Dilindungi Undang-Undang
Indonesia. Dinas Pendidikan Provinsi Banten. Muatan Lokal Seni Budaya Pencak
Silat Banten. -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , 2014.
50 hlm. : ilus. ; 25 cm.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena
berkat pertolongan-Nya kita masih diberi umur dan kesehatan sehingga kita bisa melaksanakan
amanah sebaik-baiknya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjunan kita Nabi
Muhammad SAW, Rasul akhir jaman dan insan sempurna yang menjadi teladan bagi kita
semua. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Banten yang
telah memberi kepercayaan kepada kami untuk menyusun Buku Ajar Seni Budaya Banten “Pencak
Silat Banten” ini.
Pengajaran Pencak Silat pada Pelajaran Muatan Lokal sebagai implementasi Kurikulum
Tahun 2013 memiliki relevansi yang tinggi. Dengan pengajaran Pencak Silat yang merupakan
kekayaan seni budaya adiluhung, kita transformasikan kepada generasi muda warisan para
leluhur yang sarat dengan nilai-nilai keteladanan. Dengan pengajaran Pencak Silat, diharapkan akan
terbentuk generasi muda yang memiliki jasmani dan mental spiritual yang sehat dan kuat serta
integritas karakter dan kepribadian yang baik.
Buku ini merupakan pengantar bagi para siswa untuk mengenal Pencak Silat secara formal
di sekolah. Materi yang disajikan masih berupa pengenalan awal dan penyajiannya masih belum
detil, terlebih tentang gerak, jurus dan langkah pencak silat yang memang kompleks dan masing-
masing memiliki karakter tersendiri. Oleh karenanya untuk pendalaman, terlebih yang bersifat teknis
seperti gerak, jurus dan langkah dalam pencak silat selanjutnya diperlukan pelatihan dan bimbingan
yang lebih lanjut, dan diintegrasikan dengan Pendidikan Karakter.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya buku ini. Kami akan sangat berterima kasih jika Pembaca berkenan memberi kritik dan
masukkan yang konstruktif untuk penyempurnaan buku ini. Semoga apa yang kita lakukan akan menjadi
kontribusi dan investasi bagi pembangunan karakter generasi muda kita serta pelestarian warisan
budaya leluhur yang adiluhung, dan merupakan amal shalih. Aamiin.
Firman Handiansyah
Dadang Sodikin
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran 1.1 Menunjukkan sikap penghayatan dan penga
agama yang dianutnya malan serta bangga terhadap karya seni
pencak silat Banten sebagai bentuk rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan
KI 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku 2.1 Menunjukkan sikap kebersamaan,
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, (gotong bertanggungjawab, toleran dan disiplin
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, melalui aktivitas seni pencak silat Banten.
responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap 2.2 Menunjukkan sikap santun, jujur, cinta
sebagai bagian dari solusi atas berbagai damai dalam mengapresiasi seni pencak
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif silat Banten dan penciptanya.
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam 2.3 Menunjukkan sikap responsif dan proaktif,
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa peduli terhadap lingkungan dan sesama,
dalam pergaulan dunia menghargai karya seni pencak silat Banten
KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis 3.1 Memahami konsep, teknik dan prosedur
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dalam menirukan ragam gerak dasar seni
berdasarkan keingintahuannya tentang ilmu pencak silat Banten.
pengetahuan, teknologi, seni budaya dan 3.2 Menerapkan simbol, jenis, dan nilai estetis
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, dalam konsep ragam gerak dasar seni pencak
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait silat Banten.
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
KI 4. Mengolah, menalar dan menyajikan dalam 4.1 Menirukan ragam gerak seni pencak silat
bentuk konkret dan ranah abstrak terkait Banten sesuai dengan hitungan/ ketukan
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya 4.2 Menampilkan ragam gerak dasar seni pencak
di sekolah secara mandiri, dan mampu silat Banten sesuai dengan iringan.
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
GLOSARIUM
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Logo IPSI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Gambar 1.2 Pagelaran Silat oleh anak-anak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
Gambar 1.3 Logo Terumbu dan TTKDH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
Gambar 1.4 Logo PP Bandrong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Bab l
Memahami
Pencak Silat
Salah satu produk kebudayaan yang cukup terkenal adalah pencak silat. Selain
sebagai produk kebudayaan, pencak silat juga dikenal sebagai warisan leluhur yang kini sudah
mendunia. Dengan demikian, kebanggaan kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia
penting untuk terus dihayati dan atas dasar itulah kita harus memiliki sikap rasa syukur
terhadap anugerah Tuhan.
Istilah pencak silat merupakan penggabungan dua kata yaitu “pencak” dan “silat”.
Istilah pencak lebih banyak berkembang di Jawa sementara istilah silat dipakai di
Melayu. Secara umum, istilah pencak silat adalah sebuah cara yang dilakukan secara
cepat untuk melumpuhkan lawan. Pada Kamus Resmi Bahasa Indonesia (1989: 13)
dijelaskan bahwa pencak silat adalah kinerja (keterampilan) pertahanan diri yang
mempekerjakan kemampuan untuk membeladiri, menangkis serangan dan akhirnya
menyerang musuh, dengan atau tanpa senjata. Di Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976:
Perkembangan pencak silat sangat dipengaruhi oleh persoalan latar belakang situasi
kebudayaan dan sosialnya. Jadi tidak mengherankan jika di dalam pencak silat banyak sekali
aliran-aliran yang menunjukkan keberagaman. Kekayaan aliran di dalam beladiri ini
menambah keunikan dan kekhasan pencak silat itu sendiri.
Untuk memahami perkembangan pencak silat di Indonesia secara singkat, berikut
adalah tahapan-tahapan perkembangannya berdasarkan periode.
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda.
Terhadap pencak silat sebagai ilmu nasional didorong dan dikembangkan untuk
kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi
sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran
pencak silat. Di seluruh Jawa serentak didirikan pencak silat yang diatur oleh pemerintah. Di
Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para Pembina pencak silat suatu olah raga
berdasarkan pencak silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olah raga pada
tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan
mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita
untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk
mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang
sendiri bukan untuk kepentingan nasional kita (Saleh, 1991: 9).
4. Masa Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan Belanda pencak silat tidak diberikan tempat untuk
berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui
guru-guru pencak silat, atau secara turun temurun lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat
kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya
yang dapat dikembangkan sebagai identitas nasional. Melalui Panitia persiapan Persatuan
Pencak Silat Indonesia, maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta dibentuklah IPSI yang
diketuai oleh Mr. Wongsonegoro (Soebroto, 1996: 2).
Program utama di samping mempersatukan aliran-aliran di kalangan pencak silat di
Indonesia, IPSI mengajukan program kepada pemerintah untuk memasukan pencak silat di
sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan ditahun limapu-
luhan yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan suatu seminar
pencak silat yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1973 di Tugu Bogor. Dalam seminar
ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa Indonesia dengan
nama “pencak silat” yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di
Indonesia menggunakan istilah pencak silat.
4
Pencak Silat Banten
1.2 Ciri-ciri Pencak Silat
Untuk mengetahui mengenai pencak silat, ada beberapa ciri yang penting untuk
diperhatikan sekaligus menjadi cara mengidentifikasi. Ciri-ciri pencak silat dibagi atas dua
hal yaitu ciri umum dan khusus sebagai berikut.
5
Pencak Silat Banten
Untuk memahami lebih dalam mengenai pencak silat, perlu ada penjelasan
mengenai empat elemen penting dalam pencak silat yaitu aspek mental spiritual, aspek
beladiri, aspek seni dan aspek olah raga. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan
bulat di dalam diri seorang pesilat.
6
Pencak Silat Banten
2. Pengembangan Aspek Beladiri
Manusia adalahmakhluk yang berpikir. Maka jika terjadi ancaman kepada
dirinya, manusia akan menggunakan pikiran untuk memanfaatkan semua
potensi fisik yang kita miliki sehingga diri tidak lagi merasa terancam.
Begitu juga di dalam pencak silat. Ilmu beladiri khas Indonesia ini lebih banyak
dimulai dari pengamatan manusia terhadap pembelaan diri dari binatang. Lalu karena
manusia sebagai makhluk yangberpikir, maka proses tiruan terhadap
binatang itu kemudian dikreasikan ke dalam bentuk-bentuk seperti yang sekarang kita
kenali. Bahkan di dalam perkembangannya, beladiri di dalam pencak silat juga
mengembangkan senjata tertentu seperti golok, toya/ kayu, tombak dan lain sebagainya.
Gerakan-gerakan yang diciptakan juga di
sesuaikan dengan alam sekitarnya yang berbukit-bukit,
dan berbatuan. Misalnya jurus yang diciptakan meniru
gerakan harimau, kera, ular, dan burung. Oleh karena
kondisi lingkungan yang berbukit dan berbatuan, maka
gerakannya banyak lompatan/l oncatan. Orang-orang
yang hidup di pegunungan biasa berdiri, bergerak,
berjalan dengan langkah kedudukan kaki yang kuat
untuk menjaga agar tidak mudah jatuh selama
bergerak di tanah yang tidak rata. Biasanya menciptakan
beladiri yang mempunyai ciri khas kuda-kuda yang kokoh
tidak banyak bergerak. Sedangkan gerakan tangan lebih lincah,
banyak ragamnya dan ampuhdaya gunanya. Penduduk yang
hidup di daerah berawa, tanah datar, padang rumput biasa
berjalan bergegas, lari, sehingga gerakan kakinya menjadi
lincah. Mereka menciptakan beladiri yang lebih banyak me-
manfaatkan kaki sebagai alat beladiri. Akhirnya setiap daerah
mempunyai beladiri yang khas dan berbeda dengan daerah
lainnya, sehingga timbullah aliran beladiri beraneka ragam.
Selain dihadirkan untuk beladiri, ciri khusus dari pencak silat juga sangat dekat
dengan unsur-unsur kesenian. Di daerah-daerah tertentu pencak silat bisa ditonton
dan dinikmati sebagai atraksi yang diiringi tabuhan iringan musik yang khas. Pada jalur
kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman
khusus (skill). Pencak silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan,
keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga.
7
Pencak Silat Banten
Di beberapa daerah di Indonesia, pencak silat ditampilkan hampir semata-mata
sebagai seni tari, yang sama sekali tidak mirip sebagai olah raga maupun beladiri. Misalnya
tari serampang dua belas di Sumatera Utara, tari Randai di Sumatera Barat, dan tari Ketuk
Tilu di Jawa Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak beladiri
yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.
Pada dasarnya Pencak Silat dapat juga dikatakan sebagai Pencak silat beladiri
yang indah. Pada saat diperlukan, pencak silat seni dapat difungsikan kembali ke asalnya
menjadi pencak silat beladiri. Hal tersebut disebabkan karena pencak silat seni memiliki
struktur yang sama dengan pencak silat beladiri. Struktur tersebut meliputi teknik-teknik
sikap pasang, gerak langkah, serangan dan belaan sebagai satu kesatuan.
Perbedaan Pencak silat seni terletak pada nilai, orientasi, papakem dan ukuran
yang diterapkan pada pelaksanaannya. Pelaksanaan Pencak silat beladiri bernilai teknis,
orientasinya efektif, praktis dan taktis. Pepakemnya logika, yakni urutan tentang
pelaksanaan sesuatu dengan menggunakan penalaran atau perhitungan akal sehat
ukurannya adalah objektif. Sedangkan Pencak silat seni bernilai estetis. Orientasinya
keindahan dalam arti luas, yang meliputi keselarasan dan keserasian. Pepakemnya estetika,
yakni disiplin atau aturan tentang pelaksanaan sesuatu secara indah. Ukuran pada estetika
adalah subjektif relatif.
Berkaitan dengan nilai estetika tadi, maka Pencak silat seni dapat dievaluasi
berdasarkan ketentuan estetika sebagai berikut, yakni “wiraga, wirama dan wirasa” (bahasa
jawa) sebagai satu kesatuan. Kata ” Wi ” mempunyai arti bermutu tinggi bagus dalam arti
luas. “Wiraga” berarti penampilan teknik sikap dan gerak dengan rapi dan tertib.
“Wirama” berarti penampilan teknik dan sikap dengan irama yang serasi, dan jika
hal itu diiringi dengan musik, ia bersifat kontekstual. “Wirasa” berarti penampilan teknik
sikap dan gerak dengan penataan (koreografi) yang menarik.
Seorang pesilat harus memiliki fisik yang kuat. Hal ini bisa diamati dalam proses
latihan yang dilakukan secara terus menerus mulai dari tangan, kaki dan seluruh
tubuh. Fisik menjadi titik sentral dari beladiri ini. Dengan fisik yang kuat dan terampil akan
menjadikan pesilat bisa lebih fokus dalam menyerang dan bertahan.
Sebetulnya pertandingan Pencak Silat sudah ada dan berkembang jauh hari
sebelum diakui secara resmi sebagai cabang olahraga. Di Jawa Timur pertandingan pencak silat
diadakan pada acara pesta gilingan tebu, biasanya dimulai oleh anak-anak muda yang
pemula. Caranya naik ke atas pentas berputar dengan melangkah kembangan
dengan menunjukkan jari telunjuk dua, yang berarti pertandingan bersifat persahabatan
dengan menggunakan cara mengambil kopiah atau selendang lawan. Siapa yang dapat
mengambilnya adalah sebagai pemenang. Sayangnya pada waktu itu sulit diterima oleh
kalangan pendekar, karena dianggap berbahaya dan bertentangan dengan falsafah Pencak
silat.
TES EVALUASI
Pencak silat yang awalnya berasal dari Indonesia, berkembang dengan sangat cepat ke
beberapa negara lainnya. Pencak silat tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Ciri khas
beladiri Indonesia ini menjadi magnet bangsa lain di dunia untuk belajar dan
mengadopsinya. Atas dasar itu, sebagai bangsa Indonesia, kita harus memiliki
kebanggaan karena pencak silat telah mengharumkan Indonesia di mata dunia. Untuk
memahami mengenai perkembangan pencak silat di dunia, di bawah ini akan dijelaskan
empat periode berdasarkan perkembangannya.
Perkembangan pencak silat dibagi menjadi lima periode yang meliputi : (1) Periode
Perintisan, (2) Periode Konsolidasi dan Pemantapan, (3) Periode Pengembangan, dan (4)
Periode Pembinaan.
1. Periode Perintisan (tahun 1948-1955)
Pada periode ini adalah perintisan berdirinya organisasi pencak silat yang bertujuan
untuk menampung perguruan-perguruan pencak silat. Pada tanggal 18 Mei tahun 1948
di Solo (menjelang PON I), para pendekar berkumpul dan membentuk Organisasi Ikatan
Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSSI). Ketua umum pertama IPSSI adalah
Wongsonegoro. Kemudian tahun 1950 kongres I di Yogyakarta salah satunya mengubah naman
IPSSI menjadi IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), yang dimaksud untuk menggalang kembali
semangat juang bangsa Indonesia dalam pembangunan (Sukowinadi, 1989: 7). Selain itu
IPSI mempunyai tujuan persaudaraan yang dapat memupuk persaudaraan dan kesatuan
bangsa Indonesia sehingga tidak mudah dipecah belah.
Tahun 1948 sejak berdirinya PORI (Persatuan Olahraga Indonesia) yaitu wadah
induk-induk organisasi olahraga IPSI sudah menjadi anggota. IPSI juga ikut aktif mendirikan
KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Pada PON I sampai dengan PON III cabang
pencak silat belum dipertandingkan, tetapi hanya untuk demonstrasi.
Kejuaraan Dunia
4 1987 Kuala Lumpur
IV
Den Haag
6 1990 Kejuaraan Dunia VI (Belanda)
Kejuaraan Dunia
7 1992 Jakarta (Indonesia)
VII
1. Indonesia
Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
2. Singapura
Persekutuan Silat Singapura (PERSISI)
6. Vietnam
Ikatan Pencak Silat Vietnam (ISAVIE)
7. Philipina
Philippine Pencak Silat Association (PHISILAT)
8. Myanmar
Myanmar Pencak Silat Association (MPSA)
9. Laos
Pencak Silat Laos (PSL)
10.Jepang
Japan Pencak Silat Assotiation (JAPSA)
11.India
Indian Pencak Silat Association (IPSA)
12.Nepal
Nepal Silat Association (NSA)
13.Yaman
Yaman Pencak Silat Federation (YPSF)
13
Pencak Silat Banten
Benua Eropa:
14
Pencak Silat Banten
Benua Afrika dan Timur Tengah:
Benua Amerika:
Pencak silat yang sudah berkembang di negara-negara Asia, Eropa, Australia, Timur
Tengah dan Afrika, serta Amerika, oleh karena itu PB IPSI secara terus menerus melakukan
pembinaan. Untuk melangsungkan pembinaan tersebut, maka PB IPSI mengawali
pembinaan dengan pesta pencak silat tiga negara tanggal 25 - 26 April 1980, yang diikuti
oleh negara-negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura sebagai tuan rumah.
Pada tanggal 6 - 8 Agustus 1982 di Jakarta diadakan Invitasi pertama pencak silat,
diikuti oleh negara: Belanda, Singapura, Malaysia, Jerman Barat, Amerika, Australia, dan
Indonesia.
Sidang umum I Persilat tanggal 6 - 10 Juli 1985 di Indonesia, terpilih sebagai presiden
Persilat adalah bapak Eddy M. Nalapraya dari Indonesia. Sejak itu Persilat merintis pencak
silat untuk dapat masuk pada even bergengsi Sea Games, oleh karena itu membina negara-
negara Asia Tenggara untuk ikut menjadi anggota Persilat dan mendukung sebagai olahraga
resmi yang dipertandingkan di Sea Games.
Pencak silat Bandrong adalah salah suatu aliran pencak silat yang tertua dan asli war-
isan leluhur Banten. Aliran silat ini dinamakan Bandrong karena kekaguman terhadap Ikan
Bandrong dan sebagai rasa syukur Syekh Abdul Khofi kepada ALLAH SWT yang telah
membuatnya bisa mempelajari karakteristik ikan Bandrong sehingga ia mampu
menirukan dan menciptakan jurus langkah silat yang tangguh baik untuk bela diri, bertahan dari
serangan lawan maupun untuk menyerang dan melumpuhkan lawan.
Ikan Bandrong adalah sejenis ikan terbang yang gerakannya sangat lincah, cepat
dan kuat serta mematikan mangsanya. Jenis ikan laut ini sangat gesit, dapat melompat
tinggi, dan jauh. Dengan moncongnya yang panjang dan bergerigi sangat kuat dan tajam,
sekali menyerang ikan Bandrong dapat menyergap dan membinasakan mangsanya. Oleh
karenanya kemudian nama ikan ini dijadikan nama gerakan dan jurus silat yang ia ciptakan,
dan gambar ikan ini pun diabadikan pada Lambang Paguron Silat Bandrong.
17
Pencak Silat Banten
Syekh Abdul Khofi adalah salah seorang ahli agama Islam pada masa
Kesultanan Banten, ia tinggal di lereng Gunung Santri di ujung Kali Capit yang sekarang menjadi
daerah pesisir Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Selain mengajarkan ilmu agama
Islam Syekh Abdul Khofi yang juga dikenal dengan sebutan Ki Beji dan Ki Agus Jo, juga
mengajarkan kepada para santrinya ilmu silat Bandrong yang ia ciptakan. Selain di Gunung
Santri ia juga mengajar ngaji dan silat di Gunung Bongkok, Sumur Pitu (Sumur Tujuh). Di
antara sekian banyak muridnya, beliau mempunyai dua orang murid utama yang memiliki
ilmu yang sangat tinggi, yaitu Ki Ragil dan Ki Asyraf (Ki Serap), kakak beradik yang berasal
dari Gudang Batu, Waringin Kurung.
Dikisahkan, konon Ki Asyraf mengalami kesalahfahaman dengan Ki Semar, salah
seorang Senopati dari Kesultanan Banten yang memiliki ilmu kanuragan (kesaktian)
yang sangat tinggi. Akibat kesalahfahaman kedua orang tersebut kemudian terjadi
perkelahian yang bertempat di antara Kampung Balagendong dan Kampung
Kemuning.Perkelahian tersebut berlangsung lama dan seru karena masing-masing memiliki
ketangguhan dan ilmu beladiri yang tinggi, tak ada orang yang berani dan mampu
melerai. Namun pada perkelahian tersebut Ki Semar akhirnya dapat dilumpuhkan dan tewas,
kepalanyaterpenggal oleh Ki Asyraf setelah ia terlebih dulu berkonsultasi kepada kakaknya,
Ki Ragil.
Tewasnya Ki Semar sebagai Senopati Kesultanan, membuat Sultan maulana
Hasanuddin marah dan memerintahkan para prajuritnya menangkap Ki Asyraf
untukdijatuhkan hukuman mati di tiang gantungan. Tetapi karena usulan memberi
pertimbangan Permaisuri kepada Sultan bahwa apa yang dilakukan Ki Asyraf tersebut
sebagai upaya membela diri, akhirna hukuman tersebut tidak jadi dilaksanakan,
terlebih setelah Sultan menguji dan mengetahui bahwa Ki Asyraf adalah seorang yang
memiliki karakteristik yang dibutuhkan oleh kerajaan, yaitu berjiwa kesatria, disiplin, menepati
janji dan memiliki ilmu dan yang tinggi. Karena karakteristiknya yang sarat dengan berbagai
keunggulan tersebut oleh Sultan Maulana Hasanuddin akhirnya Ki Asyraf dibebaskan dari
segala hukuman. Bahkan kemudian iadiangkat menjadi Senopati Kerajaan Kesultanan
Banten menggantikan Ki Semar dengan gelar kehormatan Senapati / Patih Nurbaya.
Ki Asyraf atau Senapati Nurbaya kemudian lebih dikenal dengan gelar atau nama
panggilan Ki Urbaya, Ki Jagabaya dan Ki Jaga Laut. Hal itu karena ia memiliki tugas dan
tanggung jawab mengamankan wilayah Laut Jawa terutama Teluk Banten dan Pelabuhan
Karanghantu Kerajaan. Beliau bermarkas di Bojo Nagara untuk menghadapi para bajak laut
yang mereka sebut Bajag Nagara yang bermarkas di Tanjung.
Menyadari bahwa pentingnya mempersiapkan kader yang tangguh dan
memiliki ilmu serta kecakapan yang tinggi untuk melindungi dan menjaga keamanan wilayah
Kesultanan Banten, atas restu Sultan kemudian Patih / Senapati Nurbaya mengajarkan dan
menyebarluaskan secara bertahap ilmu silat yang dikuasainya dengan terlebih dahulu
mengajari para putra Sultan, para punggawa dan prajurit kerajaan, serta para santrinya
yang di Pulokali dan Gudang Batu Waringin Kurung yang dilakukan langsung oleh Ki Ragil
kakaknya.
18
Pencak Silat Banten
semasa hidupnya Syekh Abdul Khofi atau yang dikenal dengan namaKi Beji (sesuai
dengan kampong tempat tinggalnya) memiliki istri bernama Siti Chodijahyang cantik jelita.
Konon seorang putri dari bangsa Jin yang tidak sengaja ia temukan tengah mandi di suatu
sendang yang terletak di antara Terumbu Karang di dekat Karangantu. Dari pernikahannya
tersebut Ki Beji dikaruniai dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak laki-laki
pertama bernama Tanjung Anom, anak laki-laki kedua bernama Tanjung Rasa, dan anak
ketiga yang perempuan bernama Siti Badariyah atau terkenal dengan panggilan Nyi
Melati. Anak ketiga yang sangat cantik rupawan ini kemudian dipersunting menjadi istri oleh
Maulana Hasanuddin, Sultan Banten.
Tempat mandinya Siti Chodijah ini sampai sekarang dikenal dengan kampung Ter-
umbu yang terletak di bagian Timur Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Di tempat ini
pula kemudian Ki Beji tinggal. Ia mengajar ngaji dan ilmu silat sampai akhir hayat-
nya. Sebelum wafat beliau berwasiat agar kampung tempat tinggalnya dulu di lereng
Gunung Santri di ujung kali Capit dinamakan Kampung Beji, sedangkan ilmu silat
yang ia ajarkan di Kampung Terumbu dinamakan Silat Terumbu yang juga merupakan
sistem beladiri yang disegani dan sangat terkenal memiliki jurus langkah yang sangat
“mematikan”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Syekh Abdul Khofi alias Ki Beji
merupakan ulama besar yang tekun mengajarkan ajaran Islam dan sekaligus merupakan
ilmuwan dan budayawan yang cermat serta perduli pada makhluk hidup dan
lingkungan sekitar sehingga ia mampu menciptakan dua aliran pencak silat, yaitu Silat
Bandrong dan Silat Terumbu yang merupakan ilmu dan seni bela diri yang masing-masing
memiliki kekhasan dan keunggulannya tersendiri.
Pada tahun 1920-1940 pencak silat Bandrong kemudian dikembangkan oleh dua
orang sahabat, yakni Ki Marip yang merupakan Pimpinan Paguron Bandrong pada saat
itu dan Ki Hilmi atau akrab dipanggil Bang Imi, seorang ahli silat Betawi asal Kwitang
Jakarta. Keduanya merupakan Guru Besar Persilatan Bandrong.Persahabatan mereka terjalin
setelah keduanya melakukan adu ketangkasan silat, yang kemudian dimenangkan oleh Ki
Marip. Adu ketangkasan bela diri antar keduanya tidak berkembang menjadi konflik dan
permusuhan karena kedua orang tersebut selain ulama yang memiliki tingkat kearifan
sangat tinggi, sebelum beradu keduanya telah mengadakan perjanjian yang disepakati
bahwa siapa yang kalah maka ia menjadi murid dan berguru kepada yang menang.
Buah dari persahabatan itu gerak jurus dan langkah Silat Bandrong dikembangkan
oleh mereka dan terus diperkaya dengan unsur gerak jurus dan langkah dari ilmu bela diri
lain sehingga lahirlah berbagai jurus langkah “pecahan” yang dikembangkan dari jurus
langkah pokok. Namun demikian gerak jurus dan langkah Silat Bandrong yang asli sebagai
warisan Syekh Abdul Khofii masih tetap dijaga dan dilestarikan.
19 Pencak Silat Banten
2. Wilayah Persebaran Pencak Silat Aliran Bandrong
21
Pencak Silat Banten
Dalam perjalanan dagangnya Abah Khaer sering dihadang oleh perampok dan
begal, tetapi karena keahliannya itu ia selalu berhasil melumpuhkan mereka sehingga
nama Abah Khaer pun menjadi terkenal dan banyak orang belajar pencak silat kepadanya.
Dalam perniagaannya itu pula ia banyak bertemu dan bertukar pengalaman dengan para
pedagang dan ahli persilatan dari berbagai tempat dan negara, sehingga semakin terbuka
dan berkembanglah cakrawala Abah Khaer.
Pada saat di Cianjur, Abah Khaer tinggal di kampung Kamurang. Ia bertemu
dengan Bupati Cianjur ke VI yakni Raden Adipati Wiratanudatar (1776-1813). Mengetahui
kemahiran Abah Khaer dalam pencak silat yang selalu rendah hati, disiplin dalam
beribadah serta banyak membantu orang yang membutuhkan, Raden Adipati Wiratanudatar
memintanya untuk mengajar keluarganya, pegawai kabupaten dan petugas keamanan.
Keunggulan Abah Khaer yang mampu memenangkan kompetisi yang diselenggarakan
Raden Adipati Wiratanudatar membuatnya semakin polpuler. Cara berpakaiannya yang
menggunakan Celana Sontog atau Pangsi dan Baju Kampret, menjadi model cara
berpakaian laki-laki pada saat itu, dan menjadi pakaian pakaian pencak silat hingga kini.
Abah Khaer mempunyai 5 (lima)
orang anak yang kesemuanya laki-laki yaitu
Endut, Ocod, Otang, Komar dan Oyot dan
melalui kelima anaknya inilah Pencak Silat
Cimande tersebar ke seluruh Tanah Pasundan di Jawa
Barat, sementara di Bogor yang meneruskan
penyebaran Pencak Silat Cimande adalah muridnya yang
bernama Ace yang tinggal di daerah Tarikolot. Hingga
kini keturunannya menjadi sesepuh Pencak Silat Cimande Tarikolot Kebon Jeruk Hilir.
Pola pendidikannya dikembangkan oleh anak didiknya seperti Sera’ dan aliran
Ciwaringin yang dalam perkembangannya mengadakan perubahan jurus seperti yang
dilakukan Haji Abdul Rosid. Akan tetapi berubahan itu tidak jauh berubah dari pakem
mempo ‘Cimande.
Berbeda dengan aliran pencak silat lain yang memiliki empat aspek (olahraga, seni bu-
daya / tradisi, beladiri dan spiritual), pencak silat aliran Cimande memiliki 5 (lima) aspek
sebagai berikut: aspek olahraga, aspek seni budaya/tradisi, aspek beladiri, aspek spiri-
tual dan aspek pengobatan. Aspek terakhir yaitu pengobatan termasuk pijat/urut gaya
cimande dan pengobatan patah tulang. Dalam proses pijat dan pengobatan ini biasanya
digunakan Minyak Cimande, yang unsur pembuatnya terdiri dari minyak kelapa, sari tebu
dan lainnya. Minyak Cimande dulunya dinamakan ‘minyak pencak’, minyak ini digunakan
ketika berlatih sambut tangan dalam aliran Cimande.
22
Pencak Silat Banten
2) Patalekan (Sumpah Setia) Memasuki Pencak Silat Cimande TTKKDH
Dengan nama Allah yang pengasih lagi maha penyayang, saya bersaksi bahwa se-
sungguhnya tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dan saya bersaksi bahwa
Nabi Muhammad itu utusan Allah. Demi Allah saya bersumpah dan berjanji:
I. Sesungguhnya saya masuk menjadi anggota TTKKDH dengan tulus ikhla dan
suci hati tidak karena suatu maksud yang tidak baik dan bukan karena paksaan.
II. Bahwa saya selama-lamanya akan meninggikan ajaran agama Islam dan melak
sanakan segala perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala
larangan-Nya.
III. Dengan ini pula saya berjanji, bahwa saya senantiasa akan berbuat:
1. Patuh dan taat kepada Pemerintah Republik Indonesia serta berjiwa Pan casila
2. Setia pada Ibu, Bapak dan Perguruan Persilatan Cimande serta mempererat tali
persaudaraan dan membela sepertalekan Cimande.
3.Sanggup mematuhi setiap Pertalekan Perguruan dan mempelajari
persilatan yang diberikan.
4.Sanggup mematuhi, mengetahui dan menghargai yang menyebarluaskan
persilatan Cimande, antara lain: Embah Khaer, Ibu Holiyah, Ayah Hursi, Embah
Ocod, Embah Endut, Embah Main, Embah Buya.
1. Tidak boleh bohong, ujub, riya dan takabur pada sesama manusia.
2. Tidak boleh menipu dan ingkar janji kepada sesame manusia.
3. Tidak boleh mencela atau mencaci persilatan orang lain dalam bentuk
apapun.
4. Tidak boleh menghianati Bangsa, Negara dan Agama serta iri hati dan
mengganggu harta orang lain.
5. Tidak boleh mendahului dan jangan didahului.
6. Tidak boleh beristri bekas saudara pertalekan Cimande, terkecuali meninggal
dunia suaminya atau bermusyawarah lebih dulu agar persahabatantetap abadi.
7. Wajib mempertahankan enam bagian antara lain: Jiwa-Raga-Keluarga-Agama-
Bangsa dan Negara.
8. Pantang mundur, bilamana Saudara mundur kufur persilatan
9. Tidak boleh latihan pada malam sabtu dan malam senin berikut siang harinya.
Sepeninggal Abah Khaer wafat, buah karyanya terus berkembang dan diterima
secara luas bukan hanya oleh masyarakat Jawa Barat, melainkan berkembang sampai ke
Jawa Tengah bagian Barat, Jakarta, Banten, Lampung, Sumatera Barat dan juga di luar
negeri seperti di negara-negara di kawasan ASEAN, Belanda dan Jerman. Cimande
bukan hanya berkembang sebagai seni bela diri pencak silat saja, kini gerak dan jurus
langkah Pencak Silat Cimande diadopsi menjadi seni ibing atau seni tari yang secara kontinyu
‘dipasanggirikeun’, dikompetisikan sebagai upaya melestarikan warisan seni budaya leluhur
yang bernilai tinggi dan bermanfaat untuk pendidikan karakter generasi muda.
1. Ki Terumbu / Ki Beji
2. Ki Juned
3. K.H. Muhyidin
4. Ki Sahlan
5. Ki Abdullah
6. H. Murid
7. Ki Rifai
8. H. Mohammad Rais
9. Minggu Tilar
TES EVALUASI
Pencak Silat Bandrong adalah aliran pencak silat warisan budaya leluhur Banten yang
memiliki nilai adiluhung, keunggulan. Selain secara fisik merupakan sistem gerak dan jurus
bela diri yang lengkap, silat Bandrong juga merupakan “sistem dan tata nilai” kekesatriaan.
Oleh karenanya sistem gerak jurus dan sistem nilai Silat Bandrong perlu terus dilestarikan
dan diwariskan kepada generasi muda khususnya di wilayah Propinsi. Dari Panduan Jurus
dan Langkah Pencak Silat Bandrong sebagaimana yang diterangkan oleh Yai Samsudin dari
Pulokali Bojonegara dan Bapak A. Rofei H. Sanid sebagaimana disusun Abdul Gani Daliran
dan telah dikonfirmasi oleh salah seorang Guru Besar Persilatan Bandrong, yakni Abah H.
Fayumi di Bojonegara. Jurus langkah kaki dan tangan pada Pencak Silat Bandrong dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Jurus Pokok / Jurus Besar
2) Langkah Pokok
3) Serangan
4) Tangkisan Pokok atau Pambuangan Bandrong
5) Beset
27
Pencak Silat Banten
1) Jurus Pokok atau Jurus Besar
Silat Aliran Bandrong terdiri dari 6 (enam) jurus yang setiap jurusnya terdiri
dari 3 (tiga) jurus, yaitu: Jurus Kesatu, Jurus Kedua dan Jurus Ketiga. Dengan demikian
seluruh jurus yang tercakup dalam Jurus Besar berjumlah 18 (delapan belas) jurus pokok yang
kembangan atau pecahan-pecahannya sangat banyak, dengan susunan sebagai berikut:
1. Jurus Pilis (tiga jurus), meliputi Jurus Pilis Kesatu, Jurus Pilis Kedua dan Jurus Pilis
Ketiga;
2. Jurus Catrok (tiga jurus), meliputi Jurus Catrok Kesatu, Jurus Catrok Kedua, Jurus
Catrok Ketiga;
3. Jurus Totog (tiga jurus), meliputi Jurus Totog Kesatu, Jurus Totog Kedua,
Jurus Totog Ketiga;
4. Jurus Seliwa (tiga jurus), meliputi Jurus Seliwa Kesatu, Jurus Seliwa Kedua, Jurus
Seliwa Ketiga;
5. Jurus Gebrag (tiga jurus), meliputi Jurus Gebrag Kesatu, Jurus Gebrag Kedua,
Jurus Gebrag Ketiga;
6. Jurus Kurung (tiga jurus), meliputi Jurus Kurung Kesatu, Jurus Kurung Kedua, Jurus
Kurung Ketiga;
2) Langkah Pokok
Silat Aliran Bandrong terdiri dari 6 (enam) langkah yang setiap langkahnya memiliki
kembangan dan pecahan yang tidak terbatas. Keenam Langkah Pokok tersebut
terdiri dari:
3) Serangan,
Silat Aliran Bandrong memiliki dua macam serangan pokok dan satu serangan kom
binasi, yaitu:
28
Pencak Silat Banten
4) Tangkisan atau Pembuangan Serangan
Gerak Tangkisan / Buangan Serangan pada Silat Aliran Bandrong terdiri dari 6
(enam) jenis sebagai berikut:
5) Beset
Beset adalah gerak dan jurus khas pencak silat Bandrong, terdiri dari 1) Beset
Pokok yang mencakup dua gerakan dan 2) Beset kembangan / turunan yang terdiri
dari 6 (enam) gerakan Beset sebagai berikut:
Selain gerak jurus langkah pokok dan kembangan pencak silat aliran Bandrong
sebagaimana diuraikan berdasarkan keterangan Yai Samsudin dari Kampung Pulokali
Kecamatan Bojonegara tersebut, pada silat aliran Bandrong juga dikenal adanya 29 Jurus
Rahasia dan 26 Jurus Bandrong Pulokali yang diinventarisir oleh Bapak Abdul Gani Daliran,
yakni sebagai diuraikan di bawah ini:
31
Pencak Silat Banten
JURUS BANDRONG PULO KALI
1. Langkah 4 Persegi
2. Langkah 5 Pancer
3. Langkah 5 gentus
4. Langkah 5 Cangkol
5. Langkah 5 Pecah
6. Langkah 5 Giling
7. Langkah 5 Gebrak
8. Langkah 5 Pukul
9. Langkah 3 Segitiga
10. Langkah 3 Kepret
11. Langkah 3 Dedeg
12. Langkah 4 Tubruk
13. Langkah 6 Samring
14. Langkah 6 Depok
15. Langkah Kuitang / Paitang
16. Langkah Saliweuh
17. Langkah Sor / Pamonyet
18. Langkah Sor / Cimacan
19. Langkah Sor / Ular
20. Langkah 6 Lukbi
21. Langkah 6 Tubruk
22. Langkah 5 Selingker
23. Langkah 3 Polos
24. Langkah 3 Sepotong
25. Langkah 4 sendok
26. Langkah 6 Dengkrak
Catatan: Diinventarisir oleh Bapak Abdul Gani Daliran
Seperti pencak silat yang lainnya, pencak silat Bandrong juga memiliki banyak
aliran Paguron yang selain tetap memegang teguh jurus-jurus langkah pokok sebagaimana
asalanya, juga memiliki jurus-jurus langkah kembangan yang mereka ‘ulik’. Berikut ini
adalah gambar jurus langkah paguron Bandrong Jagat Samudera yang dibina oleh Hamdan
S.Pd dari kampong Solor Kidul, Kecamatan Bojonegara, Kota Cilegon.
32
Pencak Silat Banten
1. Jurus Pukul / Tonjok I - Bandrong 2. Jurus Tangkis - Bandrong
33
Pencak Silat Banten
9. Jurus Wuwung - Bandrong 10. Jurus Bacok - Bandrong
15. Jurus Sepak Tonjok - Bandrong 16. Jurus Colok / Kodok - Bandrong
Cimande pada mulanya menggunakan teknik perkelahian dengan jarak jauh yaitu
pesilat mengambil jarak jangkau selepas kaki, jarak ini dimungkinkan untuk dapat mudah
menghindari serangan lawan. Jarak ini menjadi jarak dominan untuk melakukan serangan
balik.
Setiap pesilat dalam melakukan serangan harus memperhatikan sikap kaki atau
kuda-kuda yang bertujuan untuk menjaga jarak lawan. Kuda-kuda pipih yang digunakan
dapat dengan mudah dipindah-pindah dan dapat diubah-ubah dalam kecepatan dan
frekuensi tinggi. Karena dipastikan lawan akan memberikan serangan jarak dalam bentuk
pukulan atau tendangan cepat dan tinggi. Untuk dapat mengatasinya maka diperlukan jurus
agar pesilat dapat mengimbanginya.
Secara garis besar, pencak silat Cimande dibagi atas tiga tatanan yaitu Kelid Cimande,
Pepedangan Cimande dan Tepak Selancar. Kelid dan Pepedangan merupakan Jurus,
sedangkan Tapak Selancar merupakan Jurus Seni (dengan iringan musik gendang pencak).
Untuk pengenalan, yang akan dijelaskan di bawah ini adalah mengenai Kelid.
Jurus Kelid Cimande adalah jurus inti yang berusaha untuk menangkis serangan lawan
dengan berusaha merobohkannya. Jika dilihat, pencak silat Cimande lebih tertumpu pada
ketangguhan tangan sebagai inti kekuatan.
Di dalam perkembangan pencak silat Cimande, terdapat beberapa versi mengenai
jurus kelid ini. Ada yang 33 jurus, ada yang 21 jurus dan ada yang 16 jurus. Menurut
Abah Kundang (72 tahun) pengurus TTKKDH yang mempelajari Cimande sejak remaja
menjelaskan bahwa perbedaan jumlah jurus termasuk penamaan adalah sesuatu yang
biasa dan tidak perlu diperdebatkan karena asal muasal jurusnya tetap dari guru yang sama
yaitu dimulai dari Embah Khaer.
Abah Kundang sendiri lebih memfokuskan pada 21 jurus kelid yang dibagi atas dua
bagian yaitu 17 jurus inti dan 4 jurus tambahan. 17 jurus itu adalah Kelid Besar, Kelid
Kecil, Po Luar, Po Dalam, Timpah Sebelah, Selup, Gojlogan, Cekel Habis, Ketrok Satu,
Ketrok Dua, Guntingan, Peupeuh Lebet, Goncangan, Pedangan, dan Golewangan. Sedangkan
Ringkesan, Langkah (satu dan dua), Cepolan (Cepolan Halus, Cepolan Kasar) dan Igel/ Ibing,
merupakan lanjutan yang dikembangkan dari pola gerak jurus dasar. Untuk itu di bawah ini
akan dijelaskan 17 jurus inti versi TTKDH.
3. Po Luar-Cimande 4. Po Dalam-Cimande
Jurus seni silat Terumbu memiliki 35 jurus. Seperti jurus Alif I, kemudian alif II, potong
sebat, Tanjung Seliwa, Potong Sepak I, Selembar I, Depok Sebat dan Depok Gunting. Ada
8 jurus lagi yang tidak bisa dikemukan, karena ini merupakan jurus rahasia yang biasanya
merupakan jurus pegangan utama Sang Guru. Guru hanya memberikan jurus-jurus rahasia
ini hanya kepada para muridnya yang betul-betul sudah terseleksi.
Hal ini dilakukan sang Guru karena delapan gerak jurus langkah yang rahasia ini
bersifat mematikan lawan, karena merupakan “jurus pertempuran”. Oleh karenanya hanya
kepada murid yang telah betul-betul menguasai semua gerak jurus dan langkah Silat
Terumbu yang sempurna, memiliki tingkat kedisiplinan beribadah serta kematangan
emosional dan kesabaran yang tinggi dengan maksud agar tidak disalahgunakan.
1. Jelaskan konsep, teknik dan prosedur dasar dari aliran pencak silat Bandrong!
2. Jelaskan konsep, teknik dan prosedur dasar dari aliran pencak silat Cimande!
3. Jelaskan konsep, teknik dan prosedur dasar dari aliran pencak silat Terumbu!
4. Berikan tiga penjelasan: apa perbedaan antara jurus langkah aliran pencak
silat Bandrong dengan Cimande?
5. Berikan tiga penjelasan: apa perbedaan antara jurus langkah aliran pencak
silat Bandrong dengan Terumbu?
6. Berikan tiga penjelasan: apa perbedaan antara jurus langkah aliran pencak
silat Cimande dengan Terumbu?
9. Berikan tiga penjelasan: apa ciri khas pencak silat Terumbu dan?
10. Peragakan masing-masing jurus dasar dari aliran pencak silat Bandrong!
11. Peragakan masing-masing jurus dasar dari aliran pencak silat Cimande!
12. Peragakan masing-masing jurus dasar dari aliran pencak silat Terumbu!
Pada praktiknya, seni pencak sangat terlihat jelas manakala tampilan jurus-
jurus yang diatur sedemikian rupa telah dipadukan dengan iringan kendang pencak.
Unsur irama, unsur keselarasan, unsur keseimbangan, unsur gerak berupa jurus-jurus dan
unsur emosional “pemencak” (pesilat) akan menjadi sesuatu yang indah apabila
unsur-unsur itu terjalin dengan baik dan benar.
Namun demikian suatu hal yang perlu diperhatikan dan dicermati adakah
unsur beladirinya harus tetap dipertahankan. Artinya ruh beladiri pencak silat
harus tetap mendasari terciptanya seni ibing pencak. Lebih jauh lagi, ibing pencak harus
tetap menunjukkan karakteristik pemencaknya (pesilat) yang sigap, cekatan dan gagah.
Jangan sampai ibing pencak seolah-olah sebuah bentuk tarian yang diiringin
kendang pencak. Seorang pemencak (pesilat) harus tetap bersikap seolah-oleh
menghadapi lawan. Oleh karena itu, agaknya kurang pas apabila ibing pencak ini diiringi
lagu-lagu percintaan atau lagu-lagu yang tidak menggugah semangat bertempur.
Ibing pencak adalah gabungan seluruh potensi gerak beladiri yang
disistemasikan dalam bentuk rangkaian jurus dengan iringan kendang pencak.
Perpaduan antara rangkaian jurus dengan irama kendang pencaknya sangat
menentukan ke-estetika-an ibing pencak (Fadilakusumah, 1998: 8)
Ibing pencak dalam terjemahan bebas berarti “tari pencak”. Sebab kata
“ibing”dalam kata benda berarti “tari” dan dalam kata kerja adalah “ngibing” yang
berarti menari. Ibing pencak sengaja tidak diterjemahkan menjadi tari pencak
karena bisa menunjukkan konotasi yang berbeda. Seorang penari akan menunjukkan
tarian tunggal dengan kehalusan, keluwesan, kelemahgemulaian gerak. Sedangkan
ngibing pencak walaupun tampil sendiri ia harus dapat memperlihatakan kesan sedang
berhadapan dengan lawan dalam suatu pertarungan.
Ibing pencak sebagai bagian dari seni, sekurang-kurangnya akan mempunyai
dua bagian besar. Pertama, unsur pemenca (pesilat) itu sendiri dan kedua adalah unsur
karawitannya (baca: kendang pencak). Secara garis besar kedua unsur yang dimaksud
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Seorang pesilat harus menjiwai hakikat pencak silat itu sendiri. Dalam hal ini
penguasaan falsafah atau norma-norma pencak silat mutlak harus dikuasai. Oleh
karena semuanya itu akan berpengaruh besar pada anggah-ungguh (perilaku atau
budi pekerti) pada saat tampil di pentas. Anggah-ungguh itu pun kemudian dipecah lagi
ke dalam tiga unsure yaitu tatakrama (sopan santun), pasemon (mimik) dan anggoan
(pakaian).
Tatakrama adalah etika yang seharusnya dilakukan seorang pesilat
manakala berhadapan dengan aturan-aturan, baik aturan tertulis maupun tidak tertulis.
Ia selayaknya member salam kepada setiap orang, terlepas dari orang yang dihadapinya
apakah lebih tua atau lebih muda dari dirinya sendiri. Dalam hal penampilannya pada
pagelaran ataupun pasanggiri, gerak salam berupa penghormatan yang dilakukan pada
awal dan akhir penampilan semata-mata sebagai penghormatan kepada khalayak dan
permohonan izin untuk menampilkan kebolehannya.
Pasemon atau mimik berkaitan erat dengan perasaan kejiwaan seseorang.
Sebagaimana telah disinggung di atas, seorang pesilat harus mempunyai sikap sedang
berhadapan dengan musuh. Dalam hal inilah emosi, dan lebih jauh lagi daya khayal
(imajinasi) seorang pesilat benar-benar diuji. Raut muka sebagai “etalase” emosi jiwanya
harus mencerminkan apa yang sedang dilakukan pada saat memainkan jurus-jurusnya.
Dan terakhir, anggoan, atau pakaian adalah sesuatu hal yang perlu
mendapat perhatian. Perlu diingat bahwa pencak silat adalah seni bertarung. Oleh karena itu
rasanya bukan pada tempatnya apabila pesilat menggunakan pakaian ala pemain calung
atau jaipongan. Demikian pula wajahnya tidak perlu dirias berlebihan, sebab bukan
untuk menari. Tak perlu pula banyak aksesori sebab bukan untuk menari. Pakaian resmi
pencak silat dalam perjamuan, perhelaran ataupun pasanggiri/ pertandingan adalah
pangsi.
Dalam hal pelatihan di sekolah-sekolah, penggunaan celana pangsi sangatlah
diharapkan agar kaki siswa leluasa bergerak, namun pakaian atasnya tidak ada salahnya
menggunakan kaos saja agar ringkas serta gerakan tangannya dapat terlihat jelas oleh para
guru sehingga apabila melakukan kesalahan dapat terlihat dan segera diperbaiki.
Dalam setiap penampilan, hal lain yang perlu diperhatikan seorang pesilat adalah
adeg-adeg, intisari pola pencak dan wirahma (irama). Adeg-adeg adalah sikap
tubuh saat pencak silat. Pada adeg-adeg ini tersimpan pula setidaknya tiga unsure yaitu
kuda-kuda, payus dan anteb. Kuda-kuda adalah posisi kaki yang mencerminkan
45
Pencak Silat Banten
tahu dan menguasai jumlah gerakan untuk mengisi sebuah motif tabuhan kendang.
Hitungan ketukan pada sebuah motif tabuhan kendang pencak harus sesuai
benar-benar dipahami agar tidak terjadi kebingungan pada sangat ngibing.
Dalam sebuah penampilan, wiletan ditandai dengan bunyi kempul (gong).
Gerakan yang mendahului atau melewati bunyi kempul menunjukkan rangkaian
geraknya tidak sempurna. Bunyi kempul inilah yang menjadi patokan wiletan. Apakah
sebuah gerak jurusnya pas/ bersamaan dengan bunyi kempul atau tidak, sangat ditentukan
oleh ketajaman perasaannya.
Mengingat bahwa tabuhan kendang selalu
berusaha mengikuti gerak pesilat, maka unsur
Setiap pesilat dalam
luyu atau kesesuaian dirasakan apakah rangkaian
melakukan serangan
gerakan itu enak dilihat dan tabuhan kendangnya
harus memperhatikan
enak didengar atau tidak? Mereka yang tampil sikap kaki atau
dengan wirahma yang baik adalah yang gerakan- kuda-kuda
nya sesuai dengan tepak kendang serta bunyi yang bertujuan untuk
kempul dan gerakannya tidak terlalu cepat menjaga jarak lawan.
dan juga tidak terlalu lambat namun sesuai
dengan karakter motif tepak kendangnya
(Fadilakusumah, 1998: 8-10).
2. Unsur Karawitan
6. Tolong sebutkan tiga buah sarana dan pra sarana pencak silat.
7. Jelaskan, apa hubungan antara pencak silat dengan seni dan budaya.
Anonim. 2000. Pencak Silat World Championship 2000. Jakarta: Humas PB IPSI.
Al Ayubi, Sholahuddin. 2007. Tradisi Seni Silat terumbu (Studi Fungsi dan Peran di Desa
Terumbu Serang), http://lemlitiainbanten.blogspot.com/
______.http://silatindonesia.com/2008/09/silat-banten-aliran-terumbu/
Fadilakusumah dkk. 1998. Pencak Teori dan Praktek di Sekolah Dasar Panduan untuk
Guru. Bandung: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat.
M., Saleh. 1991. “Pencak Silat (Sejarah Perkembangan, Empat Aspek, Pembentukan
Sikap dan gerak)” Bandung: IKIP.
PB IPSI. 2007. Peraturan Pertandingan Pencak Silat, Hasil Munas XII IPSI Tahun 2007.
Jakarta.: Humas PB IPSI.
Soebroto, Joko dan Moh. Rohadi. 1996. Kaidah-kaidah Pencak Silat Seni yang
Tergabung dalam IPSI. Solo: CV Aneka.
Susanto, Heru. 2013. Teknik Penyusunan Buku Ajar. Kertas Kerja pada
Workshop Penyusunan Buku Ajar, 21 Februari 2013,
Universitas Muhammadiyah, Semarang.