Anda di halaman 1dari 161

DAR2/Profesional/217/03/2019

PENDALAMAN MATERI SENI BUDAYA


MODUL 3 APRESIASI SENI DAN
PEMBELAJARANNYA

Penulis:
Dra. Kartika Mutiarasari, M.Pd.
Dr.Heni Komalasari,M.Pd.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019
Judul
Konsep Pendidikan Tari dan Pembelajarannya

Penulis :
Dra. Kartika Mutiarasari, M.Pd.

Editor:
Dr. Elindra Yetti, M.Pd
Dr.Heni Komalasari,M.Pd.

Desain Sampul dan Tata Letak


Eko Hadi Prayitno, S.Pd., M.Pd

Penerbit :
Kemendikbud

Distributor Tunggal:
Cetakan Pertama : 2019

Hak cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak modul ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa
ijin tertulis dari penerbit

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillahhirabilalamin, segala puji dan syukur saya


panjatkan Allah SWT, yang Maha Rahman dan Rahim, salawat dan salam
senantiasa dicurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang tealah
memberikan cahaya kehidupan di dunia ini. Terwujudnya Modul ini juga berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Paradigma baru dalam sistem pendidikan Nasional mengacu pada
pendidikan multikultural yaitu adanya kebudayaan yang beragam dalam satu
masyarakat yang tetap merupakan kesatuan. Paradigma pendidikan multikultural
ini berkembang seiring dengan hak dan keunikan siswa yang belajar bersama dalam
suasana saling menghormati, toleransi dan berpengertian terhadap masing-masing
kepentingan, yang diharapkan menghasilkan kompetensi standart nasional dengan
caranya masing-masing.
Pendidikan seni khususnya seni tari mempunyai tujuan ganda, yaitu dalam
pengembangan pribadi siswa dan kepentingan masyarakat yang senantiasa
dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Pendidikan seni tari mempunyai sifat yang unik,
dalam arti sama dalam konsepnya tetapi berbeda dalan pelaksanaannya di setiap
tempat. Keunikannya terletak pada keunikan seni itu sendiri yaitu sebagai kegiatan
estetik, ekspresif, dan kreatif. Karena keunikannya tersebut, maka pelaksanaan
pendidikan seni khususnya seni tari membutuhkan guru yang unik pula, terutama
dalam hal minat dan bakat seni, dia adalah seorang guru yang profesional,
mempunyai pribadi yang hangat sehingga interaksi antara guru dan peserta didik
berjalan harmonis. Guru harus mengaktifkan kegiatan kreatif anak serta memotivasi
anak dalam mengembangkan kreatifitasnya, guru harus memperhatikan keunikan
masing-masing peserta didik. Dalam perkembangannya dewasa ini timbul
pengakuan terhadap anak, bahwa mereka berbeda dengan orang dewasa, sehingga
dalam pelaksanaan pembelajaran seni tari harus memperhatikan perkembangan
pribadi dan motorik anak. Pendekatan ekspresi bebas merupakan metode yang tepat
dalam pembelajaran seni tari di Sekolah , untuk itu guru harus memilih dan

ii
menggunakan metode serta materi yang tepat agar tujuan pembelajarannya tercapai.
Sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah pendidikan seni tari lebih menekankan
pada pengembangan kemampuan dasar anak dalam mengolah kemampuan mental
dan kesiapan dalam belajar. Seni tari dijadikan sebagai media untuk mendidik
siswa, mengembangkan multi kecerdasan dan pembentukan karakternya. Motivasi
dan minat siswa terhadap kegiatan seni tari perlu digali dan dikembangkan dengan
mengolah kemampuan kreatif mereka dengan cara bereksplorasi, kepekaan rasa
dikembangkan dengan memberi kesempatan memahami nilai budaya.
Diharapkan Anda memahami materi modul ini, dan mengantarkan Anda
pada kemampuan dalam menjelaskan tentang pengetahuan tari, yang di dalamnya
mencakup unsur pokok dan unsur penunjang dalam tari. Modul ini terdiri dari 4
(empat) Kegiatan Belajar yaitu :
KB 1. Unsur, jenis, dan Teknik Tari
KB.2. Bentuk, tema, dan nilai estetis dalam seni tari
KB 3. Ragam Gerak, Musik Iringan Tari, Level, dan Pola Lantai dalam Tari
KB 4. Pembelajaran Pengetahuan Estetika Seni Tari
Terwujudnya Modul ini juga berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu tak lupa ucapan terimakasih kami haturkan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan modul ini.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

MODUL 3

KB 1 : UNSUR, JENIS, DAN TEKNIK TARI .......................................... 1

A. PENDAHULUAN ....................................................... 1
B. Inti ....................................................................................................... 2
C. Penutup .............................................................................................. 39
Daftar Pustaka .......................................................................................... 46
KB 2 : BENTUK, TEMA, DAN NILAI ESTETIS DALAM SENI TARI . 48

A. Pendahuluan ................................................................................ 48

B. Inti ............................................................................................ 49

C. Penutup ........................................................................................ 73

Daftar Pustaka ................................................................................. 79

KB 3 : RAGAM GERAK, MUSIK IRINGAN TARI, LEVEL, DAN


POLA LANTAI DALAM TARI ..................................................... 82

A. Pendahuluan ................................................................................ 82

B. Inti ............................................................................................ 83

C. Penutup ........................................................................................ 97

Daftar Pustaka ................................................................................. 102

KB 4 : PEMBELAJARAN PENGETAHUAN ESTETIKA SENI TARI... 104

A. Pendahuluan..................................................................................... 104

B. Inti ............................................................................................ 105

C. Penutup ........................................................................................ 135

Daftar Pustaka ................................................................................. 155

iv
TES SUMATIF ............................................................................................ 142

KUNCI JAWABAN .................................................................................... 151

v
MODUL 3

KB 1 : UNSUR, JENIS DAN TEKNIK TARI

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat

Selamat pagi, pada modul sebelumnya Anda telah belajar tentang Seni
Musik . Nah, sekarang perhatikan baik-baik modul berikut ini, yaitu tentang seni
tari.
Aneka ragam tari yang tumbuh dan berkembang di suatu masyarakat,
merupakan hasil kreasi manusia untuk mengungkapkan kehendaknya,
harapannya, pikirannya, perasaannya, pengalamannya kepada orang lain melalui
bahasa gerak. Oleh karena itu tari menjadi objek yang penting untuk diapresiasi.
Pada pertemuan kali ini, akan dibahas mengenai jenis, unsur, dan teknik
tari. Manfaatnya jika anda menguasai materi ini. Anda akan dapat menjadi
seorang pendidik yang mengetahui dan memahami jenis, unsur,
dan teknik tari, serta mampu membimbing anak mengapresiasi tari, mampu
menumbuhkan daya cipta melalui tari, serta dapat menumbuhkan sikap kreatif
bagi anak didik Anda. Oleh karena itu, kegiatan belajar tidak hanya difokuskan
kepada membaca materi yang telah disediakan, tetapi Anda juga harus aktif
memgamati dan mengkritisi materi tari video yang disediakan, mengerjakan
tugas dan tes formatif dalam kegiatan belajar 1 ini.
2. Relevansi

Mempelajari materi pada KB 1 ini diharapkan siswa tidak hanya menguasai


secara tekstual tentang jenis, unsur dan teknik tari namun melalui
pembelajarannya guru memiliki kemampuan dasar dalam berkreasi dan
berapresiasi karya tari secara komprehensif. Selain itu mampu mengembangkan
pembelajarannya dengan materi yang ada pada KB 1 ini.

3. Petunjuk Belajar

1
Pembahasan pertama difokuskan kepada jenis, unsur, dan teknik tari.
Materi ini akan membantu Anda dalam menjelaskan kepada anak didik tentang
jenis, unsur, dan teknik tari. Oleh karena itu, unduh dan simaklah baik-baik :
Selanjtnya untuk mempermudan Anda dalam belajar, mohon perhatikan hal-hal
berikut ini :
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar Anda benar-
benar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap bagiannya, dan
kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi, tujuan
pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam
modul ini;
b. Pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-kata kunci dan
berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya;
c. Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih mengerti;
d. Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telah tersedia dalam
setiap kegiatan belajar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak
melihat kunci jawaban; dan
e. Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan tutor serta teman
sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya.

SELAMAT BELAJAR.

B. Inti
1. Capaian pembelajaran mata kuliah
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, peserta akan mampu menganalisis
unsur, teknik tari dan pembelajarannya

2. Sub capaian pembelajaran mata kuliah


Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, peserta akan mampu :
a. Menganalisis unsur tari dan pembelajarannya
b. Menganalisis jenis tari dan pembelajarannya

2
c. Menganalisis teknik tari dan pembelajarannya

3. Pokok-pokok materi
a. Unsur utama dan pendukung tari dan pembelajarannya
b. Jenis tari dan pembelajarannya
c. Teknik tari dan pembelajarannya

Pembahasan pertama pada KB 3 difokuskan kepada unsur utama dan pendukung


tari serta bagaimana pembelajarannya, jenis dan teknik tari. Materi ini akan
membantu anda dalam membelajarkan kepada anak didik tentang unsur, jenis dan
teknik tari. Selanjutnya untuk mempermudah anda dalam belajar, sebaiknya
perhatikan hal-hal berikut ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar Anda benar-
benar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap bagiannya, dan
kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi, tujuan
pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam modul
ini.
2. Selanjutkan pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-kata
kunci dan berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya.
3. Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih mengerti.
4. Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telah tersedia dalam
setiap kegiatan belajar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak
melihat kunci jawaban.
5. Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan tutor serta teman
sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya.

4. Uraian Materi
a. Unsur Tari

3
Terdapat 2 unsur penting di dalam tari, yaitu unsur utama dan unsur
pendukung. Unsur utama tari adalah gerak, dan unsur pendukung tari adalah
iringan tari, rias dan busana tari, tata pentas, tata cahaya dan tata suara, serta
tema dalam tari.
1) Unsur Utama Tari
Unsur tari terdiri dari unsur utama dan unsur pendukung. Unsur utama
dalam tari adalah gerak. Gerak dalam tari gerak terdiri dari aspek:
a) Ruang, yang dapat dimaknai sebagai ruang untuk menari ataupun ruang
yang dapat dibentuk oleh tubuh penari. Aspek ruang terbagi lagi
menjadi:
(1) Volume gerak, yang terbentuk dari luas, sedang, dan sempitnya
ruang yang dibentuk oleh tubuh penari. Tarian yang memiliki
karakterisasi berbeda akan mengekspresikan penggunaan volume
gerak yang berbeda. Tokoh Rahwana akan menampilkan
kecenderungan volume gerak yang luas, sedangkan tokoh Pamindo
yang berkarakter lincah akan menampilkan kecenderungan volume
gerak dengan volume gerak sedang luasnya.

(Foto A) Tari Topeng Rahwana ( Foto B) Tari Topeng Pamindo


Perbedaan volume gerak pada tokoh Rahwana dan Pamindo
Sumber :https://www.google.com/search?q=foto+gerak+tari+topeng+pamindo&safe=strict

(2) Level, yakni tinggi, sedang dan rendahnya sikap penari. Level dalam
gerak tari dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu level tinggi, sedang,
dan rendah. Dalam gerak tari, level tinggi menunjuk pada gerakan-
gerakan yang mengarah ke garis vertikal, contohnya gerak

4
melompat, menjinjitkan kaki, tangan cenderung mengarah ke atas.
Sedangkan yang tergolong dalam gerak yang berlevel sedang
menunjuk pada posisi penari yang bergerak dalam posisi berdiri
secara lurus di atas pentas. Level rendah merupakan gerak yang
dilakukan oleh penari dalam posisi yang rendah seperti merunduk,
duduk, atau bahkan berguling di lantai pentas

Gambar 1.10 Tari dengan Level Tinggi.


(Sumber : https://senkreatif.blogspot.com/2016/10/pengertian-level-gerak-pada-
tari-level.html)

Gambar 1.11 Tari dengan Level Sedang.


(Sumber : https://senkreatif.blogspot.com/2016/10/pengertian-level-gerak-pada-
tari-level.html)

Gambar 1.12 Tari dengan Level Rendah.

5
(Sumber : https://senkreatif.blogspot.com/2016/10/pengertian-level-gerak-
pada-tari-level.html)
(3) Pola lantai, yakni lintasan yang dibentuk saat penari melakukan gerak.
Dapat ditunjukan dengan arah hadap, arah gerak seperti berputar,
berpindah tempat (ke kiri-ke kanan, maju ataupun mundur).
b) Tenaga, yakni intensitas tenaga yang disalurkan melalui gerak tertentu
(kuat, sedang, dan lemah).
c) Waktu, berhubungan dengan rasa ritmis gerak (tempo, ritme, dll).
Unsur utama tari adalah gerak. Gerakan manusia berdasarkan
fungsinya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu gerak bekerja,
gerak bermain dan gerak berkesenian (Amir Rochiatmo,1986). Gerak
bekerja merupakan gerak yang dilakukan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, sebagai contoh misalnya gerak
menanam padi, memetik buah, mencuci, memulung, dan sebagainya.
Gerak bermain, yaitu gerak yang dilakukan untuk kepentingan
mempraktekkan ketrampilan-ketrampilan gerak sehari-hari yang
didalamnya sering dipandang kurang berfaedah. Di dalam gerak
bermain, jika melibatkan orang lain, fungsinya untuk menguatkan
kesenangan bagi pelakuknya. Gerak berkesenian, gerak yang dilakukan
untuk mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang
dengan harapan untuk mendapatkan tanggapan orang lain.
Sehubungan dengan gerak dalam tari, Thraves dan Wiiliamson (1993:1)
menyatakan bahwa “These movement, necessary for living can be extended by
reguler practice into another dimension. They can become a dance”. Dalam
hal ini Thraves dan Williamson ingin menegaskan bahwa pada dasarnya tari
berasal dari gerak yang dimiliki oleh manusia yang dapat dikembangkan
menjadi suatu tarian. Sesuai dengan pendapat tersebut, John Martin (1989: 8)
menyatakan bahwa materi dasar dari tari adalah gerak.
Membedakan gerak tari dengan gerak lainnya maka dapat ditinjau dari
beberapa fungsi gerak yang dihasilkan oleh tubuh manusia. Menurut
fungsinya, gerak pada dasarnya dapat dibedakan antara gerak keseharian, gerak
olah raga, gerak bermain, gerak bekerja dan gerak dalam berkesenian. Tari
termasuk ke dalam gerak berkesenian, menurut Murgianto (1986: 22-23),

6
gerak dalam kesenian termasuk gerak menari merupakan gerak yang dilakukan
untuk mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang dengan
harapan untuk mendapat tanggapan orang lain.
Rusliana (1984: 6) menegaskan pula, dalam tari bukan merupakan gerak
keseharian, melainkan ungkapan sikap dan gerak yang telah mengalami proses atau
paduan dari sensabilitas, imajinatif, intelektualitas serta atas kesadaran nilai-nilai
estetis. Demikian pula Soedarsono (1997 81-82) yang mengatakan bahwa gerak tari
adalah gerak yang telah mengalami perombakan melalui proses distorsi atau stilasi
sehingga menjadi suatu gerakan yang indah dan mampu menyentuh perasaan
manusia. Menggiring pendapat tersebut, maka tari mempunyai substansi dasar
gerak. Gerak memiliki ruang, tenaga dan waktu sehingga menjadi bermakna dan
dapat dikomunikasikan melalui simbol-simbolnya.
Contoh:

Gambar 1.7 Gerak Tari Etis Megasari.


(sumber : https://www.google.co.id/search?q=gambar+tari+kontemporer)

GAmbar 1.8 Gerak tari.


(Sumber: Dokumentasi Dinny, 2014)

7
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gerak secara umum terbagi menjadi
dua yaitu: 1) gerak keseharian atau gerak yang dilakukan sehari-hari tanpa
memiliki unsur ruang, waktu dan tenaga, dan 2) gerak yang berirama, memiliki
aturan dan berekspresi yang disebut dengan gerak tari.
Gerak pada tari memiliki pesan, tujuan atau makna yang ingin
disampikan kepada penontonnya, namun apakah semua gerak tari memiliki
makna? Gerak dalam tari terbagi menjadi: 1) gerak maknawi (gesture) yaitu
gerak yang memiliki arti seperti gerak kupu-kupu terbang, gerak nelayan
menjala ikan, gerak petani mencangkul, dan 2) gerak murni (gerak yang tidak
memiliki makna). yaitu gerak yang diciptakan hanya untuk keindahannya saja,
misalnya gerak-gerak yang terdapat dalam tari jaipongan dan gerakan yang
dilakukan oleh para penari latar dan sebagainya.
Contoh:

Gambar 1.9 Gerak murni.


(Sumber: https://www.google.co.id/search?q=gambar+tari+jaipongan)
Jika Anda telah paham tentang gerak sebagai elemen utama dalam dari
tari, marilah kita lihat kembali deskripsi gerak dalam tari, bahwaa gerak dalam
tari adalah gerak keseharian yang telah diberi sentuhan seni dan merupakan
eksprasi jiwa manusia. Ada dua macam gerak di dalam tari, yaitu: 1) Gerak
murni (pure movement), yaitu gerak yang diciptakan hanya untuk
keindahannya saja, contohnya gerak-gerak dalam tari jaipongan, gerak sabetan
(dalam tari Jawa), dan sebagainya. 2) Gerak maknawi (gesture), yaitu gerak
yang mengandung arti, misalnya gerak menanam padi, burung terbang, ulap-
ulap (dalam tari Jawa), gerak bermain, dan sebagainya.

8
Terdapat 2 fungsi gerak dalam tari yaitu: a) fungsi internal yaitu gerak
gerak yang mempunyai makna bagi diri penari. Hal ini dapat dilihat dari fungsi
gerakan tubuh bagi si penari, misalnya sebagai sarana ekspresi dalam
mengungkapkan kegembiraan atau kesenangan, seperti berbagai macam tarian
spontanitas pergaulan yang semata-mata sebagai partisipasi dalam
kelompoknya. Bahkan ada pendapat tari dapat bermula dari cara-cara yang
biasa dipakai manuasia untuk mengungkapkan emosi gerak keseharian.
Anak kecil bersenang-senang dengan ungkapan emosi gerak menari-nari,
seseorang tiba-tiba takjub mendengar berita yang menghebohkan,dan
sebagainya. Selain sebagai ungkapan kesenangan, fungsi gerakan dalam tari
juga sebagai upaya terapi, yaitu sebagai sejenis penyembuhan untuk membantu
dirinya agar memiliki kemampuan yang mendorong dirinya sendiri untuk
mengatasi masalah di dalam kehidupannya, serta membantu seseorang untuk
berkreasi dan berintegrasi dengan lingkungan sosialnya. Gerak tari sebagai
bagian dari terapi tidak ditonjolkan sebagai “seni Pertunjukan” yang dapat
dinikmati atau ditonton, tetapi lebih mementingkan arti terapi atau usaha
membantu penyembuhan (Hadi, 2005); b) Fungsi eksternal, yaitu gerak tari
yang dikategorikan sebagai peniruan dan ssimbol. Gerak tari peniruan sebagai
ungkapan ekspresi orang/penari terhadap lingkungannya. Sebagai contoh
misalnya, dalam tari berburu dari Papua, gerakannya menirukan binatang yang
akan diburu, tari Merak gerakan-gerakanntya merirukan keindahan bulu dan
kelincahan perilaku burung merak.

2) Unsur Pendukung Tari


a) Iringan Tari
Iringan di dalam tari memegang peranan penting, tari dan iringan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena keduanya berasal dari sumber
yang sama yaitu dorongan atau naluri ritmis. Seperti yang diungkapkan
Humphrey (1964: 132) bahwa pada dasarnya tari membutuhkan kehadiran
musik sebagai pendampingnya. Keterikatan tari dengan musik dinyatakan
Doubler (1985: 156) dalam kutipan “sebagai dorongan dinamik susunan

9
ritmisnya, di samping kualitas-kualitas melodik dan harmonisnya, musik
adalah suatu yang terpenting dari semua partner tari”. Dari pernyataan tersebut
dapat digarisbawahi unsur ritme sebagai dasar penggerak kerjasama antar tari
dan musik.
Musik dalam tari dapat memberikan keselarasan, keserasian dan
keseimbangan yang dipadukan menjadi satu kesatuan yang hidup. Keselarasan
mengandung maksud antara jiwa dan melodi lagu dengan jiwa gerak-gerak tari
yang diiringinya selaras, sehingga penonton merasakan keindahan atau
kecocokan musikal melalui pendengaran. Keserasian mengandung maksud
kecocokan antara musik iringan dengan gerak tari melalui indera penglihatan
penonton dan penggarap seni itu sendiri, sedangkan keseimbangan
mengandung maksud kecocokan rasa musikalitas dengan yang diiringinya
yaitu tari (Jazuli, 2008: 10).
Melalui musik sebagai iringan tari ini pula pesan atau makna gerak yang
ingin disampaikan akan lebih komunikatif, sehingga tari tersebut mempunyai
jiwa atau roh dalam pengungkapannya. Dengan demikian, tari artinya ekspresi
jiwa yang diungkapkan melalui gerak, memiliki makna dan nilai estetis,
sehingga dapat menggugah penonton.
Fungsi iringan dalam tari dapat dilihat dari tujuan atau pesan yang ingin
disampaikan dalam tari, sehingga ada iringan tari yang berfungsi sebagai
pengiring tari, pendukung suasana dan pembuat ilustrasi tari. Fungsi iringan
tari sebagai pengiring tari dapat dilhat dari tari-tari tradisi atau kreasi yang
sudah berkembang, seperti tari Gambyong, tari Merak, tari Topeng Blantek,
tari Pakarena, tari Yospan, tari Serampang Dua Belas, dan tari lainnya. Fungsi
tari sebagai pendukung suasana, apabila tari tersebut memiliki tema tetentu,
misalnya tema percintaan, kematian, yang iringannya harus dibuat sedemikian
rupa agar penonton memiliki perasaan yang mendukung terhadap tema
tersebut. Sedangkan fungsi iringan tari sebagai ilustrasi, biasanya dapat dilihat
pada penari-penari latar, di mana gerak tarinya terkadang mengikuti iringan

10
tari yang didengar atau dapat bertolak belakang tidak sesuai dengan iringan tari
yang sering disebut dengan off beat.
Ritme atau irama dalam iringan tari merupakan pengulangan bunyi
menurut pola tertentu dalam sebuah lagu. Misalnya lagu Sirih Kuning yang
dijadikan tari Cokek pada Tari Betawi terdapat gerak yang mengikuti
pengulangan pola irama. Biasanya irama keluar dari perasaan seseorang
sehubungan dengan apa yang dirasakan dan diekspresikan ke dalam gerak tari.
b) Rias dan Busana Tari
(1) Tata Rias
Tata rias secara umum dapat diartikan sebagai seni mengubah
penampilan wajah menjadi lebih sempurna. Pada dasarnya, tata rias bukan
sesuatu yang asing bagi semua orang, khususnya kaum wanita sebab tata
rias merupakan aspek untuk mendukung penampilan dan telah menjadi
kebiasaan sehari-hari. Rias di dalam tari bukan sekadar bertujuan untuk
menjadikan penari menjadi cantik atau ganteng. Tata rias tari mempunyai
beberapa fungsi yang benar-benar membantu pertunjukan karya tari menjadi
lebih baik.

Fungsi Tata Rias :


• Menyempurnakan penampilan wajah. Tata Rias bisa menyempurnakan
kekurangan pada tampilan penari. Penyempurnaan wajah dilakukan pada
penari yang tidak sesuai dengan karakter tari yang di bawakan.
• Membantu menunjukkan perwatakan atau karakter penari. Tata rias
berfungsi melukiskan watak tarian dengan mengubah tampilan wajah
penari menyangkut aspek usia, ras, bentuk wajah.
• Memberi efek gerak pada ekspresi wajah seorang penari diatas
panggung, karena tampilan penari tampak datar ketika tertimpa cahaya
lampu. Oleh karena itu dibutuhkan tata rias untuk menampilkan dimensi
wajah penari.
• Memperjelas garis-garis wajah penari untuk mengekspresikan gerak-
gerak tari. Fungsi garis tidak sekedar menegaskan, tetapi juga

11
menambahkan sehingga terbentuk tampilan yang berbeda dengan wajah
asli pemain.
• Memberi nilai tambah keindahan karya tari. Dengan tata rias yang baik
tentunya akan menambah keindahan karya tari yang ditampilkan. Anda
dapat membayangkan apa jadinya jika sebuah tarian disajikan tanpa
didukung dengan tata rias.
Agar tata rias tari dapat menunjang pertunjukan tari, maka dalam penataan
rias penari perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
• Rias Hendaknya mencerminkan karakter tokoh/peran.
• Kerapian dan kebersihan rias perlu diperhatikan.
• Jelas garis-garis yang dikehendaki.
• Ketepatan pemakaian desain rias.
Tata rias dan tata busana berupakan unsur penunjang sajian tari yang
juga dianggap penting, karena fungsi tata rias adalah merubah karakter
pribadi ke dalam karakter tarian yang dibawakan, demikian pula dengan tata
busananya. Pada awalnya busana yang dikenakan oleh penari adalah
pakaian sehari-hari, pada perkembangannya, busana dalam tari dirancang
berdasarkan kebutuhan penyajian tari dan sesuai dengan budaya
masyarakat pendukungnya.

(2) Busana Tari


Tata busana tari merupakan unsur pendukung yang menentukan keindahan,
pemaknaan pada tari itu sendiri serta dapat menentukan karakter tari yang
dibwakan penari. Pada prinsipnya, busana tari harus enak dipakai, enak
dipandang, dan tidak mengganggu gerak penari. Unsur pendukung dalam
bentuk kostum atau busana tari ini biasanya memiliki filosofi dan
menggambarkan isi dari tari. Hal ini dapat dilihat dari warna kostum yang
digunakan, karena warna memiliki arti tersendiri seperti warna kuning yang
berarti keagungan, warna putih kesucian, dan seterus. Pada tari tradisi
kerakyatan biasanya warna-warna menyolok sering digunakan, dan pada
tari klasik lebih banyak menggunakan warna keemasn, perak, dan merah.

12
Warna pada kostum memiliki simbol-simbol tersendiri, begitu juga
ornamen yang terdapat dalam kostum, dan kekhasan atau ciri daerah yang
sering dijumpai pada tari-tari rakyat. Kostum tidak semata-mata digunakan
hanya untuk keindahan tetapi juga memiliki fungsi yang mendukung
terhadap karakter tari.
Fungsi Tata Busana :
• Memperjelas tema tari. Busana tari berfungsi untuk mendukung tema
atau isi tari dan untuk memperjelas peranan-peranan dalam suatu sajian
tari. Busana tari secara umum terdiri atas baju, celana, kain, selendang,
ikat kepala, mahkota, dan lain-lain. Tata busana untuk keperluan
pementasan tari biasanya dirancang khusus sesuai dengan tema tarinya.
• Membantu menghidupkan karakter dan peran penari. Artinya busana
yang dikenakan penari sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya,
umurnya, kebangsaannya, status sosialnya, kepribadiannya. Bahkan tata
busana dapat menunjukkan hubungan psikologisnya penari dengan
tarianya.
• Membantu ekspresi penari dalam melakukan gerak tari. Artinya penari
harus dapat membawakan tari tanpa terganggu oleh busananya. Busana
tidak harus dapat memberi bantuan kepada penari tetapi busana harus
sanggup menambah efek visual gerak, menambah indah dan
menyenangkan dilihat disetiap posisi yang diambil penari.
• Memberikan nilai tambah pada segi estetika dan etika. Tarian yang
dibawakan dengan tata busana yang baik tentunya akan lebih indah dan
menarik untuk disaksikan (Sumber:
http://www.mikirbae.com/2016/03/unsur-unsur-pendukung-dalam-
tari.html)
Pada penyajian tari akan lebih menarik untuk disaksikan apabila
didukung oleh tata busana yang baik. Oleh karena itu di dalam penataan dan
penggunaan busana tari hendaknya senantiasa mempertimbangkan hal hal
sebagai berikut:
• Busana tari hendaknya enak dipakai dan sedap dilihat oleh penonton

13
• Penggunaan busana selalu mempertimbangkan isi/tema sehingga dapat
menghadirkan suatu kesatuan antara tari dan tata busana
• Penataan busana hendaknya dapat merangsang imajinasi penonton
• Desain busana harus memperhatikan gerak tari, agar tidak mengganggu
penari saat bergerak.
• Busana sebaiknya dapat memberi gambaran atau karaktertari kepada
penarinya.
• Keharmonisan dalam pemilihan atau perpaduan warna busana harus
diperhatikan.

Gambar 1.18 Contoh Busana Tari.


(Sumber : https://berbol.co.id/tarian-betawi/)

(3) Tata Pentas


Apapun bentuknya, suatu pertunjukan selalu memerlukan ruangan
guna menyelenggarakan. Ruangan tempat pertunjukan dengan sebutan
pentas, dapat berupa lapangan, pendapa, halaman pura atau gedung
pertunjukan yang sering disebut dengan stage, yang disebut dengan pentas
tertutup.
Pertunjukan tari tradisional di lingkungan rakyat biasanya dipentaskan
di lapangan terbuka, seperti bentuk pertunjukan reog Ponorogo, Jathilan,
tari-tarian di daerah pedalaman Kalimantan, Sulawesi, Papua dan
sebagainya. Sedangkan di kalangan istana di jawa biasanya tari
dipertunjukkan di pendapa yaitu suatu bangunan yang berbentuk joglo yang

14
mempunyai 4 tiang penyangga atau saka guru. Pada tempat pertunjukan
seperti ini biasanya penonton dapat menyaksikan pertunjukan dari berbagai
arah. Sedangkan tari yang dipentaskan di gedung pertunjukan hanya dapat
dilihat dari satu arah penonton saja, misalnya di aula sekolah, dan
sebagainya.

Gambar 1.19 Contoh Gedung Pertunjukan.


(Sumber : http://www.kuratorial.dkj.or.id/spesifikasi-ruang/gedung-kesenian-
jakarta/)

GAmbar 1.20 Contoh Panggung Arena / Pendapa


(Sumber : https://twitter.com/kratonjogja/status/1060533925871738880?lang=el)

(4) Tata Cahaya dan Tata Suara


Jika kita menyaksikan suatu pertunjukan tari, maka unsur tata cahaya dan
tata suara akan selalu dibutuhkan, karena tata cahaya merupakan salah satu
pendukung sebuah tarian yang harus ada. Tata cahaya dapat berupa cahaya yang
berasal dari alam, misalnya siang hari dengan memanfaatkan cahaya matahari
seperti yang sering kita lihat pada tari-tari kerakyatan yang ditarikan di siang
hari, pertunjukkan Sendratari Ramayana di Prambanan yang memanfatkan
cahaya bulan purnama sebagai pendukung suasana pertunjukan. Tata cahaya
juga dapat dihasilkan dari alat baik yang tradisional seperti obor, api unggun dan

15
sebagainya, maupun modern yaitu dari cahaya lampu listrik. Sedangkan tata
suara adalah pendukung pertunjukan yang berfungsi untuk membantu
memperbesar suara music iringan tari.

gambar 1.21 Contoh Penggunaan Tata Cahaya dalam Pertunjukan.


(Sumber : http://kosim-karawang.blogspot.com/2012/12/dasar-teknik-
pencahayaan-panggung.html)

(5) Tema dalam Tari


Tema adalah pokok pikiran, gagasan atau ide dasar, yang biasanya
diungkapan dalam sebuah tarian, namun demikian ada pula tarian yang tidak
mempunyai tema. Suatu tarian yang bertema jika gerak-gerak yang ditata
mempunyai keterkaitan dengan tema yang ingin disampaikan oleh penari pada
penonton. Sumber tema yang dapat dijadikan karya tari, antara lain: pengalaman
hidup, kehidupan binatang, kejadian sehari-hari, cerita rakyat, legenda, sejarah,
upacara tradisional, karya sastra, permainan, dan sebagainya. Suatu tarian
dikategorikan tidak bertema jika gerak yang ditata semata-mata hanya
merupakan ungkapan emosional pribadi dan tidak memiliki tema, bahkan
cenderung pada gerak-gerak yang eksploratif.

Pembahasan ketiga merupakan teknik-teknik tari yang ada pada Tari


Tradisional dan Tari Non Tradisional. Di sini akan dijelaskan beberapa Teknik
dari Tari Tradisional dan Tari Non Tradisional. Materi ini akan membantu

16
Anda dalam menjelaskan kepada anak didik tentang teknik-teknik yang ada di
dalam tari, baik Tari Tradisional maupun Tari Non Tradisional.

Unsur Tari dan Pembelajarannya

Dalam pembelajarannya guru dapat melaksanakan PBM yang sesuai dengan


tuntutan kurikulum 2013, siswa diarahkan untuk memahami unsur utama dan
pendukung dengan proses kegiatan melalui pendekatan sainttifik (mengamati,
menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan). Misalnya untuk membedakan
gerak maknawi dan gerak murni siswa bisa diarahkan untuk berkreasi dengan
mengeksplorasi dari gerak murni atau keseharian menjadi gerak yang diperindah
dan ritmis (gerak tari). misalnya dari gerak menyapu dikembangkan menjadi gerak
tari yang indah dan ritmis yang diolah dari segi ruang, tenaga dan waktu.
Mengenalkan dan menyadarkan anak tentang gerak dengan aspek-aspeknya
bukanlah hal sulit. Karena pada dasarnya ketika anak dapat mengkomunikasikan
tubuhnya dengan ekspresi tertentu, sesungguhnya aspek-aspek tersebut telah ada
namun penyadaran terhadap hal tersebut jarang dilakukan oleh guru. Di bawah ini
adalah beberapa contoh aplikasi bagaimana membina sensitivitas anak terhadap
aspek-aspek gerak yang mereka lakukan, atau bagaimana menyadarkan mereka
bahwa tubuh mereka dapat menjadi alat komunikasi untuk gerak tertentu, yang
tentu saja gerak yang mereka sadari. Berikut contoh pembelajaran untuk
mengenalkan unsur utama tari:
1. Mengenalkan rasa ruang gerak (volume dan level) pada siswa dengan
menyadarkan volume gerak, yakni mengajak siswa untuk melihat alam sekitar
dengan mengidentifikasi berbagai benda berbeda ukurannya. Misal Papan tulis
memiliki lebar dan tinggi yang paling besar ukurannya dibandingkan meja
(sedang) dan pnghapus (kecil). Ketiga ukuran tersebut kemudian diekspresikan
melalui gerak seluruh anggota tubuh. Misalnya, diekspresikan melalui anggota
tubuh (tangan, kaki, dan kepala). Level dapat dibedakan dengan level rendah
untuk penghapus, level sedang untuk meja, dan level tinggi untuk papan tulis.

17
Siswa dapat mengembangkan gerak maknawi tertentu dengan
mengaplikasikannya pada beragam aspek gerak yang sudah dikenalkan.
Misalnya pada hasil eksplorasi gerak menombak pada tari papua dilakukan
dengan level tinggi, sedang dan rendah, ataupun dengan penggunaan volume
gerak yang luas, sedang dan sempit.
Pola lantai dapat diperkenalkan dengan bergerak maju-mundur, ke kiri-kanan,
berputar, lurus, zig-zag, meliuk-liuk, dll. Tarian akan indah apabila penari bisa
menguasai pola lantai. Tidak hanya melulu berada di tengah panggung tapi
juga bergerak kesana kemari sehingga tidak membuat penonton bosan karena
monoton. Hal ini juga sangat penting untuk tarian yang dibawakan oleh banyak
penari supaya antar penari tidak saling bertabrakan sehingga gerakan yang
ditampilakan dapat selaras, kompak, dan teratur.
2. Mengenalkan pola lantai dengan proses pembelajaran HOTS. menstimulus
mahasiswa untuk mendesain sendiri tentang arah hadap dan arah gerak yang
membentuk desain pola lantai, dan meminta mereka untuk
mengaplikasikannya pada gerak yang sudah dibuat.
3. Mengenalkan rasa tenaga, guru dapat mengajak anak untuk berekspresi seperti
raksasa yang marah, pangeran yang gagah, dan menjadi putri yang lembut; atau
dapat berekspresi menjadi kuat seperti singa, atau menjadi kertas yang lemas
melayang tertiup angin. Sehingga konsep tenaga yang telah dipahami, siswa
aplikasikan pada gerak tari yang sudah dieksplorasi sebelumnya.
4. Mengenalkan rasa waktu pada anak dapat dilakukan melalui pengenalan tempo
musik yakni cepat, sedang dan lambat melalui ketukannya yang berbeda.
Misalnya, menyanyikan lagu “Lihat Kebunku” dengan tempo yang berbeda
dan diekspresikan dengan tempo gerak yang sesuai.

Pembelajaran unsur pendukung dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Tata Rias dan Kostum

18
Tidak mungkin sebuah pertunjukkan tarian menampilkan penari dengan kostum
dan riasan seadanya. Pasti ada riasan khusus dan kostum yang sesuai dengan
tarian dan karakter yang dibawakan oleh penari. Unsur ini mendukung
terciptanya suasana tarian dan menyampaikan karakter serta pesan secara
tersirat. rias dan kostum dalam pembelajaran kreatif pada awal pembelajaran
dapat diperkenalkan dengan menstimulus siswa untuk merancang secara kreatif
kostum dan rias sesuai dengan tarian yang mereka buat dari segi bahan, desain,
warna, corak, dsb.
2. Setting Panggung
Mengenalkan setting panggung melalui pembelajaran yang merangsang
kreativitas siswa sangat diharapkan dalam kurikulum 2013, membangun konsep
pemahaman siswa melalui berekplorasi aktif tentang setting tarian secara kreatif.
misalnya saat membuat pertunjukan tari nusantara, siswa diharapkan dapat
mengembangkan imajinasinya dalam membuat setting panggung yang sesuai
dengan tema pertunjukan.
3. Properti
Dalam praktik pembelajaran yang konstruktif, guru dapat menjadilan properti
sebagai stimulus siswa dalam membuat gerak tari yang kreatif. misalnya siswa
membuat kreasi tombak , selanjutnya guru meminta siswa untuk mengeksplor
gerak-gerak tari yang kreatif dengan menggunakan properti tombak.
kesimpulannya properti bisa menjadikan siswa terinpirasi dalam membuat
gerak-gerak tari.
Baik unsur utama maupun tambahan saling melengkapi dan tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Apabila unsur-unsur tersebut diperhatikan dan
dipadukan dengan harmonis maka pesan yang ingin disampaikan kepada penonton
dapat tersampaikan dengan baik. melalui pembelajaran yang sesuai tuntutan
kurikulum 2013 dengan prinsip " biarkan siswa mencari tahu dahulu, sebelum guru
memberi tahu yang sebenarnya", guru dapat mengemas pembelajaran dari hal yang
kreatif menuju pembelajaran yang apresiatif, yakni memberi kesempatan
kreativitas siswa berkembang dahulu, sebelum mereka belajar seni tradisi yang
sebenarnya melalui pembelajaran apresiasi. Evaluasi dapat dilakukan selama proses

19
dan akhir, untuk mengobservasi bagaimana kemampuan berfikir kritis siswa,
kreativitas, kemampuan berkerjasama, dan kemampuan mengkomunikasikan diri
melalui karya tari.

b. Jenis tari
Ketika Anda melihat atau belajar tari, pernahkan Anda memikirkan
pertanyaan mengapa banyak jenis tari yang tumbuh dan berkembang di
Indonesia? dan faktor apa yang menyebabkan tumbuh dan berkembang jenis tari
di Indonesia? Kegiatan belajar satu ini membahas jenis-jenis tari, akan membantu
Anda mengenali berbagai jenis tari tradisional maupun tari non tradisional di
Indonesia maupun manca negara berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Tari di Indonesia sangat banyak, para ahli tari mengklasifikasikan tari
berbagai jenis tari dari sudut pandang yang berbeda-beda. Secara umum jenis
tari dibagi dalam dua kategori yaitu tari tradisional dan tari non tradisional.
Perhatikan baik-baik klasifikasi jenis tari dalam gambar 1.1 berikut ini :

20
Upacara

Tari Fungsi Hiburan


Primitif

Tontonan

Tari tradisional Tari Dramatik


Rakyat Tema

Non
Dramatik

Tunggal

Tari Bentuk Berpasangan


Klasik Tari
Jenis Tari
Kelompok

Hiburan

Tari Kreasi Fungsi Tontonan


Baru

Sosial

Tari Pendidikan
Modern

Tari non Terapi, dsb


tradisional

Dramatik
Tari
Tema
Post
Modern Non
Dramatik

Tunggal

Berpasangan
Tari Bentuk
Kontemporer tari
Kelompok

Gambar 1.1 Klasifikasi Tari Indonesia diadaptasi dari jenis tari yang
dikemukakan oleh Soedarsono.

21
1) Tari tradisional

Jenis tari tradisional adalah tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan
masyarakat yang memiliki alam pemikiran tradisional cirinya percaya kepada
kekuatan supranatural, percaya kepadamitologi, kekuatan binatang totem dan
rohleluhur. Masyarakat tradisional taat mempertahankan pola hidup yang
tergantung kepada alam dan meneruskan kebiasaan hidupnya secara turun
temurun.

Berdasarkan ciri masyarakat tradional tersebut, maka bentuk tarinya taat


kepada aturan-aturan tari tradisional di setiap daerah, dan fungsi tari dikaitkan
dengan keyakinan dan keperluan masyarakat setempat. Jenis tari di Indonesia yang
termasuk dalam kategori jenis tari tradisonal adalah tari primitif, tari rakyat dan
tari klasik.

(a) Tari primitif


Tari primitif adalah tari yang memiliki ciri bentuk gerak, iringan, rias dan busana
yang bersahaja. Tari primitif ada di seluruh dunia pada waktu masyarakat masih
hidup dalam jaman pra- sejarah, atau sekarang pada suku-suku pedalaman yang
masih melanjutkan tata kehidupan budaya pra-sejarah. Kepercayaan animisme
dan dinamisme menjadi landasan seluruh aktivitas kehidupan suku-suku bangsa di
pedalaman, sehingga tari primitif menjadi bagian penting disetiap upacara.
Contohnya adalah tari Berburu dari Irian Jaya, memiliki ciri gerak yang bersahaja,
menggambarkan seorang pemburu sedang menusuk-nusuk tombaknya dan
dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan hasil buruan yang banyak,
menggambarkan masyarakat Irian Jaya pada masa lalu pada waktu berburu. Tari
Perang dilakukan oleh masyarakat Timorini yang dipercaya dapat mengusir wabah
penyakit. Para penari dengan berbusana dan senjata lengkap, menari sambil
bernyanyi dan berjalan berbaris keliling kampung dibarengi oleh penduduk yang
hiruk pikuk (Indonesia Indah,1996).

22
Gambar 1.1 Tari Perang dari Irian Jaya.
Sumber : http://kukau.blogspot.com/2016/11/contoh-tari-primitif.html

(b) Tari rakyat


Tari rakyat adalah tari hasil garapan rakyat yang memiliki ciri penyajian
sederhana dan masih berpijak pada unsur budaya tradisional. Tari rakyat umumnya
berbentuk tarian bergembira atau tari pergaulan (Soedarsono,1992: 97-99). Ciri
koreografi tari rakyat gerak tarinya terlihat bersahaja, iringan tari dan rias busana
berpola sederhana. Penyajian tari rakyat terlihat sederhana, mencerminkan
kehidupan masyarakat yang bersahaja, masih tergantung pada alam, lekat dengan
kebiasaan gotong royong. Contoh tari rakyat diantaranya tari Tayub dari Jawa
Tengah, tari Lenso dari Ambon, tari Ketuk Tilu dari Jawa Barat, tari Joget dari Bali,
tari Gandrung dari Banyuwangi Jawa Timur, tari Kuda Lumping dari Jawa Barat
dan tari Kuda Kepang dari Jawa Tengah. Contoh tari rakyat yang berfungsi untuk
tontonan dan dilakukan berpasangan adalah tari Oleg Tamulilingan dari Bali,
sedangkan tari rakyat dilakukan berkelompok contohnya tari Kecak dari Bali.
Tidak hanya di Indonesia, hampir di belahan dunia memiliki tari rakyat. Di Eropa
banyak sekali kita temukan jenis tari rakyat yang fungsinya untuk interaksi sosial.

Gambar 1.2 Tari Gandrung dari Banyuwangi, Jawa Timur.


Sumber : https://www.timesjatim.com/read/20587/3/20170809/090514/tari-
gandrung-banyuwangi-semarakkan-hut-ke72-ri-di-istana-negara/

23
Gambar 1.3 Tari Kecak dari Bali.
Sumber : http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/08/tari-kecak.html

(c) Tari Klasik


Tari klasik adalah tari yang semula tumbuh dan berkembang di istana
dalam kalangan raja dan bangsawan, mencapai kristalisasi artistik yang tinggi
dan telah pula menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang, sehingga
memiliki nilai tradisi . Bentuk tari klasik mencerminkan masyarakat istana yang
mempunyai tata kehidupan teratur, sehingga ciri koreografinya terpola oleh aturan
– aturan yang standar dan sangat baku. Contohnya: tari Bedhaya dan tari Srimpi
dari istana Surakarta maupun istana Yogyakarta, tari Legong Kraton dari Bali
(Soedarsono, 1992: 101-107). Ballet adalah contoh tari klasik dari Eropa, tumbuh
dan berkembang di Italia, Perancis, Jerman dan menyeba rsampai ke Rusia.

Gambar 1.4 Tari Bedhaya dari Surakarta


Sumber : https://gateofjava.wordpress.com/2013/09/25/tari-bedhaya-
keraton-yogyakarta/

24
Gambar 1.5 Tari Legong Keraton dari Bali.
Sumber : https://dedotblog.wordpress.com/2010/10/04/tari-legong/

Tari tradisional di Indonesia memiliki tema bermacam-macam. Tari primitif


biasanya bertema religi, ungkapan kehendak dan harapan yang berkaitan upacara
siklus kehidupan manusia. Tari rakyat biasanya bertema religi, ungkapan kehendak
dan harapan yang berkaitan upacara siklus kehidupan, serta ekspresi kegembiraan.
Tari klasik biasanya bertema ungkapan filosofi masyarakat istana dan tema
dramatik yang bersumber dari karya sastra, sejarah maupun babad. Tari tradisional
yang memiliki cerita yang dilakukan oleh satu orang penari (tunggal), dua orang
penari (berpasangan) dan beberapa orang penari disebut dengan tari tradisional
bertema dramatik. Contoh tari tradisional tema dramatik dengan penari tunggal,
diantaranya tari Golek dari Jawa Tengah dan tari Topeng dari Cirebon. Salah satu
contoh tari dramatik berpasangan adalah tari Oleg Tambulilingan dari Bali. Tari
dramatik yang berbentuk dramatari dan penarinya banyak, diantaranya Wayang
Wong dari Jawa Tengah dan Jogjakarta, Langendriyan dari Mangkunegaran Jawa
Tengah, Langen Mandrawanara dari Jogjakarta, Sendratari Ramayana di kompleks
candi Prambanan, Arje (Bali) dan Mak Yong (Riau). Tari non dramatik ialah tari
yang tidak menyampaikan cerita atau drama, contoh: tari Pendet dari Bali, Joged
dari Bali, tari Tayub dari Jawa Tengah, tari Gending Sriwijaya dari Palembang,
dan berbagai jenis tari klasik.

25
2) Tari Non Tradisonal

Tari non tradisional adalah jenis tari yang tumbuh dan berkembang di
kalangan masyarakat yang tidak taat kepada pola hidup dan kebiasaan turun-
temurun dan memiliki pola hidup berciri modern. Oleh karena itu, bentuk tari non
tradisional tidak taat kepada kaidah tari tradisional. Jenis tari non tradisional
adalah tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern dan tari kontemporer.

(a) Tari kreasi baru

Tari kreasi baru adalah jenis tari tradisional yang modifikasi menjadi
bentuk baru. Ciri tari kreasi baru adalah pola dan unsur-unsur tari tradisional
masih jelas terlihat, namun dibagian-bagian tertentu diberi bentuk baru. Modifikasi
bentuk tari terlihat dari susunan gerak, variasi gerak, durasi waktu, ritme dan
tempo iringan, atau tata rias dan busana atau unsur tari tradsional lainnya. Salah
satu tujuan diciptakannya tari kreasi baru menurut Soedarsono (1992: 112-116)
adalah menghasilkan tari tradisional yang dapat ditonton oleh siapa saja, kapan saja
dan dimana saja. Faktor yang mendorong pemikiran pentingnya diciptakan tari
kreasi baru karena banyak tari tradisional yang tidak dapat dilihat sewaktu-waktu
karena penyelenggaraan tari tradisisonal biasanya terikat oleh aturan waktu, tempat
dan peristiwa khusus. Contoh tari kreasi baru yang masih menggunakan unsur dan
pola seni tari tradisional, diantaranya I Nyoman Mario tahun 1925 menciptakan
tari Kebyar Duduk dan Kebyar Terompong dan pada tahun 1931 menciptakan tari
Tamulilingan. I Nyoman Kaler pada tahun 1933 menciptakan tari Panji Semirang.
Tahun 1962 I Wayan Dibia menciptakan tari Manuk Rawa dan tari Cak kreasi baru.
Tari Yapong dan tari Wira Pertiwi, tari kreasi baru yang diciptakan oleh Bagong
Kussudiardjo, sebelumnya dirintis oleh I Nyoman Mario tahun 1925 menciptakan
tari Kebyar Duduk dan Kebyar Terompong dan pada tahun 1931 menciptakan tari
Tamulilingan. Lalu I Nyoman Kalerpada tahun 1933 menciptakan tari Panji
Semirang. Tahun 1962 I Wayan Dibia menciptakan tari Manuk Rawa dan tari Cak
kreasi baru. (Soedarsono, 1992: 111-116). Tari Bajidor Kahot modifikasi dari tari
Jaipongan, tari Sekar Jagat modifikasi dari tari penyambutan tamu seperti pendet

26
dan Payemgrame dari Bali, tari Lenggang Nyai modifikasi gerak tari cokek
perempuan dan Kembang ronggeng modifikasi dari tari tradional Betawi dan tari
kreasi baru lainnya yang masih menggunakan unsur dan pola tari tradisional.

Gambar 1.6 Tari Kreasi Baru Bajidor Kahot dari Jawa Barat.
Sumber : https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tari-bajidor-
kahot-tari-kreasi

(b) Tari modern


Tari modern adalah jenis tari yang tumbuh dan berkembang mulai tahun
1890 dan berlangsung sampai dengan sekitar tahun 1945 an, ciri yang sangat
menonjol dari tari modern adalah (1) tampilan gaya individu yang sangat kuat
dalam karya tarinya; dan (2) adanya inovasi yang baru dalam tari modern.
Ciri tari modern yang pertama adalah gaya individu koreografer tampil kuat
dalam karya tarinya. Ciri pertama dalam tari modern tersebut, didasari oleh
pemikiran modernisme yang ditandai dengan ciri pemikiran yang logis untuk
memperoleh pengetahuan yang objektif, teoritis dan analitis. Karya seni dianggap
sebagai kreasi unik dari seniman. Seniman adalah orang-orang yang serius dalam
memproduksi karya seni, karya seni tidak lagi dianggap memiliki satu makna yang
unik, sehingga setiap orang dapat memberikan makna sendiri terhadap karya seni.
Implikasi dari pemikiran modernisme tersebut dalam konteks tari adalah tari
tidak lagi hasil produksi masyarakat yang besifat komunal seperti dalam tari
tradisional, tetapi tari merupakan hasil kreasi dari individu koregrafer, sehingga
menampilkan gaya individu sangat penting. Koreografer bebas memberikan

27
makna terhadap segala sesuatu yang menjadi sumber ide tarinya dan penonton
bebas memberikan makna terhadap tari yang dilihat karena tidak lagi terikat oleh
satu makna yang unik seperti dalam tari tradional. Kebebasan memberikan makna
itulah esensi dari ciri tari modern yang selama ini disebut dengan tari yang
mementingkan kebebasan. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, maka salah
satu ciri dari jenis tari modern adalah tari yang menonjolkan gaya individu
koreografer.
Tari modern muncul karena reaksi positif dari para koreografer terhadap
gerakan modernisme pada jaman tersebut. Contohnya, Isadora Duncan seorang
pelopor tari modern pada tahun 1890 di Amerika, ciri tarinya menekankan kepada
spontanitas, Karya Lois Fuller pada tahun 1892 di Eropa yang memiliki ciri pada
pemanfaatan lampu panggung dan peralatan tari. Lalu Ruth St. Denis pada tahun
1877 yang karyanya berkiblat kepada seni dan filsafat Timur. Kemudian kelompok
Denis dan Shawn pada tahun 1914 menampilkan tema Timur dengan materi gerak
gaya Spanyol dan Indian yang mempunyai ciri menyederhanakan teknik ballet
dan mulai menemukan teknik tari modern. Selanjutnya muncul Mary Wigman
dengan ciri konsep tari bahwa tari sebagai ekspresi seni mandiri tanpa
musik.Martha Graham pada tahun 1960- an menciptakan tari gaya abstrak dan
Alwin Nicoles menciptakan tari yang mempunyai ciri perpaduan suara, cahaya,
properti yang aneh-aneh dan gerakyang menakjubkan (Soedarsono 1992: 120-
127).
Ciri tari modern yang kedua adalah adanya inovasi baru dalam tari modern.
Inovasi yang dilakukan oleh koreografer bermacam-macam, diantaranya inovasi
dari aspek tema, teknikmenari, media ekspresi tema tidak hanya gerak tubuh,
namun dikombinasi dengan gerakan benda, teknologi animasi atau hal baru
lainnya.
Tari modern tumbuh di Indonesia diawali dari kedatangan para seniman tari
Indonesia yang telah menyelesaikan belajar tari modern di Amerika dan Eropa,
antara lain Bagong Kussudiharjo, Wisnu Wardana, Sardono. W. Kusumo,I Made
Bandem, I Wayan Dibia, Farida Faisol, Enoch Atmadibrata dan lainnya.
Perkembangan tari modern di Indonesia di Indonesia telah menemukan ciri

28
khasnya yang terlihat ide dasar tari berasal dari budaya daerah setempat atau dari
budaya lain, tema tari relevan dengan persoalan, situasi dan kondisi masyarakat
saat ini, dan gaya individu sangat jelas terlihat pada tampilan koreografi.

3) Tari Postmodern
Tari postmodern adalah jenis tari yang lahir pada abad akhir ke 20 atau
sekitar tahun 1930 an seiring dengan lahirnya gerakan postmodernisme dibidang
seni yang dipelopori oleh Fererico de Onis. Banyak ahli yang berpendapat
mengenai pengertian postmodernisme Graffin, Rosenau, Buidrillard, Lyotard,
Giddens, Dowell dan Bob Hostetler Cliff, Al Gore, Harris, Foucault, Habermas,
Rosenau, Eagleton (Lihat tautan postmodernis.bogspot.co.id). Intinya bahwa
pemikiran postmodernisme merupakan tanggapan dan koreksi dari pemikiran
modernisme. Ciri pemikiran postmodernisme adalah cara berpikir untuk
menggambarkan situasi yang berkaitan dengan perubahan kondisi yang sedang
berlangsung, mencoba memecahkan masalah kehidupan sosial budaya.
Tari postmodern merupakan reaksi para koreografer yang mendukung
gerakan posmodernisme yang memberikan koreksi kepada modernisme.
Postmodernisme merupakan sikap dan rasa tidak puas koreografer terhadap
modernisme yang mendorong pemikiran baru untuk keluar dari modern menuju
masa baru yang disebut dengan postmodern (masa setelah modern), hasilnya
berupa tari postmodern. Ciri-ciri tari postmodern adalah tema tari mengarah
kepada kritik sosial, bentuk koreografi tidak terikat pola dalam tari modern,
penyerhanaan bentuk dari elemen-elemen pendukung tari, namun ciri utamanya
adalah visualisasi pemikiran postmodern yang mencerminkan pemikiran kritis
terhadap kondisi ke dalam koreografi.

(a) Tari Kontemporer

Tari kontemporer adalah tari yang mencerminkan jiwa jaman saat ini. Jiwa
jaman yang mutakhir. Ciri kekinian yang cenderung musiman karena mengikuti
selera atau tren bentuk dan gaya hidup yang tercermin dalam food, fashion dan
film, serta pemikiran-pemikiran yang sedang mutakhir berkembang di masyarakat

29
pada saat ini. Kontemporer berasal dari kata contemporary yang menunjukkan
waktu sekarang, satu waktu atau zaman. Seni kontemporer menurut Fuad Hasan
adalah seni yang menggambarkan zeitgeist atau jiwa masa kini. Umar Kayam
menjelaskan bahwa seni kontemporer adalah seni yang menunjukkan daya cipta
yang hidup dan kondisi kreatif dari masa terakhir (Sedyawati, 1981:122).
Berdasarkan pendapat tersebut bahwa tari kontemporer terkait dengan ide, bentuk,
gaya tari yang sedang populer dari masa terakhir. Contohnya saat ini telah masuk
era disrupsi. Secara etimologi era disrupsi artinya hal yang tercabut dari akarnya.
Ciri era ini adanya perubahan berpikir dari berpikir reduksionis (berpikir terlalu
kecil dan sempit dalam menganalisis masalah), kepada berpikir kreatif yang kaya
perspektif dan alternatif, serta melalui riset multidisipin dan transdisiplin
(Gardiner, dkk, 2017:55-68). Maka, tari yang termasuk dalam tari kontemporer saat
ini adalah tari yang mencerminkan pemikiran yang analitis terhadap suatu
masalah, kreatif dalam solusi masalah berdasarkan hasil pendalaman atau riset
dari berbagai sudut pandang keilmuan yang tercermin dalam tema, bentuk
maupun isi koregrafi. Tari karya koreografer Indonesia yang masuk dalam
kategori jenis kontemporer selalu berbeda dari waktu ke waktu, karena hanya
jenis tari yang berciri kekinian dari sisi bentuk, fungsi dan isi yang relevan
dengan pemikiran, situasi serta hal-hal yang sedang mutakhir saja yang dapat
masuk dalam kategori jenis tari kontemporer

Contoh tari yang dianggap memiliki ciri kekinian pada sekitar tahun 1990 an
adalah tari yang sumber inspirasinya dari budaya lokal, untuk mencerminkan
situasi dan persoalan masyakat, dikemukakan dalam tari yang mencerminkan
ciri khas gaya tari individu koreografer. Maka tari yang masuk dalam kategori
tari kontemporer pada masa tersebut, diantaranya: adalah tari Legong
Kontemporer oleh Bulantrisna Djelantik sumber dari budaya lokal Bali ; tari
Akkarena oleh Wiwiek Sipala sumber inspirasi dari budaya lokal Sulawesi dan
gerak tari Pakarena; Ambojo Imbau oleh Tom Ibnur sumber inspirasi dari budaya
Minang; Bedaya Rara Mendut oleh R. Sambas Wirakusumah sumber inspirasinya
dari budaya lokal Sunda; Cak Tarian Rina oleh Sardono W Kusumo sumber

30
inspirasi dari dramatari Bali atau budaya lokal Bali; Damarwulan oleh Retno
Maruti sumber inspirasi dari budaya lokal Jawa Tengah, dan jenis tari kontemporen
tahun 1990an lainnya (Direktori Seni Pertunjukan Kontemporer, 1999; 19-22).
Pada dekade pertama tahun 2000 an jenis tari kontemporer yang berkembang
adalah kolaborasi antara hip hop dengan tari tradisi. Pada dekade ke dua tahun
2000 an, jenis tari kontemporer yang berkembang adalah tari yang cenderung
kepada Korean Pop (K-Pop), cirinya menitik beratkan kepada ritme gerak dan
gerakan yang unik, misalnya variasi gerak kaki sehingga mudah diingat dan
diikuti. Kesan intertaiment sangat kuat dalam tari jenis ini. Dalam K-Pop tari
merupakan unsur penting dalam musik group vokal baik boyband maupun
gilrband. Untuk memperoleh penjelasan ciri tari K-Pop, silahkan Anda lihat
dalam tautan :

Selain jenis tari yang cenderung kepada K-Pop pada dekade kedua tahun
2000-an saat ini juga berkembang jenis tari yang memanfaatkan teknologi tata
pentas yang canggih misalnya dengan menggunakan efek sinar laser sebagai
bagian penting dalam konsep tari. Berdasarkan contoh-contoh tari kontemporer
yang kekinian pada masanya tersebut. Maka, dapat disimpulkan bahwa tari
kontemporer akan berbeda dari waktu ke waktu, mengikuti kecenderungan yang
sedang digemari oleh masyarakat pada masa kini.

Pembahasan kedua merupakan unsur-unsur yang ada pada tari. Unsur-unsur


yang ada pada tari terdiri dari unsur utama dan unsur pendukung. Materi ini akan
membantu Anda dalam menjelaskan kepada anak didik tentang unsur-unsur yang
ada di dalam tari, baik unsur utama maupun unsur pendukung tari. Oleh karena itu,
unduh dan simak baik-baik materi tentang unsur-unsur tari dalam file pdf berikut
ini.

Jenis Tari dan Pembelajarannya

Mengenalkan jenis tari dalam pembelajaran dikelas dapat dilakukan melalui


pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skill, yakni melalui tahapan

31
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta, siswa diarahkan secara aktif memiliki
kemampuan berfikir kritis melalui kegiatan pembelajaran yang mendukung pada
kemampuan tersebut. Contohnya : Siswa diminta untuk menganalisis sebuah tari
tradisional dari ciri-ciri yang melekat pada jenis tari seperti ide tarian, tema, kostum,
gerak, tempat penyajian dsb, (memecah materi menjadi bagian-bagian
penyusunannya dan mendeteksi bagaimana hubungan antar bagian tersebut dan
hubungannya dengan keseluruhan, struktur dan tujuan ): membedakan,
mengorganisasi, mengatribusikan. misalnya siswa diajak untuk menemukan
berbagai keunikan dari sebuah sajian tari pada sebuah peristiwa dilihat dari unsur
utama dan pendukung tariannya. Selanjutnya Mengevaluasi (membuat keputusan
berdasarkan kriteria dan standar): mengecek, mengkritik. Pada bagian ini siswa
membuat deskripsi dari hasil identifikasi mereka berupa pernyataan-pernyataan
yang kritis tentang apa yang mereka temukan dan mencoba membuat
keterhubungan antar berbagai aspek tentang jenis tari tersebut. Dan akhirnya
Mencipta (memadukan berbagai elemen untuk membentuk sesuatu yang baru,
koheren, atau membuat produk yang orisinal); merumuskan, merencanakan,
memproduksi. Pada bagian ini siswa dapat membuat tulisan tentang apa yang
mereka lihat berdasarkaan data, bahkan sampai pada menghasilkan sebuah karya
tulisan, atau karya seni yang lainnya khususnya karya seni tari.

c. Teknik Tari

Teknik tari merupakan cara melakukan gerakan, teknik diperlukan sehingga


sebuah tarian dapat terlaksana dengan indah dan dan luwes dalam penampilannya.
Dallam tari tradisi merupakan teknik gerak dasar tari adalah dasar untuk
mengeksplorasi keanekaragaman gerak yang dapat dirangkai menjadi sebuah
tarian. Seorang penari harus menemukan teknik yang benar dalam mengespresikan
gerak sehingga menghasikan tampilan gerak yang tidak hanya indah tapi juga khas.
Indonesia terdiri dari banyak suku sehingga melatar belakangi beragam jenis tari
dan kekhasan teknik dari berbagai gerak tari yang ditampilkan, seperti teknik
keterampilan dalam pengolahan gerak tangan, kaki, kepala, bahu, torso, ataupun

32
yang lainnya. Dan setiap tarian daerah memiliki perbedaan teknik dan tampilan
geraknya. Hal tersebut yang menjadikan teknik gerak dan prosesnya sama tetapi
memiliki perbedaan. Berikut ini beberapa tarian nusantara yang memiliki teknik
gerak yang dimaksud.

1) Tari Saman
Tari Saman merupakan sebuah tarian suku Gayo, berasal dari Aceh dan
biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair
dalam tarian saman mempergunakan Bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini
juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam
beberapa literatur menyebutkan tari saman di Aceh didirikan dan dikembangkan
oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara.
Gerakan Tarian saman menitikberatkan pada keterampilan gerak tangan.
Ada dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman:
(a) Tepuk tangan
(b) Tepuk dada ; ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman mempelajari
tarian melayu kuno, lalu menghadirkan kembali lewat gerak-gerak yang disertai
dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Tarian Saman
termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak
tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti :
• Gerak guncang
• Kirep
• Lingang
• Surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo).

33
GAmbar 1.22 Teknik Gerak Tari Saman.
(Sumber :http://senangberbagi98.blogspot.com/2017/09/materi-tari-saman-
sejarah-gerakan.html)

2) Tari Randai
Tari Randai tercipta dan dimainkan oleh anak-anak muda di sebuah pada
awalnya di perguruan silat. Pada mulanya, anak laki-laki di Minangkabau harus
mampu membeladiri dengan mempelajari ilmu beladiri yang disebut silat. Gerak-
gerak silat, yang disebut juga pancak inilah yang menjadi teknik dasar gerak Tari
Randai dan bila dilakukan pengulangan akan terasa cukup ritmis dan dinamis,
sehingga jika distilir akan nampak lebih indah, bahkan menyerupai sebuah tari.
Gerak-gerak tersebut dilakukan secara melingkar, dan membentuk rantai pertanda
kekompakan. Semua pemain mengenakan celana latihan silat yang disebut
galembong, sehingga ketika celana galembong tersebut ditepuk secara serentak
akan menimbulkan bunyi yang khas, bagaikan deburan ombak di pantai.

GAmbar 1.23 Teknik Gerak Tari Randai.


(Sumber : https://www.boyyendratamin.com/2013/07/randai-kesenian-tradisi-
minangkabau.html)
3) Tari Topeng Tunggal
Tari Topeng Betawi merupakan sebuah tarian adat oleh masyarakat Betawi
yang selain difungsikan sebagai hiburan, dahulu juga dipercaya dapat menjauhkan
dari malapetaka. Tari Topeng Betawi adalah salah satu sajian dari rangkaian
pertunjukan Topeng Betawi yang didalamnya menggabungkan beberapa unsur
seni, yakni musik, tari, lawak dan lakon. Di masa-masa awal, kesenian ini
dipertunjukkan dengan cara berkeliling “ngamen” dengan lebih menitik-beratkan

34
pada unsur tari. Teknik gerak Tari Topeng Betawi yang merupakan sikap dalam
melakukan gerak-gerak Tari Topeng adalah Adeg-adeg yang merupakan posisi siap
dalam menari, dari posisi adeg-adeg penari akan melaukan gerakan lainnya. Sikap
Adeg-adeg pada Tari Topeng : Tumit bertemu, berjarak 1 kepal (membentuk garis
lurus), lutut di tekuk, rendah/terbuka, Badan condong kedepan.
Tari Topeng Tunggal mempunyai keunikan karena dikatakan Topeng
Tunggal tetapi dalam pelaksanaan penampilannya menggunakan tiga karakter
kedok atau topeng yang berbeda dengan cara bergantian. Tari Topeng Tunggal
memakai tiga karakter kedok atau topeng yang ditarikan oleh seorang penari
Topeng Betawi dengan membawakan tiga karakter yang berbeda yaitu Panji,
Samba, dan Jingga.

Gambar 1.24 Teknik Gerak Tari Topeng.


(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=B82BFXnWdp8)

4) Tari Legong Lasem


Tari bali khususnya Tari Legong Lasem memiliki teknik-teknik dasar tari
Bali yang harus dikuasai, terdapat sikap anggota tubuh yang khas dalam Legong
Lasem contohnya pada gaya tari Legong Lasem daerah Peliatan yaitu gerak
ngelayak (kayang), agem yang melengkung, sikap tangan yang lebih sempit, dagu
yang diangkat, bahu dan belikan yang terkunci, angsel yang tersendat dan gerakan
yang bergetar. Diperlukan sikap kedisiplinan yang tinggi untuk dapat menguasai
Tari Legong Lasem.

35
Gambar 1.25 Teknik Gerak Tari Legong Lasem.
(Sumber : https://www.antarafoto.com/mudik/v1498050005/legong-lasem-klasik)

5) Teknik Tari Non Tradisional


Shuffle Dance
Shuffle Dance atau yang kita sebut Tari Shuffle merupakan tarian yang
berasal dari Australia. Tari yang termasuk kategori Tari Modern ini sedang
digemari anak muda masa kini. Shuffle Dance lebih mengutamakan gerakan
kaki yang unik dan atraktif. Ada beberapa dasar gerakan kaki yang sering
dipakai dalam Shuffle Dance. Gerakan tersebut antara lain :
• RunningMan
Gerakan berlari di tempat namun tidak berpindah serupa dengan orang
sedang berlari namun dengan menggunakan kecepatan yang teratur.
• Shuffle
Yaitu gerakan pengembangan dari Running Man dengan berpindah ke
kanan kiri atau depan belakang di ikuti dengan hentakan kaki.
• GlideSpin
Yaitu gerakan seperti Running Man dan Shuffle dengan penambahan
gerakan seperti meluncur dan memutar tubuh.

36
Gambar 1.26 Teknik Gerak Shuffle pada shuffle Dance.
(Sumber : https://internasional.kompas.com/read/2019/01/20/20355601/kepala-
sekolah-di-china-ajak-para-murid-menari-shuffle-dance?page=all)

Break Dance
Break Dance adalah gaya tari jalanan yang muncul sebagai bagian dari
gerakan hip hop diantara African American yang dilakukan di bagian selatan New
York City pada tahun 1970-an. Pada Umumnya tarian ini diiringi lagu hip hop, rap,
atau lagu remix (lagu yang sudah di aransemen ulang). Break Dance memiliki
macam-macam gerakan dasar/basic seperti top rock/up rock, footwork, freeze dan
power moves. Penari Break Dance harus bisa menguasai seluruh element gerakan
dalam Break Dance.
Salah satu gerak dasar dalam Break Dance adalah Freeze, freeze adalah
menahan gerakan dengan pose yang bagus. Freeze, membutuhkan kekuatan tubuh
penari untuk menahan dirinya, dengan pose seperti Handstand.

Gambar 1.27 Teknik Gerak freeze pada Break Dance.


(Sumber : http://lazerseven.blogspot.com/2014/07/teknik-melakukan-baby-freeze-
dalam.html)

37
Teknik gerak dan pembelajarannya

Pada materi teknik gerak, pembelajaran dapat diarahkan dengan 2 tahap, yakni
tahap kreativitas yakni siswa distimulus untuk mengenali tubuh mereka sebagai alat
gerak, kemudian diminta untuk mengesplorasi beragam gerak dengan teknik yang
berbeda, misalnya gerak kepala dengan berbagai teknik gerak yang berbeda. Secara
berkelompok siswa diminta untuk merangkai gerak yang dibentuk dari teknik
gerak. Siswa sampai bisa menyimpulkan perlunya teknik gerak yang tepat dalam
menghasilkan gerak utuh yang tidak hanya indah tapi juga tidak mengganggu. Pada
tahap berikutnya siswa diarahkan pada tahap apresiasi, secara berkelompok ataupun
individual mereka diminta untuk menyaksikan tarian tradisional dan kontemporer
untuk menganalisis perbedaan teknik gerak yang ditampilkan pada tarian dari gerak
tangan , sikap tubuh, gerak kaki. Dari gerak yang dianggap mudah sampai yang
paling sulit. Setiap kelompok bisa semakin mengembangkan perbendaharaan gerak
yang mereka tampilkan.
Aspek penilaian dapat dilihat dari kemampuan berkreativitas dalam menemukan
ide gerak, kemampuan bekerjasama untuk mengekspresikan karya, dan keindahan
gerak yang ditampilkan. Dalam hal ini guru memiliki kebebaskan untuk
mengembangkan format penilaian yang komprehensif dan bijak.

Tugas Akhir KB 1
Amati satu jenis tari yang Anda unduh dari Youtube!. Buatlah kajian tentang tari
yang Anda amati dalam bentuk makalah. Makalah dibuat dalam 1200- 2200 kata,
dengan sistematika dan komposisi berikut ini:
a. Pendahuluan
Penjelasan tentang nama tari dan mengapa Anda memilih jenis tari tersebut
untuk dibahas dan jelaskan kelebihan tari Anda bahas (150-200 kata)
b. Pembahasan
1) Deskripsikan jenis, fungsi, simbol dan makna tari (300-600 kata)
2) Penjelasan tentang faktor-faktor yang menyebabkan jenis, fungsi, simbol dan
makna tari memiliki ciri yang berbeda dengan tari lainnya (300-600 kata)

38
3) Penjelasan tentang keunikan atau keunggulan tari (300-600 kata)
c. Kesimpulan
Tulislah kesimpulan dari pembahasan secara ringkas (150-200 kata)

d. Daftar Pustaka

(Pustaka yang relevan untuk pembahasan minimal 5 buku)

Selamat. Anda telah mengerjakan tugas kegiatan belajar 1. Untuk


mengukur penguasaan Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tes formatif
berikut ini!

C. PENUTUP
1. Rangkuman
Terdapat 2 unsur penting di dalam tari, yaitu unsur utama dan unsur pendukung.
Unsur utama tari adalah gerak, dan unsur pendukung tari adalah iringan tari, level
dalam tari, pola lantai, rias dan busana tari, tata pentas, tata cahaya dan tata suara,
serta tema dalam tari. Jenis tari bermacam-macam. Keragaman jenis tari karena
perbedaan (a) tempat dan tumbuh tari; (b) pemikiran, kebiasaan dan gaya hidup
masyarakat atau orang yang menciptakan dan mendukung keberadaan tari; dan
(c) situasi atau kondisi jaman pada saat tari diciptakan, sehingga lahirlah jenis
tari primitif, tari rakyat, tari klasik, tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern
dan tari kontemporer. Di dalam tari terdapat unsur utama dan juga unsur pendukung
serta teknik dalam menarikannya.
Jenis tari primitif, tari rakyat, tari klasik termasuk dalam kelompok tari
tradisional karena tarian ini tumbah dan berkembang di masyarakat yang memiliki
ciri pemikiran, kebiasaan dan gaya hidup tradisional yang menempatkan tari
menjadi bagian penting dari kegiatan religi (upacara keagamaan), upacara
kenegaaran, upacara adat dan kegiatan sosial dalam kehidupannya. Berbeda
dengan jenis tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern dan tari kontemporer.
Tari kreasi baru di Indonesia secara histori, tumbuh pada masa peralihan pemikiran
tradisional menuju pemikiran modern. Maka, bentuk tari memiliki masih kuat ciri

39
tari tradisionalnya, namun dibagian tertentu diberi bentuk baru. Ketika masyarakat
telah beralih menuju pemikiran kebiasaan dan gaya hidup modern. Maka, tumbuh
dan berkembang jenis tari modern, yang selanjutnya mucul jenis tari postmodern
yang tumbuh karena tanggapan dan koreksi dari pemikiran modernisme. Cara
berpikir untuk menggambarkan situasi yang berkaitan dengan perubahan kondisi
yang sedang berlangsung, mencoba memecahkan masalah kehidupan sosial budaya
merupakan salah satu ciri pemikiran postmodernisme yang dinyatakan dalam tema,
bentuk maupun fungsi tari postmodern. Jenis lainnya yang tumbuh pada jaman
postmodern adalah jenis tari kontemporer.
Ada 2 unsur penting di dalam tari yaitu unsur utama dan unsur pendukung.
Unsur utama tari adalah gerak, dan unsur pendukung tari adalah iringan tari, level
dalam tari, pola lantai, rias dan busana tari, tata pentas, tata cahaya dan tata suara,
serta tema dalam tari.
Setiap tari memiliki teknik dan proses gerak dasar yang berbeda. Tari
Tradisional di Indonesia memiliki gerak-gerak yang berbeda dan keragaman tari
yang berbeda-beda setiap daerahnya. Pemahaman terhadap teknik gerak dasar tari
tradisional adalah dasar untuk mengeksplorasi keanekaragaman gerak yang dapat
dirangkai menjadi sebuah tarian. Contoh keanekaragaman teknik gerak pada Tari
Tradisional seperti gerak Tari Saman yang menitikberatkan pada keterampilan
gerak tangan, Tari Randai yang menggunakan gerak-gerak silat yang disebut juga
pencak menjadi teknik dasar gerak, Tari Topeng memiliki sikap dasar yang menjadi
teknik dalam melakukan gerakan-gerakan tarinya yang disebut Adeg-adeg dan Tari
Legong Lasem yang memiliki teknik-teknik dasar tari Bali yang harus dikuasai,
yaitu terdapat sikap anggota tubuh yang khas dalam Legong Lasem contohnya pada
gaya tari Legong Lasem daerah Peliatan yaitu gerak ngelayak (kayang), agem yang
melengkung, sikap tangan yang lebih sempit, dagu yang diangkat, bahu dan belikan
yang terkunci, angsel yang tersendat dan gerakan yang bergetar. Begitu pula pada
Tari Non Tradisional, contohnya pada Tari Modern seperti Shuffle Dance lebih
mengutamakan gerakan kaki yang unik dan atraktif berbeda dengan Salah satu
gerak dasar dalam Break Dance yaitu
Freeze, freeze adalah menahan gerakan dengan pose yang bagus. Freeze,

40
membutuhkan kekuatan tubuh penari untuk menahan dirinya, dengan pose seperti
Handstand.
Materi pada kegiatan belajar 2 dalam modul satu ini membantu Anda
dalam membimbing peserta didik memahami jenis, unsur, dan teknik dalam
tari.

Selamat. Anda telah membaca seluruh materi dan rangkuman, untuk


mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tugas
berikut ini!

2. Tes formatif
Musik merupakan salah satu unsur pendukung dalam tari, karena....., kecuali
a. Melalui musik sebagai iringan tari ini pula pesan atau makna gerak yang
ingin disampaikan akan lebih komunikatif, sehingga tari tersebut
mempunyai jiwa atau roh dalam pengungkapannya.
b. Menjadi iringan dalam tari dapat dilihat dari tujuan atau pesan yang ingin
disampaikan dalam tari
c. Sebagai pendukung suasana, apabila tari tersebut memiliki tema tetentu,
misalnya tema percintaan, kematian, yang iringannya harus dibuat
sedemikian rupa agar penonton memiliki perasaan yang mendukung
terhadap tema tersebut.
d. Pendukung suasana dan pembuat ilustrasi tari. Fungsi iringan tari sebagai
pengiring tari dapat dilhat dari tari-tari tradisi atau kreasi yang sudah
berkembang.
e. Musik dan tari memiliki pesan atau makna masing masing yang ingin
disampaikan akan lebih komunikatif, sehingga tari tersebut mempunyai
jiwa atau roh dalam pengungkapannya.

2. Manakah pernyataan yang salah tentang tari klasik adalah:


a. Tari yang semula tumbuh dan berkembang di istana dalam kalangan raja
dan bangsawan
b. mencapai kristalisasi artistik yang tinggi dan telah pula menempuh
perjalanan sejarah yang cukup panjang, sehingga memiliki nilai tradisi .

41
c. Bentuk tari klasik mencerminkan masyarakat istana yangmempunyai tata
kehidupan teratur, sehingga ciri koreografinya terpola oleh aturan – aturan
yang standar dan sangat baku.
d. Contoh tari klasik tari Bedhaya dan tari merak dari istana Surakarta maupun
istana Yogyakarta, tari Legong Kraton dari Bali (Soedarsono, 1992: 101-
107).
e. Ballet adalah contoh tari klasik dari Eropa, tumbuh dan berkembang di
Italia, Perancis, Jerman dan menyebar sampai ke Rusia.
3. Dibawah ini adalah contoh tari tradisional tema dramatik kecuali:
a. Tari Golek dari Jawa Tengah dan tari Topeng dari Cirebon.
b. Tari Oleg Tambulilingan dari Bali.
c. Wayang Wong dari Jawa Tengah dan Jogjakarta, Langendriyan dari
Mangkunegaran Jawa Tengah,
d. Langen Mandrawanara dari Jogjakarta, Sendratari Ramayana di kompleks
candi Prambanan, Arje (Bali) dan Mak Yong (Riau).
e. Tari Pendet dari Bali, Joged dari Bali, tari Tayub

4. Tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern dan tari kontemporer merupakan,
kecuali :
a. Jenis tari non tradisional
b. Tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat yang tidak taat
kepada pola hidup dan kebiasaan turun-temurun dan memiliki pola hidup
berciri modern.
c. Merupakan bentuk tari yang tidak taat kepada kaidah tari tradisional
d. Tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat yang taat
kepada pola hidup dan kebiasaan turun-temurun dan memiliki pola hidup
berciri modern.
e. pola dan unsur-unsur tari tradisional masih jelas terlihat, namun
dibagian-bagian tertentu diberi bentuk baru.

5. Semua tarian yang mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama dan terikat
oleh pola tradisi yang telah ada, tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat
adalah jenis tari:

42
a. Tradisional
b. Rakyat
c. Klasik
d. Tontonan
e. Etnis
6. Ciri tari modern yang pertama adalah gaya individu koreografer tampil
kuat dalam karya tarinya. Ciri yang kurang tepat adalah.
a. didasari oleh pemikiran modernisme yang ditandai dengan ciri
pemikiran yang logis untuk memperoleh pengetahuan yang
objektif, teoritis dan analitis.
b. Karya seni dianggap sebagai kreasi unik dari seniman. Seniman
adalah orang-orang yang serius dalam memproduksi karya seni,
karya seni tidak lagi dianggap memiliki satu makna yang unik,
sehingga setiap orang dapat memberikan makna sendiri terhadap
karya seni.
c. Implikasi dari pemikiran modernisme tersebut dalam konteks tari
adalah tari tidak lagi hasil produksi masyarakat yang besifat
komunal seperti dalam tari tradisional, tetapi tari merupakan hasil
kreasi dari individu koregrafer, sehingga menampilkan gaya
individu sangat penting.
d. Koreografer bebas memberikan makna terhadap segala sesuatu
yang menjadi sumber ide tarinya dan penonton bebas memberikan
makna terhadap tari yang dilihat karena tidak lagi terikat oleh satu
makna yang unik seperti dalam tari tradional.
e. Kebebasan kurang memberikan makna itulah esensi dari ciri tari
modern yang selama ini disebut dengan tari yang mementingkan
kebebasan.

7. Pada penyajian tari akan lebih menarik untuk disaksikan apabila didukung oleh
tata busana yang baik. Oleh karena itu di dalam penataan dan penggunaan
busana tari hendaknya senantiasa mempertimbangkan hal hal sebagai berikut,
kecuali....:

43
a. Busana tari hendaknya enak dipakai dan sedap dilihat oleh penonton
b. Busana selalu mempertimbangkan isi/tema sehingga dapat menghadirkan
suatu kesatuan antara tari dan tata busana
c. Penataan busana tidak perlu mempertimbangkan imajinasi penonton tapi
lebing kepada imajinasi penarinya
d. Desain busana harus memperhatikan gerak tari, agar tidak mengganggu
penari saat bergerak.
e. Busana sebaiknya dapat memberi gambaran atau karakter kepada
penarinya

8. Fungsi Tata Rias sebagai unsur pendukung tari adalah...... kecuali...:

a. Menyempurnakan penampilan wajah. Tata Rias bisa menyempurnakan


kekurangan pada tampilan penari.
b. Membantu menunjukkan perwatakan atau karakter penari. Tata rias
berfungsi melukiskan watak tarian dengan mengubah tampilan wajah
penari menyangkut aspek usia, ras, bentuk wajah.
c. Memberi nilai pada penonton. Dengan tata rias yang baik tentunya akan
menambah keindahan karya tari yang ditampilkan.
d. Memberi efek gerak pada ekspresi wajah seorang penari diatas panggung,
karena tampilan penari tampak datar ketika tertimpa cahaya lampu. Oleh
karena itu dibutuhkan tata rias untuk menampilkan dimensi wajah penari.
e. Memperjelas garis-garis wajah penari untuk mengekspresikan gerak-gerak
tari. Fungsi garis tidak sekedar menegaskan, tetapi juga menambahkan
sehingga terbentuk tampilan yang berbeda dengan wajah asli pemain.

9. Strategi pembelajaran, agar siswa memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai yang


terkandung di dalam tari
a. Mengamati, menjelaskan, menganalisis, menginterpretasi, dan
mengevaluasi tari
b. Mengamati, menganalisis, menginterpretasi, dan mengevaluasi tari
c. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan
mengevaluasi tari
d. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan tari

44
e. Menganalisis, menjelaskan, mengevalusi dan menginterpretasi tari

10. Cara untuk melatih daya cipta siswa melalui pembelajaran tari adalah
a. Melaksanakan proses kegiatan penciptaan tari.
b. Melaksanakan kegiatan apresiasi tari
c. Melaksanakan kegiatan menari
d. Menemukan masalah dalam tari
e. Melihat tari dan menari

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi Kegiatan Belajar 1

Tingkat penguasaan = jumlah jawaban yang benar


Jumlah soal X 100%

Arti tingkatan penguasaan : 90 - 100 % = baik sekal


80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Anda dapat meneruskan


dengan kegiatan belajar 2. Bagus ! jika masih dibaewah 80 %, Anda harus
mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

DAFTAR PUSTAKA

Autard Jaqualine Smith (1994). The Art of Dance in Education. London : A & B
Black.

45
Barrett, Maurice (1982), Art Education, a strategy for course design, London:
Heinemann Educational Books.and Learning).

Devi Triana, Dinny, dkk. (2000). Pendidikan Seni Tari Di Sekolah Menengah
Umum. Jakarta : Seminar dan Lokakarya Pendidikan Seni.

Devi Triana, Dinny, dkk. (2009). Modul PPG Pendidikan Seni Tari. Jakarta: UNJ
Press.
Dibia I Wayan. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati Metode Baru dalam Mencipta
Tari. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan.

Eisner, (1997). The Educating Artistic Vision, New York: The Macmillan
Company.

Fisher, Elaine Flory, (1978). Aesthetic Awareness and the Child, F.E.Peacock P

Hadi, Sumandiyo Y. 1996. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok.


Jogjakarta: Manthili.

Hermawati, Sri, dkk. (2006). Seni Budaya untuk SMK/MA/SMU. PT: Inti Prima.

Humphrey Doris. 1994. The Art of Making Dance. Canada: Holt, Rinehart and
Winston.

Jajuli, M. (2008), Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni, Semarang: Unesa


University Press.

. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Press.

Kamaril, Cut. WS., (2007) Materi Pelatihan Pengenalan Pembelajaran Aktif di


Sekolah Dasar dan Menengah, Jakarta,.

Langer, Susanne K. (1957), Problem of Art, New York: Harvard Unversity Press.

Lansing, Kenneth Melvin, (1981). The Elementary teachers’s art Handbook, CBS
College Publishing, New York.

(1990). Art, Artists an Education. London: MsGraw-Hill Book


Company.

Lowenfeld, Viktor and W.Lambert Brittain. (1975). Creative and Mental Growth,
Sixth Edition, New York: Macmillan Publishing Co.Inc.

46
Kraus, Richard. (1969). History of The Dance in Art and Education. Englewood
Cliffs, New Jersey : Prentice Hall. Inc.

Laban, Rudolf. (1976). Modern Educational Dance (ed 3) (Revised by Ulmann).


London: Macdonald and Evans.

La Meri. (1965). Dance Composition : The Basic Elements. Massachusetta: Jacob’s


Pillow Dance Festival, Inc.

Murgiyanto, Sal. (1983). Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta


: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Parani, Yulianti. (1975). Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta : LPKJ.

Read, Herbert. (1970), Education Through Art, London: Faber and Faber. London.

Smith, Jacquline. (1985). Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.
Terj. Ben Suharto. Yogyakarta : Ikalasti.

Soedarsono. Terj.1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Jogjakarta:


Lagaligo Fakultas Kesenian ISI Jogjakarta

Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta:Balai Pustaka.

Soedarsono, dkk. 1996. Indonesia Indah: Tari Tradisional Indonesia. Jakarta:


Harapan Kita MII/BP.

Soedarsono. 1997. Tari-tarian Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud.

47
MODUL 3
KB.2 : BENTUK, TEMA, DAN NILAI ESTETIS DALAM SENI TARI

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi singkat
Pada modul ini akan kita awali dengan materi tari tradisional yang
digolongkan dalam koreografi komunal. Seperti telah Anda ketahui bahawa
pengertian dari koreografi disebut juga sebagai komposisi tari, merupakan seni
membuat/merancang struktur ataupun alur sehingga menjadi suatu pola gerakan-
gerakan. Pada Kegiatan Belajar 2 ini akan dijelaskan pula bentuk gerak, tema, dan
nIlai estetis dalam tari tradional. Materi pada kegiatan Belajar ini dilengkapi dengan
gambar serta video untuk menambah wawasan Anda tentang koreografi jenis tari
tradisonal.
Pada Kegiatan Belajar kali ini Anda juga diminta untuk menyelesaikan tugas serta
tes formatif untuk menguji wawasan Anda tentang materi bentuk, tema, dan nilai
estetis tari.

2. Relevansi
Materi pada KB 2 memiliki relevansi tidak hanya pada berkembangnya wawasan
Anda tentang materi bentuk, tema, dan nilai estetis tari namun juga anda dapat
menemukan bagaimana pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa dan
kurikulum saat ini. Proses pengalaman membentuk sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang optimal perkembangannya pada siswa.

3. Petunjuk Belajar

Selanjtnya untuk mempermudan Anda dalam belajar, mohon perhatikan


hal-hal berikut ini :
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar Anda benar-
benar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap bagiannya, dan
kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi, tujuan

48
pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam modul
ini.
b. Selanjutkan pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-kata
kunci dan berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya.
c. Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih mengerti.
d. Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telahb tersedia dalam
setiap kegiatan belajar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak
melihat kunci jawaban.
e. Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan tutor serta teman
sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya.

B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2, Anda diharapkan mampu
memahami keunikan gerak tari tradisional dan non tradisonal berdasarkan
bentuk, teman dan nilai estetis tari, peserta dapat membandingkan bentuk gerak
tari tradisi dan non tradisi.

2. Sub Capaian Pembelajaran


Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, peserta akan mampu:
a. Menganalisis bentuk koreografi tari tradisional dan non tradisional
b. Menganalisis tema tari tradisional dan non tradisional
c. Menganalisis nilai estetis tari tradisional dan non tradisional

4. Uraian Materi
a. Bentuk Kareografi Tari Tradisional dan Non Tradisional
Koreografi dapat dikatakan sebagai pencatatan gerak dimana dalam
prosesnya melatih daya kreatif seseorang untuk diungkapkan dalam
penyusunan tari. Koreografi adalah proses pemilihan dan pengaturan gerakan-
gerakan menjadi sebuah tarian, dan di dalamnya terdapat laku kreatif.

49
Dari pemahaman di atas, koreografi dan komposisi merupakan kerja kreatif
dalam mewujudkan karya tari, dan untuk keberhasilannya dibutuhkan acuan
ilmu/pengetahuan sebagai bahan pertimbangan, berupa prinsip-prinsip tari agar
mendapatkan hasil karya tari yang baik. Kemampuan seseorang untuk
melaksanakan tugas ini bergantung pada pendidikan, pengalaman, selera,
perkembangan artistik, pembawaan pribadi, kemampuan kreatif, dan
keterampilan teknisnya. Kemampuan membuat keputusan atau kemampuan
memilih ide, bahan dan cara-cara pelaksanaan yang sesuai dan menolak yang
tidak sesuai dengan kebutuhan kreatif seseorang, biasanya dianggap bersifat
intuitif (gerak hati). Namun pada kenyataannya penilaian artistik ini
dipengaruhi oleh adanya prinsip-prinsip bentuk seni yang tampaknya
dipahami, diakui dan yang membimbing usaha manusia sejak memulai
kesenian. Prinsip-prinsip semacam ini tidaklah membeku menjadi sekumpulan
aturan kaku yang merumuskan bentuk seni. Akan tetapi, lebih merupakan
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam rangka mencapai sebuah
komposisi yang memenuhi syarat secara estetis.
Bentuk tari ditinjau dari jumlah penari, terbagi ke kelompokkan dalam
tari tunggal dan tari kelompok. Tari tunggal adalah tari yang disajikan dan
dibawakan oleh satu orang penari, baik perempuan maupun laki-laki.
Sedangkan tari kelompok terdiri dari Tari Berpasangan adalah tari yang
dilakukan oleh dua orang penari dengan karakter tidak selalu sama, tetapi yang
terpenting adalah gerakannya saling berhubungan atau ada keterpaduan jalinan
gerak antara keduanya, dapat ditarikan dengan sesama jenis ataupun dengan
lawan jenis. Tari kelompok adalah tari yang dilakukan oleh beberapa penari di
mana antara satu penari dengan penari yang lain gerakannya berbeda,
meskipun geraknya tidak sama tetapi gerakan tersebut ada hubungan yang
merupakan jalinan untuk mencapai keterpaduan. Tari massal adalah tari yang
dilakukan oleh banyak penari dengan ragam gerak yang sama, dan antara
penari satu dengan penari yang lain, tidak ada jalinan gerak yang saling
melengkapi.
Jenis tradisional terbagi dalam tari primitif, tari kerakyatan dan tari

50
klasik. Jenis tari ini biasanya merupakan bentuk koreografi komunal, dapat
diartikan bahwa tari komunal adalah segala aktivitas tari yang melibatkan
instrumen atau struktur sosial kemasyarakatan baik atas dasar kepentingan
bersama dalam komunitas maupun kepentingan individual. Sebagai contoh,
dalam peristiwa tari komunal yang ditandai dengan terlibatnya unsur sistem
sosial yang telah ada diantaranya adalah dengan Tampilnya pemuka
masyarakat sebagai pemimpin. Karena milik masyarakat umum, pelembagaan
tari komunal sering kita kaitkan dengan seni rakyat. (Hadi, 2005 : 54)
Ditinjau dari identitasnya secara umum, tari komunal sebagai tari
tradisonal merupakan tarian yang lahir dari semangat kebersamaan sehingga
memiliki fungsi sosio-kultural bahkan bisa menjadi salah satu pendukung
upacara ritual adat maupun keagamaan. Dalam praktiknya tari tradisonal dalam
jenis tari primitif dan kerakyatan dapat dilaksanakan tanpa keahlian tari secara
khusus, karena tarian tersebut tidak lahir sebagai karya cipta seorang seniman
tari.(Dibia dkk, 2001 : 50).
Oleh sebab itu tari tradisional yang tergolong dalam komunal memiliki
ciri-ciri utama sbb : a. Diadakan untuk kepentingan komunitas, b. Melibatkan
sistem sosial yang telah ada, c. Merupakan pengabdian sosial dan lingkungan,
d. Dilaksanakan secara spontan atau terencana. Hal ini dapat kita lihat pada
ritual-ritual adat khususnya di wilayah Jawa yang masih selalu dilaksanakan
dan seni tari menjadi hal yang tidak dapat terpisahkan dengan kegiatan
tersebut. Di daerah lainpun dimungkinkan setiap kegiatan yang berhubungan
dengan ritual adat selalu menggunakan tarian.
Pada umumnya tari tradisonal sebagai komunal dimaksudkan untuk
tujuan ritual/upacara tertentu. Seperti tari Tortor dari Batak, atau tari Hudoq
dari Dayak. Di beberapa daerah ada sejenis tari yang beralih fungsi dari media
upacara adat menjadi media hiburan. Tari ini memposisikan penari perempuan
sebagai penghibur. Namun di Bayuwangi ada juga tarian sejenis yang masih
dilestarikan sebagai upacara adat. Tarian tersebut adalah Tari Gandrung.
(Dibia dkk, 2003.52). Adapun ciri-ciri tarian komunal adalah :

51
1) Diadakan Untuk Kepentingan Komunitas
Tujuan utama pertunjukan tari adalah untuk memenuhi kebutuhan komunitas,
yaitu masyarakat pendukung tari tersebut. Karena itu menari bukan hanya
merupakan penampilan keindahan gerak dari penarinya saja. Mungkin saja
tujuan tarian tersebut adalah untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan terhadap kehidupan masyarakat. Namun demikian mungkin juga
tari tersebut merupakan bagian dari sistem kekeluargaan atau sistem
kemasyarakatannya.
Sebagai contoh misalnya dalam budaya Jawa dikenal dengan ritual nyadran
atau bersih desa di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, setiap desa
mempunyai bentuk ritual yang berbeda. Pada ritual ini seni tari yang sering
dipentaskan adalah seni Jaran Kepang/atau Kuda Lumping, serta seni tari
yang lain yang berkembang di Temanggung, antara lain tari Wulang Sunu,
tari Gatoloco dan sebagainya. Di Daerah Sunda terdapat ritual Seren Taun
yang diselenggarakan di setiap sehabis panen, seni tari yang ditampilkan
biasanya tari Ketuk Tilu.
Di Sumatera khususnya di daerah Bengkulu terdapat Tabot, yaitu untuk
memperingati gugurnya cucu Rasulullah yang gugur di padang Karabala,
pelaksanaannya diadakan di bulan Maulid. Di Sulawesi di Gorontalo terdapat
ritual penjaga Adat yang dilakukan oleh kaum Bissu

Gambar 1.9. Jaran Kepang/kuda Lumping


Koleksi Detik.com

52
Gambar 2.10. Ketuk Tilu
https://www.google.com/search?q=gambar+tari+ketuk+tilu

Gambar 2.11. Tari Tabot


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+tabot

2) Melibatkan Sistem Sosial yang Telah Ada


Pelaksanaan pertunjukaan tari selalu melibatkan komponen-komponen sosial
seperti para tetua adat, tokoh agama perangkat desa (kepala desa, ketua rukun
kampung). Keterlibatan dari komponen-komponen masyarakat ini sudah
diatur sedemikian rupa sebagai suatu rangkaian mata rantai berdasarkan
kebiasaan yang sudah disepakati bersama. Setiap orang melakukan
kewajibannya sesuai dengan yang telah ditetapkan secara turun-temurun.
Sebagai contohnya misalnya sistem kelembagaan di Bali, yaitu di sebuah
Banjar, di dalam banjar telah terbagi ke dalam beberapa Sekaa yang masing-
masing mempunyai tugas dan kewajiban yang diturunkan secara turun-
temurun.

3) Pengabdian Sosial dan Lingkungan


Tatkala ikut terlibat dalam peristiwa komunal semacam di satu daerah,
partisipasi sebagai sebuah sumbangan atau pengabdian terhadap komunitas
sosial dan lingkungannya. Ketika waktu pelaksanaan ritual telah tiba, warga

53
masyarakat secara sukarela akan berupaya mensukseskan acara tersebut sesuai
dengan kemampuannya. Mereka menyiapkan segala sesuatunya secara
sukarela. Pada saat pelaksanaan ritual tersebut, mereka menari bersama-sama
warga masyarakat lainnya. Semuanya dilakukan atas dasar kesadaran sosial
dan sama sekali bukan untuk mendapatkan imbalan upah berupa uang, atau
material lainnya. Kesadaran sosial seperti ini sering muncul karena setiap
orang menyakini bahwa nantinya dirinya pun akan membutuhkan bantuan dari
warga masyarakat lainnya.

4) Ditarikan oleh satu atau banyak orang


Seperti telah disingung di atas bahwa walaupun secara umum tarian komunal
melibatkan banyak orang, karena diadakan atas kebutuhan orang banyak,
namun tidak berarti tari komunal dalam kelompok ytari tradisional selalu
dilakukan secara beramai-ramai.(Dibia dkk. 2003 : 61). Sejumlah tari
komunal di Indonesia, yang dimainkan oleh satu orang (selaku penari utama),
dan ada pula yang ditarikan oleh lebih dari satu orang. Meskipun demikian
ekspresi komunal sangat menonjol dalam tarian ini, sehingga muncul kesan
bahwa tari ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Di sebagian wilayah, tidak jarang
suatu pertunjukan tari hanya bisa dilakukan oleh penari khusus atau
professional, contohnya Bissu di Sulawesi Selatan, seblang Banyuwangi,
topeng pajegan di Ball, dan topeng Cirebon dan sebagainya.

5) Dilaksanakan Secara Spontan atau Terencana


Tarian tradisional bisa berupa tarian formal (tarian yang serius dengan struktur
yang jelas) dan tarian informal (menari-nari dan sejenisnya yang tidak
memiliki bentukyang baku).(Dibia dkk, 2003 : 63). Jenis-jenis tarian
tradisional yang tergolong dalam tarian formal, terdapat dalam berbagai
aktivitas ritual, di masyarakat, pada umumnya memiliki pola-pola gerak,
musik iringan, tata busana, dan tata penyajian yang relatif baku. Masyarakat
umum biasanya dapat mengenali bukan saja jenis tarian yang bersangkutan
melainkan juga dari asal wilayah budaya tarian tersebut berasal

54
Tari joged bumbung Bali memiliki gerakan tari yang lincah dengan
iringan musik bambu, tari janger bernyanyi dan menari dengan bersuasana
ceria.

Gambar 2.13. tari Joged Bumbung


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+joged+bumbung

Gambar 2.14. tari Janger


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+janger+bali

Tari pajoge yang bersuasana anggun dari Sulawesi Tengah, atau tari alang suntiang
penghulu yang bernuansa Nagari Padang Laweh (Sumatera Barat), adalah
beberapa contoh tari komunal yang formal karena telah memiliki bentuk yang pasti
sehingga dimungkinkan untuk dilakukan secara berulang-ulang.

Gambar 2.14. Tari Pajoge

55
Di beberapa daerah ada pula tarian tradisional yang muncul secara direncanakan
atau dipersiapkan sebelumnya. Beberapa contoh dari tarian komunal yang muncul
secara direncanakan adalah tari sodoran dari masyarakat suku Tengger, tari rejang dan
baris gede di Bali, dan tari Pajoge Mahardika di Sulawesi Tengah.

Gambar 2.15. Tari Sodoran


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+sodoran

Gambar 2.16. tari Rejang


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+rejang&tbm

Pada jenis tradisional, terbagi menjadi tari primitif, tari kerakyatan dan tari
klasik. Pada tari primitif dan tari kerakyatan biasanya tergolong ke dalam
tari/koreografi komunal, karena menjadi milik masyarakat pendukungnya dan tidak
menyebutkan koreografer atau penata tarinya. Namun pada tari klasik, dengan
merupakan kelembagaan tari istana, tari yang berkembang di lingkungan istana
merupakan tari milik raja yang berkuasa dan merupakan koreografi individual yang
diciptakan oleh raja. Contohnya tari Bedaya Ketawang, tari Srimpi dari Surakarta,
tari Bedaya Semang, Bedaya Sang Amurwa Bhumi, Lawung Ageng dari
Yogyakarta, dan sebagainya.
Sedangkan bentuk kareografi pada tari yang dikategorikan tari non

56
tradisional atau kreasi baru adalah merupakan koreografi individual. Sebagai
koreografi individual, tari-tarian yang diciptakan oleh koreografer menurut jumlah
penarinya dapat berupa tari tunggal, tari berpasangan maupun tari kelompok.
Koreografi individual dapat berupa tari kreasi baru yang mengadaptasi tari klasik
maupun tari kerakyatan. Sebagai suatu sajian tari, koreografi indivial dapat
diciptakan oleh satu atau beberapa koreografer, bahkan kemungkinkan ada bentuk
koreografi individual yang penciptanya gabungan dari berbagai entis yang
kemudian tercipta tari dengan kolaborasi budaya yang apik.
Contoh koerografi individual yang diciptakan oleh seorang koreografer
antara lain :
a. Tari Klana Topeng, Tari Gunung Sari, Tari Bondan karya S Ngaliman dari
Surakarta
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=k3coc_MrkEU
b. Tari Golek Lambangsari Jugag, Tari Klana Alus Karya RL Sasminta Mardawa
dari Yogyakarta
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=viGuuDjdt4I&t=82s
c. Tari Yapong, tari Wira pertiwi, tari keris karya Bagong Kussudihardjo dari
Yogyakarta
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=SuMPEAxP9cA
d. Tari Payung, Tari Rantak, tari Alang Babega karya Sofyani Susaf dari Sumatra
Barat
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=CxiluerCoJM
e. Zapin Dana Bedana karya Tom Ibnur
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=9dqC2mLh1DY
f. Tari Lenggang Nyai, Tari Ngarojeng Karya Wiwik Widyastuti dari DKI Jakarta
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=fGph22rZs2s
g. Tari Kandagan, tari Merak karya Tjetje Somantri dari Jawa Barat/Sunda
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=Wo6KW3X9oX4

h. Tari Pakarena, tari Pattudu karya Andi Siti Nurhani Sapada dari Sulawesi
Selatan

57
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=PfVyTq3gRDk
i. Tari Sekar Jagat Tarian ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=t5iB0U5Ztmo
j. Tari Manukrawa diciptakan pada tahun 1981 oleh I Wayan Dibia
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=EssrjWg9IiM
k. Tari Kebyar Terompong, tari Oleg Tambulilingan karya I Mario dari Bali, dan
masih banyak lagi seniman daerah yang mencipta tari secara individu
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=nAQvIPtqNCE
Ada pula koreografi individual yang dibuat oleh dua koregrafer yang menggabungkan
dua etnis yaitu 58awad an Bali, dengan dua koreografer handal Retno Maruti dan
Bulan Tresna Jelantik, dengan karya yang berjudul Bedoyo Legong Calonarang
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=8D_3Fp9-DZc

Bentuk koreografi pada tari non tradisi yang suatu tarian yang menggunakan
kebebasan dalam pengungkapan atau tari kreasi baru, tari modern, dan tari
kontemporer, contohnya K-POP yang saat ini sedang melanda anak muda,poco-
poco,break dance dsb. Salah satu tari non tradisi yakni tari modern atau tari masa
kini adalah bentuk kareografi yang merupakan ciptaan kaum muda dan sifatnya
hanya mencari popularitas dengan menciptakan ekspresi rangkaian gerak yang
keluar dari aturan tradisi ataupun berbasis tradisi. Bentuk tarian modern yang belum
lama hilang dari pandangan kita yaitu jenis tari dengan tehnik lejitan (break dance).
Tari kreasi baru merupakan jenis tarian yang memiliki kebebasan dalam
penciptaannya. Dalam penciptaan tersebut para koreografer tari mengacu pada tari
tradisi di daerah setempatnya, bahkan ada juga para koreografer tari yang
mengambil inspirasinya dari daerah-daerah lain dan mencampurkan gerak tari yang
lepas dari ikatan-ikatan tradisi yang biasa disebut dengan gerakan modern. Tari
kreasi baru yang mendapat tempat dalam dunia tari gaya surakarta. Selain tari yang
bertaraf kraton (hofdans), yang termasuk seni tari bermutu tinggi, di daerah Jawa
Tengah terdapat pula bermacam-macam tari daerah setempat. Gerakan berirama
dalam tari adalah suatu keadaan gerak yang dilakukan secara teratur menurut irama,
baik irama gerak maupun irama musik. Semua gerakan yang dilakukan oleh tubuh

58
kita dapat diolah melalui peralihan tenaga yang berbeda-beda. Misalnya gerakan
tajam atau kuat (keras), gerakan ringan atau lemah (halus), dan gerakan sedang.
Demikian pula kaitannya dengan irama yaitu ukuran waktu atau tempo untuk
melakukan gerak. Tempo gerak ini erat hubungannya dengan jarak (ruang) dan
aksen (tenaga). Yang termasuk tempo gerak antara lain: cepat, lambat, rendah,
panjang dan pendek.Tari kreasi baru adalah salah satu rumpun tari yang mengalami
pembaharuan, dapat pula dikatakan bahwa tari kreasi baru adalah inovasi dari
seorang koreografer atau pencipta tari untuk menciptakan suatu tarian baru.

b. Tema Tari Tradisional dan non Tradisional


Tema di dalam seni tari adalah pokok pikiran, ide ataupun gagasan seorang penata
tari ( koreografer ) yang akan disampaikan kepada orang lain (penonton ) yang
kemudian pokok pikiran tadi dituangkan ke dalam bentuk-bentuk gerak menjadi
sebuah karya seni tari yang disajikan kepada penontonAdapun tema yang terdapat
dalam tari tradisional biasanya disesuaikan dengan fungsi dan jenis tariannya.
Pengertian tema di dalam seni tari adalah pokok pikiran, ide ataupun gagasan
seorang penata tari ( koreografer ) yang akan disampaikan kepada orang lain
( penonton ) yang kemudian pokok pikiran tadi dituangkan ke dalam bentuk-bentuk
gerak menjadi sebuah karya seni tari yang disajikan kepada penonton.
Tari tradisional merupakan tari bertema, tema dalam tari tradisional
biasanya disesuaikan dengan fungsi tari tersebut di masyarakat. Tema merupakan
ide dasar/gagasan yang kembangkan dalam tari. Keunikan gagasan yang dapat
diambil sebagai tema dari karya-karya tari di nusantara dapat diangkat, antara lain
• Tema lingkungan dan alam sekitar, seperti gerak-gerak angin bertiup, pohon
bergoyang, air yang mengalir di sungai, berkaiatan dengan perburuan, mata
pencaharian (nelayan, peranian, tari berburu, tari perang, dsb)
• Tema upacara adat, yaitu tema tari tradisi yang berkaitan dengan pelaksanaan
upacara adat setempat, antara lain tari Seblang (Banyuwangi), tari Baliant
(Kalimantan), tari Rejang (Bali), tari Pajoge (Sulawesi Selatan), dan sebagainya
• Tema tari social, biasanya diadakan setelah upacara adat dan berfungsi sebagai
hiburan yang melibatkan penonton dan masyarakat ikut berpartisipasi, tari

59
Tayub (Jawa Tengah), tari Lengger (Banyumas), tari Joged Bumbung (Bali),
tari Zapin (Melayu), dan sebagainya
• Tema kehidupan sehari-hari, seperti bermain peran, jenis permainan anak yang
biasa dilakukan (dolanan dari Jawa, tari Gantar dari Buton dan sebaginya)
• Tema dengan menggunakan property, di mana property dapat sebagai
pendukung tari untuk mengekspresikan gerak, seperti bermain tali/pita,
kentongan, tempurung, payung, topeng, dls.

Adapun tema yang biasanya terdapat dalam tari tradisional adalah antara
lain :
Tema Dramatik, yaitu karya seni tari yang dalam penyajiannya
menggunakan cerita atau dalam tari tersebut ada latar belakang ceritanya. Tari yang
bertema dramatik bisa dilakukan oleh satu orang penari, dua penari ataupun banyak
penari. Misalnya pada tari Menak Kocar (tunggal), Karno Tandhing (berpasangan).
Pada tema dramatik bentuk kelompok dibedakan menjadi : berdialog baik
menggunakan bahasa prosa maupun nyanyian atau tembang, maupun yang tanpa
dialog. Tema Non Dramatik, merupakan karya tari yang dalam penyajiannya tidak
menggunakan cerita atau tidak merupakan bagian dari suatu cerita, tetapi
menggambarkan sesuatu. Tema Heroik, yaitu pada tema heroik biasanya berbentuk
perang atau tandingan yang menggambarkan kegagahan dan keperwiraan, contoh :
Tari Prawiraguna, Tari Bambangan Cakil. Tema Erotik, adalah karya tari yang
bertema erotik menggambarkan percintaan antara pria dan wanita. Dalam tema
dapat ditarikan tunggal ataupun pasangan, contoh : Tari Gatutkaca Gandrung, Tari
Karonsih. Tema Imitatif/Totemis, merupakan tari yang bertema imitatif adalah
gerak tariannya menirukan binatang atau hewan dan alam, contoh : Tari Kukila,
Tari Kelinci, Tari Kupu-Kupu. Tema Pantomime / Mimitis, yaitu karya tari yang
bertema pantomime yaitu gerak tariannya meniru gerak orang atau menggambarkan
suatu bentuk aktifitas manusia, contoh : Tari Batik, Tari Nelayan, Tari Gambyong.
Sebagai contoh ada tari komunal yang dibatasi hanya boleh dilakukan oleh
gadis-gadis yang belum menginjak fase menstruasi. Hal ini sebagaimana yang
berlaku dalam sebuah tarian dari Bali yaitu tari Sanghyang Dedari. Ada juga yang

60
hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang punya kekuatan magis seperti pada tari
komunal Dabuih dari Sumatra Barat. Atau tari Seblang dari Banyuwangi, Sintren
dari daerah Cirebon yang perlu didampingi oleh seorang berkemampuan khusus.

Gambar 2.1. Tari Sang Hyang Dedari


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+sang+hyang+dedari

Gambar 2.2. Tari Seblang dari Banyuwangi


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+seblang

Gambar 2.3. Sintren dari Cirebon


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+sintren

61
Untuk tarian yang dilakukan oleh orang banyak ada norma-norma yang
membatasi interaksi antara laki-laki dan perempuan seperti pada tari Saman di
Aceh. Ada juga tari Baris Gede di Bali atau tari Perang di Nias yang hanya
dilakukan oleh kaum laki-laki. Bahkan ada juga yang harus dilakukan oleh waria
seperti dalam tari Bissu dari Bugis yang dilatarbelakangi oleh tradisi trasvestite-nya
(laki-laki yang berperan sebagai perempuan).

Gambar 2.4. Tari Baris Gede


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+baris+gede

Gambar 2.5. tari Bisu dari Sulawesi Tenggara


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+bissu
Pada dasarnya tari tradisional merupakan kesenian yang dimiliki oleh orang
banyak atau suatu masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan kolektif dari
anggota masyarakat itu sendiri. Tari tradisional dapat diartikan sebagai tarian yang
merupakan milik kolektif dari warga masyarakat kampung dan desa atau kelompok
etnis. Dalam realitasnya tarian ini tidak selamanya ditarikan secara kelompok.
Bahkan ada banyak tari komunal yang ditarikan oleh satu orang (sebagai penari utama).
Namun kehadiran tarian ini tetap melambangkan atau mencerminkan rasa
kebersamaan dari masyarakat pendukungnya. (Dibia dkk. 2003 : 51)
Tari tradisional, dengan bentuk dan fungsi yang berbeda-beda, bisa

62
ditemukan di banyak tempat, baik di lingkungan budaya Barat maupun Timur, tari
komunal diperlakukan secara khusus karena didalamnya terkandung nilai-nilai
budaya sebagai simbol atau atribut bersama, yang berperan sebagai penguat
jalinan. Bahkan, banyak juga tari komunal yang disakralkan, dianggap memiliki
kekuatan gaib, karena berhubungan dengan sistem kepercayaan masyarakat
pendukungnya.
Tarian tradisional merupakan ekspresi komunal, yakni perwujudan rasa
kebersamaan, sehingga tarian ini menjadi bagian daari kehidupan masyarakat
pendukungnya. Tari pada umumnva tidak hanya disajikan sebagai sebuah tontonan
semata. Walaupun dalam pelaksanaannya tarian tersebut juga men-datangkan
penonton, atau ditonton dan disenangi oleh masyarakat.
Sebagai suatu tontonan yang disenangi masyarakat, saat ini tari tradisional
yang tergolong dalam tari komunal lebih berfungsi sebagai hiburan. Dalam
fungsinya sebagai hiburan itu, sering tampak adanya kaum laki-laki yang dihibur dan
penari perempuan sebagai penghiburnya. Di Jawa, misalnya, dalam tayuban
umumnya ronggeng (penari perempuan) menjadi target hiburan bagi kaum laki-laki
sebagai penari tamunya. Di situ, laki-laki membayar, sedangkan ronggeng dibayar.
Tarian sejenis tayuban Jawa itu banyak terdapat berbagai wilayah, di Bali jogged
bumbung, masyarakat Melayu memiliki ronggeng Melayu, sedang Betawi mempunyai
tradisi cokek, dan sebagainya.(Dibia dkk, 2003 : 53)

Gambar 2.6. Tayub Jawa Tengah


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+tayub

63
Gambar 2.7. Lengger Banyumas
https://www.google.com/search?q=gambar+tari+lengger+banyumas

Gambar 2.8. Tari Cokek Betawi


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+cokek

Tarian tradisional yang tersebar di berbagai daerah, baik di Indonesia maupun di


negara-negara lain, memiliki beberapa ciri yang khusus. Sebagai pegangan umum, berikut
ini adalah ciri-ciri tarian tradisional sebagai tari komunal.

Gambar 2.17. tari Bedaya ketawang


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+bedhaya+ketawang

64
Gambar 2.18. Tari Bedaya gaya Yogyakarta
Koleksi I Wayan Dibia (Art Cultural &annual : 2006)

Tema pada tari non tradisi memiliki ide yang hampir sama dengan tari yang tradisi,
bisa berasal dari lingkungan, kebiasaan, dan lainnya, namun yang membedakan
adalah kebebasan dalam pengungkapannya yang lebih bebas bahkan liar. Tema
yang aktual dan kekinian biasanya dijadikan ide gerak sebagai ungkapan dari
keadaan hati dan pikiran seorang kareografer. Hal tersebut berelevansi dengan ciri
khas tari modern dan tari kontemporer yakni penemuan baru dalam hal
tema,bentuk, dan penyajian tari. Wujud tari modern biasanya merupakan gabungan
dari unsur-unsur budaya setempat dengan unsur budaya dunia. Tema pada tari non
tradisional misalnya pada tari modern didasarkan pada hal-hal yang bersifat
kekinian. Tema tari modern dapat dikreasikan sendiri sesuai keinginan penari tanpa
terikat kebudayaan yang berkembang di masyarakatAda pula yang sepenuhnya
menampilkan unsur budaya dunia. Ciri khas tari kontemporer Indonesia adalah
menyajikan tema, bentuk yang sedang terkenal, sedang menjadi sorotan saat ini.
Jika tari kontemporer cirinya menyajikan tema dan bentuk yang sedang terkenal,
sedang menjadi sorotan saat ini, namun tari modern belum tentu menyajikan tema
dan bentuk yang sedang terkenal saat ini.

65
Contoh tari non tradisi (lepas dari tradisi “Break Dance” dan bersumber dari
tradisi “Ardhanariswari”)
Sumber :
https://doksen.isbi.ac.id/index.php/foto/kelembagaan/pertunjukan/fakultas-seni-
pertunjukan/seni-tari/tari-kontemporer/ardhanariswari-87

c. Nilai Estetis Tari


Pernahkan Anda melihat tari dan sangat kagum atau takjub?. Atau
sebaliknya, melihat tari tetapi merasa bosan dan tidak senang?. Nah. pembahasan
kegiatan belajar 4 ini, akan memberikan penjelasan kepada Anda, mengenai
estetika dalam unsur-unsur tari yang menyebabkan tari terlihat indah dan menarik,
sehingga menyenangkan apabila dilihat.
Pembahasan Estetika kali ini difokuskan kepada pembahasan estetika.
Estetika merupakan cabang ilmu dari filsafat yang membahas tentang keindahan.
Pemahaman mengenai prinsip-prinsip estetika dapat digunakan untuk bekal bagi
koreografer dalam membuat koreografi, sehingga koreografi menarik dari sisi
bentuk, namun juga bermanfaat bagi orang lain, karena kandungan pesan yang
bermakna dari elemen-elemen koreografi. Oleh karena itu, pembahasan kali ini,
difokuskan kepada estetika elemen tari yang berkontibusi besar kepada keindahan
koreografi.
Telah disebutkan bahwa estetika merupakan cabang dari filsafat yang
mengkaji tentang keindahan. Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah. Dalam
bahasa Yunani philosophia (philos=cinta, Sophia=kebijaksanaan) jadi philosophia
berarti cinta pada kebijaksanaan. Berfilsafat, merupakan kegiatan pengetahuan dan
kehendak yang merupakan kenyataan yang pertama dialami secara langsung oleh
manusia. Dalam sudut pandang ini, seluruh filsafat adalah penjelasan tentang
kegiatan manusia yang menyentuh akar-akarnya yang terdalam. Dalam arti yang

66
lebih luas, titik awal filsafat adalah seluruh pengetahuan tentang kenyataan yang
mendahului penelitian filosofis (Bagus, 1996:243). Kegiatan manusia yang
menyentuh akar-akarnya yang terdalam ini yang mendasari filsafat memiliki
banyak ruang lingkup kajian. Ruang lingkup kajian filsafat meliputi seluruh
persoalan manusia yang dikelompokkan menjadi enam persoala(Gie:1983:7-10 ),
yaitu:
1) Persoalan metafisik (eksistensi, keberadaan).
Persoalan metafisik mempersoalkan hakikat dan sifat dasar dari eksistensi alam
sekitar, adanya Tuhan, manusia dengan segala persoalannya, jalan pikiran, dan
realita kehidupannya.
2) Persoalan epistemologi (pengetahuan).
Persoalan epistemologi mengupas tentang sumber dan batas pengetahuan
manusia termasuk persoalan cara seseorang memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh melalui akal atau indera.
3) Persoalan metodologis (metode).
Persoalan metodologis lebih berkaitan dengan metode-metode untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
4) Persoalan logis (logika).
Persoalan logis berhubungan erat dengan proses penalaran yang tepat. Adakah
kriteria tertentu yang dapat menjamin bahwa kesimpulan atau tindakan yang
diambil seseorang sudah tepat dalam mengatasi persoalan.
5) Persoalan etis (etika, moralitas).
Persoalan etis tentang perilaku manusia yang berhubungan dengan moral, dan
susila. Ukuran-ukuran tertentu untuk menilai tingkah laku manusia, serta
dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
6) Persoalan estetis (estetika, keindahan).
Persoalan estetis memerlukan penelaahan yang lebih terperinci, karena
mencakup kajian yang luas, yaitu: nilai estetis, pengalaman estetis, perilaku
pencipta seni (seniman), dan seni itu sendiri.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa Estetika merupakan
salah satu kajian persolan dalam Filsafat. Istilah Estetika sebagai filsafat keindahan
diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762) dalam buku

67
Aesthetica yang mengupas tentang estetika sebagai ilmu pengetahuan inderawi.
Istilah estetika untuk pertama kali dikemukakan oleh Baumgarten yang berasal dari
bahasa Yunani asthetis yang berarti penerapan, persepsi, atau pengalaman
(Hartoko, 1995: 15). Kajian estetika dikemukakan oleh Gie (1983:11-13 ) meliputi
4 hal:

1) Nilai estetis
Persoalan yang muncul adalah sesuatu yang berkenaan dengan hakikat estetis
(keindahan) yaitu apakah sifat keindahan itu?, bagaimana sifat keindahan itu?,
subjektif atau objektif?, bagaimana peran keindahan dalam kehidupan
manusia?, bagaimana hubungan keindahan dengan kebenaran dan kebaikan?
2) Pengalaman estetis
Pengalaman estetis membahahas pengalaman seseorang dalam hubungannya
dengan sesuatu objek/ kejadian yang indah. Permasalahan yang timbul adalah
bagaimana ciri-ciri pengalaman estetis?, mengapa objek seni/kejadian dapat
menimbulkan pengalaman estetis?, gejala- gejala atau faktor apakah yang dapat
mengganggu/merupakan rintangan dalam pengalaman estetis tersebut?
3) Perilaku pencipta seni (seniman)
Beberapa persoalan yang dikaji antara lain, siapakah seniman itu?, Di mana
letak perbedaan antara seniman dan pengrajin?, bagaimana proses penciptaan
sebuah benda seni?, apakah ada hubungan kepribadian antara pencipta seni
dengan hasil karyanya?
4) Seni itu sendiri
Persoalan yang dikaji adalah adakah kriteria tertentu untuk menetapkan sebuah
hasil karya sebagai benda bernilai seni?, mana yang lebih penting? bentuk atau
makna karya seni?, apakah ada hubungan antara karya seni dengan agama,
filsafat dan ilmu.
Mengkaji keindahan atau estetika tari harus dimulai dari langkah mengerti
benar jenis tari yang diamati. Berdasarkan jenis tari yang diamati, selanjutnya
dilakukan kajian (a) nilai estetis tari; (b) pengalaman estetis; (c) kaitan antara
perilaku seniman dengan karyanya; serta (d) tari yang diamati.

68
(a) Nilai estetis dalam tari
Persoalan pertama dalam estetika adalah nilai estetis. Nilai estetis tari
adalah kualitas yang melekat pada tari. Indikator kualitas apabila tari memiliki
sifat- sifat yang penting dan bermutu yang disebut dengan sifat keindahan. Secara
umum seni dikatakan indah apabila menimbulkan rasa puas. Dari sudut pandang
yang berbeda seni dikatakan indah apabila di dalam seni memiliki sifat-sifat indah.
Sifat keindahan bermacam-macam Gie (1996: 27) menjelaskan ada tiga pasang
kategori keindahan, yaitu kategori agung dan kategori elok, kategori kosmis dan
kategori tragis, serta kategori indah dan kategori jelek.
Berdasarkan pendapat tersebut tari yang dianggap memiliki sifat keindahan
apabila: (1) dapat membangkitkan perasaan takjub, megah, dahsyat dan
keanggunan. Zeising dalam Gie (1996:28) yang menimbulkan rasa takjub bagi
orang yang mengamati seni karena sifat impresive, majestic, glorious, dalam karya
seni termasuk dalam kategori agung; (2) dapat membangkitkan perasaan
mengesankan, hebat, keren termasuk dalam kategori elok; (3) dapat
membangkitkan perasaan menggelikan hati termasuk dalam kategori komis.
Contoh tari kategoni ini, dapat Anda lihat dalam tautan Tari Dwimuka karya Didik
Nini Thowok di https://www.youtube.com/watch?v=BV28fJezUwU
Dalam pembelajaran tari, sifat keindahan yang ada di dalam tari perlu
dilatihkan agar siswa memiliki kesadaran bahwa yang membangkitkan perasaan
pada waktu mengamati tari adalah kualitas elemen-elemen tari, diantaranya dari
gerak, desain lantai, musik, rias dan konstum, cerita, dan elemen tari lainnya bukan
bersumber dari tanggapan atau selera penonton.

(b) Pengalaman estetis


Persoalan yang kedua dalam estetika adalah pengalaman estetis.
Pengalaman estetis dalam tari adalah perasaan puas pada waktu penonton melihat
tari. Pengalaman estetis akan diperoleh seseorang apabila dalam mengamati tari
dalam kondisi pikiran yang jernih, sehat fisik, dan berperasaan tenang, sehingga
dapat konsentrasi dalam mengamati tari. Mengamati tari harus tanpa pamrih,
terbebas dari pikiran-pikiran praktis, misalnya mememikirkan nilai ekonomi dari

69
tari yang amati, atau pikiran yang teknis dan kritis. Pengalaman estetis terjadi
dalam diri seseorang karena responsnya terhadap tari yang diamati, setelah proses
mencerap, merenungkan dan menikmati tari. Oleh karena itu, kegiatan mengamati
tari dalam pembelajaran tari perlu dikondisikan situasi yang dapat membantu
siswa untuk dapat berkonsentrasi, sehingga siswa dapat mencerap, merenungkan,
menikmati, menanggapi dan selanjutnya memperoleh pengalaman estetik tari yang
diamati. Kondisi pikiran, perasaan dan mental yang sehat merupakan syarat
seseorang untuk dapat memperoleh pengalaman estetis dalam menikmati tari. Di
dalam menikmati tari pengalaman lain yang dapat diperoleh adalah pengalaman
religius. Pengalaman religius adalah adalah perasaan kagum terhadap kebesaran
dan kuasa Tuhan. Kondisi ini akan dapat dialami oleh penonton tari manakala
menikmati tari yang mengandung nilai religi.

(c) Perilaku seniman


Persoalan yang ketiga dalam estetika adalah perilaku seniman. Seniman
tari dikategorikan menjadi dua, yaitu seniman pencipta yang disebut koreografer
dan seniman pelaku yaitu penari. Tari merupakan hasil daya cipta koreografer
yang diungkapkan melalui media gerak. Tari sebagai pernyataan daya cipta
manusia tidak dapat terlepas pikiran, sikap, dan perilaku seniman penciptanya
dalam menanggapi dan bereaksi terhadap sesuatu. Tari merupakan perwujudan
nilai-nilai yang dihayati seniman dalam lingkungan sosio budaya masyarakat yang
kemudian diekspresikan dan dikomunikasikan oleh koreografer dengan media
gerak kepada orang lain. Oleh karena itu, bentuk dan gaya tari biasanya
mencerminkan karakteristik koreografernya.

Koreografi yang indah dari aspek bentuk, struktur dan isinya akan
menimbulkan berbagai perasaan yang dialami oleh penonton, misalnya perasaan
takjub, mengesankan, menggelikan, menyenangkan, sedih, bahkan perasaan
negatif atau perasaan lain yang ingin diciptakan oleh koreografer melalui hasil
karyanya. Berbagai perasaan tersebut dapat dirasakan oleh penonton karena adanya
sifat-sifat indah dalam bentuk struktur tari.

70
Monroe Bearsley menjelaskan bahwa karya seni ciri bentuk karya seni yang
indah apabila memiliki sifat: (a) kesatuan; (b) kerumitan; (c) kesungguhan.
Kesatuan (unity) berarti karya seni yang tersusun baik atau sempurna bentuknya.
Kerumitan (complexity), berarti karya seni yang tidak sederhana sekali, namun
kaya dengan isi atau unsur- unsur yang saling berlawanan atau yang mengandung
perbedaan-perbedaan halus. Kesungguhan (intensity) berarti karya seni memiliki
kualitas tertentu yang menonjol, bukan sekedar sesuatu yang kosong, ada ” so
something” di dalam karya seni tersebut ( Gie: 1996: 4).

Murgianto(2004:56) mengemukakan bahwa kriteria keindahan bentuk seni


tari adalah (a) kesatuan; (b) variasi; (c) pengulangan; dan (d) klimaks. Kesatuan
dan variasi mengandung pengertian bahwa setiap karya seni harus disusun dari
berbagai unsur. Unsur pokok dan pendukung tari dipadukan sedemikian rupa,
sehingga membentuk kesatuan yang utuh sesuai dengan tema tarinya.
Pengertian pengulangan adalah menampilkan kembali unsur-unsur seni tari yang
telah ditampilkan sebelumnya, ditujukan untuk mempertegas isi atau tema.
Pengulangan dapat membantu menegaskan maksud koreografi, namun sebuah
koreografi yang terlalu banyak menampilkan pengulangan unsur-unsurnya akan
terasa membosankan. Pengertian klimaks di dalam koreografi adalah bagian
yang paling menarik dan sangat penting dari sebuah tari. Cara untuk
membuat klimaks di dalam tari, diantaranya dengan cara: meningkatkan
emosional, menampilkan jumlah penari maksimal, adegan perang, dan adegan
mengharukan.

Parker mengemukakan ciri umum keindahan bentuk karya seni apabila


memiliki asas (a) kesatuan; (b) tema ; (c) variasi menurut tema; (d) keseimbangan;
(e) perkembangan; dan (f) tata jenjang. Secara khusus Elisabeth R Hayes
mengemukakan keindahan tari apabila memiliki sifat-sifat (a) kesatuan antar
elemen tari; (b) variasi; (c) repetisi; (d) kontras; (e) transisi; (f) berkelanjutan; (g)
klimaks; (h) keseimbangan; dan (i) harmoni.
Koreografi yang indah dari aspek isi dan maknanya akan memberikan
manfaat bagi penonton. Nilai pengetahuan, nilai kehidupan, nilai moral, nilai religi,

71
nilai kemanusiaan misalnya cinta kasih, keadilan, kebebasan, perdamaian toleransi
memberikan manfaat bagi khalayak.
Koreografi yang indah bukan satu-satunya sumber keindahan tari. Penari
juga merupakan sumber keindahan tari. Seindah apapun garapan bentuk dan
strukstur dalam koregrafi, apabila tidak dinyatakan oleh penari yang hebat maka
koreografi tidak dapat tampil sempurna. Penari yang hebat adalah penari yang dapat
mengekspresikan tari yang sedang dibawakan.
Penari dalam tari primitif dan tari rakyat kehebatannya terletak pada inner
dynamis (semangat dari dalam hati) serta kesungguhannya ketika menari, penari
melakukan gerakan dengan sepenuh hati sehingga tujuan religi atau tujuan lainnya
dalam menari dapat tercapai.
Penari untuk jenis tari tontonan kehebatannya terletak kepada kemampuan
teknis bergerak yang benar (wiraga), rasa musikal dalam menari (wirama), atau
kemampuan menghayati dan mengekpresikan karakter tari atau karakter tokoh
(wirasa), sehingga dapat mengekpresikan tari seperti ide dasar tari.

Tugas KB. 2
Amati satu jenis tari yang Anda unduh dari Youtube!. Buatlah kajian tentang tari
yang Anda amati dalam bentuk makalah. Makalah dibuat dalam 1200- 2200 kata,
dengan sistematika dan komposisi berikut ini:
1. Pendahuluan
Penjelasan tentang nama tari dan mengapa Anda memilih jenis tari tersebut
untuk dibahas dan jelaskan kelebihan tari Anda bahas (150-200 kata)

2. Pembahasan
a. Deskripsikan bentuk, tema dan estetika tari tradisi dan non tradisi (300-600
kata)
b. analisis dan kritisi tentang bentuk, tema dan estetika tari tradisi dan non tradisi
(300-600 kata)
c. Penjelasan tentang keunikan atau keunggulan tari (300-600 kata)

72
3. Kesimpulan
Tulislah kesimpulan dari pembahasan secara ringkas (150-200 kata)

C. PENUTUP
1. Rangkuman
Koreografi dapat dikatakan sebagai pencatatan gerak dimana dalam
prosesnya melatih daya kreatif seseorang untuk diungkapkan dalam
penyusunan tari. Koreografi adalah proses pemilihan dan pengaturan gerakan-
gerakan menjadi sebuah tarian, dan di dalamnya terdapat laku kreatif.Dari
pemahaman di atas, koreografi dan komposisi merupakan kerja kreatif dalam
mewujudkan karya tari, dan untuk keberhasilannya dibutuhkan acuan
ilmu/pengetahuan sebagai bahan pertimbangan, berupa prinsip-prinsip tari agar
mendapatkan hasil karya tari yang baik. Kemampuan seseorang untuk
melaksanakan tugas ini bergantung pada pendidikan, pengalaman, selera,
perkembangan artistik, pembawaan pribadi, kemampuan kreatif, dan
keterampilan teknisnya. Kemampuan membuat keputusan atau kemampuan
memilih ide, bahan dan cara-cara pelaksanaan yang sesuai dan menolak yang
tidak sesuai dengan kebutuhan kreatif seseorang, biasanya dianggap bersifat
intuitif (gerak hati).
Bentuk kareografi tari tradisional terbagi dalam tari primitif, tari
kerakyatan dan tari klasik. Jenis tari ini biasanya merupakan bentuk koreografi
komunal, dapat diartikan bahwa tari komunal adalah segala aktivitas tari yang
melibatkan instrumen atau struktur sosial kemasyarakatan baik atas dasar
kepentingan bersama dalam komunitas maupun kepentingan individual.
Sedangkan bentuk kareografi pada tari yang dikategorikan tari non tradisional
atau kreasi baru adalah merupakan koreografi individual. Sebagai koreografi
individual, tari-tarian yang diciptakan oleh koreografer menurut jumlah
penarinya dapat berupa tari tunggal, tari berpasangan maupun tari kelompok.
Koreografi individual dapat berupa tari kreasi baru yang mengadaptasi tari
klasik maupun tari kerakyatan. Sebagai suatu sajian tari, koreografi indivial
dapat diciptakan oleh satu atau beberapa koreografer, bahkan kemungkinkan

73
ada bentuk koreografi individual yang penciptanya gabungan dari berbagai
entis yang kemudian tercipta tari dengan kolaborasi budaya yang
apik.Pengertian tema di dalam seni tari adalah pokok pikiran, ide ataupun
gagasan seorang penata tari ( koreografer ) yang akan disampaikan kepada
orang lain ( penonton ) yang kemudian pokok pikiran tadi dituangkan ke dalam
bentuk-bentuk gerak menjadi sebuah karya seni tari yang disajikan kepada
penonton. Tari tradisional merupakan tari bertema, tema dalam tari tradisional
biasanya disesuaikan dengan fungsi tari tersebut di masyarakat. Tema
merupakan ide dasar/gagasan yang kembangkan dalam tari.
Tema pada tari non tradisi memiliki ide yang hampir sama dengan tari
yang tradisi, bisa berasal dari lingkungan, kebiasaan, dan lainnya, namun yang
membedakan adalah kebebasan dalam pengungkapannya yang lebih bebas
bahkan liar. Tema yang aktual dan kekinian biasanya dijadikan ide gerak
sebagai ungkapan dari keadaan hati dan pikiran seorang kareografer. Hal
tersebut berelevansi dengan ciri khas tari modern dan tari kontemporer yakni
penemuan baru dalam hal tema,bentuk, dan penyajian tari.
Tari yang dianggap memiliki sifat keindahan apabila: (1) dapat
membangkitkan perasaan takjub, megah, dahsyat dan keanggunan. Zeising
dalam Gie (1996:28) yang menimbulkan rasa takjub bagi orang yang
mengamati seni karena sifat impresive, majestic, glorious, dalam karya seni
termasuk dalam kategori agung; (2) dapat membangkitkan perasaan
mengesankan, hebat, keren termasuk dalam kategori elok; (3) dapat
membangkitkan perasaan menggelikan hati termasuk dalam kategori komis.
Dalam pembelajaran tari, sifat keindahan yang ada di dalam tari perlu
dilatihkan agar siswa memiliki kesadaran bahwa yang membangkitkan
perasaan pada waktu mengamati tari adalah kualitas elemen-elemen tari,
diantaranya dari gerak, desain lantai, musik, rias dan konstum, cerita, dan
elemen tari lainnya bukan bersumber dari tanggapan atau selera penonton.

74
Selamat. Anda telah membaca seluruh materi dan rangkuman, untuk
mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tugas
berikut ini!

2.Tes Formatif

Selesaikan soal di bawah ini. Jawablah dan cocokkan jawaban Anda dengan kunci
jawaban tes formatif untuk mengukur pemahaman Anda.

1. Karena menjadi milik masyarakat umum, pelembagaan sering dikaitkan dengan seni
rakyat. Bentuk koreografinya disebut dengan :
a. Koreografi individual
b. Koreografi komunal
c. Koreografi kolaborasi
d. Koreografi kerakyatan.
e. Koreografi Klasik
2. Tari Rejang salah satu ciri dari koreografi komunal adalah :
a. Singkat dan padat
b. Tiruan dari aslinya
c. Diadakan untuk kepentingan komunitas
d. Dipertunjukkan secara meriah
e. Tariannya berdurasi panjang

3. Bentuk tari tunggal dalam koreografi komunal yang dalam pelaksanaannya harus
didampingi oleh seseorang yang berkemampuan khusus adalah :
a. Sintren dari Cirebon
b. Tari Sang Hyang Dedari dari Bali
c. Tari remo dari Jawa Timur
d. Tari Merak dari Jawa Barat
e. Tari Golek dari Jawa Tengah

4. Jenis tari komunal yang penyelenggaraannya dilakukan secara spontan adalah :


a. Tari Gandrung

75
b. Tari Jaran Kepang
c. Tari Janger
d. Tari Bedaya
e. Tari Saman

5. ditinjau dari bentuk koreografinya, Tari Bedaya ini digolongkan ke dalam tari :

a. Komunal
b. Klasik
c. Primitive
d. Kerakyatan
e. Non-tradisonal

6. Salah satu tari tradisional yang hanya dapat ditarikan oleh penari wanita dan dalam
keadaan suci, antara lain :
a. Tari Oleg Tambulilingan
b. Tari Tayub
c. Tari Sintren
d. Tari Ketuk Tilu
e. Tari Pendet

7. Tari tradisional kerakyatan yang hanya bisa ditarikan secara berkelompok dan pada
awalnya berfungsi sebagai tari upacara adat dan bertema pendidikan moaraldan
karakter adalah :
a. Tari Bedaya
b. Tari Badui
c. Tari Calonarang
d. Tari tayub
e. Tari Reyog Ponorogo

76
8. Kegiatan menfsirkan makna dari simbol tari dapat meningkatkan
a. kepekaan estetik dalam diri siswa.
b. kemampuan berpikir kritis
c. kemampuan berpikir analitis
d. kemampuan perseptual
e. kemampuan menemukan persoalan tari

9. Strategi pembelajaran, agar siswa memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai yang


terkandung di dalam tari
a. Mengamati, menjelaskan, menganalisis, menginterpretasi, dan
mengevaluasi tari
b. Mengamati, menganalisis, menginterpretasi, dan mengevaluasi tari
c. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan
mengevaluasi tari
d. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan tari
e. Menganalisis, menjelaskan, mengevalusi dan menginterpretasi tari.

10. Cara untuk melatih daya cipta siswa melalui pembelajaran tari adalah
a. Melaksanakan proses kegiatan penciptaan tari.
b. Melaksanakan kegiatan apresiasi tari
c. Melaksanakan kegiatan menari
d. Menemukan masalah dalam tari
e. Melihat tari dan menari

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi Kegiatan Belajar 2

Rumus
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan X 100 %
10

77
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 - 100% = Baik sekali
80 - 89 % = baik
70 - 79 % = cukup
‹ 70 % = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Anda dapat


meneruskandengan modul selanjutnya; tetapi bila kurang dari 80 %, Anda harus
mengulanginya terutama yang belum Anda kuasai

78
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Autard Jaqualine Smith (1994). The Art of Dance in Education. London : A & B
Black.

Barrett, Maurice (1982), Art Education, a strategy for course design, London:
Heinemann Educational Books.and Learning).

Devi Triana, Dinny, dkk. (2000). Pendidikan Seni Tari Di Sekolah Menengah
Umum. Jakarta : Seminar dan Lokakarya Pendidikan Seni.

Devi Triana, Dinny, dkk. (2009). Modul PPG Pendidikan Seni Tari. Jakarta: UNJ
Press.

Dibia I Wayan. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati Metode Baru dalam Mencipta
Tari. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan.

Djelantik, AM. (1999). Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni


Pertunjukan.

Eisner, (1997). The Educating Artistic Vision, New York: The Macmillan
Company.

Fisher, Elaine Flory, (1978). Aesthetic Awareness and the Child, F.E.Peacock
Publisher, Inc. United States of America.

Fraser, Lynch Diane. (1991). Discoverring and Developing Creativity. Americans:


A Dance Horizons Book Princeton Book Company, Publisher.

Hadi, Sumandiyo Y. 1996. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok.


Jogjakarta: Manthili.

Hermawati, Sri, dkk. (2006). Seni Budaya untuk SMK/MA/SMU. PT: Inti Prima.

Herusatoto, Budiono. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta; Hanindita


Graha Widia, 2000.

Humphrey Doris. 1994. The Art of Making Dance. Canada: Holt, Rinehart and
Winston.

Jajuli, M. (2008), Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni, Semarang: Unesa


University Press.

79
. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Press.

Kamaril, Cut. WS., (2007) Materi Pelatihan Pengenalan Pembelajaran Aktif di


Sekolah Dasar dan Menengah, Jakarta,.

Langer, Susanne K. (1957), Problem of Art, New York: Harvard Unversity Press.

Lansing, Kenneth Melvin, (1981). The Elementary teachers’s art Handbook, CBS
College Publishing, New York.

(1990). Art, Artists an Education. London: MsGraw-Hill Book


Company.

Lowenfeld, Viktor and W.Lambert Brittain. (1975). Creative and Mental Growth,
Sixth Edition, New York: Macmillan Publishing Co.Inc.

Kraus, Richard. (1969). History of The Dance in Art and Education. Englewood
Cliffs, New Jersey : Prentice Hall. Inc.

Laban, Rudolf. (1976). Modern Educational Dance (ed 3) (Revised by Ulmann).


London: Macdonald and Evans.

La Meri. (1965). Dance Composition : The Basic Elements. Massachusetta: Jacob’s


Pillow Dance Festival, Inc.

Murgiyanto, Sal. (1983). Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Parani, Yulianti. (1975). Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta : LPKJ.

Permas, Achsan, dkk. 2003. Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan. Jakarta :


PPM.

Read, Herbert. (1970), Education Through Art, London: Faber and Faber. London.

Smith, Jacquline. (1985). Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.
Terj. Ben Suharto. Yogyakarta : Ikalasti.

Soedarsono. Terj.1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Jogjakarta:


Lagaligo Fakultas Kesenian ISI Jogjakarta

Soedarso, S.P. 1988. Tinjauan Seni: Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni.
Jogjakarta: Suku Dayar Sana.

80
Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta:Balai Pustaka.

Soedarsono, dkk. 1996. Indonesia Indah: Tari Tradisional Indonesia. Jakarta:


Harapan Kita MII/BP.

Soedarsono. 1997. Tari-tarian Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud.

81
MODUL 3
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 : RAGAM GERAK, MUSIK
IRINGAN TARI, LEVEL, DAN POLA LANTAI DALAM TARI

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi singkat
Pada Kelompok Belajar sebelumnya Anda telah belajar tentang
pengetahuan tari, Pada KB 3 ini Anda akan mempelajari tentang ragam
gerak, iringan tari, level dan pola lantai dalam tari. Pada pertemuaan kali
ini, akan dibahas mengenai ragam gerak, musik iringan tari, level, dan pola
lantai dalam tari. Setelah menguasai kompetensi tersebut guru diharapkan
mampu membimbing anak mengapresiasi tari, mampu menumbuhkan
daya cipta dengan tari, serta dapat menumbuhkan sikap kreatif dan
apresiatifnya. Oleh karena itu, kegiatan belajar tidak hanya difokuskan
kepada membaca materi yang telah disediakan, tetapi Anda juga harus
aktif memgamati dan mengkritisi materi tari video yang disediakan,
mencoba menemukan cara dalam praktik pembelajarannya yang menarik,
serta mengerjakan tugas dan tes formatif dalam kegiatan belajar 3 ini.

2. Relevansi
Melalui materi pada modul KB 3 ini kemampuan yang harus dikuasai tidak hanya
pada penguasaan tekstual pada materi yang disajikan, namun bagaimana guru dapat
mempraktikan secara kontekstual baik melalui pengalaman secara empiris dalam
berkreasi dan berapresiasi seni tari juga mampu mengembangkan praktik
pembelajaran yang inovatif untuk menumbuhkan kemampuan siswa secara
komprehensif tentang seni tari khususnya mengenai mengenai ragam gerak, musik
iringan tari, level, dan pola lantai dalam tari.

3. Petunjuk Belajar

82
Pembahasan pertama difokuskan kepada pengertian, jenis, unsur, dan
teknik tari. Materi ini akan membantu Anda dalam menjelaskan kepada anak didik
tentang pengertian, jenis, unsur, dan teknik tari. Oleh karena itu, unduh dan
simaklah baik-baik :
Selanjtnya untuk mempermudan Anda dalam belajar, mophon perhatikan hal-hal
berikut ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar Anda benar-
benar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap bagiannya, dan
kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi, tujuan
pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam modul
ini.
2. Selanjutkan pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-kata
kunci dan berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya.
3. Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih mengerti.
4. Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telah tersedia dalam
setiap kegiatan belajar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak
melihat kunci jawaban.
5. Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan tutor serta teman
sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya.
SELAMAT BELAJAR.

B. Inti
1. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 3, Anda diharapkan mampu
menganalisis ragam gerak tari, musik iringan tari, level dan pola lantai dalam
tari
2. SUB CPMK
a. Memperjelas ragam gerak tari
b. Memperjelas musik iringan dalam tari
c. Memperjelas level dan pola lantai dalam tari

83
3. URAIAN MATERI
a. Ragam gerak tari
Telah kita pelajarai bersama pada Kegiatan Belajar sebelumnya bahwa tari
di Indonesia mempunyai berbagai jenis, baik ditinjau dari bentuk garapan, fungsi,
jumlah penari. Masing-masing daerah di Indonesia berkembang berbagai bentuk
tari, dan di setiap daerah mempunyai gaya tari yang berbeda. Teknik dalam tari
berkaitan dengan melakukan gerak dan penguasaan gaya dalam tari tersebut. Gaya
dalam tari sering kita sebut dengan style, yaitu bentuk yang tersusun dari simbol-
simbol, bentuk-bentuk (form) dan orientasi-orientasi nilai yang mendasarinya,
sehingga gaya menandai identitas dan keseluruhan ciri yang komplek yang
dijadikan dasar bagi seseorang (Royce, 1975 : 54).
Teknik gaya tari tradisional berhubungan dengan gerak individu yang dapat
diungkapkan dalam gaya menari bagi masing-masing penari.
Pada tari tradisional, setiap daerah mempunyai keunikan gerak yang mendasari ciri
tari daerah. Sebagai contoh, berikut ini beberapa uraian teknik dan gaya tari
tradisional dari beberapa daerah
Teknik
Teknik Gerak Teknik Gerak Teknik Gerak
Daerah gerak
Kaki tangan Kepala
badan
Melayu 1.1. Jalan 1.1. Tangan 1.1.Tegak lurus
melenggang melenting ke
1.2.Langkah 1.2. Menabur depan
kembang bunga 1.2.Kepala
1.3.Langkah mengikuti
bersilang gerak
1.4.Langkah tangan
menjunjung
1.5.Langkah
biasa
1.6.Step di
tempat
1.7.Round kecil
1.8.Round
1.9.Langkah

84
Teknik
Teknik Gerak Teknik Gerak Teknik Gerak
Daerah gerak
Kaki tangan Kepala
badan
maju
Mundur
Minang 2.1. Langkah 2.1. Sembah Kepala
Panjang 2.2.Tapuak siku mengikuti
2.2.Pitungguah teteh gerak tangan
2.3. Pajak Baro 2.3.Saleko ketek
2.4. Titi Batang 2.4.Jinjing Bantai
2.5. Rentak 2.5. Batanam
Cepu
Betawi 3.4. Jingke 3.4.Jewer 3.4.Break- 3.4.
3.5. Gejug Seliyer breok Gitek
3.5.Jimpit jeriji 3.5.Nglumet 3.5.
3.6.Kepret lele Goyang
3.7.Ukel
3.8.Kewer panggul
3.6.
Goyang

Nglume

Sunda 4.1 Rengkuh 4.1.Sembada 4.1. Gilek 4.1. Ajeg


4.2Adeg-adeg 4.2.Baplang 4.2. Godeg 4.2.Obah
kembar 4.3.Lontang 4.3. Godeg oray
4.3. Masekon 4.4.Kepret meuntas taktak
4.4. Sasag soder 4.3.
4.5. Tindak 4.5.Seblak Galiyer
4.6. Mincid soder
4.7. Keupat 4.6.Tumpang
4.8. Geser tali
4.7.Jiwir soder
4.8.Capit
soder
4.9. Nyawang
Jawa 5.1. Srisig 5.1.Kebyok 5.1. Pacak gulu 5.1.
5.2. Madalpang 5.2.Seblak 5.2. Noleh Ngeleye
5.3. Kengser 5.3.Kipat 5.3. Nyoklek k
5.4. Mancat tekukan pajeg 5.2.
5.5. Lumaksana 5.4.Ukel 5.4. Tatapan Degeg
mager tanggung 5.3.
timun 5.5. Ukel Ogek
5.6. Enjer wetan
5.7. Minger 5.6. Lembeyan lambung
5.8. Gejug 5.7. Ngembat

85
Teknik
Teknik Gerak Teknik Gerak Teknik Gerak
Daerah gerak
Kaki tangan Kepala
badan
5.8. Ulap-ulap 5.4.
Ngglebo
k
Bali 6.1.Tapak sirang 6.1.Ngeseh 6.1. Nyeledet
pada 6.2.Ngombak 6.2.Melek/
6.2. Ngeed ngangkel Dedeling
6.3. Agem 6.3.Ngombak
6.4.Ngumbang rangkep
6.5.Mipil/ Mapal 6.4.Agem kanan
6.6. Ngider 6.5.Agem kiri
6.6.Jerijing

Contoh teknik gerak diatas merupakan beberapa ragam gerak pada tari
tradisi Melayu, Minang, Jawa, Sunda, dan Bali. Namun contoh di atas merupakan
sebagian kecil dari ragam gerak tari tradisional daerah tersebut.
Tari daerah lainpun mempunyai nama ragam gerak yang merupakan gerak
yang menggambarkan keunikan gerak di setiap daerah. Di beberapa daerah ragam
gerak pada tariannya ada yang diberi nama, namun ada pula yang tidak bernama.
Sebagai contoh misalnya gerakan pada tari Saman (Aceh) nama gerakannya sesuai
sengan syair lagu pengiringnya, Dalam tari saman, gerakan yang paling dominan adalah
gerakan tangan. Karena gerakan ini berfungsi sebagai gerakan dan alat musik dalam
mengiringi tarian ini. Gerakan tangan dalam tari saman antara lain sebagai :

• Cerkop, yaitu gerakan kedua tangan yang berhimpit dan searah.


• Cilok, yaitu menggerakan ujung jari telunjuk seakan-akan akan mengambil
sebuah benda ringan seperti garam.
• Tepok, yaitu gerakan tangan yang dilakukan dalam berbagai posisi, misalnya
baling-baling atau horizontal.
Sedangkan gerakan kepala dalam tarian saman adalah sebagai berikut :
• Anguk, yaitu gerakan kepala seperti mengangguk dalam tempo yang lambat
sampai dengan tempo yang cepat.
• Girek, yaitu gerakan kepala berputar seperti sebuah baling-baling.

86
Sedangkan ragam gerak dalam tari tradisi yang mempunyai nama biasanya
terdapat tari tradisional yang berkembang di Jawa dan Bali baik tari klasik maupun
tari kerakyatan. Contohnya dalam tari klasik di Jawa Tengah dan Yogyakarta ada
beberapa nama dalam ragam geraknya, antara lain : tanjak/tancep , Sabetan,
srisig/nyamber, kicat/enjer, ulap-ulap, muryani busana, dan sebagainya. sedangkan
dalam tari kerakyatan ada ragam gerak disesuaikan dengan jenis tarinya. Tari Bali
juga terdapat penamaan dalam ragam geraknya, antara lain Agem (sebagai sikap
pokok), Ngawisnu, gelatik nuut papah, lasan megat iye dan sebagainya.
Unyuk lebih jelasnya pada tari daerah lain Anada dipersilahkan untuk
membaca buku yang terkait dengan hal tersebut, dan melihat beberapa tarian yang
terdapat dalam media elektronik youtube.
Demikian pula dengan ragam gerak tari daerah lain seperti Kalimantan suku
Dayak dan daerah lainnya. Marilah kita lihat keunikan gerak tari tradisi di Indonesia
melalui gambar pada tabel berikut ini.

L Daerah Nama Tari Gambar

1 Aceh Tari Saman

2 Sumatra Utara Tari Tor-tor

3 Sumatra Barat Tari Randai

87
L Daerah Nama Tari Gambar

4 Jambi Tari Sekapur Sirih

5 Bengkulu Tari Tabot

6 Riau Tari Zapin

7 Bangka belitung Tari Pinang Sebelas

8 Sumatra Selatan Tari Gending Sriwijaya

9 Lampung Tari Cangget

10 Banten Tari Banten Katuran

11 Jawa Barat Tari Jaipongan

88
L Daerah Nama Tari Gambar
12 DKI Jakarta Tari Topeng Tunggal

13 Jawa Tengah 1. Tari Jaran kepang/


jathilan

2. Tari Srimpi gaya


Surakarta

3. Tari golek gaya


Yogyakarta

14 Jawa Timur Tari Remo

15 Bali Tari Pendet

16 NTB Tari gandrung lombok

17 NTT Tari Likurai

89
L Daerah Nama Tari Gambar
18 Kalimantan 1. Tari Baksa Kembang.
Kal-Sel

2. Tari Enggang

19 Sulawesi 1. Tari Pakarena


(Makasar)

2. Tari Pa`gelu (Toraja)

3. Tari Maengket
(Manado)

21 Maluku

22 Papua

Tabel keunikan gerak tari tradisi di Indonesia

90
Sumber gambar : htpp/gambar tari tradisional
https://www.google.com/gambar+tari+tradisional&oq=gambar+tari+tradisional diakses
tanggal 16 Oktober 2019

Tabel di atas menggambarkan keragaman budaya di Indonesia melalui seni


tari, namun karena begitu banyaknya jenis tari di Indonesia, diharapkan Anda para
peserta PPG untuk aktif dalam mengup-date informasi perkembangan tari di
Indonesia. Setiap tarian daerah baik yang tergolong dalam tari tradisional maupun
non tradisional, bentuk tari menurut fungsinya, maupun jumlah penarinya,
mempunyai ciri/gaya gerak yang beragam dan mempunyai makna sesuai dengan
yang beragam pula.

b. Musik iringan dalam Tari


Iringan di dalam tari memegang peranan penting, tari dan iringan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, karena keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu
dorongan atau naluri ritmis. Seperti yang diungkapkan Humphrey (1964: 132)
bahwa pada dasarnya tari membutuhkan kehadiran musik sebagai pendampingnya.
Keterikatan tari dengan musik dinyatakan Doubler (1985: 156) dalam kutipan
“sebagai dorongan dinamik susunan ritmisnya, di samping kualitas-kualitas
melodik dan harmonisnya, musik adalah suatu yang terpenting dari semua partner
tari”. Dari pernyataan tersebut dapat digarisbawahi unsur ritme sebagai dasar
penggerak kerjasama antar tari dan musik.
Musik dalam tari dapat memberikan keselarasan, keserasian dan
keseimbangan yang dipadukan menjadi satu kesatuan yang hidup. Keselarasan
mengandung maksud antara jiwa dan melodi lagu dengan jiwa gerak-gerak tari
yang diiringinya selaras, sehingga penonton merasakan keindahan atau kecocokan
musikal melalui pendengaran. Keserasian mengandung maksud kecocokan antara
musik iringan dengan gerak tari melalui indera penglihatan penonton dan
penggarap seni itu sendiri, sedangkan keseimbangan mengandung maksud
kecocokan rasa musikalitas dengan yang diiringinya yaitu tari (Jazuli, 2008: 10).
Melalui musik sebagai iringan tari ini pula pesan atau makna gerak yang
ingin disampaikan akan lebih komunikatif, sehingga tari tersebut mempunyai jiwa

91
atau roh dalam pengungkapannya. Dengan demikian, tari artinya ekspresi jiwa yang
diungkapkan melalui gerak, memiliki makna dan nilai estetis, sehingga dapat
menggugah penonton.
Fungsi iringan dalam tari dapat dilihat dari tujuan atau pesan yang ingin
disampaikan dalam tari, sehingga ada iringan tari yang berfungsi sebagai pengiring
tari, pendukung suasana dan pembuat ilustrasi tari. Fungsi iringan tari sebagai
pengiring tari dapat dilhat dari tari-tari tradisi atau kreasi yang sudah berkembang,
seperti tari Gambyong, tari Merak, tari Topeng Blantek, tari Pakarena, tari Yospan,
tari Serampang Dua Belas, dan tari lainnya. Fungsi tari sebagai pendukung suasana,
apabila tari tersebut memiliki tema tetentu, misalnya tema percintaan, kematian,
yang iringannya harus dibuat sedemikian rupa agar penonton memiliki perasaan
yang mendukung terhadap tema tersebut. Sedangkan fungsi iringan tari sebagai
ilustrasi, biasanya dapat dilihat pada penari-penari latar, di mana gerak tarinya
terkadang mengikuti iringan tari yang didengar atau dapat bertolak belakang tidak
sesuai dengan iringan tari yang sering disebut dengan off beat.
Pada iringan tari memiliki unsur tempo dan ritme. Tempo biasanya dengan
memperhatikan panjang pendeknya atau cepat lambatnya gerak berdasarkan
hitungan, misalnya gerak yang sama dilakukan dengan hitungan 1- 4 dengan
hitungan 1- 8 atau 1- 16 akan mempengaruhi terhadap tempo atau cepat lambatnya
gerakan.
Contoh:
Lakukan gerak berjalan dengan hitungan 1 – 4

Lakukan gerak berjalan dengan hitungan 1 – 8 Rasakan bedanya dari gerak


yang dilakukan
Lakukan gerak berjalan dengan hitungan 1 - 16

Ritme atau irama dalam iringan tari merupakan pengulangan bunyi menurut
pola tertentu dalam sebuah lagu. Misalnya lagu Sirih Kuning yang dijadikan tari
Tapak Tangan pada Tari Betawi terdapat gerak yang mengikuti pengulangan pola
irama. Biasanya irama keluar dari perasaan seseorang sehubungan dengan apa yang
dirasakan dan diekspresikan ke dalam gerak tari.

92
Jenis musik iringan tari yang dapat digunakan terbagi menjadi: 1) musik
internal, 2) musik eksternal. Musik internal adalah musik yang dihasilkan dari
penarinya itu sendiri, contohnya dengan bersiul, bertepuk tangan, bernyanyi,
petikan jari, hentakan kaki, dan sebagainya. Tari dengan musik internal dapat
dilihat pada tari Kecak, tari Rampai Aceh, tari Saman, dan sebagainya. Musik
eksternal yaitu musik yang digunakan sebagai pengiring tari dengan sumber bunyi
yang berasal dari instrumen atau alat bunyi lainnya.
Musik eksternal digunakan sebgai pedoman ritme penari untuk bergerak
sehingga iringan pada tarian dapat difungsikan sebagai ilustrasi pendukung suasana
(karakter tari) dan juga difungsikan sebagai patokan bagi penari untuk bergerak.
Sebagai contoh musik eksternal yang biasa digunakan pada tari yaitu gamelan, alat
musik tradisional (rebana, tifa, kecapi, angklung, dan sebagainya), sedangkan alat
musik lain dapat pula digunakan dari sumber bunyi yang ada di sekitar, misalnya
pukulan kayu atau kentongan, botol plastik yang diisi biji-bijian, atau alat-alat
perkusi lainnya.
Musik sebagai pengiring tari dapat dibedakan berdasarkan warna suara atau
tangga nadanya. Ada tangga nada pentatonis yang dikenal dengan musik tradisi,
dan diatonis berupa musik non tradisi. Pentatonik itu berasal dari kata penta(5) dan
tonic(nada). Tangga nada pentatonik ini dibentuk dengan mengurangkan nada ke-4
dan ke-7 dari struktur oktaf 8 nada. Pentatonik sebenarnya digunakan untuk musik
modern maupun tradisional di berbagai negara di dunia ini, seperti Cina, Jepang,
dan Indonesia. Di Indonesia, tangga nada pentatonik biasanya terdapat pada alat
musik gamelan Jawa, kolintang, dan khusus pada musik gamelan (Jawa) terdapat
dua macam tangga nada pentatonik dinamakan titi laras slendro dan titi laras pelog.
Untuk itu musik pentatonik adalah musik yang menggunakan 5 nada dalam satu
oktafnya. Contohnya adalah gamelan Jawa, mempergunakan nada 1, 2, 3, 5, 6 (ji,
ro, lu, ma, nem) untuk laras slendro dan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (ji, ro, lu, pat, ma, nem,
pi) untuk laras pelog.
Sedangkan diatonik berasal dari di(2) dan tonic(nada). Jadi dalam satu oktaf
terdapat 5+2 nada, = 7 nada. jadi musik modern atau bahkan postmodern sering
menggunakan tangga nada diatonik ini. musik diatonik menggunakan 7 nada dalam
setiap oktaf. yaitu nada putih, ataupun 1,2,3,4,5,6,7 (do,re,mi,fa,sol,la,si).

93
Pada tari musik yang digunakan sebagai pengiring atau pendukung dapat
menggunakan musik pentatonis maupun diatonis tergantung dari sumber gerak
yang digunakan dan ide tarinya itu sendiri, bahkan mungkin jenis musik ini
digunakan dalam satu tarian. Hal ini apabila musik berfungsi sebagai pendudkung
atau ilustrasi tari, sehingga diperlukan musik yang bervariasi warna suarannya.
Sangatlah mudah membedakan warna suara pentatonis dan diatonis, karena
perbedaan tersebut dapat didengarkan dengan jelas berdasarkan instrumen yang
digunakan. Tariannya pun pada umumnya mengikuti warna suara yang dihasilkan,
jika pentatonis biasanya tari-tari tradisional, sedangkan jika menggunakan musik
diatonis maka tari-tari kreasi.

c. Level dan pola lantai dalam Tari


level adalah tinggi rendahnya penari dalam melakukan gerakan. Level
dalam gerak tari dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu level tinggi, sedang, dan
rendah. Dalam gerak tari, level tinggi menunjuk pada gerakan-gerakan yang
mengarah ke garis vertikal, contohnya gerak melompat, menjinjitkan kaki, tangan
cenderung mengarah ke atas. Dalam tari-tari tradisional di Indonesia yang bertema
perang seperti tari-tarian di Papua, gerak perang dalam tari gaya Yogyakarta, gerak
srisig dalam tari Gatotkaca Gandrung dari tari klasik gaya Surakarta, tari Baris dari
Bali, dan sebaginya.
Sedangkan yang tergolong dalam gerak yang berlevel sedang menunjuk
pada posisi penari yang bergerak dalam posisi berdiri secara lurus di atas pentas.
Level sedang ini banyak terdapat dalam tari-tari tradisional di Indonesia, misalnya
Jawa, Sunda, Kalimantan, tari Melayu, dan sebagainya. Level rendah merupakan
gerak yang dilakukan oleh penarai dalam posisi yang rendah seperti merunduk,
duduk, atau bahkan berguling di lantai pentas

1. Contoh Tari dengan Level Tinggi


2. Contoh Tari dengan level sedang
3. Contoh Tari dengan Level Rendah

Pola lantai sering disebut juga dengan disain lantai, yaitu Desain lantai
adalah garis-garis lantai yang dilalui oleh seorang penari atau garis-garis di lantai

94
yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Secara garis besar ada dua pola garis
dasar dalam pada lantai yaitu garis lurus dan garis lengkung.
Pada garis lurus dapat dibuat ke depan, ke belakang, ke samping atau serong.
Selain itu garis lurus dapat membentuk desain huruf V atau kebalikannya, segitiga,
segiempat, huruf T, Y atau desain zig-zag. Garis lurus memberikan kesan sederhana
tetapi kuat. Garis lurus banyak digunakan pada tari tradisional baik klasik maupun
kerakyatan. Garis lengkung dapat dibuat melengkung ke depan, ke belakang, ke
samping dan serong.
Sedangkan pada garis dengan desain lengkung dapat dibuat desain lengkung
ular, lingkaran, angka tiga atau delapan juga bentuk spiral. Garis lengkung
memberikan kesan lembut tetapi juga lemah. Garis lengkung banyak digunakan
pada tari-tarian primitif dan tari-tarian komunal yang kebanyakan berciri sebagai
tari bergembira, misalnya tari Kecak dari Bali, tari Serampang Dua Belas dari
Sumatera, dan sebagainya.
Dengan demikian pada satu tarian dapat dibuat dengan variasi garis atau pola
lantai dapat pula satu bentuk desain garis pola lantai yang digunakan. Pada tari
tradisi tertentu yang berakar dari rakyat dengan ciri pola lantai sederhana biasanya
hanya menggunakan beberapa desain pola lantai garis lurus dan garis lengkung.

Gambar 1.7. Lintasan garis yang dilalui penari

95
Gambar 1. 8. Lintasan garis yang dilalui penari menuju posisi terakhir

Gambar 1.9. Keterangan gambar cara membuat pola lantai pada naskah tari.
Level dan pola lantai dalam tari sangat penting untuk diperhatikan,
gabungan beberapa level dan pola lantai yang digunakan dalam tari akan
menghasilkan gerak yang dinamis dan estetis. Pada tarian tertentu memiliki level
dan pola lantai yang tidak bisa diubah-ubah, seperti pada tari klasik Bedhoyo. Level
dan pola lantai pada tari tersbut memiliki makna dan filosofi yang tinggi. Hal ini
terkait dengan tujuan tari itu sendiri.
Selain permainan level dan pola lantai, tari tidak terlepas dari iringan atau
musik pengiringnya.

TUGAS
1. Buatlah pengembangan gerak berdasarkan unsur ruang, waktu, dan tenaga
sesuai dengan hitungan yang bervariasi.
2. Buatlah pengembangkan gerak tari dengan memperhatikan penggunaan tempo
dan ritme yang bervariasi

96
3. Buatlah pengembangan variasi level dan pola lantai dalam bentuk bloking
kelompok (5 orang)
4. Buatlah tari kelompok dengan memperhatikan level dan pola lantai yang
bervariasi sesuai iringan dalam waktu 3 menit.
Selamat. Anda telah mengerjakan tugas kegiatan belajar. Untuk mengukur
penguasaan Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tes formatif berikut ini!

C. PENUTUP

1. Rangkuman
a. Gaya dalam tari sering kita sebut dengan style, yaitu bentuk yang
tersusun dari simbol-simbol, bentuk-bentuk (form) dan orientasi-
orientasi nilai yang mendasarinya, sehingga gaya menandai identitas
dan keseluruhan ciri yang komplek yang dijadikan dasar bagi seseorang
b. Musik sebagai bentuk iringan di dalam tari dibedakan menjadi dua, yaitu
musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah bentuk musik
iringan tari tari yang berasal dari tubuh penari. Musik eksternal adalah
musik pengiring dalam tari yang berasal dari benda yang dibunyikan.
c. Fungsi musik di dalam tari di dalam tari dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu, a). sebagai pengiring, b). sebagai pemberi suasana, c).
sebagai ilustrasi. Teknik gaya tari tradisional berhubungan dengan gerak
individu yang dapat diungkapkan dalam gaya menari bagi masing-
masing penari.
d. Tema adalah pokok pikiran, gagasan atau ide dasar, yang biasanya
diungkapan dalam sebuah tarian, namun demikian ada pula tarian yang
tidak mempunyai tema.
e. Tata rias dan tata busana berupakan unsur penunjang sajian tari yang
juga dianggap penting, karena fungsi tata rias adalah merubah karakter
pribadi ke dalam karakter tarian yang dibawakan

97
Selamat. Anda telah membaca seluruh materi dan rangkuman, untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tugas berikut
ini!

2. Tes Formatif

1. Pada tari tradisional, setiap daerah mempunyai keunikan gerak yang mendasari
ciri tari daerah, salah satunya adalah ragam gerak kaki. Bentuk ragam gerak kaki
pada tari Daerah Jawa antara lain :
A. nyereksek C. Keupat
B. Kicat D. Melenting
E. Pacak gulu

2. Ragam gerak tangan pada tari Bali antara lain :


A. Sabetan, keupat, kicat C. Nyeledet, Agem, Ngumbang
B. Cindhek, kicat, keupat D. Agem, pacak gulu, gedruk
E. Senandung, kicat, seledet

3. Musik Musik eksternal digunakan sebgai pedoman ritme penari untuk bergerak
sehingga iringan pada tarian dapat difungsikan sebagai ilustrasi pendukung
suasana (karakter tari) dan juga difungsikan sebagai patokan bagi penari untuk
bergerak. Sebagai contoh alat musik eksternal yang biasa digunakan pada tari
yaitu :
a. Musik orkestra, Kendang, kentongan, rebana, atau alat-alat perkusi lainnya
b. Gamelan, rebana, tifa, kecapi, angklung, kentongan, botol plastik yang diisi
biji-bijian, atau alat-alat perkusi lainnya.
c. Musik country, orkestra, tabla, kentongan, drumb
d. Kendang, Musik orchestra, kentongan, rebana, atau alat-alat perkusi lainnya
e. Gamelan, rebana, tifa, kecapi, angklung, dangdut, botol plastik yang diisi
biji-bijian, atau alat-alat perkusi lainnya.

98
4. manakah pernyataan dibawah ini yang salah tentang pola lantai:
a. Pola lantai sering disebut juga dengan desain lantai, yaitu Desain lantai adalah
garis-garis lantai yang dilalui oleh seorang penari atau garis-garis di lantai yang
dibuat oleh formasi penari kelompok
b. Pada pola lantai Garis lurus memberikan kesan sederhana tetapi kuat. Garis
lurus banyak digunakan pada tari tradisional baik klasik maupun kerakyatan.
Garis lengkung dapat dibuat melengkung ke depan, ke belakang, ke samping dan
serong.
c. Garis lengkung banyak digunakan pada tari-tarian primitif dan tari-tarian
komunal yang kebanyakan berciri sebagai tari bergembira, misalnya tari Kecak
dari Bali, tari Serampang Dua Belas dari Sumatera, dan sebagainya.
d. Pola lantai berkaitan dengan ekspresi penari pada ruang yang menampakan
tinggi rendahnya posisi penari pada sebuah tarian tertentu
e. Pada tari tradisi tertentu yang berakar dari rakyat dengan ciri pola lantai
sederhana biasanya hanya menggunakan beberapa desain pola lantai garis lurus
dan garis lengkung.

5. Tari merupakan unsur gerak yang harus memperhatikan ruang, waktu dan tenaga.
Apabila gerak tersebut dilakukan dengan hitungan 1-4, dilanjutkan hitungan 1-
8, dan diakhiri hitungan 1-2. Adanya perubahan hitungan yang berpengaruh
terhadap waktu gerak, maka akan menimbukan gerak yang memiliki…
A. Ruang C. Tenaga
B. Waktu D. Dinamika
E. Pola Lantai

6. Pada saat melakukan gerak ukel hitungan 1 – 4 dengan hitungan 1 – 8,


perbedaannya dapat dilihat dari sisi:
A. teknik saat melakukan gerak C. irama dalam melakukan gerak
B. ekspresi saat bergerak D. waktu yang dibutuhkan dalam
Bergerak

99
E. Tenaga untuk bergerak
7. Wirama merupakan unsur penyelaras yang akan memberi kekuatan pada sebuah
tarian. Di bawah ini konsep wirama pada tari berpasangan:
A. Memperhatikan pada bentuk sikap dan gerak tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
B. Memperhatikan bentuk gerak dan ruang tari berpasangan yang sesuai dengan
konsep koreografi
C. Memperhatikan bentuk gerak dan irama tari berpasangan yang sesuai dengan
konsep koreografi
D. Memperhatikan bentuk motif dan gerak dari tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
E. Memperhatikan pola irama untuk iringan tari

8. Pernyatan yang benar dalam menggunakan unsur tenaga dalam bentuk penyajian
tari tunggal:
A. bebas sesuai dengan kemampuan para penari
B. sesuai dengan jenis karakter dari koreografi tarian
C. adaptasi pada busana dan ketebalan riasan wajah
D. disesuaikan dengan kebutuhan koregrafer dan penonton
E. Kualitas dalam menampilkan keterampilan tari

9. Perbedaan gerak tari Jawa dengan tari Aceh dapat dilihat dari…
A. Tempo gerak C. Keindahan gerak
B. Kualitas gerak D. Kerampakan gerak E. Keselarasan gerak

10. Cepat lambatnya gerak yang dapat dilihat pada tari Randai dari Sumatera
Barat menunjukkan tarian tersebut memiliki tempo yang dinamis. Namun
demikian tari tersebut menggunakan musik pengiring berupa…
A. Eksternal C. Kontemporer
B. Internal D. Pentatonis E. alam sekitar

100
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi Kegiatan Belajar 1

Tingkat penguasaan = jumlah jawaban yang benar


Jumlah soal X 100%

Arti tingkatan penguasaan : 90 - 100 % = baik sekal


80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Anda dapat meneruskan


dengan kegiatan belajar 2. Bagus ! jika masih dibaewah 80 %, Anda harus
mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

DAFTAR PUSTAKA

Autard Jaqualine Smith (1994). The Art of Dance in Education. London : A & B
Black.

Barrett, Maurice (1982), Art Education, a strategy for course design, London:
Heinemann Educational Books.and Learning).

Devi Triana, Dinny, dkk. (2000). Pendidikan Seni Tari Di Sekolah Menengah
Umum. Jakarta : Seminar dan Lokakarya Pendidikan Seni.

Devi Triana, Dinny, dkk. (2009). Modul PPG Pendidikan Seni Tari. Jakarta: UNJ
Press.

Dibia I Wayan. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati Metode Baru dalam Mencipta
Tari. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan.

101
Eisner, (1997). The Educating Artistic Vision, New York: The Macmillan
Company.

Fisher, Elaine Flory, (1978). Aesthetic Awareness and the Child, F.E.Peacock P

Hadi, Sumandiyo Y. 1996. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok.


Jogjakarta: Manthili.

Hermawati, Sri, dkk. (2006). Seni Budaya untuk SMK/MA/SMU. PT: Inti Prima.

Humphrey Doris. 1994. The Art of Making Dance. Canada: Holt, Rinehart and
Winston.

Jajuli, M. (2008), Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni, Semarang: Unesa


University Press.

. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Press.

Kamaril, Cut. WS., (2007) Materi Pelatihan Pengenalan Pembelajaran Aktif di


Sekolah Dasar dan Menengah, Jakarta,.

Langer, Susanne K. (1957), Problem of Art, New York: Harvard Unversity Press.

Lansing, Kenneth Melvin, (1981). The Elementary teachers’s art Handbook, CBS
College Publishing, New York.

(1990). Art, Artists an Education. London: MsGraw-Hill Book


Company.

Lowenfeld, Viktor and W.Lambert Brittain. (1975). Creative and Mental Growth,
Sixth Edition, New York: Macmillan Publishing Co.Inc.

Kraus, Richard. (1969). History of The Dance in Art and Education. Englewood
Cliffs, New Jersey : Prentice Hall. Inc.

Laban, Rudolf. (1976). Modern Educational Dance (ed 3) (Revised by Ulmann).


London: Macdonald and Evans.

La Meri. (1965). Dance Composition : The Basic Elements. Massachusetta: Jacob’s


Pillow Dance Festival, Inc.

Murgiyanto, Sal. (1983). Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta


: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Parani, Yulianti. (1975). Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta : LPKJ.

102
Read, Herbert. (1970), Education Through Art, London: Faber and Faber. London.

Smith, Jacquline. (1985). Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.
Terj. Ben Suharto. Yogyakarta : Ikalasti.

Soedarsono. Terj.1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Jogjakarta:


Lagaligo Fakultas Kesenian ISI Jogjakarta

Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta:Balai Pustaka.

Soedarsono, dkk. 1996. Indonesia Indah: Tari Tradisional Indonesia. Jakarta:


Harapan Kita MII/BP.

Soedarsono. 1997. Tari-tarian Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud.

103
MODUL 3

KEGIATAN BELAJAR 4 : PEMBELAJARAN


PENGETAHUAN ESTETIKA TARI

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Selamat pagi. Mengamati objek merupakan kegiatan yang biasa kita
lakukan. Banyak sekali pertanyaan yang ada dibenak ketika kita sebagai
seorang guru dihadapkan pada persoalan estetika tari dalam konteks
pembelajaran. misalnya program pembelajaran yang bagaimana yang
harus menjadi pengalaman siswa yang efektif dan efisien? Bagaimana cara
capaian yang akan dihasilkan dalam hal kompetensi siswa? mengapa
pembelajaran tari harus menarik? Faktor-faktor apa saja yang harus
menjadi pertimbangan? bagaimana cara membuat tari yang menarik?
bagaimana cara menemukan kelebihan atau kekurangan tari yang dilihat?
Semua pertanyaan tersebut dapat dijawab apabila seseorang menguasai
konsep dan prinsip-prinsip estetika yang penerapannya dapat digunakan
untuk menikmati tari, mengkritisi tari bahkan untuk membuat karya tari.
Karena dengan menguasai konsep dan prinsip-prinsip estetika seseorang
akan mengetahui tentang apa keindahan, mengapa indah dan bagaimana
cara menemukan bahkan menciptakan keindahan karya seni dan tari.
2. Relevansi
Pada KB 4 ini, kegiatan pembelajaran diharapkan tidak hanya dapat
memberikan wawasan tentang estetika namun juga para guru dapat
menganalisis 4 rumpun model pembelajaran dari Bruce Joyce and Marsha
Weil (model pemrosesan informasi, interaksi sosial, personal, dan prilaku)
serta mampu mengimplementasikan beberapa model dari setiap rumpun
pada pembelajaran tari dengan materi estetika tari.

104
3. Petunjuk Belajar

Pokok bahasan kali ini, akan memfokuskan kepada Model Pembelajaran


yang cocok dalam mata pelajaran Seni Budaya pada materi Seni Tari dan
Unsur-unsur Estetika dalam tari. Manfaatnya jika Anda menguasai materi
ini, Anda akan dapat menjadi seorang pendidik yang mampu memilih
dan menerapkan model pembelajaran mana yang cocok untuk mata
pelajaran seni budaya khususnya pada materi seni tari, serta mampu
menjelaskan unsur-unsur estetika yang ada pada tari. Oleh karena itu,
kegiatan belajar tidak hanya difokuskan kepada membaca materi yang
telah disediakan, tetapi Anda juga harus aktif memgamati dan mengkritisi
materi tari video yang disediakan, mengerjakan tugas dan tes formatif
dalam kegiatan belajar 4 ini.

SELAMAT BELAJAR.

B. INTI
1. Capaian pembelajaran mata kuliah
Setelah mempelajari kegiatan belajar 4, peserta akan mampu menganalisis model
Pembelajaran estetika Seni Tari.

2. Sub capaian pembelajaran mata kuliah


Setelah mempelajari kegiatan belajar 4, peserta akan mampu :
1. Menganalisis jenis model pembelajaran aktif dan implementasinya dalam
pembelajaran tari
2. Menjelaskan estetika dalam tari

3. Pokok-pokok materi
1. Model pembelajaran aktif dan implementasinya dalam pembelajaran tari
2. Unsur-unsur estetika dalam tari

105
Pembahasan pertama difokuskan pada pembahasan model pembelajaran. Materi ini
akan membantu Anda dalam memilih dan menerapkan Model Pembelajaran mana
yang cocok dalam mata pelajaran Seni Budaya khususnya pada materi Seni Tari.
Oleh karena itu, Unduh dan simak baik-baik:

1. Model Pembelajaran
“Model pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan
pembelajaran, dengan mengintegrasikan komponen urutan kegiatan, cara
mengorganisasikan materi pelajaran dan pembelajaran, peralatan dan bahan, serta
waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien” (Atwi Suparman,
97:157). Tentunya menjadi seorang pendidik yang memiliki kompetensi pedagogik
kita harus mengetahui salahsatunya tentang model-model pembelajaran khususnya
yang dapat kita implementasikan dalam pembelajaran tari.
Oleh karena itu, secara khusus pada pertemuan ini kita akan membahas tentang
model-model pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Setiap model
pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu
peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang
dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait
yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar
mengajar. Istilah model Pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada
strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus
yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara
lain:
a. Rasional teoritik yang logis, disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;

106
b. Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang
luas dan menyeluruh, dilandasi teori pembelajaran yang jelas, serta praktik
pelaksanaannya.
c. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai);
d. Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan
pembelajaran, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya;
e. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil.

2. Model pengolahan informasi (Information Processing Models)


Keluarga model ini titik penekanannya ialah pada bagaimana orang mengolah
stimulus dari lingkungan, mengorganisasikan data, mendapatkan pengertian
mengenai masalah dan konsep-konsep umum, serta memecahkan masalah
menggunakan lambang verbal dan non-verbal. Keluarga model ini juga
menekankan pada kreativitas atau keterampilan intelektual di samping strategi-
strategi khusus untuk berfikir kreatif dan berfikir ilmiah. Model-model
pembelajaran yang termasuk dalam rumpun ini bertolak dari prinsip-prinsip
pengolahan informasi oleh manusia dengan memperkuat dorongan-dorongan
internal (datang dari dalam diri) untuk memahami dunia dengan cara menggali dan
mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan
keluarnya serta pengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Kelompok
model ini menekankan pada peserta didik agar memilih kemampuan untuk
memproses informasi sehingga peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah
yang memiliki kemampuan dalam memproses informasi. Adapun model-modelnya
adalah :

No. Model Tokoh Tujuan


Dirancang untuk
Model pencapaian
mengembangkan dan
konsep
1. Jerome Bruner menganalisis konsep dengan
(concept
menggunakan pola nalar
attainment)
induktif.

107
Dirancang untuk
Model berfikir
mengembangkan proses
2. induktif Hilda Taba
mental induktif dan penalaran
(inductive thinking)
atau pembentukan teori.
Dirancang untuk
membelajarkan siswa dalam
Model latihan menghadapi penalaran kausal,
3. penelitian Richard Suchman lebih fasih dan tepat dalam
(inqury training) mengajukan pertanyaan,
membentuk konsep, serta
hipotesis.
Dirancang untuk
pembelajaran sistem
Model penelitian
penelitian dari suatu disiplin
4. ilmiah Joseph J. Schwab
ilmu, tetapi diharapkan juga
(scientific inquiry)
memiliki efek dalam kawasan
lain.
Dirancang untuk
Model
meningkatkan perkembangan
pengembangan Jean Piaget, Irving
intelektual, terutama
5. intelek Sigel, Edmund,
penalaran logis, tetapi juga
(developing Sulivand, dkk.
dapat diterapkan pada
intellect)
perkembangan sosial.
Dirancang untuk
meningkatkan efisiensi
Model penata
kemampuan pemrosesan
6. lanjutan David Ausubel
informasi untuk menyerap
(advance organizer)
dan mengaitkan bidang-
bidang pengetahuan.
Dirancang untuk
Model memorisasi Harry Lorayne &
7. meningkatkan daya ingat
(memorization) Jerry Lucas
siswa.

2. Model personal (Personal Models)


Keluarga model-model ini mempunyai kerangka referensi perkembangan
pribadi. Penekanannya pada proses individu dalam membangun dan
mengorganisasikan realitasnya. Dengan kata lain model ini diarahkan kepada
organisasi internal individu dengan lingkungan. Jadi fokusnya adalah membantu
pribadi individu mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan
lingkungannya, dan memandang dirinya sebagai pribadi yang capable. Rumpun
model personal bertolak dari pandangan kedirian atau “selfhood” dari individu.

108
Proses pendidikan sengaja diusahakan yang memungkinkan seseorang dapat
memahami diri sendiri dengan baik , sanggup memikul tanggung jawab untuk
pendidikan dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Penggunaan model-model pembelajaran dalam rumpun personal ini lebih
memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan
kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan
bertanggung jawab atas tujuannya.
Contoh model-model dari rumpun ini adalah :

No. Model Tokoh Tujuan


Memberikan tekanan pada
pembentukan kemampuan
dalam perkembangan pribadi
1. Model non direktif Carl Rogers dalam arti kesadaran diri,
pemahaman diri,
kemandirian, dan mengenal
konsep diri.
Meningkatkan kemampuan
Model latihan Fritz Perls & individu peserta didik untuk
2.
kesadaran William Scuhtz mengeksplorasi diri dan
kesadaran diri.
Model sistem- Meningkatkan kompleksivitas
3. David Hunt
sistem konseptual dan keluwesan pribadi.
Menekankan pada
perkembangan pemahaman
Model pertemuan
4. William Glasser diri dan tanggung jawab
kelas
kepada diri sendiri serta
kelompok sosial.

3. Model interaksi sosial

Rumpun model-model interaksi sosial ini penekanannya adalah pada


hubungan individu dengan masyarakatnya atau antara individu dengan individu
lainnya. Model ini bertolak dari anggapan tentang hakekat manusia yang
memberi prioritas pada hubungan sosial serta perlunya menciptakan suatu
masyarakat yang lebih baik. Kenyataan bahwa negosiasi sosial adalah suatu hal
yang amat penting bagi kehidupan manusia sehingga memerlukan suatu

109
perbaikan akan kemampuan kemampuan individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Perbaikan proses social demokratis perlu untuk melakukan perbaikan
masyarakat itu dalam arti luas. Penggunaan rumpun model interaksi sosial ini
menitik beratkan pada pengembangan kemampuan kerjasama dari para siswa.
Model pembelajaran rumpun interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi pokok,
yaitu (a) masalah-masalah sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan
melalui kesepakatanm-kesepakatan yang diperoleh di dalam dan dengan
menggunakan proses-proses sosial, dan (b) proses sosial yang demokratis perlu
dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya
secara build-in dan terus menerus.
Adapun model-model pembelajarannya adalah,

No. Model Tokoh Tujuan


Mengembangkan
keterampilan untuk
partisipasi dalam proses
sosial yang demokratis
Model investigasi Herbert Telen & melalui penekanan yang
1.
kelompok John Dewey dikombinasikan pada
keterampilan antar pribadi
(kelompok) dan
keterampilan-keterampilan
penentuan akademik.
Menekankan pada
Model inkuiri Byron Massiales pemecahan masalah sosial,
2.
sosial & Benjamin Cox terutama melalui penemuan
sosial dan penalaran logis.
Menekankan pada
perkembangan keterampilan
Model latihan
3. Bethel Maine antar pribadi dan kelompok
laboratoris
melalui kesadaran dan
keluwesan pribadi.
Dirancang untuk
pembelajaran kerangka acuan
Model penelitian Donald Olever &
4. yurisprudensial sebagai cara
yurisprudensial James P. Shaver
berpikir dan penyelesaian isu-
isu sosial.
Model bermain Fainie Shafel & Dirancang untuk
5.
peran George Fhafel mempengaruhi peserta didik

110
agar menemukan nilai-nilai
pribadi dan sosial.
Dirancang untuk membantu
peserta didik agar mengalami
bermacam-macam proses dan
Model simulasi Sarene Bookock
6. kenyataan sosial serta untuk
sosial & Harold
menguji pemerolehan konsep
keterampilan perbuatan dan
keputusan

4. Model behavior
Keluarga model-model modifikasi tingkah laku ini penekanannya adalah atas
usaha-usaha menciptakan sistem yang efisien bagi kegiatan kegiatan belajar dan
modifikasi (shaping) tingkah laku dengan manipulasi penguatan
(reinforcement).Model modifikasi tingkah laku mengenal perubahan perubahan
tingkah laku lalu itu mengutamakan perubahan-perubahan eksternal tingkah laku
pebelajar beserta deskripsinya berupa tingkah laku yang visible.Ke dalam
keluarga model ini diwakili oleh model operant conditioning (Operant
Conditioning Model). Model ini biasanya digunakan secara luas untuk mencapai
bermacam tujuan.Dapat pula dipergunakan sebagai komplementer terhadap
model-model lainnya.Dalam memilih berbagai model biasanya guru
menggunakan strategi modifikasi tingkah laku dengan tidak disengaja. Rumpun
model system perilaku mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang
memungkinkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan
manipulalsi penguatan tingkah laku (reinforcement) secara efektif sehingga
terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki. Model ini memusatkan perhatian
pada perilaku yang terobservasi dan metode dan tugas yang diberikan dalam rangka
mengkomunikaksikan keberhasilan. Adapun model-modelnya adalah,

No. Model Tokoh Tujuan


Menekankan pada
Managemen kemampuan memahami
1. B.F. Skinner
kontingensi fakta-fakta, konsep, dan
keterampilan.
Menekankan pada
2. Kontrol diri B.F. Skinner
pengendalian prilaku dan

111
keterampilan sosial dalam
mengontrol dirinya.
Menekankan pada tujuan
Rimm, Masters, & pribadi (mengurangi
3. Relaksasi
Wolfe ketegangan dan
kecemasan).
Menitik beratkan pada
pengalihan pada
Pengurangan Rimm, Masters, &
4. kesantaian dari
ketegangan Wolfe
kecemasan dalam situasi
sosial
Berorientasi pada
Latihan Asertif Wolfe, Lazarus, & ekspresi perasaan secara
5.
desensitas Salter langsung dan spontan
dalan situasi sosial.
Menekankan pada pola-
Gagne, pola prilaku
6. Latihan langsung
Smith & Smith dan keterampilan pada
diri peserta didik.

Berikut ini beberapa contoh model pembelajaran dari rumpun model pembelajaran
tertentu, yang bisa dijadikan alternatif dalam mengimplementasikannya pada
materi seni tari, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan kondusif.

a. Model Pembelajaran Inkuiri


Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa
(Hamdayama, 2014: 31).
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri.
Pertama, model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkari siswa sebagai subjek
belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalaui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

112
menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
rnenumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi
pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian, dalam model pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar
menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya.
Implementasi model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tari :
1) Orientasi
2) Merumuskan masalah
3) Mengajukan hipotesis
4) Mengumpulkan data
5) Menguji hipotesis
6) Merumuskan kesimpulan

Contoh Kegiatan pembelajaran di kelas :


• Kegiatan Awal (15 menit)
Guru menyampaikan apersepsi, motivasi, dan tujuan pembelajaran. Siswa
diajak melihat video tari tradisional yang diperlihatkan oleh guru. Siswa dan
guru bertanya jawab seputar materi tari tradisional Indonesia. Siswa dibuat
berkelompok oleh guru.
• Kegiatan Inti (50 menit )
Siswa menerima materi tentang macam-macam tari tradisional di Indonesia.
Secara berkelompok siswa mengelompokkan tari tradisional berdasarkan asal
daerahnya. Siswa diajak membahas hasil kerja dan menyimpulkan macam-
macam tari tradisional Indonesia dan ciri-ciri tari tradisional di Indonesia. Siswa
dan guru menyusun rubrik penilaian.
• Kegiatan Akhir (15 menit)

113
Siswa dan guru melakukan refleksi, siswa mendapatkan tugas untuk
mengklasifikasikan tari tradisional berdasarkan pola garapannya.

b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Strategi pembelajaran berbasis masalah atau juga pemecahan masalah
/problem solving yang ada pada rumpun personal/ pribadi, adalah menyodorkan
masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu atau kelompok,
strategi ini pada intinya melatih keterampilan kognitifnya peserta didik terbiasa
dalam pemecahan masalah, mengambil keputusan, menarik kesimpulan, mencari
informasi, dan membuat artefak sebagai laporan mereka (Yamin, 2013: 81).
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Model Pembelajaran Berbasis
Masalah. Pertama, Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi MPBM ada sejumlah kegiatan
yang harus dilakukan siswa. MPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi
melalui MPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data
dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. MPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan MPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran
yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa
diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang
terjadi dilingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa

114
kemasyarakanatan.
Implementasi model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran
tari :
1) Mengarahkan peserta didik ke permasalahannya
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tari pada materi tari tradisional
Indonesia, dan hal-hal penting lainnya, dan memotivasi peserta didik untuk ikut
terlibat dalam kegiatan problem solving yang dipilih sendiri.
2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas pembelajaran yang berhubungan dengan permasalahannya.
3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang tepat guna
melaksanakan eksperimen, dan berusaha menemukan penjelasan dan solusi.
4) Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibits
Guru membantu peserta didik dalam mencernakan dan mempersiapkan artefak
sebagai laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi karya
dengan orang lain.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses problem solving
Guru membantu peserta didik untuk merefleksikan investigasinya dan proses-
proses yang mereka gunakan.

c. Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif atau kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, Ada empat unsur penting
dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok;
(2) adanya aturan jelompok; (3) adanya upaya belajar; (4) adanya tujuan yang harus
dicapai. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap
kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa
pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat
siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan,

115
pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat
maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan,
tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua
pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota
kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok,
waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.
Salah satu model dari model pembelajaran kelompok adalah model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian
dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (195) mengemukakan
dua alas an. Pertama, beberapa hasil oenelitian membuktikan bahwa pemggunaan
pembelajaran kooperatif Japat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat
meningkatkan cemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan Jiri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan
bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini
memiliki kelemahan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mernpunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras
atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian,
setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan
semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu
terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi
untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan

116
yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
kepada kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga
adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama
inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui
kooperatif dapat dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif
motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif
elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan
kepada kelompok memungkinkan setiap angota kelompok akan saling membantu.
Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan
kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk
memperjuankan keberhasilan kelompoknya.
Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setap siswa akan saling
membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok
memperoleh keberhasilan. Bekerja secara kelompok dengan mengevaluasi
keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, di mana setiap
anggota kelompok menginginkan semuanya memperolah keberhasilan.
Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi
antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir
mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan
berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan
kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik model pembelajaran kooperatif
adalah:
• Pembelajaran secara kelompok
• Didasarkan pada manajemen kooperatif
• Kemauan untuk bekerja sama
• Keterampilan bekerja sama

117
Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif :
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di bawah
ini:
1) Prinsip Ketergantungan Positif
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok
masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas
tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok.
Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin
bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan
tugasnya, dan semua ini memeriukan Kerja sama yang baik dari masing-masing
anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih,
diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan
tugasnya
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap
anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.
Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap
individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi
penilaian kelompok harus sama.
3) Interaksi Tatop Muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka sating memberikan
informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan
pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk
bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-
masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4) Partisipasi dan Komunikasi
Rembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartistpasi aktif
dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka

118
dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan
kooperatif, guru perlu tnembekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi,
misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, cara
menyatakan ketidaksetuuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara
santun, tidak memojokkan; cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang
dianggapnya baik dan berguna.
Implementasi model pembelajaran kooperatif pada materi seni tari :
➢ Prosedur Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap,
yaitu :
1) Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses .penyampaian pokok-pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap
ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru
memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang
selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada
awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, curah pendapat, tanya jawab,
penayangan gambar, pemutaran video, diskusi, yang dipimpin oleh guru. Pada saat
penyajian materi teori di kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok. Guru pada tahapan ini memaparkan materi
teori tentang tari sesuai dengan RPP yang ada, misalnya materi tentang pengertian
tari, jenis tari, unsur utama dan pendukung tari, bentuk, tema, nilai estetis, ragam
gerak tari, musik iringan, level, dan pola lantai dalam tari.

2) Belajar dalam Kelompok


Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi
pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk membagi seluruh jumlah siswa menjadi
beberapa kelompok, lalu masing-masing kelompok harus belajar dan membahas
materi yang telah diberikan. Pembagian kelompok juga sangat efektif untuk materi

119
Praktek tari di kelas. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau
etnik. Fungsi kelompok dalam hal ini adalah untuk lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok
agar bekerja dengan baik dan optimal.

3) Penilaian
Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes
atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Tes
individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes
kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir
setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok
memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah
nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota
kelompok. Kuis bisa dilakukan untuk mengambil nilai siswa secara individual,
dengan memberikan soal-soal berupa materi-materi teori tentang tari yang telah
diberikan kepada siswa. Sedangkan tes kelompok dapat dilakukan untuk
mengambil nilai praktek tari siswa.

4) Pengakuan Kelompok
Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok mana yang dianggap
paling menonjol atau kelompok paling berprestasi untuk kemudian diberikan
penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut
diharapkan dapat memotivasi kelompok untuk terus berprestasi dan juga
membangkitkan motivitasi kelompok lain untuk lebih mampu meningkatkan
prestasi mereka. Pada tahap ini guru memberi arahan kepada siswa untuk saling
memberikan penilaian kelompok satu dengan yang lain. Penilaian ini bisa dijadikan
acuan untuk mencari mana yang merupakan kelompok favorit, dan guru juga
mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai paling tinggi sesuai dengan
kriteria penilaian untuk mengapresiasi hasil kerja kelompok siswa dalam kelas.

d. Model Pembelajaran Kontekstual

120
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk.dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya
proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses
belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya mener.ima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinta CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat rnemahami materi
yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam kontek CTL,
bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal
mereka dalam mengarung kehidupan nyata.

Pola dan Tahapan Pembalajaran CTL :


Dapat dicontohkan jika guru akan memberikan materi tentang tari tradisional
dan tari kreasi. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk
memahami karakteristik tari tradisi dan tari kreasi. Untuk mencapai kompetensi
tersebut dirumuskan indikator hasil belajar berikut.
• Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri tari tradisional dan tari kreasi
• Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis tari tradisional dan tari kreasi

121
• Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik tari tradisional dan tari kreasi
Untuk mencapai tujuan kompetensi di atas, dengan menggunakan CTL guru
melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti berikut ini.
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses
pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
➢ Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
➢ Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya
kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke sanggar tari A dan kelompok
3 dan 4 ke sanggar tari B.
➢ Melalui observasi, siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang
dapatkan dan pelajari di sanggar tari tersebut.
3) Guru melakukan tanya jawab seputar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
b. Inti
Di lapangan
1) Siswa melakukan observasi ke sanggar tari sesuai dengan pembagian tugas
kelompok.
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka dapatkan dan pelajari di sanggar sesuai
dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Di dalam kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya
masing-masing.
2) Siswa melaporkan hasil diskusi
3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok
lain.
4) Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan observasi terkait penemuan
yang mereka dapatkan di sanggar sesuai dengan indikator hasil belajar yang
dicapai.
5) Guru menugaskan siswa membuat ulasan tentang pengalaman belajar
mereka di sanggar tari.

122
e.Model Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM)
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan
yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses
pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan
hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di
Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu
menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada
perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke
seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan. Dengan demikian pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan
anak, mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara
efektif dan optimal (Hamdayama, 2014: 42).
Implementasi model pembelajaran PAIKEM dalam pembelajaran tari :
1) Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa berperan aktif
dalam pembelajaran tari. Misalnya dengan diskusi kelompok tentang tari
tradisional atau berkunjung langsung ke sanggar tari tradisional.
2) Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam. Misalnya guru
menyiapkan beberapa foto dan video tentang tari-tari tradisional yang ada di
Indonesia.
3) Guru memberikan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa
diberikan tugas melakukan pengamatan langsung ke sanggar tari tradisional dan
menulis laporan dengan kata-kata mereka sendiri.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Diskusi dan menjawab pertanyaan
seputar materi tari tradisional.
5) Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
6) Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa
menceritakan atau memanfaatkan pengalaman yang pernah mereka alami

123
sendiri.
7) Guru menilai pembelajaran dan kemajuan siswa secara terus menerus. Guru
memantau kerja siswa, dan memberikan umpan balik.
Pembahasan kedua difokuskan kepada materi unsur-unsur estetika dalam
tari. Materi ini akan membantu Anda dalam menjelaskan kepada siswa tentang
unsur-unsur estetika yang terdapat dalam tari. Oleh karena itu, Unduh dan simak
baik-baik:

• Seluruh materi dari file Powerpoint.


• Materi Unsur-unsur Estetika dalam pdf

2. Estetika dalam Tari


Pernahkan Anda melihat tari dan sangat kagum atau takjub?. Atau
sebaliknya, melihat tari tetapi merasa bosan dan tidak senang?. Nah. pembahasan
kegiatan belajar 4 ini, akan memberikan penjelasan kepada Anda, mengenai
estetika dalam unsur-unsur tari yang menyebabkan tari terlihat indah dan menarik,
sehingga menyenangkan apabila dilihat.
Pembahasan Estetika kali ini difokuskan kepada pembahasan estetika.
Estetika merupakan cabang ilmu dari filsafat yang membahas tentang keindahan.
Pemahaman mengenai prinsip-prinsip estetika dapat digunakan untuk bekal bagi
koreografer dalam membuat koreografi, sehingga koreografi menarik dari sisi
bentuk, namun juga bermanfaat bagi orang lain, karena kandungan pesan yang
bermakna dari elemen-elemen koreografi. Oleh karena itu, pembahasan kali ini,
difokuskan kepada estetika elemen tari yang berkontibusi besar kepada keindahan
koreografi.
Telah disebutkan bahwa estetika merupakan cabang dari filsafat yang
mengkaji tentang keindahan. Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah. Dalam
bahasa Yunani philosophia (philos=cinta, Sophia=kebijaksanaan) jadi philosophia
berarti cinta pada kebijaksanaan. Berfilsafat, merupakan kegiatan pengetahuan dan
kehendak yang merupakan kenyataan yang pertama dialami secara langsung oleh
manusia. Dalam sudut pandang ini, seluruh filsafat adalah penjelasan tentang

124
kegiatan manusia yang menyentuh akar-akarnya yang terdalam. Dalam arti yang
lebih luas, titik awal filsafat adalah seluruh pengetahuan tentang kenyataan yang
mendahului penelitian filosofis (Bagus, 1996:243). Kegiatan manusia yang
menyentuh akar-akarnya yang terdalam ini yang mendasari filsafat memiliki
banyak ruang lingkup kajian. Ruang lingkup kajian filsafat meliputi seluruh
persoalan manusia yang dikelompokkan menjadi enam persoala(Gie:1983:7-10 ),
yaitu:
a. Persoalan metafisik (eksistensi, keberadaan).
Persoalan metafisik mempersoalkan hakikat dan sifat dasar dari eksistensi alam
sekitar, adanya Tuhan, manusia dengan segala persoalannya, jalan pikiran, dan
realita kehidupannya.
b. Persoalan epistemologi (pengetahuan).
Persoalan epistemologi mengupas tentang sumber dan batas pengetahuan
manusia termasuk persoalan cara seseorang memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh melalui akal atau indera.
c. Persoalan metodologis (metode).
Persoalan metodologis lebih berkaitan dengan metode-metode untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
d. Persoalan logis (logika).
Persoalan logis berhubungan erat dengan proses penalaran yang tepat. Adakah
kriteria tertentu yang dapat menjamin bahwa kesimpulan atau tindakan yang
diambil seseorang sudah tepat dalam mengatasi persoalan.
e. Persoalan etis (etika, moralitas).
Persoalan etis tentang perilaku manusia yang berhubungan dengan moral, dan
susila. Ukuran-ukuran tertentu untuk menilai tingkah laku manusia, serta
dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
f. Persoalan estetis (estetika, keindahan).
Persoalan estetis memerlukan penelaahan yang lebih terperinci, karena
mencakup kajian yang luas, yaitu: nilai estetis, pengalaman estetis, perilaku
pencipta seni (seniman), dan seni itu sendiri.

125
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa Estetika merupakan
salah satu kajian persolan dalam Filsafat. Istilah Estetika sebagai filsafat keindahan
diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762) dalam buku
Aesthetica yang mengupas tentang estetika sebagai ilmu pengetahuan inderawi.
Istilah estetika untuk pertama kali dikemukakan oleh Baumgarten yang berasal dari
bahasa Yunani asthetis yang berarti penerapan, persepsi, atau pengalaman
(Hartoko, 1995: 15).
Kajian estetika dikemukakan oleh Gie (1983:11-13 ) meliputi 4 hal,
yaitu :
a. Nilai estetis
Persoalan yang muncul adalah sesuatu yang berkenaan dengan hakikat estetis
(keindahan) yaitu apakah sifat keindahan itu?, bagaimana sifat keindahan itu?,
subjektif atau objektif?, bagaimana peran keindahan dalam kehidupan
manusia?, bagaimana hubungan keindahan dengan kebenaran dan kebaikan?
b. Pengalaman estetis
Pengalaman estetis membahahas pengalaman seseorang dalam hubungannya
dengan sesuatu objek/ kejadian yang indah. Permasalahan yang timbul adalah
bagaimana ciri-ciri pengalaman estetis?, mengapa objek seni/kejadian dapat
menimbulkan pengalaman estetis?, gejala- gejala atau faktor apakah yang dapat
mengganggu/merupakan rintangan dalam pengalaman estetis tersebut?
c. Perilaku pencipta seni (seniman)
Beberapa persoalan yang dikaji antara lain, siapakah seniman itu?, Di mana
letak perbedaan antara seniman dan pengrajin?, bagaimana proses penciptaan
sebuah benda seni?, apakah ada hubungan kepribadian antara pencipta seni
dengan hasil karyanya?
d. Seni itu sendiri
Persoalan yang dikaji adalah adakah kriteria tertentu untuk menetapkan sebuah
hasil karya sebagai benda bernilai seni?, mana yang lebih penting? bentuk atau
makna karya seni?, apakah ada hubungan antara karya seni dengan agama,
filsafat dan ilmu.

126
Pada awal pertumbuhannya, empat ruang lingkup kajian estetika tersebut
digunakan untuk mengkaji keindahan alam dan seni, namun pada
perkembangannya ruang lingkup kajiannya terfokus kepada keindahan seni. Seni
menjadi objek kajian estetika karena seni dianggap lebih dinamis, menarik untuk
dikaji karena seni merupakan hasil kreatifitas manusia yang selalu berkembang
setiap saat. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka (Gie:1983) mengemukakan
ruang lingkup kajian Estetika tari meliputi kajian tentang (a) nilai estetis; (b)
pengalaman estetis; (c) perilaku seniman; dan (d) seni.

Mengkaji keindahan atau estetika tari harus dimulai dari langkah mengerti
benar jenis tari yang diamati. Berdasarkan jenis tari yang diamati, selanjutnya
dilakukan kajian (a) nilai estetis tari; (b) pengalaman estetis; (c) kaitan antara
perilaku seniman dengan karyanya; serta (d) tari yang diamati.

(d) Nilai estetis dalam tari


Persoalan pertama dalam estetika adalah nilai estetis. Nilai estetis tari
adalah kualitas yang melekat pada tari. Indikator kualitas apabila tari memiliki
sifat- sifat yang penting dan bermutu yang disebut dengan sifat keindahan. Secara
umum seni dikatakan indah apabila menimbulkan rasa puas. Dari sudut pandang
yang berbeda seni dikatakan indah apabila di dalam seni memiliki sifat-sifat indah.
Sifat keindahan bermacam-macam Gie (1996: 27) menjelaskan ada tiga pasang
kategori keindahan, yaitu kategori agung dan kategori elok, kategori kosmis dan
kategori tragis, serta kategori indah dan kategori jelek. Berdasarkan pendapat
tersebut tari yang dianggap memiliki sifat keindahan apabila:
(1) dapat membangkitkan perasaan takjub, megah, dahsyat dan keanggunan.
Zeising dalam Gie (1996:28) yang menimbulkan rasa takjub bagi orang yang
mengamati seni karena sifat impresive, majestic, glorious, dalam karya seni
termasuk dalam kategori agung;
(2) dapat membangkitkan perasaan mengesankan, hebat, keren termasuk dalam
kategori elok;

127
(3) dapat membangkitkan perasaan menggelikan hati termasuk dalam kategori
komis. Contoh tari kategoni ini, dapat Anda lihat dalam tautan Tari Dwimuko
karya Didik Nini Thowok di https://www.youtube.com/ watch?v=BV28fJezUwU
(4) dapat membangkitkan perasaan sedih termasuk dalam kategori tragis;
(5) dapat membangkitkan perasaan senang termasuk dalam kategori indah;
(6) dapat membangkitkan perasaan negatif misalnya keadaan kacau balau, mual,
jijik termasuk dalam kategori jelek. Kemampuan tari menimbulkan persaan
negatif dianggap mempunyai nilai estetis karena dapat membangkitkan emosi
negatif seperti ide tarinya.
Dalam pembelajaran tari, sifat keindahan yang ada di dalam tari perlu
dilatihkan agar siswa memiliki kesadaran bahwa yang membangkitkan perasaan
pada waktu mengamati tari adalah kualitas elemen-elemen tari, diantaranya dari
gerak, desain lantai, musik, rias dan konstum, cerita, dan elemen tari lainnya bukan
bersumber dari tanggapan atau selera penonton.

(e) Pengalaman estetis


Persoalan yang kedua dalam estetika adalah pengalaman estetis.
Pengalaman estetis dalam tari adalah perasaan puas pada waktu penonton melihat
tari. Pengalaman estetis ini tidak diperoleh dengan sendirinya. Pengalaman estetis
akan diperoleh seseorang apabila dalam mengamati tari dalam kondisi pikiran
yang jernih, sehat fisik, dan berperasaan tenang, sehingga dapat konsentrasi dalam
mengamati tari. Mengamati tari harus tanpa pamrih, terbebas dari pikiran-pikiran
praktis, misalnya mememikirkan nilai ekonomi dari tari yang amati, atau pikiran
yang teknis dan kritis. Pengalaman estetis terjadi dalam diri seseorang karena
responsnya terhadap tari yang diamati, setelah proses mencerap, merenungkan dan
menikmati tari. Oleh karena itu, kegiatan mengamati tari dalam pembelajaran tari
perlu dikondisikan situasi yang dapat membantu siswa untuk dapat berkonsentrasi,
sehingga siswa dapat mencerap, merenungkan, menikmati, menanggapi dan
selanjutnya memperoleh pengalaman estetik tari yang diamati. Kondisi pikiran,
perasaan dan mental yang sehat merupakan syarat seseorang untuk dapat
memperoleh pengalaman estetis dalam menikmati tari. Di dalam menikmati tari

128
pengalaman lain yang dapat diperoleh adalah pengalaman religius. Pengalaman
religius adalah adalah perasaan kagum terhadap kebesaran dan kuasa Tuhan.
Kondisi ini akan dapat dialami oleh penonton tari manakala menikmati tari yang
mengandung nilai religi.

(f) Perilaku seniman


Persoalan yang ketiga dalam estetika adalah perilaku seniman. Seniman
tari dikategorikan menjadi dua, yaitu seniman pencipta yang disebut koreografer
dan seniman pelaku yaitu penari. Tari merupakan hasil daya cipta koreografer
yang diungkapkan melalui media gerak. Tari sebagai pernyataan daya cipta
manusia tidak dapat terlepas pikiran, sikap, dan perilaku seniman penciptanya
dalam menanggapi dan bereaksi terhadap sesuatu. Tari merupakan perwujudan
nilai-nilai yang dihayati seniman dalam lingkungan sosio budaya masyarakat yang
kemudian diekspresikan dan dikomunikasikan oleh koreografer dengan media
gerak kepada orang lain. Oleh karena itu, bentuk dan gaya tari biasanya
mencerminkan karakteristik koreografernya.
Koreografer dan penari dalam melakukan tugasnya memerlukan kreatifitas.
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam tari bahkan dapat dikatakan
nyawa dari bagi koregrafer maupun penari. Namun, ada perbedaan antara kreatifitas
yang harus dimiliki oleh koreografer dan penari. Kreatifitas dalam diri koregrafer
adalah kemampuan menghasilkan koreografi yang inovatif dan bermanfaat dalam
kehidupan orang lain. Kreatifitas dalam diri penari adalah kemampuan
menginterpretasikan tari dan menyatakan tarian dari kehebatan penari dalam hal
teknis gerak, rasa musikal dan kemampuan menghayati karakter tari maupun
karakter gerak tari, sehingga menghasilkan penampilan tari yang menarik. Oleh
karena itu, koreografi dan penari merupakan sumber keindahan tari.

(1) Koreografi sebagai sumber keindahan tari :


Koreografi yang indah dari aspek bentuk, struktur dan isinya akan
menimbulkan berbagai perasaan yang dialami oleh penonton, misalnya perasaan
takjub, mengesankan, menggelikan, menyenangkan, sedih, bahkan perasaan

129
negatif atau perasaan lain yang ingin diciptakan oleh koreografer melalui hasil
karyanya. Berbagai perasaan tersebut dapat dirasakan oleh penonton karena adanya
sifat-sifat indah dalam bentuk struktur tari.
Monroe Bearsley menjelaskan bahwa karya seni ciri bentuk karya seni yang
indah apabila memiliki sifat: (a) kesatuan; (b) kerumitan; (c) kesungguhan.
Kesatuan (unity) berarti karya seni yang tersusun baik atau sempurna bentuknya.
Kerumitan (complexity), berarti karya seni yang tidak sederhana sekali, namun
kaya dengan isi atau unsur- unsur yang saling berlawanan atau yang mengandung
perbedaan-perbedaan halus. Kesungguhan (intensity) berarti karya seni memiliki
kualitas tertentu yang menonjol, bukan sekedar sesuatu yang kosong, ada ” so
something” di dalam karya seni tersebut ( Gie: 1996: 4).
Murgianto(2004:56) mengemukakan bahwa kriteria keindahan bentuk seni tari
adalah (a) kesatuan; (b) variasi; (c) pengulangan; dan (d) klimaks. Kesatuan dan
variasi mengandung pengertian bahwa setiap karya seni harus disusun dari
berbagai unsur. Unsur pokok dan pendukung tari dipadukan sedemikian rupa,
sehingga membentuk kesatuan yang utuh sesuai dengan tema tarinya.
Pengertian pengulangan adalah menampilkan kembali unsur-unsur seni tari yang
telah ditampilkan sebelumnya, ditujukan untuk mempertegas isi atau tema.
Pengulangan dapat membantu menegaskan maksud koreografi, namun sebuah
koreografi yang terlalu banyak menampilkan pengulangan unsur-unsurnya akan
terasa membosankan. Pengertian klimaks di dalam koreografi adalah bagian yang
paling menarik dan sangat penting dari sebuah tari. Cara untuk membuat klimaks
di dalam tari, diantaranya dengan cara: meningkatkan emosional, menampilkan
jumlah penari maksimal, adegan perang, dan adegan mengharukan.
Parker mengemukakan ciri umum keindahan bentuk karya seni apabila
memiliki asas (a) kesatuan; (b) tema ; (c) variasi menurut tema; (d) keseimbangan;
(e) perkembangan; dan (f) tata jenjang. Secara khusus Elisabeth R Hayes
mengemukakan keindahan tari apabila memiliki sifat-sifat (a) kesatuan antar
elemen tari; (b) variasi; (c) repetisi; (d) kontras; (e) transisi; (f) berkelanjutan; (g)
klimaks; (h) keseimbangan; dan (i) harmoni.

130
Koreografi yang indah dari aspek isi dan maknanya akan memberikan manfaat
bagi penonton. Nilai pengetahuan, nilai kehidupan, nilai moral, nilai religi, nilai
kemanusiaan misalnya cinta kasih, keadilan, kebebasan, perdamaian toleransi
memberikan manfaat bagi khalayak.

(2) Penari sebagai sumber keindahan tari :


Koreografi yang indah bukan satu-satunya sumber keindahan tari. Penari
juga merupakan sumber keindahan tari. Seindah apapun garapan bentuk dan
strukstur dalam koregrafi, apabila tidak dinyatakan oleh penari yang hebat maka
koreografi tidak dapat tampil sempurna. Penari yang hebat adalah penari yang dapat
mengekspresikan tari yang sedang dibawakan.
Penari dalam tari primitif dan tari rakyat kehebatannya terletak pada inner
dynamis (semangat dari dalam hati) serta kesungguhannya ketika menari, penari
melakukan gerakan dengan sepenuh hati sehingga tujuan religi atau tujuan lainnya
dalam menari dapat tercapai.
Penari untuk jenis tari tontonan kehebatannya terletak kepada kemampuan
teknis bergerak yang benar (wiraga), rasa musikal dalam menari (wirama), atau
kemampuan menghayati dan mengekpresikan karakter tari atau karakter tokoh
(wirasa), sehingga dapat mengekpresikan tari seperti ide dasar tari.
Sumber keindahan tari dari koregrafi dan penari tersebut dinyatakan dalam
gambar. Cermati baik-baik gambar 4.1 berikut ini:

131
Gambar 4.1 Sumber keindahan tari berasal dari koreografi, maupun dari
Penari (Kusumawardani, 2010:52)

(g) Seni
Seni merupakan persoalan yang keempat atau persoalan yang terakhir dalam
estetika. Persoalan tentang seni mempertanyakan apakah seni itu, bagaimana
penggolongan seni, nilai-nilai dari karya seni, lalu manakah yang lebih penting
anatra bentuk dan isi dalam karya seni, serta hubungan seni dan dengan agama dan
filsafat. Melalui pengkajian persoalan seni ini, akan mempermudah mengenali jenis
karya seni melalui konstruksi dari elemen-elemen seninya.
Kajian estetika tari dari aspek bentuk dan isi sama pentingnya ditujukan
untuk jenis-jenis tari baik tradisional maupun tari non tradisional. Tari tradisional
pada umumnya merupakan ekpresi budaya komunal dari suatu masyarakat etnis
tertentu yang mencerminkan religi, alam pemikiran maupun kebiasaan hidup. Oleh
karena itu, jenis tari trasional menarik apabila dikaji secara mendalam kandungan

132
nilai-nilai estetikanya dari aspek isi. Nilai religius, nilai sosial, nilai kehidupan
dan nilai estetika tari lainnya dalam tari tradisional diungkapkan kepada orang
lain, agar orang lain dapat mengenali simbol-simbol di dalam tari dan
mengapresiasi nilai-nilai dalam tari tradisional. Oleh karena itu, menemukan
nilai keindahan dalam jenis tari tradisional yaitu: tari primitif, tari, rakyat dan
tari klasik menjadi sangat penting.
Faktor-faktor estetika dalam tari tradisional dapat diamati dari beberapa
aspek, yaitu dari koreografinya, penarinya atau dari simbol-simbol yang
dihadirkan dalam tarian itu. Salah satu contoh estetika tari tradisional, yaitu tari
Srimpi. Tari Srimpi adalah tari klasik milik istana Kasunanan Surakarta dan
Kasultanan Jogjakarta. Karakteristik tarian ini adalah ditarikan oleh empat orang
penari putri dengan kostum dan rias serba kembar. Penari yang berjumlah empat
terkait dengan pandangan kosmologi Jawa dan dengan simbol-simbol kehidupan
dalam masyarakat Jawa. Tari Srimpi tampaknya mempunyai latar belakang analogi
dengan tubuh manusia yang diciptakan dari empat sari kehidupan alam, yaitu api,
angin, air dan tanah yang berada di empat penjuru arah mata angin. Menurut religio
mistik Jawa, keberadaan empat penjuru arah mata angin atau keblat papat (bahasa
Jawa), senantiasa terintegrasi dengan pusatnya yang disebut dengan pancer
(bahasa Jawa). Makna yang terkandung dalam tari Srimpi berkaitan dengan
simbol-simbol kehidupan dalam alam pikiran kaum ningrat Jawa, bahwa manusia
dianggap sebagai mikrokosmos dan keberadaan raja Jawa adalah sebagai pusat
segalanya yang harus dapat menjadi panutan, oleh karena itu pementasan tari
Srimpi pada upacara ritual kenegaraan di kedua istana harus dihadiri oleh seorang
raja, karena raja sebagai saksi tunggal yang berperan sebagai titik kelima atau
pusat atau pancer (Bambang Pudjasworo, 1984). Penari srimpi yang berjumlah
empat dan pementasanannya harus dihadiri oleh raja pada upara ritual kenegaraan
di istana. Formasi dan posisi penari selalu dalam jumlah genap dan terlihat
seimbang bila ditelaah sangat erat hubungannya dengan cita-cita kehidupan
orang Jawa, bahwa dalam kehidupan manusia tidak bisa lepas dari unsur api, angin,
air dan tanah, oleh karena itu manusia harus mengupayakan keharmonisan dalam
kehidupan, senantisa mewujudkan keseimbangan antara dunia mikrokosmos dan

133
dunia makrokosmos. Keindahan tari srimpi tidak hanya terdapat dalam
koreografinya, namun juga dari nilai kehidupan tentang hidup yang harus selaras
dan harmonis dengan alam semesta. Konsep ini secara universal bermanfaat bagi
siapa saja yang menyaksikan tarian itu.

Konsep keindahan bentuk tari relevan untuk menelaah jenis tari yang
berfungsi untuk tontonan atau pertunjukan yang latar belakang penciptaannya
didasari oleh keinginan koreografer menciptakan koreografi yang indah, baik dalam
jenis tari klasik, tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern maupun tari
kontemporer. Tari jenis tersebut, dikatakan indah apabila memenuhi kriteria
keindahan bentuk seni yang melihat kualitas tari karena perpaduan antar elemen
dalam membentuk karya tari dan mutu artistik organisasi seluruh elemen
pembangun karya tari. Namun demikian, estetika jenis tari berfungsi untuk
tontonan atau pertunjukan bukan berarti steril dari nilai-nilai estetika lainnya.
Dalam kenyataan jenis tari yang berfungsi untuk tontonan atau pertunjukan dalam
jenis tari klasik, tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern maupun tari
kontemporer banyak yang memiliki nilai estetis lainnya. Penciptaan tari yang
berkaitan erat dengan latar belakang budaya, social, politik dan kondisi
lingkungan, sejarah atau peristiwa-peristiwa yang dialami oleh seniman maupun
masyarakat, pada umumnya memiliki nilai-nilai estetika, misalnya nilai
pengetahuan, nilai kehidupan, nilai moral, nilai religi, nilai kemanusiaan misalnya
cinta kasih, keadilan, kebebasan, perdamaian toleransi memberikan manfaat bagi
khalayak. Penciptaan tari yang mencurahkan perhatiannya kepada tema, narasi,
kontekstualitas gagasan, dan motivasi untukmengekpresikan emosi keindahan dan
keberhasilannya apabila dapat membangkitkan rasa haru, sedih, kasihan , empati
, simpati penonton melalui koreografinya.

Selamat. Anda telah membaca seluruh materi, untuk lebih memahami materi
tentang model pembelajaran dan unsur-unsur estetika dalam tari, silahkan unduh
dan baca rangkuman dalam file pdf berikut berikut ini:

134
C. PENUTUP
1. Rangkuman

Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang


menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa
(Hamdayama, 2014: 31). Implementasi model pembelajaran inkuiri dalam
pembelajaran tari : Orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Model Pembelajaran Berbasis
Masalah. Pertama, Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi MPBM ada sejumlah kegiatan
yang harus dilakukan siswa. MPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi
melalui MPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data
dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. MPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mernpunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras
atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap

135
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian,
setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Implementasi
model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tari : Orientasi, merumuskan
masalah, Mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
merumuskan kesimpulan.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Pola dan Tahapan Pembalajaran CTL : Dapat dicontohkan jika
guru akan memberikan materi tentang tari tradisional dan tari kreasi. Kompetensi
yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk memahami karakteristik tari
tradisi dan tari kreasi. Untuk mencapai kompetensi tersebut dirumuskan indikator
hasil belajar berikut : Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri tari tradisional dan tari
kreasi, siswa dapat menjelaskan jenis-jenis tari tradisional dan tari kreasi, siswa
dapat menjelaskan perbedaan karakteristik tari tradisional dan tari kreasi.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh
pelosok tanah air adalah Pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
Dengan demikian pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak,
mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara efektif
dan optimal (Hamdayama, 2014: 42).
Implementasi model pembelajaran PAIKEM dalam pembelajaran tari :
1) Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa berperan aktif
dalam pembelajaran tari. Misalnya dengan diskusi kelompok tentang tari
tradisional atau berkunjung langsung ke sanggar tari tradisional.
2) Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam. Misalnya guru
menyiapkan beberapa foto dan video tentang tari-tari tradisional yang ada di
Indonesia.
3) Guru memberikan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa
diberikan tugas melakukan pengamatan langsung ke sanggar tari tradisional dan

136
menulis laporan dengan kata-kata mereka sendiri.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Diskusi dan menjawab pertanyaan
seputar materi tari tradisional.
5) Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
6) Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa
menceritakan atau memanfaatkan pengalaman yang pernah mereka alami
sendiri.
7) Guru menilai pembelajaran dan kemajuan siswa secara terus menerus. Guru
memantau kerja siswa, dan memberikan umpan balik.
Estetika merupakan cabang ilmu filsafat yang mengkaji tentang keindahan.
Ruang lingkup kajian estetika meliputi empat persoalan yaitu nilai estetis,
pegalaman estetis, perilaku seniman dan seni. Empat kajian tersebut merupakan
prinsip-prinsip dalam estetika yang akan memudahkan kita dalam memahami
keindahan tari serta membantu koreografer dalam proses membuat koreografi,
agar menghasilkan koreografi yang indah bentuknya juga memiliki pesan dan
makna yang bermanfaat bagi orang lain.
Ada 3 (tiga) hal yang perlu dicermati untuk dapat memehami keindahan tari,
yaitu koreografi, penari dan makna yang terkandung dalam tari. Dalam sejarah
estetika menunjukkan bahwa beberapa konsep keindahan, kriteria keindahan dan
teori seni lahir sesungguhnya dari hasil penghayatan para filofos terhadap fokus
yang diamati.

Selamat. Anda sudah membaca seluruh materi dan rangkuman, untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tugas berikut ini!

Tugas Akhir Kegiatan Belajar 4


1. Amatilah baik-baik Tari Saman dari Aceh dalam
https://www.youtube.com/watch?v=Ovrn3yBpSt4
2. Fokuskan pengamatan Anda pada elemen tari !

137
3. Buatlah essay tentang tari Saman yang Anda amati dengan jumlah 600-900
kata yang isinya mencakup:
a. Menyebutkan unsur-unsur tari yang Anda amati.
b. Penjelasan unsur-unsur tari yang menarik dari tari yang anda amati
berdasarkan konsep dan prinsip-prinsip estetika.
c. Tulis daftar pustaka yang mendukung penjelasan dalam esay minimal 5
buku.

Tes formatif

1. Pendekatan dalam mengelola kegiatan pembelajaran, dengan


mengintegrasikan komponen urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi
pelajaran dan pembelajaran, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan secara efektif dan efisien disebut :
a. Metode Pembelajaran
b. Tujuan Pembelajaran
c. Model Pembelajaran
d. Fungsi Pembelajaran
e. Manfaat Pembelajaran

2. Strategi pembelajaran yang menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,


akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa :
a. Model Pembelajaran Inkuiri
b. Model Pembelajaran Kooperatif
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
d. Model Pembelajaran Terpadu
e. Model Pembelajaran PAIKEM

3. Jenis Implementasi model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tari,


kecuali :

138
a. Orientasi
b. Merumuskan masalah
c. Mengajukan hipotesis
d. Merumuskan tujuan
e. Menguji hipotesis

4. Menyodorkan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu


atau kelompok :
a. Model Pembelajaran Inkuiri
b. Model Pembelajaran Kooperatif
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
d. Model Pembelajaran Terpadu
e. Model Pembelajaran PAIKEM

5. Rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-


kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
:
a. Model Pembelajaran Inkuiri
b. Model Pembelajaran Kooperatif
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
d. Model Pembelajaran Terpadu
e. Model Pembelajaran PAIKEM

6. Empat unsur penting dalam model pembelajaran kooperatif, kecuali :


a. adanya peserta dalam kelompok
b. adanya aturan kelompok
c. adanya upaya belajar
d. adanya tujuan yang harus dicapai
e. adanya media belajar yang wajib dipakai

7. Segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa
sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya,

139
aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat
pelaksanaan, dan lain sebagainya merupakan :
a. Adanya peserta dalam kelompok
b. Adanya aturan kelompok
c. Adanya upaya belajar
d. Adanya tujuan yang harus dicapai
e. Adanya media belajar yang wajib dipakai

8. Kegiatan menafsirkan makna dari simbol tari dapat meningkatkan


a. kepekaan estetik dalam diri siswa
b. kemampuan berpikir kritis
c. kemampuan berpikir analitis
d. kemampuan perseptual
e. kemampuan menemukan persoalan tari

9. Kualitas yang melekat pada tari disebut :


a. Interpretasi tari
b. Nilai kualitas tari
c. Nilai estetis tari
d. Persepsi terhadap tari
e. Analisi tari

10. Menurut Monroe Bearsley ciri bentuk karya seni yang indah apabila karya seni
tersebut tersusun baik atau sempurna bntuknya. Artinya karya seni memiliki
sifat :
a. Kerumitan
b. Kesungguhan
c. Keutuhan
d. Kesatuan
e. Keselarasan

140
141
TEST SUMATIF MODUL 3

1. Musik merupakan salah satu unsur pendukung dalam tari, karena.....,


a. kecuali Melalui musik sebagai iringan tari ini pula pesan atau makna gerak
yang ingin disampaikan akan lebih komunikatif, sehingga tari tersebut
mempunyai jiwa atau roh dalam pengungkapannya.
b. Menjadi iringan dalam tari dapat dilihat dari tujuan atau pesan yang ingin
disampaikan dalam tari
c. Sebagai pendukung suasana, apabila tari tersebut memiliki tema tetentu,
misalnya tema percintaan, kematian, yang iringannya harus dibuat
sedemikian rupa agar penonton memiliki perasaan yang mendukung
terhadap tema tersebut.
d. Pendukung suasana dan pembuat ilustrasi tari. Fungsi iringan tari sebagai
pengiring tari dapat dilhat dari tari-tari tradisi atau kreasi yang sudah
berkembang.
e. Musik dan tari memiliki pesan atau makna masing masing yang ingin
disampaikan akan lebih komunikatif, sehingga tari tersebut mempunyai jiwa
atau roh dalam pengungkapannya.

2. Manakah pernyataan yang salah tentang tari klasik adalah:


a. Tari yang semula tumbuh dan berkembang di istana dalam kalangan raja
dan bangsawan
b. mencapai kristalisasi artistik yang tinggi dan telah pula menempuh
perjalanan sejarah yang cukup panjang, sehingga memiliki nilai tradisi .
c. Bentuk tari klasik mencerminkan masyarakat istana yang mempunyai tata
kehidupan teratur, sehingga ciri koreografinya terpola oleh aturan – aturan
yang standar dan sangat baku.
d. Contoh tari klasik tari Bedhaya dan tari merak dari istana Surakarta maupun
istana Yogyakarta, tari Legong Kraton dari Bali (Soedarsono, 1992: 101-
107).
e. Ballet adalah contoh tari klasik dari Eropa, tumbuh dan berkembang di
Italia, Perancis, Jerman dan menyebar sampai ke Rusia.

142
3. Gerak tari yang dominan terdapat pada tari tradisional kerakyatan yang
bertema keprajuritan adalah:
a. Gerak indah
b. Gerak maknawi
c. Gerak ekspresif
d. Gerak representasional
e. Gerak murni
4. Dibawah ini adalah contoh tari tradisional tema dramatik kecuali:
a. Tari Golek dari Jawa Tengah dan tari Topeng dari Cirebon.
b. Tari Oleg Tambulilingan dari Bali.
c. Wayang Wong dari Jawa Tengah dan Jogjakarta, Langendriyan dari
Mangkunegaran Jawa Tengah,
d. Langen Mandrawanara dari Jogjakarta, Sendratari Ramayana di kompleks
candi Prambanan, Arje (Bali) dan Mak Yong (Riau).
e. Tari Pendet dari Bali, Joged dari Bali, tari Tayub

5. Tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern dan tari kontemporer
merupakan,..... kecuali.....
a. Jenis tari non tradisional
b. Tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat yang tidak taat
kepada pola hidup dan kebiasaan turun-temurun dan memiliki pola hidup
berciri modern.
c. Merupakan bentuk tari yang tidak taat kepada kaidah tari tradisional
d. Tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat yang taat
kepada pola hidup dan kebiasaan turun-temurun dan memiliki pola hidup
berciri modern.
e. pola dan unsur-unsur tari tradisional masih jelas terlihat, namun dibagian-
bagian tertentu diberi bentuk baru.

6. Kegiatan menafsirkan makna dari simbol tari pada pembelajaran Seni Budaya
bidang tari dapat meningkatkan
a. kepekaan estetik dalam diri siswa

143
b. kemampuan berpikir kritis
c. kemampuan berpikir analitis
d. kemampuan perseptual
e. kemampuan menemukan persoalan tari

7. Strategi pembelajaran, agar siswa memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai yang


terkandung di dalam tari
a. Mengamati, menjelaskan, menganalisis, menginterpretasi, dan
mengevaluasi tari
b. Mengamati, menganalisis, menginterpretasi, dan mengevaluasi tari
c. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan
mengevaluasi tari
d. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan tari
e. Menganalisis, menjelaskan, mengevalusi dan menginterpretasi tari

8. Cara untuk melatih daya cipta siswa melalui pembelajaran tari adalah
a. Melaksanakan proses kegiatan penciptaan tari.
b. Melaksanakan kegiatan apresiasi tari
c. Melaksanakan kegiatan menari
d. Menemukan masalah dalam tari
e. Melihat tari dan menari

9. Jenis tari tradisional yang tergolong dalam tari komunal pada masyarakat di luar istana
yang penyelenggaraannya dilakukan secara spontan adalah :
a. Tari Gandrung
b. Tari Jaran Kepang
c. Tari Janger
d. Tari Bedaya
e. Tari Saman

144
10. ditinjau dari bentuk koreografinya, Tari Bedaya ini digolongkan ke dalam tari yang
berkembang di kalangan istana dikategorikan kalam koreografi :
a. Komunal
b. Klasik
c. Primitive
d. Kerakyatan
e. Non-tradisonal

11. Salah satu tari tradisional yang hanya dapat ditarikan oleh penari wanita dan dalam
keadaan suci, antara lain, yang fungsinya sebagai bagian dari upacara adat adalah:
a. Tari Oleg Tambulilingan
b. Tari Tayub
c. Tari Sintren
d. Tari Ketuk Tilu
e. Tari Pendet

12. Ciri tari modern yang pertama adalah gaya individu koreografer tampil kuat
dalam karya tarinya. Ciri yang kurang tepat adalah.....,
a. didasari oleh pemikiran modernisme yang ditandai dengan ciri pemikiran
yang logis untuk memperoleh pengetahuan yang objektif, teoritis dan
analitis.
b. Karya seni dianggap sebagai kreasi unik dari seniman. Seniman adalah
orang-orang yang serius dalam memproduksi karya seni, karya seni tidak
lagi dianggap memiliki satu makna yang unik, sehingga setiap orang
dapat memberikan makna sendiri terhadap karya seni.
c. Implikasi dari pemikiran modernisme tersebut dalam konteks tari adalah
tari tidak lagi hasil produksi masyarakat yang besifat komunal seperti
dalam tari tradisional, tetapi tari merupakan hasil kreasi dari individu
koregrafer, sehingga menampilkan gaya individu sangat penting.
d. Koreografer bebas memberikan makna terhadap segala sesuatu yang
menjadi sumber ide tarinya dan penonton bebas memberikan makna

145
terhadap tari yang dilihat karena tidak lagi terikat oleh satu makna yang
unik seperti dalam tari tradional.
e. Kebebasan kurang memberikan makna itulah esensi dari ciri tari modern
yang selama ini disebut dengan tari yang mementingkan kebebasan.

13. Pada tari tradisional, setiap daerah mempunyai keunikan gerak yang mendasari
ciri tari daerah, salah satunya adalah ragam gerak kaki. Bentuk ragam gerak
kaki pada tari Daerah Jawa antara lain :
A. nyereksek
B. Kicat
C. Keupat
D. Melenting
E. Pacak gulu

14. Sedangkan nama ragam gerak tangan pada tari Bali sebagai ragam gerak pokok,
antara lain :
A. Sabetan,
B. Cindhek, srisik,
C. Nyeledet
D. Agem
E. Senandung

15. Musik di dalam tari terdiri dari dua konsep, yaitu musik internal dan musik
eksternal. Yang dikategorikan dalam musik internal adalah :
A. musik tradisi
B. Apresiasi, kreasi, ekspresi
C. tepukan tangan penari
D. gerak, waktu, dan tenaga
E. Aksi, Eksplorasi, Ekspresi

146
16. Ruang penari untuk gerak tari putri dan tari putra berbeda pada…
A. Kualitas gerak
B. Keindahan gerak
C. Volume gerak
D. Dinamika gerak
E. Intensitas Gerak

17. Tari merupakan unsur gerak yang harus memperhatikan ruang, waktu dan
tenaga. Apabila gerak tersebut dilakukan dengan hitungan 1-4, dilanjutkan
hitungan 1-8, dan diakhiri hitungan 1-2. Adanya perubahan hitungan yang
berpengaruh terhadap waktu gerak, maka akan menimbukan gerak yang
memiliki…
A. Ruang
B. Waktu
C. Tenaga
D. Dinamika
E. Estetika

18. Pada saat melakukan gerak ukel hitungan 1 – 4 dengan hitungan 1 – 8,


perbedaannya dapat dilihat dari sisi:
A. teknik saat melakukan gerak
B. ekspresi saat bergerak
C. irama dalam melakukan gerak
D. waktu yang dibutuhkan dalam
E. Hitungan dalam melakukan gerak

19. Wirama merupakan unsur penyelaras yang akan memberi kekuatan pada sebuah
tarian. Di bawah ini konsep wirama pada tari berpasangan:
A. Memperhatikan pada bentuk sikap dan gerak tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
B. Memperhatikan bentuk gerak dan ruang tari berpasangan yang sesuai

147
dengan konsep koreografi
C. Memperhatikan bentuk gerak dan irama tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
D. Memperhatikan bentuk motif dan gerak dari tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
E. Memperhatikan gerak murni dan gerak maknawi

20. Pernyatan yang benar dalam menggunakan unsur tenaga dalam bentuk
penyajian tari tunggal:
A. bebas sesuai dengan kemampuan para penari
B. sesuai dengan jenis karakter dari koreografi tarian
C. adaptasi pada busana dan ketebalan riasan wajah
D. disesuaikan dengan kebutuhan koregrafer dan penonton
E. Disesuaikan dengan kebutuhan penonton

21. Menyodorkan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu
atau kelompok :
A. Model Pembelajaran Inkuiri
B. Model Pembelajaran Kooperatif
C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
D. Model Pembelajaran Terpadu
E. Model Pembelajaran PAIKEM

22. Rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
:
A. Model Pembelajaran Inkuiri
B. Model Pembelajaran Kooperatif
C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
D. Model Pembelajaran Terpadu
E. Model Pembelajaran PAIKEM

148
23. Empat unsur penting dalam model pembelajaran kooperatif, kecuali :
a. adanya peserta dalam kelompok
b. adanya aturan kelompok
c. adanya upaya belajar
d. adanya tujuan yang harus dicapai
e. adanya media belajar yang wajib dipakai

24. Segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa
sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya,
aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat
pelaksanaan, dan lain sebagainya merupakan :
A. Adanya peserta dalam kelompok
B. Adanya aturan kelompok
C. Adanya upaya belajar
D. Adanya tujuan yang harus dicapai
E. Adanya media belajar yang wajib dipakai

25. Kegiatan menafsirkan makna dari simbol tari dapat meningkatkan


a. kemampuan berpikir kritis
b. kemampuan berpikir analitis
c. kepekaan estetik dalam diri siswa
d. kemampuan perseptual
e. kemampuan menemukan persoalan tari

26. Gerak tari yang dominan dalam tari tradisional adalah:


a. Gerak indah
b. Gerak maknawi
c. Gerak ekspresif
d. Gerak representasional
e. Gerak murni

149
27. Tari yang mempunyai ciri kekinian
a. Kreasi baru
b. Modern
c. Postmodern
d. Kontemporer
e. Kolaborasi

28. Pada penyajian tari akan lebih menarik untuk disaksikan


apabila didukung oleh tata busana yang baik. Oleh karena
itu di dalam penataan dan penggunaan busana tari
hendaknya senantiasa mempertimbangkan hal hal sebagai
berikut, kecuali....:
a. Busana tari hendaknya enak dipakai dan sedap dilihat oleh
penonton
b. Busana selalu mempertimbangkan isi/tema sehingga dapat
menghadirkan suatu kesatuan antara tari dan tata busana
c. Penataan busana tidak perlu mempertimbangkan imajinasi
penonton tapi lebing kepada imajinasi penarinya
d. Desain busana harus memperhatikan gerak tari, agar tidak
mengganggu penari saat bergerak.
e. Busana sebaiknya dapat memberi gambaran atau karakter
kepada penarinya

29. Model pembelajaran inkuiri sosial termasuk pada rumpun model


a. Pemrosesan informasi
b. prilaku
c. interaksi sosial
d. personal/individu
e. behavioristik

150
30. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif : Dibawah ini terdapat empat
prinsip dasar pembelajaran kooperatif, kecuali........
a. Prinsip Ketergantungan Positif, Untuk terciptanya kelompok kerja yang
efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas
sesuai dengan tujuan kelompoknya
b. Tanggung Jawab Perseorangan, prinsip ini merupakan konsekuensi dari
prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada
setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki
tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
c. Interaksi Tatap Muka, pembelajaran kooperatif memberi ruang dan
kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap
muka sating memberikan
d. Kemampuan memecahkan dan meneliti permasalahan individu, penting
dimunculkan untuk memnberikan kemampuan optimal dalam
memecahkan masalah
e. Partisipasi dan Komunikasi, pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk
dapat mampu berpartistpasi aktif dan berkomunikasi.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF MODUL 3


Kegiatan Belajar 1
NO JWBN
1. E
2. D
3. E
4. D
5. C
6. E
7. C
8. C
9. B

151
10. A

Kegiatan Belajar 2
NO JWBN
1. D
2. B
3. C
4. A
5. C
6. B
7. A
8. C
9. C
10. A

Kegiatan Belajar 3
NO JWBN
1. B
2. C
3. B
4. D
5. B
6. C
7. C
8. B
9. A
10. A

Kegiatan Belajar 4

152
NO JWBN
1. C
2. A
3. D
4. C
5. B
6. E
7. B
8. A
9. C
10. D

KUNCI JAWABAN TES SUMATIF:


No Jwbn No Jwbn No Jwbn
1. C 11. C 21. C
2. D 12. E 22. B
3. B 13. B 23. E
4. E 14. D 24. B
5. D 15. E 25. A
6. B 16. A 26. B
7. B 17. B 27. D
8. A 18. C 28. C
9. B 19. C 29. C
10. B 20. B 30. D

153
DAFTAR PUSTAKA

Gie, The Liang. 1996. Filsafat Seni: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: PUBIB.

Gie, The Liang. 1976. Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan). Yogyakarta:
UGM.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan


Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hartoko, Dick. 1989. Manusia dan Seni. Yogyakarta: Kanisius.

Hayes, Elisabeth.R. 1964. Dance Composition and Production. New York: The
Ronald Press Company.

Kartika, Dharsono Sony dan Nanang Ganda P. 2004. Pengantar Estetika. Bandung:
Rekayasa Sains.

Kusumawardani, Dwi dkk. 2010. Cara Cepat Menulis Kritik Tari. Jakarta: Inti
Prima.

Mery, La.1965. Dance Composition: The Basic Elements. New York: Jacob’
Pillow Dance Festival.

Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi: Beberapa Masalah Tari di Indonesia.

Jakarta: Wedatama Widya Sastra

Pudjasworo. Bambang, 1984 ” Pengaruh Sistem Nilai Budaya Kaum Ningrat


Jawa terhadap Kehidupan Seni Tari keraton Yogyakarta ”,
Yogyakarta: Hasil penelitian yang dibiayai oleh Proyek Pengembangan
Ilmu dan Teknologi, Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Tim Dosen Estetika. 2008. Estetika Bahasa dan Seni . Jakarta: Fakultas
Bahasa dan Seni.

Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
GP Press Group.

Tari Dwimuko karya Didik Nini Thowok https://www.youtube.com/watch?


v=BV28fJezUwU diakses tanggal 14 Juli 2018

Tari Saman dari Aceh https://www.youtube.com/watch?v=Ovrn3yBpSt4


diakses tanggal 14 Juli 2018

154
Dramatari Kathakali dari India https://chandrakantha.com/articles/
indian_music/ nritya/kathakali.html diakses tanggal 14 Juli 2018

Sendratari Ramayana di Prambanan Jogjakarta Indonesia https://www.


youtube.com/watch?v=cC2YdpeWiLs diakses tanggal 14 Juli 2018

155

Anda mungkin juga menyukai