, kadang-kadang disertai pendarahan pada sirip
atau badan. Setelah dilakukan pembedahan maka tampak pada organ dalam seperti hati,
limpa, dan ginjal mengalami perubahan warna atau rusak. Gejala klinis lain yaitu nafsu
makan berkurang selain gerakan ikan yang menjadi lambat dan sering muncul di
permukaan air dalam keadaan megap-megap.

4. Kualitas Air
Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari fisika, kimia, dan
biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relative tehadap kebutuhan
biota air dan manusia.

 Suhu

Suhu memiliki pengaruh yang penting bagi metabolism termasuk


imunitas ikan. Penurunan dan kenaikan suhu yang drastis menimbulkan efek yang
tidak baik bagi ikan. Penurunan suhu mengakibatkan kelarutan oksigen
meningkat, laju metabolism menurun, nafsu makan berkurang, pertumbuhan

35
berkurang, sistem imun menurun, pergerakan ikan melemah, diseorintasi sehingga
ikan dapat mengalami kematian. Apabila suhu mengalami peningkatan
mengakibatkan suhu tubuh meningkat, laju metabolisme meningkat, konsumsi
oksigen bertambah sedangkan kadar oksigen terlarut menurun, senyawa kimia
yang bersifat toksik diperairan meningkat, jumlah patogen meningkat sehingga
ikan mudah terserang penyakit. Apabila sudah terjadi dalam jangka waktu yang
panjang dapat menyebabkan kematian (Noga, 2000). Pengukuran suhu sudah
dilakukan di UKBAT Cangkringan dan UKBAT Wonocatur setiap 1 jam sekali
dengan grafik sebagai berikut pada tanggal 5 juni 2022 dan 4 juni 2022.

Gambar 2. Pengukuran Suhu di UKBAT Cangkringan

36
Gambar 3. Pengukuran Suhu di UKBAT Wonocatur

 Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diterukan ke dalam air dan

Dinyatakan dengan (%), dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum


yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar 1 meter, jatuh agak lurus pada
permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai ke dasar
perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Kekeruhan dipengaruhi oleh
benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur dan sebagainya, adanya jasad-
jasad renik (plankton) dan warna air. Cara pengukuran menggunakan secchi disk
yaitu: lingkaran tripleks berdiameter 30 cm dicat hitam putih berselang-seling dalam
kuadran serta dipemberat supaya dapat tenggelam dan dilengkapi tali atau tangkal
untuk mengukur kedalaman pada saat pinggan secchi disk hilang dari pandangan.
Bila kecerahan sudah mencapai kedalaman kurang dari 25 cm, pergantian air
sebaiknya segera dilakukan sebelum fitoplankton mati berurutan yang diikuti
penurunan oksigen terlarut secara drastis. Pengukuran kecerahan sudah di-lakukan di
UKBAT Cangkringan dan UKBAT Wonocatur setiap 1 jam sekali dengan grafik
sebagai berikut pada tanggal 5 juni 2022 dan 4 juni 2022.

37
Gambar 4. Pengukuran Kecerahan di UKBAT Cangkringan

Gambar 5. Pengukuran Kecerahan di UKBAT wonocatur

 Ph
pH adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) didalam air yang
menggambarkan tingkat keasaman air dengan skala 1-14. Semakin asam air maka
nilainya makin rendah, dan semakin basa bila nilainya semakin tinggi, dan pH netral
pada nilai 7. pH tinggi sangat berbahaya bila disamakan dengan kandungan ammonia
yang tinggi, sebaliknya pH rendah akan berbahaya bila berbarengan dengan
kandungan H2S yang tinggi serta suhu air yang tinggi akan sangat sensitif terhadap

38
perubahan pH air. Perubahan pH di air dipengaruhi oleh CO2, asam organic (sisa
pakan), asam mineral (asam sulfat), dan kapur. Peningkatan CO2, asam organic dan
asam mineral akan meningkatkan keasaman air, sebaliknya penambahan kapur akan
menurunkan keasaman air (basa). pH optimal untuk kegiatan budidaya perikanan
adalah 7 – 8,5. Pengukuran ph sudah dilakukan di UKBAT Wonocatur setiap 1 jam
sekali dengan grafik sebagai berikut.

Gambar 6. Pengukuran Ph di UKBAT Wonocatur

 Nitrit
Nitrit adalah hasil dekomposisi ammonia oleh bakteri melalui proses nitrifikasi.
Pada konsentrasi rendah, nitrit dapat mengganggu aliran oksigen di dalam sel.
Intensitas transportasi oksigen di dalam sel menurun, umumnya terjadi di kegiatan
budidaya dengan system intensif. Tingginya konsentrasi nitrit terjadi karena suhu air
yang fluktuatif, yang berdampak pada siklus nitrogen terputus akibat penurunan
jumlah plankton atau aktivitas bakteri. Penurunan aktivitas plankton disebabkan oleh
suhu air yang rendah, nutrisi yang terbatas, cuaca mendung terus, dan ada
penggunaan herbisida berlebih.

 Nitrat
Nitrat adalah bentuk umum kombinasi nitrogen yang terdapat diperairan alam.
NO3 dapat menjadi nitrit oleh proses biokimia (denitrikasi) biasanya dibawah kondisi
an aerob. Ion nitrit secara cepat dapat di oxidasi menjadi nitrat.

39
 Ammonia
Amonia dalam bentuk ion bersifat tidak beracun (NH4-) bagi ikan, bisa menembus
insang. Amonia bukan ion bersifat racun bagi ikan, tidak bisa menembus insang.
Amonia berasal dari ekresi ikan, dekompoisi sisa pakan, alga, tumbuhan air dan
sedimen bahan organik oleh bakteri. Daya racun ammonia dipengaruhi oleh pH,
oksigen, CO2, suhu air. Daya racun ammonia meningkat dengan meningkatnya suhu
air dan pH. Peningkatan 1 nilai pH akan meningkatkan 10 x daya racun ammonia.

 Phospat
Phospat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari 1 atom fosforus
dan 4 oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa sebuah -3 muatan formal, dan
dinotasikan PO43-. Fosfat merupakan satu-satunya bahan galian (diluar air) yang
mempunyai siklus, unsur fosfor dialam diserap oleh makhluk.

40
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

A. Jadi dapat disimpulkan bahwa persiapan kolam yang berada di UKBAT Cangkringan sudah baik
karena tahapan persiapan kolam yang terdiri dari pengeringan kolam, pembalikan tanah dan
pengapuran yang sudah dilakukan.
B. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemilihan induk di UKBAT Cangkrigan sudah terlaksana dengan baik
sebab dapat menghasilkan benih-benih ikan yang bermutu bagus.
C. Untuk Pendederan sendiri di UKBAT Cangkringan telah menerapkan di berbagai kolam, kolam
beton maupun kolam tanah.
D. Untuk pemeliharaan induk nila sendiri di UKBAT Cangkringan telah mengoptimalkan kematangan
gonad indukan dengan cara memelihara indukan jantan maupun betina di kolam berbeda.
E. Jadi dapat disimpulkan bahwa persiapan kolam yang berada di UKBAT Wonocatur sudah baik
karena tahapan persiapan kolam yang terdiri dari pengeringan kolam, penggemburan tanah,
dan pengapuran yang sudah dilakukan.
G. Untuk pakan fermentasi sendiri UKBAT Wonocatur telah menggunakan bahan-bahan yang telah

dibuat akan tidak membahayakan kehidupan si ikan.

H. Untuk pemeliharaan indukan lele di UKBAT Wonocatur sendiri telah optimal, dilhat dari setiap

Kolam yang terpasang outlet dan inlet yang berguna sebagai jalan masuk ataupun keluar air.

I. Daphnia sendiri adalah pakan alami yang dibudidayakan di Laboratorium Pakan Alami, dimana

Hal tersebut merupakan penerapan yang baik untuk mengurangi penggunaan pakan pellet.

J. Spirullina sendiri termasuk tumbuhan yang banyak manfaat bagi ikan maupun bagi manusia,

Spirullina sendiri dapat dijadikan sebagai bahan-bahan cosmetic untuk mempercantik diri.

K. Untuk parasit sendiri dapat disimpulkan dari data diatas bahwa kebanyakan parasite dari sampel

Yang di amati terdapat Trichodina spp. ,Dactylogyrus spp. ,Gyrodactylus spp. ,Ichthyophthirius
multifiliis, Zoothamnium spp. .

41
L. Untuk bakteri sendiri kami menanam bakteri dari sampel ikan air tawar, dan berhasil menanam
Bakteri Aeromonas dan Pseudomonas, adapun di Lab keskanling terdapat juga hasil penanaman
Bakteri vibrio yan dimana bakteri tesebut termasuk bakteri air payau.
M. Dapat disimpulkan dari pengujian yang kami lakukan untuk uji virus pada sampel insang adalah
Negative.
N. Serta untuk kualitas air sendiri dapat disimpulkan bahwa kualitas air di BPTPB Cangkringan sudah
Dalam keadaan yang optimal untuk pembudidayaan ikan air tawar.

2. Saran
- Sarana dan prasarana lebih ditingkatkan dan ruangan lebih diluaskan.
- Penyediaan fasilitas lebih di perbanyak.

DAFTAR PUSTAKA

42
https://www.pertanianku.com/cara-mempersiapkan-kolam-beton-untuk-budidaya-ikan/
Ebook-Premium-Panduan-Budidaya-Nila
Davina Queenta Cintoko. (2022) Teknik Pembenihan Ikan Merah Nilasa. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Diponegoro. Hal 6-7
Galih Dewangga Pratama-Ricky Setiawan. (2022) Teknik Pembenihan Ikan Nila. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga. Hal 11
Shabrina Qurrota A’yun. (2022).KULTUR Spirullina platensis. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas ‘Aisyiyah. Yogyakarta.
Hal.10-12.
Derry Ramdhani. (2015) Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila Merah Nilasa. Fakultas Teknologi Produksi dan Manajemen
Perikanan Budidaya Progam Diploma Institut Pertanian Bogor. Hal 22,11
Annisa UI Fitriyah. (2022).Efektivitas Penambahan Nutrien Berbeda Terhadap Pertumbuhan Pakan Alami Daphnia sp. Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Hal 22-23.
Andi Rizal. (2020) Teknik Pembenihan Ikan Lele Mutiara Dengan metode Buatan. Progam Studi Manajemen Jurusan Manajemen
Politeknik Negeri Jember. Hal 16-17 dan 20-21.

https://www.minapoli.com/info/lebih-bergizi-dengan-fermentasi
https://dislautkan.jogjaprov.go.id/web/detail/332/pelayanan_uji_kesehatan_ikan_dan_lingkungan_di_bptpb
https://www.alodokter.com/infeksi-parasit
Buku Monitoring Kesehatan Ikan Dan Lingkungan (2017). Hal. 27,37,43.
https://www.google.com/search?q=uji+virus+pada+ikan&client=ms-android-xiaomi-
rev1&hl=id&biw=360&bih=589&prmd=inv&sxsrf=ALiCzsy0v_He0jAXU2dFnGFCQB_dhQqrBA:1663677125804&s
ource=Inms&sa=X&ved=0ahUKEwjBo-qgsKP6AhWgRWwGHVtgC7QQ_AUIBg

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi BPTPB Cangkringan


43
Lampiran 2. Hasil pengamatan uji parasit

44
Trichodina sp. Dactylogyrus spp. Zoothamnium spp.

Ichthyophthirius multifiliis Gyrodachtylus spp. Haliotrema nimia

Argulus sp.

45
Lampiran 3. Hasil pengamatan uji bakteri TCBS: Vibrio cholerae (kuning), Vibrio parahaemolyticus
(hijau) ; TSA : Aeromonas hydrophila (kuning pucat) ; GSP : Pseudomonas sp. (pink/merah muda)

TCBS TCBS

TSA GSP

46
Lampiran 4. Hasil Pengamatan Uji Virus KHV

Lampiran 5. Hasil Pengamatan Kualitas Air

Suhu Kecerahan Ph Nitrit

Nitrat Ammonia Phospat

47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
3

58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68

Anda mungkin juga menyukai