Anda di halaman 1dari 55

Hak Cipta © 2014 pada Dinas Pendidikan Provinsi Banten

Dilindungi Undang-Undang

MILIK NEGARA TIDAK


DIPERDAGANGKAN

Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah


dalam rangka implementasi Kurikulum 2014. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh
berbagai pihak di bawah koordinasi Dinas Pendidikan Provinsi Banten, dan
dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2014. Buku ini merupakan
“dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai
dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Indonesia. Dinas Pendidikan Provinsi Banten. Muatan Lokal Seni Budaya Pencak
Silat Banten. -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , 2014.
50 hlm. : ilus. ; 25 cm.

Untuk SMA/MA/SMK Provinsi Banten

1. Seni Budaya Pencak Silat — Studi dan Pengajaran


II. Dinas Pendidikan Provinsi Banten

Penyusun : Firman Handiansyah dan Dadang Sodikin


Peraga Silat Bandrong : Safroni (Bandrong Jagat Samudra)
Peraga Silat Cimande : 1. Abah M. Kundang Z.A
2. Abah Madsuri
Peraga Silat Terumbu : Abah Minggu Tilar
Fotografer : Firman Handiansyah
KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena
berkat pertolongan-Nya kita masih diberi umur dan kesehatan sehingga kita bisa melaksanakan
amanah sebaik-baiknya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjunan kita Nabi
Muhammad SAW, Rasul akhir jaman dan insan sempurna yang menjadi teladan bagi kita
semua. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Banten yang
telah memberi kepercayaan kepada kami untuk menyusun Buku Ajar Seni Budaya Banten “Pencak
Silat Banten” ini.
Pengajaran Pencak Silat pada Pelajaran Muatan Lokal sebagai implementasi Kurikulum
Tahun 2013 memiliki relevansi yang tinggi. Dengan pengajaran Pencak Silat yang merupakan
kekayaan seni budaya adiluhung, kita transformasikan kepada generasi muda warisan para
leluhur yang sarat dengan nilai-nilai keteladanan. Dengan pengajaran Pencak Silat, diharapkan akan
terbentuk generasi muda yang memiliki jasmani dan mental spiritual yang sehat dan kuat serta
integritas karakter dan kepribadian yang baik.
Buku ini merupakan pengantar bagi para siswa untuk mengenal Pencak Silat secara formal
di sekolah. Materi yang disajikan masih berupa pengenalan awal dan penyajiannya masih belum
detil, terlebih tentang gerak, jurus dan langkah pencak silat yang memang kompleks dan masing-
masing memiliki karakter tersendiri. Oleh karenanya untuk pendalaman, terlebih yang bersifat teknis
seperti gerak, jurus dan langkah dalam pencak silat selanjutnya diperlukan pelatihan dan bimbingan
yang lebih lanjut, dan diintegrasikan dengan Pendidikan Karakter.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya buku ini. Kami akan sangat berterima kasih jika Pembaca berkenan memberi kritik dan
masukkan yang konstruktif untuk penyempurnaan buku ini. Semoga apa yang kita lakukan akan menjadi
kontribusi dan investasi bagi pembangunan karakter generasi muda kita serta pelestarian warisan
budaya leluhur yang adiluhung, dan merupakan amal shalih. Aamiin.

Serang, Juni 2014


Penyusun,


Firman Handiansyah
Dadang Sodikin
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran 1.1 Menunjukkan sikap penghayatan dan penga
agama yang dianutnya malan serta bangga terhadap karya seni
pencak silat Banten sebagai bentuk rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan
KI 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku 2.1 Menunjukkan sikap kebersamaan,
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, (gotong bertanggungjawab, toleran dan disiplin
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, melalui aktivitas seni pencak silat Banten.
responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap 2.2 Menunjukkan sikap santun, jujur, cinta
sebagai bagian dari solusi atas berbagai damai dalam mengapresiasi seni pencak
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif silat Banten dan penciptanya.
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam 2.3 Menunjukkan sikap responsif dan proaktif,
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa peduli terhadap lingkungan dan sesama,
dalam pergaulan dunia menghargai karya seni pencak silat Banten
KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis 3.1 Memahami konsep, teknik dan prosedur
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dalam menirukan ragam gerak dasar seni
berdasarkan keingintahuannya tentang ilmu pencak silat Banten.
pengetahuan, teknologi, seni budaya dan 3.2 Menerapkan simbol, jenis, dan nilai estetis
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, dalam konsep ragam gerak dasar seni pencak
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait silat Banten.
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.

KI 4. Mengolah, menalar dan menyajikan dalam 4.1 Menirukan ragam gerak seni pencak silat
bentuk konkret dan ranah abstrak terkait Banten sesuai dengan hitungan/ ketukan
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya 4.2 Menampilkan ragam gerak dasar seni pencak
di sekolah secara mandiri, dan mampu silat Banten sesuai dengan iringan.
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
GLOSARIUM

Daftar Gambar
Gambar 1.1 Logo IPSI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Gambar 1.2 Pagelaran Silat oleh anak-anak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
Gambar 1.3 Logo Terumbu dan TTKDH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
Gambar 1.4 Logo PP Bandrong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

Bab I MEMAHAMI PENCAK SILAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1


1. Memahami Pencak Silat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
2. Perkembangan Pencak Silat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
3. Ciri-ciri Pencak Silat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
4. Empat Elemen Pencak Silat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 5
5. Tes Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 8

Bab II PENCAK SILAT BANTEN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9


Pencak Silat di Indonesia dan Dunia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. 9
1. Pencak Silat Aliran Bandrong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
2. Pencak Silat Aliran Cimande . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
3. Pencak Silat Aliran Terumbu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
3. Tes Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23

Bab III RAGAM PENCAK SILAT ALIRAN BANDRONG,


CIMANDE DAN TERUMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
1. Langkah Jurus Pencak Silat Bandrong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
2. Langkah Jurus Pencak Silat Cimande . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
3. Langkah Jurus Pencak Silat Terumbu. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . 34
4. Tes Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36

Bab IV PENCAK SILAT SEBAGAI SENI . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37


1. Kriteria Seni Ibing Pencak Silat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
2. Unsur-unsur Ibing Pencak Silat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
3. Pasanggiri Ibing Pencak Silat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
4. Tes Evaluasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Bab l
Memahami
Pencak Silat

Kebudayaan merupakan salah satu


tolak ukur untuk memperlihatkan keunggulan
sebuah bangsa. Indonesia adalah negara yang
sangat kaya dengan produk-produk kebudayaan.
Keberagaman budaya ini membuat bangsa
Indonesia dikenal sebagai negara multikultural.

Salah satu produk kebudayaan yang cukup terkenal adalah pencak silat. Selain
sebagai produk kebudayaan, pencak silat juga dikenal sebagai warisan leluhur yang kini sudah
mendunia. Dengan demikian, kebanggaan kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia
penting untuk terus dihayati dan atas dasar itulah kita harus memiliki sikap rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan.
Istilah pencak silat merupakan penggabungan dua kata yaitu “pencak” dan “silat”.
Istilah pencak lebih banyak berkembang di Jawa sementara istilah silat dipakai di
Melayu. Secara umum, istilah pencak silat adalah sebuah cara yang dilakukan secara
cepat untuk melumpuhkan lawan. Pada Kamus Resmi Bahasa Indonesia (1989: 13)
dijelaskan bahwa pencak silat adalah kinerja (keterampilan) pertahanan diri yang
mempekerjakan kemampuan untuk membeladiri, menangkis serangan dan akhirnya
menyerang musuh, dengan atau tanpa senjata. Di Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976:

1 Pencak Silat Banten


1054) dijelaskan bahwa pencak silat berarti permainan mempertahankan diri dengan
kepandaian menangkis, mengelak dan sebagainya, kata silat berarti kepandaian berkelahi
dengan ketangkasan menyerang dan membeladiri. Di Barat, hal semacam ini dikenal dengan
istilah martial art atau fighting sistem yang artinya seni bertempur atau sistem berkelahi.
Saresehan yang dilasanakan oleh IPSI pada tahun 1984 mendefinisikan
bahwa pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela
/mempertahankan eksistensinya (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya)
terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup
Pendapat lain yang bisa dijadikan rujukan untuk menjelaskan mengenai pencak silat, bisa
ditelusuri dari definisi yang pernah dibuat oleh PB IPSI.
“Pencak silat adalah gerakan bela-serang, yang teratur menurut sistem, waktu, tempat
dan iklim dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai
perasaan. Jadi pencak lebih menunjuk pada segi lahiriah. Silat adalah gerak-bela-serang yang erat
hubungannya dengan rohani, sehingga menghidupsuburkan naluri, menggerakan hati nurani
manusia, langsung menyerah kepada Tuhan Yang Maha Esa (Maryono, 2000:5)
Dari definisi di atas, istilah “pencak” lebih condong pada lahiriah sementara istilah “silat”
dihadirkan pada ruang rohaniah. Dimensi pencak dan silat merupakan paduan yang utuh
dalam diri manusia yang terdiri atas fisik dan psikis. Dengan demikian, pencak silat tidak
semata-mata berfungsi sebagai sistem untuk berkelahi. Lebih jauh dari itu, pencak silat
mengajarkan kita akan keseimbangan hidup.
Menurut Tamat (1986: 3) sejarah mencatat bahwa manusia mengembangkan
pengetahuan bela diri untuk bertahan hidup. Kemampuan beladiri ini sudah ada sejak
zaman dahulu kala. Beberapa aliran kuno di Nusantara memiliki hikayat dan mitos
bagaimana aliran itu diciptakan yang sebagian besar nenek moyang kita belajar beladiri
kepada binatang atau mengikuti tingkah polah binatang (seperti pada mitos Silat Cimande,
Silat Bawean, Silat Melayu). Jadi, inilah alasannya mengapa pencak silat banyak memakai
karakteristik binatang seperti monyet, harimau, burung dan seterusnya.

1.1 Perkembangan Pencak Silat

Perkembangan pencak silat sangat dipengaruhi oleh persoalan latar belakang situasi
kebudayaan dan sosialnya. Jadi tidak mengherankan jika di dalam pencak silat banyak sekali
aliran-aliran yang menunjukkan keberagaman. Kekayaan aliran di dalam beladiri ini
menambah keunikan dan kekhasan pencak silat itu sendiri.
Untuk memahami perkembangan pencak silat di Indonesia secara singkat, berikut
adalah tahapan-tahapan perkembangannya berdasarkan periode.

Pencak Silat Banten 2


1. Masa Sebelum Penjajahan Belanda

Fakta-fakta sejarah membuktikan bahwa Indonesia sebelum terbentuk sebagai sebuah


Negara terdiri atas begitu banyak kerajaan/ kesultanan yang tersebar di Nusantara
yang memiliki nilai peradaban yang tinggi. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni
berkembang menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur.
Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan
pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi
perjuangan hidup maupun dalam pembelaan perkelompok (Rahman, 1987).
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat.
Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yang ampuh seperti keris,
tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Sriwijaya dan Majapahit serta
kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan
pembelaan diri individual yang tinggi. Pemupukan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu
diberikan untuk keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar
diperlukan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru.
Pada masa perkembangan agama Islam, ilmu pembelaan diri dipupuk bersama
ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ilmu beladi-
rinya. Jelaslah bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda, kita telah mempu-
nyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia
(Saleh, 1991: 7)

2. Masa Penjajahan Belanda

Pada jaman penjajahan pencak


silat dipelajari oleh punggawa
kerajaan, kesultanan, dan para pejuang
untuk menghadapi penjajah. Pada
jaman penjajahan Belanda pencak silat
diajarkan secara rahasia dan sembu-
nyi-sembunyi, karena tikut diketahui
oleh penjajah. Kaum penjajah khawatir
bila kemahiran pencak silat tersebut
akhirnya digunakan untuk melawan
mereka. Kekhawatiran itu memang
beralasan, karena hampir semua
pahlawan bangsa seperti: Cik Ditiro,
Imam Bonjol, Fatahillah, Pangeran
Diponegoro, adalah pendekar silat. Oleh
karena itu banyak perguruan-perguruan pencak silat yang tumbuh tanpa diketahui oleh
penjajah, bahkan sebagian menjadi perkumpulan rahasia.
3
Pencak Silat Banten
Kehidupan pencak silat pada zaman penjajahan Belanda dianggap mengancam
otoritas kolonial, sehingga pada waktu itu Belanda melarang pekumpulan pencak silat
untuk berkembang. Faktor inilah yang membuat pencak silat sempat kehilangan
pijakannya. Pada masa ini, yang lebih banyak muncul adalah pencak silat yang menonjolkan sisi
keseniannya sebagai bagian dari pertunjukan seni rakyat atau kebutuhan upacara
tertentu.

3. Masa Pendudukan Jepang

Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda.
Terhadap pencak silat sebagai ilmu nasional didorong dan dikembangkan untuk
kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi
sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran
pencak silat. Di seluruh Jawa serentak didirikan pencak silat yang diatur oleh pemerintah. Di
Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para Pembina pencak silat suatu olah raga
berdasarkan pencak silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olah raga pada
tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan
mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita
untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk
mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang
sendiri bukan untuk kepentingan nasional kita (Saleh, 1991: 9).

4. Masa Kemerdekaan

Walaupun di masa penjajahan Belanda pencak silat tidak diberikan tempat untuk
berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui
guru-guru pencak silat, atau secara turun temurun lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat
kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya
yang dapat dikembangkan sebagai identitas nasional. Melalui Panitia persiapan Persatuan
Pencak Silat Indonesia, maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta dibentuklah IPSI yang
diketuai oleh Mr. Wongsonegoro (Soebroto, 1996: 2).
Program utama di samping mempersatukan aliran-aliran di kalangan pencak silat di
Indonesia, IPSI mengajukan program kepada pemerintah untuk memasukan pencak silat di
sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan ditahun limapu-
luhan yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan suatu seminar
pencak silat yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1973 di Tugu Bogor. Dalam seminar
ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa Indonesia dengan
nama “pencak silat” yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di
Indonesia menggunakan istilah pencak silat.

4
Pencak Silat Banten

1.2 Ciri-ciri Pencak Silat

Untuk mengetahui mengenai pencak silat, ada beberapa ciri yang penting untuk
diperhatikan sekaligus menjadi cara mengidentifikasi. Ciri-ciri pencak silat dibagi atas dua
hal yaitu ciri umum dan khusus sebagai berikut.

A. Ciri Umum pencak silat

1.Pencak silat mempergunakan seluruh bagian tubuh dan anggota badan


dari kuku
pada jari kaki atau tangan sampai dengan rambut (terutama wanita) untuk
membeladiri.
2. Pencak silat dilakukan dengan tangan kosong atau dengan senjata
3.Pencak silat tidakmemerlukan senjata tertentu, benda apapun bisa
dijadikan senjata.
4.Pencak silat lahir dan tumbuh serasi dengan alam: alam sekitarnya, alat
istimewa, adab sopan santunnya, tempramennya/ watak dan kepribadian suku
bangsanya, agama atau kepercayaan dan kebatinannya.

B. Ciri Khusus Pencak silat

1.Sikap tenang, lemas (rileks) dan waspada


2. Mempergunakan kelincahan, kelenturan, kecepatan, saat (timing)
dan sasaran yang tepat disertai gerak refleks untuk mengatasi lawan
bukan mengandalkan kekuatan tenaga
3.Mempergunakan prinsip (timbang badan), permainan posisi dengan perubahan
pemindahan titik berat badan
4. Memanfaatkan setiap serangan dan tenaga lawan
5.Menghemat menyimpan tenaga mengeluarkan tenaga sesedikit mungkin
(ekonomis)

5
Pencak Silat Banten

1.3 Empat Elemen Pencak Silat

Untuk memahami lebih dalam mengenai pencak silat, perlu ada penjelasan
mengenai empat elemen penting dalam pencak silat yaitu aspek mental spiritual, aspek
beladiri, aspek seni dan aspek olah raga. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan
bulat di dalam diri seorang pesilat.

1. Pengembangan Pendidikan Mental Spiritual

Berbeda dengan cabang olah raga


lainnya yang lebih memfokusk pada pesoalan
fisik semata, pencak silat justru dimulai dari
pengembangan mental-spiritual. Pelajaran
pertama di dalam pencak silat adalah
menumbuhkan pendidikan karakter. Hal
ini terlihat dari pertama kali ketika pesilat
menjadi anggota. Di beberapa aliran
tertentu, pesilat mengikuti upacara
Talek (patalekan) dan upacara penguca-
pan janji dari seorang murid yang akan
berguru di suatu perguruan. Pencak
Silat juga merupakan suatu sarana yang
ampuh untuk pembinaan mental spiritual,
terutama untuk mewujudkan budi
pekerti yang luhur. Pencak Silat telah
menunjukkan jati dirinya dan telah terbukti
membentuk karakter dan kepribadian yang
kokoh bagi para pengikutnya. Pada elemen
pertama ini, ada beberapa hal yang dijadikan
sebagai acuan yaitu bertaqwa kepada Tuhan
yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
tenggang rasa, percaya diri, pengendalian
diri dan bertanggungjawab.
Jadi, inti dari pencak silat sebetulnya
dimulai dari proses mental dan budi pekerti. Tidak diperkenankan seorang pesilat memakai
fisiknya jika belum sanggup untuk mengendalikan diri.

6
Pencak Silat Banten
2. Pengembangan Aspek Beladiri

Manusia adalahmakhluk yang berpikir. Maka jika terjadi ancaman kepada
dirinya, manusia akan menggunakan pikiran untuk memanfaatkan semua
potensi fisik yang kita miliki sehingga diri tidak lagi merasa terancam.
Begitu juga di dalam pencak silat. Ilmu beladiri khas Indonesia ini lebih banyak
dimulai dari pengamatan manusia terhadap pembelaan diri dari binatang. Lalu karena
manusia sebagai makhluk yangberpikir, maka proses tiruan terhadap
binatang itu kemudian dikreasikan ke dalam bentuk-bentuk seperti yang sekarang kita
kenali. Bahkan di dalam perkembangannya, beladiri di dalam pencak silat juga
mengembangkan senjata tertentu seperti golok, toya/ kayu, tombak dan lain sebagainya.
Gerakan-gerakan yang diciptakan juga di
sesuaikan dengan alam sekitarnya yang berbukit-bukit,
dan berbatuan. Misalnya jurus yang diciptakan meniru
gerakan harimau, kera, ular, dan burung. Oleh karena
kondisi lingkungan yang berbukit dan berbatuan, maka
gerakannya banyak lompatan/l oncatan. Orang-orang
yang hidup di pegunungan biasa berdiri, bergerak,
berjalan dengan langkah kedudukan kaki yang kuat
untuk menjaga agar tidak mudah jatuh selama
bergerak di tanah yang tidak rata. Biasanya menciptakan
beladiri yang mempunyai ciri khas kuda-kuda yang kokoh
tidak banyak bergerak. Sedangkan gerakan tangan lebih lincah,
banyak ragamnya dan ampuhdaya gunanya. Penduduk yang
hidup di daerah berawa, tanah datar, padang rumput biasa
berjalan bergegas, lari, sehingga gerakan kakinya menjadi
lincah. Mereka menciptakan beladiri yang lebih banyak me-
manfaatkan kaki sebagai alat beladiri. Akhirnya setiap daerah
mempunyai beladiri yang khas dan berbeda dengan daerah
lainnya, sehingga timbullah aliran beladiri beraneka ragam.

3. Pencak Silat untuk Pengembangan Seni

Selain dihadirkan untuk beladiri, ciri khusus dari pencak silat juga sangat dekat
dengan unsur-unsur kesenian. Di daerah-daerah tertentu pencak silat bisa ditonton
dan dinikmati sebagai atraksi yang diiringi tabuhan iringan musik yang khas. Pada jalur
kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman
khusus (skill). Pencak silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan,
keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga.

7
Pencak Silat Banten
Di beberapa daerah di Indonesia, pencak silat ditampilkan hampir semata-mata
sebagai seni tari, yang sama sekali tidak mirip sebagai olah raga maupun beladiri. Misalnya
tari serampang dua belas di Sumatera Utara, tari Randai di Sumatera Barat, dan tari Ketuk
Tilu di Jawa Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak beladiri
yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.
Pada dasarnya Pencak Silat dapat juga dikatakan sebagai Pencak silat beladiri
yang indah. Pada saat diperlukan, pencak silat seni dapat difungsikan kembali ke asalnya
menjadi pencak silat beladiri. Hal tersebut disebabkan karena pencak silat seni memiliki
struktur yang sama dengan pencak silat beladiri. Struktur tersebut meliputi teknik-teknik
sikap pasang, gerak langkah, serangan dan belaan sebagai satu kesatuan.
Perbedaan Pencak silat seni terletak pada nilai, orientasi, papakem dan ukuran
yang diterapkan pada pelaksanaannya. Pelaksanaan Pencak silat beladiri bernilai teknis,
orientasinya efektif, praktis dan taktis. Pepakemnya logika, yakni urutan tentang
pelaksanaan sesuatu dengan menggunakan penalaran atau perhitungan akal sehat
ukurannya adalah objektif. Sedangkan Pencak silat seni bernilai estetis. Orientasinya
keindahan dalam arti luas, yang meliputi keselarasan dan keserasian. Pepakemnya estetika,
yakni disiplin atau aturan tentang pelaksanaan sesuatu secara indah. Ukuran pada estetika
adalah subjektif relatif.
Berkaitan dengan nilai estetika tadi, maka Pencak silat seni dapat dievaluasi
berdasarkan ketentuan estetika sebagai berikut, yakni “wiraga, wirama dan wirasa” (bahasa
jawa) sebagai satu kesatuan. Kata ” Wi ” mempunyai arti bermutu tinggi bagus dalam arti
luas. “Wiraga” berarti penampilan teknik sikap dan gerak dengan rapi dan tertib.
“Wirama” berarti penampilan teknik dan sikap dengan irama yang serasi, dan jika
hal itu diiringi dengan musik, ia bersifat kontekstual. “Wirasa” berarti penampilan teknik
sikap dan gerak dengan penataan (koreografi) yang menarik.

4. Pencak Silat untuk Pengembangan Olah Raga

Seorang pesilat harus memiliki fisik yang kuat. Hal ini bisa diamati dalam proses
latihan yang dilakukan secara terus menerus mulai dari tangan, kaki dan seluruh
tubuh. Fisik menjadi titik sentral dari beladiri ini. Dengan fisik yang kuat dan terampil akan
menjadikan pesilat bisa lebih fokus dalam menyerang dan bertahan.
Sebetulnya pertandingan Pencak Silat sudah ada dan berkembang jauh hari
sebelum diakui secara resmi sebagai cabang olahraga. Di Jawa Timur pertandingan pencak silat
diadakan pada acara pesta gilingan tebu, biasanya dimulai oleh anak-anak muda yang
pemula. Caranya naik ke atas pentas berputar dengan melangkah kembangan
dengan menunjukkan jari telunjuk dua, yang berarti pertandingan bersifat persahabatan
dengan menggunakan cara mengambil kopiah atau selendang lawan. Siapa yang dapat
mengambilnya adalah sebagai pemenang. Sayangnya pada waktu itu sulit diterima oleh
kalangan pendekar, karena dianggap berbahaya dan bertentangan dengan falsafah Pencak
silat.

Pencak Silat Banten 8


Di lain pihak, para pendekar dan perguruan secara progresif mengupayakan
membentuk Pencak silat sebagai olahraga. Mereka berjuang keras untuk meyakinkan bahwa
Pencak silat perlu dikembangkan sebagai ilmu olahraga agar tidak musnah di masyarakat.
Alasannya bahwa dengan berakhir masa peperangan, Pencak silat sudah kehilangan
peran sebagai sarana bela diri. Dalam upaya mencarikan peran baru yang lebih sesuai
dengan perkembangan zaman, Pencak silat sebagai olahraga yang dapat dilombakan mau-
pun dipertandingkan.
Uji coba pertandingan pertama di adakan antar pendekar-pendekar di Stadion
Kalisari, Semarang tahun 1957. Pertandingan ini menggembirakan karena berjalan
dengan lancar tanpa adanya kecelakaan. Namun uji coba di tempat lain tidak begitu berhasil,
karena peraturan masih sangat longgar dan kontak antar pesilat tidak dibatasi, yang banyak
menimbulkan cedera, bahkan sampai mengakibatkan kematian. Selanjutnya Pencak silat
hanya dijadikan komoditi demonstrasi di PON ke I di Solo tahun 1948 sampai PON ke VII
tahun 1969. Pencak silat untuk pertama kali tampil sebagai cabang olahraga prestasi dan
dipertandingkan pada PON VIII.
Pencak silat olahraga bertujuan untuk mengembangkan aspek olahraga, yaitu
terampil dalam gerak efektif untuk menjamin kesehatan jasmani dan rohani yang dilandasi
hasrat hidup sehat. Hal ini berarti kesadaran untuk:

1) Berlatih dan melaksanakan olahraga Pencak silat sebagai bagian dari


kehidupan sehari-hari.
2) Selalu menyempurnakan prestasi jika latihan dan pelaksanaan olahraga
tersebut berbentuk pertandingan.
3) Menjunjung tinggi sportivitas.

TES EVALUASI

1. Jelaskan mengenai sejarah perkembangan pencak silat di Indonesia!


2. Bagaimanakah kaitan antara pencak silat sebagai ilmu beladiri dan
nilai-nilai spiritual?
3. Menurut pendapatmu, apa yang seharusnya dilakukan oleh siswa
dalam rangka mewujudkan rasa syukur terhadap Tuhan mengenai
kebudayaan pencak silat yang berkembang di Indonesia?

9 Pencak Silat Banten


Bab 2
Pencak Silat
Banten

2.1. Pencak Silat di Indonesia dan Dunia

Pencak silat yang awalnya berasal dari Indonesia, berkembang dengan sangat cepat ke
beberapa negara lainnya. Pencak silat tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Ciri khas
beladiri Indonesia ini menjadi magnet bangsa lain di dunia untuk belajar dan
mengadopsinya. Atas dasar itu, sebagai bangsa Indonesia, kita harus memiliki
kebanggaan karena pencak silat telah mengharumkan Indonesia di mata dunia. Untuk
memahami mengenai perkembangan pencak silat di dunia, di bawah ini akan dijelaskan
empat periode berdasarkan perkembangannya.
Perkembangan pencak silat dibagi menjadi lima periode yang meliputi : (1) Periode
Perintisan, (2) Periode Konsolidasi dan Pemantapan, (3) Periode Pengembangan, dan (4)
Periode Pembinaan.
1. Periode Perintisan (tahun 1948-1955)

Pada periode ini adalah perintisan berdirinya organisasi pencak silat yang bertujuan
untuk menampung perguruan-perguruan pencak silat. Pada tanggal 18 Mei tahun 1948
di Solo (menjelang PON I), para pendekar berkumpul dan membentuk Organisasi Ikatan
Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSSI). Ketua umum pertama IPSSI adalah
Wongsonegoro. Kemudian tahun 1950 kongres I di Yogyakarta salah satunya mengubah naman
IPSSI menjadi IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), yang dimaksud untuk menggalang kembali
semangat juang bangsa Indonesia dalam pembangunan (Sukowinadi, 1989: 7). Selain itu
IPSI mempunyai tujuan persaudaraan yang dapat memupuk persaudaraan dan kesatuan
bangsa Indonesia sehingga tidak mudah dipecah belah.
Tahun 1948 sejak berdirinya PORI (Persatuan Olahraga Indonesia) yaitu wadah
induk-induk organisasi olahraga IPSI sudah menjadi anggota. IPSI juga ikut aktif mendirikan
KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Pada PON I sampai dengan PON III cabang
pencak silat belum dipertandingkan, tetapi hanya untuk demonstrasi.

Pencak Silat Banten 10


2. Periode Konsolidasi dan Pemantapan (tahun 1955-1973)

Setelah terbentuknya organisasi pencak silat, maka IPSI mengkonsolidasikan kepada


anggota-anggota perguruan pencak silat di seluruh Indonesia. Untuk pemantapan program
sehingga pencak silat selain sebagai beladiri juga dapat dipakai olahraga, maka
dibuatlah peraturan pertandingan pencak silat. Sebelum dibuat peraturan pertandin-
gan pencak silat pada PON III bersifat eksibisi, tanpa diperhitungkan medalinya. Dengan
terbentuknya peraturan tersebut maka pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta, pencak silat
untuk pertama kali dipertandingkan dan telah diikuti 15 daerah.

Periode Pengembangan (tahun 1973-1980)

Setelah Wongsonegoro ketua IPSI tahun 1973-1977 dipimpin oleh


Tjokropranolo (Wakil Gubernur DKI Jaya). Pada periode ini pencak silat dikembangkan dengan
mengadakan seminar pencak silat yang pertama di Tugu Bogor (tahun 1973).
Pengembangan pencak silat pada periode ini tidak hanya di dalam negeri saja,
tetapi ke luar negeri, yaitu eksibisi ke Belanda, Jerman, Australia, dan Amerika. Pada
tanggal 22 -23 September 1979 berlangsung Konferensi Federasi Pencak Silat Internasional yang
dihadiri oleh negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Indonesia sebagai tuan
rumah.
Pada tanggal 7 - 11 Maret 1980 di Jakarta Ketua Umum Ikatan Pencak Silat
Indonesia bapak H. Eddy Marzuki Nalapraya bersama wakil-wakil negara Singapura,
Malaysia, dan Brunai Darusalam mendirikan Federasi Internasional Pencak Silat yang
dinamakan Persilat (Persekutuan Pencak Silat antara Bangsa). Presiden Persilat I bapak H.
Eddy Marzuki Nalapraya, menjabat sampai dengan tahun 2002 hingga tahun 2009.
Dengan terbentuknya Persilat, maka perkembangan pencak silat lambat laun
sampai ke beberapa negara. Kejuaraan tingkat internasional yang pertama adalah
dengan diadakannya Invitasi Pencak Silat Internasional I tahun 1982 di Jakarta. Perkembangan
berikutnya hingga saat ini telah dilaksanakan kejuaraan dunia sebanyak empat belas kali.

11 Pencak Silat Banten


Tabel 1. Kejuaraan Dunia (World Championship)

NO Tahun Kejuaraan Negara

1982 Invitasi Interna- Jakarta (Indonesia)


1
tional I
Invitasi Interna- Jakarta (Indonesia)
2 1984
tional II

3 1986 Kejuaraan Dunia III Sudstadt (Austria)

Kejuaraan Dunia
4 1987 Kuala Lumpur
IV

5 1988 Kejuaraan Dunia V Singapura

Den Haag
6 1990 Kejuaraan Dunia VI (Belanda)
Kejuaraan Dunia
7 1992 Jakarta (Indonesia)
VII

8 1994 Kejuaraan Dunia Hatjai (Thailand)


VIII
1997 Kejuaraan Dunia Kuala Lumpur
9
IX (Malaysia)

10 2000 Kejuaraan Dunia X Jakarta (Indonesia)

11 2002 Kejuaraan Dunia Penang (Kuala


XI Lumpur)

12 2004 Kejuaraan Dunia Singapura


XII
13 2007 Kejuaraan Dunia Kuantan Pahang
XIII (Malaysia)
Kejuaraan Dunia Bali (Indonesia) –
14 2008
XIV Mundur
Sumber: Pondok Pustaka PB IPSI (2000: 27)

Pencak Silat Banten


12
Sejak tahun 1992 nama Invitasi Pencak Silat diganti dengan Kejuaraan Dunia Pencak
Silat yang pertama kali di Jakarta diikuti oleh 20 negara peserta. Dewasa ini PERSILAT telah
berhasil menghimpun 46 negara anggota yang tersebar di kawasan Asia, Eropa,
Autralia dan Oceania, Timur Tengah dan Afrika, serta Amerika (Oyong Karmayuda, 2001: 26).
Berikut nama-nama resmi organisasi 34 negara anggota PERSILAT.

Tabel 2. Negara-Negara Anggota Pesilat
Benua Asia:

1. Indonesia
Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)

2. Singapura
Persekutuan Silat Singapura (PERSISI)

3.Brunai Darusalam Persekutuan Pencak Silat Kebangsaan Brunai


(PERSIB)
4. Malaysia Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia
(PESAKA)
5. Thailand
Pencak Silat Association Thailand (PSAT)

6. Vietnam
Ikatan Pencak Silat Vietnam (ISAVIE)

7. Philipina
Philippine Pencak Silat Association (PHISILAT)
8. Myanmar
Myanmar Pencak Silat Association (MPSA)
9. Laos
Pencak Silat Laos (PSL)

10.Jepang
Japan Pencak Silat Assotiation (JAPSA)

11.India
Indian Pencak Silat Association (IPSA)
12.Nepal
Nepal Silat Association (NSA)

13.Yaman
Yaman Pencak Silat Federation (YPSF)

13
Pencak Silat Banten
Benua Eropa:

14. Belanda : Netderlandse Pencak Silat Bond (NPSB)

15. Jerman : Pencak Silat Union Deutschland (PSUD)

16. Austria Pencak Silat Verband Osterreich (PSVO)

17. Perancis France Pencak Silat Federation (FPSF)

18. Swiss Assotiation Pencak Silat Switzerland atau Persaudaraan Setia


Hati Terate organisasi pencak silat Swiss (PSHT)

19. Belgium : Belgium Pencak Silat Bond (BPSB)

20. Spanyol : Spanish Pencak Silat Federation (ESPS)

21. Norwegia : Pencak Silat Norwegia (PSN)

22. Italia : Federazione Italiana Pencak Silat (FIPS)

23. Denmark : Pencak Silat Denmark (PSD)

24. Yunani : PSG

25. England : Pencak Silat Federation of The United Kingdom (PSFUK)

Benua Australia dan Oceania:

26. Australia : Western Australian Pencak Silat Assotiation (WAPSA)

27. New Caledoni : Merpati Putih New Caledonia (MPNC)

14
Pencak Silat Banten
Benua Afrika dan Timur Tengah:

28. Palestina : Palestine Association of Seni Silat (PASS)

29. Turki : Pencak Silat of Turkey (PST)

30. Maroko : Pencak Silat Maroko (PSM)

31. Arab Saudi : Pencak Silat Arab Saudie (PSAS)

Benua Amerika:

32. Suriname : Surinamse Pencak Silat Asosiation (SPSA)

33. Amerika : Pencak Silat of USA (PS-USA)

34. Canada : Persekutuan Kanada Silat (PERKASA)

4. Periode Pembinaan (tahun 1980 sampai sekarang)

Pencak silat yang sudah berkembang di negara-negara Asia, Eropa, Australia, Timur
Tengah dan Afrika, serta Amerika, oleh karena itu PB IPSI secara terus menerus melakukan
pembinaan. Untuk melangsungkan pembinaan tersebut, maka PB IPSI mengawali
pembinaan dengan pesta pencak silat tiga negara tanggal 25 - 26 April 1980, yang diikuti
oleh negara-negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura sebagai tuan rumah.
Pada tanggal 6 - 8 Agustus 1982 di Jakarta diadakan Invitasi pertama pencak silat,
diikuti oleh negara: Belanda, Singapura, Malaysia, Jerman Barat, Amerika, Australia, dan
Indonesia.
Sidang umum I Persilat tanggal 6 - 10 Juli 1985 di Indonesia, terpilih sebagai presiden
Persilat adalah bapak Eddy M. Nalapraya dari Indonesia. Sejak itu Persilat merintis pencak
silat untuk dapat masuk pada even bergengsi Sea Games, oleh karena itu membina negara-
negara Asia Tenggara untuk ikut menjadi anggota Persilat dan mendukung sebagai olahraga
resmi yang dipertandingkan di Sea Games.

15 Pencak Silat Banten


Tahun 1987 pencak silat berhasil masuk pertama kali dalam pekan olahraga
Asia Tenggara (Sea Games XIV di Jakarta), yang diikuti oleh lima negara yaitu; Malaysia,
Singapura, Brunai Darusalam, Thailand, dan Indonesia. Hingga saat kini pencak silat telah
resmi dipertandingkan di event Sea Games sebanyak delapan kali (terakhir tahun 2001).

Tabel 3. Sea Games Pencak Silat

No. Tahun Sea Games Tempat Negara Peserta

1. 2007 Sea Games XXIV Jakarta 5 Negara

2. 1989 Sea Games XV Kuala Lumpur 5 Negara

3. 1991 Sea Games XVI Filipina Ekshibisi *)

4. 1993 Sea Games XVII Singapura 8 Negara


5. 1995 Sea Games XVIII Chiang May (Thailand) 8 Negara
6. 1997 Sea Games XIX Jakarta 9 Negara
7. 1999 Sea Games XX Brunai Darusalam 9 Negara
8. 2001 Sea Games XXI Kuala Lumpur 9 Negara
9. 2003 Sea Ganes XXII Vietnam 9 Negara
10. 2005 Sea Games XXIII Thailand 9 Negara
11. 2007 Sea Games XXIV Bangkok (Thailand) 11 Negara
12. 2009 Sea Games XXV Laos Vientiane 11 Negara

Pencak Silat Banten 16


2.2 Pencak Silat Banten

Tidak jauh berbeda dengan sejarah perkembangan


pencak silat di Indonesia pada umumnya, pencak silat di
Banten tidak bisa lepas dari perkembangan kehidupan dan
kebudayaannya. Hal ini sangat dimungkinkan karena
masyarakat Banten dikenal sebagai masyarakat yang
religius sehingga pengembangan pencak silat di Banten
pasti berkait erat dengan artefak-artefak sejarah pada
umumnya terutama mengenai berdirinya kerajaan/
kesultanan di Banten.
Sebetulnya sangat sulit untuk melacak secara pasti
bagaimana perkembangan sejarah silat di Banten. Hal ini
dikarenakan pencak silat umumnya lebih dikenal sebagai
intangible heritage yaitu kebudayaan yang
lahir sebagai tradisi lisan yang disebarkan
secara turun temurun. Secara tertulis, sulit untuk mendapatkan informasi dan
dokumentasinya. Namun secara sosio-kultural, hingga saat ini Banten sangat dikenal di
Indonesia bahkan di mancanegara karena silat/ jawara telah mengakar dan menjadi bagian
penting dari perkembangan Banten itu sendiri. Umumnya pencak silat Banten diyakini
bermula pada masa kesultanan Banten yang diawali pada zaman Sultan Hasanudin.
Selain itu, puluhan paguron dari berbagai aliran pencak silat tumbuh dan
berkembang di Banten. Namun tanpa mengurangi rasa hormat dan setelah menelusuri
sejarah berbagai aliran pencak silat di Banten, akhirnya rujukan Pencak Silat Banten
mengerucut pada tiga aliran yaitu Bandrong, Cimande dan Terumbu.

2.2.1 Pencak Silat Bandrong


1. Sejarah dan Tokoh Pencak Silat Aliran Bandrong

Pencak silat Bandrong adalah salah suatu aliran pencak silat yang tertua dan asli war-
isan leluhur Banten. Aliran silat ini dinamakan Bandrong karena kekaguman terhadap Ikan
Bandrong dan sebagai rasa syukur Syekh Abdul Khofi kepada ALLAH SWT yang telah
membuatnya bisa mempelajari karakteristik ikan Bandrong sehingga ia mampu
menirukan dan menciptakan jurus langkah silat yang tangguh baik untuk bela diri, bertahan dari
serangan lawan maupun untuk menyerang dan melumpuhkan lawan.
Ikan Bandrong adalah sejenis ikan terbang yang gerakannya sangat lincah, cepat
dan kuat serta mematikan mangsanya. Jenis ikan laut ini sangat gesit, dapat melompat
tinggi, dan jauh. Dengan moncongnya yang panjang dan bergerigi sangat kuat dan tajam,
sekali menyerang ikan Bandrong dapat menyergap dan membinasakan mangsanya. Oleh
karenanya kemudian nama ikan ini dijadikan nama gerakan dan jurus silat yang ia ciptakan,
dan gambar ikan ini pun diabadikan pada Lambang Paguron Silat Bandrong.

17
Pencak Silat Banten
Syekh Abdul Khofi adalah salah seorang ahli agama Islam pada masa
Kesultanan Banten, ia tinggal di lereng Gunung Santri di ujung Kali Capit yang sekarang menjadi
daerah pesisir Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Selain mengajarkan ilmu agama
Islam Syekh Abdul Khofi yang juga dikenal dengan sebutan Ki Beji dan Ki Agus Jo, juga
mengajarkan kepada para santrinya ilmu silat Bandrong yang ia ciptakan. Selain di Gunung
Santri ia juga mengajar ngaji dan silat di Gunung Bongkok, Sumur Pitu (Sumur Tujuh). Di
antara sekian banyak muridnya, beliau mempunyai dua orang murid utama yang memiliki
ilmu yang sangat tinggi, yaitu Ki Ragil dan Ki Asyraf (Ki Serap), kakak beradik yang berasal
dari Gudang Batu, Waringin Kurung.
Dikisahkan, konon Ki Asyraf mengalami kesalahfahaman dengan Ki Semar, salah
seorang Senopati dari Kesultanan Banten yang memiliki ilmu kanuragan (kesaktian)
yang sangat tinggi. Akibat kesalahfahaman kedua orang tersebut kemudian terjadi
perkelahian yang bertempat di antara Kampung Balagendong dan Kampung
Kemuning.Perkelahian tersebut berlangsung lama dan seru karena masing-masing memiliki
ketangguhan dan ilmu beladiri yang tinggi, tak ada orang yang berani dan mampu
melerai. Namun pada perkelahian tersebut Ki Semar akhirnya dapat dilumpuhkan dan tewas,
kepalanyaterpenggal oleh Ki Asyraf setelah ia terlebih dulu berkonsultasi kepada kakaknya,
Ki Ragil.
Tewasnya Ki Semar sebagai Senopati Kesultanan, membuat Sultan maulana
Hasanuddin marah dan memerintahkan para prajuritnya menangkap Ki Asyraf
untukdijatuhkan hukuman mati di tiang gantungan. Tetapi karena usulan memberi
pertimbangan Permaisuri kepada Sultan bahwa apa yang dilakukan Ki Asyraf tersebut
sebagai upaya membela diri, akhirna hukuman tersebut tidak jadi dilaksanakan,
terlebih setelah Sultan menguji dan mengetahui bahwa Ki Asyraf adalah seorang yang
memiliki karakteristik yang dibutuhkan oleh kerajaan, yaitu berjiwa kesatria, disiplin, menepati
janji dan memiliki ilmu dan yang tinggi. Karena karakteristiknya yang sarat dengan berbagai
keunggulan tersebut oleh Sultan Maulana Hasanuddin akhirnya Ki Asyraf dibebaskan dari
segala hukuman. Bahkan kemudian iadiangkat menjadi Senopati Kerajaan Kesultanan
Banten menggantikan Ki Semar dengan gelar kehormatan Senapati / Patih Nurbaya.
Ki Asyraf atau Senapati Nurbaya kemudian lebih dikenal dengan gelar atau nama
panggilan Ki Urbaya, Ki Jagabaya dan Ki Jaga Laut. Hal itu karena ia memiliki tugas dan
tanggung jawab mengamankan wilayah Laut Jawa terutama Teluk Banten dan Pelabuhan
Karanghantu Kerajaan. Beliau bermarkas di Bojo Nagara untuk menghadapi para bajak laut
yang mereka sebut Bajag Nagara yang bermarkas di Tanjung.
Menyadari bahwa pentingnya mempersiapkan kader yang tangguh dan
memiliki ilmu serta kecakapan yang tinggi untuk melindungi dan menjaga keamanan wilayah
Kesultanan Banten, atas restu Sultan kemudian Patih / Senapati Nurbaya mengajarkan dan
menyebarluaskan secara bertahap ilmu silat yang dikuasainya dengan terlebih dahulu
mengajari para putra Sultan, para punggawa dan prajurit kerajaan, serta para santrinya
yang di Pulokali dan Gudang Batu Waringin Kurung yang dilakukan langsung oleh Ki Ragil
kakaknya.

18
Pencak Silat Banten
semasa hidupnya Syekh Abdul Khofi atau yang dikenal dengan namaKi Beji (sesuai
dengan kampong tempat tinggalnya) memiliki istri bernama Siti Chodijahyang cantik jelita.
Konon seorang putri dari bangsa Jin yang tidak sengaja ia temukan tengah mandi di suatu
sendang yang terletak di antara Terumbu Karang di dekat Karangantu. Dari pernikahannya
tersebut Ki Beji dikaruniai dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak laki-laki
pertama bernama Tanjung Anom, anak laki-laki kedua bernama Tanjung Rasa, dan anak
ketiga yang perempuan bernama Siti Badariyah atau terkenal dengan panggilan Nyi
Melati. Anak ketiga yang sangat cantik rupawan ini kemudian dipersunting menjadi istri oleh
Maulana Hasanuddin, Sultan Banten.
Tempat mandinya Siti Chodijah ini sampai sekarang dikenal dengan kampung Ter-
umbu yang terletak di bagian Timur Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Di tempat ini
pula kemudian Ki Beji tinggal. Ia mengajar ngaji dan ilmu silat sampai akhir hayat-
nya. Sebelum wafat beliau berwasiat agar kampung tempat tinggalnya dulu di lereng
Gunung Santri di ujung kali Capit dinamakan Kampung Beji, sedangkan ilmu silat
yang ia ajarkan di Kampung Terumbu dinamakan Silat Terumbu yang juga merupakan
sistem beladiri yang disegani dan sangat terkenal memiliki jurus langkah yang sangat
“mematikan”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Syekh Abdul Khofi alias Ki Beji
merupakan ulama besar yang tekun mengajarkan ajaran Islam dan sekaligus merupakan
ilmuwan dan budayawan yang cermat serta perduli pada makhluk hidup dan
lingkungan sekitar sehingga ia mampu menciptakan dua aliran pencak silat, yaitu Silat
Bandrong dan Silat Terumbu yang merupakan ilmu dan seni bela diri yang masing-masing
memiliki kekhasan dan keunggulannya tersendiri.
Pada tahun 1920-1940 pencak silat Bandrong kemudian dikembangkan oleh dua
orang sahabat, yakni Ki Marip yang merupakan Pimpinan Paguron Bandrong pada saat
itu dan Ki Hilmi atau akrab dipanggil Bang Imi, seorang ahli silat Betawi asal Kwitang
Jakarta. Keduanya merupakan Guru Besar Persilatan Bandrong.Persahabatan mereka terjalin
setelah keduanya melakukan adu ketangkasan silat, yang kemudian dimenangkan oleh Ki
Marip. Adu ketangkasan bela diri antar keduanya tidak berkembang menjadi konflik dan
permusuhan karena kedua orang tersebut selain ulama yang memiliki tingkat kearifan
sangat tinggi, sebelum beradu keduanya telah mengadakan perjanjian yang disepakati
bahwa siapa yang kalah maka ia menjadi murid dan berguru kepada yang menang.
Buah dari persahabatan itu gerak jurus dan langkah Silat Bandrong dikembangkan
oleh mereka dan terus diperkaya dengan unsur gerak jurus dan langkah dari ilmu bela diri
lain sehingga lahirlah berbagai jurus langkah “pecahan” yang dikembangkan dari jurus
langkah pokok. Namun demikian gerak jurus dan langkah Silat Bandrong yang asli sebagai
warisan Syekh Abdul Khofii masih tetap dijaga dan dilestarikan.


19 Pencak Silat Banten
2. Wilayah Persebaran Pencak Silat Aliran Bandrong

Pencak Silat Bandrong terus berkembang dan dikembangkan sebagai


pelestarian budaya unggulan warisan leluhur Banten. Silat Bandrong berkembang di sekitar
Kecamatan Bojonegara, Kecamatan Cilegon dan di Lampung dengan jumlah sekitar 30
padepokan Silat Bandrong. Selain terus berkembangnya wilayah persebaran dan
jumlah padepokannya, nama Silat Bandrong juga berkembang menjadi berbagai nama
padepokan yang masing-masing melakukan pengembangan gerak jurus dan langkah sesuai
dengan kondisinya masing-masing. Nama-nama padepokan Silat Bandrong tersebut antara
lain Bandrong Sapu Jagat, Bandrong Banteng Malang, Bandrong Jalak Emas, Bandrong
Petingtung, dll. Nama Bandrong pada masing-masing padepokan yang berdiri dan
dikembangkan selalu memakai kata Bandrong agar menjadi identitas aliran dan satu sama
lain dapat menjalin dan mengembangkan silaturahmi serta saling mengingatkan untuk
berbuat kebaikan dan bahu membahu dalam perjuangan.
Selain berkembang di Provinsi Banten sebagai daerah kelahiran dan Provinsi
Lampung, pencak silat Bandrong juga berkembang dan banyak dipelajari di daerah-daerah
lainnya di tanah air, bahkan manca Negara.

2.2.2 Pencak Silat Cimande


1. Sejarah dan Tokoh Pencak Silat Aliran Cimande

Seperti aliran-aliran pencak silat lainnya, sejarah pencak


silat Cimande juga ada beberapa versi yang masing-masing
“terbungkus” oleh mitos, dan belum ada data
hasil penelitian yang otentik. Cimande adalah
sebuahnama yang sangat dikenal dan akrab di telinga
masyarakat, khususnya masyarakat di Propinsi Jawa
Barat, DKI, Banten dan Lampung. Cimande se-
lain dikenal sebagai suatu aliran pencak silat yang
disegani karena teknik beladiri dan ketangguhan
para pesilatnya yang memiliki rasa persaudaraan dan
solidaritas sangat tinggi terhadap sesama. Cimande juga
dikenal sebagai tempat dan metoda pengobatan patah
tulang melalui pemijitan yang penyembuhannya relatif
cepat dan tanpa harus melalui operasi seperti di rumah
sakit, betapapun parahnya kerusakan tulang tersebut.
Pencak silat Cimande konon dipopulerkan dan disebarluaskan oleh Abah Kahir.
seorang Pedagang Kuda yang tinggal di Kampung Cogreg, Bogor. Sementara, yang
menciptakan adalah Ibu Kholiyah, isterinya. Ibu Kholiyah “menciptakan” pencak silat

Pencak Silat Banten


20
itu karena terilham setelah melihat pertarungan yang seru antara seekor monyet (kera)
dengan seekor macan pada saat ia ‘ngangsu’ mengambil air untuk kebutuhan rumah tangga
mereka.
Abah Kahir memiliki beberapa panggilan seperti Kaher, Kair, Kaer dan Khaer. Tetapi
jika dihubungkan dengan Pertalekan Cimande – Sumpah setiap orang yang belajar Silat
Cimande – yang mensyaratkan setiap orang yang mempelajari ilmu pencak silat Cimande
untuk membacakan Dua Kalimat Syahadat, diperkirakan nama yang sebenarnya adalah
Khaer, kata sifat dalam bahasa Arab yang berarti baik, bagus.
Cimande itu sesungguhnya adalah nama sebuah kampung dan sungai. Cimande
adalah nama sungai di bawah desa yang mengalir, dan di tepi sungai itulah dulunya
Abah Khaer tinggal sehingga aliran pencak silat yang diwariskan oleh beliau dinamakan
aliran Cimande. Di dekat sungai inilah, tepatnya di Desa Tarikolot dulunya Abah Khaer
bertempat tinggal dan tempat murid-murid Cimande berlatih maenpo. Belakangan makna baru
diberikan bagi nama Cimande baik dalam konteks bernuansa budaya sunda maupun
religi, yakni makna dan falsafah Cimande sebagai cai iman anu hade (air wudlu). Makna dan
falsafah Cai Iman Anu Hade ini menjadi suatu tetenger, yaitu ciri karakter yang khas
bahwa seorang yang mempelajari dan memiliki ilmu silat Cimande harus selalu menjaga dan
memelihara diri untuk bersih dari pemikiran, ucapan serta sikap dan
perbuatan yang kotor dan tercela. Sehingga karenanya, setiap orang yang
mempelajari ilmu silat Cimande harus bersedia ditalek dan memegang teguh Patalekan
(sumpah dan kode etik) Cimande.
Abah Khaer adalah seorang Pedagang Kuda
dan sering bepergian dari suatu kota ke kota lainnya
seperti Cianjur, Karawang, Cikampek, Bekasi, Betawi, Cimande itu sesungguhnya adalah
Bandung, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Kuningan, nama sebuah kampung dan sungai.
Cimande adalah nama sungai di
Ciamis, Cirebon, dan lain-lain. Ia tidak hanya bergaul bawah desa yang mengalir,
dengan orang-orang pribumi, melainkan juga dan di tepi sungai
dengan orang-orang dari berbagai negara sep- itulah dulunya Abah Khaer tinggal
sehingga aliran pencak silat yang
erti Arab, Cina dan Eropa. Karena pergaulan diwariskan oleh beliau dinamakan
sang tokoh ini sangat luas, perbedaan nama aliran Cimande.
panggilan tersebut bisa jadi dikarenakan
latar belakang bahasa orang yang memanggilnya.
Sementara menurut versi lainnya seperti yang dituturkan oleh Abah Kundang, tokoh dan
sesepuh pencak silat Cimande yang tinggal di Kepandean Kota Serang, yang dimaksud abah
Kahir adalah Embah atau Abah Khaer. Ia seorang punggawa Kesultanan Banten yang
kemudian mengembara ke Bogor setelah sahabatnya wafat terbunuh. Oleh Bupati

21
Pencak Silat Banten
Dalam perjalanan dagangnya Abah Khaer sering dihadang oleh perampok dan
begal, tetapi karena keahliannya itu ia selalu berhasil melumpuhkan mereka sehingga
nama Abah Khaer pun menjadi terkenal dan banyak orang belajar pencak silat kepadanya.
Dalam perniagaannya itu pula ia banyak bertemu dan bertukar pengalaman dengan para
pedagang dan ahli persilatan dari berbagai tempat dan negara, sehingga semakin terbuka
dan berkembanglah cakrawala Abah Khaer.
Pada saat di Cianjur, Abah Khaer tinggal di kampung Kamurang. Ia bertemu
dengan Bupati Cianjur ke VI yakni Raden Adipati Wiratanudatar (1776-1813). Mengetahui
kemahiran Abah Khaer dalam pencak silat yang selalu rendah hati, disiplin dalam
beribadah serta banyak membantu orang yang membutuhkan, Raden Adipati Wiratanudatar
memintanya untuk mengajar keluarganya, pegawai kabupaten dan petugas keamanan.
Keunggulan Abah Khaer yang mampu memenangkan kompetisi yang diselenggarakan
Raden Adipati Wiratanudatar membuatnya semakin polpuler. Cara berpakaiannya yang
menggunakan Celana Sontog atau Pangsi dan Baju Kampret, menjadi model cara
berpakaian laki-laki pada saat itu, dan menjadi pakaian pakaian pencak silat hingga kini.
Abah Khaer mempunyai 5 (lima)
orang anak yang kesemuanya laki-laki yaitu
Endut, Ocod, Otang, Komar dan Oyot dan
melalui kelima anaknya inilah Pencak Silat
Cimande tersebar ke seluruh Tanah Pasundan di Jawa
Barat, sementara di Bogor yang meneruskan
penyebaran Pencak Silat Cimande adalah muridnya yang
bernama Ace yang tinggal di daerah Tarikolot. Hingga
kini keturunannya menjadi sesepuh Pencak Silat Cimande Tarikolot Kebon Jeruk Hilir.
Pola pendidikannya dikembangkan oleh anak didiknya seperti Sera’ dan aliran
Ciwaringin yang dalam perkembangannya mengadakan perubahan jurus seperti yang
dilakukan Haji Abdul Rosid. Akan tetapi berubahan itu tidak jauh berubah dari pakem
mempo ‘Cimande.

1) Lima Aspek Pencak Silat Cimande

Berbeda dengan aliran pencak silat lain yang memiliki empat aspek (olahraga, seni bu-
daya / tradisi, beladiri dan spiritual), pencak silat aliran Cimande memiliki 5 (lima) aspek
sebagai berikut: aspek olahraga, aspek seni budaya/tradisi, aspek beladiri, aspek spiri-
tual dan aspek pengobatan. Aspek terakhir yaitu pengobatan termasuk pijat/urut gaya
cimande dan pengobatan patah tulang. Dalam proses pijat dan pengobatan ini biasanya
digunakan Minyak Cimande, yang unsur pembuatnya terdiri dari minyak kelapa, sari tebu
dan lainnya. Minyak Cimande dulunya dinamakan ‘minyak pencak’, minyak ini digunakan
ketika berlatih sambut tangan dalam aliran Cimande.

22
Pencak Silat Banten

2) Patalekan (Sumpah Setia) Memasuki Pencak Silat Cimande TTKKDH

Dengan nama Allah yang pengasih lagi maha penyayang, saya bersaksi bahwa se-
sungguhnya tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dan saya bersaksi bahwa
Nabi Muhammad itu utusan Allah. Demi Allah saya bersumpah dan berjanji:

I. Sesungguhnya saya masuk menjadi anggota TTKKDH dengan tulus ikhla dan
suci hati tidak karena suatu maksud yang tidak baik dan bukan karena paksaan.
II. Bahwa saya selama-lamanya akan meninggikan ajaran agama Islam dan melak
sanakan segala perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala
larangan-Nya.
III. Dengan ini pula saya berjanji, bahwa saya senantiasa akan berbuat:

1. Patuh dan taat kepada Pemerintah Republik Indonesia serta berjiwa Pan casila
2. Setia pada Ibu, Bapak dan Perguruan Persilatan Cimande serta mempererat tali
persaudaraan dan membela sepertalekan Cimande.
3.Sanggup mematuhi setiap Pertalekan Perguruan dan mempelajari
persilatan yang diberikan.
4.Sanggup mematuhi, mengetahui dan menghargai yang menyebarluaskan
persilatan Cimande, antara lain: Embah Khaer, Ibu Holiyah, Ayah Hursi, Embah
Ocod, Embah Endut, Embah Main, Embah Buya.

3) Amanat Perguruan Pencak Silat Cimande

1. Tidak boleh bohong, ujub, riya dan takabur pada sesama manusia.
2. Tidak boleh menipu dan ingkar janji kepada sesame manusia.
3. Tidak boleh mencela atau mencaci persilatan orang lain dalam bentuk
apapun.
4. Tidak boleh menghianati Bangsa, Negara dan Agama serta iri hati dan
mengganggu harta orang lain.
5. Tidak boleh mendahului dan jangan didahului.
6. Tidak boleh beristri bekas saudara pertalekan Cimande, terkecuali meninggal
dunia suaminya atau bermusyawarah lebih dulu agar persahabatantetap abadi.
7. Wajib mempertahankan enam bagian antara lain: Jiwa-Raga-Keluarga-Agama-
Bangsa dan Negara.
8. Pantang mundur, bilamana Saudara mundur kufur persilatan
9. Tidak boleh latihan pada malam sabtu dan malam senin berikut siang harinya.

23 Pencak Silat Banten



2. Wilayah Persebaran Pencak Silat Aliran Cimande

Sepeninggal Abah Khaer wafat, buah karyanya terus berkembang dan diterima
secara luas bukan hanya oleh masyarakat Jawa Barat, melainkan berkembang sampai ke
Jawa Tengah bagian Barat, Jakarta, Banten, Lampung, Sumatera Barat dan juga di luar
negeri seperti di negara-negara di kawasan ASEAN, Belanda dan Jerman. Cimande
bukan hanya berkembang sebagai seni bela diri pencak silat saja, kini gerak dan jurus
langkah Pencak Silat Cimande diadopsi menjadi seni ibing atau seni tari yang secara kontinyu
‘dipasanggirikeun’, dikompetisikan sebagai upaya melestarikan warisan seni budaya leluhur
yang bernilai tinggi dan bermanfaat untuk pendidikan karakter generasi muda.

2.2.3 Pencak Silat Terumbu


1. Sejarah dan Tokoh Pencak Silat Aliran Terumbu

Pencak Silat Terumbu Banten adalah salah


satu warisan budaya leluhur Banten yang
memiliki nilai baik yang bersifat mental
spiritual maupun yang bersifat fisikal, seni dan
budaya. .
Pencak silat Terumbu merupakan seni
beladiri asli Banten, yang menurut sejarahnya
dikembangkan di daerah pesisir pantai utara
Laut Jawa di Kabupaten / Kota Serang. Seni
beladiri ini memiliki sikap dan jurus langkah
yang khas yang masing-masing nama jurusnya
diambil atau menggunakan huruf ayat Al-Quran yang
disebut dengan huruf hijaiyah.
Sebagai pencak silat yang tua, pencak silat
Terumbu “diciptakan” oleh Ki Terumbu, nama lain
dari Syekh Abdul Khofi, yang juga dikenal dengan sebutan Ki Beji dan Ki Agus Jo, seorang
ulama yang juga menciptakan gerak jurus langkah Pencak Silat Bandrong di daerah Bojone-
gara, Cilegon.
Kiyai Terumbu merupakan ulama besar Banten pada Abad 15 sebelum Sultan
Hasanudin menjadi Sultan di Kerajaan Banten dan pada masa tersebut kerajaan Banten
belum menjadi Kerajaan Islam, dan beliau bermukim di suatu kampung di sebelah timur
Karangantu, tepatnya di Kampung Terumbu.
Pencak silat Terumbu selain berfungsi sebagai seni dan keterampilan untuk bela
diri juga untuk dakwah, dan membantu orang-orang yang teraniaya. Sebagai keterampilan
dan alat beladiri, gerakan kaki dan tangan pada Silat Terumbu sangat cepat dan gesit serta
selalu mengarah pada titik-titik sasaran yang mematikan. Oleh karena itu maka pada jaman
dahulu Pencak Silat Terumbu diajarkan kepada para putra Sultan Banten, dan para

Pencak Silat Banten 24



Berbeda dengan gerak jurus dan langkah aliran persilatan lainnya, Pencak Silat
Terumbu memerlukan daya tahan kaki yang lebih karena pencak silat Terumbu
mengandalkan “bermain bawah” karena kuda-kudanya sangat rendah. Namun demikian,
keterampilan “bermain atas” dengan mengandalkan kekuatan dan kecepatan gerakan
tangan tidak diabaikan.
Ki Terumbu tinggal di Kampung Terumbu, yang saat ini berada di bagian timur
Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Dari hasil pernikahannya dengan Siti Chodijah yang konon
seorang putri dari bangsa Jin, Ki Terumbu mempunyai tiga orang anak, yakni Tanjung Anom,
Kudup Melati, dan Dewi Rasa. Sementara dalam versi lain anak laki-laki pertama bernama
Tanjung Anom, anak laki-laki kedua bernama Tanjung Rasa, dan anak ketiga yang perempuan
bernama Siti Badariyah atau terkenal dengan panggilan Nyi Melati. Anak ketiga yang sangat
cantik rupawan ini kemudian dipersunting menjadi istri oleh Maulana Hasanuddin, Sultan
Banten.
Perjuangan Ki Terumbu dalam menyebarkan agama Islam dan menegakkan
kebenaran di wilayah Banten diteruskan oleh salah seorang murid kesayangannya,
yakni Abdul Fatah. Abdul Fatah merupakan penerus Ki Terumbu dalam berdakwah
mengajarkan Ajaran Islam seraya terus mengembangkan dan mengajarkan ilmu Silat Terumbu
sebagai suatu nilai kekesatriaan yang memiliki keseimbangan antara mental spiritual dan
keterampilan serta kekuatan fisik jasmani dalam menegakkan dan membela kebenaran.
Pengajaran dan pengembangan pencak silat Terumbu kemudian dilanjutkan oleh
H. Murid bin KH. Nukaim, yang karena sikap dan kepribadiannya yang menjadi contoh
teladan bagi masyarakat ia kemudian dinobatkan sebagai Jaro Murid Terumbu dan
sekaligus sebagai Ketua Seni Bela diri Terumbu yang juga mendapatkan gelar KH Sahlan
Guru Besar Terumbu dengan sebutan Pusaka Terumbu.
Hingga sekarang silat Terumbu masih terjaga dan dilestarikan oleh paguron-paguron
pencak silat Terumbu yang tersebar di daerah pesisir utara Banten. Salah seorang yang
kini masih sangat tekun mengajarkan ilmu silat Terumbu adalah Abah Minggu Tilar yang
tinggal di Kampung / Desa Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, di bagian utara Kota serang.
Ia berusia sekitar 72 tahun namun masih penuh semangat mengajarkan silat Terumbu
kepada generasi muda di madrasah tempat ia berkhidmat.

25 Pencak Silat Banten



2. Silsilah Terumbu (Tuturan Abah Minggu Tilar, 1 Juni 2014)

1. Ki Terumbu / Ki Beji
2. Ki Juned
3. K.H. Muhyidin
4. Ki Sahlan
5. Ki Abdullah
6. H. Murid
7. Ki Rifai
8. H. Mohammad Rais
9. Minggu Tilar

TES EVALUASI

1. Kemukakan mengapa pencak silat bisa diterima dan dikembangkan di


Negara lain?
2. Jelaskan kaitan antara latihan pencak silat dengan sikap kebersamaan?
3. Mengapa di dalam pencak silat sangat diutamakan untuk bersikap santun, jujur
dan cinta damai? Apa kaitan antara sikap tersebut dengan Pencak Silat
Banten?
4. Carilah di sekitar tempat tinggalmu seorang pesilat dari aliran
Bandrong, Cimande atau Terumbu, kemudian wawancarailah
mengenai hubungan antara Pencak Silat Banten dengan sikap-sikap yang harus
dimiliki oleh seorang pesilat!

Pencak Silat Banten 26


Bab 3
Ragam Pencak
Silat Aliran
Bandrong, Cimande
dan Terumbu

3.1. Ciri Khas Gerak Jurus Pencak Silat Aliran Bandrong

Pencak Silat Bandrong adalah aliran pencak silat warisan budaya leluhur Banten yang
memiliki nilai adiluhung, keunggulan. Selain secara fisik merupakan sistem gerak dan jurus
bela diri yang lengkap, silat Bandrong juga merupakan “sistem dan tata nilai” kekesatriaan.
Oleh karenanya sistem gerak jurus dan sistem nilai Silat Bandrong perlu terus dilestarikan
dan diwariskan kepada generasi muda khususnya di wilayah Propinsi. Dari Panduan Jurus
dan Langkah Pencak Silat Bandrong sebagaimana yang diterangkan oleh Yai Samsudin dari
Pulokali Bojonegara dan Bapak A. Rofei H. Sanid sebagaimana disusun Abdul Gani Daliran
dan telah dikonfirmasi oleh salah seorang Guru Besar Persilatan Bandrong, yakni Abah H.
Fayumi di Bojonegara. Jurus langkah kaki dan tangan pada Pencak Silat Bandrong dapat
diuraikan sebagai berikut:

1) Jurus Pokok / Jurus Besar
2) Langkah Pokok
3) Serangan
4) Tangkisan Pokok atau Pambuangan Bandrong
5) Beset

27
Pencak Silat Banten

1) Jurus Pokok atau Jurus Besar

Silat Aliran Bandrong terdiri dari 6 (enam) jurus yang setiap jurusnya terdiri
dari 3 (tiga) jurus, yaitu: Jurus Kesatu, Jurus Kedua dan Jurus Ketiga. Dengan demikian
seluruh jurus yang tercakup dalam Jurus Besar berjumlah 18 (delapan belas) jurus pokok yang
kembangan atau pecahan-pecahannya sangat banyak, dengan susunan sebagai berikut:

1. Jurus Pilis (tiga jurus), meliputi Jurus Pilis Kesatu, Jurus Pilis Kedua dan Jurus Pilis
Ketiga;
2. Jurus Catrok (tiga jurus), meliputi Jurus Catrok Kesatu, Jurus Catrok Kedua, Jurus
Catrok Ketiga;
3. Jurus Totog (tiga jurus), meliputi Jurus Totog Kesatu, Jurus Totog Kedua,
Jurus Totog Ketiga;
4. Jurus Seliwa (tiga jurus), meliputi Jurus Seliwa Kesatu, Jurus Seliwa Kedua, Jurus
Seliwa Ketiga;
5. Jurus Gebrag (tiga jurus), meliputi Jurus Gebrag Kesatu, Jurus Gebrag Kedua,
Jurus Gebrag Ketiga;
6. Jurus Kurung (tiga jurus), meliputi Jurus Kurung Kesatu, Jurus Kurung Kedua, Jurus
Kurung Ketiga;

2) Langkah Pokok

Silat Aliran Bandrong terdiri dari 6 (enam) langkah yang setiap langkahnya memiliki
kembangan dan pecahan yang tidak terbatas. Keenam Langkah Pokok tersebut
terdiri dari:

1. Langkah Sios (Langkah Satu)


2. Langkah Kaleh (Langkah Dua)
3. Langkah Telu (Langkah Tiga)
4. Langkah Papat (Langkah Empat)
5. Langkah Lime (Langkah Lima)
6. Langkah Nenem (Langkah Enam)

3) Serangan,

Silat Aliran Bandrong memiliki dua macam serangan pokok dan satu serangan kom
binasi, yaitu:

1. Serangan Jabe (Serangan Luar),


2. Serangan Jero (Serangan Dalam) dan…
3. Serangan Jabe-Jero (Kombinasi Serangan Luar dan Dalam)

28
Pencak Silat Banten
4) Tangkisan atau Pembuangan Serangan

Gerak Tangkisan / Buangan Serangan pada Silat Aliran Bandrong terdiri dari 6
(enam) jenis sebagai berikut:

1. Untuk Serangan Jabe-Jero (luar-dalam) ditangkis / dibuang dengan Gerakan


Pilis;
2. Untuk Serangan Jabe-Jero (luar-dalam) ditangkis / dibuang dengan Gerakan
Catrok;
3. Untuk Serangan Jabe-Jero (luar-dalam) ditangkis / dibuang dengan Gerakan
Totog;
4. Untuk Serangan Jabe-Jero (luar-dalam) ditangkis / dibuang dengan Gerakan
Seliwe;
5. Untuk Serangan Jabe-Jero (luar-dalam) ditangkis / dibuang dengan Gerakan
Gebrag;
6. Untuk Serangan Jabe-Jero (luar-dalam) ditangkis / dibuang dengan Gerakan
Bendung.

5) Beset

Beset adalah gerak dan jurus khas pencak silat Bandrong, terdiri dari 1) Beset
Pokok yang mencakup dua gerakan dan 2) Beset kembangan / turunan yang terdiri
dari 6 (enam) gerakan Beset sebagai berikut:

1. Beset Pokok, yakni:

a. Beset Jabe (Beset Luar);


b. Beset Jero (Beset Dalam)
2. Beset Kembangan / Pecahan, meliputi enam gerakan jurus:
a. Beset Pilis;
b. Beset catrok;
c. Beset Totog;
d. Beset Seliwe;
e. Beset Gebrag;
f. Beset Kurung (Beset Bendung)

29 Pencak Silat Banten


Di luar gerak jurus pokok pencak silat sebagaimana diuraikan di atas pada pencak
silat aliran Bandrong juga memiliki sekitar 28 jurus langkah yang merupakan turunan atau
kembangan / pecahan dari gerak jurus pokok yang penggunaannya kelak disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang ada. Namun pada silat Bandrong, sebelum mengajarkan ke 28 gerak
kembangan ini seorang Guru atau Pelatih wajib menyampaikan / mengajarkan jurus
langkah pokok terlebih dulu sampai para murid menguasai. Keduapuluh delapan gerak
jurus kembangan tersebut adalah sebagai berikut:

JURUS LANGKAH KEMBANGAN SILAT BANDRONG PULOKALI

1. Geleng 15. Gocoh


2. Cawuk 16. Sentak
3. Wiyak 17. Sabet
4. Rawus 18. Sepak
5. Rambet 19. Dupak
6. Pentil 20. Dedeg
7. Keprak 21. Bulang-baling
8. Sendok 22. Gendong
9. Jingjing 23. Gedog
10. Colok 24. Gunting
11. Badug 25. Geleng
12. Tejeh 26. Sapu
13. Pukul 27. Sangsut
14. Depok 28. Gedrig

Selain gerak jurus langkah pokok dan kembangan pencak silat aliran Bandrong
sebagaimana diuraikan berdasarkan keterangan Yai Samsudin dari Kampung Pulokali
Kecamatan Bojonegara tersebut, pada silat aliran Bandrong juga dikenal adanya 29 Jurus
Rahasia dan 26 Jurus Bandrong Pulokali yang diinventarisir oleh Bapak Abdul Gani Daliran,
yakni sebagai diuraikan di bawah ini:

Pencak Silat Banten 30


JURUS RAHASIA SILAT BANDRONG
(Tiap Jurus Terdiri Dari beberapa Pecahan)

1. Jurus Jabeu / Luar 15. Jurus Tendang / Totog


2. Jurus Jero / Dalam 16. Jurus Tendang Geprak
3. Jurus Sintung 17. Jurus Tendang Beset
4. Jurus Tekek 18. Jurus Tendang Tejeh
5. Jurus Kuprit 19. Jurus Keprak
6. Jurus Ponggok 20. Jurus Siku Dalem Pok
7. Jurus Tangkis Golok 21. Jurus Siku dalem Dengkul
8. Jurus Bandrong Sendok 22. Jurus Giling Kuitang
9. Jurus Bandrong Indit 23. Jurus Ngangsrek
10. Jurus Bandrong jero 24. Jurus Nguber Indit
11. Jurus Kunci 25. Jurus Goeng
12. Jurus Sku Dalam 26. Jurus Pendengok
13. Jurus Gunting 27. Jurus Tendang Kuda
14. Jurus maktum 28. Jurus Kepret Kuda
29. Jurus bandrong Pagak

Catatan: Diinventarisir oleh Bapak Abdul Gani Daliran

31
Pencak Silat Banten

JURUS BANDRONG PULO KALI

1. Langkah 4 Persegi
2. Langkah 5 Pancer
3. Langkah 5 gentus
4. Langkah 5 Cangkol
5. Langkah 5 Pecah
6. Langkah 5 Giling
7. Langkah 5 Gebrak
8. Langkah 5 Pukul
9. Langkah 3 Segitiga
10. Langkah 3 Kepret
11. Langkah 3 Dedeg
12. Langkah 4 Tubruk
13. Langkah 6 Samring
14. Langkah 6 Depok
15. Langkah Kuitang / Paitang
16. Langkah Saliweuh
17. Langkah Sor / Pamonyet
18. Langkah Sor / Cimacan
19. Langkah Sor / Ular
20. Langkah 6 Lukbi
21. Langkah 6 Tubruk
22. Langkah 5 Selingker
23. Langkah 3 Polos
24. Langkah 3 Sepotong
25. Langkah 4 sendok
26. Langkah 6 Dengkrak

Catatan: Diinventarisir oleh Bapak Abdul Gani Daliran

Seperti pencak silat yang lainnya, pencak silat Bandrong juga memiliki banyak
aliran Paguron yang selain tetap memegang teguh jurus-jurus langkah pokok sebagaimana
asalanya, juga memiliki jurus-jurus langkah kembangan yang mereka ‘ulik’. Berikut ini
adalah gambar jurus langkah paguron Bandrong Jagat Samudera yang dibina oleh Hamdan
S.Pd dari kampong Solor Kidul, Kecamatan Bojonegara, Kota Cilegon.

32
Pencak Silat Banten
1. Jurus Pukul / Tonjok I - Bandrong 2. Jurus Tangkis - Bandrong

3. Jurus Gayor - Bandrong 4. Jurus Kepret - Bandrong

5. Jurus Timpug - Bandrong 6. urus Gedrag - Bandrong

7. Jurus Depok - Bandrong 8. Jurus Goseh / Sapuan - Bandrong

33
Pencak Silat Banten
9. Jurus Wuwung - Bandrong 10. Jurus Bacok - Bandrong

11. Jurus Dengkrak - Bandrong 12. Jurus Catrok I - Bandrong

13.Jurus Catrok II - Bandrong 14. Jurus Seliwa - Bandrong

15. Jurus Sepak Tonjok - Bandrong 16. Jurus Colok / Kodok - Bandrong

Pencak Silat Banten 34


3.2. Gerak Dasar Pencak Silat Cimande

Cimande pada mulanya menggunakan teknik perkelahian dengan jarak jauh yaitu
pesilat mengambil jarak jangkau selepas kaki, jarak ini dimungkinkan untuk dapat mudah
menghindari serangan lawan. Jarak ini menjadi jarak dominan untuk melakukan serangan
balik.
Setiap pesilat dalam melakukan serangan harus memperhatikan sikap kaki atau
kuda-kuda yang bertujuan untuk menjaga jarak lawan. Kuda-kuda pipih yang digunakan
dapat dengan mudah dipindah-pindah dan dapat diubah-ubah dalam kecepatan dan
frekuensi tinggi. Karena dipastikan lawan akan memberikan serangan jarak dalam bentuk
pukulan atau tendangan cepat dan tinggi. Untuk dapat mengatasinya maka diperlukan jurus
agar pesilat dapat mengimbanginya.
Secara garis besar, pencak silat Cimande dibagi atas tiga tatanan yaitu Kelid Cimande,
Pepedangan Cimande dan Tepak Selancar. Kelid dan Pepedangan merupakan Jurus,
sedangkan Tapak Selancar merupakan Jurus Seni (dengan iringan musik gendang pencak).
Untuk pengenalan, yang akan dijelaskan di bawah ini adalah mengenai Kelid.
Jurus Kelid Cimande adalah jurus inti yang berusaha untuk menangkis serangan lawan
dengan berusaha merobohkannya. Jika dilihat, pencak silat Cimande lebih tertumpu pada
ketangguhan tangan sebagai inti kekuatan.
Di dalam perkembangan pencak silat Cimande, terdapat beberapa versi mengenai
jurus kelid ini. Ada yang 33 jurus, ada yang 21 jurus dan ada yang 16 jurus. Menurut
Abah Kundang (72 tahun) pengurus TTKKDH yang mempelajari Cimande sejak remaja
menjelaskan bahwa perbedaan jumlah jurus termasuk penamaan adalah sesuatu yang
biasa dan tidak perlu diperdebatkan karena asal muasal jurusnya tetap dari guru yang sama
yaitu dimulai dari Embah Khaer.
Abah Kundang sendiri lebih memfokuskan pada 21 jurus kelid yang dibagi atas dua
bagian yaitu 17 jurus inti dan 4 jurus tambahan. 17 jurus itu adalah Kelid Besar, Kelid
Kecil, Po Luar, Po Dalam, Timpah Sebelah, Selup, Gojlogan, Cekel Habis, Ketrok Satu,
Ketrok Dua, Guntingan, Peupeuh Lebet, Goncangan, Pedangan, dan Golewangan. Sedangkan
Ringkesan, Langkah (satu dan dua), Cepolan (Cepolan Halus, Cepolan Kasar) dan Igel/ Ibing,
merupakan lanjutan yang dikembangkan dari pola gerak jurus dasar. Untuk itu di bawah ini
akan dijelaskan 17 jurus inti versi TTKDH.

35 Pencak Silat Banten


1. Kelid Gede/Besar-Cimande 2. Kelid Leutik/Kecil-Cimandepah

3. Po Luar-Cimande 4. Po Dalam-Cimande

5. Timpah Sebelah - Cimande 6. Selup - Cimande

Pencak Silat Banten 36


11. Colok Hiji/Satu - Cimande 12. Colok Dua - Cimande

13. Guntungan - Cimande 14. Peupeuh Lebet - Cimande

15. Goncangan - Cimande 16. Pedangan - Cimande

37 Pencak Silat Banten


17. Golewangan - Cimande

3.3. Gerak Dasar Pencak Terumbu

Jurus seni silat Terumbu memiliki 35 jurus. Seperti jurus Alif I, kemudian alif II, potong
sebat, Tanjung Seliwa, Potong Sepak I, Selembar I, Depok Sebat dan Depok Gunting. Ada
8 jurus lagi yang tidak bisa dikemukan, karena ini merupakan jurus rahasia yang biasanya
merupakan jurus pegangan utama Sang Guru. Guru hanya memberikan jurus-jurus rahasia
ini hanya kepada para muridnya yang betul-betul sudah terseleksi.
Hal ini dilakukan sang Guru karena delapan gerak jurus langkah yang rahasia ini
bersifat mematikan lawan, karena merupakan “jurus pertempuran”. Oleh karenanya hanya
kepada murid yang telah betul-betul menguasai semua gerak jurus dan langkah Silat
Terumbu yang sempurna, memiliki tingkat kedisiplinan beribadah serta kematangan
emosional dan kesabaran yang tinggi dengan maksud agar tidak disalahgunakan.

1. Jurus Pencak Silat Terumbu


1. Jurus Alif - Terumbu

Pencak Silat Banten 38


3. Jurus Samplok - Terumbu

2. Jurus Sendok - Terumbu

4. Gunting Colok - Terumbu 5. Gunting Gebrag - Terumbu

39 Pencak Silat Banten


6. Depok Satu - Terumbu 7. Depok Dua - Terumbu

Pencak Silat Banten 40


Tes Evaluasi

1. Jelaskan konsep, teknik dan prosedur dasar dari aliran pencak silat Bandrong!

2. Jelaskan konsep, teknik dan prosedur dasar dari aliran pencak silat Cimande!

3. Jelaskan konsep, teknik dan prosedur dasar dari aliran pencak silat Terumbu!

4. Berikan tiga penjelasan: apa perbedaan antara jurus langkah aliran pencak
silat Bandrong dengan Cimande?

5. Berikan tiga penjelasan: apa perbedaan antara jurus langkah aliran pencak
silat Bandrong dengan Terumbu?

6. Berikan tiga penjelasan: apa perbedaan antara jurus langkah aliran pencak
silat Cimande dengan Terumbu?

7. Berikan tiga penjelasan: apa ciri khas pencak silat Bandrong?

8. Berikan tiga penjelasan: apa ciri khas pencak silat Cimande?

9. Berikan tiga penjelasan: apa ciri khas pencak silat Terumbu dan?

10. Peragakan masing-masing jurus dasar dari aliran pencak silat Bandrong!

11. Peragakan masing-masing jurus dasar dari aliran pencak silat Cimande!

12. Peragakan masing-masing jurus dasar dari aliran pencak silat Terumbu!

41 Pencak Silat Banten


Bab 4
Pencak Silat
Sebagai Seni

Pada bab pertama, telah dijelaskan


bahwa pencak silat di Indonesia tidak lepas
dari unsur-unsur kesenian. Hal inilah yang
membedakan dengan beladiri yang lain.
Kehadiran pencak silat sebagai sebuah seni
bisa dilihat dari upacara-upacara ritual
tradisional atau pada pembukaan acara tertentu yang sering menghadirkan pencak
silat sebagai seni sehingga bisa diapresiasi dan dinikmati oleh para penonton. Istilah ini
disebut ibing.
Seni ibing di dalam pencak silat merupakan pengembangan dari seni beladiri yang
lahir manakala kebutuhan membeladiri sudah tidak terlalu mendesak lagi. Ibing pencak
ini berlandaskan dan bertolak pada aliran-aliran besar pencak seperti Cimande, Cikalong,
Timbangan dan juga aliran-aliran lainnya baik yang mandiri maupun yang merupakan
gabungan dari aliran-aliran besar.
Secara sederhana seni selalu diterjemahkan dalam kata “keindahan”. Indah
dalam seni ibing pencak tidak berarti memberikan berbagai variasi yang
mengubah bentuk gerak dari induknya yaitu seni beladiri, namun indah dalam seni ibing
pencak adalah kemampuan merangkai berbagai jurus yang menggambarkan suatu
pertarungan imajiner dengan gerakan-gerakan yang benar. Keindahan dalam seni
ibing pencak berpadu secara harmonis dengan tabuhan kendang pencak/ patingtung
yang memiliki unsur magis dan mampu menggugah serta membangunkan sifat pemberani
pendekar pencak (Fadilakusumah, 1998: 7).

Pencak Silat Banten 42


4.1 Kriteria Seni Ibing Pencak Silat

Pada praktiknya, seni pencak sangat terlihat jelas manakala tampilan jurus-
jurus yang diatur sedemikian rupa telah dipadukan dengan iringan kendang pencak.
Unsur irama, unsur keselarasan, unsur keseimbangan, unsur gerak berupa jurus-jurus dan
unsur emosional “pemencak” (pesilat) akan menjadi sesuatu yang indah apabila
unsur-unsur itu terjalin dengan baik dan benar.
Namun demikian suatu hal yang perlu diperhatikan dan dicermati adakah
unsur beladirinya harus tetap dipertahankan. Artinya ruh beladiri pencak silat
harus tetap mendasari terciptanya seni ibing pencak. Lebih jauh lagi, ibing pencak harus
tetap menunjukkan karakteristik pemencaknya (pesilat) yang sigap, cekatan dan gagah.
Jangan sampai ibing pencak seolah-olah sebuah bentuk tarian yang diiringin
kendang pencak. Seorang pemencak (pesilat) harus tetap bersikap seolah-oleh
menghadapi lawan. Oleh karena itu, agaknya kurang pas apabila ibing pencak ini diiringi
lagu-lagu percintaan atau lagu-lagu yang tidak menggugah semangat bertempur.
Ibing pencak adalah gabungan seluruh potensi gerak beladiri yang
disistemasikan dalam bentuk rangkaian jurus dengan iringan kendang pencak.
Perpaduan antara rangkaian jurus dengan irama kendang pencaknya sangat
menentukan ke-estetika-an ibing pencak (Fadilakusumah, 1998: 8)

4.2 Unsur-Unsur Ibing Pencak Silat

Ibing pencak dalam terjemahan bebas berarti “tari pencak”. Sebab kata
“ibing”dalam kata benda berarti “tari” dan dalam kata kerja adalah “ngibing” yang
berarti menari. Ibing pencak sengaja tidak diterjemahkan menjadi tari pencak
karena bisa menunjukkan konotasi yang berbeda. Seorang penari akan menunjukkan
tarian tunggal dengan kehalusan, keluwesan, kelemahgemulaian gerak. Sedangkan
ngibing pencak walaupun tampil sendiri ia harus dapat memperlihatakan kesan sedang
berhadapan dengan lawan dalam suatu pertarungan.
Ibing pencak sebagai bagian dari seni, sekurang-kurangnya akan mempunyai
dua bagian besar. Pertama, unsur pemenca (pesilat) itu sendiri dan kedua adalah unsur
karawitannya (baca: kendang pencak). Secara garis besar kedua unsur yang dimaksud
dapat dijelaskan sebagai berikut.

43 Pencak Silat Banten


1. Unsur Pesilat

Seorang pesilat harus menjiwai hakikat pencak silat itu sendiri. Dalam hal ini
penguasaan falsafah atau norma-norma pencak silat mutlak harus dikuasai. Oleh
karena semuanya itu akan berpengaruh besar pada anggah-ungguh (perilaku atau
budi pekerti) pada saat tampil di pentas. Anggah-ungguh itu pun kemudian dipecah lagi
ke dalam tiga unsure yaitu tatakrama (sopan santun), pasemon (mimik) dan anggoan
(pakaian).
Tatakrama adalah etika yang seharusnya dilakukan seorang pesilat
manakala berhadapan dengan aturan-aturan, baik aturan tertulis maupun tidak tertulis.
Ia selayaknya member salam kepada setiap orang, terlepas dari orang yang dihadapinya
apakah lebih tua atau lebih muda dari dirinya sendiri. Dalam hal penampilannya pada
pagelaran ataupun pasanggiri, gerak salam berupa penghormatan yang dilakukan pada
awal dan akhir penampilan semata-mata sebagai penghormatan kepada khalayak dan
permohonan izin untuk menampilkan kebolehannya.
Pasemon atau mimik berkaitan erat dengan perasaan kejiwaan seseorang.
Sebagaimana telah disinggung di atas, seorang pesilat harus mempunyai sikap sedang
berhadapan dengan musuh. Dalam hal inilah emosi, dan lebih jauh lagi daya khayal
(imajinasi) seorang pesilat benar-benar diuji. Raut muka sebagai “etalase” emosi jiwanya
harus mencerminkan apa yang sedang dilakukan pada saat memainkan jurus-jurusnya.
Dan terakhir, anggoan, atau pakaian adalah sesuatu hal yang perlu
mendapat perhatian. Perlu diingat bahwa pencak silat adalah seni bertarung. Oleh karena itu
rasanya bukan pada tempatnya apabila pesilat menggunakan pakaian ala pemain calung
atau jaipongan. Demikian pula wajahnya tidak perlu dirias berlebihan, sebab bukan
untuk menari. Tak perlu pula banyak aksesori sebab bukan untuk menari. Pakaian resmi
pencak silat dalam perjamuan, perhelaran ataupun pasanggiri/ pertandingan adalah
pangsi.
Dalam hal pelatihan di sekolah-sekolah, penggunaan celana pangsi sangatlah
diharapkan agar kaki siswa leluasa bergerak, namun pakaian atasnya tidak ada salahnya
menggunakan kaos saja agar ringkas serta gerakan tangannya dapat terlihat jelas oleh para
guru sehingga apabila melakukan kesalahan dapat terlihat dan segera diperbaiki.
Dalam setiap penampilan, hal lain yang perlu diperhatikan seorang pesilat adalah
adeg-adeg, intisari pola pencak dan wirahma (irama). Adeg-adeg adalah sikap
tubuh saat pencak silat. Pada adeg-adeg ini tersimpan pula setidaknya tiga unsure yaitu
kuda-kuda, payus dan anteb. Kuda-kuda adalah posisi kaki yang mencerminkan

Pencak Silat Banten 44


kekuatan penopang gerak tubuh lainnya. Setiap gerak tangan atau anggota tubuh
lainnya akan selalu efektif dan berdaya guna apabila ditopang oleh posisi kaki yang
membentuk kuda-kuda tertentu dengan benar.
Dalam kaitannya dengan anggota tubuh lain inilah dibutuhkan
keseimbangan dan keserasian yang di dalam istilah pencak silat disebut payus. Suatu
gerakan akan disebut payus apabila antara kuda-kuda dengan postur tubuhnya
harmonis. Ketidakharmonisan akan mengakibatkan kehilangan keseimbangan dirinya.
Sementara unsur anteb, selain tetap seimbang pada perubahan gerak dan atau
kuda-kuda, lebih merupakan penjiwaan terhadap kedua hal yang dimaksud.
Dalam hal ini sukar untuk dijelaskan dengan kata-kata, sebab sudah menyangkut rasa
seseorang pada saat ia melakukan pencak silat. Penguasaan terhadap rasa ini hanya
dapat diperoleh dengan latihan-latihan yang tekun dan ulet. Oleh karena itu walaupun
beberapa orang berpencak dengan pola ibing yang sama, belum tentu tingakt
“keantebannya” sama, karena keanteban sukar untuk dikemukakan dengan untaian kata
dan kalimat dan hanya dapat dirasakan serta dilihat oleh orang-orang yang terlatih.
Unsur ketiga, seorang pesilat adalah inti sari pola pencak. Apakah tampilan
jurus-jurusnya yang dirangkaian itu telah memenuhi persyaratan sebagai seni
pencak. Kita tahu bahwa ibing pencak itu diciptakan dengan merangkaikan berbagai gerak
jurus. Sebagai ciptaan atau rekayasa jurus, maka dibutuhkan tiga kriteria pedoman-
nya yaitu entep seureuh (tersusun), jentre (jelas) dan asli (keaslian gerak). Entep seureuh
jurus adalah rangkaian jurus yang urutannya logis dalam suatu pertarungan. Dalam
pengertian setahap demi setahap. Bagaimana merangkaikan gerakan demi
gerakan dalam memperlakukan bagian badan seorang lawan yang menyerang ataupun
menggambarkan rangkaian gerakan kita menyerang seorang lawan. Apakah
terjalin dengan teratur dan tidak menimbulkan “ketidakwajaran” logika?
Misalnya, setelah gerakan ngajeblag yang menyebabkan lawan terjatuh atau
setidak-tidaknya menjauh, tidak logis kalau kemudian diikuti dengan gerakan memukul atau
menyikut di tempat karena lawan sudah berada di luar jangkauan. Jentre atau jelas adalah
kejelasan atau kebenaran gerak. Gerak sebuah jurus terlihat secara jelas apakah
menendang, menonjok atau menangkis. Dan terakhir asli yaitu kesesuaian dengan aliran
pencak silat yang dijadikan pola dasar dan juga setidaknya tidak memasukkan gerakan yang
berasal dari beladiri selain pencak silat.
Unsur terakhir yang harus dimiliki seorang pesilat adalah wirahma atau
irama. Unsur ini dibagi lagi ke dalam unsure terkecil yaitu bilangan (hitungan), wiletan
(ketukan) dan luyu (kesesuaian). Terhadap unsure bilangan seorang pesilat harus

45
Pencak Silat Banten
tahu dan menguasai jumlah gerakan untuk mengisi sebuah motif tabuhan kendang.
Hitungan ketukan pada sebuah motif tabuhan kendang pencak harus sesuai
benar-benar dipahami agar tidak terjadi kebingungan pada sangat ngibing.
Dalam sebuah penampilan, wiletan ditandai dengan bunyi kempul (gong).
Gerakan yang mendahului atau melewati bunyi kempul menunjukkan rangkaian
geraknya tidak sempurna. Bunyi kempul inilah yang menjadi patokan wiletan. Apakah
sebuah gerak jurusnya pas/ bersamaan dengan bunyi kempul atau tidak, sangat ditentukan
oleh ketajaman perasaannya.
Mengingat bahwa tabuhan kendang selalu
berusaha mengikuti gerak pesilat, maka unsur
Setiap pesilat dalam
luyu atau kesesuaian dirasakan apakah rangkaian
melakukan serangan
gerakan itu enak dilihat dan tabuhan kendangnya
harus memperhatikan
enak didengar atau tidak? Mereka yang tampil sikap kaki atau
dengan wirahma yang baik adalah yang gerakan- kuda-kuda
nya sesuai dengan tepak kendang serta bunyi yang bertujuan untuk
kempul dan gerakannya tidak terlalu cepat menjaga jarak lawan.
dan juga tidak terlalu lambat namun sesuai
dengan karakter motif tepak kendangnya
(Fadilakusumah, 1998: 8-10).

2. Unsur Karawitan

Karawitan yang dimaksud adalah ensemble kecil yang disebut sebagai


pendang pencak yang terdiri atas beberapa waditra/ instrument yaitu dua buah kendang
besar yang disebut kendang indung dan kendang anak, beberapa (biasanya empat buah)
kendang kecil yang disebut kulanter, kempul (gong kecil) dan tarompet (terompet).
Kendang fungsinya adalah sebagai pengisis gerak dan pengatur tempo. Kempul
sebagai pengatur irama, dan sebuah terompet yang berfungsi sebagai melodi lagu.
Tabuhan kendang pencak memiliki berbagai motif. Beberapa diantaranya adalah:
a. Tepak Dua
Tepak dua adalah irama lambat dengan hitungan suara satu sampai tujuh atau
delapan hitungan. Biasanya tepak dua ini gunan menunjukkan keindahan
rangkaian gerak/ jurus atau keindahan gerak ibing pertarungan imajiner.

Pencak Silat Banten


46
b. Tepak Tilu
Adalah motif tabuhan kendang dalam tempo sedang. Digunakan untuk
mengiringi gerak-gerak yang lebih cepat dari tepak dua, menggambarkan kekayaan
gerak tangan ataupun kaki. Jadi tidak perlu dalam urutan pertarungan imajiner.
c. Tepak Paleredan
Adalah motif tabuhan kendang yang bertempo lebih lambat dari tepak tilu dan
tidak lebih cepat dari tepak dua.
d. Tepak Golempangan dan Limbung
Adalah motif-motif tabuhan kendang dalam tempo cepat sebagai pendukung
jurus-jurus yang lebih cepat dari tepak tilu. Pada motif tabuhan ini menggambarkan
seorang pengibing sedang mencari lawan.
e. Tepak Padungdung
Motif tepak ini mengiringi pengibing dalam pertarungan hidup mati. Bisa lebih
cepat karena mengiringi kecepatan gerak namun bisa juga lambat mengiringi ter-
ompet yang mengalunkan doa-doa seperti kidung.

4.3 Pasanggiri Ibing Pencak Silat

Pasanggiri atau pertandingan sangat diperlukan dalam hubungannya


dengan pembinaan dan perkembangan pencak itu sendiri. Beberapa kegunaan adanya
pasanggiri ibing pencak adalah sebagai berikut.
a. Peningkatan prestasi
b. Memacu kreativitas para guru/ pelatih pencak silat.
c. Melatih dan meningkatkan sportivitas
d. Ajang silaturahmi
e. Memumpuk kebersamaan
f. Menumbuhkembangkan kecintaan terhadap seni (ibing) pencak
g. Melestarikan budaya

47 Pencak Silat Banten


Tes Evaluasi

1. Apa sajakah yang harus dipersiapkan oleh seorang pesilat untuk


melakukan ibing?

2. Bagaimanakah cara seorang pesilat menyelaraskan antara gerakan


dengan irama?

3. Peragakan ibing pencak silat Bandrong secara berkelompok yang


disesuakan dengan iringan!

4. Peragakan ibing pencak silat Cimande secara berkelompok yang dise


suakan dengan iringan!

5. Peragakan ibing pencak silat Terumbu secara berkelompok yang


disesuakan dengan iringan!

6. Tolong sebutkan tiga buah sarana dan pra sarana pencak silat.

7. Jelaskan, apa hubungan antara pencak silat dengan seni dan budaya.

Pencak Silat Banten 48


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Pencak Silat World Championship 2000. Jakarta: Humas PB IPSI.

______. 2010. Panduan Pencak Silat Cimande. http://gpsbcimande.wordpress.com/

______. Tt. http://silatcimande.wordpress.com/2010/10/01/panduan-pencak-silat-ci


mande/

______. Profil Silat Cimande. http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama


Bantani, Faisal. Tt. Sejarah Pencak Silat Bandrong.
http://m-ekacahya.blogspot.com/

Al Ayubi, Sholahuddin. 2007. Tradisi Seni Silat terumbu (Studi Fungsi dan Peran di Desa
Terumbu Serang), http://lemlitiainbanten.blogspot.com/

Attijani, Nasrudin. 2008. Silat Banten Aliran Terumbu.


http://silatbanten.multiply.com/email: trumbubanten@yahoo.com;

______.http://silatindonesia.com/2008/09/silat-banten-aliran-terumbu/

______.2008. Sejarah Singkat Silat Bandrong – Banten.


http://indonesianmartialart.blogspot.com/

Fadilakusumah dkk. 1998. Pencak Teori dan Praktek di Sekolah Dasar Panduan untuk
Guru. Bandung: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat.

Harsoyo, 1984. Himpunan Kertas Kerja Saresehan Pencak Silat. IPSI.

Hisbullah, Rahman. 1987. “Sejarah Perkembangan Pencak Silat di Indonesia”. Makalah.

Maryono, Oong. Profil Pencak silat Cimande.


http://www.kpsnusantara.com/reflect/malay/Profil%20
Pencak%20Silat%20Cimande.htm

M., Saleh. 1991. “Pencak Silat (Sejarah Perkembangan, Empat Aspek, Pembentukan
Sikap dan gerak)” Bandung: IKIP.

49 Pencak Silat Banten


Notosoejitno. (1999). Sejarah Perkembangan Pencak silat di Indonesia. Jakarta: Hu-
mas PB Maryono, Oong. 2000. Pencak Silat, Merentang Waktu.
Yogyakarta: Yayasan Galang.

Nugroho, Agung. 2007. Keterampilan Dasar Pencak Silat.


Materi Sejarah Perkembangan Pencak Silat Go International. Makalah
Notosoejitno. (1999). Sejarah Perkembangan Pencak silat di Indonesia. Jakarta: Hu-
mas PB Maryono, Oong. 2000. Pencak Silat, Merentang Waktu.
Yogyakarta: Yayasan Galang.

Nugroho, Agung. 2007. Keterampilan Dasar Pencak Silat.


Materi Sejarah Perkembangan Pencak Silat Go International. Makalah

PB IPSI. 2007. Peraturan Pertandingan Pencak Silat, Hasil Munas XII IPSI Tahun 2007.
Jakarta.: Humas PB IPSI.

Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Puitiz, The man of. 2009. Cimande, Sejarah dan Perkembangannya.


http://thepuitiznfrenz.blogspot.com/

Samsyudin, Ian. 2007. Cimande, riwayatmu Kini.


http://silatindonesia.com/2008/06/cimande-riwayatmu-kini/

Soebroto, Joko dan Moh. Rohadi. 1996. Kaidah-kaidah Pencak Silat Seni yang
Tergabung dalam IPSI. Solo: CV Aneka.

Susanto, Heru. 2013. Teknik Penyusunan Buku Ajar. Kertas Kerja pada
Workshop Penyusunan Buku Ajar, 21 Februari 2013,
Universitas Muhammadiyah, Semarang.

Tamat, Trisnowati. 1984. Pelajaran Dasar Pencak Silat. Jakarta: Mawar.


Gema Pencak Silat Vol. 3, No. 1:20-22

Pencak Silat Banten


50

Anda mungkin juga menyukai