MODUL 5
APRESIASI SENI DAN
PEMBELAJARANNYA
Penulis:
Dr. Caecilia Tridjata S, M.Sn
Dr. Caecilia Hardiarini, M.Pd
Dra. Kartika Mutiasari, M.Pd
Dr. Deden Haerudin, M.Sn.
1
Judul:
Apresiasi Seni dan Pembelajarannya
Penulis:
Dr. Caecilia Tridjata S, M.Sn
Dr. Caecilia Hardiarini, M.Pd
Dra. Kartika Mutiasari, M.Pd
Dr. Deden Haerudin, M.Sn.
Editor:
Dr. Iriaji, M.Pd.
Bandi Sobandi, S.Pd., M.Pd.
Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd.
Dr. Udi Utomo, M.Si.
Uyuni Widiastuti, S.Pd., M.Pd.
Dr. Elindra Yetti, M.Pd
Dr. Fuji Astuti, M.Hum.
Dr. Heni Komalasari, M.Pd.
Indar Sabri, S.Sn., M.Pd.
Dr. Else Liliani, M.Hum.
Dr. Koko Hari Pramono, S.Pd., M.Pd.
Penerbit:
Kemendikbud
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas hidayah dan Inayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan modul ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Modul 5 berisi Apresiasi Seni dan Pembelajarannya, terdiri dari empat
Kegiatan Belajar (KB), yaitu: 1) Kegiatan Belajar 1, berisi materi Pembelajaran
Apresiasi Seni Rupa; 2) Kegiatan Belajar 2, berisi materi Pembelajaran Apresiasi
Seni Musik; 3) Kegiatan Belajar 3, berisi materi Pembelajaran Apresiasi Seni
Tari; dan 4) Kegiatan Belajar 4, berisi materi Pembelajaran Apresiasi Teater.
Tujuan utama penyusunan Modul 5 ini adalah untuk membekali peserta
Program Profesi Guru (PPG) untuk menguasai konsep tentang Apresiasi Seni dan
Pembelajarannya di sekolah.
Kehadiran Modul 5 ini tidak lepas dari peran serta semua pihak yang
membantu. Untuk itu, dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah dengan tulus ikhlas membantu
dalam proses penyelesaian modul ini, khususnya kepada:
1. Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
2. Para Penyelia modul di bidang Pendidikan Seni Rupa, Pendidikan Musik,
Pendidikan Tari dan Pendidikan Drama/Teater yang telah memberi masukan,
saran dan arahan dalam proses penyusunan modul;
3. Pengembang Media Pembelajaran yang telah membuat media dalam berbagai
bentuk media yang diandang relevan dengan materi pada modul yang disusun
dan dikembangkan penulis;
4. Pihak lain yang teribat langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusunan modul ini
Akhirnya, Penulis berharap kehadiran modul ini bermanfaat khususnya
bagi para peserta PPG dan umumnya untuk meningkatkan kualitas dan
3
profesionalitas guru yang dalam menjalankan profesinya. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan modul ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
sangat mengharapkan masukan untuk perbaikan di masa datang.
M
odul ini merupakan modul kelima dari enam Modul Mata
Pelajaran Seni Budaya. Isi modul ini merupakan dasar
pengetahuan bagi Anda sebagai guru mata pelajaran Seni
Budaya pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah. Modul 5 tentang Apresiasi
Seni dan Pembelajarannya terdiri atas 4 Kegiatan Belajar yaitu:
1) Kegiatan Belajar 1: Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa
2) Kegiatan Belajar 2: Pembelajaran Apresiasi Seni Musik
3) Kegiatan Belajar 3: Pembelajaran Apresiasi Seni Tari
4) Kegiatan Belajar 4: Pembelajaran Apresiasi Teater
Modul Keberhasilan pembelajaran Seni Budaya dapat terwujud
apabila kegiatan belajar mengajar yang Anda lakukan dapat membangkitkan
motivasi belajar dan bermakna bagi peserta didik. Faktor pembangkit motivasi
belajar yang efektif adalah keingintahuan dan keyakinan akan kemampuan diri
pada peserta didik. Setiap anak memiliki rasa ingin tahu. Sebagai guru yang baik,
Anda perlu menyalurkan rasa ingin tahunya melalui cara belajar aktif dan kreatif
yang menyenangkan sesuai minat dan kemampuan anak. Kebermaknaan kegiatan
dan materi belajar lazimnya terkait dengan bakat, minat, pengetahuan yang
dimiliki oleh peserta didik.
Dalam konteks pendidikan, peran seni dalam membentuk manusia yang
berkepribadian utuh dan memiliki kepekaan rasa keindahan berada pada ranah
estetik yang di dalamnya terkandung kemampuan mempersepsi secara inderawi
nilai-nilai keindahan yang terdapat di dalam kehidupan manusia dan
lingkungannya. Secara ideal pendidikan seni bertujuan menggali, mengembangkan
dan memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dasar, minat dan bakat
1
seseorang dalam berkesenian dan beraktifitas dalam kehidupannya agar menjadi
pribadi yang produktif dan kreatif.
Untuk memperoleh keberhasilan di dalam menguasai Modul ini,
disarankan Anda memperhatikan petunjuk umum berikut ini:
- Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan Modul hingga Anda benar-benar
memahami dari pembelajaran Modul ini.
- Bacalah uraian Modul ini dengan seksama, kemudian temukan kata kuncinya,
selanjutnya diskusikan dengan teman Anda.
- Perluaslah wawasan Anda dengan cara mencari berbagai sumber lain baik
dalam bentuk media cetak maupun media elektronik.
- Setelah Saudara benar-benar memahami isi yang dibahas di dalam Modul ini,
selanjutnya kerjakanlah latihan yang terdapat pada Modul ini sesuai dengan
petunjuknya.
- Setiap akhir kegiatan belajar, jangan lupa menjawab setiap soal yang sudah
disediakan. Jika telah selesai mengerjakan, Anda boleh mencocokan dengan
kunci jawaban yang sudah tersedia.
K eg i a ta n B el aj a r (
K B ) PEMBELAJARAN
APRESIASI SENI RUPA 1
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi singkat
Pada Modul 5 Kegiatan Balajar 1 ini Anda akan mempelajari secara
khusus materi Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa. Isi modul ini membekali Anda
untuk memahami konsep (pengertian, tujuan, pendekatan, prosedur, dan objek
Apresiasi Seni Rupa); Implementasi apresiasi Seni Rupa; dan Evaluasi
pembelajaran apresiasi Seni Rupa; dan Refleksi Hasil Pembelajaran Apresiasi
Seni Rupa.
Keberhasilan dalam mempelajari KB 1 dapat terwujud apabila kegiatan
belajar mengajar yang Anda lakukan dapat membangkitkan motivasi belajar dan
bermakna bagi peserta didik. Faktor pembangkit motivasi belajar yang efektif
adalah keingintahuan dan keyakinan akan kemampuan diri dalam mengapresiasi
karya seni. Melalui proses pembelajaran apresiasi, peserta didik akan terlatih
memiliki sikap dan kebiasaan hirup untuk lebih toleran, empati, dan menghargai
keragaman budaya bangsa.
Dalam konteks pendidikan, peran seni dalam membentuk manusia yang
berkepribadian utuh dan memiliki kepekaan rasa keindahan berada pada ranah
estetik yang di dalamnya terkandung kemampuan mempersepsi secara inderawi
nilai-nilai keindahan yang terdapat di dalam kehidupan manusia dan
lingkungannya. Secara ideal pendidikan seni bertujuan menggali, mengembangkan
dan memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dasar, minat dan bakat
seseorang dalam berkesenian dan beraktifitas dalam kehidupannya agar menjadi
pribadi yang produktif dan kreatif.
2. Relevansi
Dalam pelaksanaan pembelajaaran Seni Budaya, kompetensi apresiasi dan
kreasi dirancang secara terpisah. Hal ini dilakukan agar pencapaian kompetensi
lebih baik dan dapat diukur. Kompetensi apresiasi berkaitan dengan kemampuan
merasakan fenomena keindahan dan seni, menikmati, menghayati, dan
menghargai nilai-nilainya, baik dari segi bentuk maupun isi (pesan seni).
Tujuannya agar peseta didik menyadari kontribusi seniman dan peran seni di
tengah masyarakat, sehingga berempati dan hormat pada profesi seniman dan
dunia kesenian. Seperti telah disinggung sebelumnya, apresiasi seni memiliki tiga
domain, yakni perasaan (feeling), penilaian (valuing) dan empati (emphatizing).
Ketiga kemampuan mental ini dapat bekerja dengan baik apabila kemampuan
sensoris mampu berelasi dengan kemampuan perseptual dan perasaan.
Secara psikologis pengalaman pengindraan karya seni itu berurutan dari
sensasi, emosi, impresi, interpretasi, apresiasi, dan evaluasi. Aktivitas ini
berlangsung ketika seseorang mengaktifkan fungsi inderawi untuk merespon
karya seni, biasanya sensasi tersebut diikuti dengan aktivitas berasosiasi, misalnya
melakukan komparasi, analogi, diferensiasi, dan sintesis. Pada umumnya karya
seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual dan intelektual bagi
pengamatnya.
Tingkat apresiasi seni akan berkembang lewat kegiatan mengamati
karya seni, membaca teori seni, termasuk sejarah seni dan reputasi seniman,
dialog dengan tokoh seniman serta budayawan, dan menuliskan pengalaman
mengamati karya seni dalam bentuk esei ataupun melalui bentuk tanggapan
tertulis lainnya. Bahkan apresiasi dapat dikembangkan jika dilakukan
bersamaan dengan pengalaman praktik berkesenian. Hal ini secara tak
langsung akan mempertajam rasa empati terhadap proses berkesenian sehingga
penghayatan saat menikmati praktik berkesenian lebih kuat, hal ini akan
mempengaruhi hasil kreasi peserta didik menjadi lebih baik dan bermakna.
3. Petunjuk Belajar
Modul ini merupakan modul kelima dari enam modul Pembelajaran Seni
Budaya yang perlu Anda pelajari dalam rangka memenuhi persyaratan akademik
pada Program Pendidikan Profesi Guru. Modul ini terdiri dari 4 Kegiatan Belajar
yang perlu Anda pelajari selama 1 semester (16 kali tatap muka). Setiap kegiatan
belajar memiliki waktu tatap muka yang berbeda. Modul ini memiliki dasar
pendekatan belajar aktif oleh karenanya Anda diharapkan bersikap pro aktif dalam
memahami dan menyelesaikan keseluruhan tugas yang diberikan. Sebagian besar
kegiatan belajar dalam modul ini akan menerapkan pembelajaran aktif melalui
pengalaman dan berbasis masalah agar Anda sebagai guru dapat merasakan
kebermaknaan pembelajaran ini sesuai dengan tugas Anda di sekolah.
4. Peta Kompetensi
Pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar 1
selanjutnya akan dipaparkan dalam bagan peta konsep di bawah ini Apresiasi Seni
Rupa secara utuh mencakup pembahasan tentang Konsep Apresiasi Seni Rupa dan
Penerapan Apresiasi Seni Rupa.
3. Uraian Materi
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, materi Modul 5 terdiri dari empat
Kegiatan Belajar (KB) yang mendukung pemahaman Anda terhadap materi
Apresiasi Seni dan Pembelajarannya mulai dari segi konseptual, implementasi,
evaluasi dan refleksi dari proses pembelajaran. Berikut ini uraian materi Kegiatan
Belajar 1 yang berjudul Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa.
4. Prosedur
Merujuk pendapat Brent G. Wilson (1971) aktivitas mengapresiasi karya
Seni Rupa dapat diawali dengan pengalaman
1) Mengamati (Observing): pengalaman merespon karya seni dengan
mengaktifkan fungsi inderawi (penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman) untuk mengenali unsur-unsur visual pada karya, seperti: garis,
warna, bentuk, tekstur, proporsi, dan komposisi karya; mengenali karakteristik
jenis bahan dan teknik yang digunakan dalam berkarya.
2) Merasakan (Feeling): mengaktifkan pengalaman merasakan keindahan
melalui sensasi inderawi (penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman).
Sikap merasakan dan mengagumi karya seni atau peristiwa seni melalui
perasaan. Pengalaman merasakan keindahan ini akan mengembangkan
sense of beauty dalam diri seseorang.
3) Mengempati (Emphatizing): setelah mengamati karya seni dengan penuh
perasaan, maka rasa empati akan muncul. Saat itulah proses penghayatan
bekerja, secara psikologis pengalaman pengamatan terhadap karya seni atau
kegiatan seni akan memunculkan sensasi, emosi, dan impresi sehingga muncul
rasa senang, rasa nyaman dan kepuasan spiritual lainnya
4) Menilai (Evaluing): melibatkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam
mengevaluasi karya seni melalui aktivitas berasosiasi, melakukan komparasi,
analogi, diferensiasi dan sintesa (menyimpulkan). Pada umumnya karya seni
yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual dan intelektual bagi
pengamatnya Melakukan penilaian atau evaluasi terhadap karya seni sekilas
tampak mudah, tetapi sesungguhnya cukup sulit ketika harus menjelaskan
dasar atau alasan dalam memberikan penilaian tersebut. Untuk dapat
melakukan penilaian yang baik kita perlu mengenal intensi seniman,
menafsirkan atau membaca lambang, simbol, metafora yang terkandung dalam
karya. Sikap apresiatif atau menghargai akan dimiliki seseorang ketika
kompetensinya telah mencapai sikap empati terhadap dunia kesenian. Proses
apresiasi dapat ditingkatkan kualitasnya melalui pengalaman berkarya yang
bersifat eksploratif.
5) Menghargai (Appreciation): Penghargaan terhadap karya seni akan tampak
pada seseorang didalam menyikapi karya seni tersebut. Antara lain bagaimana
apresiator memberikan perhatian terhadap karya seni, bagaimana apresiator
memelihara dan menempatkan karya yang dikoleksinya. Atau tampak pada
saat apresiator menyaksikan pertunjukan taran, pergelaran musik atau
menonton pertunjukan teater, dimana penonton tahu tata krama, termasuk
kapan waktu yang tepat memberikan tepuk tangan ketika mereka kagum dan
ingin memberikan penghargaan terhadap penampilan karyaseni tersbeut.Selain
itu penghargaan terhadap kahrya seni, ditunjunkan melalui pemahaman
terhadap hak cipta dimana karya seni memiliki hak cipta sebagai kekayaan
intelektual. Yakni setiap karya seni yang orsinal adalah dimiliki hak eksklusif
bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya, atau memberikan izin untuk itu.
1. Praktek Apresiasi Karya Seni Rupa Pada Karya Kriya Tekstil dengan
Teknik Lukis Pada Media Kaos
Untuk lebih memahami praktek pembelajaran apresiasi seni dalam bidang
seni rupa, sebaiknya Anda menelaah lebih lanjut contoh dan langkah-langkah
praktek pembelajaran apresiasi seni rupa pada bidang kriya tekstil berikut ini.
a. Mengamati (Observing)
Pada tahap mengamati guru mengajak peserta didik untuk melihat dan
mencermati aspek-aspek apa saja yang harus diamati pada karya tekstil tersebut.
Kemudian guru memfokuskan perhatian peserta didik dalam aktivitas diskusi
kelas dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
1. Jenis karya kriya apa yang ada dihadapan kalian dan jelaskan alasan kalian?
2. Unsur-unsur rupa apa saja yang terdapat pada karya seni rupa tersebut?
3. Bagaimana karakter unsur garis, bentuk, warna dan tekstur pada unsur-unsur
rupa dua dimensi tersebut?
4. Apa jenis motif ragam hias yang terdapat pada karya seni rupa tersebut, lalu
jelaskan alasannya?
5. Apa saja objek yang terlihat di karya tersebut?
6. Apa jenis bahan dan teknik yang digunakan dalam membuat karya tersebut?
Melalui aktivitas diskusi kelas setiap peserta didik dimotivasi untuk berani
mengutarakan hasil pengamatannya. Jika informasi yang disampaikan belum
lengkap, minta peserta didik yang lain ikut menambahkan informasinya.
b. Merasakan (Feeling)
Setelah peserta didik menjelaskan hasil pengamatannya lalu ajak peserta
didik untuk mengamati karya kriya tersebut dengan menggunakan perasaannya
bukan sekedar melihat saja. Untuk membangkitkan perasaan tertentu pada diri
peserta didik, guru dapat meminta peserta didik untuk mendengarkan cerita
tentang Burung Enggang atau Rangkong yang hampir punah. Guru bisa juga
menampilkan video pembelajaran tentang Burung Enggang yang hampir punah
yang diunduh dari internet. Media pembelajaran ini sangat efektif untuk
menstimulus beragam fungsi inderawi bukan hanya penglihatan saja. Lalu
mintalah peserta didik berimajinasi seolah berada dihutan Kalimantan dan melihat
langsung keindahan alam disana yang merupakan habitat burung Enggang.
Selanjutnya guru membantu memfokuskan perhatian peserta didik dengan
melontarkan pertanyaan berikut ini ?
1. Setelah menyaksikan video pembelajaran tentang Burung Enggang, bagaimana
perasaan Anda jika berada di hutan Kalimantan dan berkesempatan bisa
melihat langsung burung endemik yang hampir punah tersebut ?
2. Menurut Anda apa yang membuat burung Enggang atau Rangkong itu
istimewa dan pantas dilindungi oleh masyarakat Indonesia dan dunia ?
3. Coba gambarkan dengan bahasa perasaan Anda bagaimana wujud dan tampilan
fisik dari burung Enggang mulai dari proporsi tubuhnya, wana bulu-bulunya,
kebiasannya, dan hal-hal lain yang spesifik? Gunakan bahasa yang lebih
ekspresif untuk menjelaskannya.
Beberapa pertanyaan semacam ini dapat menggugah peserta didik untuk
berbagi cerita tentang perasaannya tanpa takut salah bicara. Anda dapat
mengembangkan pertanyaan yang sejenis. Untuk memotivasi belajar mereka, guru
bisa merekam momen peserta didik mengutarakan pendapatnya melalui video.
c. Menghayati (Emphaty)
Proses menghayati dalam apresiasi sama sulitnya dengan mengutarakan
pendapat tentang perasaan terkait burung Enggang. Perlu dikembangkan metode
yang lebih atraktif selain brainstorming agar peserta didik tidak malu dan lebih
berani dalam mengutarakan perasaanya. Guru harus mampu menemukan bagian
yang paling mengharukan dari kisah burung Enggang untuk menyentuh perasaan
dan emosi peserta didik. Melalui pengalaman ini diperoleh penghayatan perasaan
yang paling berkesan untuk membangkitkan empati terhadap keindahan sosok
burung Enggang dan jasa-jasanya terhadap pelestarian hutan. Untuk membantu
proses penghayatan guru dapat membangkitkan penghayatan melalui pertanyaan
berikut:
1. Setelah Anda menyaksikan tayangan video di atas, jelaskan dengan bahasa
perasaan tentang keindahan sosok burung Enggang:
Bagaimana bentuk kepala, ukuran tubuh, bentuk dan warna ekor serta
warna-warna bulunya?
Bagaimana kesan perasaan atau impresimu ketika berhadapan langsung
dengan burung Enggang yang berukuran tinggi rata-rata 100 cm lebih?
Bayangkan jika burung Enggang terbang melayang di atas hutan
Kalimantan yang demikian luasnya?
Sebut dan tuliskan 5 kata yang tepat untuk dapat menggambarkan sosok
burung Enggang?
2. Berikan pendapat kalian apakah motif ragam hias burung Enggang ini cocok
diaplikasikan ke kaos atau T-shirt dengan teknik lukis?
Tahap penghayatan memang tidak mudah dilakukan karena peserta didik
harus menggunakan perasaannya dalam merespon stimulus yang diberikan
yaitu ragam hias Burung Enggang/Rangkong. Penghayatan akan lebih mudah
dilakukan apabila peserta didik bertempat tinggal di Pulau Kalimantan. Untuk
itu guru ditantang lebih kreatif memancing pertanyaan dan memilih metode
yang membuat peserta didik lebih peka mengenali perasaannya dan berpikir
kritis. Penerapan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)
dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran apresiasi seni.
d. Menilai (Evaluing)
Tahap Evaluasi dalam pembelajaran apresiasi sekilas tampak mudah
dilakukan namun sesungguhnya cukup sulit ketika harus menjelaskan dasar atau
alasan dalam memberikan penilaian tersebut. Untuk dapat melakukan penilaian
yang baik kita perlu mengenal intensi seseorang membuat karya tersebut, lalu
mengulas apakah keputusan untuk menampilkan objek Burung Enggang di atas
kaos dengan teknik lukis sudah tepat. Kemudian dicermati lagi dan dinilai secara
objektif kekuatan dan kelemahan produk kriya yang dihasilkan supaya bisa dicatat
rekomendasi perbaikannya dari ditinjau dari aspek tema, struktur visual (unsur-
unsur rupa dan prinsip seni), media (bahan dan alat) serta teknik pembuatan karya
kriya tersebut.
e. Menghargai (Apreciation)
Menghargai adalah tahap terakhir yang penting diperhatikan untuk
mengetahui apakah proses apresiasi sudah berjalan dengan benar sesuai prosedur.
Penghargaan terhadap karya kriya ini akan tampak pada saat peserta didik
menyikapi karya kaos tersebut. Antara lain bagaimana apresiator memberikan
perhatian terhadap karya kaos tersebut, bagaimana apresiator menghargai nilai
pesan pelestarian lingkungan dibalik karya kaos tersebut, di samping kualitas nilai
ekonomis dari karya kaos tersebut. memelihara dan merawat karya kaos tersebut
dan secara aktif bergabung atau turut aktif mendukung acara-acara pelestarian
alam melalui upaya berkarya seni dan kriya yang mengangkat tema pelestarian
alam dan budaya Indonesia.
Setelah memahami metode implementasi pembelajaran apresiasi karya
seni rupa pada karya tekstil, berikut akan di uraikan implementasi pembelajaran
apresiasi karya seni rupa pada karya desain grafis yaitu karya desain poster.
a. Mengamati (Observing)
Pada tahap mengamati guru mengajak peserta didik untuk melihat dan
mencermati aspek-aspek yang harus diamati pada karya desain tersebut.
Kemudian guru memfokuskan perhatian peserta didik dalam aktivitas diskusi
kelas dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
1. Jenis karya seni rupa apa yang ada dihadapan kalian dan jelaskan alasan
kalian?
2. Unsur-unsur rupa apa saja yang terdapat pada karya seni rupa tersebut?
3. Bagaimana karakter unsur garis, bentuk, warna dan tekstur pada unsur-unsur
rupa dua dimensi tersebut?
4. Apa jenis desain yang terdapat pada karya seni rupa tersebut, lalu jelaskan
alasannya?
5. Apa saja objek yang terlihat di karya tersebut?
6. Jelaskan prinsip-prinsip seni rupa yang diterapkan dalam desain tersebut?
7. Jelaskan jenis bahan dan teknik yang digunakan dalam membuat karya
tersebut?
Melalui aktivitas diskusi kelas setiap peserta didik dimotivasi untuk berani
mengutarakan hasil pengamatannya. Jika informasi yang disampaikan belum
lengkap, minta peserta didik yang lain ikut menambahkan informasinya.
b. Merasakan (Feeling)
Setelah peserta didik menjelaskan hasil pengamatannya lalu ajak peserta
didik untuk mengamati karya desain tersebut dengan menggunakan perasaannya
bukan hanya sekedar melihat saja. Untuk membangkitkan perasaan tertentu pada
diri peserta didik, guru dapat meminta peserta didik untuk mendengarkan cerita
tentang Burung Enggang atau Rangkong yang hampir punah. Guru bisa juga
menampilkan video pembelajaran tentang Burung Enggang yang hampir punah
yang diunduh dari internet dan teknik merancang karya desain dengan
menggunakan objek burung Enggang agar pesan yang terkandung bisa diterima.
Media pembelajaran ini sangat efektif untuk menstimulus beragam fungsi
inderawi bukan hanya penglihatan saja. Lalu mintalah peserta didik berimajinasi
seolah berada dihutan Kalimantan dan melihat langsung keindahan alam disana
yang merupakan habitat burung Enggang. Selanjutnya guru membantu
memfokuskan perhatian peserta didik dengan melontarkan pertanyaan berikut ini:
1. Setelah menyaksikan video pembelajaran tentang Burung Enggang,
bagaimana perasaan Anda jika berada di hutan Kalimantan dan berkesempatan
bisa melihat langsung burung endemik yang hampir punah tersebut?
2. Menurut Anda apa yang membuat burung Enggang atau Rangkong itu
istimewa dan pantas dilindungi oleh masyarakat Indonesia dan dunia?
3. Coba gambarkan dengan bahasa perasaan Anda, bagaimana wujud dan
tampilan fisik dari burung Enggang mulai dari proporsi tubuhnya, wana bulu-
bulunya, kebiasannya, dan hal-hal lain yang spesifik? Gunakan bahasa yang
lebih ekspresif untuk menjelaskannya.
4. Coba jelaskan teknik pembuatan
Beberapa pertanyaan semacam ini dapat menggugah peserta didik untuk
berbagi cerita tentang perasaannya tanpa takut salah bicara. Anda dapat
mengembangkan pertanyaan yang sejenis. Untuk memotivasi belajar mereka, guru
bisa merekam momen peserta didik mengutarakan pendapatnya melalui video.
c. Menghayati (Emphaty)
Proses menghayati dalam apresiasi sama sulitnya dengan mengutarakan
pendapat tentang perasaan terkait burung Enggang. Perlu dikembangkan metode
yang lebih atraktif selain brainstorming agar peserta didik tidak malu dan lebih
berani dalam mengutarakan perasaanya. Guru harus mampu menemukan bagian
yang paling mengharukan dari kisah burung Enggang untuk menyentuh perasaan
dan emosi peserta didik. Sehingga diperoleh penghayatan perasaan yang paling
berkesan untuk membangkitkan empati terhadap keindahan sosok burung
Enggang dan jasa-jasanya terhadap pelestarian hutan. Untuk membantu proses
penghayatan guru dapat membangkitkan penghayatan melalui pertanyaan berikut:
1. Setelah Anda menyaksikan tayangan video di atas, jelaskan dengan bahasa
perasaan tentang keindahan sosok burung Enggang?
2. Pesan apa yang ingin disampaikan pada karya tersebut?
3. Bagaimana bentuk kepala, ukuran tubuh, bentuk dan warna ekor serta warna-
warna bulunya?
4. Bagaimana kesan perasaan atau impresimu ketika berhadapan langsung
dengan burung Enggang yang berukuran tinggi rata-rata 100 cm lebih?
5. Bayangkan jika burung Enggang terbang melayang di atas hutan Kalimantan
yang demikian luasnya?
6. Sebut dan tuliskan 5 kata yang tepat untuk dapat menggambarkan sosok
burung Enggang?
7. Berikan pendapat kalian apakah bentuk burung Enggang ini cocok
diaplikasikan untuk desain poster?
8. Berikan pendapat kalian apakah bentuk burung Enggang ini mudah
dipalikasikan pada teknik membuat desain poster?
Tahap penghayatan memang tidak mudah dilakukan karena peserta didik
harus menggunakan perasaannya dalam merespon stimulus yang diberikan yaitu
bentuk Burung Enggang/Rangkong. Penghayatan akan lebih mudah dilakukan
apabila peserta didik bertempat tinggal di Pulau Kalimantan. Untuk itu guru
ditantang lebih kreatif memancing pertanyaan dan memilih metode yang membuat
peserta didik lebih peka mengenali perasaannya dan berpikir kritis. Penerapan
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) dapat digunakan untuk
menunjang pembelajaran apresiasi seni.
d. Menilai (Evaluing)
Tahap Evaluasi dalam pembelajaran apresiasi sekilas tampak mudah
dilakukan namun sesungguhnya cukup sulit ketika harus menjelaskan dasar atau
alasan dalam memberikan penilaian tersebut. Untuk dapat melakukan penilaian
yang baik kita perlu mengenal intensi seseorang membuat karya tersebut, lalu
mengulas apakah keputusan untuk menampilkan objek Burung Enggang untuk
dijadikan desain poster sudah tepat atau belum. Kemudian dicermati lagi dan
dinilai secara objektif kekuatan dan kelemahan produk desain yang dihasilkan
supaya bisa dicatat rekomendasi perbaikannya dari ditinjau dari aspek tema,
struktur visual (unsur-unsur rupa dan prinsip seni), media (bahan dan alat) serta
teknik pembuatan karya desain tersebut.
e. Menghargai (Apreciation)
Menghargai adalah tahap terakhir yang penting diperhatikan untuk
mengetahui apakah proses apresiasi sudah berjalan dengan benar sesuai prosedur.
Penghargaan terhadap karya desain ini akan tampak pada saat peserta didik
menyikapi karya desain tersebut. Antara lain bagaimana apresiator memberikan
perhatian terhadap karya desain tersebut, bagaimana apresiator menghargai nilai
pesan pelestarian lingkungan dibalik karya desain tersebut, di samping kualitas
nilai ekonomis dari karya desain tersebut. Memelihara dan merawat karya desain
tersebut dan secara aktif bergabung atau turut aktif mendukung acara-acara
pelestarian alam melalui upaya berkarya seni dan desain yang mengangkat tema
pelestarian alam dan budaya Indonesia.
C. Evaluasi Hasil Apresiasi Karya Seni Rupa
Mengeveluasi hasil apresiasi karya seni rupa diperlukan kemampuan dan
pengalaman estetis dalam menilai karya. Sehingga pada saat menilai sebuah karya
tahapan-tahapan desain dalam proses mengapresiasi karya seni rupa desain
khususnya poster, sehingga pada saat melakukan kegiatan apresiasi dapat
dilakukan dengan mudah. Misalnya pada saat menginterpretasi unsur rupa dan
prinsip desain yang terdapat dalam objek dan penggunaan alat dan bahan pada
karya tersebut serta penjiwaan terhadap karya yang sedang diamati. Kemampuan
tersebut harus dimiliki agar pada saat menginterpretasikan karya menganalisisnya
lebih tajam dan sesuai dalam mendeskripsikan karya yang sedang dinilai dan
diamati.
1
Penerapan unsur- Menyajikan atau
Aspek yang Menyiapkan unsur rupa
No mengemas
dinilai materi kliping (warna, garis, Jumlah
bentuk, tekstur) Kliping
Skor
Nama pada kliping
peserta didik 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Keterangan penilaian:
1 = tidak kompeten
2 = cukup kompeten
3 = kompeten
4 = sangat kompeten
TUGAS TERSTRUKTUR
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Penilaian adalah salah satu komponen penting dalam evaluasi
pembelajaran. Proses evaluasi yang keliru akan berdampak negatif terhadap
motivasi, minat, serta kemajuan belajar peserta didik. Oleh karena itu penilaian
penting dilakukan secara objektif sesuai perkembangan usia peserta didik, hindari
penilaian berdasarkan penilaian orang dewasa atau sesuai selera guru. Jenis model
dan teknik penilaian dalam pembelajaran hendaknya dipilih sesuai karakteristik
mata pelajarannya. Penilaian pembelajaran hendaknya tidak hanya terbatas tes
tertulis dan penilaian produk saja tetapi penting melakukan penilaian proses
berkarya atau berkreasi. Kompetensi apresiasi dapat dinilai melalui pengamatan
terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan ranah
kognitif dan afektif yang difokuskan pada pengalaman mengamati, merasakan,
menghayati, menikmati, menilai dan menghargai proses dan produk seni yang
diciptakan. Penilaian juga dapat berfungsi memberikan umpan balik kepada guru
agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran.
2. Tes Formatif 1
Pilih satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada alternatif pilihan jawaban yang dianggap Anda paling tepat.
3. Kritik seni merupakan penilaian karya seni baik yang positif ataupun negatif
dan sebagai media komunikasi antara seniman dan masyarakat. Ciri-ciri kritik
seni adalah.........
A. Mendeskripsikan, menganalisis, menapsirkan, dan menilai
B. Mengapresiasi, menganalisis, menapsirkan dan menilai
C. Mengapresiasi, mendeskripsikan, menganalisis dan menapsirkan
D. Mendeskripsikan, menganalisis, menilai, dan mencipta
E. Mengapresiasi, mendeskripsikan, menganalisis dan menilai
4. Gambar ini memperlihatkan beberapa orang yang sedang mengamati karya-
karya dalam kegiatan pameran seni rupa. Fungsi utama dalam pameran karya
seni rupa ini adalah...
A. Sebagai sarana motivasi.
B. Sebagai sarana promosi.
C. Sebagai sarana komunikasi
D. Sebagai sarana apresiasi
E. Sebagai sarana religi
5. Pada umumnya karya seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan
spiritual dan intelektual bagi pengamatnya. Menurut Brent G. Wilson
komponen Apresiasi Seni terdiri atas tiga: Perasaan (feeling), Empati
(emphatizing), dan Penilaian (evaluing).
Perhatikan pernyataan ini:
1. Perasaan merupakan pengalaman merasakan melalui sensasi inderawi
2. Sensasi inderawi meliputi penglihatan dan motorik
3. Empati melibatkan emosi dan kesan perasaan saat menikmati karya seni
4. Penilaian melibatkan kemampuan berpikir logis dan kritis
5. Evaluasi menggunakan rumusan statistik
Pernyataan yang sesuai dalam ranah komponen apresiasi adalah:
A. 1, 3, 4
B. 2, 3, 5
C. 3, 4, 5
D. 1, 2, 5
E. 2, 4, 5
Sikap merasakan dan mengagumi karya seni atau peristiwa seni melalui:
A. Perasaan
B. Pendengaran
C. Emosi
D. Impresi
E. Logika
Tingkat penguasaan =
Sahman, H. (1993). Mengenali Dunia Seni Rupa, Tentang Seni, Karya Seni,
Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik dan Estetika. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Silberman, Melvin L. (2006). Active Learning: 101 Cara Belajar Peserta didik
Aktif. Bandung:Penerbit Nusamedia.
Soedarso SP. (1990) Tinjauan Seni Sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni.
Yogyakarta: Saku Dayar Sana Yogyakarta.
Yahya, Amri. (2001). Evaluasi dalam Perspektif Pendidikan Seni – Pidato Ilmiah
Penganugerahan Gelar Kehormatan Doctor Honoris Causa di Bidang
Evaluasi Pendidikan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta.
Zainul, Asmawi dan Nasution Noehi. (1997). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta :
Pusat Antar University.
K eg i a ta n B el aj a r (
K B ) PEMBELAJARAN
APRESIASI MUSIK 2
A. PENDAHULUAN
Modul 5 Modul Mata Pelajaran Seni Budaya ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan Program Profesi Guru Dalam Jabatan. Materi dalam Modul 5 KB 2 ini
merupakan materi yang disusun berdasarkan kisi-kisi Capaian Mata Kegiatan dan
Indikator Esensial Program Profesi Guru Seni Budaya sebagai dasar pengetahuan
bagi Anda sebagai guru mata pelajaran Seni Budaya di jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Atas. Modul 5 Konsep Pendidikan Seni Musik dan
Pembelajarannya terdiri atas 4 pokok bahasan yaitu :
a. Pengertian, Tujuan, Pendekatan, Prosedur, dan Objek Apresiasi Musik
b. Evaluasi Karya Musik
c. Refleksi Hasil Apresiasi Karya Musik
d. Pembelajaran Apresiasi Musik
1. Deskripsi Singkat
Modul ini merupakan buku pegangan untuk mencapai tingkat penguasaan
dalam pemahaman apresiasi musik. Penyusunan modul ini bertujuan untuk
memberikan bekal pengetahuan bagi guru-guru seni musik atau seni budaya
tentang apresiasi beserta aspek-aspek yang ada di dalam apresiasi itu sendiri.
Materi pada modul ini merupakan materi yang penting untuk dipelajari karena
apresiasi musik selalu hadir pada setiap jenjang pendidikan seni dari tingkat
sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Apresiasi musik tidak hanya
merambah di bidang pendidikan dan pengajaran saja, namun dapat merambah
pada disilin ilmu lain seperti psokologi dan sosial. Apresiasi erat hubungannya
dengan estetika, keindahan serta tentang menghargai sesuatu, sehingga penting
sekali bagi guru seni musik atau seni budaya untuk memiliki kompetensi
profesional di bidang pembelajaran ini. Setelah mempelajari modul ini peserta
akan dapat memahami konsep dan penerapan apresiasi seni khususnya dibidang
musik.
2. Relevansi
Untuk memahami kegiatan berapresiasi seni musik sejatinya kita mampu
menyelaraskan pengetahuan dan keterampilan bermusik. Jika kita sering
bersentuhan dengan pertunjukan seni seyogyanya pengetahuan tentang yang
berhubungan dengan unsur dasar teori dan praktik musik harus dapat dipahami
dengan baik dan benar. Dasar pemahaman tersebut memberi ruang diskusi atau
pengamatan dapat menjadi tuntunan bagi khalayak untuk dapat memahami karya
seni musik secara umum.
Melalui tahapan pembelajaran dan berlatih yang benar akan memperoleh
keberanian, lebih percaya diri. Sejalan dengan itu juga relasi perteman dengan
banyak orang akan memberi perluasan wacana dalam pengethuan lainnya.
3. Petunjuk Belajar
Modul ini digunakan untuk memenuhi persyaratan akademis pada program
Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan dan Pra Jabatan yang dimuat dalam 4
modul Pembelajaran Seni Budaya. Modul 5 ini terdiri dari 4 KB (Kegiatan
Belajar) dari tiap bidang seni (Rupa, Musik, Tari, dan Teater). Untuk bidang seni
musik Modul 5 ini pada Kegiatan Belajar 2 yakni Apresiasi Seni. Sebelum kita
mempelajari kegiatan belajar ini, ada baiknya mempersiapkan diri, mendengarkan
dan mengamati setiap langkah pembelajaran sehingga Anda dapat memahami
dapat memahami materi dalam kegiatan pembelajaran.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran
C. Uraian Materi
a. Pengertian, Tujuan, Pendekatan, Prosedur, dan Objek Apresiasi Musik
1. Pengertian
Para pebelajar, pengertian apresiasi intinya merupakan kemampuan
seseorang dalam memahami dan menghargai unsur keindahan dalam karya seni
dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Apresiasi seni musik dapat
didefinisikan sebagai dicapainya kemampuan untuk mendengarkan musik dengan
penuh pengertian (Miller:2001). Dapat diasumsikan bahwa apresiasi seni musik
merupakan suatu proses sadar yang dilakukan seseorang untuk mendengarkan
musik dalam memahami dan menghargai suatu ekspresi pandangan dan perasaan
yang tertuang dalam bentuk lagu atau komposisi musik. Apresiasi seni musik juga
memahami nilai dan keistimewaan gaya musik yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik. Kegiatan apresiasi musik
dengan hal berikut menurut Purwanto (2002:10) yakni:
a) Kegiatan mengamati yang dilakukan oleh apresiator hingga dapat hanyut
dalam proses reaksi terhadap rangsangan yang datang dari objek rangsang
tersebut dan menghasilkan pengindraan, observasi , dan analisa objek
b) Kegiatan menghayati dilakukan setelah mengamati apresiator akan menyatu
dengan jiwa yang terpancar dari suatu karya seni. Secara operasional
apresiator mampu menerima nilai-nilai estetika objek karena terpesona sering
terjadi tidak mampu memberikan kritik terhadap objek tersebut.
c) Kegiatan mengevaluasi merupakan penilaian suatu karya seni dilakukan oleh
kritikus yang dinilai adalah bobot nilai estetika sebuah objek dan penilaian
diberikan dalam bentuk kritik.
2. Tujuan
Kegiatan yang dilakukan dalam berapresiasi seni musik tentunya memiliki
tujuan tertentu. Tujuan utama dilakukannya apresiasi musik yaitu untuk
mengevaluasi dan mengembangkan nilai estetika karya seni. Selain tujuan utama
tersebut masih terdapat beberapa tujuan dalam apresiasi musik yaitu
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berkreasi dan berimajinasi,
menciptakan dan mengembangkan rasa sensitivitas dan kepekaan terhadap karya
musik, menumbuh kembangkan rasa menghargai karya musik, dan terakhir yaitu
untuk menyempurnakan keindahan karya musik.
3. Pendekatan
Apresiasi musik dalam tujuannya untuk mengevaluasi, menyempurnakan,
dan mengembangkan nilai estetika maka perlu adanya pendekatan-pendekatan
yang perlu dipahami dalam melakukan kegiatan apresiasi seni musik. Pendekatan
dalam apresiasi musik meliputi gaya musikal, sejarah musik, biografi pencipta
karya musik, dan interpretasi.
a. Gaya Musikal
Gaya musikal merupakan aspek musik yang diwujudkan dengan cara
mensintesis semua elemen dan kelengkapan musikal. Gaya musikal dapat dilihat
pada perbedaan karya musik dalam perkembangan sejarah musik. Setiap
perkembangan pada abad tertentu mempunyai gaya musikal yang berbeda seperti
gaya abad pertengahan yang kaya akan struktur polifoni, banyak menggunakan
birama pertigaan dan pengulangan pola ritmis, serta memiliki struktur tangganada
yang bersifat modal. Sedangkan gaya renaisans banyak menggunakan struktur
imitasi dan mulai menggunakan nada mayor dan minor. Berbeda dengan gaya
barok yang memiliki konsep mengenai ekspresi dramatis yang menjadikan
karakteristik dalam karya musiknya. Gaya-gaya musikal yang disebutkan
tersebut tentu berbeda pula dengan gaya klasik, gaya romantik, gaya abad 20,
sampai pada wilayah terkecil yaitu gaya dari komposer atau pencipta karya musik
itu sendiri.
b) Sejarah Musik
Selain gaya musikal, pendekatan dalam sejarah musik dan biografi
pencipta karya musik juga berpengaruh besar dalam apresiasi seni. Apresiasi
musik kerap dilakukan melalui pendekatan dengan mempelajari karya-karya yang
cenderung mengharuskan untuk mengetahui latar belakang atau biografi pencipta
karya musiknya. Sehingga latar belakang ini dapat memberikan informasi khusus
termasuk misalnya hal-hal seperti bentuk dari sebuah komposisi, karakter atau
gaya yang khas dari musik yang diciptakan, serta informasi yang berhubungan
dengan komposisi (kapan ditulisnya, dalam keadaan apa, fungsi untuk apa, serta
gagasan-gagasan apa yang muncul dalam benak komposer).
c) Interpretasi
Pendekatan terakhir yang penting dilakukan adalah interpretasi.
Interpretasi dalam karya musik merupakan tafsiran yang dilakukan secara
mendalam untuk memperoleh suatu pemaknaan pada suatu karya musik. Proses
ini dilakukan melalui pemikiran mendalam dan umumnya dipengaruhi oleh latar
belakang dan pengetahuan dari seseorang yang melakukan interpretasi dalam
menilai dan mengevaluasi karya musik.
4. Prosedur
Berikutnya kita akan mempelajari prosedur dalam mendalami
pembelajaran apresiasi musik. Prosedur dalam apresiasi musik di gunakan untuk
kepentingan dalam kegiatan apresiasi musik. Prosedur apresiasi musik meliputi
apresiasi awal atau pengenalan sisi kontekstualnya yang dilanjutkan dengan
memperdengarkan karyanya agar mampu mendeskripsikan, kemudian
pemahaman tekstual dan kontekstualnya agarn mampu menganalisis, selanjutnya
penghayatan agar mampu melakukan interpretasi terhadap karya musik, dan
terakhir evaluasi atau penilaian.
Prosedur tahapan dalam apresiasi musik dapat Anda simak sebagai
berikut :
1. Tahap identifikasi
Pada tahap ini konteks apresiasi musik adalah penggambaran tentang
karya musik yang diperdengarkan atau dipertontokan. Hal tersebut melibatkan
kemampuan dalam mengidentifikasi nama dan jenis alat musik yang dimainkan,
bentuk dan struktur, serta harmonisasinya.
2. Tahap analisis
Pada tahap ini menganalisis unsur-unsur musik (irama, melodi, harmoni,
bentuk struktur lagu, dan ekspresi) yang terdapat dalam karya musik
diperdengarkan atau dipertontonkan. Kita bisa menganalisis struktuk bentuk
lagunya seperti nada, tempo, irama, melodi dan ataupun sistem penulisan notasi.
Kemudian analisis latar belakang penciptaan karyanya seperti aspek lingkungan
fisik, individu, sosial, maupun budaya.
3. Tahap penghayatan.
Dalam proses pembelajaran apresiasi seni musik selanjutnya, tahapan
berikutnya dapat mengekspresikan perasaan sebuah karya melalui tulisan tentang
suasana gembira, sedih atau pun perasaan lainnya sesuai dengan pesan karya
musik yang disampaikan. Dalam tahap penghayatan sebuah karya musik dapat
mempengaruhi perasaan diri yang dituangkan lewat tulisan secara detail.
4. Tahap Penilaian
Penilaian apresiasi musik memberikan sebuah saran ataupun ulasan
terhadap suatu karya seni. Berikut ini contoh penilaian apresiasi seni musik untuk
jenis penyajian musik vokal. Untuk tahap penilaian terdiri dari 4 kriteria, yakni
kualitas suara, teknik, interpretasi dan penampilan. Pada kualitas suara termasuk
tebal tipisnya suara, artikulasi, dan intonasi. Cara memproduksi suara yang baik
dan benar, sehingga suara yang keluar terdengar jelas, indah, merdu, dan
nyaring. Pada unsur termasuk teknik suara adalah homogenitas, blending,
balance, attack, dan release. Unsur berikut adalah interpretasi musik yakni
penjiwaan, tempo, penggarapan dinamik. Ketiga komponen di atas mencakup
pada unsur musikalitas, sedangkan penilaian berdasarkan non musikalitas atau
faktor pendukung adalah penampilan yang termasuk kerapihan, kekompakan, dan
kewajaran.
5. Objek Apresiasi
Objek apresiasi musik adalah karya musik yang akan diamati, dievaluasi,
dan dinilai. Objek tersebut dapat berupa karya musik yang dipentaskan secara
langsung maupun tidak langsung atau melalui media. Selain itu, dapat pula
repertoar berupa tulisan notasi musik tanpa adanya sebuah pementasan. Apresiasi
seperti ini dapat dilakukan melalui analisis bentuk dan struktur musik atau lagu
yang diciptakan.
b. Evaluasi Karya Musik
Evaluasi dalam apresiasi musik selalu melibatkan tiga komponen utama
yaitu komposer, pemain, dan pendengar. Untuk memahami komponen tersebut,
maka perlu kita uraikan sebagai berikut :
1. Komposer
Komposer dapat dianalogikan sebagai sebuah pabrik atau tempat
pembuatan suatu produk. Dari materi-materi dasar musik (bahan mentah), seorang
komposer dapat menghasilkan karya musik melalui dorongan kreativitasnya.
Nada-nada yang dibayangkannya serta pengetahuan dan kerajinan tangannya
dapat menghasilkan komposisi musik yang kemudian didengar.
2. Pemain
Pemain dapat dianalogikan sebagai para pekerja. Gagasan-gagasan
musikal yang ditulis oleh komposer semata-mata hanyalah produk dari ciptaannya
saja. Musik menjadi hidup ketika diterjemahkan dari simbol-simbol musikal
(notasi) di atas kertas menjadi sebuah bunyi yang sesungguhnya melalui
keberadaan para pemain yang membunyikan notasi tersebut.
3. Pendengar
Pendengar adalah konsumer. Komposer dan pemain tidak dapat
membangun konsep apresiasi tanpa adanya pendengar. Karya musik dari seorang
komposer dan pemain tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kelompok
pendengar.
Komponen utama dalam evaluasi hasil apresiasi musik adalah penonton,
kemampuan penonton menentukan kapasitas nilai estetis dan kualitas karya
musik. Kemampuan yang dimiliki untuk melihat karya musik adalah kemampuan
penginderaan yang meliputi penglihatan dan pendengaran. Dalam apresiasi musik,
kemampuan pendengaran menjadi aspek utama dalam evaluasi. Untuk
mengevaluasi karya musik melalui pendengaran sebagai hasil dari apresiasi musik
dapat dibedakan sesuai dengan Miller yakni:
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Apresiasi seni musik memberi dasar untuk seseorang mampu
mendengarkan musik dan mengapresiasikan berbagai jenis musik. Untuk
berapresiasi musik perlu didukung pengetahuan dasar tentang unsur musik,
sejarah musik untuk dapat menjelaskan era karya musik dibuat sehingga mamu
memahami nilai dan keistimewaan setiap gaya musik.
Tujuan utama dilakukannya apresiasi musik yaitu untuk mengevaluasi
dan mengembangkan nilai estetika karya seni. Pendekatan dalam apresiasi musik
meliputi gaya musikal, sejarah musik, biografi pencipta karya musik, dan
interpretasi. Prosedur apresiasi musik meliputi apresiasi awal atau pengenalan sisi
kontekstualnya yang dilanjutkan dengan memperdengarkan karyanya agar
mampu mendeskripsikan, kemudian pemahaman tekstual dan kontekstualnya
agarn mampu menganalisis, selanjutnya penghayatan agar mampu
melakukan interpretasi terhadap karya musik, dan terakhir evaluasi atau penilaian.
Evaluasi dalam apresiasi musik selalu melibatkan tiga komponen utama
yaitu komposer, pemain, dan pendengar. Untuk mengevaluasi karya musik
melalui pendengaran sebagai hasil dari apresiasi musik. Refleksi apresiasi seni
musik sebagai proses kognitif dan afektif yang membutuhkan keterlibatan aktif
pikiran dari individu terhadap sesuatu yang terjadi, melibatkan pemeriksaan
terhadap tanggapan seseorang, dimana hasilnya sebuah pemahan baru ke dalam
pengalaman seseorang.
Dengan belajar apresiasi dapat belajar tentang menghargai sebuah karya
seni orang lain. Implementasi lainnya yang dapat dilakukan setelah belajar
apresiasi musik mampu menganalisis secara tepat sebuah karya musik.
Tes Formatif 2
1. Apresiasi musik bertujuan untuk mengevaluasi, menyempurnakan, dan
mengembangkan nilai estetika. Untuk melakukan upaya tersebut maka perlu
adanya pendekatan-pendekatan yang harus dipahami. Berikut yang bukan
bagian dari pendekatan dalam apresiasi musik adalah ....
A. Gaya Musikal
B. Sejarah Musik
C. Biografi Pencipta Musik
D. Interpretasi
E. Kemampuan Musikal
2. Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam apresiasi musik. Kegiatan
yang dilakukan untuk memberikan sebuah saran ataupun kritikan terhadap
suatu karya seni disebut ....
A. Penilaian
B. Pengalaman
C. Saran
D. Kritik
E. Apresiasi
3. Tujuan utama dilakukannya apresiasi musik yaitu untuk mengevaluasi dan
mengembangkan nilai estetika karya seni. Selain tujuan utama tersebut masih
terdapat beberapa tujuan dalam apresiasi musik. Berikut ini yang bukan bagian
dari tujuan apresiasi musik yaitu ....
A. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berkreasi dan
berimajinasi.
B. Meningkatkan daya saing dalam industri musik.
C. Menciptakan dan mengembangkan rasa sensitivitas dan kepekaan
terhadap karya musik.
D. Menumbuh kembangkan rasa menghargai karya musik.
E. Menyempurnakan keindahan karya musik.
4. Pada saat kita menyaksikan suatu pertunjukan musik seperti orkes symphoni,
ada perasaan yang dapat diperoleh jika kita mendengarkan secara khusus.
Garapan dalam mengolah karya lagu dapat ditafsirkan secara mendalam untuk
memperoleh suatu pemaknaan pada suatu karya musik. Hal tersebut dapat
disebut dengan ....
A. Pemikiran
B. Interpretasi
C. Konsep
D. Imajinasi
E. Evaluasi
5. Sebuah repertoar berupa tulisan notasi musik dapat dilakukan tanpa adanya
sebuah pementasan. Apresiasi seperti ini dapat dinyatakan melalui analisis
bentuk dan struktur musik atau lagu yang diciptakan. Dalam prosedur tahapan
apresiasi musik terdapat karya musik yang akan diamati, dievaluasi, dan
dinilai yang disebut dengan ....
A. Identifikasi
B. Analisis
C. Penghayatan
D. Objek
E. Penilaian
8. Refleksi dapat diartikan sebagai aktivitas peserta didik yang berisi ungkapan
perasaaan, pesan dan kesan atas pembelajaran yang telah diikuti. Kegiatan
refleksi dalam apresiasi musik memiliki tujuan-tujuan tertentu. Berikut ini yang
bukan merupakan tujuan dari apresiasi musik yaitu ....
A. Untuk mengetahui sejauh mana kekurangan dan kelebihan sebuah karya
musik.
B. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan sebuah karya musik dalam
menyampaikan pesan kepada pendengar dan penonton
C. Memberikan interpretasi yang tepat kepada pemain dalam memainkan
karya musik yang diciptakan.
D. Untuk memberikan pengetahuan musik dasar bagi para pemain musik.
E. Untuk mengetahui kebutuhan dan selera masyarakat, penonton, dan pasar
industri.
A B C D Skor
Indikator Pencapaian
86-100 71-85 56-70 < 55
1. Memahami komposisi pada
sajian musik
Jumlah
55
DAFTAR PUSTAKA
56
K eg i a ta n B el aj a r ( K B )
2. Petunjuk Belajar
B. INTI
2. Pokok-pokok materi
3. Uraian Materi
1. Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Apresiasi Tari
Dalam percakapan sehari-hari kita sering kali kita mendengar istilah
apresiasi tari diartikan kegiatan melihat tari secara rileks dan tidak serius,
sekedar menjawab rasa ingin tahu. Pengertian apresiasi tari seharusnya tidak
dipahami semudah pernyataan tadi. Banyak ahli yang mengemukakan pengertian
apresiasi seperti berikut ini:
Apresiasi berasal dari kata “Appreciatie “ (Belanda), “appreciation”
(Inggris), “Apreciatio” (Latin) yang artinya mengerti serta menyadari
sepenuhnya sehingga mampu menilai semestinya. Hubungannya dengan seni,
mengerti dan menyadari sepenuhnya seluk-beluk tentang hasil seni, serta
menjadi sensitive terhadap segi-segi estetik sehingga mampu menikmati dan
menilai karya secara semestinya (Soedarso, 1987: 66);
Apresiasi dipahami dalam pengertian kemampuan seseorang
menunjukkan sikap (afektif) dapat menghargai sesuatu yang didasari oleh
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik). Seseorang baru akan
memiliki apresiasi yang memadai terhadap objek tertentu, apabila sebelumnya
telah mempelajari materi yang berkaitan dengan objek yang dianggap
mengandung nilai penting dan nilai indah (Muhibbin Syah, 2003 : 124-125).
Apresiasi dalam konteks seni dapat didefinisikan sebagai kemampuan
memahami dan menghargai kualitas suatu objek apresiasi. Apresiasi menyeluruh
terhadap fitur-fitur karya seni adalah ekspresinya, bentuk dan gaya, bersama
dengan kepiawaian dalam presisi dan originalitas yang telah diolah, dapat
menimbulkan kesenangan kadang-kadang kegembiraan.
Squire dan Taba menjelaskan bahwa apresiasi seni merupakan proses
yang melibatkan a) kognitif yaitu keterlibatan intelektual penikmat dalam upaya
memahami unsur-unsur seni, b) emotif yaitu perasaan pembaca dalam upaya
menghayati unsur-unsur keindahan dalam seni yang sedang dinikmati, dan c)
evaluatif yaitu kegiatan memberikan penilaian baik-buruk, indah-tidak indah,
sesuai –tidak sesuai, serta jumlah penilaian lain yang harus hadir dalam seni.
(Aminuddin, 2003: 34-43).
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa apresiasi dalam tari adalah kesadaran seseorang terhadap
nilai-nilai yang terkandung di dalam tari. Apresiasi merupakan kegiatan di
wilayah penikmatan yaitu kegiatan penonton dalam menikmati sesuatu (karya
seni), dengan pengamatan yang cermat melibatkan kemampuan intelektual,
kepekaan emosi dan kemampuan evalusi, agar memiliki kesadaran terhadap
nilai-nilai yang terkandung di dalam tari. Kesadaran tersebut akan membentuk
sikap dapat menghargai keindahan dan nilai-nilai luhur dalam seni tari
dan menghargai karya orang lain.
Seperti yang sering kita dengar dan lihat, apresiasi masyarakat Bali
terhadap kesenian merupakan contoh yang menarik untuk kita amati. Mengapa
mereka dapat bersikap seperti itu ? Salah satu sebabnya adalah karena seni telah
menjadi media dari kegiatan ritual kesehariannya yang dilakukan secara penuh
kehikmatan. Karena seni telah menjadi bagian dari kehidupan ritual yang
dilakukan setiap saat, setiap hari, maka mengapresiasi terhadap seni, bukanlah
suatu kegiatan yang sulit bagi teman-teman kita di pulau Dewata tersebut.
Persoalan menjadi rumit ketika dalam masyarakat Indonesia modern dewasa ini
ada jarak antara seni dengan masyarakat. Mengapa demikian ? Masih banyak
masyarakat modern Indonesia memahami seni sebagai suatu kegiatan hiburan
semata, tidak memandangnya dari segi nilai, moral dan kekayaan budaya
Indonesia, oleh karenanya penikmat seni semakin menjauh apalagi kalau seni
yang diamatinya tidak menimbulkan rasa kesenangan dan dapat menghibur diri.
Maksud dari apresiasi karya seni tari adalah penikmatan terhadap karya
seni tari, dengan adanya pengertian yang baik. Selain itu pula maksud
apresiasi seni tari adalah kesanggupan mengenal memahami suatu nilai
yang terhadap pada sesuatu yang sangat agung atau luhur.
1) Aceh; tari Saman, tari Ranup Lampuhan, tari Saudati, tari Pukat, tari
Rapa`I Geleng.
(Sumber : https://blogkulo.com/tari-ranup-lampuan-aceh/)
2) Sumatera Utara; tari Tor-tor, tari Cawan, tari Serampang Dua belas, tari
Mainang Pulau Kampai.
Foto 1.2 Tari Serampang Dua Belas
(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Serampang_12)
3) Sumatera Barat, tari Piring, tari Payung, tari Randai dan tari Alang
Babrga, tari Pasambahan.
4) Sumatera Selatan; tari Tepak/tari Tanggai dan tari Gending Sriwijaya (tari
penyambutan), tari Paget Pengantin dan tari Ngibing (tari pengantin), tari
Tabur, tari Burung Putih, tari Melimbang, tari Temu, tari Dana dan tari
Sinjang (tari rakyat/pergaulan).
Foto 1.4 Tari Gending Sriwijaya
(Sumber : http://kenalibudaya.info/tarian-adat-sumatera-selatan/16-tari-
gending- sriwijaya/)
5) Riau; tari Japin, tari Persembahan, tari Joget, tari Joget Lambak.
6) Jambi; tari Dana Sarah, tari menangkap ikan, tari Depan Tulang Belut,
tari Kipas Perentah, tari Sauh, tari Joget Batanghari, tari Gunjing, tari
Angjut, tari Mandi Taman, tari Sekapur Sirih (tari penyambutan tamu).
9) DKI Jakarta; tari Cokek, tari Blenggo, tari Ronggeng, tari Ngarojeng, dll.
12) Yogyakarta; tari Bedhoyo, tari Serimpi, tari Golek Menak, dll.
15) NTB; tari Udeg, tari Gandrung, tari Nuri, tari Kanja, tari Lenggo.
16) NTT; tari Lenda Nusa Malole, tari Likurai, tari padoa, tari carana, tari
Soka Papak.
17) Sulawesi Selatan; tari Pajaga, tari Bissu, tari Lule, tari Padudupa, tari
Panggalung, tari Mananeng, tari Pasuloni, tari Moseng, tari Pettenung,
tari Bisaro.
19) Sulawesi Tengah; Tari Banggai, tari Pemontes, tari Maka Anding, tari
Peule Cindi.
(Sumber : http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/giring-giring--seni-tari?
lang=id)
23) Kalimantan Selatan; tari Tirik lalan, tari Japin Sigan, tari Topeng Panji,
tari Mantang Gandut, tari Radap Rahayu.
(Sumber : https://merahputih.com/post/read/tari-yospan-dari-papua-jalin-
persahabatan- dengan-tarian)
a. Pengamatan
b. Penghayatan
c. Penilaian dan penghargaan
d. Empati
i. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah hasil pencatatan terhadap pengamatan
fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematis. Instrumen
observasi yang berupa pedoman pengamatan biasa digunakan dalam
observasi sistematis, di mana observer bekerja sesuai dengan pedoman
yang telah dibuat.
ii. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara (interview guide) adalah acuan percakapan yang
dilaksanakan untuk memperoleh informasi dari responden. Secara
minimal pedoman tersebut memuat rambu-rambu pertanyaan yang akan
ditanyakan pada responden.
iii. Lembar Telaah Dokumen
Lembar telaah dokumen adalah instrumen yang yang digunakan untuk
mengolah dokumen-dokumen yang dimiliki. Bentuk instrument
dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dekomentasi yang
memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan
check list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulan datanya.
Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas
gejala yang diteliti.
iv. Angket atau Kuisioner
Refleksi kegiatan pembelajaran dapat menggunakan metode angket atau
kuisioner. Pada kegiatan ini, digunakan instrumen sesuai dengan nama
metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan
tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang
apa yang dialami dan diketahui oleh peserta didik.
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Apresiasi berasal dari kata “Appreciatie “ (Belanda), “appreciation”
(Inggris), “Apreciatio” (Latin) yang artinya mengerti serta menyadari
sepenuhnya sehingga mampu menilai semestinya. Hubungannya dengan seni,
mengerti dan menyadari sepenuhnya seluk-beluk tentang hasil seni, serta
menjadi sensitive terhadap segi-segi estetik sehingga mampu menikmati dan
menilai karya secara semestinya (Soedarso, 1987: 66). Apresiasi dipahami
dalam pengertian kemampuan seseorang menunjukkan sikap (afektif) dapat
menghargai sesuatu yang didasari oleh pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotorik). Seseorang baru akan memiliki apresiasi yang memadai terhadap
objek tertentu, apabila sebelumnya telah mempelajari materi yang berkaitan
dengan objek yang dianggap mengandung nilai penting dan nilai indah (Muhibbin
Syah, 2003 : 124-125).
Apresiasi seni di masyarakat pada dasarnya terbagi atas dua golongan
yaitu golongan masyarakat apresiasi rendah dan golongan apresiasi tinggi. Yang
dimaksud dengan golongan masyarakat rendah adalah daya apresiasinya yang
rendah, sedangkan yang dimaksud golongaan masyarakat tinggi adalah
masyarakat yang daya apresiasinya tinggi. Fungsi tari apresiasi tari yaitu
memberikan penghargaan, penikmatan, penilaian terhadap seni tari atau kesadaran
terhadap seni tari. Penilaian fungsinya untuk mencari nilai-nilai seni
tari,memahami isi dan pesan serta mengadakan perbandingan-perbandingan
sehingga mendapatkan kesimpulan. Dalam proses apresiasi karya seni akan
menimbulkan rasa puas,kecewa,senang dan lain sebagainya kepada penikmat.
Apresiasi tari mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengalaman estetis yang
didasari pengalaman si pengamat dalam kesanggupan menerima karya seni yang
terarah dan bertujuan didapat dari seni murni atau seni pakai. Aktivitas yang
penting dalam karya seni khususnya dalam karya seni tari adalah: 1) Aktivitas
kreatif (proses kreatif),proses yang berkenaan dengan proses penciptaan atau
pembuatan karya seni,yang dilakukan oleh seniman, 2) Aktivitas apresiatif (proses
apresiatif),proses yang berkenaan dengan penikmatan suatu karya seni dan
dilakukan oleh para penikmat seni atau apresiator.
Kegiatan apresiasi sendiri meliputi : (a) Persepsi. Kegiatan ini diarahkan
pada mengenalkan kepada anak didik akan bentuk-bentuk karya seni di Indonesia.
(b) Pengetahuan. Pada tahap ini pengetahuan sebagai dasar dalam mengapresiasi
baik tentang sejarah seni yang diperkenalkan maupun istilah-istilah yang biasa
digunakan di masing-masing bidang seni. Pengetahuan tentang bentuk seni tradisi,
kreasi dan modern (kontemporer) selanjutnya dapat digunakan dalam
mengidentifikasi bentuk-bentuk seni yang spesifik. (c) Pengertian. Pada tingkat
ini diharapkan dapat membantu dalam menterjemahkan tema ke dalam berbagai
wujud seni berdasarkan pengalaman, kemampuannya dalam merasakan musik,
gerak, rupa dan teater serta membantu kemampuan dalam memilih bentuk seni
berdasarkan pengetahuan yang sebelumnya dipelajari. (d) Analisa. Pada tahap ini
kita mulai mendeskripsikan salah satu bentuk seni yang sedang dipelajari,
menginterpretasikan objek ke dalam media gerak, musik, rupa dan teater serta
menjelaskan atau menceritakan seni yang dibuat atau diapresiasinya.(e)
Penilaian. Pada tahap ini lebih ditekankan melakukan penilaian terhadap karya-
karya seni yang diapresiasi, baik secara empirik maupun sistemik, sehingga
mampu menentukan dan memilih media seni sebagai hasil kreativitas, mampu
menilai dan memberikan komentar terhadap seni yang diapresiasinya. (f)
Apresiasi. Apresiasi merupakan bagian dari tujuan pendidikan seni di sekolah
yang terdiri dari tiga hal yaitu value (nilai), empathy dan feeling. Value adalah
kegiatan menilai suatu keindahan seni, pengalaman estetis dan makna/fungsi seni
dalam masyarakat. Sedangkan empathy kegiatan memahami, dan mengahargai.
Sementara feeling lebih pada menghayati karya seni, sehingga dapat meraakan
kesenangan pada karya seni, (g) Produksi. Pada tahap ini diharapkan dapat
mengekspresikan perasaannya melalui salah satu bentuk seni, sehingga
menghasilkan suatu bentuk seni yang baru seperti menemukan salah satu bentuk
seni yang sesuai dengan tema dan ide, dapat mengkombinasikan menjadi sesuatu
karya seni yang baru tersebut, dapat membuat motif baru, atau dapat
mengkombinasi dan menyelaraskan suatu betuk seni serta dapat mempertunjukan
karya seni yang dikuasainya.
Tugas Akhir
1. Amatilah baik-baik Tari Serampang Dua Belas dalam
https://www.youtube.com/watch?v=7SzpYWSLxG0
2. Fokuskan pengamatan Anda pada elemen tari !
3. Buatlah essay tentang tari Serampang Dua Belas yang Anda amati
dengan jumlah 600-900 kata yang isinya mencakup:
a. Menyebutkan unsur-unsur tari yang Anda amati.
b. Penjelasan unsur-unsur tari yang menarik dari tari yang anda amati
berdasarkan konsep dan prinsip-prinsip estetika.
c. Tulis daftar pustaka yang mendukung penjelasan dalam esay minimal
5 buku.
2. Tes formatif 3
Pilih satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada alternatif pilihan jawaban yang dianggap Anda paling tepat.
2. Relevansi
Dalam pencapaian pembelajaran Apresiasi, mata kegiatan yang dilakukan
adalah:
a. mempelajari tata nilai yang dikandung dalam suatu karya teater.
b. Menyaksikan pertunjukan teater
c. Menyampaikan kesan-kesan setelah pertunjukan teater
Kritik teater menjadi sarana untuk mengungkap khazanah dan
pengetahuan yang dikandung dalam karya teater untuk dikomunikasikan kepada
pihak lain, baik kepada pelaku teater maupun kepada publik teater pada
umumnya.
3. Petunjuk belajar
Untuk mempermudah anda dalam belajar, mohon perhatikan hal-hal
berikut ini : Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan pada modul ini, agar
Anda benar-benar memahami keterkaitan materi yang dibahas pada setiap
bagiannya, dan kemudian dapat menyimpulkan secara garis besar, inti materi,
tujuan pembelajaran, sehingga mengetahui kemampuan yang diharapkan dalam
modul ini.
Selanjutkan pelajarilah bagian demi bagian dari modul ini, temukan kata-
kata kunci dan berilah tanda agar memudahkan Anda dalam mempelajarinya.
Jika masih belum paham, baca dan pelajari sekali lagi agar Anda lebih
mengerti.Selesaikan dengan tuntas latihan dan tes formatif yang telah tersedia
dalam setiap kegiatan belajar.Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, dan usahakan tidak
melihat kunci jawaban.Jika masih kurang paham, manfaatkan pertemuan dengan
tutor serta teman sejawat untuk mendiskusikan dan mempraktikkannya.
4. Peta Kompetensi
1. 2. 3. 4.
Pengertian, Implementa Evaluasi Refleksi hasil
tujuan, si Apresiasi Pembelajaran Pembelajaran
pendekatan, dan Kritik Apresiasi dan Apresiasi dan
prosedur, dan Seni Teater Kritik Seni Teater Kritik Seni
objek Teater
Apresiasi dan
Kritik Seni
Teater
C. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Menjelaskan konsep apresiasi dan jenis-jenis kritik seni teater, fungsi
kritik pada seni teater tradisional dan menguraikan penulisan kritik pada seni
teater tradisional, seni teater modern
2. Pokok-pokok Materi
a. Konsep apresiasi dan jenis-jenis kritik seni teater; fungsi kritik pada seni
teater tradisional dan menguraikan penulisan kritik pada seni teater
tradisional, seni teater modern
b. Implementasi pembelajaran apresiasi teater
c. Evaluasi hasil pembelajaran apresiasi teater
d. Refleksi hasil pembelajaran apresiasi teater
3. Uraian Materi
Apresiasi seni
1. Pengertian Apresiasi Teater
Teater merupakan suatu karya seni yang tidak hanya memberi rasa
senang bagi peminatnya, tetapi juga memberi sumbangan bagi keluhuran
budi dan kematangan jiwa. Oleh karena itu, teater tidak hanya dapat
dijadikan tontonan, melainkan juga dapat memberi tuntunan. Seni teater
memiliki berbagai ragam, baik seni teater tradisional, modern,
kontemporer. Masing-masing ragam mempunyai hubungan yang erat
dengan konteks kehidupan masyarakat dan budaya setempat selain
menonton teater terdapat juga apresiasi seni teater yang menjadikan
kebermaknaan sebuah pertunjukan teater.
Apresiasi berasal dari Bahasa Latin Appretiatus yang artinya berupa penilaian
terhadap sesuatu. Kalau dari Bahasa Inggris disebut Appreciate, yang berarti
menentukan nilai, melihat karya, menikmati lalu menyadari keindahan karya seni
tersebut dan menghayatinya. Kata "apresiasi" tentu sudah tidak asing lagi
ditelinga kita. Kata ini sangat erat sekali hubungannya dengan penilaian atau
penghargaan kepada suatu objek. Sedangkan seni adalah beragam aktivitas
manusia dalam menciptakan sesuatu dengan, pendengaran atau pertunjukan, yang
mengekspresikan keahlian imajinatif atau teknis penulis, dan visual yang
dimaksudkan untuk dihargai karena nilai keindahan atau kekuatan emosionalnya.
Jadi dapat di definisikan bahwa, apresiasi seni adalah bentuk penilaian sebagai
salah satu bentuk penghargaan kepada suatu karya seni.
Tujuan dari pada apresiasi seni teater adalah agar seniman mengetahui
bagaimana pendapat para penikmat seni dalam menilai hasil karyanya. Seperti
yang diketahui, tujuan daripada seni teater sendiri adalah untuk dapat dinikmati
oleh khalayak ramai. Dari situ tentu sang seniman akan butuh suatu apresiasi atau
penghargaan terhadap karya seninya. Karena pada hakikatnya seni tidak dapat
hanya untuk dinikmati oleh diri sendiri.
Mengapresiasi atau menilai suatu karya seni teater tidak sama dengan
penilaian yang bersifat judgemental, itu dikarenakan setiap orang memiliki
pandangan yang berbeda-beda terhadat suatu karya pertunjukan teater. Kita tidak
bisa menentukan suatu karya itu bagus atau buruk, suka atau tidak suka hanya bisa
ditentukan oleh latar belakang dari masing-masing pengamat. Contoh, ada orang
yang sangat mencintai kebersihan, keindahan, dengan tatanan yang rapi, disisi lain
ada orang yang mencintai suatu yang abstrak. Oleh karena itulah setiap individu
tidak boleh menyalahkan penilaian orang lain terhadap suatu karya pertunjukan
seni teater.
3. Bentuk Mengapresiasi Seni Teater
Ada beberapa bentuk dalam mengapresiasi suatu karya seni teater, antara lain:
a. Memberikan komentar langsung mengenai karya seni teater dari
berbagai sudut pandang kita kepada seniman agar ia mengetahui
bagaimana sudut pandang orang lain terhadap karya seninya. Seperti
memberikan komentar mengenai bentuk, jenis, teknik, ataupun artistik
dari sebuah karya seni pertunjukan teater.
b. Menyebarkan hasil karya seni teater kepada orang lain melalui
berbagai media sosial maupun dari mulut ke mulut apabila penilaian
apresiasi baik ataupun buruk terhadap karya tersebut.
c. Menggunakan secara langsung hasil karya pertunjukanya. Sebagai
contoh kemegahan dari pertunjukan naskah romeo and julliet yang
megah dengan konsep dan seting kaum bangsawan. Itu merupakan
bentuk apresiasi seni teater yang langsung merasakan manfaat dan
keindahannya.
Sumber : http://lensa-profesi.blogspot.com/
4. Sikap Mengapresiasi Seni
Dalam mengapresiasi suatu hasil karya seni juga meliputi banyak sikap
apresiasi, seperti :
a. Apresiasi empatik, merupakan suatu sikap apresiasi yang hanya
terbatas pada sensor panca indra seperti melihat pertunjukan Tuk
Karya Bambang Widoyo SP. Lakon ini memperlihatkan kepada kita
semua (tentang bagaimana menjadi seperti air itu. Dimana ada air
disana ada kehidupan. Air pendorong utama dalam dunia. Air tidak
mementingkan derajat. Air tidak memilih dimana ia harus jatuh: dari
buat minum ritual hingga cebok. Sederhananya buat diri ini
bermanfaat seperti air.
Sumber: http://www.koranpurworejo.com/
Sumber: https://www.indonesiakaya.com/liputan-budaya/detail/teater-
bajoebarat-pentaskan-tuk-karya-bambang-widoyo-sp
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/
6. Teknik Apresiasi
Apresiasi dapat terjadi jika seseorang memiliki kemauan untuk memahami
dan memiliki penghargaan terhadap aktivitas teater. Kemampuan memahami juga
didukung oleh pengetahuan yang cukup agar dalam melakukan apresiasi tidak
menciptakan ketergantungan terhadap orang lain.
Beberapa teknik apresiasi teater adalah
a. Menyaksikan pertunjukan teater dan mempelajari komponen
maupun unsur-unsur pendukung pertunjukan teater
b. Membaca karya-karya Drama dan mempelajari unsur-unsur drama
c. Mendiskusikan pesan-pesan yang dikandung dalam pertunjukan
teater
7. Jenis Kritik
Berbagai jenis kritik terhadap karya Teater dapat dilakukan dan
disesuaikan dengan objek dan subjek kekaryaan yang disaksikan.Terdapat
beberapa jenis kritik (terkadang juga digolongkan kepada bentuk kritik dan tipe
kritik untuk Sastra dan Seni pada umumnya) yang dapat menjadi dasar bagi
penulisan kritik.Seorang kritikus dapat menggunakan berbagai metode dan jenis
kritik yang dipilihnya. Setiap metode maupun jenis kritik yang dipilih memiliki
konsekuensi pula pada pembaca (jika kritik ditulis pada suatu media cetak
maupun online, seperti Jurnal, surat kabar maupun blogspot) maupun
pendengarnya (jika kritik diucapkan dalam sebuah forum diskusi, sarasehanatau
disampaikan secara lisan).
Kritik yang teoritik merupakan salah satu basis dari hampir semua jenis
kritik.Suatu karya kritik yang didasarkan pada teori tertentu dapat membuat kritik
menjadi terbingkai dalam satu kerangka berpikir.Pembingkaian karya kritik dapat
saja dilakukan untuk tujuan suatu karya ilmiah atau kritik ilmiah.Namun
keilmiahan suatu kritik tidak ditentukan oleh kajian teoritiknya, tapi dari teknik
penulisan kritiknya. Kritik teoritik mencoba mencari hakikat dan konvensi-
konvensi yang terkandung dalam karya teater.Selain kritik teoritik, kritik
praksis/terapan juga dapat dilakukan dengan memberikan kritik pada upaya
penggunaan aspek-aspek pemanggungan. Penerapan pemanggungan dapat
menjadi objek kritik berkaitan dengan cara yang dilakukan sutradara maupun
aktor di atas panggung.
Gambar : foto pertunjukan teater kontemporer.(Dok. Pribadi)
Kritik karya teater juga dapat berupa penghakiman atau penilaian baik
dan buruk melalui jenis Kritik Judicial. Seorang kritikus sudah memiliki kerangka
nilai yang dimilikinya untuk diujikannya pada suatu pertunjukan teater. Di
Indonesia, jenis kritik judicial lebih banyak dilakukan pada kalangan akademisi.
Kritik impresi atau hanya penyampaian kesan-kesan lebih banyak dilakukan
dalam diskusi-diskusi setelah pertunjukan, meski kritik impresi juga sering diikuti
dengan penilaian baik dan buruk serta melakukan perbandingan-perbandingan
dengan karya tokoh tertentu yang telah dikenal atau yang populer. Kritik karya
teater di Indonesia belum menjadi “tradisi” atau belum menjadi salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas pertunjukan maupun untuk memperluas pemahaman
dan pengalaman berteater serta memperdalam kajian-kajian terhadap teater. Kritik
jenis impresi seringkali keluar dari hakikat teater maupun hukum-hukum
dramaturgi karena cenderung menggunakan retorika-retorika yang kurang
menyentuh pada problema kekaryaan dalam teater.
Kritik Teater juga bisa dilakukan dengan cara menjelaskan drama sebagai
cerminan dari kehidupan (the mirror of life). Berdasarkan namanya saja, yaitu
mimetik, maka jenis kritik mimetik memandang bahwa karya teater menirukan
kembali realitas kehidupan keatas panggung.Berbeda dengan kritik mimetik,
kritik ekspresif menggunakan pengarang drama dan sutradara serta aktor sebagai
dasar untuk memahami dan menjelaskan karya teater.
Jenis kritik pragmatik lebih menekankan pada efek-efek yang ditimbulkan
dalam hubungannya dengan penonton, yakni keberhasilan efek-efek estetik dari
karya teater diterima oleh penontonnya. Kritik pragmatik juga meyakini bahwa
teater memiliki manfaat yang besar jika mampu membuat penontonnya senang
dan karya teater dapat dipahami dengan cara yang sederhana sekalipun. Peran
edukatif juga sangat ditekankan dalam kritik pragmatik, sedangkan kritik objektif
lebih menekankan pada unsur intrinsik teater, seperti aktor, sutradara dan penata
artistik.Kritik objektif mengarah pada upaya menggali kompleksitas peran dari
seluruh komponen objektif teater, yakni komponen yang berperan secara langsung
dalam peristiwa teater.
Jenis-jenis kritik lain, seperti kritik jurnalistik, kritik pedagogik, kritik
ilmiah dan kritik populer lebih menekankan pada media penyampaian kritik,
seperti kritik jurnalistik dibedakan oleh media jurnalistik atau kebutuhan
jurnalistik dari kritik yang dilakukan. Demikian pula kritik pedagogik, secara
spesifik ditujukan untuk media pendidikan dalam kritiknya.
Berikut ini ringkasan skematik saling terkait (berada dalam satu arah
kotak), dan saling bertentangan (ditandai dengan tanda panah yang
bertolakbelakang) antar berbagai jenis kritik yang bias dilakukan terhadap karya
teater.
Sumber : https://www.beritasatu.com/
Lantas bagaimanakah peranan kritik dan apresiasi terhadap teater
tradisi. Disini lah peran guru menjadikan pentingnya menghadirkan teater
tradisi ditengah siswa. Hal ini sebagai pembelajaran apresiasi yang paling
efektif untuk menjaga kelestarian melalui apresiasi yang dapat dilakukan oleh
siswa.
b. Kritik pada teater modern
Tidak setiap orang mampu melakukan kritik terhadap suatu karya seni
teater.Hanya orang-orang yang memiliki kemampuan dan konsisten di
bidangnyalah yang bisa membuat kritikan secara objektif.
Menurut H.B Jassin, untuk menjadi seorang kritikus apalagi kritikus seni
harus memiliki kemampuan dan pengetahuan khusus, antara lain berbakat
seniman, berjiwa seniman, berjiwa besar, serta berpengalaman. Seorang kritikus
dalam melakukan tugasnya selalu menggunakan kepekaan untuk mengetahui,
menemukan, memaparkan, menjelaskan dan memahami karya teater.
Tidak berbeda dengan H.B Jassin, Berry Andhika juga mensyaratkan hal-
hal tertentu dalam mengkritik hasil karya seni. Menurutnya,tingkat kepakaran
seorang kritikus menurut keahlian dan persyaratan tersendiri, sehingga bobot
penilaian yang dilakukannya cukup meyakinkan bagi para pembaca. Bekal atau
perlengkapan yang harus dimiliki kritikus seni sehingga penilaiannya berbeda
dengan orang kebanyakan, sebagai berikut:
1. Seorang kritikus harus mempunyai cita rasa seni yang terbuka, artinya
mempunyai kapasitas mengahargai kreativitas artistic yang sangat beragam.
Mengapresiasikan dengan baik karaya seni yang eksis di berbagai tempat dan
zaman.
5. Seorang kritikus perlu mengetahui benar peristilahan seni, style seni, fungsi
seni, opini penting para seniman dan pakar estetika secara periodic,
disamping memahami konteks sosial dan kebudayaan yang melatar belakangi
kreasi seorang seniman.
6. Seorang kritikus harus paham betul pebedaan antara niat artistic dengan hasil
atau penyampaian artistic, sehingga dia mampu meluhat senjangan antar
keduanya. Niat, amanat, pernyataan, atau nilai yang ingin dekspresikan
seniman tidak selalu persis terungkap dalam hasil kreasi seninya.
7. Seorang kritikus harus mampu melawan bias atau simpati terhadap karya
seniman tersebut yang dikenalnya secara pribadi. Sebaliknya, mampu pula
secara ojektif dan penuh kearifan mengakuo keunggulan seorang seniman,
meskipun seniman tersebut berbeda pendapat. Dengan kata lain perbedaan
pendapat tidak mempengaruhi penilaian objektif seorang kritikus.
8. Seorang kritikus harus harus memiliki kesadaran kritis. Hal ini berkaitan
dengan karya seni yang berbeda itu. Sikap netral dan demokratis adalah basis
kearifan penilaina seni.
Berikut adalah dokumen contoh kritik teater yang dimuat di media massa.
CALIGULA yang dipentaskan pada tanggal 13, 14, 15, Januari yang baru lalu (1970)
di Teater tertutup Taman Ismail Marzuki oleh Teater Kecil dengan sutradara Arifin
C. Noer ialah Teater Camus yang kedua, ditulis tahun 1938, sewaktu ia berumur 25
tahun, seumur dengan Caligula waktu ia naik tahta. Dipertunjukkan untuk pertama
kalinya pada tahun 1945 di Theatre Hubertot dengan sukses. Hingga kini tetaplah
karya ini dipandang sebagai karya yang terkuat dari semua karya-karya drama
Camus. Tetapi masih diragukan orang pula kegemilangan itu (200 kali pertunjukan)
hanyalah berkat kecermelangan aktor Gerard Philip yang ganteng dan tersohor itu.
Tetapi tiada syak lagi bagi publik, aspek totaliter tokoh Caligulalah yang menarik
perhatian.
APAKAH yang menarik dari pementasan ini? Jawaban tergantung dari penonton
masing-masing, sebahaigan besar akan menyukai segi-segi “kegilaan”kaisar ini,
yang bisa didapatkan dengan baik dari pemeran Caligula ialah Arifin C Noer, yang
walaupun di sana-sini tidak terlampau “bernafsu” dan dinamik dalam pesimisme.
Kemajenunannya kadang-kadang tersekat oleh kemurungan yang kikuk. Pamornya
dibayangi keganjilan yang dipantulkan dari reaksi dan polah para bangsawan.
Cherea yang wajahnya tidak dicat dimainkan oleh Putu Widjaja dengan manteb.
Kadang-kadang ia terlampau imposant, menonjol sehingga meninggalkan kesan
bahwa yang lain-lain terutama Caesonia (Rachmah R Harun) lemah benar,
permainannya tidak “dari dalam”. Kehadiran Sri Widiati Taufik, sebagai istri
Mucius mengesankan sebagai wanita yang dinodai. Selanjutnya Helicon, seorang
realis yang memaklumi tuannya cerdik dan tolol, berdiri sebagai penonton dan tahu
“rule of the game”: “aku bukan tempat ia mencurahkan rahasianya. Aku hanya
penontonnya….”
Seperti kita tahu, Caius adalah seorang idealis. Amak Baldjun kena sekali untuk
peran ini sehingga permainannya amat lancar dan wajar. Scipion menarik sebagai
tokoh yang mau mengerti segala-galanya. Mabuk akan sastranya kadang-kadang
menenggelamkannya pada keberanian yang sangat verbal. Ikranegara dalam garis
besar bisa memegang peran ini dengan baik, walaupun kadang-kadang terlampau
tenggelam dalam diri sendiri dan tidak komunikatif. Emry Margono menimbulkan
banyak harapan sebagai Bangsawan I. Artikulasi suara dan penghayatan ia
butuhkan….
Cermin adalah tema yang penting dalam lakon ini sebagai lambang narcisisme
intelektuil. Tetapi sayang kehadirannya cermin itu tidak menonjol. Cermin di
dinding
diwarnai susu coklat dan tidak mengkilat memantul. Kecuali itu, dekor dari Danarto
ekpresif. Karang-karang tajam, dinding menjulang, atas latar biru, dan benda berat
berduri tajam tergantung menguasai ruang. Hanya Babak II, yang kejadiannya tidak
berlaku di istana, tetapi di tempat Cherea dengan tidak mengubah dekor
mengaburkan situasi.
Tetapi mengingat struktur lakon, yang walau penuh ide-ide absurd itu, tetap
konvensional dan klasik dan tidak seperti karya Ioneso umpamanya yang struturnya
absurd juga. Agak sulit membayangkan dalam topeng-topeng hitam, merah, biru,
kehijauan yang dipulaskan atas wajah para pelaku yang penting, kecuali Cherea
dan Caesonia. Adegan dari “MEGA-MEGA”nya yang sudah surealistis yang
pernah dipentaskan Arifin terasa lebih otentik dan meyakinkan dari Caligula ini.
Tugas
a. Buatlah sebuah karya penulisan kritik terhadap teater tradisionl dan sebuah
karya penulisan kritik pada teater modern.
b. Analisislah sebuah pertunjukan teater modern dari salah satu naskah Rian
tiarno.
c. Buatlah sebuah analisis apresiasi dengan teknik kritik terhadap
pertunjukan teater.
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Kritik merupakan suatu sikap dalam menghadapi karya teater yang
memerlukan pengetahuan, pengalaman dan metode yang dapat menjadikan kritik
sebagai karya tersendiri dalam menjadikan teater sebagai bagian penting dalam
kehidupan manusia.
Kritik Teater belum menjadi cabang ilmu tersendiri dalam teater, seperti
dalam Sastra yang menjadikan “Kritik Sastra sebagai salah satu cabang ilmu
sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan langsung menganalisis,
memberi pertimbangan baik buruknya karya sastra, bernilai seni atau tidaknya”
(Pradopo, 1997:9).
Namun, apresiasi dan kritik teater sangat dibutuhkan meski dalam dua
dasa warsa terakhir mengalami penurunan drastis sebagai akibat rendahnya
apresiasi media massa cetak terhadap karya penulisan kritik teater, baik
tradisional maupun modern dan juga semakin rendahnya kualitas apresiasi dan
penulisan kritik teater. Diskusi-diskusi teater setelah pertunjukan cukup
memberikan peluang bagi terciptanya iklim apresiasi dan kritik teater.
2. Tes Formatif 4
Pilih satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada alternatif pilihan jawaban yang dianggap Anda paling tepat.
1. Secara etimologi kata “Apresiasi” berasal dari bahasa latin, yaitu “Apreciatio”
yang artinya menghargai. Sedangkan secara terminologi, arti kata apreasiasi
adalah proses penilaian atau penghargaan positif yang dilakukan oleh
seseorang terhadap sesuatu. Apresiasi merupakan pemberian penghargaan
atau menyampaikan persepsi pada....
a. Yang sesuai dengan suasana hati terhadap suatu karya teater
b. Yang baik terhadap suatu karya teater
c. Komunitas yang mementaskan teater
d. Aktor yang bermain dalam suatu teater
e. Proses kebudayaan yang tengah berlangsung
2. Apresiasi adalah suatu proses atau bentuk penghargaan dan penilaian terhadap
suatu hal yang berhubungan dengan karya seni dan karya sastra. Apresiasi
teater berfungsi untuk....
a. Menumbuhkembangkan teater
b. Membuat pelakunya terkenal
c. Meningkatkan daya beli pertunjukan
d. Memudahkan masyarakat untuk menonton teater
e. Memberikan penghargaan untuk aktor
3. Mengkritisi suatu karya dengan sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan
terhadap karya teater dapat berupa penghakiman atau penilaian baik dan
buruk. Kritik jenis ini merupakan....
a. Kritik Kehakiman
b. Kritik Impresi
c. Kritik Estetika
d. Kritik Judicial
e. Kritik Arbiter
4. Kegiatan kritik teater merupakan kegiatan yang mengakrabi karya teater
secara sungguh-sungguh untuk mengenali, menghargai dan menghayati isi
suatu karya teater. Apa sajakah yang perlu dicermati untuk melakukan kritik
objektif terhadap teater?
a. Aktor, Sutradara, Artistik
b. Penonton, Gedung Perunjukan, Tiket
c. Pelatihan, Seminar, Sarasehan
d. Pendidikan Teater
e. Proses latihan
5. Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
memberi kesempatan individu untuk menciptakan ide-ide asli atau adaptif
fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang. Menciptakan dorongan
untuk melakukan kerja kreatif teater merupakan....
a. Pengertian Apresiasi
b. Fungsi Apresiasi
c. Teknik Apresiasi
d. Pengertian Teater
e. Latihan teater
6. Tata nilai yang dikandung oleh suatu teater tradisional sebaiknya sudah
dikenali oleh seorang kritikus sehingga kritik yang dilakukan dapat lebih
terarah pada konsekuensi tata nilai dan hukum-hukum teater tradisional. Hal
tersebut merupakan contoh ....
a. Fungsi kritik pada teater tradisional
b. Latar belakang kritik tradisional
c. Pengertian teater tradisional
d. Teknik kritik teater tradisional
e. Dasar kritik teater tradisional
7. Kritik diartikan sebagai kecaman, kadang-kadang disertai uraian dan
pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat dan
sebagainya. Berdasarkan pengertian tersebut maka kritik teater adalah
pertimbangan baik buruk terhadap kemampuan seseorang dalam
menampilkan suatu karya teater. Namun, kegiatan mengkritik sebaiknya
disertai akurasi data agar....
a. Menyenangkan pihak yang dikritik
b. Hasil kritik dapat dipertanggungjawabkan
c. Teater lebih banyak mengundang penonton
d. Bisa menjadi bahan bacaan anak-anak
e. Memuaskan hati setelah menonton pertunjukan
8. Seorang kritikus menyampaikan kritiknya berdasarkan kesan-kesannya saja
setelah menyaksikan sebuah pertunjukan teater. Selain itu, kritikus itu juga
membanding-bandingkan pertunjukan yang disaksikannya dengan karya tokoh
tertentu yang telah dikenal atau yang populer. Kritik yang dilakukan tersebut
merupakan contoh jenis kritik:
a. Judicial
b. Pragmatis
c. Akademis
d. Impresi
e. Estetis
9. Setelah menyaksikan pertunjukan, buatlah catatan-catatan yang melekat dalam
ingatan sesegera mungkin. Mulailah dengan membuat kronologi
berlangsungnya pertunjukan hingga peristiwa-peristiwa menarik yang
disaksikan, baik dari segi teknis pertunjukan maupun reaksi-reaksi maupun
situasi yang dialami penonton merupakan. Penjelasan tersebut merupakan
bagian dari:
a. Fungsi penulisan kritik teater
b. Tujuan penulisan kritik teater
c. Mengidentifikasi jenis pertunjukan teater
d. Tahapan penulisan kritik teater
e. Melakukan penilaian pertunjukan teater
10. Karya teater yang akan diapresiasi dapat disaksikan secara langsung di gedung
pertunjukkan, baik melalui rekaman video, siaran ulang maupun internet.
Namun belakangan ini, sangat minim kritikus teater. Penyebab rendahnya
penulisan kritik teater antara lain...
a. Munculnya berbagai media hiburan
b. Tidak adanya teater di daerah
c. Menurunnya apresiasi media massa dan kualitas kritik
d. Banyak kritikus yang beralih peran
e. Minim pertunjukan teater
DAFTAR PUSTAKA
Pilih satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada alternatif pilihan jawaban yang dianggap Anda paling tepat.
10. Tujuan utama dilakukannya apresiasi musik yaitu untuk mengevaluasi dan
mengembangkan nilai estetika karya seni. Selain tujuan utama tersebut masih
terdapat beberapa tujuan dalam apresiasi musik. Berikut ini yang bukan
bagian dari tujuan apresiasi musik yaitu ....
A. untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berkreasi dan
berimajinasi.
B. untuk menciptakan dan mengembangkan rasa sensitivitas dan kepekaan
terhadap karya musik..
C. untuk meningkatkan daya saing dalam industri musik
D. untuk menumbuhkembangkan rasa menghargai karya musik.
E. untuk menyempurnakan keindahan karya musik.
11. Manfaat refleksi dalam apresiasi seni musik berguna untuk menjadi media
umpan balik terhadap karya mapun pencipta karya musik. Bagi seorang
komposer manfaat refleksi dalam apresiasi musik adalah ...
A. sebagai hasil dari rangkaian prosedur baik pengamat dalam materi
B. hasil pertunjukan sampai pada proses evaluasi
C. media umpan balik terhadap para penikmat
D. untuk mengetahui tingkat keberhasilan sebuah karya musik dalam
menyampaikan pesan kepada pendengar dan penonton
E. ruang ekpresi positif dalam menunjang proses kreatif musik
12. Musik menjadi hidup ketika diterjemahkan dari simbol-simbol musikal
(notasi) di atas kertas menjadi sebuah bunyi sesungguhnya melalui yang
membunyikan notasi tersebut. Gagasan-gagasan musikal yang ditulis oleh
komposer semata-mata hanyalah produk dari ciptaannya saja. Komponen
utama dalam evaluasi karya musik yang dapat dianalogikan sebagai para
pekerja disebut …
A. Pemain
B. Komposer
C. Pengamat
D. Penonton
E. Seniman
2. A
3. B
4. B
5. D
6. C
7. C
8. D
9. A
10. E
1. C 11. E 21. D
2. D 12. A 22. A
3. B 13. C 23. D
4. A 14. C 24. C
5. B 15. B 25. D
6. D 16. D 26. A
7. B 17. E 27. C
8. A 18. E 28. B
9. D 19. B 29. B
10. C 20. B 30. E