Anda di halaman 1dari 149

DAR2/Profesional/217/03/2022

PENDALAMAN MATERI SENI TARI


MODUL 3 SENI BUDAYA

Penulis:
Dra. Kartika Mutiarasari, M.Pd

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,


DAN TEKNOLOGI

i
Judul
Konsep Pendidikan Tari dan Pembelajarannya

Penulis :
Dra. Kartika Mutiarasari, M.Pd

Editor:
Dr. Elindra Yetti, M.Pd

Desain Sampul dan Tata Letak


Eko Hadi Prayitno, S.Pd., M.Pd

Penerbit :
Kemendikbudristek

Distributor Tunggal:
Cetakan Kedua : 2022

Hak cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak modul ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa
ijin tertulis dari penerbit

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillahhirabilalamin, segala puji dan syukur


saya panjatkan Allah SWT, yang Maha Rahman dan Rahim, salawat dan salam
senantiasa dicurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang tealah
memberikan cahaya kehidupan di dunia ini. Terwujudnya Modul ini juga berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Paradigma baru dalam sistem pendidikan Nasional mengacu pada
pendidikan multikultural yaitu adanya kebudayaan yang beragam dalam satu
masyarakat yang tetap merupakan kesatuan. Paradigma pendidikan multikultural
ini berkembang seiring dengan hak dan keunikan siswa yang belajar bersama
dalam suasana saling menghormati, toleransi dan berpengertian terhadap masing-
masing kepentingan, yang diharapkan menghasilkan kompetensi standart nasional
dengan caranya masing-masing.
Pendidikan seni khususnya seni tari mempunyai tujuan ganda, yaitu dalam
pengembangan pribadi siswa dan kepentingan masyarakat yang senantiasa
dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Pendidikan seni tari mempunyai sifat yang
unik, dalam arti sama dalam konsepnya tetapi berbeda dalan pelaksanaannya di
setiap tempat. Keunikannya terletak pada keunikan seni itu sendiri yaitu sebagai
kegiatan estetik, ekspresif, dan kreatif. Karena keunikannya tersebut, maka
pelaksanaan pendidikan seni khususnya seni tari membutuhkan guru yang unik
pula, terutama dalam hal minat dan bakat seni, dia adalah seorang guru yang
profesional, mempunyai pribadi yang hangat sehingga interaksi antara guru dan
peserta didik berjalan harmonis. Guru harus mengaktifkan kegiatan kreatif anak
serta memotivasi anak dalam mengembangkan kreatifitasnya, guru harus
memperhatikan keunikan masing-masing peserta didik. Dalam perkembangannya
dewasa ini timbul pengakuan terhadap anak, bahwa mereka berbeda dengan orang
dewasa, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran seni tari harus memperhatikan
perkembangan pribadi dan motorik anak. Pendekatan ekspresi bebas merupakan
metode yang tepat dalam pembelajaran seni tari di Sekolah , untuk itu guru harus

iii
memilih dan menggunakan metode serta materi yang tepat agar tujuan
pembelajarannya tercapai.
Sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah pendidikan seni tari lebih
menekankan pada pengembangan kemampuan dasar anak dalam mengolah
kemampuan mental dan kesiapan dalam belajar. Motivasi dan minat siswa
terhadap kegiatan seni tari perlu digali dan dikembangkan dengan mengolah
kemampuan kreatif mereka dengan cara bereksplorasi, kepekaan rasa
dikembangkan dengan memberi kesempatan memahami nilai budaya.
Diharapkan Anda memahami materi modul ini, dan mengantarkan Anda
pada kemampuan dalam menjelaskan tentang pengetahuan tari, yang di dalamnya
mencakup unsur pokok dan unsur penunjang dalam tari. Modul ini terdiri dari 4
(empat) Kegiatan Belajar yaitu :
KB 1. Pengertian, Jenis, Unsur, dan Teknik Tari
KB.2. bentuk, tema, dan nilai estetis dalam seni tari
KB 3. Ragam Gerk, Musik Iringan Tari, Level, dan Pola Lantai Dalam Tari
KB 4. Pembelajaran Pengetahuan dan Estetika Seni Tari
Terwujudnya Modul ini juga berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu tak lupa ucapan terimakasih kami haturkan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan modul ini.

Jakarta, 30 Juni 2022

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

MODUL 3

KB 1 : PENGERTIAN, JENIS, UNSUR, DAN TEKNIK TARI


PENGERTIAN, JENIS, UNSUR, DAN TEKNIK TARI ............... 1

A. PENDAHULUAN ....................................................... 1
B. Inti....................................................................................................... 2
C. Penutup .............................................................................................. 35
Daftar Pustaka .......................................................................................... 41
KB 2 : BENTUK, TEMA, DAN NILAI ESTETIS DALAM SENI TARI. 43

A. Pendahuluan ................................................................................ 43

B. Inti ............................................................................................ 44

C. Penutup........................................................................................ 65

Daftar Pustaka ................................................................................. 71

KB 3 : RAGAM GERAK, MUSIK IRINGAN TARI, LEVEL, DAN


POLA LANTAI DALAM TARI ..................................................... 74

A. Pendahuluan ................................................................................ 74

B. Inti ............................................................................................ 75

C. Penutup........................................................................................ 88

Daftar Pustaka ................................................................................. 92

KB 4 : PEMBELAJARAN PENGETAHUAN DAN ESTETIKA SENI


TARI................................................................................................ 94

TES SUMATIF ................................................................................................... 125

KUNCI JAWABAN ........................................................................................... 132

v
MODUL 3

KB 1 : PENGERTIAN, JENIS, UNSUR, DAN TEKNIK TARI

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat

Selamat pagi, pada sebelumnya Anda telah belajar tentang Seni Musik .
Nah, sekarang perhatikan baik-baik modul berikutnya, yaitu tentang seni tari.
Aneka ragam tari yang tumbuh dan berkembang di suatu masyarakat,
merupakan hasil kreasi manusia untuk mengungkapkan kehendaknya,
harapannya, pikirannya, perasaannya, pengalamannya kepada orang lain melalui
bahasa gerak. Oleh karena itu tari menjadi objek yang penting untuk diapresiasi.
Pada pertemuan kali ini, akan dibahas mengenai pengertian, jenis, unsur,
dan teknik tari. Manfaatnya jika anda menguasai materi ini. Anda akan dapat
menjadi seorang pendidik yang mampu menjelaskan pengertian, jenis, unsur,
dan teknik tari, mampu membimbing anak mengapresiasi tari, mampu
menumbuhkan daya cipta dengan tari, serta dapat menumbuhkan sikap kreatif
bagi anak didik Anda. Oleh karena itu, kegiatan belajar tidak hanya difokuskan
kepada membaca materi yang telah disediakan, tetapi Anda juga harus aktif
memgamati dan mengkritisi materi tari video yang disediakan, mengerjakan
tugas dan tes formatif dalam kegiatan belajar 1 ini.

SELAMAT BELAJAR.

2. Panduan Belajar

Pembahasan pertama difokuskan kepada pengertian, jenis, unsur, dan


teknik tari. Materi ini akan membantu Anda dalam menjelaskan kepada anak didik
tentang pengertian, jenis, unsur, dan teknik tari. Oleh karena itu, unduh dan
simaklah baik-baik :

1
Selanjtnya untuk mempermudan Anda dalam belajar, mophon perhatikan hal-hal
berikut ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar Anda benar-
benar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap bagiannya, dan
kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi, tujuan
pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam
modul ini.
2. Selanjutkan pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-kata
kunci dan berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya.
3. Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih
mengerti.
4. Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telahb tersedia dalam
setiap kegiatan belajar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak
melihat kunci jawaban.
5. Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan tutor serta teman
sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya.

B. Inti
1. Capaian pembelajaran mata kuliah
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, peserta akan mampu :
1. Menjelaskan pengertian, jenis, unsur, dan teknik tari.

2. Sub capaian pembelajaran mata kuliah


Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, peserta akan mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan jenis Tari Tradisional ; Tari Primitif, Tari
Rakyat, dan Tari Klasik.
2. Menjelaskan pengertian dan jenis Tari Non Tradisional ; Tari Kreasi Baru,
Tari Modern, Tari Post Modern, dan Tari Kontemporer.
3. Menganalisis unsur utama dan pendukung dalam tari.
4. Menjelaskan teknik-teknik dalam Tari Tradisional dan Non Tra.

2
3. Pokok-pokok materi
1. Pengertian dan jenis Tari Tradisional ; Tari Primitif, Tari Rakyat, dan Tari
Klasik.
2. Pengertian dan jenis Tari Non Tradisional ; Tari Kreasi Baru, Tari
Modern, Tari Post Modern, dan Tari Kontemporer.
3. Unsur utama dan pendukung dalam tari.
4. Teknik-Teknik Tari Tradisional dan Tari Non Tradisional.

Pembahasan pertama difokuskan kepada pengertian, jenis, unsur, dan teknik tari.
Materi ini akan membantu Anda dalam menjelaskan kepada anak didik tentang
pengertian, jenis, unsur, dan teknik tari. Oleh karena itu, unduh dan simaklah
baik-baik :
Selanjtnya untuk mempermudan Anda dalam belajar, mophon perhatikan hal-hal
berikut ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar Anda benar-
benar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap bagiannya, dan
kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi, tujuan
pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam
modul ini.
2. Selanjutkan pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-kata
kunci dan berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya.
3. Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih
mengerti.
4. Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telahb tersedia dalam
setiap kegiatan belajar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak
melihat kunci jawaban.
5. Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan tutor serta teman
sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya.

3
6. Uraian Materi
a. Jenis tari
Ketika Anda melihat atau belajar tari, pernahkan Anda memikirkan
pertanyaan mengapa banyak jenis tari yang tumbuh dan berkembang di
Indonesia? dan faktor apa yang menyebabkan tumbuh dan berkembang jenis tari
di Indonesia? Kegiatan belajar satu ini membahas jenis-jenis tari, akan
membantu Anda mengenali berbagai jenis tari tradisional maupun tari non
tradisional di Indonesia maupun manca negara berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan tersebut.
Tari di Indonesia sangat banyak, para ahli tari mengklasifikasikan tari
berbagai jenis tari dari sudut pandang yang berbeda-beda. Secara umum jenis
tari dibagi dalam dua kategori yaitu tari tradisional dan tari non tradisional.
Perhatikan baik-baik klasifikasi jenis tari dalam gambar 1.1 berikut ini :

4
Upacara

Tari Fungsi Hiburan


Primitif

Tontonan

Tari tradisional Tari Dramatik


Rakyat Tema

Non
Dramatik

Tunggal

Tari Bentuk Berpasangan


Klasik Tari

Jenis Tari
Kelompok

Hiburan

Tari Kreasi Fungsi Tontonan


Baru

Sosial

Tari Pendidikan
Modern
Tari non Terapi, dsb
tradisional

Dramatik
Tari
Tema
Post
Non
Dramatik

Tunggal

Tari Berpasangan
Bentuk
Kontemporer tari
Kelompok

Gambar 1.1 Klasifikasi Tari Indonesia diadaptasi dari jenis tari yang
dikemukakan oleh Soedarsono.

5
a. Tari tradisional
Jenis tari tradisional adalah tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan
masyarakat yang memiliki alam pemikiran tradisional cirinya percaya kepada
kekuatan supranatural, percaya kepada mitologi, kekuatan binatang totem dan
rohleluhur. Masyarakat tradisional taat mempertahankan pola hidup yang
tergantung kepada alam dan meneruskan kebiasaan hidupnya secara turun
temurun.

Berdasarkan ciri masyarakat tradional tersebut, maka bentuk tarinya taat


kepada aturan-aturan tari tradisional di setiap daerah, dan fungsi tari dikaitkan
dengan keyakinan dan keperluan masyarakat setempat. Jenis tari di Indonesia
yang termasuk dalam kategori jenis tari tradisonal adalah tari primitif, tari rakyat
dan tari klasik.

1) Tari primitif
Tari primitif adalah tari yang memiliki ciri bentuk gerak, iringan, rias dan busana
yang bersahaja. Tari primitif ada di seluruh dunia pada waktu masyarakat masih
hidup dalam jaman pra- sejarah, atau sekarang pada suku-suku pedalaman yang
masih melanjutkan tata kehidupan budaya pra-sejarah. Kepercayaan animisme
dan dinamisme menjadi landasan seluruh aktivitas kehidupan suku-suku bangsa
di pedalaman, sehingga tari primitif menjadi bagian penting disetiap upacara.
Contohnya adalah tari Berburu dari Irian Jaya, memiliki ciri gerak yang
bersahaja, menggambarkan seorang pemburu sedang menusuk-nusuk tombaknya
dan dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan hasil buruan yang banyak,
menggambarkan masyarakat Irian Jaya pada masa lalu pada waktu berburu. Tari
Perang dilakukan oleh masyarakat Timorini yang dipercaya dapat mengusir
wabah penyakit. Para penari dengan berbusana dan senjata lengkap, menari
sambil bernyanyi dan berjalan berbaris keliling kampung dibarengi oleh
penduduk yang hiruk pikuk (Indonesia Indah,1996).

6
Gambar 1.1 Tari Perang dari Irian Jaya.
Sumber : http://kukau.blogspot.com/2016/11/contoh-tari-primitif.html

2) Tari rakyat
Tari rakyat adalah tari hasil garapan rakyat yang memiliki ciri penyajian
sederhana dan masih berpijak pada unsur budaya tradisional. Tari rakyat
umumnya berbentuk tarian bergembira atau tari pergaulan (Soedarsono,1992: 97-
99). Ciri koreografi tari rakyat gerak tarinya terlihat bersahaja, iringan tari dan
rias busana berpola sederhana. Penyajian tari rakyat terlihat sederhana,
mencerminkan kehidupan masyarakat yang bersahaja, masih tergantung pada
alam, lekat dengan kebiasaan gotong royong. Contoh tari rakyat diantaranya
tari Tayub dari Jawa Tengah, tari Lenso dari Ambon, tari Ketuk Tilu dari Jawa
Barat, tari Joget dari Bali, tari Gandrung dari Banyuwangi Jawa Timur, tari
Kuda Lumping dari Jawa Barat dan tari Kuda Kepang dari Jawa Tengah. Contoh
tari rakyat yang berfungsi untuk tontonan dan dilakukan berpasangan adalah
tari Oleg Tamulilingan dari Bali, sedangkan tari rakyat dilakukan berkelompok
contohnya tari Kecak dari Bali. Tidak hanya di Indonesia, hampir di belahan
dunia memiliki tari rakyat. Di Eropa banyak sekali kita temukan jenis tari
rakyat yang fungsinya untuk interaksi sosial.

Gambar 1.2. Festival Cerita Rakyat Eropa, Neustadt


Sumber : https://www.istockphoto.com/id/foto/festival-cerita-rakyat-
eropa-neustadt-di-holstein-jerman-03-agustus-2019

7
Gambar 1.3 Tari Gandrung dari Banyuwangi, Jawa Timur.
Sumber : https://www.timesjatim.com/read/20587/3/20170809/090514/tari-
gandrung-banyuwangi-semarakkan-hut-ke72-ri-di-istana-negara/

Gambar 1.4 Tari Kecak dari Bali.


Sumber : http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/08/tari-kecak.html

3) Tari Klasik
Tari klasik adalah tari yang semula tumbuh dan berkembang di istana
dalam kalangan raja dan bangsawan, mencapai kristalisasi artistik yang tinggi
dan telah pula menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang, sehingga
memiliki nilai tradisi . Bentuk tari klasik mencerminkan masyarakat istana yang
mempunyai tata kehidupan teratur, sehingga ciri koreografinya terpola oleh
aturan – aturan yang standar dan sangat baku. Contohnya: tari Bedhaya dan tari
Srimpi dari istana Surakarta maupun istana Yogyakarta, tari Legong Kraton dari
Bali (Soedarsono, 1992: 101-107). Ballet adalah contoh tari klasik dari Eropa,
tumbuh dan berkembang di Italia, Perancis, Jerman dan menyeba rsampai ke
Rusia.

8
Gambar 1.5 : Tari Ballet/Klasik Eropa
Sumber : https://www.google.com/search

Gambar 1.6 Tari Bedhaya dari Surakarta


Sumber : https://gateofjava.wordpress.com/2013/09/25/tari-bedhaya-
keraton-yogyakarta/

Gambar 1.7 Tari Legong Keraton dari Bali.


Sumber : https://dedotblog.wordpress.com/2010/10/04/tari-legong/

Tari tradisional di Indonesia memiliki tema bermacam-macam. Tari primitif


biasanya bertema religi, ungkapan kehendak dan harapan yang berkaitan upacara
siklus kehidupan manusia. Tari rakyat biasanya bertema religi, ungkapan
kehendak dan harapan yang berkaitan upacara siklus kehidupan, serta ekspresi

9
kegembiraan. Tari klasik biasanya bertema ungkapan filosofi masyarakat istana
dan tema dramatik yang bersumber dari karya sastra, sejarah maupun babad. Tari
tradisional yang memiliki cerita yang dilakukan oleh satu orang penari (tunggal),
dua orang penari (berpasangan) dan beberapa orang penari disebut dengan tari
tradisional bertema dramatik. Contoh tari tradisional tema dramatik dengan
penari tunggal, diantaranya tari Golek dari Jawa Tengah dan tari Topeng dari
Cirebon. Salah satu contoh tari dramatik berpasangan adalah tari Oleg
Tambulilingan dari Bali. Tari dramatik yang berbentuk dramatari dan penarinya
banyak, diantaranya Wayang Wong dari Jawa Tengah dan Jogjakarta,
Langendriyan dari Mangkunegaran Jawa Tengah, Langen Mandrawanara dari
Jogjakarta, Sendratari Ramayana di kompleks candi Prambanan, Arje (Bali) dan
Mak Yong (Riau). Tari non dramatik ialah tari yang tidak menyampaikan cerita
atau drama, contoh: tari Pendet dari Bali, Joged dari Bali, tari Tayub dari
Jawa Tengah, tari Gending Sriwijaya dari Palembang, dan berbagai jenis tari
klasik.

Gambar 1.8 : tari Gending Sriwijaya


Sumber: //www.google.com/search?q=gambar+tari+gending+sriwijaya&tbm

10
b. Tari Non Tradisonal
Tari non tradisional adalah jenis tari yang tumbuh dan berkembang di
kalangan masyarakat yang tidak taat kepada pola hidup dan kebiasaan turun-
temurun dan memiliki pola hidup berciri modern. Oleh karena itu, bentuk tari
non tradisional tidak taat kepada kaidah tari tradisional. Jenis tari non
tradisional adalah tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern dan tari
kontemporer.

1) Tari kreasi baru


Tari kreasi baru adalah jenis tari tradisional yang modifikasi menjadi
bentuk baru. Ciri tari kreasi baru adalah pola dan unsur-unsur tari tradisional
masih jelas terlihat, namun dibagian-bagian tertentu diberi bentuk baru.
Modifikasi bentuk tari terlihat dari susunan gerak, variasi gerak, durasi waktu,
ritme dan tempo iringan, atau tata rias dan busana atau unsur tari tradsional
lainnya. Salah satu tujuan diciptakannya tari kreasi baru menurut Soedarsono
(1992: 112-116) adalah menghasilkan tari tradisional yang dapat ditonton oleh
siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Faktor yang mendorong pemikiran
pentingnya diciptakan tari kreasi baru karena banyak tari tradisional yang tidak
dapat dilihat sewaktu-waktu karena penyelenggaraan tari tradisisonal biasanya
terikat oleh aturan waktu, tempat dan peristiwa khusus. Contoh tari kreasi baru
yang masih menggunakan unsur dan pola seni tari tradisional, diantaranya I
Nyoman Mario tahun 1925 menciptakan tari Kebyar Duduk dan Kebyar
Terompong dan pada tahun 1931 menciptakan tari Tamulilingan. I Nyoman Kaler
pada tahun 1933 menciptakan tari Panji Semirang. Tahun 1962 I Wayan Dibia
menciptakan tari Manuk Rawa dan tari Cak kreasi baru. Tari Yapong dan tari
Wira Pertiwi, tari kreasi baru yang diciptakan oleh Bagong Kussudiardjo,
sebelumnya dirintis oleh I Nyoman Mario tahun 1925 menciptakan tari Kebyar
Duduk dan Kebyar Terompong dan pada tahun 1931 menciptakan tari
Tamulilingan. Lalu I Nyoman Kalerpada tahun 1933 menciptakan tari Panji
Semirang. Tahun 1962 I Wayan Dibia menciptakan tari Manuk Rawa dan tari
Cak kreasi baru. (Soedarsono, 1992: 111-116). Tari Bajidor Kahot modifikasi

11
dari tari Jaipongan, tari Sekar Jagat modifikasi dari tari penyambutan tamu
seperti pendet dan Payemgrame dari Bali, tari Lenggang Nyai modifikasi gerak
tari cokek perempuan dan Kembang ronggeng modifikasi dari tari tradional
Betawi dan tari kreasi baru lainnya yang masih menggunakan unsur dan pola tari
tradisional.

Gambar .1.9. : Tari Wirapertiwi Karya Bagong Kussudihardjo


Sumber : https://www.google.com/search?q=gambar+tari+wira+pertiwi&sxsrf

Gambar 1.10 : Tari Payung


Sumber : https://www.google.com/search?q=gambar+tari+payung&sxsrf=ALiCzsZng8Z8aP5eaeJRc

12
Gambar 1.11 Tari Kreasi Baru Bajidor Kahot dari Jawa Barat.
Sumber : https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tari-bajidor-
kahot-tari-kreasi

2) Tari modern
Tari modern adalah jenis tari yang tumbuh dan berkembang mulai tahun
1890 dan berlangsung sampai dengan sekitar tahun 1945 an, ciri yang sangat
menonjol dari tari modern adalah (1) tampilan gaya individu yang sangat kuat
dalam karya tarinya; dan (2) adanya inovasi yang baru dalam tari modern.
Ciri tari modern yang pertama adalah gaya individu koreografer tampil kuat
dalam karya tarinya. Ciri pertama dalam tari modern tersebut, didasari oleh
pemikiran modernisme yang ditandai dengan ciri pemikiran yang logis untuk
memperoleh pengetahuan yang objektif, teoritis dan analitis. Karya seni
dianggap sebagai kreasi unik dari seniman. Seniman adalah orang-orang yang
serius dalam memproduksi karya seni, karya seni tidak lagi dianggap memiliki
satu makna yang unik, sehingga setiap orang dapat memberikan makna sendiri
terhadap karya seni.

Implikasi dari pemikiran modernisme tersebut dalam konteks tari adalah


tari tidak lagi hasil produksi masyarakat yang besifat komunal seperti dalam tari
tradisional, tetapi tari merupakan hasil kreasi dari individu koregrafer, sehingga
menampilkan gaya individu sangat penting. Koreografer bebas memberikan
makna terhadap segala sesuatu yang menjadi sumber ide tarinya dan penonton
bebas memberikan makna terhadap tari yang dilihat karena tidak lagi terikat oleh
satu makna yang unik seperti dalam tari tradional. Kebebasan memberikan makna
itulah esensi dari ciri tari modern yang selama ini disebut dengan tari yang
mementingkan kebebasan. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, maka salah
satu ciri dari jenis tari modern adalah tari yang menonjolkan gaya individu
koreografer.
Tari modern muncul karena reaksi positif dari para koreografer terhadap
gerakan modernisme pada jaman tersebut. Contohnya, Isadora Duncan seorang
pelopor tari modern pada tahun 1890 di Amerika, ciri tarinya menekankan
kepada spontanitas, Karya Lois Fuller pada tahun 1892 di Eropa yang memiliki
ciri pada pemanfaatan lampu panggung dan peralatan tari. Lalu Ruth St. Denis

13
pada tahun 1877 yang karyanya berkiblat kepada seni dan filsafat Timur.
Kemudian kelompok Denis dan Shawn pada tahun 1914 menampilkan tema
Timur dengan materi gerak gaya Spanyol dan Indian yang mempunyai ciri
menyederhanakan teknik ballet dan mulai menemukan teknik tari modern.
Selanjutnya muncul Mary Wigman dengan ciri konsep tari bahwa tari sebagai
ekspresi seni mandiri tanpa musik.Martha Graham pada tahun 1960- an
menciptakan tari gaya abstrak dan Alwin Nicoles menciptakan tari yang
mempunyai ciri perpaduan suara, cahaya, properti yang aneh-aneh dan
gerakyang menakjubkan (Soedarsono 1992: 120-127).
Ciri tari modern yang kedua adalah adanya inovasi baru dalam tari
modern. Inovasi yang dilakukan oleh koreografer bermacam-macam, diantaranya
inovasi dari aspek tema, teknikmenari, media ekspresi tema tidak hanya gerak
tubuh, namun dikombinasi dengan gerakan benda, teknologi animasi atau hal
baru lainnya.

Tari modern tumbuh di Indonesia diawali dari kedatangan para seniman


tari Indonesia yang telah menyelesaikan belajar tari modern di Amerika dan
Eropa, antara lain Bagong Kussudiharjo, Wisnu Wardana, Sardono. W. Kusumo,I
Made Bandem, I Wayan Dibia, Farida Faisol, Enoch Atmadibrata dan lainnya.
Perkembangan tari modern di Indonesia di Indonesia telah menemukan ciri
khasnya yang terlihat ide dasar tari berasal dari budaya daerah setempat atau
dari budaya lain, tema tari relevan dengan persoalan, situasi dan kondisi
masyarakat saat ini, dan gaya individu sangat jelas terlihat pada tampilan
koreografi.

3) Tari Postmodern
Tari postmodern adalah jenis tari yang lahir pada abad akhir ke 20 atau
sekitar tahun 1930 an seiring dengan lahirnya gerakan postmodernisme dibidang
seni yang dipelopori oleh Fererico de Onis. Banyak ahli yang berpendapat
mengenai pengertian postmodernisme Graffin, Rosenau, Buidrillard, Lyotard,
Giddens, Dowell dan Bob Hostetler Cliff, Al Gore, Harris, Foucault, Habermas,
Rosenau, Eagleton (Lihat tautan postmodernis.bogspot.co.id). Intinya bahwa
pemikiran postmodernisme merupakan tanggapan dan koreksi dari pemikiran
modernisme. Ciri pemikiran postmodernisme adalah cara berpikir untuk
menggambarkan situasi yang berkaitan dengan perubahan kondisi yang sedang
14
berlangsung, mencoba memecahkan masalah kehidupan sosial budaya.
Tari postmodern merupakan reaksi para koreografer yang mendukung
gerakan posmodernisme yang memberikan koreksi kepada modernisme.
Postmodernisme merupakan sikap dan rasa tidak puas koreografer terhadap
modernisme yang mendorong pemikiran baru untuk keluar dari modern
menuju masa baru yang disebut dengan postmodern (masa setelah modern),
hasilnya berupa tari postmodern. Ciri-ciri tari postmodern adalah tema tari
mengarah kepada kritik sosial, bentuk koreografi tidak terikat pola dalam tari
modern, penyerhanaan bentuk dari elemen-elemen pendukung tari, namun ciri
utamanya adalah visualisasi pemikiran postmodern yang mencerminkan
pemikiran kritis terhadap kondisi ke dalam koreografi.

Tari Kontemporer

Tari kontemporer adalah tari yang mencerminkan jiwa jaman saat ini. Jiwa
jaman yang mutakhir. Ciri kekinian yang cenderung musiman karena mengikuti
selera atau tren bentuk dan gaya hidup yang tercermin dalam food, fashion dan
film, serta pemikiran-pemikiran yang sedang mutakhir berkembang di
masyarakat pada saat ini. Kontemporer berasal dari kata contemporary yang
menunjukkan waktu sekarang, satu waktu atau zaman. Seni kontemporer menurut
Fuad Hasan adalah seni yang menggambarkan zeitgeist atau jiwa masa kini. Umar
Kayam menjelaskan bahwa seni kontemporer adalah seni yang menunjukkan daya
cipta yang hidup dan kondisi kreatif dari masa terakhir (Sedyawati, 1981:122).
Berdasarkan pendapat tersebut bahwa tari kontemporer terkait dengan ide,
bentuk, gaya tari yang sedang populer dari masa terakhir. Contohnya saat ini
telah masuk era disrupsi. Secara etimologi era disrupsi artinya hal yang tercabut
dari akarnya. Ciri era ini adanya perubahan berpikir dari berpikir reduksionis
(berpikir terlalu kecil dan sempit dalam menganalisis masalah), kepada berpikir
kreatif yang kaya perspektif dan alternatif, serta melalui riset multidisipin dan
transdisiplin (Gardiner, dkk, 2017:55-68). Maka, tari yang termasuk dalam tari
kontemporer saat ini adalah tari yang mencerminkan pemikiran yang analitis
terhadap suatu masalah, kreatif dalam solusi masalah berdasarkan hasil
pendalaman atau riset dari berbagai sudut pandang keilmuan yang tercermin
dalam tema, bentuk maupun isi koregrafi. Tari karya koreografer Indonesia
yang masuk dalam kategori jenis kontemporer selalu berbeda dari waktu ke
15
waktu, karena hanya jenis tari yang berciri kekinian dari sisi bentuk, fungsi dan
isi yang relevan dengan pemikiran, situasi serta hal-hal yang sedang mutakhir
saja yang dapat masuk dalam kategori jenis tari kontemporer

Contoh tari yang dianggap memiliki ciri kekinian pada sekitar tahun 1990
an adalah tari yang sumber inspirasinya dari budaya lokal, untuk mencerminkan
situasi dan persoalan masyakat, dikemukakan dalam tari yang mencerminkan
ciri khas gaya tari individu koreografer. Maka tari yang masuk dalam kategori
tari kontemporer pada masa tersebut, diantaranya: adalah tari Legong
Kontemporer oleh Bulantrisna Djelantik sumber dari budaya lokal Bali ; tari
Akkarena oleh Wiwiek Sipala sumber inspirasi dari budaya lokal Sulawesi dan
gerak tari Pakarena; Ambojo Imbau oleh Tom Ibnur sumber inspirasi dari budaya
Minang; Bedaya Rara Mendut oleh R. Sambas Wirakusumah sumber
inspirasinya dari budaya lokal Sunda; Cak Tarian Rina oleh Sardono W Kusumo
sumber inspirasi dari dramatari Bali atau budaya lokal Bali; Damarwulan oleh
Retno Maruti sumber inspirasi dari budaya lokal Jawa Tengah, dan jenis tari
kontemporen tahun 1990an lainnya (Direktori Seni Pertunjukan Kontemporer,
1999; 19-22). Pada dekade pertama tahun 2000 an jenis tari kontemporer
yang berkembang adalah kolaborasi antara hip hop dengan tari tradisi. Pada
dekade ke dua tahun 2000 an, jenis tari kontemporer yang berkembang adalah
tari yang cenderung kepada Korean Pop (K-Pop), cirinya menitik beratkan
kepada ritme gerak dan gerakan yang unik, misalnya variasi gerak kaki sehingga
mudah diingat dan diikuti. Kesan intertaiment sangat kuat dalam tari jenis ini.
Dalam K-Pop tari merupakan unsur penting dalam musik group vokal baik
boyband maupun gilrband. Untuk memperoleh penjelasan ciri tari K-Pop,
silahkan Anda lihat dalam tautan :

Selain jenis tari yang cenderung kepada K-Pop pada dekade kedua tahun
2000-an saat ini juga berkembang jenis tari yang memanfaatkan teknologi
tata pentas yang canggih misalnya dengan menggunakan efek sinar laser
sebagai bagian penting dalam konsep tari. Berdasarkan contoh-contoh tari
kontemporer yang kekinian pada masanya tersebut. Maka, dapat disimpulkan
bahwa tari kontemporer akan berbeda dari waktu ke waktu, mengikuti
kecenderungan yang sedang digemari oleh masyarakat pada masa kini.

16
Pembahasan kedua merupakan unsur-unsur yang ada pada tari. Unsur-unsur
yang ada pada tari terdiri dari unsur utama dan unsur pendukung. Materi ini akan
membantu Anda dalam menjelaskan kepada anak didik tentang unsur-unsur
yang ada di dalam tari, baik unsur utama maupun unsur pendukung tari. Oleh
karena itu, unduh dan simak baik-baik materi tentang unsur-unsur tari dalam file
pdf berikut ini.

1. Elemen Tari
Terdapat 2 unsur penting di dalam tari, yaitu elemen utama dan elemen
pendukung. Unsur utama tari adalah gerak, dan unsur pendukung tari adalah
iringan tari, level dalam tari, pola lantai, rias dan busana tari, tata pentas, tata
cahaya dan tata suara, serta tema dalam tari.

a. Elemen Tari
Unsur utama tari adalah gerak. Gerakan manusia berdasarkan fungsinya
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu gerak bekerja, gerak bermain dan gerak
berkesenian (Amir Rochiatmo,1986). Gerak bekerja merupakan gerak yang
dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, sebagai
contoh misalnya gerak menanam padi, memetik buah, mencuci, memulung, dan
sebagainya. Gerak bermain, yaitu gerak yang dilakukan untuk kepentingan
mempraktekkan ketrampilan-ketrampilan gerak sehari-hari yang didalamnya
sering dipandang kurang berfaedah. Di dalam gerak bermain, jika melibatkan
orang lain, fungsinya untuk menguatkan kesenangan bagi pelakuknya. Gerak
berkesenian, gerak yang dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman batin dan
perasaan seseorang dengan harapan untuk mendapatkan tanggapan orang lain.
Sehubungan dengan gerak dalam tari, Thraves dan Wiiliamson (1993:1)
menyatakan bahwa “These movement, necessary for living can be extended by
reguler practice into another dimension. They can become a dance”. Dalam hal
ini Thraves dan Williamson ingin menegaskan bahwa pada dasarnya tari berasal
dari gerak yang dimiliki oleh manusia yang dapat dikembangkan menjadi suatu
tarian. Sesuai dengan pendapat tersebut, John Martin (1989: 8) menyatakan bahwa
materi dasar dari tari adalah gerak.
Membedakan gerak tari dengan gerak lainnya maka dapat ditinjau dari
beberapa fungsi gerak yang dihasilkan oleh tubuh manusia. Menurut fungsinya,
gerak pada dasarnya dapat dibedakan antara gerak keseharian, gerak olah raga,
gerak bermain, gerak bekerja dan gerak dalam berkesenian. Tari termasuk ke

17
dalam gerak berkesenian, menurut Murgianto (1986: 22-23), gerak dalam
kesenian termasuk gerak menari merupakan gerak yang dilakukan untuk
mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang dengan harapan untuk
mendapat tanggapan orang lain.

Rusliana (1984: 6) menegaskan pula, dalam tari bukan merupakan gerak


keseharian, melainkan ungkapan sikap dan gerak yang telah mengalami proses
atau paduan dari sensabilitas, imajinatif, intelektualitas serta atas kesadaran nilai-
nilai estetis. Demikian pula Soedarsono (1997 81-82) yang mengatakan bahwa
gerak tari adalah gerak yang telah mengalami perombakan melalui proses distorsi
atau stilasi sehingga menjadi suatu gerakan yang indah dan mampu menyentuh
perasaan manusia. Menggiring pendapat tersebut, maka tari mempunyai substansi
dasar gerak. Gerak memiliki ruang, tenaga dan waktu sehingga menjadi
bermakna dan dapat dikomunikasikan melalui simbol-simbolnya.
Contoh:

Gambar 1.2 Tari Etis Megasari.


(sumber : https://www.google.co.id/search?q=gambar+tari+kontemporer)

18
GAmbar 1.13 Gerak tari.
(Sumber: Dokumentasi Dinny, 2014)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gerak secara umum terbagi


menjadi dua yaitu: 1) gerak keseharian atau gerak yang dilakukan sehari-hari
tanpa memiliki unsur ruang, waktu dan tenaga, dan 2) gerak yang berirama,
memiliki aturan dan berekspresi yang disebut dengan gerak tari.
Gerak pada tari memiliki pesan, tujuan atau makna yang ingin disampikan
kepada penontonnya, namun apakah semua gerak tari memiliki makna? Gerak
dalam tari terbagi menjadi: 1) gerak maknawi (gesture) yaitu gerak yang memiliki
arti seperti gerak kupu-kupu terbang, gerak nelayan menjala ikan, gerak petani
mencangkul, dan 2) gerak murni (gerak yang tidak memiliki makna). yaitu gerak
yang diciptakan hanya untuk keindahannya saja, misalnya gerak-gerak yang
terdapat dalam tari jaipongan dan gerakan yang dilakukan oleh para penari latar
dan sebagainya.
Contoh:

Gambar 1.14 Gerak murni.


(Sumber: https://www.google.co.id/search?q=gambar+tari+jaipongan)

Jika Anda telah paham tentang gerak sebagai elemen utama dalam dari
tari, marilah kita lihat kembali deskripsi gerak dalam tari, bahwaa gerak dalam tari
adalah gerak keseharian yang telah diberi sentuhan seni dan merupakan eksprasi
jiwa manusia. Ada dua macam gerak di dalam tari, yaitu: 1) Gerak murni (pure
movement), yaitu gerak yang diciptakan hanya untuk keindahannya saja,
contohnya gerak-gerak dalam tari jaipongan, gerak sabetan (dalam tari Jawa), dan
sebagainya. 2) Gerak maknawi (gesture), yaitu gerak yang mengandung arti,
misalnya gerak menanam padi, burung terbang, ulap-ulap (dalam tari Jawa), gerak
bermain, dan sebagainya.

19
Terdapat 2 fungsi gerak dalam tari yaitu: a) fungsi internal yaitu gerak gerak
yang mempunyai makna bagi diri penari. Hal ini dapat dilihat dari fungsi gerakan
tubuh bagi si penari, misalnya sebagai sarana ekspresi dalam mengungkapkan
kegembiraan atau kesenangan, seperti berbagai macam tarian spontanitas
pergaulan yang semata-mata sebagai partisipasi dalam kelompoknya. Bahkan ada
pendapat tari dapat bermula dari cara-cara yang biasa dipakai manuasia untuk
mengungkapkan emosi gerak keseharian.
Anak kecil bersenang-senang dengan ungkapan emosi gerak menari-nari,
seseorang tiba-tiba takjub mendengar berita yang menghebohkan,dan sebagainya.
Selain sebagai ungkapan kesenangan, fungsi gerakan dalam tari juga sebagai
upaya terapi, yaitu sebagai sejenis penyembuhan untuk membantu dirinya agar
memiliki kemampuan yang mendorong dirinya sendiri untuk mengatasi masalah
di dalam kehidupannya, serta membantu seseorang untuk berkreasi dan
berintegrasi dengan lingkungan sosialnya. Gerak tari sebagai bagian dari terapi
tidak ditonjolkan sebagai “seni Pertunjukan” yang dapat dinikmati atau ditonton,
tetapi lebih mementingkan arti terapi atau usaha membantu penyembuhan (Hadi,
2005); b) Fungsi eksternal, yaitu gerak tari yang dikategorikan sebagai peniruan
dan ssimbol. Gerak tari peniruan sebagai ungkapan ekspresi orang/penari
terhadap lingkungannya. Sebagai contoh misalnya, dalam tari berburu dari Papua,
gerakannya menirukan binatang yang akan diburu, tari Merak gerakan-
gerakanntya merirukan keindahan bulu dan kelincahan perilaku burung merak.

b. Elemen Pendukung Tari


i. Iringan Tari
Iringan di dalam tari memegang peranan penting, tari dan iringan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, karena keduanya berasal dari sumber yang sama
yaitu dorongan atau naluri ritmis. Seperti yang diungkapkan Humphrey (1964:
132) bahwa pada dasarnya tari membutuhkan kehadiran musik sebagai
pendampingnya. Keterikatan tari dengan musik dinyatakan Doubler (1985: 156)
dalam kutipan “sebagai dorongan dinamik susunan ritmisnya, di samping kualitas-

20
kualitas melodik dan harmonisnya, musik adalah suatu yang terpenting dari semua
partner tari”. Dari pernyataan tersebut dapat digarisbawahi unsur ritme sebagai
dasar penggerak kerjasama antar tari dan musik.
Musik dalam tari dapat memberikan keselarasan, keserasian dan
keseimbangan yang dipadukan menjadi satu kesatuan yang hidup. Keselarasan
mengandung maksud antara jiwa dan melodi lagu dengan jiwa gerak-gerak tari
yang diiringinya selaras, sehingga penonton merasakan keindahan atau kecocokan
musikal melalui pendengaran. Keserasian mengandung maksud kecocokan antara
musik iringan dengan gerak tari melalui indera penglihatan penonton dan
penggarap seni itu sendiri, sedangkan keseimbangan mengandung maksud
kecocokan rasa musikalitas dengan yang diiringinya yaitu tari (Jazuli, 2008: 10).
Melalui musik sebagai iringan tari ini pula pesan atau makna gerak yang
ingin disampaikan akan lebih komunikatif, sehingga tari tersebut mempunyai jiwa
atau roh dalam pengungkapannya. Dengan demikian, tari artinya ekspresi jiwa
yang diungkapkan melalui gerak, memiliki makna dan nilai estetis, sehingga dapat
menggugah penonton.
Fungsi iringan dalam tari dapat dilihat dari tujuan atau pesan yang ingin
disampaikan dalam tari, sehingga ada iringan tari yang berfungsi sebagai
pengiring tari, pendukung suasana dan pembuat ilustrasi tari. Fungsi iringan tari
sebagai pengiring tari dapat dilhat dari tari-tari tradisi atau kreasi yang sudah
berkembang, seperti tari Gambyong, tari Merak, tari Topeng Blantek, tari
Pakarena, tari Yospan, tari Serampang Dua Belas, dan tari lainnya. Fungsi tari
sebagai pendukung suasana, apabila tari tersebut memiliki tema tetentu, misalnya
tema percintaan, kematian, yang iringannya harus dibuat sedemikian rupa agar
penonton memiliki perasaan yang mendukung terhadap tema tersebut. Sedangkan
fungsi iringan tari sebagai ilustrasi, biasanya dapat dilihat pada penari-penari latar,
di mana gerak tarinya terkadang mengikuti iringan tari yang didengar atau dapat
bertolak belakang tidak sesuai dengan iringan tari yang sering disebut dengan off
beat.

21
Ritme atau irama dalam iringan tari merupakan pengulangan bunyi
menurut pola tertentu dalam sebuah lagu. Misalnya lagu Sirih Kuning yang
dijadikan tari Cokek pada Tari Betawi terdapat gerak yang mengikuti
pengulangan pola irama. Biasanya irama keluar dari perasaan seseorang
sehubungan dengan apa yang dirasakan dan diekspresikan ke dalam gerak tari.

ii. Level dalam Tari


Level adalah tinggi rendahnya penari dalam melakukan gerakan. Level
dalam gerak tari dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu level tinggi, sedang, dan
rendah. Dalam gerak tari, level tinggi menunjuk pada gerakan-gerakan yang
mengarah ke garis vertikal, contohnya gerak melompat, menjinjitkan kaki, tangan
cenderung mengarah ke atas. Dalam tari-tari tradisional di Indonesia yang
bertema perang seperti tari-tarian di Papua, gerak perang dalam tari gaya
Yogyakarta, gerak srisig dalam tari Gatotkaca Gandrung dari tari klasik gaya
Surakarta, tari Baris dari Bali, dan sebaginya.
Sedangkan yang tergolong dalam gerak yang berlevel sedang menunjuk
pada posisi penari yang bergerak dalam posisi berdiri secara lurus di atas pentas.
Level sedang ini banyak terdapat dalam tari-tari tradisional di Indonesia, misalnya
Jawa, Sunda, Kalimantan, tari Melayu, dan sebagainya. Level rendah merupakan
gerak yang dilakukan oleh penarai dalam posisi yang rendah seperti merunduk,
duduk, atau bahkan berguling di lantai pentas

Gambar 1.15 Tari dengan Level Tinggi.


(Sumber : Prodi Pendidikan Tari FBS UNJ, tahun 2007)

22
Gambar 1.16 Tari dengan Level Sedang.
(Sumber : https://www.google.com/search?q=gambar+tari+pakarena)

Gambar 1.17 Tari dengan Level Rendah.


(Sumber : Program Stu Pendidikan Tari FBS UNJ)

iii. Pola Lantai dalam Tari

Pola lantai sering disebut juga dengan disain lantai, yaitu Desain lantai adalah
garis-garis lantai yang dilalui oleh seorang penari atau garis-garis di lantai yang
dibuat oleh formasi penari kelompok. Secara garis besar ada dua pola garis dasar
dalam pada lantai yaitu garis lurus dan garis lengkung.
Pada garis lurus dapat dibuat ke depan, ke belakang, ke samping atau serong.
Selain itu garis lurus dapat membentuk desain huruf V atau kebalikannya,
segitiga, segiempat, huruf T, Y atau desain zig-zag. Garis lurus memberikan kesan
sederhana tetapi kuat. Garis lurus banyak digunakan pada tari tradisional baik
klasik maupun kerakyatan. Garis lengkung dapat dibuat melengkung ke depan, ke
belakang, ke samping dan serong.

23
Sedangkan pada garis dengan desain lengkung dapat dibuat desain
lengkung ular, lingkaran, angka tiga atau delapan juga bentuk spiral. Garis
lengkung memberikan kesan lembut tetapi juga lemah. Garis lengkung banyak
digunakan pada tari-tarian primitif dan tari-tarian komunal yang kebanyakan
berciri sebagai tari bergembira, misalnya tari Kecak dari Bali, tari Serampang Dua
Belas dari Sumatera, dan sebagainya.
Dengan demikian pada satu tarian dapat dibuat dengan variasi garis atau
pola lantai dapat pula satu bentuk desain garis pola lantai yang digunakan. Pada
tari tradisi tertentu yang berakar dari rakyat dengan ciri pola lantai sederhana
biasanya hanya menggunakan beberapa desain pola lantai garis lurus dan garis
lengkung.

Gambar 1.18. Lintasan garis yang dilalui penari.

Gambar 1.19 Lintasan garis yang dilalui penari menuju posisi terakhir.

24
Gambar 1.20 Keterangan gambar cara membuat pola lantai pada naskah tari.

Level dan pola lantai dalam tari sangat penting untuk diperhatikan,
gabungan beberapa level dan pola lantai yang digunakan dalam tari akan
menghasilkan gerak yang dinamis dan estetis. Pada tarian tertentu memiliki level
dan pola lantai yang tidak bisa diubah-ubah, seperti pada tari klasik Bedhoyo.
Level dan pola lantai pada tari tersbut memiliki makna dan filosofi yang tinggi.
Hal ini terkait dengan tujuan tari itu sendiri.
Selain permainan level dan pola lantai, tari tidak terlepas dari iringan atau
musik pengiringnya.

Gambar 1.21 Contoh Tari Menggunakan Pola Lantai Garis Lurus.


(Sumber : https://www.silontong.com/2019/08/09/pola-lantai-tari-saman/)

iv. Rias dan Busana Tari


1) Tata Rias
Tata rias secara umum dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan
wajah menjadi lebih sempurna. Pada dasarnya, tata rias bukan sesuatu yang asing
bagi semua orang, khususnya kaum wanita sebab tata rias merupakan aspek untuk

25
mendukung penampilan dan telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Rias di dalam
tari bukan sekadar bertujuan untuk menjadikan penari menjadi cantik atau
ganteng. Tata rias tari mempunyai beberapa fungsi yang benar-benar membantu
pertunjukan karya tari menjadi lebih baik.

Fungsi Tata Rias :


1. Menyempurnakan penampilan wajah. Tata Rias bisa menyempurnakan
kekurangan pada tampilan penari. Penyempurnaan wajah dilakukan pada
penari yang tidak sesuai dengan karakter tari yang di bawakan.
2. Membantu menunjukkan perwatakan atau karakter penari. Tata rias berfungsi
melukiskan watak tarian dengan mengubah tampilan wajah penari
menyangkut aspek usia, ras, bentuk wajah.
3. Memberi efek gerak pada ekspresi wajah seorang penari di atas panggung,
karena tampilan penari tampak datar ketika tertimpa cahaya lampu. Oleh
karena itu dibutuhkan tata rias untuk menampilkan dimensi wajah penari.
4. Memperjelas garis-garis wajah penari untuk mengekspresikan gerak-gerak
tari. Fungsi garis tidak sekedar menegaskan, tetapi juga menambahkan
sehingga terbentuk tampilan yang berbeda dengan wajah asli pemain.
5. Memberi nilai tambah keindahan karya tari. Dengan tata rias yang baik
tentunya akan menambah keindahan karya tari yang ditampilkan. Anda dapat
membayangkan apa jadinya jika sebuah tarian disajikan tanpa didukung
dengan tata rias.
Agar tata rias tari dapat menunjang pertunjukan tari, maka dalam penataan rias
penari perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Rias Hendaknya mencerminkan karakter tokoh/peran.
2. Kerapian dan kebersihan rias perlu diperhatikan.
3. Jelas garis-garis yang dikehendaki.
4. Ketepatan pemakaian desain rias.
Tata rias dan tata busana berupakan unsur penunjang sajian tari yang juga
dianggap penting, karena fungsi tata rias adalah merubah karakter pribadi ke
dalam karakter tarian yang dibawakan, demikian pula dengan tata busananya.

26
Pada awalnya busana yang dikenakan oleh penari adalah pakaian sehari-hari, pada
perkembangannya, busana dalam tari dirancang berdasarkan kebutuhan penyajian
tari dan sesuai dengan budaya masyarakat pendukungnya.

2) Busana Tari
Tata busana tari merupakan unsur pendukung yang menentukan keindahan,
pemaknaan pada tari itu sendiri serta dapat menentukan karakter tari yang
dibwakan penari. Pada prinsipnya, busana tari harus enak dipakai, enak
dipandang, dan tidak mengganggu gerak penari. Unsur pendukung dalam bentuk
kostum atau busana tari ini biasanya memiliki filosofi dan menggambarkan isi
dari tari. Hal ini dapat dilihat dari warna kostum yang digunakan, karena warna
memiliki arti tersendiri seperti warna kuning yang berarti keagungan, warna putih
kesucian, dan seterus. Pada tari tradisi kerakyatan biasanya warna-warna
menyolok sering digunakan, dan pada tari klasik lebih banyak menggunakan
warna keemasn, perak, dan merah.
Warna pada kostum memiliki simbol-simbol tersendiri, begitu juga ornamen
yang terdapat dalam kostum, dan kekhasan atau ciri daerah yang sering dijumpai
pada tari-tari rakyat. Kostum tidak semata-mata digunakan hanya untuk keindahan
tetapi juga memiliki fungsi yang mendukung terhadap karakter tari.
Fungsi Tata Busana :
1. Memperjelas tema tari. Busana tari berfungsi untuk mendukung tema atau isi
tari dan untuk memperjelas peranan-peranan dalam suatu sajian tari. Busana
tari secara umum terdiri atas baju, celana, kain, selendang, ikat kepala,
mahkota, dan lain-lain. Tata busana untuk keperluan pementasan tari biasanya
dirancang khusus sesuai dengan tema tarinya.
2. Membantu menghidupkan karakter dan peran penari. Artinya busana yang
dikenakan penari sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya, umurnya,
kebangsaannya, status sosialnya, kepribadiannya. Bahkan tata busana dapat
menunjukkan hubungan psikologisnya penari dengan tarianya.
3. Membantu ekspresi penari dalam melakukan gerak tari. Artinya penari harus
dapat membawakan tari tanpa terganggu oleh busananya. Busana tidak harus

27
dapat memberi bantuan kepada penari tetapi busana harus sanggup menambah
efek visual gerak, menambah indah dan menyenangkan dilihat disetiap posisi
yang diambil penari.
4. Memberikan nilai tambah pada segi estetika dan etika. Tarian yang dibawakan
dengan tata busana yang baik tentunya akan lebih indah dan menarik untuk
disaksikan (Sumber: http://www.mikirbae.com/2016/03/unsur-unsur-
pendukung-dalam-tari.html)
Pada penyajian tari akan lebih menarik untuk disaksikan apabila didukung
oleh tata busana yang baik. Oleh karena itu di dalam penataan dan penggunaan
busana tari hendaknya senantiasa mempertimbangkan hal hal sebagai berikut:
1. Busana tari hendaknya enak dipakai dan sedap dilihat oleh penonton
2. Penggunaan busana selalu mempertimbangkan isi/tema sehingga dapat
menghadirkan suatu kesatuan antara tari dan tata busana
3. Penataan busana hendaknya dapat merangsang imajinasi penonton
4. Desain busana harus memperhatikan gerak tari, agar tidak mengganggu penari
saat bergerak.
5. Busana sebaiknya dapat memberi gamabaran atau karaktertari kepada
penarinya.
6. Keharmonisan dalam pemilihan atau perpaduan warna busana harus
diperhatikan.

Adapun dalam merancang busana tari hendaknya kita memperhatikan 5 (lima)


fungsi busana tari, yaitu :
1. Fungsi psikis ; busana aalah lingkung penari yang peling dekat dan akrab,
komportabilitas pemakainyasangat menentukan bagi keberhasilan tariannya.
Busana mrupakan pendukung secara moril bagi penari yang memakainya,
kesenangan bagi pemakainya, dan akan mendorong penari untuk menari
secara baik.
2. Fungsi fisik: busana adalah penutup aurat dan bagian tubuh lainnya yang perlu
menurut konsep tertentu agar memungkinkan bergerak secara nyaman saat
menari. Busana merupakan pelindung tubuh dan pengaruh sekelilingnya,
mencegah pengaruh iklim yang merugikan penaridalam pementasannya.
28
3. Fungsi artistik : busana merupakan aspek seni rupa dalam penampilan tari. Ia
akan menggambarkan identitas tarian melalui garis,bentuk, corak, dan warna
busana
4. Fungsi estetis: busana adalah unsur keindahan dalam tarian yang menyatu
dengan tubuh penari, dengan unsur ini maka tarian merupakan satu kesatuan
yang dihayati keindahaannya . Busana merupakan unsur keserasian bagi tubuh
penari dan tarian itu sendiri, penampilan peran karakteristikharus
diungkapkan oleh busana, dengan tujuan tarian tampil secara harmonis.
5. Fungsi Material : Dalam penampilan tari tunggal kehadiran penari di atas
pentas harustertonjolkan di antara unsur-unsur penyertanya, misalnya
keberadaan dekorasi (jika ada). Dalam tarian kelompok penampilan
penariharus merupakan kesatuan, dan dalam dramatari/sendratari seorang
penari harus merupakan unsur kesatuan peranan dalam tema/cerita yang
dipentaskan.

Gambar 1.22 Contoh Busana Tari.


(Sumber : https://berbol.co.id/tarian-betawi/)

29
v. Tata Pentas
Apapun bentuknya, suatu pertunjukan selalu memerlukan ruangan guna
menyelenggarakan. Ruangan tempat pertunjukan dengan sebutan pentas, dapat
berupa lapangan, pendapa, halaman pura atau gedung pertunjukan yang sering
disebut dengan stage, yang disebut dengan pentas tertutup.
Pertunjukan tari tradisional di lingkungan rakyat biasanya dipentaskan di
lapangan terbuka, seperti bentuk pertunjukan reog Ponorogo, Jathilan, tari-tarian
di daerah pedalaman Kalimantan, Sulawesi, Papua dan sebagainya. Sedangkan di
kalangan istana di jawa biasanya tari dipertunjukkan di pendapa yaitu suatu
bangunan yang berbentuk joglo yang mempunyai 4 tiang penyangga atau saka
guru. Pada tempat pertunjukan seperti ini biasanya penonton dapat menyaksikan
pertunjukan dari berbagai arah. Sedangkan tari yang dipentaskan di gedung
pertunjukan hanya dapat dilihat dari satu arah penonton saja, misalnya di aula
sekolah, dan sebagainya.

Gambar 1.23 Contoh Gedung Pertunjukan.


(Sumber : http://www.kuratorial.dkj.or.id/spesifikasi-ruang/gedung-kesenian-
jakarta/)

GAmbar 1.24 Contoh Panggung Arena / Pendapa


(Sumber : https://twitter.com/kratonjogja/status/1060533925871738880?lang=el)

30
vi. Tata Cahaya dan Tata Suara
Jika kita menyaksikan suatu pertunjukan tari, maka unsur tata cahaya dan
tata suara akan selalu dibutuhkan, karena tata cahaya merupakan salah satu
pendukung sebuah tarian yang harus ada. Tata cahaya dapat berupa cahaya yang
berasal dari alam, misalnya siang hari dengan memanfaatkan cahaya matahari
seperti yang sering kita lihat pada tari-tari kerakyatan yang ditarikan di siang hari,
pertunjukkan Sendratari Ramayana di Prambanan yang memanfatkan cahaya
bulan purnama sebagai pendukung suasana pertunjukan. Tata cahaya juga dapat
dihasilkan dari alat baik yang tradisional seperti obor, api unggun dan sebagainya,
maupun modern yaitu dari cahaya lampu listrik. Sedangkan tata suara adalah
pendukung pertunjukan yang berfungsi untuk membantu memperbesar suara
music iringan tari.

gambar 1.25 Contoh Penggunaan Tata Cahaya dalam Pertunjukan.


(Sumber : http://kosim-karawang.blogspot.com/2012/12/dasar-teknik-
pencahayaan-panggung.html)

vii. Tema dalam Tari


Tema adalah pokok pikiran, gagasan atau ide dasar, yang biasanya
diungkapan dalam sebuah tarian, namun demikian ada pula tarian yang tidak
mempunyai tema. Suatu tarian yang bertema jika gerak-gerak yang ditata
mempunyai keterkaitan dengan tema yang ingin disampaikan oleh penari pada
penonton. Sumber tema yang dapat dijadikan karya tari, antara lain: pengalaman

31
hidup, kehidupan binatang, kejadian sehari-hari, cerita rakyat, legenda, sejarah,
upacara tradisional, karya sastra, permainan, dan sebagainya. Suatu tarian
dikategorikan tidak bertema jika gerak yang ditata semata-mata hanya merupakan
ungkapan emosional pribadi dan tidak memiliki tema, bahkan cenderung pada
gerak-gerak yang eksploratif.

Pembahasan ketiga merupakan teknik-teknik tari yang ada pada Tari


Tradisional dan Tari Non Tradisional. Di sini akan dijelaskan beberapa Teknik
dari Tari Tradisional dan Tari Non Tradisional. Materi ini akan membantu Anda
dalam menjelaskan kepada anak didik tentang teknik-teknik yang ada di dalam
tari, baik Tari Tradisional maupun Tari Non Tradisional.

1. Teknik Tari Tradisional


a. Tari Saman
Tari Saman merupakan sebuah tarian suku Gayo, berasal dari Aceh dan
biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair
dalam tarian saman mempergunakan Bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini
juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam
beberapa literatur menyebutkan tari saman di Aceh didirikan dan dikembangkan
oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara.
Gerakan Tarian saman menitikberatkan pada keterampilan gerak tangan.
Ada dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman:
a. Tepuk tangan
b. Tepuk dada ; ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman mempelajari
tarian melayu kuno, lalu menghadirkan kembali lewat gerak-gerak yang
disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan
dakwahnya. Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena
hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan badan lainnya
dalam posisi duduk.

32
GAmbar 1.26 Teknik Gerak Tari Saman.
(Sumber :http://senangberbagi98.blogspot.com/2017/09/materi-tari-saman-
sejarah-gerakan.html)

b. Tari Randai
Tari Randai tercipta dan dimainkan oleh anak-anak muda di sebuah pada
awalnya di perguruan silat. Pada mulanya, anak laki-laki di Minangkabau harus
mampu membeladiri dengan mempelajari ilmu beladiri yang disebut silat. Gerak-
gerak silat, yang disebut juga pancak inilah yang menjadi teknik dasar gerak Tari
Randai dan bila dilakukan pengulangan akan terasa cukup ritmis dan dinamis,
sehingga jika distilir akan nampak lebih indah, bahkan menyerupai sebuah tari.
Gerak-gerak tersebut dilakukan secara melingkar, dan membentuk rantai pertanda
kekompakan. Semua pemain mengenakan celana latihan silat yang disebut
galembong, sehingga ketika celana galembong tersebut ditepuk secara serentak
akan menimbulkan bunyi yang khas, bagaikan deburan ombak di pantai.

GAmbar 1.27 Teknik Gerak Tari Randai.


(Sumber : https://www.boyyendratamin.com/2013/07/randai-kesenian-tradisi-
minangkabau.html)

33
c. Tari Topeng Tunggal
Tari Topeng Betawi merupakan sebuah tarian adat oleh masyarakat Betawi
yang selain difungsikan sebagai hiburan, dahulu juga dipercaya dapat menjauhkan
dari malapetaka. Tari Topeng Betawi adalah salah satu sajian dari rangkaian
pertunjukan Topeng Betawi yang didalamnya menggabungkan beberapa unsur
seni, yakni musik, tari, lawak dan lakon. Di masa-masa awal, kesenian ini
dipertunjukkan dengan cara berkeliling “ngamen” dengan lebih menitik-beratkan
pada unsur tari. Teknik gerak Tari Topeng Betawi yang merupakan sikap dalam
melakukan gerak-gerak Tari Topeng adalah Adeg-adeg yang merupakan posisi
siap dalam menari, dari posisi adeg-adeg penari akan melaukan gerakan lainnya.
Sikap Adeg-adeg pada Tari Topeng : Tumit bertemu, berjarak 1 kepal
(membentuk garis lurus), lutut di tekuk, rendah/terbuka, Badan condong kedepan.
Tari Topeng Tunggal mempunyai keunikan karena dikatakan Topeng
Tunggal tetapi dalam pelaksanaan penampilannya menggunakan tiga karakter
kedok atau topeng yang berbeda dengan cara bergantian. Tari Topeng Tunggal
memakai tiga karakter kedok atau topeng yang ditarikan oleh seorang penari
Topeng Betawi dengan membawakan tiga karakter yang berbeda yaitu Panji,
Samba, dan Jingga.

Gambar 1.28 Teknik Gerak Tari Topeng.


(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=B82BFXnWdp8)

d. Tari Legong Lasem


Tari bali khususnya Tari Legong Lasem memiliki teknik-teknik dasar tari
Bali yang harus dikuasai, terdapat sikap anggota tubuh yang khas dalam Legong
Lasem contohnya pada gaya tari Legong Lasem daerah Peliatan yaitu gerak
ngelayak (kayang), agem yang melengkung, sikap tangan yang lebih sempit, dagu

34
yang diangkat, bahu dan belikan yang terkunci, angsel yang tersendat dan gerakan
yang bergetar. Diperlukan sikap kedisiplinan yang tinggi untuk dapat menguasai
Tari Legong Lasem.

Gambar 1.29 Teknik Gerak Tari Legong Lasem.


(Sumber : https://www.antarafoto.com/mudik/v1498050005/legong-lasem-klasik)

2. Teknik Tari Non Tradisional


a. Shuffle Dance
Shuffle Dance atau yang kita sebut Tari Shuffle merupakan tarian yang
berasal dari Australia. Tari yang termasuk kategori Tari Modern ini sedang
digemari anak muda masa kini. Shuffle Dance lebih mengutamakan gerakan kaki
yang unik dan atraktif. Ada beberapa dasar gerakan kaki yang sering dipakai
dalam Shuffle Dance. Gerakan tersebut antara lain :
1. RunningMan
Gerakan berlari di tempat namun tidak berpindah serupa dengan orang sedang
berlari namun dengan menggunakan kecepatan yang teratur.
2. Shuffle
Yaitu gerakan pengembangan dari Running Man dengan berpindah ke kanan
kiri atau depan belakang di ikuti dengan hentakan kaki.
3. GlideSpin
Yaitu gerakan seperti Running Man dan Shuffle dengan penambahan gerakan
seperti meluncur dan memutar tubuh.

35
Gambar 1.30 Teknik Gerak Shuffle pada shuffle Dance.
(Sumber : https://internasional.kompas.com/read/2019/01/20/20355601/kepala-
sekolah-di-china-ajak-para-murid-menari-shuffle-dance?page=all)

b. Break Dance
Break Dance adalah gaya tari jalanan yang muncul sebagai bagian dari
gerakan hip hop diantara African American yang dilakukan di bagian selatan New
York City pada tahun 1970-an. Pada Umumnya tarian ini diiringi lagu hip hop,
rap, atau lagu remix (lagu yang sudah di aransemen ulang). Break Dance memiliki
macam-macam gerakan dasar/basic seperti top rock/up rock, footwork, freeze dan
power moves. Penari Break Dance harus bisa menguasai seluruh element gerakan
dalam Break Dance.
Salah satu gerak dasar dalam Break Dance adalah Freeze, freeze adalah
menahan gerakan dengan pose yang bagus. Freeze, membutuhkan kekuatan tubuh
penari untuk menahan dirinya, dengan pose seperti Handstand.

Gambar 1.31 Teknik Gerak freeze pada Break Dance.


(Sumber : http://lazerseven.blogspot.com/2014/07/teknik-melakukan-baby-freeze-
dalam.html)

36
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Jenis tari bermacam-macam. Keragaman jenis tari karena perbedaan (a)
tempat dan tumbuh tari; (b) pemikiran, kebiasaan dan gaya hidup masyarakat
atau orang yang menciptakan dan mendukung keberadaan tari; dan (c) situasi
atau kondisi jaman pada saat tari diciptakan, sehingga lahirlah jenis tari primitif,
tari rakyat, tari klasik, tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern dan tari
kontemporer. Di dalam tari terdapat unsur utama dan juga unsur pendukung serta
teknik dalam menarikannya.
Jenis tari primitif, tari rakyat, tari klasik termasuk dalam kelompok tari
tradisional karena tarian ini tumbah dan berkembang di masyarakat yang
memiliki ciri pemikiran, kebiasaan dan gaya hidup tradisional yang menempatkan
tari menjadi bagian penting dari kegiatan religi (upacara keagamaan), upacara
kenegaaran, upacara adat dan kegiatan sosial dalam kehidupannya. Berbeda
dengan jenis tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern dan tari kontemporer.
Tari kreasi baru di Indonesia secara histori, tumbuh pada masa peralihan
pemikiran tradisional menuju pemikiran modern. Maka, bentuk tari memiliki
masih kuat ciri tari tradisionalnya, namun dibagian tertentu diberi bentuk baru.
Ketika masyarakat telah beralih menuju pemikiran kebiasaan dan gaya hidup
modern. Maka, tumbuh dan berkembang jenis tari modern, yang selanjutnya
mucul jenis tari postmodern yang tumbuh karena tanggapan dan koreksi dari
pemikiran modernisme. Cara berpikir untuk menggambarkan situasi yang
berkaitan dengan perubahan kondisi yang sedang berlangsung, mencoba
memecahkan masalah kehidupan sosial budaya merupakan salah satu ciri
pemikiran postmodernisme yang dinyatakan dalam tema, bentuk maupun fungsi
tari postmodern. Jenis lainnya yang tumbuh pada jaman postmodern adalah
jenis tari kontemporer.
Ada 2 unsur penting di dalam tari yaitu unsur utama dan unsur pendukung.
Unsur utama tari adalah gerak, dan unsur pendukung tari adalah iringan tari, level
dalam tari, pola lantai, rias dan busana tari, tata pentas, tata cahaya dan tata suara,
serta tema dalam tari.

37
Setiap tari memiliki teknik dan proses gerak dasar yang berbeda. Tari
Tradisional di Indonesia memiliki gerak-gerak yang berbeda dan keragaman tari
yang berbeda-beda setiap daerahnya. Pemahaman terhadap teknik gerak dasar tari
tradisional adalah dasar untuk mengeksplorasi keanekaragaman gerak yang dapat
dirangkai menjadi sebuah tarian. Contoh keanekaragaman teknik gerak pada Tari
Tradisional seperti gerak Tari Saman yang menitikberatkan pada keterampilan
gerak tangan, Tari Randai yang menggunakan gerak-gerak silat yang disebut juga
pencak menjadi teknik dasar gerak, Tari Topeng memiliki sikap dasar yang
menjadi teknik dalam melakukan gerakan-gerakan tarinya yang disebut Adeg-
adeg dan Tari Legong Lasem yang memiliki teknik-teknik dasar tari Bali yang
harus dikuasai, yaitu terdapat sikap anggota tubuh yang khas dalam Legong
Lasem contohnya pada gaya tari Legong Lasem daerah Peliatan yaitu gerak
ngelayak (kayang), agem yang melengkung, sikap tangan yang lebih sempit, dagu
yang diangkat, bahu dan belikan yang terkunci, angsel yang tersendat dan gerakan
yang bergetar. Begitu pula pada Tari Non Tradisional, contohnya pada Tari
Modern seperti Shuffle Dance lebih mengutamakan gerakan kaki yang unik dan
atraktif berbeda dengan Salah satu gerak dasar dalam Break Dance yaitu
Freeze, freeze adalah menahan gerakan dengan pose yang bagus. Freeze,
membutuhkan kekuatan tubuh penari untuk menahan dirinya, dengan pose seperti
Handstand.
Materi pada kegiatan belajar 2 dalam modul satu ini membantu Anda
dalam membimbing peserta didik memahami jenis, unsur, dan teknik dalam
tari.

Selamat. Anda telah membaca seluruh materi dan rangkuman, untuk


mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tugas
berikut ini!

2. Tugas Akhir KB 1
1. Amati satu jenis tari yang Anda unduh dari Youtube!. Buatlah kajian
tentang tari yang Anda amati dalam bentuk makalah. Makalah dibuat
dalam 1200- 2200 kata, dengan sistematika dan komposisi berikut ini:

38
a. Pendahuluan
Penjelasan tentang nama tari dan mengapa Anda memilih jenis tari
tersebut untuk dibahas dan jelaskan kelebihan tari Anda bahas (150-
200 kata)
b. Pembahasan
1) Deskripsikan jenis, fungsi, simbol dan makna tari (300-600 kata)
2) Penjelasan tentang faktor-faktor yang menyebabkan jenis, fungsi,
simbol dan makna tari memiliki ciri yang berbeda dengan tari
lainnya (300-600 kata)
3) Penjelasan tentang keunikan atau keunggulan tari (300-600 kata)
c. Kesimpulan
Tulislah kesimpulan dari pembahasan secara ringkas (150-200 kata)
Daftar Pustaka
(Pustaka yang relevan untuk pembahasan minimal 5 buku)
Selamat. Anda telah mengerjakan tugas kegiatan belajar 1. Untuk
mengukur penguasaan Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tes formatif
berikut ini!

2. Tes formatif
1. Tari Perang dari Irian jaya adalah termasuk jenis tari :
a. Primitif
b. Rakyat
c. Klasik
d. Tontonan
e. Hiburan

2. Semua tarian yang mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama dan
terikat oleh pola tradisi yang telah ada, tumbuh dan berkembang di
kalangan rakyat adalah jenis tari:
a. Tradisional
b. Rakyat
c. Klasik
d. Tontonan
e. Etnis

39
3. Jenis tari untuk tujuan kritik sosial adalah:
a. Kreasi baru
b. Modern
c. Postmodern
d. Kontemporer
e. Realis

4. Tari klasik Bedhaya untuk keperluan:


a. Upacara kenegaraan
b. Upacara adat
c. Upacara keagamaan
d. Tontonan
e. Hiburan

5. Gerak tari yang dominan dalam tari tradisional adalah:


a. Gerak indah
b. Gerak maknawi
c. Gerak ekspresif
d. Gerak representasional
e. Gerak murni

6. Tari yang mempunyai ciri kekinian


a. Kreasi baru
b. Modern
c. Postmodern
d. Kontemporer
e. Kolaborasi

7. Gerak penghormatan (Anjali) diangkat di kepala untuk Dewa, diwajah


untuk guru dan pertapa, di dada untuk teman, contoh jenis gerak :
a. Gerak indah
b. Gerak maknawi
c. Gerak ekspresif
d. Gerak representasional
e. Gerak murni

40
8. Kegiatan menafsirkan makna dari simbol tari dapat meningkatkan
a. kepekaan estetik dalam diri siswa
b. kemampuan berpikir kritis
c. kemampuan berpikir analitis
d. kemampuan perseptual
e. kemampuan menemukan persoalan tari

9. Strategi pembelajaran, agar siswa memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai


yang terkandung di dalam tari
a. Mengamati, menjelaskan, menganalisis, menginterpretasi, dan
mengevaluasi tari
b. Mengamati, menganalisis, menginterpretasi, dan mengevaluasi tari
c. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan
mengevaluasi tari
d. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan tari
e. Menganalisis, menjelaskan, mengevalusi dan menginterpretasi tari

10. Cara untuk melatih daya cipta siswa melalui pembelajaran tari adalah
a. Melaksanakan proses kegiatan penciptaan tari.
b. Melaksanakan kegiatan apresiasi tari
c. Melaksanakan kegiatan menari
d. Menemukan masalah dalam tari
e. Melihat tari dan menari

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi Kegiatan
Belajar 1

Tingkat penguasaan = jumlah jawaban yang benar


Jumlah soal X 100%

41
Arti tingkatan penguasaan : 90 - 100 % = baik sekal
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Anda dapat meneruskan


dengan kegiatan belajar 2. Bagus ! jika masih dibaewah 80 %, Anda harus
mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

42
DAFTAR PUSTAKA

Autard Jaqualine Smith (1994). The Art of Dance in Education. London : A & B
Black.

Barrett, Maurice (1982), Art Education, a strategy for course design, London:
Heinemann Educational Books.and Learning).

Devi Triana, Dinny, dkk. (2000). Pendidikan Seni Tari Di Sekolah Menengah
Umum. Jakarta : Seminar dan Lokakarya Pendidikan Seni.

Devi Triana, Dinny, dkk. (2009). Modul PPG Pendidikan Seni Tari. Jakarta: UNJ
Press.
Dibia I Wayan. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati Metode Baru dalam Mencipta
Tari. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan.

Eisner, (1997). The Educating Artistic Vision, New York: The Macmillan
Company.

Fisher, Elaine Flory, (1978). Aesthetic Awareness and the Child, F.E.Peacock P

Hadi, Sumandiyo Y. 1996. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok.


Jogjakarta: Manthili.

Hermawati, Sri, dkk. (2006). Seni Budaya untuk SMK/MA/SMU. PT: Inti Prima.

Humphrey Doris. 1994. The Art of Making Dance. Canada: Holt, Rinehart and
Winston.

Jajuli, M. (2008), Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni, Semarang: Unesa


University Press.

. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Press.

Kamaril, Cut. WS., (2007) Materi Pelatihan Pengenalan Pembelajaran Aktif di


Sekolah Dasar dan Menengah, Jakarta,.

Langer, Susanne K. (1957), Problem of Art, New York: Harvard Unversity Press.

Lansing, Kenneth Melvin, (1981). The Elementary teachers’s art Handbook, CBS
College Publishing, New York.

43
(1990). Art, Artists an Education. London: MsGraw-Hill Book
Company.

Lowenfeld, Viktor and W.Lambert Brittain. (1975). Creative and Mental Growth,
Sixth Edition, New York: Macmillan Publishing Co.Inc.

Kraus, Richard. (1969). History of The Dance in Art and Education. Englewood
Cliffs, New Jersey : Prentice Hall. Inc.

Laban, Rudolf. (1976). Modern Educational Dance (ed 3) (Revised by Ulmann).


London: Macdonald and Evans.

La Meri. (1965). Dance Composition : The Basic Elements. Massachusetta:


Jacob’s Pillow Dance Festival, Inc.

Murgiyanto, Sal. (1983). Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari.


Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Parani, Yulianti. (1975). Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta : LPKJ.

Read, Herbert. (1970), Education Through Art, London: Faber and Faber.
London.

Smith, Jacquline. (1985). Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.
Terj. Ben Suharto. Yogyakarta : Ikalasti.

Soedarsono. Terj.1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Jogjakarta:


Lagaligo Fakultas Kesenian ISI Jogjakarta

Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta:Balai Pustaka.

Soedarsono, dkk. 1996. Indonesia Indah: Tari Tradisional Indonesia. Jakarta:


Harapan Kita MII/BP.

Soedarsono. 1997. Tari-tarian Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud.

44
MODUL 3
KB.2 : BENTUK, TEMA, DAN NILAI ESTETIS DALAM SENI TARI

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi singkat
Pada modul ini akan kita awali dengan materi tari tradisional yang
digolongkan dalam koreografi komunal. Seperti telah Anda ketahui bahawa
pengertian dari koreografi disebut juga sebagai komposisi tari, merupakan seni
membuat/merancang struktur ataupun alur sehingga menjadi suatu pola gerakan-
gerakan. Pada Kegiatan Belajar 2 ini akan dijelaskan pula bentuk gerak, tema, dan
nIlai estetis dalam tari tradional. Materi pada kegiatan Belajar ini dilengkapi
dengan gambar serta video untuk menambah wawasan Anda tentang koreografi
jenis tari tradisonal.
Pada Kegiatan Belajar kali ini Anda juga diminta untuk menyelesaikan tugas serta
tes formatif untuk menguji wawasan Anda tentang materi bentuk, tema, dan nilai
estetis tari.

2. Panduan Belajar

Selanjtnya untuk mempermudan Anda dalam belajar, mophon perhatikan


hal-hal berikut ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar Anda benar-
benar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap bagiannya, dan
kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi, tujuan
pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam
modul ini.
2. Selanjutkan pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-kata
kunci dan berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya.
3. Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih
mengerti.

45
4. Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telahb tersedia dalam
setiap kegiatan belajar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak
melihat kunci jawaban.
5. Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan tutor serta teman
sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya.

B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2, Anda diharapkan mampu
memahami keunikan gerak tari tradisional dan non tradisonal berdasarkan
bentuk, teman dan nilai estetis tari, peserta dapat membandingkan bentuk
gerak tari tradisi dan non tradisi.

2. Sub Capaian Pembelajaran


Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, peserta akan mampu:
1) Menganalisis keunikan gerak tari tradisional
2) Menganalisis keunikan gerak tari non tradidional
3) Menganalisis tema tari tradisonal dan non tradisional
4) Menganalisis nilai estetis tari tradisional dan non tradisional
5) Pokok Materi :
6) Bentuk koreografi tradisional dan non tradisional
7) Keunikan gerak tari tradisional dan non tradisional
8) Tema tari tradisional dan non tradisional
9) Nilai estetis tari tradisional dan non tradisional
3. Uraian Materi
a. Bentuk dan tema tari tradisional
Bentuk tari ditinjau dari jumlah penari, terbagi ke kelompokkan dalam tari
tunggal dan tari kelompok. Tari tunggal adalah tari yang disajikan dan
dibawakan oleh satu orang penari, baik perempuan maupun laki-laki.
Sedangkan tari kelompok terdiri dari Tari Berpasangan adalah tari yang

46
dilakukan oleh dua orang penari dengan karakter tidak selalu sama, tetapi
yang terpenting adalah gerakannya saling berhubungan atau ada keterpaduan
jalinan gerak antara keduanya, dapat ditarikan dengan sesama jenis ataupun
dengan lawan jenis. Tari kelompok adalah tari yang dilakukan oleh beberapa
penari di mana antara satu penari dengan penari yang lain gerakannya
berbeda, meskipun geraknya tidak sama tetapi gerakan tersebut ada hubungan
yang merupakan jalinan untuk mencapai keterpaduan. Tari massal adalah tari
yang dilakukan oleh banyak penari dengan ragam gerak yang sama, dan antara
penari satu dengan penari yang lain, tidak ada jalinan gerak yang saling
melengkapi.
Jenis tradi tradisional terbagi dalam tari primitif, tari kerakyatan dan tari
klasik. Jenis tari ini biasanya merupakan bentuk koreografi komunal, dapat
diartikan bahwa tari komunal adalah segala aktivitas tari yang melibatkan
instrumen atau struktur sosial kemasyarakatan baik atas dasar kepentingan
bersama dalam komunitas maupun kepentingan individual. Sebagai contoh,
dalam peristiwa tari komunal yang ditandai dengan terlibatnya unsur sistem
sosial yang telah ada diantaranya adalah dengan Tampilnya pemuka
masyarakat sebagai pemimpin. Karena milik masyarakat umum, pelembagaan
tari komunal sering kitakaitkan dengan seni rakyat. (Hadi, 2005 : 54)
Ditinjau dari identitasnya secara umum, tari komunal sebagai tari
tradisonal merupakan tarian yang lahir dari semangat kebersamaan sehingga
memiliki fungsi sosio-kultural bahkan bisa menjadi salah satu pendukung
upacara ritual adat maupun keagamaan. Dalam praktiknya tari tradisonal dalam
jenis tari primitif dan kerakyatan dapat dilaksanakan tanpa keahlian tari secara
khusus, karena tarian tersebut tidak lahir sebagai karya cipta seorang seniman
tari.(Dibia dkk, 2001 : 50).
Oleh sebab itu tari tradisional yang tergolong dalam komunal memiliki
ciri-ciri utama sbb : a. Diadakan untuk kepentingan komunitas, b. Melibatkan
sistem sosial yang telah ada, c. Merupakan pengabdian sosial dan lingkungan,
d. Dilaksanakan secara spontan atau terencana. Hal ini dapat kita lihat pada
ritual- ritual adat khususnya di wilayah Jawa yang masih selalu
dilaksanakan dan seni tari menjadi hal yang tidak dapat terpisahkan dengan
47
kegiatan tersebut. Di daerah lainpun dimungkinkan setiap kegiatan yang
berhubungan dengan ritual adat selalumenggunakan tarian.
Pada umumnya tari tradisonal sebagai komunal dimaksudkan untuk tujuan
ritual/upacara tertentu. Seperti tari Tortor dari Batak, atau tari Hudoq dari
Dayak. Di beberapa daerah ada sejenis tari yang beralih fungsi dari media
upacara adat menjadi media hiburan. Tari ini memposisikan penari
perempuan sebagai penghibur. Namun di Bayuwangi ada juga tarian sejenis
yang masih dilestarikan sebagai upacara adat. Tarian tersebut adalah Tari
Gandrung. (Dibia dkk, 2003.52). Adapun tema yang terdapat dalam tari
tradisional biasanya disesuaikan dengan fungsi dan jenis tariannya.
Pengertian tema di dalam seni tari adalah pokok pikiran, ide ataupun
gagasan seorang penata tari ( koreografer ) yang akan disampaikan kepada
orang lain ( penonton ) yang kemudian pokok pikiran tadi dituangkan ke
dalam bentuk-bentuk gerak menjadi sebuah karya seni tari yang disajikan
kepada penonton.
Adapun tema yang biasanya terdapat dalam tari tradisional adalah antara

lain :
Tema Dramatik, yaitu karya seni tari yang dalam penyajiannya
menggunakan cerita atau dalam tari tersebut ada latar belakang ceritanya. Tari
yang bertema dramatik bisa dilakukan oleh satu orang penari, dua penari
ataupun banyak penari. Misalnya pada tari Menak Kocar (tunggal), Karno
Tandhing (berpasangan). Pada tema dramatik bentuk kelompok dibedakan
menjadi : berdialog baik menggunakan bahasa prosa maupun nyanyian atau
tembang, maupun yang tanpa dialog. Tema Non Dramatik, merupakan karya
tari yang dalam penyajiannya tidak menggunakan cerita atau tidak merupakan
bagian dari suatu cerita, tetapi menggambarkan sesuatu. Tema Heroik, yaitu
pada tema heroik biasanya berbentuk perang atau tandingan yang
menggambarkan kegagahan dan keperwiraan, contoh : Tari Prawiraguna, Tari
Bambangan Cakil. Tema Erotik, adalah karya tari yang bertema erotik
menggambarkan percintaan antara pria dan wanita. Dalam tema dapat
ditarikan tunggal ataupun pasangan, contoh : Tari Gatutkaca Gandrung, Tari
Karonsih. Tema Imitatif/Totemis, merupakan tari yang bertema imitatif adalah
gerak tariannya menirukan binatang atau hewan dan alam,contoh : Tari Kukila,

48
Tari Kelinci, Tari Kupu-Kupu. Tema Pantomime / Mimitis, yaitu karya tari
yang bertema pantomime yaitu gerak tariannya meniru gerak orang atau
menggambarkan suatu bentuk aktifitas manusia, contoh : Tari Batik, Tari
Nelayan, Tari Gambyong.

Sebagai contoh ada tari komunal yang dibatasi hanya boleh dilakukan
oleh gadis-gadis yang belum menginjak fase menstruasi. Hal ini sebagaimana
yang berlaku dalam sebuah tarian dari Bali yaitu tari Sanghyang Dedari. Ada
juga yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang punya kekuatan magis
seperti pada tari komunal Dabuih dari Sumatra Barat. Atau tari Seblang dari
Banyuwangi, Sintren dari daerah Cirebon yang perlu didampingi oleh seorang
berkemampuan khusus.

Gambar 2.1. Tari Sang Hyang Dedari


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+sang+hyang+dedari

Gambar 2.2. Tari Seblang dari Banyuwangi


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+seblang

49
Gambar 2.3. Sintren dari Cirebon
https://www.google.com/search?q=gambar+tari+sintren

Untuk tarian yang dilakukan oleh orang banyak ada norma-norma yang
membatasi interaksi antara laki-laki dan perempuan seperti pada tari Saman di
Aceh. Ada juga tari Baris Gede di Bali atau tari Perang di Nias yang hanya
dilakukan oleh kaum laki-laki. Bahkan ada juga yang harus dilakukan oleh waria
seperti dalam tari Bissu dari Bugis yang dilatarbelakangi oleh tradisi trasvestite-
nya (laki-laki yang berperan sebagai perempuan).

Gambar 2.4. Tari Baris Gede


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+baris+gede

Gambar 2.5. tari Bisu dari Sulawesi Tenggara


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+bissu

50
Pada dasarnya tari tradisional merupakan kesenian yang dimiliki oleh orang
banyak atau suatu masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan kolektif dari
anggota masyarakat itu sendiri. Tari tradisional dapat diartikan sebagai tarian yang
merupakan milik kolektif dari warga masyarakat kampung dan desa atau kelompok
etnis. Dalam realitasnya tarian ini tidak selamanya ditarikan secara kelompok.
Bahkan ada banyak tari komunal yang ditarikan oleh satu orang (sebagai penari
utama). Namun kehadiran tarian ini tetap melambangkan atau mencerminkan
rasa kebersamaan dari masyarakat pendukungnya. (Dibia dkk. 2003 : 51)
Tari tradisional, dengan bentuk dan fungsi yang berbeda-beda, bisa
ditemukan di banyak tempat, baik di lingkungan budaya Barat maupun Timur, tari
komunal diperlakukan secara khusus karena didalamnya terkandung nilai-nilai
budaya sebagai simbol atau atribut bersama, yang berperan sebagai penguat
jalinan. Bahkan, banyak juga tari komunal yang disakralkan, dianggap memiliki
kekuatan gaib, karena berhubungan dengan sistem kepercayaan masyarakat
pendukungnya.
Tarian tradisional merupakan ekspresi komunal, yakni perwujudan rasa
kebersamaan, sehingga tarian ini menjadi bagian daari kehidupan masyarakat
pendukungnya. Tari pada umumnva tidak hanya disajikan sebagai sebuah tontonan
semata. Walaupun dalam pelaksanaannya tarian tersebut juga mendatangkan
penonton, atau ditonton dan disenangi oleh masyarakat.
Sebagai suatu tontonan yang disenangi masyarakat, saat ini tari tradisional
yang tergolong dalam tari komunal lebih berfungsi sebagai hiburan. Dalam
fungsinya sebagai hiburan itu, sering tampak adanya kaum laki-laki yang dihibur
dan penari perempuan sebagai penghiburnya. Di Jawa, misalnya, dalam tayuban
umumnya ronggeng (penari perempuan) menjadi target hiburan bagi kaum laki-
laki sebagai penari tamunya. Di situ, laki-laki membayar, sedangkan ronggeng
dibayar. Tarian sejenis tayuban Jawa itu banyak terdapat berbagai wilayah, di Bali
jogged bumbung, masyarakat Melayu memiliki ronggeng Melayu, sedang Betawi
mempunyai tradisi cokek, dan sebagainya.(Dibia dkk, 2003 : 53)

51
Gambar 2.6. Tayub Jawa Tengah
https://www.google.com/search?q=gambar+tari+tayub

Gambar 2.7. Lengger Banyumas


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+lengger+banyumas

Gambar 2.8. Tari Cokek Betawi


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+cokek

Tarian tradisional yang tersebar di berbagai daerah, baik di Indonesia maupun di


negara-negara lain, memiliki beberapa ciri yang khusus. Sebagai pegangan umum,
berikut ini adalah ciri-ciri tarian tradisional sebagai tari komunal.
a. Diadakan Untuk Kepentingan Komunitas
Tujuan utama pertunjukan tari adalah untuk memenuhi kebutuhan
komunitas, yaitu masyarakat pendukung tari tersebut. Karena itu menari

52
bukan hanya merupakan penampilan keindahan gerak dari penarinya saja.
Mungkin saja tujuan tarian tersebut adalah untuk menghindari terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan terhadap kehidupan masyarakat. Namun demikian
mungkin juga tari tersebut merupakan bagian dari sistem kekeluargaan atau
sistem kemasyarakatannya.
Sebagai contoh misalnya dalam budaya Jawa dikenal dengan ritual nyadran
atau bersih desa di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, setiap desa
mempunyai bentuk ritual yang berbeda. Pada ritual ini seni tari yang sering
dipentaskan adalah seni Jaran Kepang/atau Kuda Lumping, serta seni tari
yang lain yang berkembang di Temanggung, antara lain tari Wulang Sunu,
tari Gatoloco dan sebagainya. Di Daerah Sunda terdapat ritual Seren Taun
yang diselenggarakan di setiap sehabis panen, seni tari yang ditampilkan
biasanya tari Ketuk Tilu.
Di Sumatera khususnya di daerah Bengkulu terdapat Tabot, yaitu untuk
memperingati gugurnya cucu Rasulullah yang gugur di padang Karabala,
pelaksanaannya diadakan di bulan Maulid. Di Sulawesi di Gorontalo
terdapat ritual penjaga Adat yang dilakukan oleh kaum Bissu

Gambar 2.9. Jaran Kepang/kuda Lumping


Koleksi Detik.com

Gambar 2.10. Ketuk Tilu


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+ketuk+tilu

53
Gambar 2.11. Tari Tabot
https://www.google.com/search?q=gambar+tari+tabot

b. Melibatkan Sistem Sosial yang Telah Ada


Pelaksanaan pertunjukaan tari selalu melibatkan komponen-komponen sosial
seperti para tetua adat, tokoh agama perangkat desa (kepala desa, ketua
rukun kampung). Keterlibatan dari komponen-komponen masyarakat ini
sudah diatur sedemikian rupa sebagai suatu rangkaian mata rantai
berdasarkan kebiasaan yang sudah disepakati bersama. Setiap orang
melakukan kewajibannya sesuai dengan yang telah ditetapkan secara turun-
temurun.
Sebagai contohnya misalnya sistem kelembagaan di Bali, yaitu di sebuah
Banjar, di dalam banjar telah terbagi ke dalam beberapa Sekaa yang masing-
masing mempunyai tugas dan kewajiban yang diturunkan secara turun-
temurun.

c. Pengabdian Sosial dan Lingkungan


Tatkala ikut terlibat dalam peristiwa komunal semacam di satu daerah,
partisipasi sebagai sebuah sumbangan atau pengabdian terhadap komunitas
sosial dan lingkungannya. Ketika waktu pelaksanaan ritual telah tiba, warga
masyarakat secara sukarela akan berupaya mensukseskan acara tersebut
sesuai dengan kemampuannya. Mereka menyiapkan segala sesuatunya
secara sukarela. Pada saat pelaksanaan ritual tersebut, mereka menari
bersama-sama warga masyarakat lainnya. Semuanya dilakukan atas dasar
kesadaran sosial dan sama sekali bukan untuk mendapatkan imbalan upah
berupa uang, atau material lainnya. Kesadaran sosial seperti ini sering

54
muncul karena setiap orang menyakini bahwa nantinya dirinya pun akan
membutuhkan bantuan dari warga masyarakat lainnya.

d. Ditarikan oleh satu atau banyak orang


Seperti telah disingung di atas bahwa walaupun secara umum tarian komunal
melibatkan banyak orang, karena diadakan atas kebutuhan orang banyak,
namun tidak berarti tari komunal dalam kelompok ytari tradisional selalu
dilakukan secara beramai-ramai.(Dibia dkk. 2003 : 61). Sejumlah tari
komunal di Indonesia, yang dimainkan oleh satu orang (selaku penari
utama), dan ada pula yang ditarikan oleh lebih dari satu orang. Meskipun
demikian ekspresi komunal sangat menonjol dalam tarian ini, sehingga
muncul kesan bahwa tari ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Di sebagian
wilayah, tidak jarang suatu pertunjukan tari hanya bisa dilakukan oleh penari
khusus atau professional, contohnya Bissu di Sulawesi Selatan, seblang
Banyuwangi, topeng pajegan di Bali, dan topeng Cirebon dan sebagainya.

Gambar 2.12 : Tari Topeng ditarikan oleh satu orang


Sumber : https://bp-guide.id/AXGpvK8b

Gambar 2.13: Tari Hudog ditarikan oleh banyak orang


Sumber : https://www.google.com/search?q=gambar+tari+hudog&oq
# ditambah gambar tari komunal yang ditarikan 1 orang dan beberapa orang

55
e. Dilaksanakan Secara Spontan atau Terencana
Tarian tradisional bisa berupa tarian formal (tarian yang serius dengan
struktur yang jelas) dan tarian informal (menari-nari dan sejenisnya yang
tidak memiliki bentukyang baku).(Dibia dkk, 2003 : 63). Jenis-jenis tarian
tradisional yang tergolong dalam tarian formal, terdapat dalam berbagai
aktivitas ritual, di masyarakat, pada umumnya memiliki pola-pola gerak,
musik iringan, tata busana, dan tata penyajian yang relatif baku. Masyarakat
umum biasanya dapat mengenali bukan saja jenis tarian yang bersangkutan
melainkan juga dari asal wilayah budaya tarian tersebut berasal
Tari joged bumbung Bali memiliki gerakan tari yang lincah dengan
iringan musik bambu, tari janger bernyanyi dan menari dengan bersuasana
ceria.

Gambar 2.14. tari Joged Bumbung


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+joged+bumbung

Gambar 2.15. tari Janger


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+janger+bali

Tari pajoge yang bersuasana anggun dari Sulawesi Tengah, atau tari alang suntiang
penghulu yang bernuansa Nagari Padang Laweh (Sumatera Barat), adalah
beberapa contoh tari komunal yang formal karena telah memiliki bentuk yang
pasti sehingga dimungkinkan untuk dilakukan secara berulang-ulang.

56
Gambar 2.16. Tari Pajoge
Di beberapa daerah ada pula tarian tradisional yang muncul secara direncanakan
atau dipersiapkan sebelumnya. Beberapa contoh dari tarian komunal yang muncul
secara direncanakan adalah tari sodoran dari masyarakat suku Tengger, tari rejang dan
baris gede di Bali, dan tari Pajoge Mahardika di Sulawesi Tengah.

Gambar 2.17. Tari Sodoran


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+sodoran

Gambar 2.18. tari Rejang


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+rejang&tbm

Pada jenis tradisional, terbagi menjadi tari primitif, tari kerakyatan dan tari
klasik. Pada tari primitif dan tari kerakyatan biasanya tergolong ke dalam
tari/koreografi komunal, karena menjadi milik masyarakat pendukungnya dan
tidak menyebutkan koreografer atau penata tarinya. Namun pada tari klasik,
dengan merupakan kelembagaan tari istana, tari yang berkembang di lingkungan

57
istana merupakan tari milik raja yang berkuasa dan merupakan koreografi
individual yang diciptakan oleh raja. Contohnya tari Bedaya Ketawang, tari
Srimpi dari Surakarta, tari Bedaya Semang, Bedaya Sang Amurwa Bhumi,
Lawung Ageng dari Yogyakarta, dan sebagainya.
Di dalam tari tradisionalpiun merupakan tari bertema, tema dalam tari
tradisional biasanya disesuaikan dengan fungsi tari tersebut di masyarakat. Tema
merupakan ide dasar/gagasan yang kembangkan dalam tari. Keunikan gagasan
yang dapat diambil sebagai tema dari karya-karya tari di nusantara dapat diangkat,
antara lain :

Tema lingkungan dan alam sekitar, seperti gerak-gerak angin bertiup, pohon
bergoyang, air yang mengalir di sungai, berkaiatan dengan perburuan, mata
pencaharian (nelayan, peranian, tari berburu, tari perang, dsb)
Tema upacara adat, yaitu tema tari tradisi yang berkaitan dengan pelaksanaan
upacara adat setempat, antara lain tari Seblang (Banyuwangi), tari Baliant
(Kalimantan), tari Rejang (Bali), tari Pajoge (Sulawesi Selatan), dan
sebagainya
Tema tari social, biasanya diadakan setelah upacara adat dan berfungsi sebagai
hiburan yang melibatkan penonton dan masyarakat ikut berpartisipasi, tari
Tayub (Jawa Tengah), tari Lengger (Banyumas), tari Joged Bumbung (Bali),
tari Zapin (Melayu), dan sebagainya
Tema kehidupan sehari-hari, seperti bermain peran, jenis permainan anak yang
biasa dilakukan (dolanan dari Jawa, tari Gantar dari Buton dan sebaginya)
Tema dengan menggunakan property, di mana property dapat sebagai
pendukung tari untuk mengekspresikan gerak, seperti bermain tali/pita,
kentongan, tempurung, payung, topeng, dls.

Gambar 2.19. tari Bedaya ketawang


https://www.google.com/search?q=gambar+tari+bedhaya+ketawang

58
Gambar 2.20. Tari Bedaya gaya Yogyakarta
Koleksi I Wayan Dibia (Art Cultural &annual : 2006)

Sedangkan pada tari yang dikategorikan tari non tradisional atau kreasi
baru yang diciptakan oleh koreografer adalah merupakan koreografi individual.
Sebagai koreografi individual, tari-tarian yang diciptakan oleh koreografer
menurut jumlah penarinya dapat berupa tari tunggal, tari berpasangan maupun tari
kelompok. Koreografi individual dapat berupa tari kreasi baru yang mengadaptasi
tari klasik maupun tari kerakyatan. Sebagai suatu sajian tari, koreografi indivial
dapat diciptakan oleh satu atau beberapa koreografer, bahkan kemungkinkan ada
bentuk koreografi individual yang penciptanya gabungan dari berbagai entis yang
kemudian tercipta tari dengan kolaborasi budaya yang apik.
Contoh koerografi individual yang diciptakan oleh seorang koreografer
antara lain :
a. Tari Klana Topeng, Tari Gunung Sari, Tari Bondan karya S Ngaliman dari
Surakarta
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=k3coc_MrkEU
b. Tari Golek Lambangsari Jugag, Tari Klana Alus Karya RL Sasminta Mardawa
dari Yogyakarta
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=viGuuDjdt4I&t=82s
c. Tari Yapong, tari Wira pertiwi, tari keris karya Bagong Kussudihardjo dari
Yogyakarta
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=SuMPEAxP9cA
d. Tari Payung, Tari Rantak, tari Alang Babega karya Sofyani Susaf dari
Sumatra Barat
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=CxiluerCoJM
e. Zapin Dana Bedana karya Tom Ibnur
59
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=9dqC2mLh1DY
f. Tari Lenggang Nyai, Tari Ngarojeng Karya Wiwik Widyastuti dari DKI
Jakarta
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=fGph22rZs2s
g. Tari Kandagan, tari Merak karya Tjetje Somantri dari Jawa Barat/Sunda
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=Wo6KW3X9oX4

h. Tari Pakarena, tari Pattudu karya Andi Siti Nurhani Sapada dari Sulawesi
Selatan
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=PfVyTq3gRDk
i. Tari Sekar Jagat Tarian ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=t5iB0U5Ztmo
j. Tari Manukrawa diciptakan pada tahun 1981 oleh I Wayan Dibia
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=EssrjWg9IiM
k. Tari Kebyar Terompong, tari Oleg Tambulilingan karya I Mario dari Bali, dan
masih banyak lagi seniman daerah yang mencipta tari secara individu
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=nAQvIPtqNCE
Ada pula koreografi individual yang dibuat oleh dua koregrafer yang
menggabungkan dua etnis yaitu 58awad an Bali, dengan dua koreografer handal
Retno Maruti dan Bulan Tresna Jelantik, dengan karya yang berjudul Bedoyo
Legong Calonarang
Lihat : https://www.youtube.com/watch?v=8D_3Fp9-DZc

b. Nilai estetis dalam tari


Pernahkan Anda melihat tari dan sangat kagum atau takjub?. Atau
sebaliknya, melihat tari tetapi merasa bosan dan tidak senang?. Nah.
pembahasan kegiatan belajar 4 ini, akan memberikan penjelasan kepada Anda,
mengenai estetika dalam unsur-unsur tari yang menyebabkan tari terlihat indah
dan menarik, sehingga menyenangkan apabila dilihat.
Pembahasan Estetika kali ini difokuskan kepada pembahasan estetika.
Estetika merupakan cabang ilmu dari filsafat yang membahas tentang keindahan.
Pemahaman mengenai prinsip-prinsip estetika dapat digunakan untuk bekal bagi
koreografer dalam membuat koreografi, sehingga koreografi menarik dari sisi
bentuk, namun juga bermanfaat bagi orang lain, karena kandungan pesan yang

60
bermakna dari elemen-elemen koreografi. Oleh karena itu, pembahasan kali ini,
difokuskan kepada estetika elemen tari yang berkontibusi besar kepada keindahan
koreografi.

Telah disebutkan bahwa estetika merupakan cabang dari filsafat yang


mengkaji tentang keindahan. Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah.
Dalam bahasa Yunani philosophia (philos=cinta, Sophia=kebijaksanaan) jadi
philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan. Berfilsafat, merupakan kegiatan
pengetahuan dan kehendak yang merupakan kenyataan yang pertama dialami
secara langsung oleh manusia. Dalam sudut pandang ini, seluruh filsafat adalah
penjelasan tentang kegiatan manusia yang menyentuh akar-akarnya yang
terdalam. Dalam arti yang lebih luas, titik awal filsafat adalah seluruh
pengetahuan tentang kenyataan yang mendahului penelitian filosofis (Bagus,
1996:243). Kegiatan manusia yang menyentuh akar-akarnya yang terdalam ini
yang mendasari filsafat memiliki banyak ruang lingkup kajian. Ruang lingkup
kajian filsafat meliputi seluruh persoalan manusia yang dikelompokkan menjadi
enam persoala(Gie:1983:7-10 ), yaitu:
a. Persoalan metafisik (eksistensi, keberadaan).
Persoalan metafisik mempersoalkan hakikat dan sifat dasar dari eksistensi
alam sekitar, adanya Tuhan, manusia dengan segala persoalannya, jalan
pikiran, dan realita kehidupannya.
b. Persoalan epistemologi (pengetahuan).
Persoalan epistemologi mengupas tentang sumber dan batas pengetahuan
manusia termasuk persoalan cara seseorang memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh melalui akal atau indera.
c. Persoalan metodologis (metode).
Persoalan metodologis lebih berkaitan dengan metode-metode untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
d. Persoalan logis (logika).
Persoalan logis berhubungan erat dengan proses penalaran yang tepat. Adakah
kriteria tertentu yang dapat menjamin bahwa kesimpulan atau tindakan yang
diambil seseorang sudah tepat dalam mengatasi persoalan.
e. Persoalan etis (etika, moralitas).
Persoalan etis tentang perilaku manusia yang berhubungan dengan moral, dan
susila. Ukuran-ukuran tertentu untuk menilai tingkah laku manusia, serta
61
dampaknya terhadap lingkungan sekitar.

f. Persoalan estetis (estetika, keindahan).


Persoalan estetis memerlukan penelaahan yang lebih terperinci, karena
mencakup kajian yang luas, yaitu: nilai estetis, pengalaman estetis, perilaku
pencipta seni (seniman), dan seni itu sendiri.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa Estetika merupakan
salah satu kajian persolan dalam Filsafat. Istilah Estetika sebagai filsafat
keindahan diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762) dalam
buku Aesthetica yang mengupas tentang estetika sebagai ilmu pengetahuan
inderawi. Istilah estetika untuk pertama kali dikemukakan oleh Baumgarten yang
berasal dari bahasa Yunani asthetis yang berarti penerapan, persepsi, atau
pengalaman (Hartoko, 1995: 15). Kajian estetika dikemukakan oleh Gie (1983:11-
13 ) meliputi 4 hal:

a. Nilai estetis
Persoalan yang muncul adalah sesuatu yang berkenaan dengan hakikat estetis
(keindahan) yaitu apakah sifat keindahan itu?, bagaimana sifat keindahan itu?,
subjektif atau objektif?, bagaimana peran keindahan dalam kehidupan
manusia?, bagaimana hubungan keindahan dengan kebenaran dan kebaikan?
b. Pengalaman estetis
Pengalaman estetis membahahas pengalaman seseorang dalam
hubungannya dengan sesuatu objek/ kejadian yang indah. Permasalahan yang
timbul adalah bagaimana ciri-ciri pengalaman estetis?, mengapa objek
seni/kejadian dapat menimbulkan pengalaman estetis?, gejala- gejala atau
faktor apakah yang dapat mengganggu/merupakan rintangan dalam
pengalaman estetis tersebut?
c. Perilaku pencipta seni (seniman)
Beberapa persoalan yang dikaji antara lain, siapakah seniman itu?, Di mana
letak perbedaan antara seniman dan pengrajin?, bagaimana proses penciptaan
sebuah benda seni?, apakah ada hubungan kepribadian antara pencipta seni
dengan hasil karyanya?

62
d. Seni itu sendiri
Persoalan yang dikaji adalah adakah kriteria tertentu untuk menetapkan
sebuah hasil karya sebagai benda bernilai seni?, mana yang lebih penting?
bentuk atau makna karya seni?, apakah ada hubungan antara karya seni
dengan agama, filsafat dan ilmu.
Mengkaji keindahan atau estetika tari harus dimulai dari langkah
mengerti benar jenis tari yang diamati. Berdasarkan jenis tari yang diamati,
selanjutnya dilakukan kajian (a) nilai estetis tari; (b) pengalaman estetis; (c)
kaitan antara perilaku seniman dengan karyanya; serta (d) tari yang diamati.

a. Nilai estetis dalam tari


Persoalan pertama dalam estetika adalah nilai estetis. Nilai estetis tari
adalah kualitas yang melekat pada tari. Indikator kualitas apabila tari memiliki
sifat- sifat yang penting dan bermutu yang disebut dengan sifat keindahan. Secara
umum seni dikatakan indah apabila menimbulkan rasa puas. Dari sudut pandang
yang berbeda seni dikatakan indah apabila di dalam seni memiliki sifat-sifat
indah. Sifat keindahan bermacam-macam Gie (1996: 27) menjelaskan ada tiga
pasang kategori keindahan, yaitu kategori agung dan kategori elok, kategori
kosmis dan kategori tragis, serta kategori indah dan kategori jelek.
Berdasarkan pendapat tersebut tari yang dianggap memiliki sifat
keindahan apabila: (1) dapat membangkitkan perasaan takjub, megah, dahsyat dan
keanggunan. Zeising dalam Gie (1996:28) yang menimbulkan rasa takjub bagi
orang yang mengamati seni karena sifat impresive, majestic, glorious, dalam
karya seni termasuk dalam kategori agung; (2) dapat membangkitkan perasaan
mengesankan, hebat, keren termasuk dalam kategori elok; (3) dapat
membangkitkan perasaan menggelikan hati termasuk dalam kategori komis.
Contoh tari kategoni ini, dapat Anda lihat dalam tautan Tari Dwimuka karya
Didik Nini Thowok di https://www.youtube.com/watch?v=BV28fJezUwU
Dalam pembelajaran tari, sifat keindahan yang ada di dalam tari perlu
dilatihkan agar siswa memiliki kesadaran bahwa yang membangkitkan perasaan
pada waktu mengamati tari adalah kualitas elemen-elemen tari, diantaranya dari

63
gerak, desain lantai, musik, rias dan konstum, cerita, dan elemen tari lainnya
bukan bersumber dari tanggapan atau selera penonton.

b. Pengalaman estetis
Persoalan yang kedua dalam estetika adalah pengalaman estetis.
Pengalaman estetis dalam tari adalah perasaan puas pada waktu penonton melihat
tari. Pengalaman estetis akan diperoleh seseorang apabila dalam mengamati tari
dalam kondisi pikiran yang jernih, sehat fisik, dan berperasaan tenang, sehingga
dapat konsentrasi dalam mengamati tari. Mengamati tari harus tanpa pamrih,
terbebas dari pikiran-pikiran praktis, misalnya mememikirkan nilai ekonomi dari
tari yang amati, atau pikiran yang teknis dan kritis. Pengalaman estetis terjadi
dalam diri seseorang karena responsnya terhadap tari yang diamati, setelah proses
mencerap, merenungkan dan menikmati tari. Oleh karena itu, kegiatan
mengamati tari dalam pembelajaran tari perlu dikondisikan situasi yang dapat
membantu siswa untuk dapat berkonsentrasi, sehingga siswa dapat mencerap,
merenungkan, menikmati, menanggapi dan selanjutnya memperoleh pengalaman
estetik tari yang diamati. Kondisi pikiran, perasaan dan mental yang sehat
merupakan syarat seseorang untuk dapat memperoleh pengalaman estetis dalam
menikmati tari. Di dalam menikmati tari pengalaman lain yang dapat diperoleh
adalah pengalaman religius. Pengalaman religius adalah adalah perasaan kagum
terhadap kebesaran dan kuasa Tuhan. Kondisi ini akan dapat dialami oleh
penonton tari manakala menikmati tari yang mengandung nilai religi.

c. Perilaku seniman
Persoalan yang ketiga dalam estetika adalah perilaku seniman. Seniman
tari dikategorikan menjadi dua, yaitu seniman pencipta yang disebut koreografer
dan seniman pelaku yaitu penari. Tari merupakan hasil daya cipta koreografer
yang diungkapkan melalui media gerak. Tari sebagai pernyataan daya cipta
manusia tidak dapat terlepas pikiran, sikap, dan perilaku seniman penciptanya
dalam menanggapi dan bereaksi terhadap sesuatu. Tari merupakan perwujudan
nilai-nilai yang dihayati seniman dalam lingkungan sosio budaya masyarakat
yang kemudian diekspresikan dan dikomunikasikan oleh koreografer dengan

64
media gerak kepada orang lain. Oleh karena itu, bentuk dan gaya tari biasanya
mencerminkan karakteristik koreografernya.

Koreografi yang indah dari aspek bentuk, struktur dan isinya akan
menimbulkan berbagai perasaan yang dialami oleh penonton, misalnya perasaan
takjub, mengesankan, menggelikan, menyenangkan, sedih, bahkan perasaan
negatif atau perasaan lain yang ingin diciptakan oleh koreografer melalui hasil
karyanya. Berbagai perasaan tersebut dapat dirasakan oleh penonton karena
adanya sifat-sifat indah dalam bentuk struktur tari.
Monroe Bearsley menjelaskan bahwa karya seni ciri bentuk karya seni
yang indah apabila memiliki sifat: (a) kesatuan; (b) kerumitan; (c) kesungguhan.
Kesatuan (unity) berarti karya seni yang tersusun baik atau sempurna bentuknya.
Kerumitan (complexity), berarti karya seni yang tidak sederhana sekali, namun
kaya dengan isi atau unsur- unsur yang saling berlawanan atau yang mengandung
perbedaan-perbedaan halus. Kesungguhan (intensity) berarti karya seni memiliki
kualitas tertentu yang menonjol, bukan sekedar sesuatu yang kosong, ada ” so
something” di dalam karya seni tersebut ( Gie: 1996: 4).

Murgianto(2004:56) mengemukakan bahwa kriteria keindahan bentuk seni


tari adalah (a) kesatuan; (b) variasi; (c) pengulangan; dan (d) klimaks. Kesatuan
dan variasi mengandung pengertian bahwa setiap karya seni harus disusun dari
berbagai unsur. Unsur pokok dan pendukung tari dipadukan sedemikian rupa,
sehingga membentuk kesatuan yang utuh sesuai dengan tema tarinya.
Pengertian pengulangan adalah menampilkan kembali unsur-unsur seni tari
yang telah ditampilkan sebelumnya, ditujukan untuk mempertegas isi atau tema.
Pengulangan dapat membantu menegaskan maksud koreografi, namun sebuah
koreografi yang terlalu banyak menampilkan pengulangan unsur-unsurnya akan
terasa membosankan. Pengertian klimaks di dalam koreografi adalah bagian
yang paling menarik dan sangat penting dari sebuah tari. Cara untuk
membuat klimaks di dalam tari, diantaranya dengan cara: meningkatkan
emosional, menampilkan jumlah penari maksimal, adegan perang, dan adegan
mengharukan.

65
Parker mengemukakan ciri umum keindahan bentuk karya seni apabila
memiliki asas (a) kesatuan; (b) tema ; (c) variasi menurut tema; (d) keseimbangan;
(e) perkembangan; dan (f) tata jenjang. Secara khusus Elisabeth R Hayes
mengemukakan keindahan tari apabila memiliki sifat-sifat (a) kesatuan antar
elemen tari; (b) variasi; (c) repetisi; (d) kontras; (e) transisi; (f) berkelanjutan; (g)
klimaks; (h) keseimbangan; dan (i) harmoni.
Koreografi yang indah dari aspek isi dan maknanya akan memberikan
manfaat bagi penonton. Nilai pengetahuan, nilai kehidupan, nilai moral, nilai
religi, nilai kemanusiaan misalnya cinta kasih, keadilan, kebebasan, perdamaian
toleransi memberikan manfaat bagi khalayak.
Koreografi yang indah bukan satu-satunya sumber keindahan tari. Penari
juga merupakan sumber keindahan tari. Seindah apapun garapan bentuk dan
strukstur dalam koregrafi, apabila tidak dinyatakan oleh penari yang hebat maka
koreografi tidak dapat tampil sempurna. Penari yang hebat adalah penari yang
dapat mengekspresikan tari yang sedang dibawakan.
Penari dalam tari primitif dan tari rakyat kehebatannya terletak pada
inner dynamis (semangat dari dalam hati) serta kesungguhannya ketika menari,
penari melakukan gerakan dengan sepenuh hati sehingga tujuan religi atau tujuan
lainnya dalam menari dapat tercapai.
Penari untuk jenis tari tontonan kehebatannya terletak kepada kemampuan
teknis bergerak yang benar (wiraga), rasa musikal dalam menari (wirama), atau
kemampuan menghayati dan mengekpresikan karakter tari atau karakter tokoh
(wirasa), sehingga dapat mengekpresikan tari seperti ide dasar tari.

4. Tugas KB. 1
Amati satu jenis tari yang Anda unduh dari Youtube!. Buatlah kajian
tentang tari yang Anda amati dalam bentuk makalah. Makalah dibuat dalam
1200- 2200 kata, dengan sistematika dan komposisi berikut ini:
1. Pendahuluan

66
Penjelasan tentang nama tari dan mengapa Anda memilih jenis tari
tersebut untuk dibahas dan jelaskan kelebihan tari Anda bahas (150-200
kata)
2. Pembahasan
a. Deskripsikan jenis, fungsi, simbol dan makna tari (300-600 kata)
b. Penjelasan tentang faktor-faktor yang menyebabkan jenis, fungsi,
simbol dan makna tari memiliki ciri yang berbeda dengan tari lainnya
(300-600 kata)
c. Penjelasan tentang keunikan atau keunggulan tari (300-600 kata)
3. Kesimpulan
Tulislah kesimpulan dari pembahasan secara ringkas (150-200 kata)

C. PENUTUP
1. Rangkuman
Setelah Anda membaca materi, untuk lebih memahami materi
pengetahuan dasar tari, silahkan unduh dan baca rangkuman berikut ini:
1. koreografi disebut juga sebagai komposisi tari, merupakan seni
membuat/merancang struktur ataupun alur sehingga menjadi suatu pola
gerakan-gerakan. bahwa tari komunal adalah segala aktivitas tari yang
melibatkan instrumen atau struktur sosial kemasyarakatan baik atas dasar
kepentingan bersama dalam komunitas maupun kepentingan individual
2. Tari tradisional yang tergolong dalam tari primitif dan tari kerakyatam
merupakan bentuk komunal, yaitu tarian yang lahir dari semangat
kebersamaan sehingga memiliki fungsi sosio-kultural bahkan bisa menjadi
salah satu pendukung upaca ritual adat maupun keagamaan. Dalam praktiknya
tari komunal dapat dilaksanakan tanpa keahlian tari secara khusus, karena
tarian tersebut tidak lahir sebagai karya cipta seorang seniman tari.
3. Ciri-ciri utama dalam keroegrafi/tari komunal : a. Diadakan untuk
kepentingan komunitas, b. Melibatkan sistem sosial yang telah ada, c.
Merupakan pengabdian sosial dan lingkungan,d. Dilaksanakan secara spontan
atau terencana.

67
4. Pada umumnya tari tradisional yang tergolongkan dalam tyari primitif dan
kerakyatan dimaksudkan untuk tujuan ritual/upacara tertentu. Seperti tari
Tortor dari Batak, atau tari Hudoq dari Dayak. Di beberapa daerah ada sejenis
tari komunal yang beralih fungsi dari media upacara adat menjadi media
hiburan.
5. tari tradisional yang dibatasi hanya boleh dilakukan oleh gadis-gadis yang
belum menginjak fase menstruasi. Hal ini sebagaimana yang berlaku dalam
sebuah tarian dari Bali yaitu tari Sanghyang Dedari.
6. Ada juga yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang punya kekuatan
magis seperti pada tari komunal Dabuih dari Sumatra Barat. Atau tari Seblang
dari Banyuwangi, Sintren dari daerah Cirebon yang perlu didampingi oleh
seorang berkemampuan khusus.
7. Dalam fungsinya sebagai hiburan itu, sering tampak adanya kaum laki-laki yang
dihibur dan penari perempuan sebagai penghiburnya. Di Jawa, misalnya, dalam
tayuban umumnya ronggeng (penari perempuan) menjadi target hiburan bagi
kaum laki-laki sebagai penari tamunya.
8. koreografi individual meraupakan bentuk tari yang diciptakan oleh satu atau
lebih koreografer yang menghasilkan satu bentuk tari. Jika dilihat dari bentuk
koreografinya, dapat dibedakan menjadi menjadi tari tradisional maupun non
tradisional.
9. Tari-tarian yang berkembang di istana merupakan koreografi individual yang
diciptakan oleh raja. Contohnya tari Bedaya Ketawang, tari Srimpi dari
Surakarta, tari Bedaya Semang, Bedaya Sang Amurwa Bhumi, Lawung Ageng
dari Yogyakarta, dan sebagainya.
10. Yang dikategorikan koreografi non tradisional atau kreasi baru yang
diciptakan oleh koreografer adalah merupakan koreografi individual.
Koreografi individual dapat diciptakan oleh satu atau lebih koreografer
11. Cara mengenal tari, sehingga seseorang memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai di
dalam tari, kepekaan estetik dan sikap dapat menghargai karya dapat
ditumbuhkankembangkan selain melalui apresiasi dalam tari. Apresiasi dalam tari
merupakan hasil kegiatan menikmati tari yang dalam prosesnya memerlukan (a)

68
intelektual dalam memahami elemen tari; (b) emosi dalam menghayati tari; dan
(c) kemampuan evaluasi dalam menilai tari. Kesadaran terhadap nilai-nilai di
dalam tari dapat dimiliki oleh siswa apabila siswa dilatih dengan strategi
pembelajaran yang lengkap dan berurutan mulai dari (a) mengamati elemen tari
secara cermat; (b) menjelaskan tari yang diamati; (c) menganalisis elemen tari; (d)
menginterpretasikan tari; dan (e) memberikan evaluasi terhadap tari yang diamati
berdasarkan kriteria keindahan bentuk dan isi tari.
12. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam pembelajaran tai adalah kreasi dalam tari.
Kreasi dalam tari adalah hasil daya cipta seseorang dalam membuat tari. Namun
demikian, esensi kreasi dalam tari di sekolah bukan untukmenghasilkan tari yang
inovatif, namun untuk menumbuhkembangkan daya cipta atau kreatifitas yang
berguna untuk memecahkan persoalan kehidupannya. Caranya dengan memberikan
bimbingan kepada siswa mengikuti proses kreatif dalam penciptaan tari yang
dikemukakan oleh para ahli tari. Intinya adalah (a) menemukan ide; (b) mendalami
ide; (c) mewujudkan ide; dan (d) mengkomunikasikan ide kepada khalayak yang
dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran agar peserta didik memiliki kepekaan
estetik dan kreatif dalam menghasilkan sesuatu untuk memecahkan persoalan.
Selamat. Anda telah membaca seluruh materi dan rangkuman, untuk
mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tugas
berikut ini!

Tes Formatif
A. Tes formatif
Selesaikan soal di bawah ini. Jawablah dan cocokkan jawaban Anda dengan
kunci jawaban tes formatif untuk mengukur pemahaman Anda.
1. Karena menjadi milik masyarakat umum, pelembagaan sering dikaitkan dengan
seni rakyat. Bentuk koreografinya disebut dengan :
A. Koreografi individual
B. Koreografi komunal
C. Koreografi kolaborasi
D. Koreografi kerakyatan.
E. Koreografi Klasik

69
2. Tari Rejang salah satu ciri dari koreografi komunal adalah :
A. Singkat dan padat
B. Tiruan dari aslinya
C. Diadakan untuk kepentingan komunitas
D. Dipertunjukkan secara meriah
E. Tariannya berdurasi panjang

3. Bentuk tari tunggal dalam koreografi komunal yang dalam pelaksanaannya


harus didampingi oleh seseorang yang berkemampuan khusus adalah :
A. Sintren dari Cirebon
B. Tari Sang Hyang Dedari dari Bali
C. Tari remo dari Jawa Timur
D. Tari Merak dari Jawa Barat
E. Tari Golek dari Jawa Tengah

4. Jenis tari komunal yang penyelenggaraannya dilakukan secara spontan adalah :


A. Tari Gandrung
B. Tari Jaran Kepang
C. Tari Janger
D. Tari Bedaya
E. Tari Saman

5. ditinjau dari bentuk koreografinya, Tari Bedaya ini digolongkan ke dalam tari :
A. Komunal
B. Klasik
C. Primitive
D. Kerakyatan
E. Non-tradisonal

70
6. Salah satu tari tradisional yang hanya dapat ditarikan oleh penari wanita dan
dalam keadaan suci, antara lain :
A. Tari Oleg Tambulilingan
B. Tari Tayub
C. Tari Sintren
D. Tari Ketuk Tilu
E. Tari Pendet

7. Tari tradisional kerakyatan yang hanya bisa ditarikan secara berkelompok dan
pada awalnya berfungsi sebagai tari upacara adat dan bertema pendidikan
moaraldan karakter adalah :
A. Tari Bedaya
B. Tari Badui
C. Tari Calonarang
D. Tari tayub
E. Tari Reyog Ponorogo

8. Kegiatan menfsirkan makna dari simbol tari dapat meningkatkan


a. kepekaan estetik dalam diri siswa.
b. kemampuan berpikir kritis
c. kemampuan berpikir analitis
d. kemampuan perseptual
e. kemampuan menemukan persoalan tari

9. Strategi pembelajaran, agar siswa memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai


yang terkandung di dalam tari
a. Mengamati, menjelaskan, menganalisis, menginterpretasi, dan
mengevaluasi tari
b. Mengamati, menganalisis, menginterpretasi, dan mengevaluasi tari
c. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan
mengevaluasi tari
d. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan tari
e. Menganalisis, menjelaskan, mengevalusi dan menginterpretasi tari.

71
10. Cara untuk melatih daya cipta siswa melalui pembelajaran tari adalah
a. Melaksanakan proses kegiatan penciptaan tari.
b. Melaksanakan kegiatan apresiasi tari
c. Melaksanakan kegiatan menari
d. Menemukan masalah dalam tari
e. Melihat tari dan menari

Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi Kegiatan
Belajar 2

Rumus
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan X 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 - 100% = Baik sekali
80 - 89 % = baik
70 - 79 % = cukup
‹ 70 % = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Anda dapat


meneruskandengan modul selanjutnya; tetapi bila kurang dari 80 %, Anda harus
mengulanginya terutama yang belum Anda kuasai

72
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Autard Jaqualine Smith (1994). The Art of Dance in Education. London : A & B
Black.

Barrett, Maurice (1982), Art Education, a strategy for course design, London:
Heinemann Educational Books.and Learning).

Devi Triana, Dinny, dkk. (2000). Pendidikan Seni Tari Di Sekolah Menengah
Umum. Jakarta : Seminar dan Lokakarya Pendidikan Seni.

Devi Triana, Dinny, dkk. (2009). Modul PPG Pendidikan Seni Tari. Jakarta: UNJ
Press.

Dibia I Wayan. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati Metode Baru dalam Mencipta
Tari. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan.

Djelantik, AM. (1999). Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni


Pertunjukan.

Eisner, (1997). The Educating Artistic Vision, New York: The Macmillan
Company.

Fisher, Elaine Flory, (1978). Aesthetic Awareness and the Child, F.E.Peacock
Publisher, Inc. United States of America.

Fraser, Lynch Diane. (1991). Discoverring and Developing Creativity.


Americans: A Dance Horizons Book Princeton Book Company, Publisher.

Hadi, Sumandiyo Y. 1996. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok.


Jogjakarta: Manthili.

Hermawati, Sri, dkk. (2006). Seni Budaya untuk SMK/MA/SMU. PT: Inti Prima.

Herusatoto, Budiono. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta; Hanindita


Graha Widia, 2000.

Humphrey Doris. 1994. The Art of Making Dance. Canada: Holt, Rinehart and
Winston.

Jajuli, M. (2008), Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni, Semarang: Unesa


University Press.

73
. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Press.

Kamaril, Cut. WS., (2007) Materi Pelatihan Pengenalan Pembelajaran Aktif di


Sekolah Dasar dan Menengah, Jakarta,.

Langer, Susanne K. (1957), Problem of Art, New York: Harvard Unversity Press.

Lansing, Kenneth Melvin, (1981). The Elementary teachers’s art Handbook, CBS
College Publishing, New York.

(1990). Art, Artists an Education. London: MsGraw-Hill Book


Company.

Lowenfeld, Viktor and W.Lambert Brittain. (1975). Creative and Mental Growth,
Sixth Edition, New York: Macmillan Publishing Co.Inc.

Kraus, Richard. (1969). History of The Dance in Art and Education. Englewood
Cliffs, New Jersey : Prentice Hall. Inc.

Laban, Rudolf. (1976). Modern Educational Dance (ed 3) (Revised by Ulmann).


London: Macdonald and Evans.

La Meri. (1965). Dance Composition : The Basic Elements. Massachusetta:


Jacob’s Pillow Dance Festival, Inc.

Murgiyanto, Sal. (1983). Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari.


Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Parani, Yulianti. (1975). Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta : LPKJ.

Permas, Achsan, dkk. 2003. Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan. Jakarta :


PPM.

Read, Herbert. (1970), Education Through Art, London: Faber and Faber.
London.

Smith, Jacquline. (1985). Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.
Terj. Ben Suharto. Yogyakarta : Ikalasti.

Soedarsono. Terj.1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Jogjakarta:


Lagaligo Fakultas Kesenian ISI Jogjakarta

Soedarso, S.P. 1988. Tinjauan Seni: Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni.
Jogjakarta: Suku Dayar Sana.

74
Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta:Balai Pustaka.

Soedarsono, dkk. 1996. Indonesia Indah: Tari Tradisional Indonesia. Jakarta:


Harapan Kita MII/BP.

Soedarsono. 1997. Tari-tarian Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud.

75
MODUL 3
KB 3 : RAGAM GERAK, MUSIK IRINGAN TARI, LEVEL, DAN
POLA LANTAI DALAM TARI

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi singkat
Pada Kelompok Belajar sebelumnya Anda telah belajar tentang
pengetahuan tari, Pada KB 3 ini Anda akan mempelajari tentang ragam gerak,
iringan tari, level dan pola lantai dalam tari.
Pada pertemuaan kali ini, akan dibahas mengenai unsur utama dan unsur
pendukung tari. Anda akan dapat menjadi seorang pendidik yang mampu
menjelaskan hakikat tari, mampu membimbing anak mengapresiasi tari, mampu
menumbuhkan daya cipta dengan tari, serta dapat menumbuhkan sikap kreatif
bagi anak didik Anda. Oleh karena itu, kegiatan belajar tidak hanya difokuskan
kepada membaca materi yang telah disediakan, tetapi Anda juga harus aktif
memgamati dan mengkritisi materi tari video yang disediakan, mengerjakan
tugas dan tes formatif dalam kegiatan belajar 2 ini.

SELAMAT BELAJAR.
3. Panduan Belajar
Pembahasan pertama difokuskan kepada pengertian, jenis, unsur, dan
teknik tari. Materi ini akan membantu Anda dalam menjelaskan kepada anak didik
tentang pengertian, jenis, unsur, dan teknik tari. Oleh karena itu, unduh dan
simaklah baik-baik :
Selanjtnya untuk mempermudan Anda dalam belajar, mophon perhatikan hal-hal
berikut ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar Anda benar-
benar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap bagiannya, dan
kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi, tujuan
pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam
modul ini.

76
1. Selanjutkan pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-kata
kunci dan berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya.
2. Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih
mengerti.
3. Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telahb tersedia dalam
setiap kegiatan belajar. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak
melihat kunci jawaban.
4. Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan tutor serta teman
sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya.

B. Inti
1. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 3, Anda diharapkan Menganalisis
ragam gerak tari, mkusik iringan tari, level dan pola lantai dalam tari
2. SUB CPMK
a. Menganalisis ragam gerak tari
b. Menganalisis musik iringan dalam tari
c. Menganalisis level dan pola lantai dalam tari
3. URAIAN MATERI
a. Ragam gerak tari
Telah kita pelajarai bersama pada Kegiatan Belajar sebelumnya bahwa tari
di Indonesia mempunyai berbagai jenis, baik ditinjau dari bentuk garapan, fungsi,
jumlah penari. Masing-masing daerah di Indonesia berkembang berbagai bentuk
tari, dan di setiap daerah mempunyai gaya tari yang berbeda. Teknik dalam tari
berkaitan dengan melakukan gerak dan penguasaan gaya dalam tari tersebut. Gaya
dalam tari sering kita sebut dengan style, yaitu bentuk yang tersusun dari simbol-
simbol, bentuk-bentuk (form) dan orientasi-orientasi nilai yang mendasarinya,
sehingga gaya menandai identitas dan keseluruhan ciri yang komplek yang
dijadikan dasar bagi seseorang (Royce, 1975 : 54).

77
Teknik gaya tari tradisional berhubungan dengan gerak individu yang dapat
diungkapkan dalam gaya menari bagi masing-masing penari.
Pada tari tradisional, setiap daerah mempunyai keunikan gerak yang mendasari
ciri tari daerah. Sebagai contoh, berikut ini beberapa uraian teknik dan gaya tari
tradisional dari beberapa daerah
Teknik
Teknik Gerak Teknik Gerak Teknik Gerak
Daerah gerak
Kaki tangan Kepala
badan
Melayu 1. Jalan 1. Igal 1. Angguk- 1. Igal
melenggang (gerakan angguk (gerakan
(melangkah tangana 2. Kepala tegak tangana
maju sambil dan 3. Kepala/pand dan badan)
menggerakkan badan) angan 2. Liuk
badan) 2. Kuak mengikuti (gerakan
(membuk gerakan menunduk
2. Tandak
a lebar tangan dan
(gerak kaki
rentangan mengayun
melangkah tangan) kan badan)
sambil 3. Singsing
melompat) (menyuin
3. Titi Batang gsingkan
(berjalan kain
dalam satu sedikit
garis seperti saja)
meniti 4. Senandun
batang) g (gerakan
4. Mengepat tangan
(berjalan lemah
sambil lembut
menyeret dan
melambai
kaki)
seperti
5. Kuda-kuda
ukel)
(berdiri
sambil
menekuk
lutut)
6. Cicing
(berlari-lari
kecil)
7. Legar
(berjalan
cepat sambil
berkeliling
180 derajat)

78
Minang 1. Pitungguah 1. Simpie adalah Kepala
adalah gerak gerak jari tangan mengikuti
untuk ketahan yang melentik gerak tangan
tubuh yang (jentik jari)
berasal dari 2. Tuduang aie
adalah gerak tari
kaki yang
yang diambil dari
ditekukkan
cara menutup air
(kuda-kuda) 3. Sembah (kedua
2. Pijak baro tangan
(Injak api) ditangkupkan di
adalah gerak depan dada)
seperti orang
menginjak bara
api (jinjik)

Betawi 1. Jingke (sikap 1. Jimpit jeriji 1. Break-breok 1. Dongko


menekuk (menjimpit (menggerakk (sikap
kedua lutut) selendang dengan an kepala badan
2. Gejug ibu jari dan jari dagu condong
(menghentakka telunjuk) membuat ke depan)
n ujung kaki) aangka 2. Goyang
2. Kepret
delapan) plastik
(menggerakkan
3. Ngengkrek 2. Gegot (merenda
(menghentakka jari tangan) (menggerakk h sambil
n tumit) 3. Ukel an kepala ke menggera
4. Kewer kanan dan ke klan
(menggerakkan kiri) pinggul 2
tangan ke pundak 3. Matok kali ke
kemudian lurus ke (menggerakk kanan dan
samping) an kepala ke ke kiri)
5. Pa'blang atas dan ke 3. Ngelumet
(Meluruskan bawah) /goyang
kedua tangan ke cendol ijo
atas dengan (merenda
h sambil
telapak tangan
menggera
mengaah ke atas) kkan
pinggul
tiga kali
ke kanan
dan ke
kiri)

79
Teknik
Teknik Gerak Teknik Gerak Teknik Gerak
Daerah gerak
Kaki tangan Kepala
badan
Sunda 1. Adeg-adeg 1. Lontang 1. Galieur
kembar kiri/kanan (merupakan 1. Obah
(sikap kaki (menggeraka suatu gerakan taktak
sejajar) n tangan yang penari yang (mengge
2. Mincit menggunakan dilakukan rakkan
(berjalan dua tangan dengan pundak)
dengan posisi dan digerakan memutar 2. Galiyer
kaki jinjit) secara
kepala. (memut
3. Keupat bergantian
2. Gilek ar badan
(berjalan 2. Capang
dengan kaki) (menggeraka (merupakan sambil
4. Tindak Tilu n tangan gerakan penari mengger
(kaki dengan yang dilakukan akkan
melangkah 3 membengkok dengan kepala)
kali, an salah satu menggoyang-
kemudian dari tangan, goyangkan
langkah ke baik itu kepala ke kiri
empat kaki tangan kanan dan kanan)
ditarik) ataupun 3. Gedug (kepala
5. Seser tangan kiri) yang tegak
(menggeser 3. Nyawang ( yang
posisi kaki ke menggerakan menggerakan
arah kiri atau tangan yang ke arah
kanan) menandakan samping kiri
6. Duduk Deku bahwa sedang dan kanan)
ialah suatu melihat 4. kedet (gerak
gerak yang sesuatu)
kepala yang
dibuat sambil 4. Selur
seolah-olah
melipat kedua (gerakan
dagu ditarik)
kaki. tangan baik
itu tangan
kanan atau
pun tangan
kiri yang
digerakan ke
atas atau ke
bawah atau
kedepan yang
dilakukan
secara
bergantian)

80
Jawa 1. Srisik (berjalan 1. Kebyok 1. Pacak gulu 1. Mendha
kecil-kecil dan (memegang (menggerakkan k (sikap
cepat dengan sampur/selenda kepala dengan badan
pijakan ujung ng kemudian leher sebagai merenda
kaki/sikap kaki menggerakkan pusat h)
jinjit) nya mengarah geraknya) 2. Ogek
2. Kengser ke dalam 2. Nyoklek lambung
dengan posisi
(berjalan ke (menggerakkan (pingga
tangan di depan
samping kelapa dengan ng/lamb
badan)
dengan 2. Ukel (tangan teknik kepala ung
menggeser digerakkan ditekuk ke digerakk
kaki) melingkar kanan dan ke an ke
3. Lumaksana pergelangan kiri) kanan/ki
(berjalan ke tangan sebagai ri)
depan) pusat gerak) 3. Ngleyek
4. Enjer/kicat 3. Ulap-ulap ( (sikap
(berjalan ke posisi tangan badan
samping seperti sedang merenda
dengan teknik melihat dari h dan
menyilangkan jauh) bertump
kaki) 4. u pada
5. Sirig (berjalan salah
ke samping satu
dengan kaki)
menggeser
kaki dalam
posisi
merendah)

Contoh teknik gerak diatas merupakan beberapa ragam gerak pada tari
tradisi Melayu, Minang, Jawa, Sunda. Namun contoh di atas merupakan sebagian
kecil dari ragam gerak tari tradisional daerah tersebut.
Tari daerah lainpun mempunyai nama ragam gerak yang merupakan gerak
yang menggambarkan keunikan gerak di setiap daerah. Di beberapa daerah ragam

81
gerak pada tariannya ada yang diberi nama, namun ada pula yang tidak bernama.
Sebagai contoh misalnya gerakan pada tari Saman (Aceh) nama gerakannya
sesuai sengan syair lagu pengiringnya, Dalam tari saman, gerakan yang paling
dominan adalah gerakan tangan. Karena gerakan ini berfungsi sebagai gerakan dan alat
musik dalam mengiringi tarian ini. Gerakan tangan dalam tari saman antara lain
sebagai :

Cerkop, yaitu gerakan kedua tangan yang berhimpit dan searah.


Cilok, yaitu menggerakan ujung jari telunjuk seakan-akan akan mengambil
sebuah benda ringan seperti garam.
Tepok, yaitu gerakan tangan yang dilakukan dalam berbagai posisi, misalnya
baling-baling atau horizontal.
Sedangkan gerakan kepala dalam tarian saman adalah sebagai berikut :
Anguk, yaitu gerakan kepala seperti mengangguk dalam tempo yang lambat
sampai dengan tempo yang cepat.
Girek, yaitu gerakan kepala berputar seperti sebuah baling-baling.
Sedangkan ragam gerak dalam tari tradisi yang mempunyai nama biasanya
terdapat tari tradisional yang berkembang di Jawa dan Bali baik tari klasik
maupun tari kerakyatan. Contohnya dalam tari klasik di Jawa Tengah dan
Yogyakarta ada beberapa nama dalam ragam geraknya, antara lain : tanjak/tancep
sering disebut engan sikap kokok, Sabetan merupakan salah satu bentuk gerak
transisi, srisig/nyamber yautu gerak berjalan kecil-kecil dengan cepat dan kaki
jinjit, kicat/enjer adalah gerak bergeser ke samping dengan menyilangkan kaki
seperti berjalan di atas bara yang panas, ulap-ulap atau gerak melihat benda yang
jauh, muryani busana yaitu gerak berhias, dan sebagainya. sedangkan dalam tari
kerakyatan ada ragam gerak disesuaikan dengan jenis tarinya. Tari Bali juga
terdapat penamaan dalam ragam geraknya, antara lain Agem (sebagai sikap
pokok), Ngawisnu, gelatik nuut papah yaitu gerak berjalan seperti sedang meniti
dahan, lasan megat iye dan sebagainya.
Untuk lebih jelasnya pada tari daerah lain Anada dipersilahkan untuk
membaca buku yang terkait dengan hal tersebut, dan melihat beberapa tarian yang
terdapat dalam media elektronik youtube.
Demikian pula dengan ragam gerak tari daerah lain seperti Kalimantan
82
suku Dayak dan daerah lainnya. Marilah kita lihat keunikan gerak tari tradisi di
Indonesia melalui gambar pada tabel berikut ini.

83
No Daerah Nama Tari Gambar

1 Aceh Tari Saman

Tari Ratoh Jaroe

2 Sumatra Utara Tari Tor-tor

3 Sumatra Barat Tari Randai

4 Jambi Tari Sekapur Sirih

5 Bengkulu Tari Tabot

6 Riau Tari Zapin

7 Bangka belitung Tari Pinang Sebelas

84
No Daerah Nama Tari Gambar
8 Sumatra Selatan Tari Gending Sriwijaya

9 Lampung Tari Cangget

10 Banten Tari Banten Katuran

11 Jawa Barat Tari Jaipongan

Tari Topeng cirebon

Tari Ratu Graeni

12 DKI Jakarta Tari Topeng Tunggal

Tari Lenggang Nyai

85
13 Jawa Tengah 1. Tari Jaran kepang/
jathilan

2. Tari Srimpi gaya


Surakarta

3. Tari golek gaya


Yogyakar
ta

86
No Daerah Nama Tari Gambar
14 Jawa Timur Tari Remo

Jejer

Glipang

15 Bali Tari Pendet

Tari Baris

16 NTB Tari gandrung lombok

17 NTT Tari Likurai

87
18 Kalimantan 1. Tari Baksa Kembang.
Kal-Sel

2. Tari Enggang

19 Sulawesi 1. Tari Pakarena


(Makasar)

2. Tari Pa`gelu (Toraja)

88
L Daerah Nama Tari Gambar

21 Maluku

22 Papua

Tabel keunikan gerak tari tradisi di Indonesia


Sumber gambar : htpp/gambar tari tradisional
https://www.google.com/gambar+tari+tradisional&oq=gambar+tari+tradisional diakses
tanggal 16 Oktober 2019

Tabel di atas menggambarkan keragaman budaya di Indonesia melalui seni


tari, namun karena begitu banyaknya jenis tari di Indonesia, diharapkan Anda para
peserta PPG untuk aktif dalam mengup-date informasi perkembangan tari di
Indonesia. Setiap tarian daerah baik yang tergolong dalam tari tradisional maupun
non tradisional, bentuk tari menurut fungsinya, maupun jumlah penarinya,
mempunyai ciri/gaya gerak yang beragam dan mempunyai makna sesuai dengan
yang beragam pula.

b. Musik iringan dalam Tari


Iringan di dalam tari memegang peranan penting, tari dan iringan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, karena keduanya berasal dari sumber yang sama
yaitu dorongan atau naluri ritmis. Seperti yang diungkapkan Humphrey (1964:
132) bahwa pada dasarnya tari membutuhkan kehadiran musik sebagai

89
pendampingnya. Keterikatan tari dengan musik dinyatakan Doubler (1985: 156)
dalam kutipan “sebagai dorongan dinamik susunan ritmisnya, di samping kualitas-
kualitas melodik dan harmonisnya, musik adalah suatu yang terpenting dari semua
partner tari”. Dari pernyataan tersebut dapat digarisbawahi unsur ritme sebagai
dasar penggerak kerjasama antar tari dan musik.
Musik dalam tari dapat memberikan keselarasan, keserasian dan
keseimbangan yang dipadukan menjadi satu kesatuan yang hidup. Keselarasan
mengandung maksud antara jiwa dan melodi lagu dengan jiwa gerak-gerak tari
yang diiringinya selaras, sehingga penonton merasakan keindahan atau kecocokan
musikal melalui pendengaran. Keserasian mengandung maksud kecocokan antara
musik iringan dengan gerak tari melalui indera penglihatan penonton dan
penggarap seni itu sendiri, sedangkan keseimbangan mengandung maksud
kecocokan rasa musikalitas dengan yang diiringinya yaitu tari (Jazuli, 2008: 10).
Melalui musik sebagai iringan tari ini pula pesan atau makna gerak yang
ingin disampaikan akan lebih komunikatif, sehingga tari tersebut mempunyai jiwa
atau roh dalam pengungkapannya. Dengan demikian, tari artinya ekspresi jiwa
yang diungkapkan melalui gerak, memiliki makna dan nilai estetis, sehingga dapat
menggugah penonton.
Fungsi iringan dalam tari dapat dilihat dari tujuan atau pesan yang ingin
disampaikan dalam tari, sehingga ada iringan tari yang berfungsi sebagai
pengiring tari, pendukung suasana dan pembuat ilustrasi tari. Fungsi iringan tari
sebagai pengiring tari dapat dilhat dari tari-tari tradisi atau kreasi yang sudah
berkembang, seperti tari Gambyong, tari Merak, tari Topeng Blantek, tari
Pakarena, tari Yospan, tari Serampang Dua Belas, dan tari lainnya. Fungsi tari
sebagai pendukung suasana, apabila tari tersebut memiliki tema tetentu, misalnya
tema percintaan, kematian, yang iringannya harus dibuat sedemikian rupa agar
penonton memiliki perasaan yang mendukung terhadap tema tersebut. Sedangkan
fungsi iringan tari sebagai ilustrasi, biasanya dapat dilihat pada penari-penari latar,
di mana gerak tarinya terkadang mengikuti iringan tari yang didengar atau dapat
bertolak belakang tidak sesuai dengan iringan tari yang sering disebut dengan off
beat.

90
Pada iringan tari memiliki unsur tempo dan ritme. Tempo biasanya dengan
memperhatikan panjang pendeknya atau cepat lambatnya gerak berdasarkan
hitungan, misalnya gerak yang sama dilakukan dengan hitungan 1- 4 dengan
hitungan 1- 8 atau 1- 16 akan mempengaruhi terhadap tempo atau cepat
lambatnya gerakan.
Contoh:
Lakukan gerak berjalan dengan hitungan 1 – 4

Lakukan gerak berjalan dengan hitungan 1 – 8 Rasakan bedanya dari gerak


yang dilakukan
Lakukan gerak berjalan dengan hitungan 1 - 16

Ritme atau irama dalam iringan tari merupakan pengulangan bunyi


menurut pola tertentu dalam sebuah lagu. Misalnya lagu Sirih Kuning yang
dijadikan tari Tapak Tangan pada Tari Betawi terdapat gerak yang mengikuti
pengulangan pola irama. Biasanya irama keluar dari perasaan seseorang
sehubungan dengan apa yang dirasakan dan diekspresikan ke dalam gerak tari.
Jenis musik iringan tari yang dapat digunakan terbagi menjadi: 1) musik
internal, 2) musik eksternal. Musik internal adalah musik yang dihasilkan dari
penarinya itu sendiri, contohnya dengan bersiul, bertepuk tangan, bernyanyi,
petikan jari, hentakan kaki, dan sebagainya. Tari dengan musik internal dapat
dilihat pada tari Kecak, tari Rampai Aceh, tari Saman, dan sebagainya. Musik
eksternal yaitu musik yang digunakan sebagai pengiring tari dengan sumber bunyi
yang berasal dari instrumen atau alat bunyi lainnya.
Musik eksternal digunakan sebgai pedoman ritme penari untuk bergerak
sehingga iringan pada tarian dapat difungsikan sebagai ilustrasi pendukung
suasana (karakter tari) dan juga difungsikan sebagai patokan bagi penari untuk
bergerak. Sebagai contoh musik eksternal yang biasa digunakan pada tari yaitu
gamelan, alat musik tradisional (rebana, tifa, kecapi, angklung, dan sebagainya),
sedangkan alat musik lain dapat pula digunakan dari sumber bunyi yang ada di
sekitar, misalnya pukulan kayu atau kentongan, botol plastik yang diisi biji-bijian,
atau alat-alat perkusi lainnya.

91
Musik sebagai pengiring tari dapat dibedakan berdasarkan warna suara
atau tangga nadanya. Ada tangga nada pentatonis yang dikenal dengan musik
tradisi, dan diatonis berupa musik non tradisi. Pentatonik itu berasal dari kata
penta(5) dan tonic(nada). Tangga nada pentatonik ini dibentuk dengan
mengurangkan nada ke-4 dan ke-7 dari struktur oktaf 8 nada. Pentatonik
sebenarnya digunakan untuk musik modern maupun tradisional di berbagai negara
di dunia ini, seperti Cina, Jepang, dan Indonesia. Di Indonesia, tangga nada
pentatonik biasanya terdapat pada alat musik gamelan Jawa, kolintang, dan
khusus pada musik gamelan (Jawa) terdapat dua macam tangga nada pentatonik
dinamakan titi laras slendro dan titi laras pelog. Untuk itu musik pentatonik
adalah musik yang menggunakan 5 nada dalam satu oktafnya. Contohnya adalah
gamelan Jawa, mempergunakan nada 1, 2, 3, 5, 6 (ji, ro, lu, ma, nem) untuk laras
slendro dan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (ji, ro, lu, pat, ma, nem, pi) untuk laras pelog.
Sedangkan diatonik berasal dari di(2) dan tonic(nada). Jadi dalam satu
oktaf terdapat 5+2 nada, = 7 nada. jadi musik modern atau bahkan postmodern
sering menggunakan tangga nada diatonik ini. musik diatonik menggunakan 7
nada dalam setiap oktaf. yaitu nada putih, ataupun 1,2,3,4,5,6,7
(do,re,mi,fa,sol,la,si).

Gambar 3.1 : alat musik tidak bernada


Sumber : https://www.google.com/search?q=gambar+alat+musik

92
Gambar 3.2 : alat musik bernada (Gambang Kromong)
Sumber : https://www.google.com/search?q=gambar+gambang+dan+kromong

Pada tari musik yang digunakan sebagai pengiring atau pendukung dapat
menggunakan musik pentatonis maupun diatonis tergantung dari sumber gerak
yang digunakan dan ide tarinya itu sendiri, bahkan mungkin jenis musik ini
digunakan dalam satu tarian. Hal ini apabila musik berfungsi sebagai pendudkung
atau ilustrasi tari, sehingga diperlukan musik yang bervariasi warna suarannya.
Sangatlah mudah membedakan warna suara pentatonis dan diatonis, karena
perbedaan tersebut dapat didengarkan dengan jelas berdasarkan instrumen yang
digunakan. Tariannya pun pada umumnya mengikuti warna suara yang dihasilkan,
jika pentatonis biasanya tari-tari tradisional, sedangkan jika menggunakan musik
diatonis maka tari-tari kreasi.

c. Level dan pola lantai dalam Tari


level adalah tinggi rendahnya penari dalam melakukan gerakan. Level
dalam gerak tari dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu level tinggi, sedang, dan

rendah. Dalam gerak tari, level tinggi menunjuk pada gerakan-gerakan yang
mengarah ke garis vertikal, contohnya gerak melompat, menjinjitkan kaki, tangan
cenderung mengarah ke atas. Dalam tari-tari tradisional di Indonesia yang
bertema perang seperti tari-tarian di Papua, gerak perang dalam tari gaya
Yogyakarta, gerak srisig dalam tari Gatotkaca Gandrung dari tari klasik gaya
Surakarta, tari Baris dari Bali, dan sebaginya.
Sedangkan yang tergolong dalam gerak yang berlevel sedang menunjuk
pada posisi penari yang bergerak dalam posisi berdiri secara lurus di atas pentas.
Level sedang ini banyak terdapat dalam tari-tari tradisional di Indonesia, misalnya

93
Jawa, Sunda, Kalimantan, tari Melayu, dan sebagainya. Level rendah merupakan
gerak yang dilakukan oleh penarai dalam posisi yang rendah seperti merunduk,
duduk, atau bahkan berguling di lantai pentas

Pola lantai sering disebut juga dengan disain lantai, yaitu Desain lantai
adalah garis-garis lantai yang dilalui oleh seorang penari atau garis-garis di lantai
yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Secara garis besar ada dua pola garis
dasar dalam pada lantai yaitu garis lurus dan garis lengkung.
Pada garis lurus dapat dibuat ke depan, ke belakang, ke samping atau serong.
Selain itu garis lurus dapat membentuk desain huruf V atau kebalikannya,
segitiga, segiempat, huruf T, Y atau desain zig-zag. Garis lurus memberikan kesan
sederhana tetapi kuat. Garis lurus banyak digunakan pada tari tradisional baik
klasik maupun kerakyatan. Garis lengkung dapat dibuat melengkung ke depan, ke
belakang, ke samping dan serong.
Sedangkan pada garis dengan desain lengkung dapat dibuat desain
lengkung ular, lingkaran, angka tiga atau delapan juga bentuk spiral. Garis
lengkung memberikan kesan lembut tetapi juga lemah. Garis lengkung banyak
digunakan pada tari-tarian primitif dan tari-tarian komunal yang kebanyakan
berciri sebagai tari bergembira, misalnya tari Kecak dari Bali, tari Serampang Dua
Belas dari Sumatera, dan sebagainya.

Dengan demikian pada satu tarian dapat dibuat dengan variasi garis atau pola
lantai dapat pula satu bentuk desain garis pola lantai yang digunakan. Pada tari
tradisi tertentu yang berakar dari rakyat dengan ciri pola lantai sederhana biasanya
hanya menggunakan beberapa desain pola lantai garis lurus dan garis lengkung.

Gambar 3.3. Lintasan garis yang dilalui penari

94
Gambar 3.4 : Lintasan garis yang dilalui penari menuju posisi terakhir

Gambar 3.5 :. Keterangan gambar cara membuat pola lantai pada naskah tari.

95
Level dan pola lantai dalam tari sangat penting untuk diperhatikan,
gabungan beberapa level dan pola lantai yang digunakan dalam tari akan
menghasilkan gerak yang dinamis dan estetis. Pada tarian tertentu memiliki level
dan pola lantai yang tidak bisa diubah-ubah, seperti pada tari klasik Bedhoyo.
Level dan pola lantai pada tari tersbut memiliki makna dan filosofi yang tinggi.
Hal ini terkait dengan tujuan tari itu sendiri.
Selain permainan level dan pola lantai, tari tidak terlepas dari iringan atau
musik pengiringnya.

D. RANGKUMAN
1. Gaya dalam tari sering kita sebut dengan style, yaitu bentuk yang tersusun
dari simbol-simbol, bentuk-bentuk (form) dan orientasi-orientasi nilai
yang mendasarinya, sehingga gaya menandai identitas dan keseluruhan
ciri yang komplek yang dijadikan dasar bagi seseorang
2. Musik sebagai bentuk iringan di dalam tari dibedakan menjadi dua, yaitu
musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah bentuk musik
iringan tari tari yang berasal dari tubuh penari. Musik eksternal adalah
musik pengiring dalam tari yang berasal dari benda yang dibunyikan.
3. Fungsi musik di dalam tari di dalam tari dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu, a). sebagai pengiring, b). sebagai pemberi suasana, c). sebagai
ilustrasi. Teknik gaya tari tradisional berhubungan dengan gerak individu
yang dapat diungkapkan dalam gaya menari bagi masing-masing penari.
4. Tema adalah pokok pikiran, gagasan atau ide dasar, yang biasanya
diungkapan dalam sebuah tarian, namun demikian ada pula tarian yang
tidak mempunyai tema.
5. Tata rias dan tata busana berupakan unsur penunjang sajian tari yang juga
dianggap penting, karena fungsi tata rias adalah merubah karakter pribadi
ke dalam karakter tarian yang dibawakan

Selamat. Anda telah membaca seluruh materi dan rangkuman, untuk mengetahui
tingkat pemahaman Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tugas berikut
ini!

96
E. TUGAS
1. Buatlah pengembangan gerak berdasarkan unsur ruang, waktu, dan tenaga
sesuai dengan hitungan yang bervariasi.
2. Buatlah pengembangkan gerak tari dengan memperhatikan penggunaan
tempo dan ritme yang bervariasi
3. Buatlah pengembangan variasi level dan pola lantai dalam bentuk bloking
kelompok (5 orang)
4. Buatlah tari kelompok dengan memperhatikan level dan pola lantai yang
bervariasi sesuai iringan dalam waktu 3 menit.
Selamat. Anda telah mengerjakan tugas kegiatan belajar. Untuk mengukur
penguasaan Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tes formatif berikut ini!

F. TES FORMATIF

1. Pada tari tradisional, setiap daerah mempunyai keunikan gerak yang mendasari
ciri tari daerah, salah satunya adalah ragam gerak kaki. Bentuk ragam gerak
kaki pada tari Daerah Jawa antara lain :
A. nyereksek C. Keupat
B. Kicat D. Melenting
E. Pacak gulu

2. sedangkan nama ragam gerak tangan pada tari Bali antara lain :
A. Sabetan C. Nyeledet
B. Cindhek D. Agem
E. Senandung

3. Musik di dalam tari terdiri dari dua konsep, yaitu musik internal dan musik
eksternal. Yang dikategorikan dalammusik internal adalah :
A. musik tradisi C.
B. Apresiasi, kreasi, ekspresi D. gerak, waktu, dan tenaga
E. Aksi, Eksplorasi, Ekspresi

97
4. Ruang penari untuk gerak tari putri dan tari putra berbeda pada…
A. Kualitas gerak C. Volume gerak
B. Keindahan gerak D. Dinamika gerak

5. Tari merupakan unsur gerak yang harus memperhatikan ruang, waktu dan
tenaga. Apabila gerak tersebut dilakukan dengan hitungan 1-4, dilanjutkan
hitungan 1-8, dan diakhiri hitungan 1-2. Adanya perubahan hitungan yang
berpengaruh terhadap waktu gerak, maka akan menimbukan gerak yang
memiliki…
A. Ruang C. Tenaga
B. Waktu D. Dinamika

6. Pada saat melakukan gerak ukel hitungan 1 – 4 dengan hitungan 1 – 8,


perbedaannya dapat dilihat dari sisi:
A. teknik saat melakukan gerak C. irama dalam melakukan gerak
B. ekspresi saat bergerak D. waktu yang dibutuhkan dalam
bergerak
7. Wirama merupakan unsur penyelaras yang akan memberi kekuatan pada
sebuah tarian. Di bawah ini konsep wirama pada tari berpasangan:
A. Memperhatikan pada bentuk sikap dan gerak tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
B. Memperhatikan bentuk gerak dan ruang tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
C. Memperhatikan bentuk gerak dan irama tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
D. Memperhatikan bentuk motif dan gerak dari tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi

8. Pernyatan yang benar dalam menggunakan unsur tenaga dalam bentuk


penyajian tari tunggal:
A. bebas sesuai dengan kemampuan para penari

98
B. sesuai dengan jenis karakter dari koreografi tarian
C. adaptasi pada busana dan ketebalan riasan wajah
D. disesuaikan dengan kebutuhan koregrafer dan penonton

9. Perbedaan gerak tari Jawa dengan tari Aceh dapat dilihat dari…
A. Tempo gerak C. Keindahan gerak
B. Kualitas gerak D. Kerampakan gerak

10. Cepat lambatnya gerak yang dapat dilihat pada tari Randai dari Sumatera
Barat menunjukkan tarian tersebut memiliki tempo yang dinamis. Namun
demikian tari tersebut menggunakan musik pengiring berupa…
A. Eksternal C. Kontemporer
B. Internal D. Pentatonis

99
DAFTAR PUSTAKA

Autard Jaqualine Smith (1994). The Art of Dance in Education. London : A & B
Black.

Barrett, Maurice (1982), Art Education, a strategy for course design, London:
Heinemann Educational Books.and Learning).

Devi Triana, Dinny, dkk. (2000). Pendidikan Seni Tari Di Sekolah Menengah
Umum. Jakarta : Seminar dan Lokakarya Pendidikan Seni.

Devi Triana, Dinny, dkk. (2009). Modul PPG Pendidikan Seni Tari. Jakarta: UNJ
Press.

Dibia I Wayan. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati Metode Baru dalam Mencipta
Tari. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan.

Eisner, (1997). The Educating Artistic Vision, New York: The Macmillan
Company.

Fisher, Elaine Flory, (1978). Aesthetic Awareness and the Child, F.E.Peacock P

Hadi, Sumandiyo Y. 1996. Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok.


Jogjakarta: Manthili.

Hermawati, Sri, dkk. (2006). Seni Budaya untuk SMK/MA/SMU. PT: Inti Prima.

Humphrey Doris. 1994. The Art of Making Dance. Canada: Holt, Rinehart and
Winston.

Jajuli, M. (2008), Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni, Semarang: Unesa


University Press.

. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Press.

Kamaril, Cut. WS., (2007) Materi Pelatihan Pengenalan Pembelajaran Aktif di


Sekolah Dasar dan Menengah, Jakarta,.

Langer, Susanne K. (1957), Problem of Art, New York: Harvard Unversity Press.

Lansing, Kenneth Melvin, (1981). The Elementary teachers’s art Handbook, CBS
College Publishing, New York.

(1990). Art, Artists an Education. London: MsGraw-Hill Book


Company.

100
Lowenfeld, Viktor and W.Lambert Brittain. (1975). Creative and Mental Growth,
Sixth Edition, New York: Macmillan Publishing Co.Inc.

Kraus, Richard. (1969). History of The Dance in Art and Education. Englewood
Cliffs, New Jersey : Prentice Hall. Inc.

Laban, Rudolf. (1976). Modern Educational Dance (ed 3) (Revised by Ulmann).


London: Macdonald and Evans.

La Meri. (1965). Dance Composition : The Basic Elements. Massachusetta:


Jacob’s Pillow Dance Festival, Inc.

Murgiyanto, Sal. (1983). Koreografi : Pengetahuan Dasar Komposisi Tari.


Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Parani, Yulianti. (1975). Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta : LPKJ.

Read, Herbert. (1970), Education Through Art, London: Faber and Faber.
London.

Smith, Jacquline. (1985). Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru.
Terj. Ben Suharto. Yogyakarta : Ikalasti.

Soedarsono. Terj.1986. Elemen-elemen Dasar Komposisi Tari. Jogjakarta:


Lagaligo Fakultas Kesenian ISI Jogjakarta

Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta:Balai Pustaka.

Soedarsono, dkk. 1996. Indonesia Indah: Tari Tradisional Indonesia. Jakarta:


Harapan Kita MII/BP.

Soedarsono. 1997. Tari-tarian Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud.

101
MODUL 3
KB 4 : PEMBELAJARAN PENGETAHUAN DAN ESTETIKA
SENI TARI

Selamat pagi. Mengamati objek merupakan kegiatan yang biasa kita


lakukan. Banyak sekali pertanyaan yang ada dibenak ketika kita mengamati tari,
misalnya apa yang harus diamati dari penyajian tari ? mengapa tari yang dilihat
menarik? Aspek-aspek apa saja yang menyebabkan tari terlihat menarik?
bagaimana cara membuat tari yang menarik? bagaimana cara menemukan
kelebihan atau kekurangan tari yang dilihat? Semua pertanyaan tersebut dapat
dijawab apabila seseorang menguasai konsep dan prinsip-prinsip estetika yang
penerapannya dapat digunakan untuk menikmati tari, mengkritisi tari bahkan
untuk membuat karya tari. Karena dengan menguasai konsep dan prinsip-prinsip
estetika seseorang akan mengetahui tentang apa keindahan, mengapa indah dan
bagaimana cara menemukan bahkan menciptakan keindahan karya seni dan tari.

Pokok bahasan kali ini, akan memfokuskan kepada Model Pembelajaran


yang cocok dalam mata pelajaran Seni Budaya pada materi Seni Tari dan Unsur-
unsur Estetika dalam tari. Manfaatnya jika Anda menguasai materi ini, Anda
akan dapat menjadi seorang pendidik yang mampu memilih dan menerapkan
model pembelajaran mana yang cocok untuk mata pelajaran seni budaya
khususnya pada materi seni tari, serta mampu menjelaskan unsur-unsur estetika
yang ada pada tari. Oleh karena itu, kegiatan belajar tidak hanya difokuskan
kepada membaca materi yang telah disediakan, tetapi Anda juga harus aktif
memgamati dan mengkritisi materi tari video yang disediakan, mengerjakan
tugas dan tes formatif dalam kegiatan belajar 4 ini.

SELAMAT BELAJAR.

102
Capaian pembelajaran mata kuliah
Setelah mempelajari kegiatan belajar 4, peserta akan mampu :
1. Menerapkan Model Pembelajaran yang cocok dalam mata pelajaran Seni
Budaya pada materi Seni Tari.

Sub capaian pembelajaran mata kuliah


Setelah mempelajari kegiatan belajar 4, peserta akan mampu :
1. Menganalisis jenis model pembelajaran aktif dan implementasinya dalam
pembelajaran tari
2. Menjelaskan estetika dalam tari

Pokok-pokok materi
1. Model pembelajaran aktif dan implementasinya dalam pembelajaran tari
2. Unsur-unsur estetika dalam tari

Pembahasan pertama difokuskan pada pembahasan model pembelajaran. Materi


ini akan membantu Anda dalam memilih dan menerapkan Model Pembelajaran
mana yang cocok dalam mata pelajaran Seni Budaya khususnya pada materi Seni
Tari. Oleh karena itu, Unduh dan simak baik-baik:

1. Model Pembelajaran
1. Macam-macam Model Pembelajaran :
“Model pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan
pembelajaran, dengan mengintegrasikan komponen urutan kegiatan, cara
mengorganisasikan materi pelajaran dan pembelajaran, peralatan dan bahan, serta
waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan secara efektif dan efisien” (Atwi Suparman,
97:157).
“Model pembelajaran yang akan dilaksanakan agar efektif, dapat dilihat
dari karakteristik seperti: prilaku pengajar, karakteristik pengajar, perilaku
peserta didik, dan karakteristik kelas (Woolfolk, 1982) yang dituntut dari

103
seorang pengajar dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah
kemampuan dalam memotivasi siswa, menyajikan bahan pelajaran dengan
metode yang sesuai dengan tujuan, mempersiapkan dan menggunakan
media pembelajaran, dan menilai hasil belajar”.

1. Model Pembelajaran Inkuiri


Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa
(Hamdayama, 2014: 31).
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri.
Pertama, model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkari siswa
sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pelajaran melalaui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat rnenumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi
pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan
tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian, dalam model pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut
agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya.
Implementasi model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tari :
a. Orientasi
b. Merumuskan masalah

104
c. Mengajukan hipotesis
d. Mengumpulkan data
e. Menguji hipotesis
f. Merumuskan kesimpulan
Contoh Kegiatan pembelajaran di kelas :
1. Kegiatan Awal (15 menit)
Guru menyampaikan apersepsi, motivasi, dan tujuan pembelajaran. Siswa
diajak melihat video tari tradisional yang diperlihatkan oleh guru. Siswa dan
guru bertanya jawab seputar materi tari tradisional Indonesia. Siswa dibuat
berkelompok oleh guru.
2. Kegiatan Inti (50 menit )
Siswa menerima materi tentang macam-macam tari tradisional di Indonesia.
Secara berkelompok siswa mengelompokkan tari tradisional berdasarkan asal
daerahnya. Siswa diajak membahas hasil kerja dan menyimpulkan macam-
macam tari tradisional Indonesia dan ciri-ciri tari tradisional di Indonesia.
Siswa dan guru menyusun rubrik penilaian.
3. Kegiatan Akhir (15 menit)
Siswa dan guru melakukan refleksi, siswa mendapatkan tugas untuk
mengklasifikasikan tari tradisional berdasarkan pola garapannya.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah menyodorkan masalah
kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu atau kelompok, strategi ini
pada intinya melatih keterampilan kognitifnya peserta didik terbiasa dalam
pemecahan masalah, mengambil keputusan, menarik kesimpulan, mencari
informasi, dan membuat artefak sebagai laporan mereka (Yamin, 2013: 81).
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Model Pembelajaran
Berbasis Masalah. Pertama, Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi MPBM ada

105
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. MPBM tidak mengharapkan siswa
hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran,
akan tetapi melalui MPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. MPBM menempatkan masalah sebagai
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin
ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan
metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan MPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran
yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa
diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang
terjadi dilingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa
kemasyarakanatan.
Implementasi model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran
tari :
1. Mengarahkan peserta didik ke permasalahannya
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tari pada materi tari tradisional
Indonesia, dan hal-hal penting lainnya, dan memotivasi peserta didik untuk
ikut terlibat dalam kegiatan problem solving yang dipilih sendiri.
2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas pembelajaran yang berhubungan dengan permasalahannya.
3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang tepat
guna melaksanakan eksperimen, dan berusaha menemukan penjelasan dan
solusi.

106
4. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibits
Guru membantu peserta didik dalam mencernakan dan mempersiapkan artefak
sebagai laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi
karya dengan orang lain.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses problem solving
Guru membantu peserta didik untuk merefleksikan investigasinya dan proses-
proses yang mereka gunakan.

3. Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif atau kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, Ada empat unsur penting
dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok;
(2) adanya aturan jelompok; (3) adanya upaya belajar; (4) adanya tujuan yang
harus dicapai. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam
setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan
beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan
bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan,
pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat
maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan,
tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua
pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai
anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota
kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya.
Salah satu model dari model pembelajaran kelompok adalah model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian
dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (195)
mengemukakan dua alas an. Pertama, beberapa hasil oenelitian membuktikan
bahwa pemggunaan pembelajaran kooperatif Japat meningkatkan prestasi belajar

107
siswa sekaligus dapat meningkatkan cemampuan hubungan sosial, menumbuhkan
sikap menerima kekurangan Jiri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga
diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan
dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran
yang selama ini memiliki kelemahan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mernpunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras
atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian,
setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif.
Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung
jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap
anggota kelompok.
Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi
untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan
yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
kepada kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga
adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama
inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui
kooperatif dapat dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif
motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif
elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan
kepada kelompok memungkinkan setiap angota kelompok akan saling membantu.

108
Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan
kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk
memperjuankan keberhasilan kelompoknya.
Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setap siswa akan saling
membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok
memperoleh keberhasilan. Bekerja secara kelompok dengan mengevaluasi
keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, di mana setiap
anggota kelompok menginginkan semuanya memperolah keberhasilan.
Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi
antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir
mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan
berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan
kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik model pembelajaran kooperatif
adalah:
a. Pembelajaran secara kelompok
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
c. Kemauan untuk bekerja sama
d. Keterampilan bekerja sama

Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif :


Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di bawah
ini:
1) Prinsip Ketergantungan Positif
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok
masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya.
Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota
kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak
mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa
menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memeriukan Kerja sama yang baik
dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai
kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk
menyelesaikan tugasnya

109
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap
anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan
kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian
terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan
tetapi penilaian kelompok harus sama.
3) Interaksi Tatop Muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka sating memberikan
informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan
pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk
bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-
masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4) Partisipasi dan Komunikasi
Rembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartistpasi aktif
dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka
dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan
kooperatif, guru perlu tnembekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi,
misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, cara
menyatakan ketidaksetuuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara
santun, tidak memojokkan; cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang
dianggapnya baik dan berguna.
Implementasi model pembelajaran kooperatif pada materi seni tari :
 Prosedur Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap,
yaitu :
1) Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses .penyampaian pokok-pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam

110
tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap
ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus
dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran
kelompok. Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, biasanya dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, curah pendapat,
tanya jawab, penayangan gambar, pemutaran video, diskusi, yang dipimpin oleh
guru. Pada saat penyajian materi teori di kelas ini siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok. Guru pada tahapan
ini memaparkan materi teori tentang tari sesuai dengan RPP yang ada, misalnya
materi tentang pengertian tari, jenis tari, unsur utama dan pendukung tari, bentuk,
tema, nilai estetis, ragam gerak tari, musik iringan, level, dan pola lantai dalam
tari.

2) Belajar dalam Kelompok


Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi
pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk membagi seluruh jumlah siswa
menjadi beberapa kelompok, lalu masing-masing kelompok harus belajar dan
membahas materi yang telah diberikan. Pembagian kelompok juga sangat efektif
untuk materi Praktek tari di kelas. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6
orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis
kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok dalam hal ini adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal.

3) Penilaian
Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes
atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Tes
individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes
kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir
setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap
kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai

111
kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja
sama setiap anggota kelompok. Kuis bisa dilakukan untuk mengambil nilai siswa
secara individual, dengan memberikan soal-soal berupa materi-materi teori
tentang tari yang telah diberikan kepada siswa. Sedangkan tes kelompok dapat
dilakukan untuk mengambil nilai praktek tari siswa.

4) Pengakuan Kelompok
Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok mana yang dianggap
paling menonjol atau kelompok paling berprestasi untuk kemudian diberikan
penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut
diharapkan dapat memotivasi kelompok untuk terus berprestasi dan juga
membangkitkan motivitasi kelompok lain untuk lebih mampu meningkatkan
prestasi mereka. Pada tahap ini guru memberi arahan kepada siswa untuk saling
memberikan penilaian kelompok satu dengan yang lain. Penilaian ini bisa
dijadikan acuan untuk mencari mana yang merupakan kelompok favorit, dan guru
juga mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai paling tinggi sesuai
dengan kriteria penilaian untuk mengapresiasi hasil kerja kelompok siswa dalam
kelas.

4. Model Pembelajaran Kontekstual


Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk.dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya
proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses
belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya mener.ima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi

112
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinta CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat rnemahami
materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam
kontek CTL, bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, akan tetapi
sebagai bekal mereka dalam mengarung kehidupan nyata.

Pola dan Tahapan Pembalajaran CTL :


Dapat dicontohkan jika guru akan memberikan materi tentang tari
tradisional dan tari kreasi. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan
anak untuk memahami karakteristik tari tradisi dan tari kreasi. Untuk mencapai
kompetensi tersebut dirumuskan indikator hasil belajar berikut.
Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri tari tradisional dan tari kreasi
Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis tari tradisional dan tari kreasi
Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik tari tradisional dan tari
kreasi
Untuk mencapai tujuan kompetensi di atas, dengan menggunakan CTL guru
melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti berikut ini.
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
 Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
siswa.
 Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya

113
kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke sanggar tari A dan
kelompok 3 dan 4 ke sanggar tari B.
 Melalui observasi, siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang
dapatkan dan pelajari di sanggar tari tersebut.
3) Guru melakukan tanya jawab seputar tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa
b. Inti
Di lapangan
1) Siswa melakukan observasi ke sanggar tari sesuai dengan pembagian tugas
kelompok.
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka dapatkan dan pelajari di sanggar
sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Di dalam kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya
masing-masing.
2) Siswa melaporkan hasil diskusi
3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh
kelompok lain.
4) Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan observasi terkait penemuan
yang mereka dapatkan di sanggar sesuai dengan indikator hasil belajar
yang dicapai.
5) Guru menugaskan siswa membuat ulasan tentang pengalaman belajar
mereka di sanggar tari.

5. Model Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan


(PAIKEM)
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan
yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses
pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan
hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan
di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu

114
menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada
perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama
ini.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke
seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan. Dengan demikian pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan
anak, mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara
efektif dan optimal (Hamdayama, 2014: 42).
Implementasi model pembelajaran PAIKEM dalam pembelajaran tari :
1) Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa berperan aktif
dalam pembelajaran tari. Misalnya dengan diskusi kelompok tentang tari
tradisional atau berkunjung langsung ke sanggar tari tradisional.
2) Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam. Misalnya guru
menyiapkan beberapa foto dan video tentang tari-tari tradisional yang ada di
Indonesia.
3) Guru memberikan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa
diberikan tugas melakukan pengamatan langsung ke sanggar tari tradisional
dan menulis laporan dengan kata-kata mereka sendiri.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Diskusi dan menjawab
pertanyaan seputar materi tari tradisional.
5) Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
6) Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa
menceritakan atau memanfaatkan pengalaman yang pernah mereka alami
sendiri.
7) Guru menilai pembelajaran dan kemajuan siswa secara terus menerus. Guru
memantau kerja siswa, dan memberikan umpan balik.
Pembahasan kedua difokuskan kepada materi unsur-unsur estetika dalam
tari. Materi ini akan membantu Anda dalam menjelaskan kepada siswa tentang
unsur-unsur estetika yang terdapat dalam tari. Oleh karena itu, Unduh dan simak
baik-baik:

115
1. Seluruh materi dari file Powerpoint.
2. Materi Unsur-unsur Estetika dalam pdf

2. Estetika dalam Tari


Pernahkan Anda melihat tari dan sangat kagum atau takjub?. Atau
sebaliknya, melihat tari tetapi merasa bosan dan tidak senang?. Nah.
pembahasan kegiatan belajar 4 ini, akan memberikan penjelasan kepada Anda,
mengenai estetika dalam unsur-unsur tari yang menyebabkan tari terlihat indah
dan menarik, sehingga menyenangkan apabila dilihat.
Pembahasan Estetika kali ini difokuskan kepada pembahasan estetika.
Estetika merupakan cabang ilmu dari filsafat yang membahas tentang keindahan.
Pemahaman mengenai prinsip-prinsip estetika dapat digunakan untuk bekal bagi
koreografer dalam membuat koreografi, sehingga koreografi menarik dari sisi
bentuk, namun juga bermanfaat bagi orang lain, karena kandungan pesan yang
bermakna dari elemen-elemen koreografi. Oleh karena itu, pembahasan kali ini,
difokuskan kepada estetika elemen tari yang berkontibusi besar kepada keindahan
koreografi.
Telah disebutkan bahwa estetika merupakan cabang dari filsafat yang
mengkaji tentang keindahan. Kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah.
Dalam bahasa Yunani philosophia (philos=cinta, Sophia=kebijaksanaan) jadi
philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan. Berfilsafat, merupakan kegiatan
pengetahuan dan kehendak yang merupakan kenyataan yang pertama dialami
secara langsung oleh manusia. Dalam sudut pandang ini, seluruh filsafat adalah
penjelasan tentang kegiatan manusia yang menyentuh akar-akarnya yang
terdalam. Dalam arti yang lebih luas, titik awal filsafat adalah seluruh
pengetahuan tentang kenyataan yang mendahului penelitian filosofis (Bagus,
1996:243). Kegiatan manusia yang menyentuh akar-akarnya yang terdalam ini
yang mendasari filsafat memiliki banyak ruang lingkup kajian. Ruang lingkup
kajian filsafat meliputi seluruh persoalan manusia yang dikelompokkan menjadi
enam persoala(Gie:1983:7-10 ), yaitu:
a. Persoalan metafisik (eksistensi, keberadaan).

116
Persoalan metafisik mempersoalkan hakikat dan sifat dasar dari eksistensi
alam sekitar, adanya Tuhan, manusia dengan segala persoalannya, jalan
pikiran, dan realita kehidupannya.
b. Persoalan epistemologi (pengetahuan).
Persoalan epistemologi mengupas tentang sumber dan batas pengetahuan
manusia termasuk persoalan cara seseorang memperoleh pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh melalui akal atau indera.
c. Persoalan metodologis (metode).
Persoalan metodologis lebih berkaitan dengan metode-metode untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
d. Persoalan logis (logika).
Persoalan logis berhubungan erat dengan proses penalaran yang tepat. Adakah
kriteria tertentu yang dapat menjamin bahwa kesimpulan atau tindakan yang
diambil seseorang sudah tepat dalam mengatasi persoalan.
e. Persoalan etis (etika, moralitas).
Persoalan etis tentang perilaku manusia yang berhubungan dengan moral, dan
susila. Ukuran-ukuran tertentu untuk menilai tingkah laku manusia, serta
dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
f. Persoalan estetis (estetika, keindahan).
Persoalan estetis memerlukan penelaahan yang lebih terperinci, karena
mencakup kajian yang luas, yaitu: nilai estetis, pengalaman estetis, perilaku
pencipta seni (seniman), dan seni itu sendiri.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa Estetika merupakan
salah satu kajian persolan dalam Filsafat. Istilah Estetika sebagai filsafat
keindahan diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762) dalam
buku Aesthetica yang mengupas tentang estetika sebagai ilmu pengetahuan
inderawi. Istilah estetika untuk pertama kali dikemukakan oleh Baumgarten yang
berasal dari bahasa Yunani asthetis yang berarti penerapan, persepsi, atau
pengalaman (Hartoko, 1995: 15).
Kajian estetika dikemukakan oleh Gie (1983:11-13 ) meliputi 4 hal,
yaitu :

117
a. Nilai estetis
Persoalan yang muncul adalah sesuatu yang berkenaan dengan hakikat estetis
(keindahan) yaitu apakah sifat keindahan itu?, bagaimana sifat keindahan itu?,
subjektif atau objektif?, bagaimana peran keindahan dalam kehidupan
manusia?, bagaimana hubungan keindahan dengan kebenaran dan kebaikan?
b. Pengalaman estetis
Pengalaman estetis membahahas pengalaman seseorang dalam hubungannya
dengan sesuatu objek/ kejadian yang indah. Permasalahan yang timbul adalah
bagaimana ciri-ciri pengalaman estetis?, mengapa objek seni/kejadian dapat
menimbulkan pengalaman estetis?, gejala- gejala atau faktor apakah yang
dapat mengganggu/merupakan rintangan dalam pengalaman estetis tersebut?
c. Perilaku pencipta seni (seniman)
Beberapa persoalan yang dikaji antara lain, siapakah seniman itu?, Di mana
letak perbedaan antara seniman dan pengrajin?, bagaimana proses penciptaan
sebuah benda seni?, apakah ada hubungan kepribadian antara pencipta seni
dengan hasil karyanya?
d. Seni itu sendiri
Persoalan yang dikaji adalah adakah kriteria tertentu untuk menetapkan
sebuah hasil karya sebagai benda bernilai seni?, mana yang lebih penting?
bentuk atau makna karya seni?, apakah ada hubungan antara karya seni
dengan agama, filsafat dan ilmu.
Pada awal pertumbuhannya, empat ruang lingkup kajian estetika tersebut
digunakan untuk mengkaji keindahan alam dan seni, namun pada
perkembangannya ruang lingkup kajiannya terfokus kepada keindahan seni. Seni
menjadi objek kajian estetika karena seni dianggap lebih dinamis, menarik untuk
dikaji karena seni merupakan hasil kreatifitas manusia yang selalu berkembang
setiap saat. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka (Gie:1983) mengemukakan
ruang lingkup kajian Estetika tari meliputi kajian tentang (a) nilai estetis; (b)
pengalaman estetis; (c) perilaku seniman; dan (d) seni.

118
Mengkaji keindahan atau estetika tari harus dimulai dari langkah
mengerti benar jenis tari yang diamati. Berdasarkan jenis tari yang diamati,
selanjutnya dilakukan kajian (a) nilai estetis tari; (b) pengalaman estetis; (c)
kaitan antara perilaku seniman dengan karyanya; serta (d) tari yang diamati.

d. Nilai estetis dalam tari


Persoalan pertama dalam estetika adalah nilai estetis. Nilai estetis tari
adalah kualitas yang melekat pada tari. Indikator kualitas apabila tari memiliki
sifat- sifat yang penting dan bermutu yang disebut dengan sifat keindahan. Secara
umum seni dikatakan indah apabila menimbulkan rasa puas. Dari sudut pandang
yang berbeda seni dikatakan indah apabila di dalam seni memiliki sifat-sifat
indah. Sifat keindahan bermacam-macam Gie (1996: 27) menjelaskan ada tiga
pasang kategori keindahan, yaitu kategori agung dan kategori elok, kategori
kosmis dan kategori tragis, serta kategori indah dan kategori jelek. Berdasarkan
pendapat tersebut tari yang dianggap memiliki sifat keindahan apabila:
(1) dapat membangkitkan perasaan takjub, megah, dahsyat dan keanggunan.
Zeising dalam Gie (1996:28) yang menimbulkan rasa takjub bagi orang
yang mengamati seni karena sifat impresive, majestic, glorious, dalam karya
seni termasuk dalam kategori agung;

Gambar 4.1 : Tari Gending Srijaya, termasuk tarian kategori Agung


Sumber : www.google.com/search?q=gambar+tari+gending+sriwijaya&sxsr
(2) dapat membangkitkan perasaan mengesankan, hebat, keren termasuk dalam
kategori elok;
(3) dapat membangkitkan perasaan menggelikan hati termasuk dalam kategori
komis. Contoh tari kategoni ini, dapat Anda lihat dalam tautan Tari
Dwimuko karya Didik Nini Thowok di https://www.youtube.com/
119
watch?v=BV28fJezUwU
(4) dapat membangkitkan perasaan sedih termasuk dalam kategori tragis;
(5) dapat membangkitkan perasaan senang termasuk dalam kategori indah;
(6) dapat membangkitkan perasaan negatif misalnya keadaan kacau balau, mual,
jijik termasuk dalam kategori jelek. Kemampuan tari menimbulkan persaan
negatif dianggap mempunyai nilai estetis karena dapat membangkitkan emosi
negatif seperti ide tarinya.

120
Dalam pembelajaran tari, sifat keindahan yang ada di dalam tari perlu
dilatihkan agar siswa memiliki kesadaran bahwa yang membangkitkan perasaan
pada waktu mengamati tari adalah kualitas elemen-elemen tari, diantaranya dari
gerak, desain lantai, musik, rias dan konstum, cerita, dan elemen tari lainnya
bukan bersumber dari tanggapan atau selera penonton.

e. Pengalaman estetis
Persoalan yang kedua dalam estetika adalah pengalaman estetis.
Pengalaman estetis dalam tari adalah perasaan puas pada waktu penonton melihat
tari. Pengalaman estetis ini tidak diperoleh dengan sendirinya. Pengalaman estetis
akan diperoleh seseorang apabila dalam mengamati tari dalam kondisi pikiran
yang jernih, sehat fisik, dan berperasaan tenang, sehingga dapat konsentrasi
dalam mengamati tari. Mengamati tari harus tanpa pamrih, terbebas dari pikiran-
pikiran praktis, misalnya mememikirkan nilai ekonomi dari tari yang amati, atau
pikiran yang teknis dan kritis. Pengalaman estetis terjadi dalam diri seseorang
karena responsnya terhadap tari yang diamati, setelah proses mencerap,
merenungkan dan menikmati tari. Oleh karena itu, kegiatan mengamati tari
dalam pembelajaran tari perlu dikondisikan situasi yang dapat membantu siswa
untuk dapat berkonsentrasi, sehingga siswa dapat mencerap, merenungkan,
menikmati, menanggapi dan selanjutnya memperoleh pengalaman estetik tari
yang diamati. Kondisi pikiran, perasaan dan mental yang sehat merupakan
syarat seseorang untuk dapat memperoleh pengalaman estetis dalam menikmati
tari. Di dalam menikmati tari pengalaman lain yang dapat diperoleh adalah
pengalaman religius. Pengalaman religius adalah adalah perasaan kagum
terhadap kebesaran dan kuasa Tuhan. Kondisi ini akan dapat dialami oleh
penonton tari manakala menikmati tari yang mengandung nilai religi.

f. Perilaku seniman
Persoalan yang ketiga dalam estetika adalah perilaku seniman. Seniman
tari dikategorikan menjadi dua, yaitu seniman pencipta yang disebut koreografer
dan seniman pelaku yaitu penari. Tari merupakan hasil daya cipta koreografer

121
yang diungkapkan melalui media gerak. Tari sebagai pernyataan daya cipta
manusia tidak dapat terlepas pikiran, sikap, dan perilaku seniman penciptanya
dalam menanggapi dan bereaksi terhadap sesuatu. Tari merupakan perwujudan
nilai-nilai yang dihayati seniman dalam lingkungan sosio budaya masyarakat
yang kemudian diekspresikan dan dikomunikasikan oleh koreografer dengan
media gerak kepada orang lain. Oleh karena itu, bentuk dan gaya tari biasanya
mencerminkan karakteristik koreografernya.
Koreografer dan penari dalam melakukan tugasnya memerlukan
kreatifitas. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam tari bahkan
dapat dikatakan nyawa dari bagi koregrafer maupun penari. Namun, ada
perbedaan antara kreatifitas yang harus dimiliki oleh koreografer dan penari.
Kreatifitas dalam diri koregrafer adalah kemampuan menghasilkan koreografi
yang inovatif dan bermanfaat dalam kehidupan orang lain. Kreatifitas dalam diri
penari adalah kemampuan menginterpretasikan tari dan menyatakan tarian dari
kehebatan penari dalam hal teknis gerak, rasa musikal dan kemampuan
menghayati karakter tari maupun karakter gerak tari, sehingga menghasilkan
penampilan tari yang menarik. Oleh karena itu, koreografi dan penari merupakan
sumber keindahan tari.

(1) Koreografi sebagai sumber keindahan tari :


Koreografi yang indah dari aspek bentuk, struktur dan isinya akan
menimbulkan berbagai perasaan yang dialami oleh penonton, misalnya perasaan
takjub, mengesankan, menggelikan, menyenangkan, sedih, bahkan perasaan
negatif atau perasaan lain yang ingin diciptakan oleh koreografer melalui hasil
karyanya. Berbagai perasaan tersebut dapat dirasakan oleh penonton karena
adanya sifat-sifat indah dalam bentuk struktur tari.
Monroe Bearsley menjelaskan bahwa karya seni ciri bentuk karya seni
yang indah apabila memiliki sifat: (a) kesatuan; (b) kerumitan; (c) kesungguhan.
Kesatuan (unity) berarti karya seni yang tersusun baik atau sempurna bentuknya.
Kerumitan (complexity), berarti karya seni yang tidak sederhana sekali, namun
kaya dengan isi atau unsur- unsur yang saling berlawanan atau yang mengandung

122
perbedaan-perbedaan halus. Kesungguhan (intensity) berarti karya seni memiliki
kualitas tertentu yang menonjol, bukan sekedar sesuatu yang kosong, ada ” so
something” di dalam karya seni tersebut ( Gie: 1996: 4).
Murgianto(2004:56) mengemukakan bahwa kriteria keindahan bentuk seni
tari adalah (a) kesatuan; (b) variasi; (c) pengulangan; dan (d) klimaks. Kesatuan
dan variasi mengandung pengertian bahwa setiap karya seni harus disusun dari
berbagai unsur. Unsur pokok dan pendukung tari dipadukan sedemikian rupa,
sehingga membentuk kesatuan yang utuh sesuai dengan tema tarinya.
Pengertian pengulangan adalah menampilkan kembali unsur-unsur seni tari
yang telah ditampilkan sebelumnya, ditujukan untuk mempertegas isi atau tema.
Pengulangan dapat membantu menegaskan maksud koreografi, namun sebuah
koreografi yang terlalu banyak menampilkan pengulangan unsur-unsurnya akan
terasa membosankan. Pengertian klimaks di dalam koreografi adalah bagian yang
paling menarik dan sangat penting dari sebuah tari. Cara untuk membuat
klimaks di dalam tari, diantaranya dengan cara: meningkatkan emosional,
menampilkan jumlah penari maksimal, adegan perang, dan adegan mengharukan.
Parker mengemukakan ciri umum keindahan bentuk karya seni apabila
memiliki asas (a) kesatuan; (b) tema ; (c) variasi menurut tema; (d) keseimbangan;
(e) perkembangan; dan (f) tata jenjang. Secara khusus Elisabeth R Hayes
mengemukakan keindahan tari apabila memiliki sifat-sifat (a) kesatuan antar
elemen tari; (b) variasi; (c) repetisi; (d) kontras; (e) transisi; (f) berkelanjutan; (g)
klimaks; (h) keseimbangan; dan (i) harmoni.
Koreografi yang indah dari aspek isi dan maknanya akan memberikan
manfaat bagi penonton. Nilai pengetahuan, nilai kehidupan, nilai moral, nilai
religi, nilai kemanusiaan misalnya cinta kasih, keadilan, kebebasan, perdamaian
toleransi memberikan manfaat bagi khalayak.

(2) Penari sebagai sumber keindahan tari :


Koreografi yang indah bukan satu-satunya sumber keindahan tari. Penari
juga merupakan sumber keindahan tari. Seindah apapun garapan bentuk dan
strukstur dalam koregrafi, apabila tidak dinyatakan oleh penari yang hebat maka

123
koreografi tidak dapat tampil sempurna. Penari yang hebat adalah penari yang
dapat mengekspresikan tari yang sedang dibawakan.
Penari dalam tari primitif dan tari rakyat kehebatannya terletak pada
inner dynamis (semangat dari dalam hati) serta kesungguhannya ketika menari,
penari melakukan gerakan dengan sepenuh hati sehingga tujuan religi atau tujuan
lainnya dalam menari dapat tercapai.
Penari untuk jenis tari tontonan kehebatannya terletak kepada kemampuan
teknis bergerak yang benar (wiraga), rasa musikal dalam menari (wirama), atau
kemampuan menghayati dan mengekpresikan karakter tari atau karakter tokoh
(wirasa), sehingga dapat mengekpresikan tari seperti ide dasar tari.
Sumber keindahan tari dari koregrafi dan penari tersebut dinyatakan
dalam gambar. Cermati baik-baik gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.2 Sumber keindahan tari berasal dari koreografi, maupun dari
Penari (Kusumawardani, 2010:52)

124
g. Seni
Seni merupakan persoalan yang keempat atau persoalan yang terakhir
dalam estetika. Persoalan tentang seni mempertanyakan apakah seni itu,
bagaimana penggolongan seni, nilai-nilai dari karya seni, lalu manakah yang lebih
penting anatra bentuk dan isi dalam karya seni, serta hubungan seni dan dengan
agama dan filsafat. Melalui pengkajian persoalan seni ini, akan mempermudah
mengenali jenis karya seni melalui konstruksi dari elemen-elemen seninya.
Kajian estetika tari dari aspek bentuk dan isi sama pentingnya ditujukan
untuk jenis-jenis tari baik tradisional maupun tari non tradisional. Tari tradisional
pada umumnya merupakan ekpresi budaya komunal dari suatu masyarakat etnis
tertentu yang mencerminkan religi, alam pemikiran maupun kebiasaan hidup.
Oleh karena itu, jenis tari trasional menarik apabila dikaji secara mendalam
kandungan nilai-nilai estetikanya dari aspek isi. Nilai religius, nilai sosial, nilai
kehidupan dan nilai estetika tari lainnya dalam tari tradisional diungkapkan
kepada orang lain, agar orang lain dapat mengenali simbol-simbol di dalam
tari dan mengapresiasi nilai-nilai dalam tari tradisional. Oleh karena itu,
menemukan nilai keindahan dalam jenis tari tradisional yaitu: tari primitif, tari,
rakyat dan tari klasik menjadi sangat penting.
Faktor-faktor estetika dalam tari tradisional dapat diamati dari beberapa
aspek, yaitu dari koreografinya, penarinya atau dari simbol-simbol yang
dihadirkan dalam tarian itu. Salah satu contoh estetika tari tradisional, yaitu
tari Srimpi. Tari Srimpi adalah tari klasik milik istana Kasunanan Surakarta
dan Kasultanan Jogjakarta. Karakteristik tarian ini adalah ditarikan oleh empat
orang penari putri dengan kostum dan rias serba kembar. Penari yang
berjumlah empat terkait dengan pandangan kosmologi Jawa dan dengan simbol-
simbol kehidupan dalam masyarakat Jawa. Tari Srimpi tampaknya mempunyai
latar belakang analogi dengan tubuh manusia yang diciptakan dari empat sari
kehidupan alam, yaitu api, angin, air dan tanah yang berada di empat penjuru
arah mata angin. Menurut religio mistik Jawa, keberadaan empat penjuru arah
mata angin atau keblat papat (bahasa Jawa), senantiasa terintegrasi dengan
pusatnya yang disebut dengan pancer (bahasa Jawa). Makna yang terkandung

125
dalam tari Srimpi berkaitan dengan simbol-simbol kehidupan dalam alam
pikiran kaum ningrat Jawa, bahwa manusia dianggap sebagai mikrokosmos dan
keberadaan raja Jawa adalah sebagai pusat segalanya yang harus dapat menjadi
panutan, oleh karena itu pementasan tari Srimpi pada upacara ritual kenegaraan
di kedua istana harus dihadiri oleh seorang raja, karena raja sebagai saksi
tunggal yang berperan sebagai titik kelima atau pusat atau pancer (Bambang
Pudjasworo, 1984). Penari srimpi yang berjumlah empat dan pementasanannya
harus dihadiri oleh raja pada upara ritual kenegaraan di istana. Formasi dan
posisi penari selalu dalam jumlah genap dan terlihat seimbang bila ditelaah
sangat erat hubungannya dengan cita-cita kehidupan orang Jawa, bahwa dalam
kehidupan manusia tidak bisa lepas dari unsur api, angin, air dan tanah, oleh
karena itu manusia harus mengupayakan keharmonisan dalam kehidupan,
senantisa mewujudkan keseimbangan antara dunia mikrokosmos dan dunia
makrokosmos. Keindahan tari srimpi tidak hanya terdapat dalam
koreografinya, namun juga dari nilai kehidupan tentang hidup yang harus
selaras dan harmonis dengan alam semesta. Konsep ini secara universal
bermanfaat bagi siapa saja yang menyaksikan tarian itu.

Konsep keindahan bentuk tari relevan untuk menelaah jenis tari yang
berfungsi untuk tontonan atau pertunjukan yang latar belakang penciptaannya
didasari oleh keinginan koreografer menciptakan koreografi yang indah, baik
dalam jenis tari klasik, tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern maupun tari
kontemporer. Tari jenis tersebut, dikatakan indah apabila memenuhi kriteria
keindahan bentuk seni yang melihat kualitas tari karena perpaduan antar elemen
dalam membentuk karya tari dan mutu artistik organisasi seluruh elemen
pembangun karya tari. Namun demikian, estetika jenis tari berfungsi untuk
tontonan atau pertunjukan bukan berarti steril dari nilai-nilai estetika lainnya.
Dalam kenyataan jenis tari yang berfungsi untuk tontonan atau pertunjukan dalam
jenis tari klasik, tari kreasi baru, tari modern, tari postmodern maupun tari
kontemporer banyak yang memiliki nilai estetis lainnya. Penciptaan tari yang
berkaitan erat dengan latar belakang budaya, social, politik dan kondisi
lingkungan, sejarah atau peristiwa-peristiwa yang dialami oleh seniman maupun

126
masyarakat, pada umumnya memiliki nilai-nilai estetika, misalnya nilai
pengetahuan, nilai kehidupan, nilai moral, nilai religi, nilai kemanusiaan misalnya
cinta kasih, keadilan, kebebasan, perdamaian toleransi memberikan manfaat bagi
khalayak. Penciptaan tari yang mencurahkan perhatiannya kepada tema, narasi,
kontekstualitas gagasan, dan motivasi untukmengekpresikan emosi keindahan
dan keberhasilannya apabila dapat membangkitkan rasa haru, sedih, kasihan ,
empati , simpati penonton melalui koreografinya.

Selamat. Anda telah membaca seluruh materi, untuk lebih memahami materi
tentang model pembelajaran dan unsur-unsur estetika dalam tari, silahkan unduh
dan baca rangkuman dalam file pdf berikut berikut ini:

Rangkuman

Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang


menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa
(Hamdayama, 2014: 31). Implementasi model pembelajaran inkuiri dalam
pembelajaran tari : Orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Model Pembelajaran
Berbasis Masalah. Pertama, Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi MPBM ada
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. MPBM tidak mengharapkan siswa
hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran,
akan tetapi melalui MPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. MPBM menempatkan masalah sebagai
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin

127
ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan
metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mernpunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras
atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian,
setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Implementasi
model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tari : Orientasi, merumuskan
masalah, Mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
merumuskan kesimpulan.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Pola dan Tahapan Pembalajaran CTL : Dapat
dicontohkan jika guru akan memberikan materi tentang tari tradisional dan tari
kreasi. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk memahami
karakteristik tari tradisi dan tari kreasi. Untuk mencapai kompetensi tersebut
dirumuskan indikator hasil belajar berikut : Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri tari
tradisional dan tari kreasi, siswa dapat menjelaskan jenis-jenis tari tradisional dan
tari kreasi, siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik tari tradisional dan
tari kreasi.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke
seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan. Dengan demikian pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan

128
anak, mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara
efektif dan optimal (Hamdayama, 2014: 42).
Implementasi model pembelajaran PAIKEM dalam pembelajaran tari :
1) Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa berperan aktif
dalam pembelajaran tari. Misalnya dengan diskusi kelompok tentang tari
tradisional atau berkunjung langsung ke sanggar tari tradisional.
2) Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam. Misalnya guru
menyiapkan beberapa foto dan video tentang tari-tari tradisional yang ada di
Indonesia.
3) Guru memberikan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa
diberikan tugas melakukan pengamatan langsung ke sanggar tari tradisional
dan menulis laporan dengan kata-kata mereka sendiri.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Diskusi dan menjawab
pertanyaan seputar materi tari tradisional.
5) Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
6) Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa
menceritakan atau memanfaatkan pengalaman yang pernah mereka alami
sendiri.
7) Guru menilai pembelajaran dan kemajuan siswa secara terus menerus. Guru
memantau kerja siswa, dan memberikan umpan balik.
Estetika merupakan cabang ilmu filsafat yang mengkaji tentang
keindahan. Ruang lingkup kajian estetika meliputi empat persoalan yaitu nilai
estetis, pegalaman estetis, perilaku seniman dan seni. Empat kajian tersebut
merupakan prinsip-prinsip dalam estetika yang akan memudahkan kita dalam
memahami keindahan tari serta membantu koreografer dalam proses membuat
koreografi, agar menghasilkan koreografi yang indah bentuknya juga memiliki
pesan dan makna yang bermanfaat bagi orang lain.
Ada 3 (tiga) hal yang perlu dicermati untuk dapat memehami keindahan
tari, yaitu koreografi, penari dan makna yang terkandung dalam tari. Dalam
sejarah estetika menunjukkan bahwa beberapa konsep keindahan, kriteria

129
keindahan dan teori seni lahir sesungguhnya dari hasil penghayatan para filofos
terhadap fokus yang diamati.

Selamat. Anda sudah membaca seluruh materi dan rangkuman, untuk


mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi, silahkan kerjakan tugas
berikut ini!

Tugas Akhir KB 4
1. Amatilah baik-baik Tari Saman dari Aceh dalam
https://www.youtube.com/watch?v=Ovrn3yBpSt4
2. Fokuskan pengamatan Anda pada elemen tari !
3. Buatlah essay tentang tari Saman yang Anda amati dengan jumlah 600-900
kata yang isinya mencakup:
a. Menyebutkan unsur-unsur tari yang Anda amati.
b. Penjelasan unsur-unsur tari yang menarik dari tari yang anda amati
berdasarkan konsep dan prinsip-prinsip estetika.
c. Tulis daftar pustaka yang mendukung penjelasan dalam esay minimal 5
buku.

Tes formatif

1. Pendekatan dalam mengelola kegiatan pembelajaran, dengan


mengintegrasikan komponen urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi
pelajaran dan pembelajaran, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan secara efektif dan efisien disebut :
a. Metode Pembelajaran
b. Tujuan Pembelajaran
c. Model Pembelajaran
d. Fungsi Pembelajaran
e. Manfaat Pembelajaran

130
2. Strategi pembelajaran yang menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa :
a. Model Pembelajaran Inkuiri
b. Model Pembelajaran Kooperatif
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
d. Model Pembelajaran Terpadu
e. Model Pembelajaran PAIKEM

3. Jenis Implementasi model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tari,


kecuali :
a. Orientasi
b. Merumuskan masalah
c. Mengajukan hipotesis
d. Merumuskan tujuan
e. Menguji hipotesis

4. Menyodorkan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu


atau kelompok :
a. Model Pembelajaran Inkuiri
b. Model Pembelajaran Kooperatif
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
d. Model Pembelajaran Terpadu
e. Model Pembelajaran PAIKEM

5. Rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-


kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan :
a. Model Pembelajaran Inkuiri
b. Model Pembelajaran Kooperatif
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
d. Model Pembelajaran Terpadu
e. Model Pembelajaran PAIKEM

131
6. Empat unsur penting dalam model pembelajaran kooperatif, kecuali :
a. adanya peserta dalam kelompok
b. adanya aturan kelompok
c. adanya upaya belajar
d. adanya tujuan yang harus dicapai
e. adanya media belajar yang wajib dipakai

7. Segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik
siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok.
Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu
dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya merupakan :
a. Adanya peserta dalam kelompok
b. Adanya aturan kelompok
c. Adanya upaya belajar
d. Adanya tujuan yang harus dicapai
e. Adanya media belajar yang wajib dipakai

8. Kegiatan menafsirkan makna dari simbol tari dapat meningkatkan


a. kepekaan estetik dalam diri siswa
b. kemampuan berpikir kritis
c. kemampuan berpikir analitis
d. kemampuan perseptual
e. kemampuan menemukan persoalan tari

9. Kualitas yang melekat pada tari disebut :


a. Interpretasi tari
b. Nilai kualitas tari
c. Nilai estetis tari
d. Persepsi terhadap tari
e. Analisi tari

132
10. Menurut Monroe Bearsley ciri bentuk karya seni yang indah apabila karya
seni tersebut tersusun baik atau sempurna bntuknya. Artinya karya seni
memiliki sifat :
a. Kerumitan
b. Kesungguhan
c. Keutuhan
d. Kesatuan
e. Keselarasan

133
TEST SUMATIF MODUL 3

1. Jenis tari yang fungsinya sebagai sarana kritik sosial yang berkembang pada
masyarakat saat ini adalah:
a. Kreasi baru
b. Modern
c. Postmodern
d. Kontemporer
e. Realis

2. Tari Bedhaya merupakan salah satu jenis tari klasik yang berkembang di
istana saat ini masih bisa kita saksikan terutama di kalangan istana biasanya
berfungsi untuk keperluan:
a. Upacara kenegaraan
b. Upacara adat
c. Upacara keagamaan
d. Tontonan
e. Hiburan

3. Gerak tari yang dominan terdapat pada tari tradisional kerakyatan yang
bertema keprajuritan adalah:
a. Gerak indah
b. Gerak maknawi
c. Gerak ekspresif
d. Gerak representasional
e. Gerak murni

4. Tari yang mempunyai ciri kekinian, yang berkembang di masyarakat


perkotaan kita sebut dengan :
a. Kreasi baru

134
b. Modern
c. Postmodern
d. Kontemporer
e. Kolaborasi

5. Gerak penghormatan (Anjali) diangkat di kepala untuk Dewa, diwajah untuk


guru dan pertapa, di dada untuk teman, contoh jenis gerak :
a. Gerak indah
b. Gerak maknawi
c. Gerak ekspresif
d. Gerak representasional
e. Gerak murni

6. Kegiatan menafsirkan makna dari simbol tari pada pembelajaran Seni Budaya
bidang tari dapat meningkatkan
a. kepekaan estetik dalam diri siswa
b. kemampuan berpikir kritis
c. kemampuan berpikir analitis
d. kemampuan perseptual
e. kemampuan menemukan persoalan tari

7. Strategi pembelajaran, agar siswa memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai


yang terkandung di dalam tari
a. Mengamati, menjelaskan, menganalisis, menginterpretasi, dan
mengevaluasi tari
b. Mengamati, menganalisis, menginterpretasi, dan mengevaluasi tari
c. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan
mengevaluasi tari
d. Menjelaskan, mengamati, menganalisis, menginterpretasi dan tari
e. Menganalisis, menjelaskan, mengevalusi dan menginterpretasi tari

135
8. Cara untuk melatih daya cipta siswa melalui pembelajaran tari adalah
a. Melaksanakan proses kegiatan penciptaan tari.
b. Melaksanakan kegiatan apresiasi tari
c. Melaksanakan kegiatan menari
d. Menemukan masalah dalam tari
e. Melihat tari dan menari

9. Jenis tari tradisional yang tergolong dalam tari komunal pada masyarakat di luar
istana yang penyelenggaraannya dilakukan secara spontan adalah :
a. Tari Gandrung
b. Tari Jaran Kepang
c. Tari Janger
d. Tari Bedaya
e. Tari Saman

11. ditinjau dari bentuk koreografinya, Tari Bedaya ini digolongkan ke dalam tari yang
berkembang di kalangan istana dikategorikan kalam koreografi :
a. Komunal
b. Klasik
c. Primitive
d. Kerakyatan
e. Non-tradisonal

10. Salah satu tari tradisional yang hanya dapat ditarikan oleh penari wanita dan dalam
keadaan suci, antara lain, yang fungsinya sebagai bagian dari upacara adat adalah:
a. Tari Oleg Tambulilingan
b. Tari Tayub
c. Tari Sintren
d. Tari Ketuk Tilu
e. Tari Pendet

136
11. Tari tradisional kerakyatan yang hanya bisa ditarikan secara berkelompok dan pada
awalnya berfungsi sebagai tari upacara adat dan bertema pendidikan moaral dan
karakter adalah :
a. Tari Bedaya
b. Tari Badui
c. Tari Calonarang
d. Tari tayub
e. Tari Reyog Ponorogo

12. Pada tari tradisional, setiap daerah mempunyai keunikan gerak yang
mendasari ciri tari daerah, salah satunya adalah ragam gerak kaki. Bentuk
ragam gerak kaki pada tari Daerah Jawa antara lain :
A. nyereksek
B. Kicat
C. Keupat
D. Melenting
E. Pacak gulu

13. Sedangkan nama ragam gerak tangan pada tari Bali sebagai ragam gerak
pokok, antara lain :
A. Sabetan,
B. Cindhek, srisik,
C. Nyeledet
D. Agem
E. Senandung

14. Musik di dalam tari terdiri dari dua konsep, yaitu musik internal dan musik
eksternal. Yang dikategorikan dalammusik internal adalah :
A. musik tradisi
B. Apresiasi, kreasi, ekspresi
C. tepukan tangan penari

137
D. gerak, waktu, dan tenaga
E. Aksi, Eksplorasi, Ekspresi

15. Ruang penari untuk gerak tari putri dan tari putra berbeda pada…
A. Kualitas gerak
B. Keindahan gerak
C. Volume gerak
D. Dinamika gerak
E. Intensitas Gerak

16. Tari merupakan unsur gerak yang harus memperhatikan ruang, waktu dan
tenaga. Apabila gerak tersebut dilakukan dengan hitungan 1-4, dilanjutkan
hitungan 1-8, dan diakhiri hitungan 1-2. Adanya perubahan hitungan yang
berpengaruh terhadap waktu gerak, maka akan menimbukan gerak yang
memiliki…
A. Ruang
B. Waktu
C. Tenaga
D. Dinamika
E. Estetika

17. Pada saat melakukan gerak ukel hitungan 1 – 4 dengan hitungan 1 – 8,


perbedaannya dapat dilihat dari sisi:
A. teknik saat melakukan gerak
B. ekspresi saat bergerak
C. irama dalam melakukan gerak
D. waktu yang dibutuhkan dalam
E. Hitungan dalam melakukan gerak

18. Wirama merupakan unsur penyelaras yang akan memberi kekuatan pada
sebuah tarian. Di bawah ini konsep wirama pada tari berpasangan:

138
A. Memperhatikan pada bentuk sikap dan gerak tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
B. Memperhatikan bentuk gerak dan ruang tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
C. Memperhatikan bentuk gerak dan irama tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
D. Memperhatikan bentuk motif dan gerak dari tari berpasangan yang sesuai
dengan konsep koreografi
E. Memperhatikan gerak murni dan gerak maknawi

19. Pernyatan yang benar dalam menggunakan unsur tenaga dalam bentuk
penyajian tari tunggal:
A. bebas sesuai dengan kemampuan para penari
B. sesuai dengan jenis karakter dari koreografi tarian
C. adaptasi pada busana dan ketebalan riasan wajah
D. disesuaikan dengan kebutuhan koregrafer dan penonton
E. Disesuaikan dengan kebutuhan penonton

20. Menyodorkan masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu
atau kelompok :
A. Model Pembelajaran Inkuiri
B. Model Pembelajaran Kooperatif
C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
D. Model Pembelajaran Terpadu
E. Model Pembelajaran PAIKEM

21. Rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan :
A. Model Pembelajaran Inkuiri
B. Model Pembelajaran Kooperatif
C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
D. Model Pembelajaran Terpadu
E. Model Pembelajaran PAIKEM

139
22. Empat unsur penting dalam model pembelajaran kooperatif, kecuali :
a. adanya peserta dalam kelompok
b. adanya aturan kelompok
c. adanya upaya belajar
d. adanya tujuan yang harus dicapai
e. adanya media belajar yang wajib dipakai

23. Segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik
siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok.
Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu
dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya merupakan :
A. Adanya peserta dalam kelompok
B. Adanya aturan kelompok
C. Adanya upaya belajar
D. Adanya tujuan yang harus dicapai
E. Adanya media belajar yang wajib dipakai

24. Kegiatan menafsirkan makna dari simbol tari dapat meningkatkan


a. kemampuan berpikir kritis
b. kemampuan berpikir analitis
c. kepekaan estetik dalam diri siswa
d. kemampuan perseptual
e. kemampuan menemukan persoalan tari

25. Kualitas yang melekat pada tari disebut :


A. Interpretasi tari
B. Nilai kualitas tari
C. Nilai estetis tari
D. Persepsi terhadap tari
E. Analisi tari

140
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF MODUL 3

Kegiatan Belajar 1
1. A
2. B
3. D
4. A
5. B
6. D
7. B
8. A
9. A
10. A

Kegiatan Belajar 2
1. D 6. B
2. B 7. A
3. C 8. C
4. A 9. C
5. C 10. A

Kegiatan Belajar 3
1. B
2. D
3. D
4. C
5. B
6. D
7. C
8. B
9. A
10. B

141
Kegiatan Belajar 4

1 C
2 A
3 D
4 C
5 B
6 E
7 B
8 A
9 C
10 D

142
DAFTAR PUSTAKA

Gie, The Liang. 1996. Filsafat Seni: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: PUBIB.

Gie, The Liang. 1976. Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan). Yogyakarta:
UGM.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan


Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hartoko, Dick. 1989. Manusia dan Seni. Yogyakarta: Kanisius.

Hayes, Elisabeth.R. 1964. Dance Composition and Production. New York:


The Ronald Press Company.

Kartika, Dharsono Sony dan Nanang Ganda P. 2004. Pengantar Estetika.


Bandung: Rekayasa Sains.

Kusumawardani, Dwi dkk. 2010. Cara Cepat Menulis Kritik Tari. Jakarta: Inti
Prima.

Mery, La.1965. Dance Composition: The Basic Elements. New York: Jacob’
Pillow Dance Festival.

Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi: Beberapa Masalah Tari di Indonesia.

Jakarta: Wedatama Widya Sastra

Pudjasworo. Bambang, 1984 ” Pengaruh Sistem Nilai Budaya Kaum Ningrat


Jawa terhadap Kehidupan Seni Tari keraton Yogyakarta ”,
Yogyakarta: Hasil penelitian yang dibiayai oleh Proyek Pengembangan
Ilmu dan Teknologi, Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Tim Dosen Estetika. 2008. Estetika Bahasa dan Seni . Jakarta: Fakultas
Bahasa dan Seni.

Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
GP Press Group.

Tari Dwimuko karya Didik Nini Thowok https://www.youtube.com/watch?


v=BV28fJezUwU diakses tanggal 14 Juli 2018

Tari Saman dari Aceh https://www.youtube.com/watch?v=Ovrn3yBpSt4


diakses tanggal 14 Juli 2018

143
Dramatari Kathakali dari India https://chandrakantha.com/articles/
indian_music/ nritya/kathakali.html diakses tanggal 14 Juli 2018

Sendratari Ramayana di Prambanan Jogjakarta Indonesia https://www.


youtube.com/watch?v=cC2YdpeWiLs diakses tanggal 14 Juli 2018

144

Anda mungkin juga menyukai