Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ilham Ainur Idhana

NPM : 19081010099

Kelas : G030

KAMPUNG NGROWO, KELURAHAN MOJOREJO, KECAMATAN


TAMAN, KOTA MADIUN

Madiun adalah salah satu kota yang terletak di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota
ini terletak 160 km sebelah barat Surabaya, atau 111 km sebelah timur Surakarta, Jawa Tengah.
Kota Madiun memiliki beberapa sebutan, seperti Kota Pecel, Kota Brem, Kota Gadis, Kota
Kereta Api, Kota Pendekar, dan lain sebagainya. Kota Madiun Kota Madiun memiliki 3
kecamatan, yaitu Kecamatan Taman, Kecamatan Kartoharjo, dan Kecamatan Manguharjo.
Kota Madiun juga memiliki 27 kelurahan, 9 kelurahan di tiap kecamatannya.

Salah satu Kecamatan tertua yang ada di Kota Madiun adalah Kecamatan Taman. Salah
satu bukti bahwa Kecamatan Taman merupakan daerah tertua yang ada di Madiun yaitu adanya
peninggalan sejarah berupa Masjid yang bernama Masjid Kuno Taman yang dulunya bernama
Masjid Donopuro. Kecamatan Taman memiliki 9 kelurahan, yaitu Banjarejo, Demangan,
Josenan, Kejuron, Kuncen, Manisrejo, Pandean, Taman dan Mojorejo.

Salah satu kelurahan yang berpengaruh dalam sejarah Madiun adalah Kelurahan
Mojorejo. Kelurahan Mojorejo merupakan salah satu daerah potensi Kota Madiun dalam
bidang perdagangan, industri rumah tangga, dan Pendidikan (GADIS, sebutan Kota Madiun
sebelum Kota Pendekar). Kelurahan Mojorejo berbatasan langsung dengan Kelurahan Taman
sebelah barat, kelurahan Pandean sebelah selatan, Kelurahan Manisrejo sebelah timur.
Kelurahan Mojorejo juga memiliki sejarah panjang, apalagi pada salah satu daerah paling tua
yang ada di Madiun dan terletak di Kelurahan Mojorejo yaitu Ngrowo.

Ngrowo merupakan sebuah daerah atau lingkungan atau kampung kecil di Kota Madiun
yang mempunyai sejarah panjang serta dapat pula menjadi saksi sejarah berdirinya Kota
Madiun. Ngrowo berbatasan langsung dengan Kelurahan Taman sebelah barat dan kelurahan
Pandean sebelah selatan. Terdapat juga sungai yang mengalir di wilayah ini yaitu Kali Ngrowo
yang biasanya dijadikan salah satu sumber untuk pengairan sawah. Daerah Ngrowo juga
menjadi sumber air bersih untuk masyarakat Madiun sehingga didirikannya PDAM. Ngrowo
juga dilintasi jalur transportasi darat arah Surabaya ke Ponorogo dan sebaliknya.

Ngrowo memiliki sejarah yang sangat Panjang. Sejarah dan asal usul dari Ngrowo
berhubungan dengan sejarah dari Kecamatan Taman dan tentunya Madiun. Ngrowo termasuk
kampung lama yang ada di Madiun. Dikatakan paling tua karena terdapat Masjid sebagai bukti
peninggalan jaman dahulu yaitu Masjid Al-Arrowiyah yang terletak di jalan Rawa Bhakti.

Dulu daerah Ngrowo masih bernama Desa Taman. Berawal pada masa kekuasaan
Kesultanan Pajang, Desa Taman masih berupa hutan belantara, sampai pada tahun 1590, Bupati
Pangeran Adipati Pringgoloyo (pengganti dari Raden Ayu Retno Djumilah) merencanakan
membangun istana Kabupaten di hutan Taman dikarenakan ibukota Kabupaten Madiun di
Wonorejo hancur akibat peperangan melawan Mataram. Di daerah itu terdapat rawa-rawa yang
luas dan berair bersih seperti mata air, yang sekarang tempat itu disebut “Ngrowo”

“Jaman dahulu daerah Ngrowo masih sepi dan terkenal mistisnya, karena selain rawa-
rawa daerah ini juga dipenuhi dengan pohon bamboo lebat dan jalanannya sulit sekali di lewati
orang karena masih berupa makadam. Walaupun begitu juga terdapat jalan raya di daerah itu
tapi masih berupa jalan lori atau yang biasa dikenal jalan untuk kereta tebu yang sekarang
merupakan jalan Panjaitan.” terang kakek saya, Mbah Yusuf, yang pernah tinggal di daerah
Rawa Bhakti, Ngrowo, Madiun

Menurut Mbah Yusuf juga dulu hutan belantara yang ada di Ngrowo dijadikan sawah
dan digunakan untuk menanam semangka. Selanjutnya di daerah Ngrowo dibangun satu
persatu rumah, tetapi sangat jarang. Hingga akhirnya banyak rumah yang dibangun serta
direnovasi sehingga menjadi daerah yang ramai, terang, dan padat penduduk sampai sekarang.
Dinamakannya jalan Rawa Bhakti (tempat rumah tinggal Mbah Yusuf) karena dulu kerja sama
dan gotong royong warga yang sangat baik sehingga dinamakan bekti dan munculah nama
jalan Rawa Bhakti.

Selain cerita dari Mbah Yusuf, sebenarnya masih banyak dan panjang sejarah dari
daerah Ngrowo dan juga sejarah dari Kecamatan Taman, Kota Madiun. Salah satunya sejarah
dari Buku Sejarah Kabupaten Madiun tahun 1980 yang menceritakan awal mula terbentuknya
dan lahirnya daerah-daerah di Madiun. Kisah-kisah pada jaman dahulu seperti pada saat Kota
Madiun masih berupa Kabupaten. Kecamatan Taman juga menjadi salah satu berdirinya
Madiun.
Kecamatan Taman terbentuk pada sekitar tahun 1703, saat itu Istri susuhunan Paku
Buwono 1 yang berasal dari Madiun, Raden Ayu Puger, berniat membangun taman di daerah
Ngrowo sebagai taman wisata (Tamansari). Dengan adanya rencana tersebut akhirnya daerah
itu disebut “Taman” yang sekarang menjadi nama Kecamatan di Kota Madiun. Di daerah
Taman pada saat itu diberi kebebasan dari kerja rodi dan juga tidak adanya pungutan pajak,
tetapi wajib merawat taman yang akan dibangun sebagai Tamansari tersebut.

Pada tahun 1725, ketika Pangeran Mangkudipuro berkuasa di Madiun, di Taman


didirikan makam keluarga dan sebuah masjid untuk membantu pengembangan Agama Islam
di wilayah Madiun dan sekitarnya. Pada tahun 1784, Bupati Madiun pada saat itu, Pangeran
Ronggo Prawirodirjo I, beliau wafat. Akhirnya makam yang sudah dipersiapkan oleh Pangeran
Mangkudipuro pada tahun 1725 pun digunakan sebagai makam makam para pemimpin dan
kerabat Bupati Mangkudipuro.

Makam Taman yang didirikan oleh Pangeran Mangkudipuro itu ditetapkan sebagai
makam kerabat beliau. Ada 13 Bupati Madiun yang telah dimakamkan di Makam tersebut,
yaitu, Ronggo Prawirodirjo I, Ronggo Prawirodirjo II, Pangeran Dipokusumo, Tumenggung
Tirtoprodjo, Ronggo Prawirodiningrat, Ario Notodiningrat, Adipati Sosronegoro,
Tumenggung Sosrodiningrat, Ario Brotodiningrat, Tumenggung Kusnodiningrat,
Tumenggung Ronggo Kusmen dan Tumenggung Ronggo Kusnindar. Warga sekitar menyebut
makam Taman adalah Makam Karanggan atau Makam keluarga Ronggo.

Pemimpin desa Taman bergelar “Kyai” yang berkuasa penuh mengelola desa Taman.
Para Kyai diberi tanggung jawab merawat Makam Taman dengan biaya dari hasil pertanian
desa setempat. Sampai sekarang ada sebelas kyai yang telah menjabat sebagai Kepala Desa
Taman, yaitu Kyai Misbach, Kyai Ageng Mochammad Kalifah, Kyai Mochammad Rifangi,
Kyai Donopuro I, Kyai Benu, Kyai Surat, Kyai Donopuro II, Kyai Imam Ngulomo, Kyai Tirto
Prawiro, Kyai Raden Kabul Umar, Kyai Banuarli.
Pada tahun 1754, saat era kepemimpinan Bupati Ronggo Prawirodirjo, salah satu kyai
yaitu Kyai Ageng Misbach berencana membangun Masjid di daerah Desa Taman, Masjid itu
dinamakan Masjid Donopuro. Dinamakan Masjid Donopuro karena nama itu merupakan nama
dari pendirinya yaitu Kyai Ageng Misbach atau yang biasa disebut Kyai Donopuro. Masjid
Donopuro berukuran cukup besar dan terbuat dari kayu jati yang merupakan kayu kuat. Masjid
Donopuro beratap joglo dengan tiga pintu masuk utama.

Masjid Donopuro terletak di Kecamatan Taman dan sampai kini masih ada tetapi telah
berganti nama menjadi Masjid Besar Kuno Madiun. Masjid Donopuro masuk dalam daftar
peninggalan cagar budaya pada tahun 1991. Masjid Donopuro juga dikelilingi makam para
mantan Bupati Madiun. Masjid Donopuro juga menjadi tempat penyebaran atau syiar islam di
wilayah karasidenan Madiun. Masjid Donopuro biasanya dipakai para Kyai untuk berdakwah
sembari mengajarkan agama islam kepada warga sekitar dan juga pelancong.

Warga Desa Taman memiliki kewajiban tertentu diantara desa lainnya. Mereka (warga
Desa Taman) diwajibkan merawat sebilah Pusaka dari Istana Jogjakarta sebagai gaman atau
pengaman Desa Taman. Pusaka tersebut berupa Tombak Panjang dengan tangkai sekitar 4
meter. Pusaka tersebut disimpan dirumah Kyai bernama Kyai Sidem Pengayom. Untuk
sekarang kurang ada kabar mengenai Pusaka tersebut, entah masih disimpan di rumah Kyai
Sidem Pengayom atau sudah dipindahkan.

Setiap tanggal 1 Muharam atau Tahun baru Islam, di Taman terdapat perayaan yang
diwarnai dengan pembacaan Al-Quran atau yang biasa disebut Tilawah serta disajikan
makanan dan jajanan desa pada jaman dahulu seperti jenang sengkolo, nasi liwet, sayur bening,
dan lauk pauk tradisional seperti tahu tempe. Hal itu sudah menjadi tradisi di sana. Makanan-
makanan dan jajanan-jajanan yang disajikan bukan hanya sekedar untuk pelengkap, namun
juga memiliki arti. Seperti sayur bening yang memiliki arti kebeningan atau kejernihan jiwa,
Nasi liwet berarti harapan agar kejernihan hati, jenang sengkolo memiliki arti adanya harapan
agar dijauhkan dan dihindarkan dari musibah, sedangkan lauk tahu tempe mewakili makanan
khas yang digemari dan disukai rakyat tradisional kebanyakan.

Selain acara penyajian makanan dan jajanan bagi warga tersebut juga ada pagelaran
seni Gembrung. Seni Gembrung berupa senandung sholawat yang diiringi alat music sejeni
Jidor dan Lesung (alat untuk menumbuk padi). Namun sekarang kesenian itu sudah hamper
musnah karena tidak banyak yang melestarikannya. Hanya tersisa Grebeg Bucengan atau
tradisi tumpengan yang dilakukan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Selain terkenal akan tradisi kejawaannya, Warga-warga daerah Taman, lebih tepatnya
Ngrowo, juga terkenal sebagai pelestari budaya Internasional, yaitu pencak silat. Pencak sila
juga merupakan salah satu kekayaan seni beladiri di Indonesia. Bentuk bentuk pelestarian itu
dilihatkan dengan adanya organisasi pencak silat asli dari Madiun, seperti Persaudaraan Setia
Hati Terate.

Persaudaraan Setia Hati Terate atau yang biasa dikenal PSHT / SH Terate ini adalah
salah satu organisasi pencak silat tertua di Indonesia yang ikut andil dalam perkembangan
pencak silat di Indonesia. SH Terate juga termasuk dalam organisasi pencak silat di Indonesia
yang ikut mendirikan atau berpartisipasi dalam terbentuknya IPSI sehingga PSHT masuk
sebagai 10 perguruan historis IPSI.

Sekarang di Ngrowo maupun di Kecamatan Taman sudah berkembang pesat, terutama


Madiun. Dengan perubahan dan kemajuan jaman teknologi pun juga berkembang.
Perdagangan, pendidikan, dan industry di madiun sudah sangat modern. Tetapi, walaupun
begitu tradisi lama dalam beberapa daerah masih tetap dilakukan untuk menghormati atau
menghargai para leluhur sebelum kita. Kita sebagai manusia pada jaman milenial ini harus bisa
melestarikan dan menjaga tradisi agar tidak melupakan sejarah.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. 2019. Ngrowo, Madiun. https://id.wikipedia.org/wiki/Ngrowo,_Madiun

Yusuf. 2019. Wawancara mengenai asal usul daerah Ngrowo dan Kecamatan Taman, Kota
Madiun di rumahnya, Jl. Rawa Bhakti no. 39 Madiun

Widodo. 2010. “Sejarah Tanah Perdikan Taman, Madiun”. [Online], (http://satriotomo-


gombal.blogspot.com/2010/07/sejarah-tanah-perdikan-taman.html)

Anda mungkin juga menyukai