Anda di halaman 1dari 165

BOOK CHAPTER

PENDIDIKAN KEGURUAN DAN


ILMU PENDIDIKAN
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PENDIDIKAN KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
Hani Subakti, S.Pd., M.Pd.
Zakaria, M.Pd
Riana Isti Muslikhah, M.Pd
Siskha Putri Sayekti M.Si
Dr. Jeffrit Kalprianus Ismail, M.Pd.K
Dr. Atik Badi’ah, S.Pd, S.Kp, M.Kes
Maisarah, M.Pd
Dr. Sumarsih, M.Pd

Editor:
Ns. Arif Munandar, S.Kep., M.Kep

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA


Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.penerbit.medsan.co.id

Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
PENDIDIKAN KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Hani Subakti, S.Pd., M.Pd


Zakaria, M.Pd
Riana Isti Muslikhah, M.Pd
Siskha Putri Sayekti M.Si
Dr. Jeffrit Kalprianus Ismail, M.Pd.K
Dr. Atik Badi’ah, S.Pd, S.Kp, M.Kes
Maisarah, M.Pd
Dr. Sumarsih, M.Pd

Editor :
Ns. Arif Munandar, S.Kep., M.Kep
Tata Letak :
Mega Restiana Zendrato
Desain Cover :
Rintho R. Rerung
Ukuran :
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman :
vi, 153
ISBN :
978-623-362-337-7
Terbit Pada :
Januari 2022

Hak Cipta 2022 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang keras menerjemahkan,


memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA


(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.penerbit.medsan.co.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga buku
kolaborasi dalam bentuk book chapter dapat
dipublikasikan dan dapat sampai dihadapan pembaca.
Book cahpter ini disusun oleh sejumlah akademisi dan
praktisi sesuai dengan kepakarannya masing-masing.
Buku ini diharapkan dapat hadir memberi kontribusi
positif dalam ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan
Pendidikan Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Sistematika buku Pendidikan Keguruan dan Ilmu


Pendidikan ini mengacu pada pendekatan konsep teoritis
dan contoh penerapan. Oleh karena itu diharapkan book
chapter ini dapat menjawab tantangan dan persoalan
dalam sistem pengajaran baik di perguruan tinggi dan
sejenis lainnya.

Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari


kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan,
sejatinya kesempurnaan itu hanya milik Yang Kuasa. Oleh
sebab itu, kami tentu menerima masukan dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan lebih lanjut.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang tak


terhingga kepada semua pihak yang telah mendukung
dalam proses penyusunan dan penerbitan buku ini,
secara khusus kepada Penerbit Media Sains Indonesia
sebagai insiator book chapter ini. Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bandung, 2 Januari 2022


Editor

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................i
DAFTAR ISI .................................................................... iii
1 PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN ..................1
Pendahuluan ..........................................................1
Hakikat Manusia dan Perkembanganya ..................2
Wujud Hakikat Manusia .........................................3
Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia.........................5
Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia ..............6
Sosok Manusia Indonesia yang Seutuhnya .............7
Batasan Pendidikan ................................................7
Tujuan dan Proses Pendidikan................................9
Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) ..........10
Kemandirian dalam Belajar...................................10
Unsur-Unsur Pendidikan ......................................11
Landasan Pendidikan ...........................................12
Asas-Asas Pokok Pendidikan ................................17
2 PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN .....................21
Profesi Keguruan ..................................................21
Konsep Profesi Guru .............................................22
Ciri-Ciri dan Karakteristik Profesi Keguruan .........24
Syarat-Syarat Profesi Keguruan ............................26
Tugas Profesi Guru ...............................................28
Kompetensi yang Wajib dikuasai Guru .................30
Pendidikan Profesi Guru (PPG) ..............................32

iii
3 STRATEGI PEMBELAJARAN
DALAM PROFESI KEGURUAN ..............................39
Pendahuluan ........................................................39
Pengertian Strategi Pembelajaran .........................40
Manfaat dan Pertimbangan Pemilihan
Strategi Pembelajaran ...........................................42
Pengelompokan Strategi Pembelajaran..................43
Strategi Pembelajaran Ekspositori ........................44
Strategi Pembelajaran Discovery ...........................47
Strategi Group-Indivial Learning ...........................51
Strategi Pembelajaran Deduktif ............................52
Strategi Pembelajaran Induktif..............................53
Strategi Pembelajaran di Abad 21 .........................54
4 KOMPETENSI DAN KINERJA
GURU PROFESIONAL ...........................................59
Pendahuluan ........................................................59
Kompetensi Guru ..................................................61
Ruang Lingkup Kompetensi Profesional ................62
Kinerja Guru .........................................................66
Penutup ................................................................70
5 STANDAR KOMPETENSI
DAN SERTIFIKASI GURU ......................................73
Term Kompetensi dan Sertifikasi Guru? ...............73
Tantangan Kompetensi Guru Abad 21 ..................77
Standar Kompetensi Guru ....................................80
Kompetensi Guru di Era Digita .............................84
Sertifikasi Guru ....................................................86
Dasar Hukum Sertifikasi Guru .............................87

iv
Kriteria Sertifikasi Guru........................................88
Tujuan Sertifikasi Guru ........................................90
Contoh Panduan Install Aplikasi Up UKMPPG
Berbasis Domisili ..................................................92
6 METODE PEMBELAJARAN ...................................95
Pengantar Metode Pembelajaran ...........................95
Pengertian Metode Pembelajaran ..........................96
Macam Metode Pembelajaran ................................97
Fungsi Metode Pembejalaran .............................. 108
Tujuan Metode Pembelajaran .............................. 109
7 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ......................... 113
Jenis-Jenis Bahan Ajar .......................................113
Karakteristik Bahan Ajar ....................................114
Pengembangan Bahan Ajar .................................115
Pengembangan Bahan Ajar
Menggunakan Model Hannafin & Peck ................117
Pengembangan Bahan Ajar
Menggunakan Model Dick & Carrey ....................118
Pengembangan Bahan Ajar
Menggunakan Model Thiagarajan .......................119
Pengembangan Bahan Ajar
Menggunakan Model Borg & Gall ........................120
Pengembangan Bahan Ajar
Menggunakan Model ADDIE ............................... 121
Instrumen Penelitian
Pengembangan Bahan Ajar .................................122

v
8 EVALUASI PENDIDIKAN DAN
PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM ......................... 131
Pendahuluan ......................................................131
Konsep Evaluasi Pendidikan ............................... 132
Pendidikan Sebagai Suatu Sistem .......................141

vi
1
PENGANTAR PENDIDIKAN
KEGURUAN

Hani Subakti, S.Pd., M.Pd


Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

Pendahuluan
Pendidikan yang berjenjang merupakan usaha untuk
membimbing putra dan putri yang masih balita, remaja,
hingga dapat menyerupai orang dewasa yang mengerti
banyak hal. Sebaliknya bagi Piaget, pendidikan berarti
mencipta, menghasilkan, sekalipun tidak banyak,
sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembanding
dengan penciptaan yang lain, disatu sisi individu yang
sedang tumbuh dan di sisi lain nilai sosial, intelektual,
dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk
mendorong individu tersebut menjadi lebih baik. Individu
akan berkembang sejak lahir dan akan terus berkembang
hingga mencapai suatu “titik tertentu”, perkembangan ini
bersifat kausal. Namun terdapat komponen normatif yang
dikarenakan pendidik menuntut dan dituntut akan
sebuah nilai.
Nilai merupakan norma yang dapat berfungsi sebagai
penunjuk dalam mengidentifikasi apa yang diwajibkan,
diperbolehkan, dan dilarang. Jadi, pendidikan adalah
hubungan normatif antara individu dengan nilai-nilai
yang ada dimasyarakat. Pandangan tersebut memberi
makna bahwa pendidikan ialah segala situasi hidup yang

1
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

memengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman


belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup.
Dalam arti sempit, pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan umumnya di sekolah, di madrasyah,
hingga di lingkungan kampus pada jenjang perguruan
tinggi yang didirikan sebagai lembaga pendidikan formal
atau resmi. Mengingat akan arti pentingnya pendidikan,
maka apabila ada suatu kesalahan dalam pendidikan
akan berisiko, baik itu dikarenakan dari kesalahan guru
atau dosen dalam menyampaikan pendidikan, kesalahan
siswa atau mahasiswa dalam menerima pendidikan yang
diberikan ataupun dari faktor-faktor lingkungan yang
kurang mendukung proses pendidikan itu sendiri.
Hadirnya pendidikan keguruan menjadi tolok ukur
sebuah keberhasilan pendidikan. Hal ini sejalan dengan
marwah pendidikan di jenjang perguruan tinggi yaitu
menghasilkan calon pendidik atau guru yang
berkompeten di bidangnya masing-masing.
Hakikat Manusia dan Perkembanganya
Pada dasarnya hakikat manusia dapat diartikan sebagai
ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (bukan hanya
gradual) membedakan manusia dari hewan. Meskipun
antara manusia dan hewan banyak memiliki kemiripan
terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Bahkan
beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu
zoon politicon (hewan yang bermasyarakat). Hal yang
hampir sama juga dikemukakan oleh Scheller yang
menggambarkan manusia sebagai Das Kranke Tier
(Hewan yang sakit) yang selalu gelisah dan bermasalah.
Sebenarnya penyataan-pernyataan tersebut
menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan
dan manusia itu hanya berbeda secara gradual yaitu
suatu perbedaan yang dengan melalui proses rekayasa

2
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

dapat dibuat sama keadaannya, misalnya air yang karena


perubahan temperature lalu menjadi es. Seolah-olah
dengan kemahiran rekayasa pendidikan, orang hutan
dapat diubah menjadi manusia.
Wujud Hakikat Manusia
Wujud hakikat manusia yang dikemukakan oleh
eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan
dalam membenahi konsep pendidikan. Adapun konsep
pendidikan yang dirancang dengan baik, yaitu:
1. Kemampuan Menyadari Diri
Kaum yang menganut paham rasionalisme menunjuk
kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh
manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri
yang dimiliki manusia, maka manusia menyadari
bahwa di dalam dirinya memiliki ciri khas atau
karakteristik yang berbeda dari hewan. Hal ini yang
menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya
dengan makhluk lainnya di sekitarnya.
2. Kemampuan Berinteraksi
Manusia adalah makhluk yang mempunyai
kemampuan untuk menerobos dan mengatasi batas-
batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan
menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut
dengan kemampuan bereksistensi. Adanya
kemampuan bereksistensi inilah pula yang
membedakan manusia sebagai makhluk human dari
hewan selaku makhluk infra human, di mana hewan
menjadi onderdil dari lingkungan, sedangkan
manusia menjadi manajer terhadap lingkungan.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui
pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari
pengalamannya, belajar mengantisipasi suatu

3
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa


depan serta mengembangkan daya imajinasi kreatif
sejak dari masa kanak-kanak.
3. Kata Hati
Kata hati merupakan kemampuan membuat
keputusan tentang yang baik/benar dan yang
buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam
kaitannya dengan moral, kata hati merupakan
petunjuk bagi moral/ perbuatan. Usaha untuk
mengubah kata hati yang tumpul menjadi kata hati
yang tajam adalah pendidikan kata hati. Realisasinya
dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan
kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki
keberanian moral yang didasari oleh kata hati yang
dimiliki.
4. Moral
Moral haruslah sejalan dengan kata hati yang dimiliki
yaitu benar-benar baik bagi manusia sebagai manusia
merupakan moral yang baik atau moral yang luhur.
Sebaliknya perbuatan yang tidak sejalan dengan kata
hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari
kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk,
lazimnya disebut tidak bermoral.
5. Tanggung Tawab
Tanggung jawab diartikan sebagai keberanian
menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia dan hanya karena itu
perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi
apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, oleh
masyarakat, oleh agama-agama), diterima dengan
penuh kesadaran dan kerelaan.

4
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

6. Rasa Kebebasan (Kemerdekaan)


Merdeka dapat didefinisikan dengan rasa bebas (tidak
merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti
yang sebenarnya memang berlangsung dalam
keterikatan. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata
hati dan moral.
7. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang
timbul sebagai manifestasi dari manusia sebagai
makhluk sosial. Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika
seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesuatu
maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk
memenuhi hak tersebut (yang pada saat itu belum
dipenuhi), begitu sebaliknya.
8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kemampuan menghayati kebahagiaan merupakan
suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia.
Penghayatan hidup yang disebut “kebahagiaan” ini
meskipun tidak mudah untuk dijabarkan tetapi tidak
sulit untuk dirasakan. Kebahagiaan tidak cukup
digambarkan hanya sebagai himpunan dari
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan saja,
tetapi lebih dari itu, yaitu merupakan integrasi dari
segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan, dan
sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit
dan penderitaan. Proses integrasi dari kesemuanya itu
(yang menyenangkan maupun yang pahit)
menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang
disebut “bahagia”.
Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia

Dimensi-dimensi dari hakikat manusia memiliki beragam


jenis. Adapun dimensi-dimensi itu adalah dimensi

5
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan,


dan dimensi keberagaman.
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”,
sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak
dapat dibagi-bagi (in devide). Tidak ada individu yang
identik dimuka bumi. Dikatakan bahwa individu
bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya).
Karena adanya individualitas itu setiap orang
memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang
berbeda.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada
hakikatnya didalamnya terkandung unsur memberi
dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri
manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk
bergaul.
3. Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya
kepantasan yang lebih tinggi. Kesusilaan diartikan
mencangkup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan
selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai.
4. Dimensi Keberagamaan
Keberagaman merupakan kebutuhan manusia karena
manusia adalah makhluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bertopang.
Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Pengembangan dimensi-dimensi dari hakikat manusia
memiliki perbedaan. Adapun pengembangan dimensi
hakikat manusia yaitu pengembangan yang utuh dan
pengembangan tidak utuh.

6
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

1. Pengembangan yang Utuh


Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat
manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas
dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial
dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk
memberikan pelayanan atas perkembangannya.
Pengembangan yang utuh dapat dilihat dari segi
wujud dimensi dan arah pengembangannya.
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi
hakikat manusia akan terjadi di dalam proses
pengembangan jika ada unsur yang terabaikan.
Pengembangan yang tidak utuh mengakibatkan
terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak
mantap.
Sosok Manusia Indonesia yang Seutuhnya
Sosok manusia seutuhnya telah dirumuskan di dalam
garis-garis besar haluan negara (GBHN) mengenai arah
pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa
pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Berarti
bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan
lahiriah ataupun kepuasan batiniah.
Batasan Pendidikan
Pendidikan yang bermutu tentunya harus memiliki
batasan terstruktur. Dengan adanya Batasan-batasan
tersebut pendidikan dapat dipantau dan dianalisis dengan
baik. Adapun Batasan-batasan dalam pendidikan sebagai
berikut.
1. Pendidikan Sebagai Proses Transformasi Budaya

7
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan


diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari
satu generasi kegenerasi yang lain. Nilai-nilai budaya
tersebut mengalami proses transformasi dari generasi
tua kegenerasi muda. Bentuk transformasi dari nilai-
nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai
kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
2. Pendidikan Sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan
diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan
sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian
peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2
sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang
belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan
bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan
sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk
membekali peserta didik agar menjadi warga negara
yang baik.
4. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan
sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga
memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar
berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kerja. Ini menjadi misi penting dari
pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia.
5. Definisi Pendidikan Menurut Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN)
Garis-garis besar haluan negara (GBHN) 1988 (BP 7
pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan

8
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa


Indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-
Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan
kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan
pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
Tujuan dan Proses Pendidikan
Untuk meningkatkan pendidikan ke arah yang lebih baik
diperlukan tujuan dan proses yang baik pula. Hal ini
dimaksudkan agar apa yang menjadi tujuan dari
pendidikan dapat tercapai. Perlunya proses yang teratur
dan terarah agar muara dari pendidikan itu dapat
terlakasana sesuai dengan tujuan bangsa.
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-
niai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk
kehidupan. Tujuan pendidikan berfungsi untuk
memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
2. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi
segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah
kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas
proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu
kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya.
Adapun pengelolaan proses pendidikan meliputi
ruang lingkup makro, meso, dan mikro. Oleh karena
itu yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses
pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan
pengalaman belajar yang optimal.

9
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)


Pendidikan sepanjang hayat (PSH) bertumpu pada
keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan
persekolahan. Pendidikan sepanjang hayat (PSH)
merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang
berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang pendidikan
sepanjang hayat (PSH) yang hampir tenggelam, yang
dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan
kembali oleh comenius 3 abad yang lalu (diabad 16).
Selanjutnya pendidikan sepanjang hayat (PSH)
didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk
pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman
pendidikan. Pengorganisasian dan penstruktursn ini
diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia
yang paling muda sampai paling tua. (Cropley:67) Berikut
ini merupakan alasan-alasan mengapa pendidikan
sepanjang hayat (PSH) diperlukan:
Rasional
1. Alasan keadilan.
2. Alasan ekonomi.
3. Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan
perubahan peranan keluarga
4. Alasan perkembangan iptek.
5. Alasan sifat pekerjaan.
Kemandirian dalam Belajar
Kemandirian dalam belajar merupakan aktivitas belajar
oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung
jawab sendiri dari pembelajar. Hal ini sebagai upaya
untuk tetap bersemangat di dalam belajar dan menggapai
cita-cita yang diinginkan.

10
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

1. Arti dan Prinsip yang Mendasari Kemandirian Belajar


Kemandirian belajar diartikan sebagai aktivitas
belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh
kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab
sendiri dari pembelajar. Bertumpu pada prinsip
bahwa individu yang belajar hanya akan sampai
kepada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan,
pengembangan penalaran, pembentukan sikap
sampai pada penemuan diri sendiri dalam proses
perolehan hasil belajar.
2. Alasan yang Menopang Kemandirian Belajar
a. Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat.
b. Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%,
bersifat relatif.
c. Persamaan pendapat para ahli psikologi, bahwa
peserta didik mampu memahami konsep-konsep
yang rumit dan abstrak jika disertai contoh.
d. Dalam proses pendidikan dan pembelajaran
pengembangan konsep seharusnya tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan
penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.
Unsur-Unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu:
1. Peserta didik.
2. Pendidik.
3. Interaksi edukatif.
4. Tujuan pendidikan.
5. Materi pendidikan.
6. Alat dan metode.
7. Lingkungan pendidikan.

11
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

Landasan Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik
selalu bertolok dari sejumlah landasan serta pengindahan
sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut
sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar
utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat
bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut
adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang
sangat memegang peranan penting dalam menentukan
tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan
teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput
masa depan.
1. Landasan Filososfis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-
pandanagan dalam filsafat pendidikan,
menyangkut keyakianan terhadap hakikat
manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakikat pengetahuan, dan tentang kehidupan
yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang
kita kenal sampai saat ini adalah idealisme,
realisme, perenialisme, esensialisme, pragmatisme
dan progresivisme dan ekstensialisme.
1) Idealisme
Ideliseme adalah aliran ilmu filsafat yang
menganggap pikiran atau cita-cita sebagai
satu-satunya hal yang benar yang dapat
dicamkan dan dipahami.
2) Realisme
Realisme adalah paham atau ajaran yang
selalu bertolak dari kenyataan.
3) Perenialisme

12
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

Perensialisme adalah aliran pendidikan yang


megutamakan bahan ajaran konstan
(perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta
kepada kebaikan universal.
4) Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang
mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts)
atau bahan ajar esensial.
5) Pragmatisme dan Progresivisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang
memandang segala sesuatu dari nilai
kegunaan praktis, di bidang pendidikan,
aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
6) Ekstensianisme
Ekstensianisme adalah pemikiran filsafat
bermula dengan subjek manusia bukan
hanya subjek manusia yang berpikir, tetapi
juga individu manusia yang melakukan, yang
merasa, dan yang hidup.
b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem
Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan
bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. Sedangkan Ketetapan
MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan
pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar
negara Indonesia.

13
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

2. Landasan Sosiologis
a. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan
perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masayarakat. Sosiologi pendidikan merupakan
analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola
interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.
Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi
pendidikan meliputi empat bidang:
1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek
masyarakat lain.
2) Hubunan kemanusiaan.
3) Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4) Sekolah dalam komunitas yang mempelajari
pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan
Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa
ke masa telah memengaruhi sistem pendidikan
nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat
kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat
dan kompleks.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan
untuk menyesuaikan pendidikan dengan
perkembangan masyarakat terutama dalam hal
menumbuh kembangkan kebhinneka tunggal
ikaan, baik melalui kegiatan jalur sekolah
(pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan
muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar
sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4
nonpenataran).

14
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

3. Landasan Kultural
a. Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai
hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur
mewariskan kebudayaan dari generasi kegenerasi
penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara
formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan
perubahan-perubahan yang sesuai denga
perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola
tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma baru
sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-
usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi
kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim
digunakan sebagai alat transmisi dan
transformasi kebudayaan adalah lembaga
pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b. Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan
Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang
unik disetiap daerah itu melalui upaya pendidikan
sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan
masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini
haruslah dilaksanakan dalam kerangka
pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara Indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4. Landasan Psikologis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip
belajar dan perkembangan anak. Pemahaman
terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan
dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu

15
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu,


hasil kajian dan penemuan psikologis sangat
diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin
memperlakukan sama kepada setiap peserta
didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan.
Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam
menentukan jenjang pengalaman belajar yang
akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta
tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan
Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat
penting sebagai bekal dasar untuk memahami
peserta didik dan menemukan keputusan dan
atau tindakan yang tepat dalam membantu proses
tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
a. Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung
memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya
teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang
berkaitan erat dengan proses penyaluran
pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang
proporsional dalam bahan ajaran, dengan
demikian pendidikan bukan hanya berperan
dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut
menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon
pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan
dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian
dan pengembangan iptek tersebut.

16
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah


Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran
manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan
manusia. Lembaga pendidikan, utamanya
pendidikan jalur sekolah harus mampu
mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan iptek. Bahan ajar hasil
perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan
dengan hasil perolehan informasi maupun cara
memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi
masyarakat.
Asas-Asas Pokok Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang
menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap
perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus
di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang
memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Di antara asas tersebut adalah asas tut
wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat, dan asas
kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan
inti dari sitem among perguruan. Asas yang
dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini
kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan
lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing
Madyo Mangun Karso.

17
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi


satu kesatuan asas yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberi
contoh).
Ing Madyo Mangun Karso (jika di tengah-tengah
memberi dukungan dan semangat).
Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi
dorongan).
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning)
merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap
pendidikan seumur hidup (life long education).
Kurikulum yang dapat merancang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua
dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi
keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan
persekolahan dan keterkaitan dengan
kehidupan peserta didik di masa depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu
katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan pengalaman di luar sekolah.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin
dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan
menghindari campur tangan guru, namun guru selalu
siap untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan
asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan
guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan
motivator. Salah satu pendekatan yang memberikan
peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta
didik adalah sitem cara belajar siwa aktif (CBSA).

18
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

Daftar Pustaka
Cecep, H. et al. (2021). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.
Karawang: Yayasan Kita Menulis.
Cecep, H. et al. (2021). Manajemen Supervisi Pendidikan.
Karawang: Yayasan Kita Menulis.
Handayani, E. S. & Subakti, H. (2021). Pengaruh Disiplin
Belajar Terhadap Hasil Belajar Di Sekolah Dasar.
Jurnal Basicedu Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021
Halaman 151-164.
Kholifah, N. et al. (2021). Inovasi Pendidikan. Yogyakarta:
Yayasan Kita Menulis.
Nababan, E. B. et al. (2021). Bahasa Indonesia Akademik:
Penulisan Laporan Ilmiah. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Panggabean, S. et al. (2021). Konsep dan Strategi
Pembelajaran. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Purba, S. et. al. (2021). Teori Manajemen Pendidikan.
Medan: Yayasan Kita Menulis.
Ramadhan, Y. R. et al. (2021). Dasar-Dasar Perencanaan
Pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Subakti, H. et al. (2021). Asas Bahasa Indonesia
Perguruan Tinggi. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Subakti, H. (2019). 8 Konsepsi Landasan Bahasa
Indonesia Di Perguruan Tinggi. Parepare: Kaaffah
Learning Center.
Subakti, H. et al. (2021). Inovasi Pembelajaran. Medan:
Yayasan Kita Menulis.
Utami, N. R. et al. (2021). Supervisi Pendidikan. Bogor:
Yayasan Kita Menulis.

19
PENGANTAR PENDIDIKAN KEGURUAN

Profil Penulis
Hani Subakti, S.Pd., M.Pd
Lahir di Kota Samarinda pada tanggal 19 Januari
1989. Penulis mencatatkan namanya sebagai
lulusan terbaik tingkat universitas program
pascasarjana pada wisuda gelombang II tahun
2017 dari Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman.
Dosen Bahasa Indonesia yang kerap disapa Bapak Hani ini
adalah anak bungsu dari pasangan Alm. H. Sukardi (Bapak) dan
Hj. Mudjiati (Ibu). Penulis mempersunting Irmayanti, S.Pd dan
kini telah dikaruniai tiga orang buah hati. Anak pertama adalah
Alm. Abqary Faqih Ainurahman, anak kedua Aghata Fathi
Yusuf, dan anak ketiga Azqiya Fayra Maryam. Penulis kini
berkerja sebagai dosen tetap yayasan di Universitas Widya
Gama Mahakam Samarinda. Penulis juga aktif dan produktif di
dalam dunia tulis menulis. Ini dibuktikan dengan karya buku
yang telah dihasilkan baik buku fiksi ataupun buku nonfiksi di
antaranya 8 Konsepsi Landasan Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi, 2 Jurus Jitu Menulis Tugas Akhir dan Skripsi, Bus 46
Malam : Kumpulan Puisi, Keterampilan Berpantun Bahasa
Indonesia Sebagai Warisan Leluhur Untuk Bangsa yang
Berbudaya, Antologi Puisi Terkunci dalam Imajinasi, Dasar-
Dasar Perencanaan Pendidikan, Efektivitas Menulis Slogan dan
Poster pada Pembelajaran, Inovasi Pembelajaran, Metodologi
Penelitian Pendidikan, Asas Bahasa Indonesia Perguruan
Tinggi, Inovasi Pendidikan, Teori Manajemen Pendidikan,
Konsep dan Strategi Pembelajaran, Pendidikan Kewirausahaan,
Asa Menggapai Ilmu di Tengah Pandemi: Antologi Puisi,
Eksistensi Ilmu di Antara Pandemi: Antologi Puisi, Pergulatan
Ilmu Kala Pandemi: Antologi Puisi, Elaborasi Ilmu Sosial Untuk
Covid-19: Pengajaran, Pembelajaran serta Esistensi Lembaga
Pendidikan Selama Covid-19, Strategi Komunikasi, Mobilitas
Sosial serta Perubahan Perilaku Masyarakat Dalam Menghadapi
Penyebaran Covid-19, Manajemen Supervisi Pendidikan,
Supervisi Pendidikan, Dasar Dasar Ilmu Pendidikan, Bahasa
Indonesia Akademik Untuk Penulisan Laporan Ilmiah,
Manajemen Sistem Pembelajaran, Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi Pendidikan, Dasar-Dasar Pendidikan, dan
Pengelolaan Lingkungan Belajar.
Korespondensi: Email: hanisubakti@uwgm.ac.id. Gawai:
085250192555

20
2
PENDIDIKAN PROFESI
KEGURUAN

Zakaria, M.Pd
STAI Binamadani Tangerang, Banten

Profesi Keguruan
Profesi yang dalam bahasa Inggris profession berasal dari
bahasa Latin yaitu profesus memiliki makna ahli dalam
suatu pekerjaan. Pada hakikatnya, profesi diartikan
sebagai pernyataan dimana seseorang terpanggil untuk
jabatan tertentu sebagai bentuk pelayanan. (Ismail, 2014).
Beberapa pendapat menjelaskan makna profesi sebagai
pekerjaan yang menuntut keahlian (Djam’an Satori dkk,
2006), pekerjaan khusus untuk pelayanan masyarakat
(Agus Marsidi, 2007), bentuk pekerjaan yang
mengandalkan keahlian sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup. (Warsono, 2017).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
profesi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan dengan
syarat keahlian yang dimiliki. Profesi melekat pada
seseorang yang meliki jabatan tertentu sesuai
keahliaanya, seperti dokter, pengacara, teknisi listrik dan
guru. Profesi semacam ini tidak bisa dan tidak boleh
dikerjakan oleh sembarang orang, membutuhkan
pendidikan, pengalaman serta kecakapan dalam
menjalankannya.

21
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

Konsep Profesi Guru


Secara etimologi, dalam bahasa Inggris kata guru
ditemukan dalam beberapa sebutan yaitu teacher, tutor,
educator, dan lecturer. Teacher dapat diartikan pengajar,
tutor yaitu guru private yang mengajar dirumah, educator
diartikan pendidik atau ahli didik sedangkan lecturer
diartikan dengan seseorang yang memberi kuliah atau
penceramah. (John M. Echols dan Hasan Shadily, 2001).
Demikian juga dalam bahasa Arab, jika dikaitkan dengan
tugas dan fungsinya istilah guru yaitu; ustadz, mu’allim,
murabbi, muaddib, mursyid, dan muddaris. Kata ustadz
diartikan sebagai pengajar yang mengkhususkan pada
pendidikan agama Islam. (Abudin Nata, 2001), muallim
dimaknai sebagai seseorang yang menguasai ilmu teoritik
yang memiliki kreatifitas dan pengabdian, bisa disebut
juga professor (Muhaimin, 2003), murabbi memiliki arti
orang-orang yang memiliki sifat bijaksana, tanggung
jawab serta kasih saying kepada anak didiknya (Chabib
Thoha, 1996), muaddib diartikan seseorang yang
mengajar khusus diistanatentang etika, moral dan
akhlak, mursyid, dalam ilmu tarekat, istilah ini untuk
penyebutan sang guru dan muddaris yaitu seseorang yang
memberi pelajaran. (Muhaimin, 2003).
Sementara itu secara terminologi kata guru memiliki
beragam makna. Bedasarkan Undang-Undang No.14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, menegaskan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan
dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan
tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

22
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada


masyarakat.
Berikut dipaparkan beberapa definisi guru menurut para
ahli, diantaranya;
1. Guru adalah suatu profesi yang berfungsi sebagai
sumber penyedia pengetahuan bagi peserta didik.
(Muhson, 2012)
2. Slameto (2014) menyatakan bahwa guru merupakan
bagian dari pendidik professional dengan tugas
utamanya mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi
peserta didik pada jenjang pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
3. Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung
jawab dalam membimbing serta membina peserta
didik. (Hamid, 2017)
4. Said Hasan (2018) mendefinisikan guru sebagai orang
yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya.
5. Dewi Safitri (2019) menjelaskan pengertian guru
adalah seorang tenaga pendidik profesional yang
mendidik, mengajarkan ilmu pengetahuan,
membimbing, melatih serta memberi penilaian dan
evaluasi kepada peserta didik.
6. Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan
seperangkat koleksi nilai lebih yang dapat merubah
tantang menjadi peluang. (Irjus Indrawan, dkk, 2020)
7. Guru merupakan suatu profesi yang tidak bisa
dilepaskan dari seperangkat keahlian serta moralitas
yang diperoleh melalui program pelatihan dan
pengembangan diri serta praktik dilapangan.
(Khanifatul Azizah and Fuadi, 2021).

23
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

Dari definisi para ahli diatas dapat dikatakan bahwa guru


adalah suatu profesi yang membutuhkan keahlian
khusus untuk mengajar, melatih, membimbing, menilai
dan mengevaluasi peserta didik.
Ciri-Ciri dan Karakteristik Profesi Keguruan
Dalam suatu profesi dibutuhkan keterampilan atau
keahlian khusus, keterampilan tersebut bertujuan untuk
memecahkan masalah melalui teori dan metode ilmiah.
Dalam profesi keguruan, karakteristik seorang guru
haruslah terampil dan ahli dalam mengajarkan, melatih,
membimbing serta menilai anak didiknya. Dalam
menjalankan tugasnya guru dituntut dapat bekerja
teratur, konsisten dan kreatif serta karakteristik
pribadinya dalam bekerja sehingga pola kerja seperti ini
terhayati pula oleh anak didik dalam pendidikan. (Ismail,
2014).
Hasanah (2012) mengelaborasi ciri-ciri profesi guru, yaitu:
1. Profesi guru melibatkan ranah intelektual
2. Profesi guru menggeluti suatu ilmu yang khusus
3. Memerlukan persiapan professional yang cukup lama
dibanding pekerjaan yang hanya memelukan latihan
umum
4. Memerlukan latihan yang berkesinambungan
5. Profesi yang menjanjikan karir hidup dan keanggotan
yang tetap
6. Menetukkan standarnya sendiri
7. Profesi yang lebih mementingkan layanan diatas
kepentingan pribadi
8. Profesi yang mempunyai organisasi profesional yang
kuat dan terjalin erat.

24
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

Robert W Richey dalam Satori (2007) menjabarkan ciri-ciri


profesi guru sebagai berikut;
1. Guru akan bekerja semata-mata hanya memberikan
pelayanan kemanusiaan daripada kepentingan
pribadi
2. Guru dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan
untuk mendapatkan lisensi mengajar serta
persyaratan ketat untuk menjadi anggota organisasi
profesi guru
3. Guru dituntut memiliki pemahaman serta
keterampilan tinggi dalam bahan ajar, metode, peserta
didik, dan dasar-dasar kependidikan
4. Guru dalam organisasi professional memiliki
publikasi profesional yang dapat melayani para guru
sehingga tidak ketinggalan bahkan selalu mengikuti
perkembangan yang terjadi.
5. Guru diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-
kursus, workshop, seminar, konfrensi serta terlibat
luas dalam berbagai kegiatan in service.
6. Guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup
(a life career).
7. Guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara
nasional dan lokal
Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7 ayat 1 menjabarkan
prinsip profesional guru mencakup karakteristik sebagai
berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan, dan idealism
2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas

25
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

3. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan


bidang tugas
4. Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi
5. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesi
berkelanjutan
8. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
keprofesian.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri dan
karakteristik profesi guru selain memiliki bakat, minat,
panggilan dan idealisme, juga memiliki tanggung jawab
dalam mengembangkan keprofesiannya. Lebih anjut
sebagai suatu profesi, baik tugas dan etika seorang guru
juga diatur dalam sebuah peraturan yang berlaku.
Syarat-Syarat Profesi Keguruan
Profesi guru tidaklah semua orang bisa melakukannya.
Selain membutuhkan pendidikan yang cukup lama dan
keterampilan tertentu, menjadi guru merupakan
panggilan hati nurani, maka guru dituntut mempunyai
pengabdian, loyalitas tinggi serta berakhlak mulia.
Untuk memenuhi hal tersebut diatas diperlukan beberapa
syarat untuk menjadi guru, diantaranya; takwa kepada
Allah SWT, berilmu sehat Jasmani, berkelakuan baik
(Djamarah, 2000). Sementara itu menurut Soetjipto dan
Kosasi (dalam Susanto 2020) syarat-syarat profesi guru
antara lain yaitu;

26
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

1. Terdapat komitmen para guru bahwa jabatan


mengharuskan pengikutnya menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan dari pada mencari keuntungan.
2. Profesi guru mensyaratkan orangnya mengikuti
persiapan professional dalam jangka waktu tertentu.
3. Guru juga harus selalu menambah pengetahuan agar
terus menerus berkembang dalam jabatannya.
4. Memiliki kode etik jabatan
5. Mempunyai kemampuan intelektual dalam menjawab
permasalahan yang dihadapi
6. Rasa ingin belajar yang terus ada mengenai keahlian
yang ditekuni
7. Menjadi bagian dari keanggotaan suatau organisasi
profesi; dan
8. Jabatan tersebut dipandang sebagai sebuah karir
hidup
Bila merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
dan Peraturan Pemerintah RI nomor 19 tahun 2005 Bab
IV tentang Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
pasal 28 disebutkan syarat-syarat profesi guru,
diantaranya;
1. Guru harus memiliki kualifikasi akademik serta
kompetensi sebagai agen pembelajaran.
2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi seorang guru dengan dibuktikan melalui
ijazah dan atau sertifikasi keahlian yang relevan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Kompetensi sebagai agaen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan

27
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

anak usia dini yang meliputi; kompetensi pedagogik,


kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan
komptensi sosial.
4. Seseorang yang tidak memiliki kualifikasi ijazah dan
atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 tetapi memiliki keahian khusus yang diakui
dan diperlukan dapat diangkat mejadi guru setelah
melewati uji kelayakan dan kesetaraan. (Sya’bani,
2018)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa syarat profesi guru selain memiliki kemampuan
intelektual juga diperlukan kemampuan emosional,
spiritual dan sosial. Selain itu, kualifikasi akademik juga
dibutuhkan untuk menjadi seorang guru sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
dunia pendidikan.
Tugas Profesi Guru
Tugas utama guru sebagaimana tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tenatang guru dan dosen
adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kompetensi
guru termasuk hak dan tanggung jawabnya menjadikan
tugas profesi guru tidak sembarang orang bisa
melakukannya. Semua aspek kognitif, spiritual, emosi,
sosial serta kualifikasi akademik diperlukan oleh seorang
guru untuk menjalankan tugas profesinya.
Lebih lanjjut tugas guru dijelaskan dalam Bab XI Pasal 39
Ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 20 Undang-Undnag
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Pasal
52 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang
Guru, yakni:

28
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

1. Merencanakan pembelajaran;
2. Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu;
3. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
4. Membimbing dan melatih peserta didik / siswa;
5. Melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat;
6. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada
kegiatan pokok yang sesuai; dan
7. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
Sementara itu Ocativia (2019) mengatakan bahwa tugas
profesi guru menciptakan iklim suasana pembelajaran
yang mampu memotivasi siswa agar semangat belajar.
Sebagai profesi yang luar biasa tugas guru tidak bisa
tergantikan dengan unsur apapun walaupun dengan
mesin canggih apapun sebab menyangkut pembinaan
mental manusia sebagai peserta didik. (Darmadi, 2015).
Udin Syaefudin Saud (2018) mengatakan setidaknya ada
enam tugas guru dalam menjalankan profesinya, yaitu;
1. Guru sebagai pengajar
2. Guru sebagai pembimbing
3. Guru sebagai administrator kelas
4. Guru sebagai pengemban kurikulum
5. Guru bertugas mengemban profesi
6. Guru bertugas membina hubungan dengan
masyarakat
Dari uraian diatas jelas bahwa tugas profesi guru sangat
beragam dan komprehensif. Guru tidak hanya dituntut
menguasai aspek pembelajaran seperti membuat
perencanaan dan bahan ajar, metode dan strategi

29
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

pembelajaran tetapi juga guru bertugas membimbing


peserta didik serta menjalin hubungan dengan
masyarakat. Tugas profesi guru tersebut sering disebut
dengan kompetensi keguruan.
Kompetensi yang Wajib dikuasai Guru
Sebagai pengembang sebuah profesi dan sesuai amanat
Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Pasal 10 ayat 1 dan
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat 1
seorang guru wajib memiliki kompetensi yang meliputi
kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan
sosial. Keempat kompetensi guru profesional tersebut
untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas.

Gambar 2.1 Kompetensi Profesional Guru


Berikut dijelaskan masing-masing pengertian keempat
kompetensi profesi guru tersebut, yaitu;
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pada dasarnya adalah kemampuan
seorang guru dalam mengelola pembelajaran.
Kompetensi pedagogik merupakan ciri khas guru yang
menjadi pembeda dengan profesi lainnya. Helmi
(2015) menjabarakan 7 (tujuh) aspek kemampuan

30
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

dalam kompetensi ini, yaitu: 1) mengenal


karakteristik peserta didik, 2) penguasaan teori
belajar serta prinsip-prinsip pembelajaran, 3) dapat
mengembangan kurikulum, 4) kegiatan pembelajaran
yang mendidik, 5) memahami dan mengembangkan
potensi peserta didik 6) komunikasi dengan peserta
didik, dan 7) penilaian dan evaluasi pembelajaran.
2. Kompetensi Profesional
Menurut Subiyakto dan Amal (2020) kompetensi
profesional guru adalah kemampuan guru dalam
menjalankan profesinya, dalam kepiawaian guru
dalam melaksanakan secara kompeten dan
profesional. Kompetensi ini hanya dapat dijalankan
oleh sesorang yang memiliki kualifikasi akademik dan
sertifikat pendidik sesuai dengan syarat yang
ditentukan.
3. Kompetensi Sosial; dan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
No.14 pasal 10 tentang Guru dan Dosen disebutkan
bahwa kompetensi sosial guru adalah kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan siswa, sesama guru, orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat. (Ashsiddiqi,
2012). Sementara itu Febriani (2021) menyatakan
bahwa kompetensi sosila adalah kemampuan guru
dalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, tenaga pendidik, orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi Kepribadian
Sebagai seorang pendidik, profesi guru harus mampu
menempatkan diri dengan baik. Guru tidak hanya
mampu mengajar tetapi juga membangkitkan minat
serta motivasi dalam belajar, membimbing peserta

31
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

didik dan membentuk karakternya. Hal itulah yang


disebut dengan kepribadian guru. Mulyasa (2007)
menjelaskan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan bijaksana sebagai teladan yang baik
bagi peserta didik.
Pendidikan Profesi Guru (PPG)
1. Pengertian Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan program
yang dilaksanakan setelah program sarjana untuk
memeprsiapkan guru dengan persyaratan keahlian
khusus. Sementara itu Program Pendidikan Profesi
Guru yaitu program pendidikan yang diselenggarakan
sesuai amanat pemerintah melalui Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI No.87 tahun 2013
untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan
S1/DIV non-kependidikan yang mempunyai bakat
serta minat menjadi guru supaya menguasai
kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar
nasional pendidikan sehingga memperoleh sertifikat
professional pendidik pada jenjang anak usia dini,
pendidikan dasar, dan menengah.
Program PPG diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki Lembaga Pendidikan Tenaga
Pendidikan (LPTK) yang ditetapkan oleh pemerintah.
Data terakhir menyebutkan ada 75 LPTK
penyelenggara PPG tahun 2021 yang tersebar
diseluruh wilayah di provinsi Indoensia, baik
perguruan tinggi negeri dan swasta. Informasi terkini
mengenai LPTK penyelenggara PPG bisa diakses
dilaman https://ppg.kemdikbud.go.id/lptk/.
Untuk mengikuti program PPG dilakukan rekrutmen
seperti yang terlampir di Buku Pedoman
Penyelenggaraan Program PPG (JUKNIS PPG) yang

32
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran


dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi tahun 2018. Alur system
seleksi penerimaan mahasiswa peserta PPG dapat
digambarkan dibawah ini;

Gambar 2.2 Alur Sistem Seleksi PPG


Secara umum model kurikulum Program Pendidikan
Profesi Guru (PPG) dapat digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Model Kurikulum Program PPG

No Isi Kurikulum Proporsi

1 Pemantapan akademik 60%


pedagogik atau bidang studi
dan keprofesian; dan
lokakarya pengembangan
perangkat pembelajaran
dan rencana penelitian
tindakan

2 Praktik Pengalaman 40%


Lapangan

33
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

2. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)


Zulfitri, dkk (2019) membagi tujuan program PPG
menjadi tujuan umum dan khusus. Tujuan umum
program PPG adalah menghasilkan calon guru yang
memiliki kemampuan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yang sesuai dengan UU nomor 20
tahun 2003 pasal 3, yaitu mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Sedangkan tujuan khusus
program PPG sepertiyang tercantum dalam
Permendikbud RI nomor 87 tahun 2013 adalah untuk
menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi
dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian
dengan melakukan pembimbingan, dan pelatihan
peserta didik; dan mampu melakukan penelitian dan
mengembangkan profesionalitas secara
berkelanjutan.
3. Jenis Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Terdapat 2 jenis Program PPG berdasarkan kelompok
sasaran, yaitu:
a. PPG Pra Jabatan adalah program pendidikan yang
dikhususkan untuk lulusan S1 Kependidikan dan
S1/D IV Non Kependidikan serta lulusan SM-3T
(Sarjana Mendidik Di Daerah Terdepan, Terluar,
dan Tertinggal).
PPG Prajabatan ini terbagi lagi menjadi dua, yakni
PPG Prajabatan SM-3T dan PPG Prajabatan
Reguler (umum). Sebelumnya (sejak tahun 2013)
program PPG Prajabatan ini dirintis melalui
program SM-3T (hingga angkatan VI). Dimana

34
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

pesertanya adalah seluruh alumni SM-3T yang


sebelumnya sudah mengabdi menjadi guru di
daerah 3T selama 1 tahun. Selesai mengabdi,
mereka ditarik kembali oleh LPTK untuk di PPG-
kan berasrama (beasiswa + tunjangan). Selesai
PPG, mereka bisa mengikuti program Guru Garis
Depan (GGD) dan langsung menjadi PNS/ASN.
b. PPG Dalam Jabatan adalah program pendidikan
yang dikhususkan untuk guru PNS dan bukan
PNS dengan persyaratan tertentu yang sudah
mengajar pada satuan pendidikan, baik yang
diselenggarakan pemerintah pusat, pemerintah
daerah, maupun masyarakat penyelenggara
pendidikan yang sudah mempunyai perjanjian
kerja atau kesepakatan kerja bersama.
PPG Dalam Jabatan ini diperuntukan bagi guru-
guru yang sebelumnya sudah mengajar
(ASN/Non-ASN) di sekolah-sekolah dalam kurun
waktu tertentu (2-5 tahun) dan sudah masuk di
SIMPKB. Secara otomatis nantinya akan
mendapat undangan untuk mengikuti PPG
melalui SIMPKB. Namun untuk bisa mengikuti
PPG sebelumnya harus bisa lulus pretest dan post
test. Adapun untuk jangka waktu perkuliahannya
kurang lebih akan dilaksanakan selama 4 bulan.

35
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

Daftar Pustaka
Ashsiddiqi, M. H. (2012) ‘Kompetensi Sosial Guru Dalam
Pembelajaran Dan Pengembangannya’, Ta’dib:Journal
of Islamic Education (Jurnal Pendidikan Islam),
17(01), pp. 61–71. doi: 10.19109/tjie.v17i01.25.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Darmadi, H. (2015) ‘Tugas, Peran, Kompetensi, Dan
Tanggung Jawab Menjadi Guru
Febriana, R., 2021. Kompetensi guru. Bumi Aksara.
Guru, A.P.K., 2020. BAB III KOMPETENSI PAEDAGOGIK.
GURU PROFESIONAL, p.23.
Hamid, A. (2017) ‘Guru Professional’, Guru Profesional,
17(November), pp. 274–285. Available at:
http://ejurnal.staialfalahbjb.ac.id/index.php/alfalahj
ikk/article/view/26.
Hasanah, A., 2012. Pengembangan profesi guru.
Helmi, J. (2015) ‘Kompetensi Profesionalisme Guru’,
Jurnal Pendidikan, 7(2), pp. 319–336. Available at:
http://journal.staihubbulwathan.id/index.php/alishl
ah/article/view/43/3
Ismail, B. (2014) ‘Komitmen Guru Profesional Dalam
Pembelajaran’, Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian
Pendidikan Agama Islam, 4(1), pp. 1–14. doi:
10.22373/jm.v4i1.277.
John M. Echols dan Hasan Shadily (2001) Kamus Inggris-
Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Khanifatul Azizah and Fuadi, M. A. (2021) ‘Profesionalisme
Guru dalam Islam: Kajian Konseptual Hadits Tarbawi’,
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 6(1), pp.
73–87. doi: 10.25299/al-thariqah.2021.vol6(1).6244.
Marsidi, Agus (2007) Profesi Keguruan Pendidikan Luar
Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Muhaimin (2003) Wacana pengembangan Pendidikan
Islam. Surabaya: Pustaka Pelajar.

36
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

Muhson, A. (2012) ‘Meningkatkan Profesionalisme Guru:


Sebuah Harapan’, Jurnal Ekonomi dan Pendidikan,
1(2). doi: 10.21831/jep.v1i2.665.
Mulyasa. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nata, Abudin (2001) Persepektif Islam tentang Pola
Hubungan Guru-murid. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Safitri, D. and Sos, S., 2019. Menjadi Guru Profesional.
PT. Indragiri Dot Com.
Satori, Djam’an,dkk, (2006) Profesi Keguruan 1. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Satori, Djam’an,dkk, (2007) Profesi Keguruan. Cetakan
ketiga. Jakarta:
Universitas Terbuka
Saud, Udin Syaefudin. (2008). Pengembangan Profesi
Guru. Bandung:
Alfabeta
Sya’bani, M.A.Y., 2018. Profesi Keguruan: Menjadi Guru
yang Religius dan Bermartabat. Caremedia
Communication.
Subiyakto, B. and Akmal, H., 2020. Profesi Keguruan.
Susanto, H. (2020). Profesi Keguruan. Banjarmasin: FKIP
Universitas Lambung Mangkurat.
Thoha, Chabib (1996) Kapita Selekta Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Octavia, S.A., 2020. Etika Profesi Guru. Deepublish.
Warsono, W. (2017) ‘Guru: Antara Pendidik, Profesi, Dan
Aktor Sosial’, The Journal of Society & Media, 1(1), p.
1. doi: 10.26740/jsm.v1n1.p1-10.
Zulfitri, H., Setiawati, N.P. and Ismaini, I., 2019.
Pendidikan profesi guru (PPG) sebagai upaya
meningkatkan profesionalisme guru. LINGUA: Jurnal
Bahasa dan Sastra, 19(2), pp.130-136.

37
PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN

Profil Penulis
Zakaria, M.Pd
Lahir di Kota Tangerang, 25 Mei 1985 dari
pasangan H.Somad (alm) dan Ayanih (almh).
Meraih gelar S1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2009, S2 Unindra Jakarta pada tahun 2015 dan sedang
menempuh pendidikan pada Program Doktor (S3) Pendidikan
Dasar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung. Saat ini aktif sebagai dosen tetap pada
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
STAI Binamadani Tangerang, Banten.
Karya Ilmiah berupa buku yang terpublikasi diantaranya:
Pendidikan Berbasis Kearifan Etnik (Tulungagung: Akademia
Pustaka, 2020); Pendidikan Karakter: Pemikiran Para Tokoh
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2021); Perencanaan Pembelajaran
di Sekolah: Teori dan Implementasi (Sukoharjo: Pradina
Pustaka, 2021). Selain itu menulis beberapa artikel ilmiah yang
terbit dijurnal nasional terakreditasi maupun dipresentasikan
dalam seminar nasional dan internasional.
Bersama dengan Yayah Fazriah, S.Pd. kini penulis telah
dikarunia dua anak yaitu Mauladiya Ihsana Faeyza dan
Rafaeyza Hizam Alfaruq.
Email Penulis: zakariazack823@gmail.com atau zakaria@stai-
binamadani.ac.id

38
3
STRATEGI PEMBELAJARAN
DALAM PROFESI KEGURUAN

Riana Isti Muslikhah, M.Pd


Universitas Negeri Yogyakarta

Pendahuluan
Seorang guru yang profesional diharapkan mampu
menunjukkan keterampilannya saat mengajar di depan
kelas. Salah satu keterampilan tersebut adalah
kemampuan untuk memberikan pelajaran kepada siswa.
Untuk dapat menyampaikan pembelajaran secara efektif
dan efisien, guru perlu mengetahui berbagai jenis strategi
pembelajaran sehingga mereka dapat memilih strategi
mana yang paling efektif dan tepat tepat untuk mengajar
materi tertentu pada bidang studi tertentu.
Lingkungan kelas merupakan lingkungan belajar yang
dinamis yang menyatukan siswa dari latar belakang,
kemampuan, dan kepribadian yang berbeda. Oleh sebab
itu, menjadi guru yang efektif memerlukan penerapan
strategi pengajaran yang efektif dan inovatif di kelas untuk
membantu memenuhi kebutuhan individu siswa.
Pembelajaran yang efektif biasanya ditandai dan diukur
dengan tingkat pencapaian tujuan oleh sebagian besar
siswa. Pembelajaran yang efektif tidak lepas dari kualitas
pembelajaran yang berkualitas karena kualitas hasil
belajar tergantung pada efektifitas proses pembelajaran

39
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

yang berlangsung salah satunya dengan penerapan


strategi pembelajaran yang tepat.
Pembelajaran yang efektif dan efisien tidak hanya
melibatkan banyak campur tangan pendidik tetapi juga
harus memberikan waktu kepada siswa untuk
mengeksplorasi dunia mereka dan menemukan
pengetahuan. Tugas guru adalah merangsang siswa agar
mau belajar dengan kesadaran yang muncul dari dalam
dirinya sendiri.
Setiap guru membutuhkan pemahaman yang baik
mengenai strategi pembelajaran yang diterapkan. Terkait
dengan hal tersebut, seorang guru perlu memikirkan
tentang strategi pembelajaran yang tepat untuk
diimplementasikan saat mengajar. Pemilihan strategi
pembelajaran akan berdampak pada tingkat penguasaan
siswa pada materi pembelajaran yang sedang diajarkan.
Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran sebagai suatu ilmu


mengalami perkembangan yang diawali dari dunia militer,
dan selanjutnya digunakan dalam dunia pendidikan dan
pembelajaran. Dalam dunia militer, apabila terjadi
peperangan sangat diperlukan strategi untuk
mendapatkan kemenangan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan identidikasi terhadap siapa (musuh) yang akan
dihadapi, berapa jumlah kekuatan yang dimiliki, senjata
apa yang digunakan dan lain sebagainya untuk mencapai
kemenangan (Haidir&Salim, 2012).
Hal yang sama juga perlu dilakukan didunia pendidikan.
Guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, guru perlu memilih strategi pembelajaran
yang akan diterapkan di kelas. Dalam menentukan
strategi pembelajaran yang akan dipilih, guru perlu
memperhatikan beberapa faktor, diantaranya yaitu
tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, sarana

40
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

prasarana sekolah, materi pembelajaran dan durasi


waktu yang tersedia.
Gerlach & Ely (1980) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan
pembelajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan
kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar
kepada siswa. Dick & Carey (1996) berpendapat bahwa
strategi pembelajaran tidak terbatas pada prosedur
kegiatan, akan tetapi juga termasuk di dalamnya materi
atau paket pembelajaran. Strategi pembelajaran terdiri
dari seluruh komponen materi pelajaran dan prosedur
yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Lawton (1981),
mengungkapkan bahwa “The teaching strategy is a
generalized plan fo a lesson (s) which includes structure
desired learner behaviour in terms of goals of instructions
and an outline of planned tactics necessary to implement
the strategy.”
Sementara itu, Kemp (Senjaya, 2008) berpendapat
bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran David,
Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya,
bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam
suatu pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Alberta Learning (2002), strategi pembelajaran
merupakan teknik yang digunakan guru untuk
membantu siswa menjadi pembelajar strategis yang
mandiri. Strategi ini menjadi strategi belajar ketika siswa
secara mandiri memilih yang sesuai dan
menggunakannya secara efektif untuk menyelesaikan

41
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

tugas atau memenuhi tujuan. Strategi pembelajaran


dapat: 1) memotivasi siswa dan membantu mereka
memusatkan perhatian, 2) mengatur informasi untuk
dipahami dan diingat dan 3) memantau dan menilai
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu perencanaan proses
suatu kegiatan yang harus dikerjakan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif
dan efisien.
Manfaat dan Pertimbangan Pemilihan Strategi
Pembelajaran

Wena (2014) mengungkapkan mengapa perlu


mengunakan suatu strategi dalam proses pembelajaran.
Penggunaan strategi dalam proses pembelajaran sangat
diperlukan karena untuk mempermudah proses
pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan yang
optimal. Tanpa adanya strategi yang jelas, maka proses
pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan
pembelajaran sulit untuk dicapai. Strategi pembelajaran
berguna bagi guru maupun peserta didik. Bagi guru,
strategi pembelajaran dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam bertindak yang sistematis dalam pembelajaran dan
bagi peserta didik penggunaan strategi pembelajaran akan
mempermudah proses belajar (Sutikno, 2021).
Sanjaya (2013) mengungkapkan beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan oleh guru dalam pemilihan
strategi pembelajaran. Pertimbangan tersebut antara lain:
1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang
ingin dicapai.
a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
berkenaan dengan aspek kognitif, afektif atau
psikomotor?

42
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran


yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau
rendah?
c. Apakah untuk mencapai ujuan itu memerlukan
keterampilan akademis?
2. Pertimbangan yang berhubungan dnegan bahan atau
materi pembelajaran.
a. Apakah materi pembelajaran itu berupa fakta,
konsep, hukum atau teori tertentu?
b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran
itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak?
c. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk
mempelajari buku-buku itu?
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik.
a. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan
tingkat kematangan peserta didik?
b. Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan
minat, bakat dan kondisi peserta didik?
c. Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan
gaya belajar peserta didik?
4. Pertimbangan-pertimbangan lainnya.
a. Apakah untuk mencapai tujuan cukup dengan
satu strategi saja?
b. Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap
strategi yang dapat digunakan?
c. Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan
efisiensi.
Pengelompokan Strategi Pembelajaran

Berdasarkan strateginya, pembelajaran dapat


dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu: (1) exposition-

43
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

discovery learning dan (2) group-individual


learning (Rowntree dalam Sanjaya, 2008). Apabila ditinjau
dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi
pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih
konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu
(Sudrajad, 2008). Dengan kata lain, strategi merupakan
“a plan of operation achieving something” sedangkan
metode adalah “a way in achieving something” (Sanjaya,
2008).
Strategi Pembelajaran Ekspositori

Apabila dalam pembelajaran yang mengolah materi


pelajaran adalah guru, maka strategi pembelajaran yang
digunakan yaitu ekspositori. Dalam strategi pembelajaran
ekspositori, guru yang mencari materi pelajaran yang
akan diajarkan dari berbagai sumber, kemudian guru
mengolahnya serta membuat rangkuman dan/atau
mungkin membuat bagan. Di depan siswa, guru
menjelaskannya dan siswa tinggal menerimanya
kemudian mencatatnya. Jadi, guru lebih aktif daripada
siswa. Sementara itu, siswa tinggal “terima jadi” dari guru
(Hernawan, 2014).
Pembelajaran ekspositori dipandang sebagai strategi
pengajaran yang paling nyaman meskipun mungkin tidak
memiliki dampak terbesar pada siswa belajar karena
merupakan strategi pembelajaran yang paling mudah
untuk dipersiapkan dibandingkan dengan pembelajaran
lainnya (Luntungan, 2012). Strategi pembelajaran
ekspositori (Rusman, 2008) adalah strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyampaian materi
secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok

44
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat


menguasai materi pelajaran secara optimal.
Menurut Syah (2005), “Sistem expository digunakan guru
untuk menyajikan bahan pelajaran secara utuh atau
menyeluruh, lengkap dan sistematis, dengan
penyampaian secara verbal”. Dalam sistem pembelajaran
ekspositori, guru menyajikan materi dalam bentuk yang
telah dipersiapkan secara rapi, sistematis dan lengkap
sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya saja
(Gulo, 2004; Riyanto, 2010).
Safriadi (2017), mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran
menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal. Dalam pembelajaran
ekspositori, guru menyajikan bahan dalam bentuk yang
telah dipersiapkan secara rapi, sistematis dan lengkap
sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya
secara teratur dan tertib.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru
(teacher centered approach). Mengapa dikatakan
demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran
yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur
dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu
dapat dikuasai peserta didik dengan baik. Fokus utama
dari strategi ini adalah kemampuan akademik (academic
achievement) dari peserta didik (Sapuadi, 2019).

45
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

Sanjaya (2008) mengemukakan prosedur model


pembelajaran ekpositori adalah sebagai berikut:
1. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan
siswa untuk menerima pelajaran. Dalam metode
ekspositori, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
sangat bergantung pada langkah persiapan. Tujuan
yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan yaitu:
a. Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang
pasif.
b. Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk
belajar.
c. Merangsang dan mengubah rasa ingin tahu
siswa.
d. Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran
yang terbuka.
2. Penyajian (Presentation)
Tahap penyajian adalah langkah penyampaian materi
pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah
dilakukan. Hal yang harus diperhatikan oleh guru
adalah bagaimana materi pelajaran dapat dengan
mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh
sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan langkah ini di antaranya:
penggunaan bahasa, intonasi suara, menjaga kontak
mata dengan siswa, serta menggunakan kemampuan
guru untuk menjaga agar suasana kelas tetap hidup
dan menyenangkan.
3. Korelasi (Correlation)
Tahap korelasi adalah langkah yang dilakukan untuk
memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik
makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan

46
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk


meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan
kemampuan motorik siswa.
4. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti
(core) dari materi pelajaran yang telah disajikan.
Sebab melalui langkah menyimpulkan, siswa dapat
mengambil inti sari dari proses penyajian.
Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan
kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan.
Sehingga siswa tidak merasa ragu lagi akan
penjelasan guru. Menyimpulkan bisa dilakukan
dengan cara mengulang kembali inti-inti materi yang
menjadi pokok persoalan, memberikan beberapa
pertanyaan yang relevan dengan materi yang
diajarkan, dan membuat maping atau pemetaan
keterkaitan antar pokok-pokok materi.
5. Mengaplikasikan (Aplication)
Tahap aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan
siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru.
Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting
dalam proses pembelajaran ekspositori. Sebab melalui
langkah ini guru akan dapat mengumpulkan
informasi tentang penguasaan dan pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang
biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya,
dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan
memberikan tes materi yang telah diajarkan untuk
dikerjakan oleh siswa.
Strategi Pembelajaran Discovery

Pemerintah Indonesia menyelenggarakan program


pendidikan berdasarkan: Kurikulum 2013. Lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21

47
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan


Menengah menyatakan kompetensi yang harus dimiliki
peserta didik pada pendidikan menengah sesuai dengan
kemampuan yang harus dimiliki setiap orang di abad 21,
yaitu keterampilan penalaran yang memadai,
keterampilan mengolah, dan keterampilan menyajikan,
serta kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif,
komunikatif, dan solutif.
Sebagai salah satu upaya untuk mencapai tujuan
tersebut, khususnya dalam meningkatkan kualitas
pendidikan kita, Guru diharapkan dapat menciptakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa melalui
implementasi berbagai model pembelajaran yang
mengikuti karakteristik masing-masing siswa dan
pendidikannya sasaran. Hal ini dilaksanakan dengan
mengacu pada pembelajaran yang berorientasi pada
Higher Order Thinking Skill (HOTS), disebut pembelajaran
discovery.
Discovery learning telah dikenal sejak tahun 1940-an,
ketika Jerome Bruner, seorang psikolog Amerika,
mengembangkan teori yang bermanfaat bagi bidang
pendidikan. Dalam argumennya, Bruner (dalam Takaya,
2008) menyatakan bahwa pendidikan memiliki dua
tujuan, yaitu mata pelajaran sekolah dan pemahaman.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka tujuan pendidikan
bukan hanya untuk mempersiapkan peserta didik agar
mampu menyelesaikan tugas sekolah mereka, tetapi juga
untuk membimbing dan memfasilitasi mereka untuk
memiliki pemahaman yang baik tentang pengetahuan
yang mereka pelajari dengan memanfaatkan dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi pembelajaran discovery adalah suatu strategi
pembelajaran yang mengatur pembelajaran sedemikian
rupa sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang

48
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan tetapi


pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan (Hondro,
2020). Discovery learning adalah suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis sehingga
mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap
dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan
perilaku (Hanafiah, 2009).
Adapun langkah-langkah dalam proses penerapan
pembelajaran melalui strategi discovery learning adalah
(Suyadi, 2013):
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada
langkah ini guru mengkondisikan siswa agar siap
melaksanakan proses pembelajaran. Langkah
orientasi merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan strategi pembelajaran discovery sangat
tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas
menggunakan kemampuannya dalam memecahkan
masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak
mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan
lancar.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa
siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-
teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-
teki itu. Dikatakan teka-teki karena masalah itu tentu
ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah
yang sangat penting dalam discovery.

49
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

3. Mengajukan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir
pada dasarnya sudah dimiliki sejak ia lahir. Potensi
itu dimulai dari kemampuan untuk menebak dari
suatu permasalahan. Ketika individu dapat
membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada
posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih
lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk
mengembangkan kemampuan menebak pada setiap
individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru adalah dengan mengajukan berbagai
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan gjawaban sementara, atau dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan
jawaban dan suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data merupakan proses mental yang
sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya. Tugas dan peran
guru dalam tahapan ini adalah mengajukan
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban
yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data. Hal terpenting dalam menguji hipotesis adalah
mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang

50
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

diberikan. Di samping itu menguji hipotesis juga


berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Artinya kebenaran jawaban yang diberikan
bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan langkah penting dalam proses
pembelajaran. Sering terjadi oleh banyaknya data
yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang
dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang
hendak dipecahkan. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan
pada siswa data yang relevan.
Strategi Group-Indivial Learning
Strategi group-individual learning merupakan strategi
pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran
individual. Strategi pembelajaran individual adalah
perancangan aktivitas belajar mandiri bagi siswa.
Kemampuan individu menentukan tingkat kecepatan
keberhasilan penguasaan materi pembelajaran. Materi
pembelajaran disajikan atau didesain untuk belajar
sendiri, seperti halnya modul pembelajaran. Adapun
strategi pembelajaran kelompok yaitu menyajikan
pembelajaran dalam bentuk klasikal atau siswa belajar
dalam kelompok-kelompok kecil. Strategi ini
menempatkan siswa sebagai individu yang sama
(Nurhidayati, 2011).

51
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

Strategi Pembelajaran Deduktif


Dalam strategi pembelajaran deduktif, pesan atau materi
pelajaran diolah mulai dari yang umum, generalisasi atau
rumusan konsep atau rumusan aturan, dilanjutkan ke
hal yang khusus, yaitu penjelasan bagian-bagiannya atau
atribut-atributnya (ciri-cirinya) dengan menggunakan
berbagai ilustrasi atau contoh. Strategi pembelajaran
deduktif antara lain dapat digunakan pada pelajaran
mengenai konsep ”terdefinisi” (Hernawan, 2018). Strategi
pembelajaran deduktif cocok digunakan apabila konsep
yang akan dibahas merupakan konsep baru bagi siswa
atau waktu yang tersedia untuk membahas suatu konsep
relatif terbatas.
Suparman (2012) menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran deduktif tepat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran apabila: (1) peserta didik belum mengenal
pengetahuan yang sedang dipelajari, (2) isi pelajaran
meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang
membutuhkan proses berpikir kritis, (3) pengajar
mempunyai persiapan yang baik dan pembicara yang
baik, dan (4) waktu yang tersedia singkat.
Langkah-langkah dalam strategi deduktif, yaitu (a)
pengajar memilih pengetahuan untuk diajarkan; (b)
pengajar memberikan pengetahuan kepada siswa; dan (c)
pengajar memberikan contoh dan membuktikannya
kepada siswa. Misalnya, pengajaran tentang kalimat
tunggal, maka pengajar (guru) memulai dengan definisi
kalimat tunggal, contoh kalimat tunggal, dan dilanjutkan
dengan penjelasan ciri-ciri kalimat tunggal
(Rusman&Kamarudin, 2019). Teknik penyajian pelajaran
yang paralel dengan strategi pembelajaran deduktif
adalah teknik ceramah.

52
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

Strategi Pembelajaran Induktif


Strategi pembelajaran induktif adalah pengolahan pesan
yang dimulai dari hal yang khusus, dari peristiwa yang
bersifat individual menuju ke generalisasi, dari
pengalaman empiris yang individual menuju kepada
konsep yang bersifat umum (Ruspa&Kamarudin, 2019).
Dalam strategi pembelajaran induktif, pesan atau materi
pelajaran diolah mulai dari yang khusus, bagian atau
atribut, menuju ke yang umum, yaitu generalisasi atau
rumusan konsep atau aturan (Hernawan, 2018).
Menurut Suparman (2012), strategi pembelajaran induktif
tepat digunakan dalam kegiatan pembelajaran apabila: (1)
peserta didik telah mengenal atau telah mempunyai
pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran
tersebut, (2) materi yang akan diajarkan berupa
keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, (3)
tenaga pengajar mempunyai keterampilan mendengarkan
yang baik, fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan,
terampil mengulang pernyataan dan sabar, dan (4) waktu
yang tersedia cukup panjang.
Joyce, Weil dan Calhoun (2009) menjelaskan
pembelajaran induktif dirancang untuk melatih siswa
membuat konsep dan sekaligus untuk mengajarkan
konsep-konsep dan cara penerapannya pada siswa.
Strategi pembelajaran ini juga mengajar minat siswa pada
logika, minat pada bahasa dan arti kata-kata dan minat
pada sifat pengetahuan.

53
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

Strategi Pembelajaran di Abad 21


Rotherdam & Willingham (2009) mencatat bahwa
kesuksesan seorang siswa tergantung pada kecakapan
abad 21, sehingga siswa harus belajar untuk
memilikinya. Partnership for 21st Century Skills
mengidentifikasi kecakapan abad 21 meliputi: berpikir
kritis, pemecahan masalah, komunikasi dan kolaborasi.
Kang, Kim, Kim & You (2012: 361), memberikan kerangka
kecakapan abad 21 dalam domain kognitif, afektif, dan
budaya sosial. Domain kognitif terbagi dalam sub domain:
kemampuan mengelolan informasi, yaitu kemampuan
menggunakan alat, sumberdaya dan ketrampilan inkuiri
melalui proses penemuan; kemampuan mengkonstruksi
pengetahuan dengan memproses informasi, memberikan
alasan, dan berpikir kritis; kemampuan menggunakan
pengetahuan melalui proses analistis, menilai,
mengevaluasi, dan memecahkan masalah; dan
kemampuan memecahkan masalah dengan
menggunakan kemampuan metakognisidan berpikir
kreatif.
Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada
kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mampu
menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai
teknologi informasi komunikasi, dan berkolaborasi.
Pencapaian ketrampilan tersebut dapat dicapai dengan
penerapan metode pembelajaran yang sesuai dari sisi
penguasaan materi dan ketrampilan (Trisdiono, 2013).
Beers (2012), mengungkapkan bahwa strategi
pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam
mencapai kecakapan abad 21 harus memenuhi kriteria
sebagai berikut: kesempatan dan aktivitas belajar yang
variatif; menggunakan pemanfaatan teknologi untuk
mencapai tujuan pembelajaran; pembelajaran berbasis
projek atau masalah; keterhubungan antar kurikulum

54
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

(cross-curricular connections); fokus pada


penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh
siswa; lingkungan pembelajaran kolaboratif; visualisasi
tingkat tinggi dan menggunakan media visual untuk
meningkatkan pemahaman; menggunakan penilaian
formatif termasuk penilaian diri sendiri.
Menurut Arifin&Setiawan (2020), strategi pembelajaran
yang dapat digunakan oleh guru di Abad 21 yaitu
1. Pembelajaran Kolaboratif
2. Blended Learning
3. Pembelajaran yang berpusat pada pembelajar
4. Siswa sebagai produser
5. Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)

55
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

Daftar Pustaka
Arifin, M. Z., & Setiawan, A. (2020). Strategi Belajar Dan
Mengajar Guru Pada Abad 21. Indonesian Journal of
Instructional Technology, 1(2).
Beers, S. Z. (2012). 21st Century Skills: Preparing Students
for THEIR Future.
Dick&Carey. (1996). The Systematic Dessign of Instuction,
New York : Harper Collins Publishers.
Gerlach, V.S. & Ely, D.P. (1980). Teaching and Media a
Systematic Approach. New Jersey: Prentice Hall.
Gulo, W. (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Grasindo.
Hanafiah, C.S. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.
Hernawan, A. H. (2018). Strategi Pembelajaran di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Hondro, B. (2020). Pengaruh Strategi Pembelajaran
Discovery dengan Ekspositori Dan Gaya Berpikir
terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Teknologi
Pendidikan (JTP), 13(1).
https://doi.org/10.24114/jtp.v13i1.17998
Joyce, B.,Weil, M. & Calhoun, E. (2009) Models of
Teaching, Model-Model Pengajaran. Alih Bahasa:
Achmad Fawaid dan Ateila Mirza, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kang, M., Kim, M., Kim, B., & You, H. (2012.). Developing
an Instrument to Measure 21st Century Skills for
Elementary Student.
Luntungan, R. (2012). Effects of Teaching Methods and
Students’ Attitude on Academic Performance.
International Forum, vol. 15, no. 2, hlm. 42-56.
Nurhidayati. (2011). Metode Pembelajaran Interaktif.
Disampaikan pada “Seminar Metode Pembelajaran”
bekerjasama dengan mahasiswa KKN- PPL UNY tahun
2011 di SMP N 2 Depok

56
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

Riyanto, Y. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran.


Jakarta: Prenada Media Group.
Rotherham, A. J., & Willingham, D. (2009). 21st Century
Skills: the challenges ahead. Educational Leadership
Volume 67 Number 1, 16 – 21.
Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum. Bandung: Mulia
Mandiri Press
Ruspa, A. R., & Kamarudin. (2019). Pembelajaran Bahasa
Indonesia Melalui Implementasi Strategi Deduktif-
Induktif Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Palopo. Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 4(2).
Safriadi. (2017). Prosedur Pelaksanaan Strategi
Pembelajaran. Jurnal Mudarrisuna, 7(1).
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Sapuadi. (2019). Strategi Pembelajaran. Medan: Harapan
Cerdas.
Sudrajad, A. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi,
Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran.
Diakses dari
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/1
2/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-
pembelajaran/comment-page-33/
Suparman, M. A. (2012). Desain Instruksional Modern.
Panduan Para Penajar Dan Inovator Pendidikan.
Jakarta: Erlangga.
Sutikno, M.S. (2021). Strategi Pembelajaran. Indramayu:
CV Adanu Abimata.
Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya
Takaya, K. (2008). Jerome Bruner’s theory of education:
From early Bruner to later Bruner. Inter change, 39(1),
1–19.

57
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROFESI KEGURUAN

Trisdiono, H. (2013). Strategi Pembelajaran Abaad 21.


Lembaga Penjaminan Mutu Provinsi DIY. Diakses dari
https://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/strategi-
pembelajaran-abad-21/.

Profil Penulis
Riana Isti Muslikhah, M.Pd
Penulis merupakan dosen muda di Jurusan
Pendidikan Administrasi Universitas Negeri
Yogyakarta. Wanita kelahiran 23 Februari 1990 ini
menempuh sarjana pada Program Studi Pendidikan
Ekonomi bidang keahlian khusus Pendidikan Administrasi
perkantoran Universitas Sebelas Maret (UNS) dan berhasil lulus
pada tahun 2012. Setelah menamatkan studi S1 nya, penulis
melanjutkan pendidikan magisternya di Prodi Pendidikan
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Penulis memiliki kepakaran di bidang Pendidikan Administrasi
Perkantoran. Saat ini, dalam profesinya sebagai dosen
ditugaskan mengajar beberapa mata kuliah yaitu Strategi
Pembelajaran Administrasi Perkantoran, Manajemen
Administratif, Simulasi Perkantoran, Kesekretarisan,
Korespondensi Bisnis dan Strategi Pembelajaran Administrasi
Perkantoran. Sebagai dosen baru, penulis aktif dalam berbagai
kegiatan penelitian, diantaranya yaitu Penelitian Research
Group FE UNY, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi dan
Penelitian Institusional.
Email penulis: riana.muslikhah@uny.ac.id

58
4
KOMPETENSI DAN KINERJA
GURU PROFESIONAL

Siskha Putri Sayekti M.Si


STAI Al-Hamidiyah

Pendahuluan
Guru yang merupakan tenaga profesional memiliki peran
strategis untuk mewujudkan penyelenggaraan
pembelajaran sesuai dengan prinsip profesionalitas dan
tata kelola guru. Guru dalam melaksanakan pembelajaran
di kelas memiliki peran penting terutama dalam
membantu peserta didik untuk membangun karakter dan
sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin
tau, serta mendorong kemandirian, menciptakan kondisi
untuk pembelajaran yang kreatif, inovatif dan
menyenangkan.
Guru sebagai tenaga profesional merupakan agen
pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan. Keberhasilan dalam suatu proses
pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya,
keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat
ditentukan oleh kualitas kemampuan guru.
Guru memiliki empat kompetensi yang wajib
dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kinerja dalam
pembelajaran. Kompetensi adalah kemampuan yang
menggambarkan kelayakan setiap individu dalam

59
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

menjalankan tugas. kompetensi merupakan suatu faktor


penting bagi individu, karena individu memiliki
kompetensi dalam menampilkan kualitas dan
produktivitas kerja dalam suatu kegiatan.
Komponen-komponen yang mempengaruhi keberhasilan
pendidikan adalah: (1) komponen guru, (2) komponen
peserta didik, (3) komponen pengelolaan dan (4)
komponen pembiayaan. Keempat faktor ini saling
berkaiatan dan sangat menentukan maju mundurnya
keberhasilan dalam pendidikan.
Guru merupakan komponen yang paling penting dalam
menentukan keberhasilan suatu pendidikan. Guru
merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung
dengan siswa sebagai objek dan subjek belajar. Untuk
mencapai keberhasilan pendidikan dan meningkatkan
mutu pendidikan, guru harus memiliki kompetensi.
Kompetensi yang dimiliki guru diantaranya: (1)
kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3)
kompetensi profesional dan (4) kompetensi sosial. Guru
yang memiliki empat kompetensi yang ditetapkan lebih
baik daripada guru yang tidak memiliki kompetensi yang
ditetapkan. Kompetensi guru ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Amstrong (1998:15) yag menyatakan
bahwa empat faktor yang mempengaruhi kenerja yaitu: (1)
motivasi kerja, (2) kompetensi, (3) kejelasan dan
penerimaan tugas, (4) kesempatan untuk bekerja. Maka
dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru dan kinerja
akan saling mempengaruhi.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang dimiliki, dihayati dan diuasai oleh guru atau dosen
yang melaksanakan tugas keprofesionalannya.

60
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang


mempengaruhi terjaidnya tujuan pembelajaran dan
pendidikan di sekolah. Pengembangan kompetensi
merupakan merupakan proses konsolidasi dalam
memahirkan semangat keterampilan yang dibutuhkan
untuk mencapai domain kehidupan. Kompetensi guru
merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku
yang penuh arti. Guru yang profesional adalah guru yang
kompeten (berkemampuan). Ciri-ciri guru profesional,
yaitu (1) memiliki pendidikan, keahlian, dan keterampilan
tertentu agar dapat melaksanakan tugas mengajar dengan
baik melalui pendidikan dan dalam jabatan yang
dilaksanakan secara terpadu,(2) standar kompetensi
sesuai dengan tuntutan kinerja sebagai guru profesional,
(3) sertfikasi dan lisensi sebagai tanda kewenangan
melaksanakan tugas sebagai guru profesional,(4) kode
etik guru yang mengatur perilaku guru sebagai pribadi
maupun anggota masyarakat, (5) pengakuan masyarakat
yang menggunakan jasa guru melalui pemberian
kedudukan sosial, proteksi jabatan, penghasilan dan
status hukum yang lebih baik yang dibandingkan ketika
guru masih dinggap sebagai suatu pekerjaan (vokasian)
dan (6) organisasi profesi guru yang mewadahi anggotanya
dalam mempertahankan, memperjuangkan eksistensi dan
kesejahteraan serta pengembangan profesional guru.
Kompetensi berasal dari Bahasa Inggris yaitu competence,
memiliki makna yang sama dengan being competent,
sedangkan competence sama artinya dengan having
ability, power, authorithy, skill, knowledge, attitude.
Kompetensi dapat diartikan sebagai kecakapan yang
memadai untuk melakukan suatu tugas atau suatu
keterampilan dan kecakapan yang diisyaratkan.

61
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

Standar Nasional Pendidikan, dalam penjelasan PAsal 28


ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud
kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik untuk
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional
guru merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai tenaga pendidik yang meliputi
penguasaan pedagogik, pengetahuan, metedologi,
manajemen dalam kinerja di lingkungan pendidikan.
Ruang Lingkup Kompetensi Profesional
Ruang lingkup kompetensi profesional guru yaitu:
1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan
kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis
2. Mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai taraf
perkembangan peserta didik
3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang
studi yang menjadi tanggung jawabnya
4. Mengerti dan dapat menerapkan metode
pembelajaran yang bervariasi
5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai
alat, media, dan sumber belajar yang relevan
6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan
program pembelajaran
7. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta
didik
Selanjutnya dalam memahami kompetensi guru
profesional memiliki lima kualifikasi yaitu (1) akademik,
(2) kompetensi, (3) sertifikat, (4) kesehatan lahir dan batin,
dan (5) merealisasikan tujuan pendidikan.

62
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

Menurut Peraturan Pemerinta Nomor 19 Tahun 2005,


tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 38, Pendidik
(guru) adalah agen pembelajaran yang memiliki empat
kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan sosial. Berikut,
di bawah ini akan dijelaskan tentang empat kompetensi
guru.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang
berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta
didikdan pengelolaan pembelajaran yang mendidik
dan dialogis. Secara subtansif, kompetensi meliputi
kemampuan pemahaman peserta didik untuk
menstimulasi dan mengaktualisasikan berbagai
potensi dan kecerdasan yang dimilikinya. Untuk
memahami kompetensi pedagogik dapat dijabarkan
berdasarkan sub kompetensi diantaranya:
a. Memahami keunikan peserta didik. Sub
kompetensi ini memiliki indikator yaitu:
memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kognitif,
memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip kepribadian dan mengidentifikasi bekal-
ajar awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami
landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran. Kompetensi ini menerapkan teori
dan pembelajaran seperti menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan kaarakteristik dan
keunikan speserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai dan materi ajar, serta menysuun
rancangan pembelajaran berdasarkan strategi
yang dipilih.

63
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

c. Melaksanakan pembelajaran misalnya menata


desain “setting” pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran yang kondusif
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran seperti melaksanakan evaluasi
(assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode,
menganalisa hasil penilaian proses dan hasil
belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan
belajar (mastery learning) dan memanfaatkan
hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum
e. Mengembangkan peserta didik untuk
mengakutualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Misalnya memfasilitasi peserta didik
untuk pengembangan berbagai potensi akademik,
dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi non akademik.
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang
berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran
bidang studi secara luas dan mendalam yang
penguasaan subtansi isi materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan, serta
menambah wawasan keilmuan sebagai guru.
Indikator dari kompetensi profesional adalah:
a. Menguasai subtansi keilmuan bidang studi
dengan ilmu yang terkait dengan bidang studi
yang diampu. Misalnya memahami materi ajar
yang ada di kurikulum sekolah, memahami
struktur, konsep dan metode keilmuan yang
koheren dengan materi ajar, memahami
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait

64
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam


kehidupan sehari-haari
b. Menguasai langkah dalam penelitia dan kajian
kritis untuk menambah wawasan dan
memperdalam pengetahuan/ materi bidang studi
3. Kompetensi Sosial
kompetensi sosial dalam profesionalisme guru ini
berkenaan dengan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
pendidikan, orangtua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar sekolag. Kompetensi ini memiliki
indikator diantaranya:
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, dalam kompetensi ini
memiliki indikator esensial seperti berkomunikasi
secara efektif dengan peserta didik
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan sesama guru dan tenaga kependidikan
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan orangtua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar untuk kepentingan
pendidikan.
4. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian yang dilakukan oleh guru
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, beribawa serta arif. Guru dapat menjadi
teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Indikator dari kompetensi kepribadian yaitu:

65
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

a. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.


Kepribadian ini menujukkan perilaku guru yang
bertindak sesuai dengan norma religius dan dapat
diteladani oleh peserta didik
b. Memiliki kepribadian dan karakter yang dewasa
dengan menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos
kerja sebagai pendidik
c. Memiliki kepribadian yang arif. Guru dalam hal ini
menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemenfaatan siswa, sekolah, dan masyarakat
serta menujukkan keterbukaan dalam berpikir
dan bertindak
d. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil
misalnya bertindak seusai dengan norma hukum,
norma sosial, bangga sebagai pendidik dan
memiliki konsistensi sesuai dengan norma
e. Memiliki kepribadian yang beribawa dengan
memiliki perilaku yang berpengaruh positif
terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani
Keempat kompetensi ini pada dasarnya tidak terpisah
secara eksplisit satu sama lain menyatu dalam kesatuan
kompetensi guru. Hal lain yang perlu dilakukan oleh guru
adalah guru harus mampu meningkatkan kompetensinya.
Kinerja Guru
Kinerja berkaitan dengan kualitas seseorang dalam
melakukan pekerjaan. Kinerja seseorang juga seiring
dengan kualitas ataupun kuantitas hadil dari
pekerjannya. Dalam konteks ini guru berperan dengan
pertanyaan yang sudah dibenarkan guru bekerja di kelas,
apa yang telah guru lakukan untuk siswa, apa yang
dilakukan untuk sekolah, kontribusi yang guru berikan

66
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

pada sekolah dan pemerintah terkait dengan prestasi


kerja (Shuka S, 2008, AKhmad Sudrajat, 2008)
Hasibuan (2003:34) Kinerja sebagai hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepada guru yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu. Kinerja
atau unjuk kerja pegawai merupakan suatu hal yang
penting dalam usaha organisasi untuk mencapai
tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus dilakukan
oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Mathis dan Jackson (2001:82) faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, misalnya 1)
kemampuan, 2) motivasi, 3) dukungan yang diterima, 4)
keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan 5)
hubungan mereka dengan organisasi.
Kinerja guru dikatakan baik jika guru melakukan unsur
dalam komitmen dan kesetiaan yang tinggi pada tugas
mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya.
Selanjutnya dijelaskan berkaitan dengan dimensi kinerja
guru meliputi: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
1. Merencanakan pembelajaran
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh seorang
guru dalam persiapan mengajar menurut Mulyasa
pada proses persiapan pembelajaran guru harus
memiliki kemampuan untuk rumusan kompetensi
dalam persiapan mengajar jelas, persiapan mengajar
sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan
dalamkegiatan pembelajaran dan pembetukan
kompetensi dasar, kegiatan yang disusun dan
dikembangkan dalam persiapan mengajar harus
menunjang sesuai dengan kompetensi yang telah

67
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

ditetapkan, serta persiapan mengajar yang


dikembangkan utuh dan menyekuruh serta jelas
pencapaian, melaksanakan team teaching untuk
mengkordinasikan antara komponen pelkasanaan
program sekolah.
2. Melaksanakan pembelajaran
a. Membuka Pelajaran
Seorang guru harus memiliki kemampuan
membuka pembelajaran mulai dari motivasi
siswa, memusatkan perhatian dan mengetahui
apa yang dikuasai siswa berkaitan dengan bahan
yang akan dipelajari. Kegiatan pendahuluan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu: 1)
melaksanakan apersepsi atau penilaian
kemampuan awal. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa.
Seorang guru perlu mengembangkan materi
pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan materi
yang akan dipelajari dan tidak mensamimpingkan
motivasi dan pemberian semangat kepada siswa.
b. Menyampaikan Materi Pelajaran
Tugas utama Guru dalam kegiatan pembelajaran
memberikan materi pelajaran. Majid (2008:104)
mengemukakan pendapat kegiatan utama untuk
menanmkan, mengembangkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan berkaitan dengan bahan
kajian yang diajarkan. Kegiatan dalam
meyampaikan materi pelajaran ini diantaranya: 1)
penyampaian tujuan pembelajaran, 2)
penyampaian materi/bahan ajar dengan
menggunakan pendekatan, metode, sarana dan
alat/media yang sesuai, 3) pemberian bimbingan
bagi pemahaman siswa dan 4) melakukan
pemeriksaan dan pengecekan pemahaman siswa.

68
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

Aspek dalam menyampaikan pelajaran menurut


Usman (2008: 122) antara lain: 1) bahan yang
disampaikan benar, tidak menyimpang, 2)
penyampaian lancar dan tidak bertele-tela, 3)
sistematika penyampaian materi, 4) Bahasa jelas
dan benar serta mudah mengerti oleh siswa, 5)
memberi contoh tepat. Penyampaian materi
pembelajaran tidak terlepas dari pengelolaan
kelas.
c. Menutup Pengajaran
Tugas selanjutnya guru meliputi 1) melaksanakan
penilaian akhir dan mengkaji hasil penilaian, 2)
melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan
alternatif, 3) mengakhiri proses pembelajaran
dengan menjelaskan atau memberitahu materi
pokok yang akan dibahas pada pejaran
berikutnya. Salah satu cara menutup pelajaran
adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan
kunci kepada siswa, serta menyimpulkan hasil
jawaban siswa, mengetahui tingkat keberhasilan
guru dalam proses belajar dan mengajar.
3. Mengevaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dapat digunakan untuk
memperoleh feedback atau balikan yang digunakan
dalam memperbaiki dan merevisi bahan atau metode
pengajaran, untuk menyesuaikan bahan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Guru dapat
menilai sampai dimanakah pengetahuan yang
diperoleh dan transformasi yang dapat dimanfaatkan
untuk memahami hasil belajar.
Penilaian guru menurut Usman (2008:126) dalam
melakukan penilaian guru perlu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut: (1) jenis penilaian sesuai dengan
kegiatan belajar yang telah diberikan, (2)

69
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

melaksanakan penilaian sesuai dengan tujuan


pembelajaran, (3) sesuai dengan bahan pelajaran, (4)
hasilnya dapat ditafsirkan.
Penutup
Guru memiliki peran yang strategis dalam bidang
pendidikan, guru merupakan ujung tombak dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan. Undang-undang
Republik Indonesia NOmor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa jabatan
guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional.
Guru yang profesional hendaknya mengembangkan diri
sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan,
dan teknologi serta kebutuhan masyarakat termasuk
kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas dan
memiliki kapasitas untuk mampu bersaing di forum
regional nasional ataupun internasional.
Untuk penilaian kinerja guru secara teknis dapat
dilakukan dnegan tiga langkah ialah (1) mengobservasi
kelas, (2) melakukan pengecekan program kerja,
khususnya RPP dan (3) melakukan validasi data melalui
triangulasi peneliti/pengukur.

70
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

Daftar Pustaka
Akhamd Sudrajad (2008). Manajemen Kierja Guru.
(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/2
1/konsep-penilaian-kinerja-guru/) diakses tanggal 20
Desember 2021
Depdiknas, 2004 Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang-
Depdiknas Jakarta.
-------------2005 Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Citra Umbara.Bandung
Hasibuan, Malayu S.P.2001. Manajemen Sumber Daya
Manusia; Dasar Kunci Keberhasilan. Haji Mas
Agung.Jakarta
Kunandar.2010 Guru Profesional Implementasi KTSP dan
Sukses Sertifikasi Guru. Raja Grafindo. Pustaka.
Jakarta
Madjid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. PT
Remaja Rosdakarya Bandung
Mulyasa, 2003.Kurikulum Berbasis Kompetensi:
Karakteristik dan Implementasi. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung
----------Mulyasa 2008 Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru. Rosdakarya Bandung.
Purwanto,M.Ngalim. 2006 Psikologi Pendidikan, Rineka
Cipta Jakarta
Sagala, Saeful 2008 Konsep dan Makna Pembelajaran
untuk membantu memecahkan Problematika Belajar
dan Mengajar. Alfabeta.Bandung
Usman, Moh. Uzer, 2008. Menjadi Guru
Profesional.Penrrbit ROsdakarya. Bandung

71
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROFESIONAL

Profil Penulis
Siskha Putri Sayekti, M.Si
Ketertarikan penulis terhadap ilmu pendidikan dan
psikologi pada tahun 2009. Hal tersebut membuat
penulis memilih untuk masuk S.1 Pendidikan
Agama Islam dan S.2 Psikologi Pendidikan.
Ketertarikan penulis terhadap ilmu komputer
dimulai pada tahun 2006. Penulis mengikuti kolaborasi dengan
dosen se Indonesia untuk buku ajar diantaranya: Model
Pembelajaran di Masa Pandemic, Pengembangan Alat Evaluasi
Tes dan Non Tes, Psikologi Keparawatan, Strategi Pembelajaran
Era Society 5.0, Pendidikan Ilmu Psikologi, Ilmu Pendidikan.
Penulis memiliki kepakaran dibidang Pendidikan Agama Islam
dan Psikologi Pendidikan. Dan untuk mewujudkan karir sebagai
dosen profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang
kepakarannya tersebut. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan didanai oleh internal perguruan tinggi. Selain
peneliti, penulis juga aktif menulis buku dengan harapan dapat
memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara yang
sangat tercinta ini.
Email Penulis: siskhaputrisayekti@gmail.com

72
5
STANDAR KOMPETENSI DAN
SERTIFIKASI GURU

Dr. Jeffrit Kalprianus Ismail, M.Pd.K


Sekolah Tinggi Agama Kristen
Arastamar Grimenawa Jayapura

Term Kompetensi dan Sertifikasi Guru?


Term Kompetensi didefinisikan oleh Clark (2007: 297)
sebagai berikut. "Competency is a knowledge or know how
for doing an effective job." Kompetensi adalah ilmu
pengetahuan atau pengetahuan bagaimana mengerjakan
suatu pekerjaan secara efektif. Selanjutnya Mathis dan
Jackson (2001: 241) menjelaskan bahwa, "Competency is
a base characteristic that correlation of individual or team
performance achievement." Kompetensi kerja adalah
karateristik dasar yang dapat dihubungkan dengan
pencapaian kinerja individu atau tim. Hal ini ditegaskan
oleh Mangkunegara (2005: 113) bahwa: "Kompetensi kerja
adalah faktor mendasar yang dimiliki oleh seseorang
dengan kemampuan lebih, sehingga membuatnya berbeda
dengan orang lain yang hanya mempunyai kemampuan
rata-rata saja. Menurut Mangkunegara dimensi
kompetensi menyangkut tiga hal yaitu knowledge
(pengetahuan), skill (keahlian), dan aptitude (kepintaran).
Mathis dan Jackson (2001: 241) mengelompokan dimensi
kompetensi kinerja terdiri atas pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), dan kemampuan (abities).

73
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

Selanjutnya model konseptual kompetensi kerja dapat


digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5.1 Model Konseptual Kompetensi Kinerja.


Sumber: Mathis & Jackson (2001) modifikasi
Kompetensi kinerja ada yang terlihat dan tersembunyi.
Misalnya pengetahuan, lebih terlihat dan dikenal oleh
lingkungan pendidikan dalam mencocokkan seseorang
sesuai dengan bidang minat atau kompetensinya.
Keterampilan, lebih kepada sebagian terlihat misalnya
keterampilan dalam membuat perangkat mengajar
sebagian lain seperti keterampilan negosiasi yang kurang
teridentifikasi. Sementara komampuan tersembunyi
berupa kecakapan, biasanya lebih bernilai dalam
meningkatkan kinerja guru. Misalnya kecakapan
membuat konsep hubungan strategis untuk mengatasi
konflik interpersonal siswa, lebih sulit diidentifikasi, dan
dinilai.
Aspek-aspek kompetensi dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam
bidang kognitif. Misalnya seorang tenaga pendidik
atau guru mampu mengetahui cara melakukan
identifikasi belajar, dan bagaimana melakukan
pembelajaran yang baik sesuai dengan kebutuhan
yang ada dalam sekolah atau lembaga pendidikan.
2. Keterampilan (skill), yaitu kemampuan yang dimiliki
oleh pendidik atau guru dalam melaksanakan tugas

74
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya sebagai


seorang profesional. Misalnya, standar perilaku para
pendidik atau guru dalam memilih metode mengajar
yang dianggap lebih efektif dan efisien.
3. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang,
suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu
rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi
terhadap pandemik covid 19 atau perasaan terhadap
kenaikan upah kinerja, honor atau gaji.
Dari pengertian term diatas, maka istilah kompetensi guru
tentu memiliki banyak pengertian, misalnya Broke and
Stone (1995) mengambarkan kompetensi guru sebagai
deskriptive of qualitative nature of teacher behavior
appears to be entirely meaningful (kompetensi sebagai
gambaran hakiki dari kualitatif perilaku guru yang sangat
bermakna). Sementara Charles (1994) menjelaskan
bahwa: Competency as reational performance which
satisfactorily meets the objektive for a desired condition
(Kompetensi sebagai kinerja rasional yang secara
memuaskan memenuhi tujuan untuk kondisi yang
diinginkan).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen menjelaskan tentang kompetensi
guru sebagai hasil penggabungan dari seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang mesti
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang guru dalam
menjalankan tugas keprofesionalannya. Kompetensi Guru
mencakup empat standar yang harus dikuasai oleh guru
melalui pendidikan profesi. Standar kompetensi guru
meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut
bersifat holistik dan integratif dalam implementasi kinerja
guru. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
secara khusus diatur dalam Peraturan Menteri

75
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun


2007. Standar kompetensi guru dipilah ke dalam tiga
komponen yang saling berkaitan, yaitu pengelolaan
pembelajaran, pengembangan profesi, dan penguasaan
akademik. Sebagai pendidik profesional, guru
dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kualifikasi akademik diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program
diploma empat.
Istilah Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif
melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar
kompetensi kerja baik yang besifat nasional, khusus
maupun internasional.
Sertifiksi guru ini dilaksanakan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
(UUGD) yang disahkan tanggal 30 Desember 2005. Pasal
1 ayat 11 UUGD menjelaskan Sertifikasi guru adalah
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.
Sedangkan ayat 12 menjelaskan Sertifikat pendidik
adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
Sertifikasi sebagaimana pada pasal 2 Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
38 Tahun 2020 Tentang Tata Cara Memperoleh Sertifikat
Pendidik, menjelaskan bahwa sertifikasi bertujuan bagi
guru dalam jabatan untuk meningkatkan kompetensi
guru dalam jabatan sebagai tenaga profesional pada
satuan pendidikan untuk memenuhi kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

76
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

Tantangan Kompetensi Guru Abad 21


Di era digital kini para guru diperhadapkan dengan
berbagai tantangan yang menuntut adanya pengetahuan,
kecakapan dan ketrampilan yang lebih dari biasanya.
Mengapa demikian, karena para siswa yang mereka ajar
notabene adalah generasi digital yang sejak lahir sudah
melek dengan teknologi internet. Itu sebabnya guru selain
harus memiliki kualifikasi akademik yang sesuai standar,
minimal Sarjana atau Diploma IV, juga dituntut
memiliki kompetensi standar dengan penguasaan yang
optimal supaya bisa mengimbangi para siswa digital
dengan berbagai karakteristiknya. Tujuannya adalah agar
proses belajar mengajar bisa berjalan lebih efektif dan
efisien karena para guru mampu mengajar dengan lebih
kreatif, inovatif, mandiri, produktif dan berkarakter.
Proses menghadapi pandemi covid 19 ternyata
menghasilkan sisi baik bagi guru Abad 21 ini. Bagaimana
tidak? Walau mesti disadari bahwa tidak semua siap, baik
itu guru maupun peserta didik dengan perubahan drastis
dari proses pembelajaran konvensional ke pembelajaran
daring (dalam jaringan) alias online. Tetapi patut
disyukuri guru Abad 21 telah mencoba beradaptasi
menuju pembelajaran digital atau e-learning dengan
belajar autodidak atau mengikuti pelatihan webinar
memanfaatkan semua perangkat teknologi dan segudang
aplikasi didalamnya untuk mendesain ulang
pembelajaran, materi, dan evaluasi pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi informasi.
Meski demikian perlu disadari juga bahwa faktor ekonomi
masih jadi kendala, sebab tidak semua orang tua siswa
dapat memenuhi kebutuhan akan perangkat teknologi
yang mendukung proses pembelajaran daring, seperti
laptop, notebook, smartphone dan kuota internet.
Demikian halnya faktor geografis menjadi kendala
tersendiri, di mana masih banyaknya daerah di Indonesia

77
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

ada dalam kategori 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar)


yang belum semua dialiri listrik, apalagi jaringan internet.
Sehingga proses pembelajaran daring alias online tentu
tidaklah maksimal.
Tuntutan kompetensi guru pada masa pandemi covid 19
mesti mampu mengkolaborasikan pemanfaatan Teknologi
Informasi & Komunikasi melalui pembelajaran tatap
muka secara terbatas. Semua guru mesti bisa mengajar
daring atau online yang notabene harus menggunakan
teknologi internet. Peningkatan kompetensi pendidik di
semua jenjang untuk menggunakan aplikasi
pembelajaran daring atau online mutlak dilakukan.
Memang jumlahnya sangat banyak, untuk memastikan
kurang lebih 3 (tiga) jutaan guru di Indonesia memiliki
kompetensi yang memadai dalam memanfaatkan
teknologi tentu bukan perkara mudah.
Kompetensi yang dimaksud adalah guru minimal mampu
melakukan video conference seperti penggunaan zoom,
google meet dan membuat bahan ajar online.
Pembelajaran online tidak hanya memindah proses tatap
muka menggunakan aplikasi digital, dengan disertai tugas
tugas yang menumpuk. Tetapi juga pengetahuan
teknologi pendidikan dalam mendesain sistem agar
pembelajaran online menjadi efektif, dengan
mempertimbangkan tujuan pendidikan secara
khusus. Keharusan beradaptasi terhadap digitalisasi
membuat Guru harus kreatif dalam membuat kelas maya
atau grup di media sosial manfaatkan Whatsapp Group
dan Google Classroom, juga platform mengajar yang
cukup banyak sehingga memudahkan para Guru Abad
21 tetap mengajar walau di masa pandemi.
Pemanfaatan teknologi yang semestinya menjadi prinsip-
prinsip acuan guru dalam memanfaatkan teknologi,
misalkan guru mampu menghadirkan fakta yang sulit dan
langka ke dalam kelas. Guru memberikan ilustrasi

78
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

fenomena alam dan ilmu pengetahuan, memberikan


ruang gerak siswa untuk bereksplorasi, memudahkan
interaksi dan kolaborasi antara siswa-guru dan siswa-
siswa, serta menyediakan layanan secara individu tanpa
henti. Sebagai upaya peningkatan kompetensi guru, maka
pemanfaatan teknologi di era globalisasi khususnya di era
pandemi seperti ini, sangat diperlukan sehingga guru
tidak lagi abai terhadap pengembangan Soft Skill, Hard
Skill, dan Life Skill dalam menghadapi era disrupsi
teknologi atau era globalisasi, bahkan untuk hidup di era
society 5.0.
Pada abad 21 ini, pendidikan dasar hingga menengah
sedang berorientasi pada pemgembangan 4C
(Communication, Collaboration, Critikal Thinking,
Problem Solving, dan Creativity and Innovation), sehingga
memaksa guru berperan semakin kompleks dan
kompetitif karena tidak lagi sekadar transfer of knowledge,
tetapi juga transfer of values dan transfer of skills. Apalagi
pada masa pandemi covid 19, guru bukan hanya bergerak
dengan sepenuh hati memulihkan diri, keluarga dan
peserta didik, baik melalui pendidikan yang humanis,
edukatif dan bersinergi dengan pemanfatan teknologi
dalam berbagai metode dan model pembelajaran, tetapi
lebih dari itu. Demikian halnya dalam implementasi
program merdeka belajar, guru juga dituntut untuk
menjadi panutan atau teladan pendidikan karakter di Era
Super Smart Society (society 5.0) sebagai antisipasi dari
gejolak disrupsi akibat Revolusi Industri 4.0.
Menurut Susanto (2010), terdapat tujuh tantangan guru
di abad 21, yaitu: Pertama, Teaching in multicultural
society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam
budaya dengan kompetensi multi bahasa. Kedua,
Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk
mengkonstruksi makna (konsep). Ketiga, Teaching for
active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.

79
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

Keempat, Teaching and technology, mengajar dan


teknologi. Kelima, Teaching with new view about abilities,
mengajar dengan pandangan baru mengenai kemampuan.
Keenam, Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
Ketujuh, Teaching and accountability, mengajar dan
akuntabilitas.
Dalam menjawab tantangan-tantangan tersebut, guru
dituntut memiliki kemampuan untuk membaca setiap
tantangan yang ada pada masa kini. Guru harus mampu
untuk mencari sendiri solusi yang timbul dari dampak
kemajuan zaman karena tidak semua kemajuan zaman
berdampak baik, ada dampak negatif dan positif yang
mesti diperhitungkan. Itu sebabnya kompetensi guru
perlu di asah terus–menerus dengan membudayakan
literasi digital.
Standar Kompetensi Guru
Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh
dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat
kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
1. Kompetensi pedagogik terkait dengan kemampuan
yang dimiliki oleh para guru saat mengajar dan
mengelola kelas.
2. Kompetensi kepribadian terkait dengan pribadi sang
guru yang pantas untuk digugu dan ditiru.
3. Kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan
guru dalam menjalin komunikasi baik dengan murid,
sesama guru, pemimpin dan staf sekolah, serta
orangtua murid.
4. Kompetensi profesional adalah kemampuan guru
terkait dengan bidang keilmuannya, seberapa jauh dia
menguasai ilmunya.

80
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis
kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru
dalam hal pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi Pedagogik merupakan
kompetensi khas, yang akan membedakan guru
dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta
didiknya.
Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi
melalui upaya belajar secara terus menerus dan
sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan
calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang
didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan
lainnya dari masing-masing individu yang
bersangkutan.
Indikator pengukuran kompetensi pedagogik guru
menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 adalah
sebagai berikut:
a. Kemampuan menguasai karakteristik peserta
didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual.
b. Kemampuan menguasai teori belajar dan prinsip–
prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Kemampuan mengembangkan kurikulum yang
terkait dengan bidang pengembangan yang
diampu.
d. Kemampuan menyelenggarakan kegiatan
pengembangan yang mendidik.

81
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

e. Kemampuan memanfaatkan teknologi informasi


dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik.
f. Kemampuan memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki.
g. Kemampuan berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Kemampuan Menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Kemampuan memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
j. Kemampuan melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan
personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Indikator pengukuran kompetensi kepribadian guru
menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 adalah
sebagai berikut:
a. Mampu bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
b. Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang
jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat.
c. Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

82
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

d. Mampu menunjukkan etos kerja, tanggungjawab


yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri.
e. Mampu menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
Indikator pengukuran kompetensi sosial guru
menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 adalah
sebagai berikut:
a. Kemampuan bersikap inklusif, bertindak objektif,
serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Kecakapan berkomunikasi secara efektif, empatik,
dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Kemampuan beradaptasi di tempat bertugas di
seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
d. Kemampuan berkomunikasi dengan komunitas
profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang
mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang

83
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

menaungi materinya, serta penguasaan terhadap


stuktur dan metodologi keilmuannya.
Indikator pengukuran kompetensi professional guru
menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 adalah
sebagai berikut:
a. Mampu menguasai materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
b. Mampu menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang
pengembangan yang diampu.
c. Mampu mengembangkan materi pembelajaran
yang diampu secara kreatif.
d. Mampu mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif.
e. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
Kompetensi Guru di Era Digital
Seperti yang telah dibahas di atas, bahwa di era ini para
guru dituntut meningkatkan kemampuan pedagogic
digital. Mereka tidak hanya harus mampu membuat
media pembelajaran yang menarik, melainkan harus
dapat memanfaatkan internet untuk materi pembelajaran
serta menggunakan media sosial dalam belajar mengajar.
Nah, berikut ini ulasan selengkapnya tentang kompetensi
Pedagogic Cyber yang harus dikuasai para guru.
1. Game Based Learning
Para guru harus mampu berkreasi membuat Game
Based Learning yaitu belajar sambil bermain sehingga
siswa tidak merasa bosan selama belajar. Tidak hanya

84
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

mengatasi rasa bosan, metode Game Based Learning


dapat merangsang para siswa untuk mampu berpikir
kreatif atau critical thinking yang penting untuk
jenjang pendidikan mereka ke depannya.
Game Based Learning ini harus terkait dengan materi
pembelajaran dan mampu mendorong para siswa
untuk meningkatkan kemampuan berpikir sehingga
bisa lebih memahami dan menguasai materi. Games
ini dipilih dengan tujuan agar para siswa dapat
meningkatkan kemampuan mereka dalam mengambil
keputusan, mencari solusi masalah, melakukan
kolaborasi, serta melatih daya kreativitas mereka.
2. Blended Learning (Hybrid)
Blended learning menggabungkan metode
pembelajaran yang dilakukan secara online dengan
offline atau tatap muka. Di masa pandemi, metode ini
sering dilakukan yaitu dengan menerapkan
pembelajaran dari rumah secara daring.
Metode Hybrid ini menjadi solusi pembelajaran
dengan adanya keterbatasan jarak Dengan
penggunaan teknologi sepenuhnya dalam metode ini,
para guru dituntut untuk selalu update dengan
perkembangan teknologi terkini.
3. Collaborative Learning
Kompetensi guru selanjutnya adalah Collaborative
Learning. Melalui pendekatan Collaborative & Blended
Learning -yang menjadi ciri era digital industri 4.0 –
ini, para guru dapat membuat para siswa lebih siap
dan terbiasa dengan budaya kerja kolaboratif. Dengan
demikian, para siswa akan dapat memiliki potensi
saat berhubungan secara sosial dan berkomunikasi.

85
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

4. Discovery Learning
Metode pembelajaran ini dapat mendorong siswa
mencari pengetahuan secara aktif dan mandiri
dengan cara self-learning, melalui pemanfaatan
beragam sumber baik dari materi buku maupun
internet. Mereka belajar dengan cara meneliti materi
untuk mendapatkan sebuah konsep. Dengan
demikian metode ini dapat meningkatkan
potensi critical thinking dan problem solving siswa.
Pada akhirnya Discovery Learning akan mendukung
sebuah life-long learning yang dibutuhkan bagi
kehidupan siswa selanjutnya.
Nah, itulah 4 kompetensi guru yang harus dimiliki di
era digital seperti saat ini. Dengan adanya kompetensi
tersebut, para guru dinilai mampu menghadirkan
pendidikan dan pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien dalam memanfaatkan teknologi. Apakah Anda
sebagai guru sudah siap menghadapi tuntutan ini?
Sertifikasi Guru
Dalam Undang – Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk Guru dan Dosen. Sedangkan
sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan terhadap guru dan dosen
sebagai tenaga profesional. Berdasarkan pengertian
tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu
proses pemberian pengakuan bahwa seorang telah
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah
lulus uji kompetensi yang disenggarakan oleh lembaga
sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah
proses uji kompetensi yang dirancang untuk

86
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang


sebagai landasan pemberian sertifikasi pendidik.
Sejak tahun 2019, proses sertifikasi guru mengunakan
dua pola yaitu dengan menggunakan jalur PPG
(Pendidikan Profesi Guru) yang terdiri dari dua jalur, yaitu
PPGJ (Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan) dan PPG
Pra Jabatan untuk Sarjana yang belum menduduki
jabatan sebagai guru.
Dasar Hukum Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru mempunyai dasar hukum yang
mendukung pelaksanaannya. Untuk acuan SGDJ
(Sertifikasi Guru Dalam Jabatan), inilah sejumlah
undang-undang yang digunakan untuk mengesahkan
para pendidik atau guru di Indonesia:
1. Undang-undang No 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang No 14/2005 tentang Guru dan
Dosen.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru
2010.
5. Permendiknas No 16/ 2007 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
6. Permendiknas No 10/2009 tentang Sertifikasi Bagi
Guru Dalam Jabatan.
7. Keputusan Mendiknas Nomor 022/P/2009 tentang
Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan.

87
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2020 tentang
Tata Cara Memperoleh Sertifikat Pendidik.
Kriteria Sertifikasi Guru
Cara memperoleh sertifikasi guru, perlu memperhatikan
beberapa persyaratan (update terbaru Permendikbud
nomor 38 tahun 2020) yang harus dipenuhi:
1. Syarat umum
Beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi
termasuk:
a. Lulus S1 atau D-IV.
b. Belum memiliki sertifikat mengajar.
c. Mempunyai NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan
Tenaga Kependidikan).
d. Usia maksimal adalah 58 tahun.
e. Kualifikasi akademis yang dimiliki sesuai dengan
mata pelajaran yang dipilih (untuk mengajar) saat
mengikuti program PPG (Pendidikan Profesi
Guru). Program PPG dapat diakses melalui link
https://ppg.kemdikbud.go.id/
f. Sehat secara jasmani dan rohani (termasuk bebas
NAPZA atau Narkotika Psikotropika dan Zat
Adiktif Lainnya).
g. Berkelakuan baik.
2. Syarat dokumen atau berkas
Inilah dokumen atau berkas untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan sertifikat untuk mengajar:
a. Fotokopi ijazah resmi dari perguruan tinggi
tempat pengajar mendapatkan pendidikan
keguruan.

88
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

b. Fotokopi SK (Surat Keputusan) Pengangkatan


pertama dan hingga lima tahun terakhir. Berkas
ini harus dilegalisasi oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota/Provinsi bagi guru PNS,
pengajar berstatus PNS yang mendapatkan
mandat dari Pemerintah Daerah, dan pengajar
PNS yang mengajar di sekolah negeri. Berkas ini
juga harus dilegalisasi oleh Ketua Yayasan untuk
guru yang bekerja di yayasan tersebut, beserta SK
yang dilegalisir dua tahun berturut-turut.
3. Syarat khusus pengajar non-PNS
Sejak pandemi Covid-19 pada 2020, pengajar
berstatus bukan PNS wajib melampirkan bukti
kesanggupannya untuk mengajar secara tatap muka
minimal 24 jam.
4. Surat izin mengikuti PPG
Surat ini bisa diperoleh dari pejabat berwenang untuk
pengajar berstatus PNS, ketua yayasan untuk guru
yayasan, dan Pemerintah Daerah untuk pengajar
berstatus bukan PNS yang mengajar di sekolah negeri.
5. Surat keterangan bebas NAPZA
Surat ini hanya bisa didapatkan dari BNN (Badan
Narkotika Nasional).
6. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani
Surat ini diperoleh dari rumah sakit pemerintah.
7. SKCK dari kepolisian
Surat ini diperoleh dari kepolisian setempat.
8. Mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa PPG (UKMPPG)
Untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG),
maka Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan melalui Direktorat Pendidikan Profesi

89
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

Guru biasanya melaksanakan Uji Kompetensi


Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru
(UKMPPG) setiap Periode pada setiap Tahun akademik
berjalan bagi mahasiswa PPG Daljab secara daring
berbasis domisili. Panduan teknis mengikuti UKMPPG
bisa diakses melalui link
https://ukm.ppg.kemdikbud.go.id/
Tujuan Sertifikasi Guru
Tujuan dari adanya sertifikasi guru adalah:
1. Sebagai peningkat martabat guru selaku tenaga
pengajar.
2. Sebagai peningkat mutu dan proses kegiatan
mengajar dan belajar murid di kelas.
3. Sebagai penentu kelayakan guru dalam pelaksanaan
tugas mengajar di kelas.
4. Pemberian standar profesionalisme bagi guru.
5. Menaikkan proses dan mutu hasil pendidikan.
6. Sebagai pelindung profesi tenaga pengajar dan
lembaga pendidikan.
7. Sebagai pendukung perlindungan lembaga
pendidikan dengan cara memberikan instrumen serta
rambu-rambu untuk memilih pelamar yang kompeten
dalam mengajar.
8. Sebagai pembangun citra baik di masyarakat selaku
tenaga pengajar dan pendidik.
9. Sebagai pelindung masyarakat dari praktik yang tidak
kompeten, termasuk yang dapat merusak citra guru.
10. Sedangkan menurut Kunandar (2007), sertifikasi
guru bertujuan untuk:

90
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

11. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan


tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
12. Peningkatan proses dan mutu hasil – hasil
pendidikan.
13. Peningkatan profesionalisme guru.
Selanjutnya Kunandar (2004), mengungkapkan bahwa
sertifikasi memberi manfaat untuk hal-hal sebagai
berikut:
1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga pendidik dari
praktik-praktik yang tidak kompeten.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang
tidak berkualitas dan profesional, sehingga merusak
citra pendidik dan tenaga kependidikan.
3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara
pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan
instrumen untuk melakukan seleksi terhadap
pelamar yang kompeten.
4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi
pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan.

91
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

Contoh Panduan Install Aplikasi Up UKMPPG


Berbasis Domisili
Panduan teknis install Aplikasi UP UKMPPG bisa diakses
melalui link https://ukm.ppg.kemdikbud.go.id/

Gambar 5.2 Panduan Install Aplikasi Up UKMPPG

92
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

Daftar Pustaka
Clark, Jhon M. (2007). Human Resource Management.
International Edition. Boston: The McGraw-Hill
Companies. Inc.
Kunandar (2007). Guru Profesional: Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru. Depok: Rajawali Pers
Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin (2015) Kupas Tuntas
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Sertifikasi
dan Menjadi Guru Profesional. Kata Pena
Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin (2015), Sukses Uji
Kompetensi Guru (UKG). Kata Pena
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2005). Sumber Daya
Manusia Perusahan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mathis, Carrel dan Jackson. (2001). Human Resource
Management, Global Strategy for Managing a Diverse
Work Force. Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall
Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi
Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2020 tentang Tata Cara
Memperoleh Sertifikat Pendidik.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen.
Sidjabat, B.S. (2009). Mengajar Secara Profesional.
Bandung: Kalam Hidup

93
STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU

Profil Penulis
Dr. Jeffrit Kalprianus Ismail, M.Pd.K
Lahir di Kabupaten Kupang NTT, tepatnya
kampung Oli’o 03 Desember 1978. Tamat S1
Teologi (2003) & S2 PAK (2008) di STT Injili
Arastamar (SETIA) Jakarta. Tahun 2014 – 2016
studi lanjut S3 Teologi di STT SETIA Jakarta, lalu 2016 mutasi
ke STT Ekumene Jakarta dan tamat S3 Teologi Konsentrasi
Biblika 2018.
Tahun 2003 - 2014 ditugaskan sebagai Surveyor PATMOS
Jakarta dalam pelayanan sosial Kristen di berbagai pedesaan
dan pedalaman Indonesia. Periode 2012 – 2014 ditugaskan
sebagai Kaprodi S1 PAK di STT Arastamar Wamena, Periode
2014-2018 sebagai Direktur Pascasarjana STT Arastamar
Wamena. Bulan Juli 2013 – Januari 2014 bersama tim
Arastamar NTT merintis dan menjabat sebagai Ketua Pelaksana
Tugas STAK Arastamar Soe (STAKAS). Pada tahun 2014
bersama tim Arastamar Papua merintis STAK Arastamar
Grimenawa Jayapura dan menetap melayani sebagai Pimpinan
hingga sekarang. Tahun 2015 mengakusisi dan memimpin
persekolahan SMTK Firdaus Jayapura hingga sekarang. Periode
2017 – 2022 bertugas sebagai Ketua Koordinator Wilayah Papua
& Papua Barat Perkumpulan Dosen dan Perguruan Tinggi
Keagamaan Kristen Indonesia (PDPTKI). Lulus Sertifikasi
Pendidik untuk Dosen dan dinyatakan sebagai Dosen
Profesional dalam rumpun bidang Pendidikan Agama Kristen
pada tahun 2012 melalui Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Email Penulis: jeffritkalprianusismail@gmail.com

94
6
METODE PEMBELAJARAN

Dr. Atik Badi’ah, S.Pd, S.Kp, M.Kes


Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta

Pengantar Metode Pembelajaran


Salah satu permasalahan mutu pendidikan di
Indonesia adalah rendahnya proses pembelajaran seperti
penggunaan metode yang kurang tepat, kurikulum,
manajemen sekolah yang tidak efektif dan kurangnya
minat dalam menerima pengajaran. Realitas yang ada
secara langsung di sekolah atau bangku kuliah
menunjukkan bahwa siswa atau mahasiswa tidak
memiliki kemauan belajar yang tinggi, baik dalam mata
pelajaran atau mata kuliah yang disukai maupun yang
tidak disukai sekalipun. Banyak siswa atau mahasiswa
yang tidak bersemangat di dalam kelas, tidak mampu
memahami dengan baik pelajaran atau mata kuliah yang
disampaikan oleh guru atau dosen di kelas atau bangku
kuliah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa atau
mahasiswa tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk
belajar. Siswa atau mahasiswa masih menganggap
kegiatan belajar mengajar tidak menyenangkan dan
akhirnya memilih kegiatan yang lain. Profesionalisme
guru atau dosen bukanlah pada kemampuannya
mengembangkan ilmu pengetahuan, melainkan lebih
pada kemampuannya untuk melaksanakan
pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa
atau mahasiswa. Daya tarik suatu mata pelajaran atau

95
METODE PEMBELAJARAN

mata kuliah ditentukan oleh dua hal, yaitu (1) mata


pelajaran atau mata kuliah itu sendiri dan (2) metode yang
digunakan oleh guru atau dosen itu sendiri. Proses
pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika
pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu: (1)
kompetensi substansi materi pembelajaran atau
penguasaan materi pelajaran atau mata kuliah, (2)
kompetensi metode pembelajaran.
Salah satu hal yang dapat menunjang keberhasilan
seorang guru atau dosen adalah penggunaan metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang
diajarkan. Metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Pembelajaran
lingkungan sekitar siswa atau mahasiswa dapat dengan
mudah dikuasai oleh siswa melalui pengamatan pada
situasi yang konkrit dan menitikberatkan pada kreativitas
siswa. Dampak positif diterapkanya pendekatan
lingkungan adalah siswa atau mahasiswa dapat terpacu
sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada
di lingkungan sekitarnya.
Ada empat pilar utama dalam pendidikan uaitu : (1)
learning to know (belajar untuk mengetahui), (2) learning
to be (belajar untuk menjadi jati diri), (3) learning to do
(belajar untuk mengerjakan sesuatu), dan (4) learning to
life together (belajar untuk bekerja sama).
Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah sebuah proses sistematis
dan teratur yang dilakukan oleh guru atau dosen dalam
menyampaikan materi kepada siswa atau mahasiswa.
Learning methods atau metode pembelajaran merupakan
sebuah strategi atau taktik dalam melaksanakat kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas yang diaplikasi oleh

96
METODE PEMBELAJARAN

tenaga pendidik (siswa atau dosen) agar tujuan


pembelajaran yang sudah ditetapkan bisa tercapai dengan
baik. Melalui cara ini maka diharapkan proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian
sangat penting bagi seorang pendidik untuk mengenal
metode dalam pembelajaran supaya siswa merasa
semakin bersemangat saat mengikuti pembelajaran di
dalam kelas. Selain itu, pemilihan metode pembelajaran
yang tepat, membuat siswa atau mahasiswa tidak cepat
merasa bosan atau jenuh ketika mengikuti kegiatan
belajar mengajar di dalam kelasatau bangku kuliah.
Dunia pendidikan memang tidak bisa terlepas dari model
pembelajaran yang berbeda di masing-masing tingkat
pendidikan. Dalam sebuah proses belajar mengajar
memang tidak hanya sekedar proses memberikan
pelajaran saja kepada siswa atau mahasiswa saja, tetapi
juga melibatkan metode pembelajaran yang digunakan
oleh guru atau dosen untuk mentransfer ilmu kepada
siswa atau mahasiswa. Metode pembelajaran merupakan
suatu proses yang sistematis dan teratur yang dilakukan
oleh pendidik dalam penyampaian materi kepada peserta
didik. Dengan adanya cara ini maka diharapkan proses
belajar mengajar bisa berjalan dengan baik. Oleh karena
itu, pendidik harus bisa mempelajari metode
pembelajaran. Hal itu sangat perlu dilakukan guna
membuat peserta didik menjadi lebih semangat dalam
mengikuti kegiatan belajar di kelas.
Macam Metode Pembelajaran
Macam metode pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar adalah:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah salah satu metode
pembelajaran yang bersifat konvensional karena guru
atau dosen menyampaikan materi kepada siswa atau

97
METODE PEMBELAJARAN

mahasiswa secara lisan. Metode ceramah memang


dianggap sebagai yang paling praktis dan ekonomis.
Namun seorang guru atau dosen harus bisa
menggunakan metode ceramah secara menarik agar
para siswa atau mahasiswa tidak cepat bosan
mengikuti pembelajaran. Metode ceramah adalah
metodologi pembelajaran yang penyampaian
informasi pembelajaran kepada peserta didik
dilakukan dengan cara lisan. Metode ini sangat cocok
diterapkan di tempat dengan jumlah pendengar
dengan yang cukup besar. Metode ceramah bisa
aplikasikan di dalam kelas atau di dalam gedung
dengan jumlah peserta didik yang cukup banyak.
Dengan menggunakan metode ini, seorang pengajar
akan lebih mudah menjelaskan materi-materinya.
Bahkan proses pembelajaran akan berjalan dengan
efektif. Metodeceramah membuat suasana kelas akan
lebih kondusif dan tenang. Seorang pengajar lebih
memiliki porsi besar dalam mengatur kegiatan
pembelajaran dan setiap peserta didik memiliki
kegiatan yang sama. Efisiensi waktu dan tenaga juga
cukup baik. Salah satunya adalah setiap peserta didik
dapat dengan cepat dan mudah menerima informasi
yang disampaikan oleh pengajar. Sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan
lancar. Metode ceramah juga bisa bermanfaat untuk
membiasakan peserta didik untuk memaksimalkan
pendengarannya dalam mendapatkan suatu
informasi. Metode ini sangat tepat digunakan untuk
peserta didik yang memiliki kecerdasan yang bagus.
Hal tersebut karena ketika seorang peserta didik
menerima informasi bisa lebih mudah dalam
memahaminya. Metode ceramah mempunyai
kelemahan yaitu kondisi kelas akan dipegang dan di
atasi sepenuhnya oleh guru atau dosen. Bahkan guru
atau dosen juga menjadi kurang tahu perkembangan

98
METODE PEMBELAJARAN

peserta didiknya secara pasti. Dengan menggunakan


metode ceramah ini proses timbal balik dan
pemahaman seorang peserta didik akan berbeda.
Bahkan lebih parahnya peserta didik tidak dapat
memahami materi pembelajaran yang disampaikan
oleh pengajar dengan baik.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi ini selalu mengutamakan aktivitas
diskusi yang melibatkan para siswa atau mahasiswa
untuk belajar memecahkan masalah. Penerapan
metode diskusi di dalam proses belajar menjgajar
biasanya dilakukan dengan membuat kelompok
diskusi menjadi kelompok kecil (4-5 siswa atau
mahasiswa) yang bertugas membahas sebuah
masalah. Metode diskusi merupakan sebuah metode
pembelajaran yang berkaitan dengan pemecahan
suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa peserta
didik. Metode diskusi ini sangat cocok diterapkan
pada kelompok yang berjumlah tidak terlalu banyak.
Dalam praktiknya metode diskusi ini lebih
mengutamakan interaksi yang terjadi antar peserta
didik. Serta untuk merangsang daya pikir pada setiap
peserta diskusi.
Metode diskusi juga memiliki beberapa jenis diskusi
antara lain:
a. Diskusi Formal
Diskusi formal dapat ditemukan di berbagai
lembaga. Misalnya saja di pemerintah dan semi
pemerintah. Dalam diskusi formal ini dibutuhkan
adanya ketua kelomok diskusi sebagai pengatur
jalannya diskusi. Serta seorang penulis atau
notulen untuk mencatat setiap apa yang terjadi di
dalam proses diskusi. Metode diskusi ini
dilakukan secara formal maka setiap tindakan

99
METODE PEMBELAJARAN

dalam diskusi ini harus mendapatkan izin dari


moderator. Hal tersebut perlu dilakukan agar
keadaan tetap kondusif dan proses diskusi bisa
berjalan dengan baik.
b. Diskusi Non Formal
Dalam diskusi non formal aturan tidak seketat
seperti yang ada pada jenis diskusi formal. Karena
diskusi ini tidak bersifat formal atau resmi.
Contoh yang paling sederhana dalam diskusi non
formal ini adalah diskusi yang berlangsung di
dalam keluarga. Setiap anggota keluarga
mempunyai hak untuk berbicara sesuai
kapasitasnya. Diskusi non formal tidak harus ada
moderator ataupun notulen acara. Seandainya di
dalam dunia pendidikan, dapat berupa kegiatan
kelompok belajar. Pada setiap anggota kelompok
belajar akan saling berbagi informasi atau
pertanyaan untuk dipecahkan dan di cari
solusinya secara bersama-sama.
3. Diskusi Panel
Metode diskusi panel terdapat dua jenis anggota
diskusi, yaitu anggota aktif dan tidak aktif. Bagi
anggota aktif peserta didik akan ikut terlibat di dalam
forum diskusi. Sebaliknya anggota yang tidak aktif
peserta didik tidak akan melibatkan diri di dalam
diskusi dan hanya sekedar menjadi pendengar.
Peserta didik yang tidak aktif adalah bagian dari
beberapa kelompok yang saat itu menjadi anggota
aktif atas nama kelompok mereka.
a. Diskusi Symposium
Metode diskusi symposium hampir mirip dengan
diskusi formal, hanya saja diskusi ini dalam
penyampaian pendapat dilakukan oleh beberapa

100
METODE PEMBELAJARAN

orang pemasaran atau presenter. Setiap anggota


yang menjadi pemasaran atau presenter akan
menyampaikan ke depan banyak orang secara
bergantian. Peserta akan menyampaikan
pendapat-pendapatnya sendiri. Ciri yang melekat
pada diskusi symposium ini adalah tidak mencari
kebenaran untuk suatu masalah, namun hanya
sebagai sarana menyampaikan pendapat saja.
b. Lecture Discussion
Metode diskusi lecture discussion ini tidak jauh
beda dengan diskusi ceramah. Dalam praktiknya
diskusi ini bertujuan untuk mendiskusikan suatu
permasalahan. Misalnya saja seorang guru atau
dosen memberikan masalah kepada beberapa
kelompok siswa atau mahasiswa untuk
didiskusikan.
Dengan menggunakan metode diskusi proses
belajar mengajar dapat membangun suasana
kelas yang lebih menarik dan tidak
membosankan. Karena, setiap murid akan
terfokus pada masalah yang sedang didiskusikan
bersama-sama. Setiap peserta didik akan dituntut
untuk berani menyampaikan pendapatnya serta
berpikir secara mendalam. Selain itu, metode
diskusi ini mengajarkan kepada para peserta didik
untuk mampu bersikap kritis dan sistematis
dalam berpikir serta mampu untuk bersikap
toleransi dalam menemukan temannya yang
memiliki pendapat yang berbeda. Dan
memberikan pengalaman setiap peserta didik
mengenai etika dalam bermusyawarah. Pada
umumnya hasil dari diskusi ini adalah berupa
kesimpulan dari masalah dan akan dapat dengan
mudah diingat oleh peserta didik. Hal itu terjadi
karena peserta didik mengikuti alur berdiskusi

101
METODE PEMBELAJARAN

dan mendapatkan hal-hal yang menurut mereka


menarik. Dalam metode diskusi ini peserta didik
dituntut untuk aktif dan tentu tidak semua
peserta didik mampu mengikuti metode tersebut.
Metode ini lebih cenderung diisi oleh opeserta
didik yang memang dianggap pandai dan yang
berani berbicara. Maka dari itu, bagi peserta didik
yang kurang berani, mereka akan memiliki
peluang yang kecil untuk bisa berpartisipasi
dalam jalannya diskusi. Berbeda lagi jika seorang
pengajar memang mewajibkan setiap peserta didik
untuk bicara. Jika pengajar tidak mampu
mengatur jalannya diskusi, maka arah
perdiskusian tidak akan terarah dengan baik dan
bisa jadi jalannya diskusi akan keluar dari
pembahasan. Maka dapat disimpulkan bahwa
metode diskusi membutuhkan banyak waktu
bahkan bisa jadi tidak berjalan dengan efektif.
4. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode yang dalam
menyampaikan suatu informasi dilakukan melalui
interaksi antara pengajar dan peserta didik. Metode
yang satu ini adalah suatu cara untuk menyampaikan
materi pembelajaran dengan cara seorang guru atau
dosen memberikan pertanyaan kepada siswa atau
mahasiswa. Selain itu, metode ini dilakukan untuk
melihat sejauh mana pemahaman peserta didik
terhadap materi- materi yang disampaikan oleh
pengajar. Dalam metode tanya jawab ini berisi
interaksi antara pengajar dan peserta didik, kedua
belah pihak harus sama-sama aktif dalam proses
jalannya pembelajaran. Setiap peserta didik juga
dituntut aktif tanpa menunggu dari pengajar
memberikan pertanyaan. Bertanya merupakan salah
satu cara untuk mengetahui sejauh mana peserta

102
METODE PEMBELAJARAN

didik dapat menerima informasi yang disampaikan


pengajar. Oleh karena itu, bertanya adalah metode
pembelajaran yang dianggap penting dan bagus dalam
membimbing setiap peserta didik. Metode bertanya
juga memiliki manfaat dalam produktifitas peserta
didik dan keefektifan belajar. Ada banyak fungsi
bertanya dalam proses pembelajaran. Di antaranya
adalah untuk menggali informasi, mengetahui
pemahaman dan juga keinginan peserta didik.
Dengan adanya pertanyaan yang di berikan pada
peserta didik, mereka akan kembali memusatkan
perhatiannya kepada materi yang sedang
disampaikan. Dengan menggunakan metode tanya
jawab ini setiap peserta didik dapat dipancing untuk
berfikir dan berani menyampaikan pendapatnya.
Peserta didik akan berusaha untuk fokus saat
mengikuti proses belajar mengajar di kelas atau di
bangku kuliah. Selain itu, peran pengajar dalam
memberikan pelajaran serta pemahaman kepada
peserta didik bisa berjalan dengan lebih baik. Metode
ini memang cukup bagus dalam membangun mental
setiap peserta didik namun ada dampak negatif yang
dihasilkan. Misalnya saja ketika proses tanya jawab
ada berbeda pendapat, maka bisa jadi terjadi
perdebatan yang dapat menghabiskan waktu yang
tidak sedikit. Metode ini memiliki kelemahan pada
efisiensi waktu, bila hal tersebut benar-benar terjadi.
Selain itu, untuk memberikan kesimpulan juga
membutuhkan waktu yang tidak sedikit, karena pasti
setiap peserta didik memiliki pendapat yang berbeda.
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran
yang dilakukan dengan cara praktikum agar siswa
atau mahasiswa bisa melihat dan mempraktikkan
secara langsung materi pembelajaran yang sedang

103
METODE PEMBELAJARAN

dipelajari di kelas atau bangku kuliah. Metode


demonstrasi memang lebih menarik serta membuat
siswa atau mahasiswa lebih fokus pada materi
pembelajaran. Metode demonstrasi adalah metode
dengan menggunakan benda, alat ataupun bahan-
bahan informasi yang dapat memberikan gambaran
yang nyata. Selain itu, untuk memperjelas informasi
juga bisa dengan bentuk praktikum mengenai materi
yang disampaikan. Penggunaan benda atau alat bisa
memudahkan setiap peserta didik memahami materi
yang telah disampaikan oleh pengajar. Dengan
menggunakan metode demonstrasi ini, setiap peserta
didik dapat dengan mudah memahami materi
pembelajaran dengan cara menghafal apa yang telah
disampaikan oleh pengajar dan dapat memperjelas
materi pembelajaran yang rumit menjadi lebih mudah
untuk dipahami. Sebagai bukti mengenai teori atau
materi yang disampaikan melalui lisan dengan jelas.
Selain memiliki keunggulan, metode demonstrasi ini
memiliki kekurangan. Dan bisa menjadikan masalah
apabila benda yang dijadikan demonstrasi berukuran
kecil. Karena hal tersebut akan mempersulit peserta
didik untuk mengamati benda tersebut. Metode ini
berjalan tidak kondusif apabila dilakukan dengan
jumlah peserta didik yang terlalu banyak. Peserta
didik akan berebut tempat untuk melihat benda yang
dijadikan demonstrasi. Menggunakan metode ini
namun seorang guru tidak menguasai materinya
dengan baik bisa menyebabkan masalah. Karena
peserta didik tidak mampu menjelaskan materinya
dengan baik. Bahkan bisa jadi peserta didik tidak
akan menjadi paham mengenai materi yang
disampaikan pengajar.

104
METODE PEMBELAJARAN

6. Metode Ceramah Plus


Metode iceramah plus ini mirip dengan metode
ceramah pada umumnya, tetapi untuk metode
ceramah plus biasanya disertai metode lainnya saat
menyampaikan materi pembelajaran seperti diskusi,
tanya jawab, demonstrasi dan latihan. atau feedback
antara guru atau dosen dengan siswa atau
mahasiswa. Metode ceramah plus adalah
perkembangan dari metode ceramah. Pengertian
metode cemarah plus ini adalah sistem pembelajaran
yang menggunakan lisan serta dikombinasikan
dengan metode yang lain. Pada umumnya metode ini
sama seperti yang dilakukan oleh pengajar, ketika
selesai menyampaikan materi pembelajaran maka
pengajar akan memberikan waktu kepada para
peserta didik untuk bertanya tentang materi yang
belum di pahami. Jika peserta didik sudah mengerti
ataukah belum, atau pertanyaan-pertanyaan terkait
materi yang telah disampaikan. Biasanya metode ini
dilakukan pada akhir dari sesi pembelajaran. Metode
ceramah plus diskusi dan tugas diawali dengan
memberikan materi secara lisan terlebih dahulu.
Kemudian setelah selesai, maka setiap peserta didik
dibentuk kelompok diskusi. Dan diakhir sesi ada
pembagian tugas untuk setiap individu atau
kelompok. Metode ceramah plus demonstrasikan dan
latihan berisi gabungan dari penyampaian materi
secara lisan, selain itu juga perlu meragakan materi
serta latihan.
7. Metode Resitasi
Metode resitasi biasanya mengharuskan siswa atau
mahasiswa membuat sebuah resume tentang materi
yang telah disampaikan oleh guru atau dosen.
Dimana resume tersebut ditulis pada kertas

105
METODE PEMBELAJARAN

menggunakan kata-kata dari siswa atau mahasiswa


itu sendiri.
8. Metode Eksperimen
Metode eksperimen dilakukan melalui kegiatan
percobaan atau praktikum di laboratorium agar siswa
atau mahasiswa bisa melihat secara langsung materi
pembelajaran yang sedang disampaikan. Contohnya
berupa ilmu pengetahuan alam (sains) dan
sebagainnya.
9. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata menggunakan tempat atau
lingkungan tertentu yang mempunyai sumber belajar
untuk siswa atau mahasiswa. Namun penerapan
metode ini perlu memperoleh pengawasan secara
langsung dari guru atau dosen. Misalnya kunjungan
ke museum perjuangan atau pembelajaran di alam,
sehingga siswa atau mahasiswa dapat mengamati
secara langsung materi pembelajaran.
10. Metode Latihan atau Drill
Metode latihan merupakan metode pembelajaran yang
dilakukan dengan melatih keterampilan kepada siswa
atau mahasiswa dengan merangsang, memanfaatkan
atau membuat sesuatu. Biasanya setelah penjelasan
materi pembelajaran oleh guru atau dosen maka siswa
atau mahasiswa akan diuji dengan beberapa
pertanyaan kemudian siswa atau mahasiswa
menjawab soal latihan tersebut di dalam kertas.
Metode latihan atau drill adalah metode yang dapat
digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
atau informasi melalui bentuk latihan-latihan. Metode
latihan mendidik peserta didik ini berfungsi untuk
melatih keterampilan fisik serta mental.

106
METODE PEMBELAJARAN

11. Metode Perancangan


Metode perancangan ini, siswa atau mahasiswa akan
dirangsang agar mampu membuat sebuah proyek
yang nantinya akan diteliti. Dapat Berupa
perancangan skema, data, grafik dan lain-lain. Metode
perancangan ini banyak digunakan juga pada
program khusus. Metode perancangan adalah metode
pembelajaran dengan cara memberikan tugas pada
setiap peserta didik. Tugas yang diberikan pengajar
adalah untuk merancang sebuah proyek yang
nantinya akan diteliti sebagai obyek kajian peserta
didik. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
memancing peserta didik supaya bisa menciptakan
suatu hal baru. Metode perancangan ini adalah untuk
mengajarkan kepada peserta didik agar membuka
cakralawa berpikir yang lebih luas. Dengan sudut
padang yang baru peserta didik akan lebih mudah
dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Peserta
didik akan belajar dalam mengaplikasikan setiap
keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terpadu
sampai menjadi kebiasaan. Hal tersebut dilakukan
agar setiap pengetahuan yang dimiliki peserta didik
dapat bermanfaat untuk kehidupan. Metode ini juga
memiliki beberapa kelemahan yaitu pembahasan
materi pembelajaran harus senantiasa dicocokan
dengan kebutuhan peserta didik. Sedangkan
kemungkinan untuk selalu berubah-ubah cukup
besar, bisa jadi akan jauh dari pokok pembahasan
materi pembelajaran.
12. Metode Debat
Metode debat ini mengajak siswa atau mahasisa
untuk saling beradu argumentasi secara perorangan
atau kelompok. Tetapi metode debat tersebut
dilakukan secara formal dan memiliki aturan tertentu
untuk membahas dan mencari penyelesaian masalah.

107
METODE PEMBELAJARAN

13. Metode Mind Mapping


Metode Mind Mapping ini menerapkan metode
pembelajaran cara berpikir secara runtut pada
sebuah permasalahan, bagaimana terjadinya serta
bagaimana cara mengatasi penyelesaiannya. Melalui
metode ini, siswa atau mahasiswa bisa meningkatkan
daya analisis serta berpikir kritis agar memahami
masalah sejak awal sampai akhir adari pembelajaran
di kelas atau bangku kuliah.
Fungsi Metode Pembejalaran
Fungsi metode dalam pembelajaran antara lain:
1. Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebuah metode pembelajaran berperan sebagai alat
motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar untuk
siswa atau mahasiswa. Dengan demikian siswa atau
mahasiswa bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar
dengan baik. Dimana motivasi tersebut akan
mendorong siswa atau mahasisa agar semakin
bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Strategi Pembelajaran
Penerapan metode pembelajaran oleh guru atau dosen
maka setiap siswa atau mahasiswa di dalam kelas
bisa menangkap ilmu dengan baik. Sehingga setiap
guru atau dosen perlu mengetahui metode dalam
pembelajaran yang paling sesuai diterapkan di kelas
atau bangku kuliah tersebut berdasarkan
karakteristik siswa atau mahasiswa.
3. Alat Mencapai Tujuan
Metode pembelajaran merupakan sebuah alat supaya
siswa atau mahasiswa bisa mencapai tujuan belajar
di dalam kelas atau di bangku kuliah. Penyampaian
materi yang tidak memperhatikan metode dalam

108
METODE PEMBELAJARAN

pembelajaran maka dapat mengurangi nilai kegiatan


belajar mengajar tersebut. Selain itu, guru atau dosen
juga menjadi kesulitan saat menyampaikan materi
pembelajaran dan siswa atau mahasiswa kurang
termotivasi saat proses belajar mengajar di kelas atau
bangku kuliah.
Tujuan Metode Pembelajaran
Tujuan utama dari metode pembelajaran yaitu membantu
mengembangkan kemampuan secara individu para siswa
atau mahasiswa agar mereka mampu menyelesaikan
masalahnya di dalam kelas atau bangku kuliah.
Beberapa tujuan metode pembelajaran dalam proses
belajar mengajar adalah:
1. Membantu siswa atau mahasiswa mengembangkan
kemampuan individual supaya mereka bisa mengatasi
permasalahannya menggunakan terobosan solusi
alternatif.
2. Membantu kegiatan belajar mengajar agar
pelaksanannya bisa dilakukan menggunakan cara
terbaik.
3. Memudahkan dalam menemukan, menguji serta
menyusun data yang diperlukan sebagai upaya
mengembangkan disiplin sebuah ilmu.
4. Mempermudah proses pembelajaran dengan hasil
terbaik agar tujuan pengajaran bisa tercapai.
5. Menghantarkan suatu pembelajaran ke arah ideal
secara cepat, tepat dan sesuai harapan.
6. Proses pembelajaran bisa berjalan dengan suasana
yang lebih menyenangkan serta penuh motivasi
sehingga siswa atau mahasiswa mudah memahami
materi pembelajaran.

109
METODE PEMBELAJARAN

Daftar Pustaka
Asrori, Muhammad.2009. Psikologi Pembelajaran. Seri
Pembelajaran Efektif. Jakarta: CV Wacana Prima.
Budiningsih, C. Asri.2005. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
Hamzah,Uno. Tth. Teori Motivasi dan Pengukuranya.
Penerbit Numi Aksara.
Martinis, Yamin. 2010. Strategi Pembelajaran Berbasis
Kompetensi. Jakarta:
Nurdin,Muhammad. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional.
Yogyakarta: Prisma Sophie.
Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar-
Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumiati dan Asra .2009. Metode Pembelajaran. Seri
Pembelajaran Efektif. Jakarta. CV Wacana Prima.
Thursan, Hakim. 2001. Belajar Secara Efektif. Jakarta:
Puspa Swara.
Usmar,Uzer 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdyakarya.

110
METODE PEMBELAJARAN

Profil Penulis
Dr. Atik Badi’ah, S.Pd, S.Kp, M.Kes
Lahir di Trenggalek, 30 Desember 1965. Bekerja
sebagai dosen/Lektor Kepala di Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Yogyakarta mulai 1988 s.d sekarang. Lulus
Akademi Perawat Dep Kes Yogyakarta 1987, Lulus IKIP PGRI
Wates Bimbingan Konseling tahun 1994, Lulus S 1
Keperawatan PSIK FK UNPAD Bandung tahun 1997, Lulus S2
Kesehatan Ibu Anak FK UGM tahun 2002 dan Lulus S3 Promosi
Kesehatan Pasca Sarjana UNS Surakarta tahun 2018. Pernah
menjadi dosen berprestasi Poltekkes tingkat Nasional tahun
2006. Mendapat penghargaan dari Presiden dan Menteri
Kesehatan. Menjadi penguji eksternal Disertasi S3 Promosi
Kesehatan UNS. Menjadi Asesor Beban Kinerja Dosen (BKD).
Menjadi Reviewer Internal Jurnal Caring Jurusan Keperawatan
Poltekkes Yogyakarta, menjadi Reviewer Eksternal Jurnal
Internasional Health Notion, Jurnal Nasional Forikes Poltekkes
Surabaya, Jurnal Nasional Surya Medika Stikes Surya Global
Yogyakarta, Jurnal Nasional Health Sciences and Pharmacy
Journal Stikes Surya Global Yogyakarta dan Jurnal Nasional
MIKKI Stikes Wira Husada Yogyakarta. Menjadi Reviewer
Penelitian Eksternal Nasional dan Reviewer internal Penelitian
dan reviewer internal pengabdian masyarakat tingkat Poltekkes
Yogyakarta. Menjadi pembicara tingkat lokal dan nasional.
Menjadi Afiliasi Reasearch Seameo Recfon. Melakukan berbagai
penelitian tingkat Poltekkes, Nasional dan Internasional
(Seameo Recfon) dan telah dipublikasikan dalam jurnal
Internasional terindeks Scopus, jurnal nasional OJS dan
Terakreditasi. Sudah menerbitkan beberapa buku keperawatan.
Email: atik.cahyo@yahoo.com

111
112
7
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Maisarah, M.Pd
Universitas Samudra

Bahan ajar yaitu segala bahan yang digunakan untuk


memudahkan penyampaian pesan atau materi ajar.
Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang
disusun secara sistematis, yang digunakan pendidik dan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Sadjati et al.
(2012, p. 1.3) mengemukakan bahwa bahan ajar bersifat
unik karena hanya dapat digunakan oleh audiens tertentu
dalam suatu proses pembelajaran, dan bersifat spesifik
karena drancang sedemikian rupa untuk mencapai
tujuan tertentu pada pengguna tertentu.
Jenis-Jenis Bahan Ajar

Majid dalam (Arsanti, 2018, p. 74) mengelompokkan


bahan ajar menjadi emapat jenis, yaitu: (1) bahan cetak
seperti handout, buku, modul, lembar kerja, brosur,
leaflet, wallchart, foto/ gambar, model/ maket; (2) bahan
ajar dengan (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam,
CD audio; (3) bahan ajar pandang dengar (audio visual)
seperti video CD, film; (4) bahan ajar interaktif atau CD
interaktif. Sadjati et al. (2012, p. 1.8) mengelompokkan
bahan ajar ke dalam dua jenis, yaitu: bahan ajar cetak
(modul, handout, lembar kerja), dan bahan ajar non cetak
(realia, bahan ajar yang dikembangkan dari barang
sederhana, bahan ajar diam atau display, video, audio,

113
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

OHT). Dari beberapa jenis bahan ajar terlihat bahwa


antara bahan ajar dan media pembelajaran mempunyai
hubungan atau saling berkaitan. Namun dari definisi
keduanya mempunyai peran yang berbeda, bahan ajar
yaitu bahan atau materi yang membutuhkan alat
pendukung untuk penyampaiannya, sedangkan media
pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan bahan ajar tersebut.
Dari uraian di atas, maka disimpulkan bahwa bahan ajar
dikelompokkan sesuai bentuknya, yaitu: (1) bahan ajar
berbentuk visual seperti handout, buku, modul, lembar
kerja, brosur, leaflet, wallchart, foto/ gambar, model/
maket; (2) bahan ajar berbentuk audio seperi radio, kaset,
piringan hitam atau CD audio; (3) bahan ajar berbentuk
audio visual seperti video atau film; (4) bahan ajar
multimedia interaktif seperti CD interaktif maupun
perangkat lunak komputer yang mendukung
penyampaiannya materi pada bahan ajar.
Karakteristik Bahan Ajar

Menurut Depdiknas (2004) karakteristik bahan ajar yang


baik mempunyai substansi materi yang diakumulasi dari
standar kompetensi atau kompetensi dasar di dalam
kurikulum, mudah dipahami, memiliki daya tarik, dan
mudah dibaca. Arsanti (2018, p. 72) menambahkan
bahwa ketika mengembangkan bahan ajar harus
memperhatikan kriteria yang meliputi: (1) relevansi secara
psikologis dan sosiologis, (2) kompleksitas, (3) ilmiah, (4)
fungsional, (5) up to date, dan (6) komprehensif.
Puskurbuk (2012) telah mengemukakan kriteria bahan
ajar buku pelajaran yaitu memenuhi empat syarat sebagai
berikut: cakupan materi sesuai kurikulum, penyajian
materi memenuhi prinsip belajar, bahasa dan
keterbacaan yang baik, dan format buku atau grafika
menarik. Sadjati et al. (2012, p. 1.41) berpendapat bahwa

114
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

pengembangan bahan ajar harus melihat beberapa faktor,


antara lain: kecermatan isi, ketepatan cakupan,
ketercernaan, penggunaan bahasa, ilustrasi, perwajahan/
pengemasan, serta kelengkapan komponen bahan ajar.
Faktor pertimbangan tersebut dapat juga disebut sebagai
karakteristik atau kriteria bahan ajar yang baik.
Dari uraian di atas maka disimpulkan bahwa
pengembangan bahan ajar harus mengikuti karakteristik
atau kriteria bahan ajar yang baik, diantaranya yaitu:
1. Materi pada bahan ajar sesuai kurikulum
2. Materi pada bahan ajar bersifat ilmiah
3. Materi pada bahan ajar bersifat komprehensif
4. Tulisan pada bahan ajar mudah dibaca atau
memenuhi unsur keterbacaan
5. Bahasa atau istilah pada bahan ajar mudah dipahami
pengguna
6. Bahan ajar bersifat relevan
7. Bahan ajar bersifat kompleks
8. Bahan ajar mempunyai daya guna atau fungsional
9. Bahan ajar menggunakan sitasi atau rujukan materi
yang mutakhir
10. Tampilan grafis bahan ajar bersifat menarik
11. Bahan ajar memberikan manfaat lain selain
penyampaian materi
Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan melalui


penelitian dan pengembangan, sehingga bahan ajar yang
dihasilkan dapat dibuktikan kevalidan dan
keefektifannya. Purnama (2013) penelitian dan
pengembangan (research and development) yaitu metode

115
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk


dan menguji keefektifannya. Maisarah et al. (2021)
mengemukakan bahwa penelitian pengembangan
bertujuan untuk menghasilkan produk sebagai sebuah
inovasi pada bidang tertentu, menguji kelayakan dan
keefektifan produk tersebut untuk memastikan ketepatan
daya gunanya. Ketepatan daya guna dapat mencerminkan
keefektifan suatu tindakan, sehingga ketepatan daya guna
ataupun keefektifan merupakan hal yang sangat penting
di dalam penelitian pengembangan dan inovasi
pembelajaran.
Santyasa (2009) memaparkan empat karakteristik
penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan,
yaitu: (1) Studying research findings, yakni adanya
penemuan masalah yang berkaitan dengan inovatif atau
penerapan teknologi; (2) Developing the product, yakni
adanya proses pengembangan produk berupa model,
pendekatan, metode, media, bahan ajar, dan lain-lain
sebagai faktor pendukung keefektifan belajar; (3) Field
testing, yakni adanya proses penilaian produk dari
validasi ahli, dan uji coba lapangan; dan (4) Revising,
yakni adanya proses perbaikan atau penyempurnaan
produk berdasarkan hasil penilaian dari field testing.
Empat karakteristik tersebut berkaitan dengan beberapa
aspek yang perlu diperhatikan dari inovasi diantaranya
yaitu: menghasilkan suatu kebaruan (novelty) berbentuk
produk, penemuan ulang produk sesuai kebutuhan
masyarakat, mengujicoba produk inovasi, dan melakukan
pengamatan pada kegiatan inovasi.
Penelitian dan pengembangan terdiri atas beberapa
model, diantaranya yaitu: model Hannafin & Peck, model
Dick & Carey, model Thiagarajan atau 4D, model Borg &
Gall, dan model ADDIE.

116
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Model


Hannafin & Peck

Model Hannafin & Peck dalam (Pratomo & Irawan, 2015)


mengemukakan tiga langkah pengembangan, yaitu: (1)
needs assess (analisis keperluan), (2) design (desain
produk), dan (3) develop/implement (pengembangan/
impelementasi). Setiap langkah pengembangan dilakukan
evaluasi dan revisi (evaluation and revision), seperti yang
tertera pada Gambar 7.1:

Gambar 7.1 Langkah-langkah Model Hannafin & Peck


Produk yang dikembangkan melalui penelitian
pengembangan model Hannafin & Peck khususnya pada
bidang pendidikan, antara lain: (1) bahan ajar. Penelitian
Suryana, Suharsono, dan Kirna (2014) mengembangkan
bahan ajar cetak menggunakan model Hannafin & Peck
yang terbukti dapat meningkatkan kesiapan belajar siswa
dan dijadikan sebagai rujukan guru dalam
mengembangkan materi pelajaran; dan (2) media
pembelajaran. Penelitian Mukjizat, Alfiandra, dan
Kurnisar (2019) mengembangkan media pembelajaran
webjoomla berbasis problem solving menggunakan model
Hannafin & Peck yang terbukti valid, praktis dan memiliki
efek potensial bagi motivasi belajar siswa. Penelitian
Chan, Budiono dan Setiono (2021) mengembangkan
multimedia interaktif berbasis keterampilan proses dasar

117
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

menggunakan model Hannafin & Peck yang terbukti valid


dan praktis.
Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Model Dick &
Carrey

Setyosari (2015) memodifikasi langkah-langkah


pengembangan model Dick & Carey, yaitu: (1) analisis dan
identifikasi prioritas kebutuhan, (2) perumusan tujuan
produk atau program, (3) penyusunan alat atau
instrumen evaluasi, (4) penyusunan materi atau produk,
(5) penulisan naskah produksi dan story boards, (6) uji
coba dan validasi, (7) revisi, dan (8) produksi. Langkah-
langkah tersebut dsajikan pada Gambar 7.2:

Gambar 7.2 Langkah-langkah Model Dick & Carey


Produk yang dikembangkan melalui penelitian
pengembangan model Dick & Carey khususnya pada
bidang pendidikan, antara lain: (1) bahan ajar. Penelitian
Mustaji (2018) mengembangkan bahan ajar menggunakan
model Dick & Carey yang terbukti materi pada bahan ajar
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan layak untuk
digunakan; (2) media pembelajaran. Penelitian Ramlan,
Haeruddin dan Kamaluddin (2013) mengembangkan
media pembelajaran e-materi berbasis masalah
menggunakan model Dick & Carey yang terbukti
mempunyai kriteria materi yang baik dan layak untuk
digunakan.

118
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Model


Thiagarajan
Model Thiagarajan dikenal dengan model 4D karena
mempunyai empat langkah pengembangan, yaitu: (1)
define (pendefinisian), (2) design (perancangan), (3)
develop (pengembangan), dan (4) disseminate
(penyebaran). (Kurniawan & Dewi, 2017) Model 4D
.

dikembangkan oleh Thiagarajan yang terdiri dari 4


tahapan, yaitu Define (pendefenisian), Design
(perancangan), Development (pengembangan), dan
Dissemination (penyebarluasan). Langkah-langkah
tersebut dsajikan pada Gambar 7.3:

Define Design Development Disseminate

Gambar 7.3 Langkah-langkah Model Thiagarajan


Produk yang dikembangkan melalui penelitian
pengembangan model Thiagarajan atau 4D khususnya
pada bidang pendidikan, antara lain: (1) perangkat
pembelajaran. Penelitian Andari dan Lusiana (2014)
mengembangkan perangkat pembelajaran (satuan acara
perkuliahan, lembar kegiatan mahasiswa dan tes hasil
belajar) menggunakan model Thiagarajan yang terbukti
valid, realiabel dan mendapatkan respon positif dari
mahasiswa; dan (2) modul atau bahan ajar. Penelitian
Mi’rojiyah (2016) mengembangkan modul berbasis
multirepresentasi menggunakan model Thiagarajan 4D
yang terbukti layak. Penelitian Fajrin, Prihatin dan
Pujiastuti (2014) mengembangkan bahan ajar berorientasi
quantum learning menggunakan model Thiagarajan 4D
yang terbukti layak digunakan dan mampu meningkatkan
keaktifan siswa.

119
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Model Borg &


Gall
Menurut Borg & Gall (1983) yang dimaksud dengan model
penelitian dan pengembangan adalah “a process used
develop and validate educational product”. Jika diartikan
ke dalam bahasa Indonesia maka model penelitian dan
pengembangan menurut Borg & Gall yaitu sebuah proses
yang menggunakan pengembangan dan validasi produk
pendidikan. Sugiyono (2017) telah memodifikasi model
Borg & Gall menggunakan bahasa Indonesia, yaitu: (1)
potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain
produk, (4) validasi desain, (5) uji coba pemakaian, (6)
revisi produk, (7) uji coba produk, (8) revisi desain, (9)
revisi produk, dan (10) produksi masal.

Gambar 7.4 Langkah-langkah Model Borg & Gall yang telah


dimodifikasi oleh Sugiyono (2017, p. 409)
Produk yang dikembangkan melalui penelitian
pengembangan model Borg & Gall khususnya pada bidang
pendidikan, antara lain: (1) bahan ajar. Penelitian Utomo,
Muslimin dan Darsikin (2016) mengembangkan bahan
ajar berbasis multimedia pembelajaran interaktif
menggunakan model Borg & Gall yang terbukti
mempunyai kualitas kelayakan sangat baik; (2) model
pembelajaran. Penelitian Effendi dan Hendriyani (2016)

120
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

mengembangkan model blended learning interaktif (buku


panduan, silabus, rancangan pembelajaran, dan materi)
menggunakan model Borg & Gall yang terbukti valid; (3)
perangkat pembelajaran. Penelitian Martono (2019)
mengembangkan buku perangkat pembelajaran
perpaduan strategi belajar tuntas menggunakan model
Borg & Gall yang terbukti valid dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa; dan (4) instrumen penilaian. Penelitian
Lusiana dan Lestari (2013) mengembangkan instrumen
penilaian pendidikan karakter bangsa menggunakan
model Borg & Gall yang terbukti valid, reliabel dan dapat
dijadikan sebagai instrumen penilaian baku.
Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Model ADDIE
Model ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design,
Development, Implementation, and Evaluation. Model ini
dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk
pengembangan produk seperti model, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, dan bahan ajar
(Mulyatiningsih, 2011). Adapun tahapan dalam model
ADDIE akan dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 7.5 Langkah-langkah Model ADDIE


Produk yang dikembangkan melalui penelitian
pengembangan model ADDIE khususnya pada bidang
pendidikan, antara lain: (1) bahan ajar. Penelitian Cahyadi
(2019) mengembangkan bahan ajar (berbentuk modul,

121
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

LKS dan buku ajar) menggunakan model ADDIE; (2) media


pembelajaran. Penelitian Arifin, Septanto dan
Wignyowiyoto (2018) mengembangkan media
pembelajaran berbasis video menggunakan model ADDIE
terbukti layak untuk digunakan dalam kegiatan blended
learning. Penelitian Purnamasari (2020) mengembangkan
media interaktif adobe flash menggunakan model ADDIE
yang terbukti sangat layak untuk digunakan pada mata
pelajaran TIK; (3) asesmen atau evaluasi pembelajaran.
Penelitian Sasongko dan Suswanto Budiyasa, Santyasa,
dan Warpala (2013) mengembangkan bahan ajar dan
asseessment alternatif online (bahasa program HTML dan
PHP, dan database MySql) menggunakan model ADDIE
terbukti valid dan efektif meningkatkan hasil belajar IPA
siswa.
Instrumen Penelitian Pengembangan Bahan Ajar

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan


untuk memperoleh data mengenai objek penelitian.
Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen yang
menampilkan indikator objek penelitian yang akan
diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan pada
pengembangan bahan ajar merujuk pada karakteristik
bahan ajar yang baik. Tujuan pemilihan karakteristik
yaitu agar bahan ajar yang dikembangkan layak untuk
digunakan pada sasaran pengguna tertentu, dan
mempunyai daya guna atau efektif.
Selain merujuk pada indikator objek penelitian,
penentuan instrumen penelitian juga disesuaikan dengan
prosedur penelitian. Pada penelitian pengembangan
umumnya mempunyai prosedur pengumpulan data
seperti validasi ahli dan uji coba lapangan. Pada kegiatan
validasi ahli dibutuhkan instrumen berbentuk lembar
kuesioner atau angket validator. Pada kegiatan uji coba
lapangan menggunakan instrumen yang disesuaikan

122
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

dengan tujuan pengukuran objek penelitian, misalnya


hasil belajar kognitif menggunakan lembar tes, hasil
belajar afektif menggunakan lembar observasi dan atau
lembar angket, dan lain lain. Berikut contoh kisi-kisi
angket validator untuk bahan ajar:
Tabel 7.1 Contoh Kisi-kisi Angket Validator untuk Bahan Ajar
No. Aspek Indikator
1 Materi Sesuai kurikulum
Bersifat ilmiah
Bersifat komprehensif
Dsb.
2 Bahasa Tulisan pada bahan ajar mudah
dibaca pengguna
Menggunakan kata atau istilah yang
mudah dipahami pengguna
Dsb.
3 Daya guna Relevan
Kompleks
Mempunyai daya guna atau
fungsional
Mutakhir
Menarik
Memberikan manfaat lain selain
penyampaian materi
Dsb.

Tabel 7.1 merupakan contoh kisi-kisi angket validator


untuk bahan ajar secara umum, sehingga peneliti dapat
memodifikasi aspek atau indikator yang tersedia sesuai
objek penelitian, jenis bahan ajar yang dikembangkan,
daya guna yang ditawarkan, dan karakteristik pengguna.
Menurut Sadjati et al. (2012, p. 1.24) dengan
menggunakan bahan ajar yang dikembangkan maka guru
akan lebih percaya diri untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran sehingga transformasi ilmu pengetahuan
dan teknologi dapat efektif dan efisien. Paling tidak ada
lima langkah pengembangan bahan ajar yang harus

123
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

dilalui, yaitu: analisis, perancangan, pengembangan,


evaluasi, dan revisi. Dengan demikian disarankan
beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menyusun
dan mengembangkan bahan ajar secara efektif dan
efisien, yaitu:
1. Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan bahan
ajar (seperti: materi pelajaran, faktor kesulitan belajar
siswa, dan ketersediaan fasilitas yang mendukung
pembelajaran).
2. Menganalisis karakteristik pengguna.
3. Menentukan materi dan kompetensi yang akan
dicapai melalui penyusunan peta konsep.
4. Menentukan jenis bahan ajar dan memperhatikan
karakteristiknya.
5. Menentukan media dan sumber belajar yang
mendukung bahan ajar.
6. Menentukan strategi pembelajaran yang tepat
sehingga bahan ajar memberikan kontribusi yang
optimal.
7. Menentukan alat evaluasi dan umpan balik untuk
mengetahui ketercapaian materi dan keberhasilan
bahan ajar.
8. Menyusun bahan ajar sebagai draft I dengan
memperhatikan langkah-langkah dari poin tiga hingga
poin tujuh.
9. Meminta bantuan teman sejawat, atau pakar ahli
tertentu untuk mengulas bahan ajar yang telah
disusun.
10. Mengevaluasi daya guna atau keefektifan bahan ajar
setelah hasil ulasan menunjukkan kelayakan bahan
ajar.

124
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

11. Melakukan revisi atau perbaikan jika ditemukan


kekurangan, baik setelah pengulasan bahan ajar
ataupun setelah evaluasi dilakukan.
12. Sebaiknya bahan ajar final didaftkan pada hak paten,
hak kekayaan intelektual, atau international standard
book number (ISBN) agar bahan ajar yang
dikembangkan memberikan kontribusi secara global.

125
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Daftar Pustaka
Andari, T., & Lusiana, R. (2014). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran dengan menggunakan Model
Pembelajaran Snowball Throwing Berbasis Tugas
Terstruktur Pada Mata Kuliah Struktur Aljabar I.
Jurnal Edukasi Matematika Dan Sains (JEMS), 2(1),
66–73. https://doi.org/10.25273/jems.v2i1.193
Arifin, R. W., Septanto, H., & Wignyowiyoto, I. (2018).
Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video
Animasi dengan Model ADDIE dalam Kegiatan
Pembelajaran Blended Learning. Information
Management for Educators and Profesionals: Journal of
Information Management, 2(2).
Arsanti, M. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Mata
Kuliah Penulisan Kreatif Bermuatan Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter Religius Bagi Mahasiswa Prodi
PBSI, FKIP, Unissula. Jurnal Kredo, 1(2).
https://doi.org/10.24176/kredo.v1i2.2107
Budiyasa, I. M., Santyasa, I. W., & Warpala, I. W. S. (2013).
Pengembangan Bahan Ajar dan Assessment
Alternative Online Mata Pelajaran IPA Tingkat SMP
Kelas Delapan dengan Model Dick & Carey. E-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha, 3(1).
Cahyadi, R. A. H. (2019). Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Addie Model. Halaqa: Islamic Education
Journal, 3(1).
https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i1.2124
Chan, F., Budiono, H., & Setiono, P. (2021).
Pengembangan Multimedia Interaktif dan Instrumen
Penilaian Berbasis Keterampilan Proses Dasar di
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Di Sekolah Dasar, 5(1).
https://doi.org/10.30651/else.v3i1.2330
Depdiknas. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.

126
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Effendi, H., & Hendriyani, Y. (2016). Pengembangan Model


Blended Learning Interaktif dengan Prosedur Borg and
Gall. International Seminar on Education (ISEJ) 2nd.
Fajrin, R. Y., Prihatin, J., & Pujiastuti. (2014).
Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berorientasi
Pendekatan Quantum Learning Pada Pokok Bahasan
Sistem Regulasi Manusia (Saraf, Endokrin, dan
Indera) Kelas XI SMA. Pancaran, 3(1), 141–154.
Kurniawan, D., & Dewi, S. V. (2017). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran dengan Media Screencast-o-
matic Mata Kuliah Kalkulus 2 Menggunakan Model 4-
D Thiagarajan. Jurnal Siliwangi Seri Pendidikan, 3(1),
214–219.
Lusiana, D., & Lestari, W. (2013). Instrumen Penilaian
Afektif Pendidikan Karakter Bangsa Mata Pelajaran
PKn SMK. Journal of Educational Research and
Evaluation, 2(1).
Maisarah, Lubis, A. A., Vadinda, F. Z., & Dayana, R.
(2021). Pengembangan Media Pop-Up Pada Materi
Puisi untuk Siswa Kelas VIII SMP. EUNOIA (Jurnal
Pendidikan Bahasa Indonesia), 1(1), 67–78.
https://doi.org/10.30829/eunoia.v1i1.1151
Martono, S. M. (2019). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran dengan Strategi Tuntas untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Hukum
Newton dan Penerapannya di Kelas X. SOSCIED, 2(1).
Mi’rojiyah, F. L. (2016). Pengembangan Modul Berbasis
Multirepresentasi pada Pembelajaran Fisika di
Sekolah Menengah Atas. Prosiding Seminar
Pendidikan IPA Pascasarjana UM, 217–226.
Mukjizat, N. A., Alfiandra, & Kurnisar. (2019).
Pengembangan Media Pembelajaran WEBJOOMLA
Berbasis Problem Solving Pada Materi Memperkukuh
Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam NKRI Bagi
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Bhineka
Tunggal Ika, 6(169–181).

127
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Mulyatiningsih, E. (2011). Metode Penelitian Terapan


Bidang Pendidikan. UNY Press.
Mustaji. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah
Desain Pembelajaran. Jurnal Kinerja, 1(1), 1–11.
Pratomo, A., & Irawan, A. (2015). Pengembangan Media
Pembelajaran Interaktif Berbasis Web Menggunakan
Metode Hannafin dan Peck. Jurnal Positif, 1(1), 14–28.
Purnama, S. (2013). Metode Penelitian dan Pengembangan
(Pengenalan untuk Mengembangkan Produk
Pembelajaran Bahasa Arab). LITERASI, 4(1), 19–32.
https://doi.org/10.21927/literasi.2013.4(1).19-32
Purnamasari, N. L. (2020). Metode ADDIE Pada
Pengembangan Media Interaktif Adobe Flash Pada
Mata Pelajaran TIK. Jurnal PENA SD, 5(1), 23–31.
Puskurbuk, P. kurikulum dan P. (2012). Penilaian Buku
Teks Pelajaran. http://puskurbuk.net/web/penilian-
buku-teks-pelajaran.html
R., B. W., & D., G. M. (1983). Educational Research: An
Introduction, 4th edition. London: Longman Inc.
Ramlan, Haeruddin, & Kamaluddin. (2013).
Pengembangan Media Pembelajaran E-Materi dengan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi
Suhu dan Kalor. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako,
1(2).
Sadjati, I. M., Setiawan, D., & Kadarko, W. (2012). Materi
Pokok Pengembangan Bahan Ajar; 1-6; IDIK4009.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Santyasa, I. W. (2009). Metode Penelitian Pengembangan
& Teori Pengembangan Modul. Pelatihan Bagi Para
Guru TK, SD, SMP, SMA, Dan SMK Tanggal 12-14
Januari.
Setyosari, P. (2015). Metode Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan Edisi Keempat. Jakarta: Prenadamedia
Group.

128
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan


Pendekatan Kuantitatif, Kualitattif dan RnD. Bandung:
Alfabeta.
Suryana, I. M., Suharsono, N., & Kirna, I. M. (2014).
Pengembangan Bahan Ajar Cetak Menggunakan
Model Hannafin & Peck untuk Mata Pelajaran
Rencana Anggaran Biaya. E-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4.
https://doi.org/10.23887/jtpi.v4i1.1088
Utomo, L. A., Muslimin, & Darsikin. (2016).
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Multimedia
Pembelajaran Interaktif Model Borg And Gall Materi
Listrik Dinamis Kelas X SMA Negeri 1 Marawola.
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, 4(2).

129
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Profil Penulis
Maisarah, M.Pd
Penulis memperoleh gelar sarjana pendidikan S1
PGSD di Universitas Negeri Medan pada tahun
2014. Karena keinginannya yang kuat untuk
memperoleh pengetahuan, penulis melanjutkan
pendidikan magister di tahun dan kampus yang sama dan
memperoleh gelar magister pendidikan pada tahun 2016.
Kecintaan penulis terhadap ilmu pengetahuan, keguruan, dan
riset diaplikasikan melalui penulisan berbagai karya ilmiah
seperti buku ber-ISBN dan artikel jurnal terakreditasi.
Pengalaman penulis di bidang pendidikan dan pengajaran
cukup banyak. Penulis pernah mengajar di Universitas Islam
Negeri Suamtera Utara sebagai dosen tidak tetap sejak tahun
2016, di UPBJJ Universitas Terbuka Medan sebagai tutor sejak
tahun 2019, dan saat ini diberikan amanah mengajar di
Universitas Samudra sebagai dosen tetap. Dari pengalaman
mengajar tersebut, tercatat bahwa penulis pernah mengampu
beberapa mata kuliah, yaitu: pembelajaran matematika di SD,
matematika dan sains AUD, metodologi penelitian kuantitatif,
statistik pendidikan, penelitian tindakan kelas, komputer dan
media pembelajaran, evaluasi pembelajaran di SD, strategi
pembelajaran di SD, dll. Selain sebagai pengajar, penulis juga
berperan sebagai manjer, editor, dan juga reviewer pada jurnal
terakreditasi nasional, dan aktif sebagai konten kreator pada
channel youtube pribadinya yang mengulas tentang
pembelajaran dan trik menulis karya ilmiah.
Email Penulis: maisarah.dikdas@gmail.com

130
8
EVALUASI PENDIDIKAN DAN
PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

Dr. Sumarsih, M.Pd


Universitas Bengkulu

Pendahuluan
Evaluasi memiliki peranan yang penting dalam
penyelenggaran pendidikan sebagai alat untuk
mengetahui keberhasilan pelaksanaan pendidikan.
Evaluasi merupakan bagian dari proses dan secara
keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
pendidikan. Evaluasi secara luas adalah suatu proses
memperoleh, merencanakan, dan menyediakan informasi
yang sangat dibutuhkan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan kegiatan evaluasi atau penilaian
adalah suatu proses yang sengaja direncanakan untuk
medapatkan informasi atau data, dan dengan
berdasarkan data tersebut kemudian akan di coba untuk
membuat suatu keputusan. Pada dasarnya, evaluasi
dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi
tentang jarak antara situasi yang ada dan situasi yang
diharapkan dengan menggunakan kriteria-kriteria
tertentu.
Pendidikan dikatakan sebagai sebuah sistem. Pendidikan
sebagai suatu sistem merupakan kesatuan dari
berbagai komponen yang saling berkaitan antara
komponen satu dengan yang lainnya dan setiap

131
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

komponen memiliki fungsi masing-masing yang saling


berkaitan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu sistem, sebagai suatu
sistem pendidikan terdiri atas beberapa komponen
diantaranya yaitu tujuan, pendidik, peserta didik, materi,
metode atau media pembelajaran, serta lingkungan
pendidikan. Setiap komponen mempunyai fungsi
masingmasing dan setiap komponen saling
mempengaruhi satu sama lain
Oleh karena itu setiap komponen ini perlu diketahui
keefektivannya dengan melakukan evaluasi agar diperoleh
data atau informasi. Dengan menggunakan data dan
informasi yang ada, selanjunya dapat mengambil
keputusan tentang program pendidikan selanjutnya.
Konsep Evaluasi Pendidikan
1. Pengertian Evaluasi Pendidikan
Evaluasi berasal dari kata “Evaluation” yang berarti
“menilai”. Menilai lebih dalam maknanya dari
mengukur. Dengan mengukur kita akan
mendapatkan gambaran sesuatu yang diukur secara
kuantitatif. Evaluasi adalah suatu proses pemberian
nilai/makna terhadap data/informasi yang diperoleh
dari hasil tes dan pengukuran.
Selain istilah evaluasi, terdapat pula istilah lain yang
hampir sama, yaitu pengukuran dan penilaian.
Sementara orang lebih cenderung mengartikan ketiga
kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama.
Dan untuk memahami apa perbedaan, persamaan,
ataupun hubungan antara ketiganya, dapat dipahami
dengan contoh sebagai berikut:
a. Apabila ada orang yang akan memberi sebatang
pensil kepada kita dan kita disuruh memilih
antara dua pensil yang tidak sama panjang, maka

132
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

tentu kita akan memilih yang panjang. Kita tidak


memilih yang pendek kecuali ada alasan yang
sangat khusus.
b. Jika ada seorang akan membeli buah jeruk, maka
pembeli tersebut akan memilih dahulu mana
jeruk yang paling baik menurut ukurannya. Ia
akan memilih jeruk yang besar, kuning, halus
kulitnya. Semuanya itu dipertimbangkan karena
menurut pengalaman sebelumnya, jenis jeruk-
jeruk yang demikian ini rasanya manis.
Sedangkan jeruk yang ukurannya kecil, warnanya
hijau, dan kulitnya agak kasar, biasanya rasanya
masam.
Dari contoh-contoh di atas, dapat kita simpulkan
bahwa sebelum menentukan pilihan, kita
mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang
akan kita pilih. Dalam contoh pertama, kita memilih
mana pensil yang lebih panjang, sedangkan pada
contoh kedua kita menentukan dengan perkiraan kita
atas jeruk yang baik, yaitu yang rasanya manis. Dua
langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil
barang untuk kita, itulah yang disebut mengadakan
evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak
dapat mengadakan penilaian sebelum kita
mengadakan pengukuran. Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Pengukuran bersifat kuantitatif. Menilai adalah
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat
kualitatif- Mengadakan evaluasi meliputi kedua
langkah di atas, yakni mengukur dan menilai. Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi
pendidikan adalah suatu kegiatan yang berisi
mengadakan pengukuran dan penilaian terhadap
keberhasilan pendidikan dari berbagai aspek yang

133
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

berkaitan dengannya. Dengan kata lain, evaluasi


pendidikan adalah mengukur dan menilai terhadap
sesuatu yang terjadi dalam kegiatan pendidikan
(Arikunto, 2007).
Pengertian evaluasi pendidikan menurut Norman E.
Gronlund (1976) adalah “Evaluation… a systematic
process of determining the extent to which
instructional objectives are achieved pupils” yang
artinya evaluasi adalah suatu proses secara sistematis
yang berguna untuk menentukan atau membuat
keputusan yang dapat dijadikan indikator untuk
mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran
yang telah dicapai oleh siswa. Dan Wrightstone dan
kawan-kawan (1956: 16) memiliki maksud yang sama
dengan di atas namun kata – katanya saja yang
berbeda, mereka mengatakan bahwa “Educational
evaluation is the estimation of i’owih and progress of
pupils toward objectives or values in the curriculum.”
Maksudnya dari Wrightstone dan kawan-kawan
adalah pendidikan merupakan taksiran terhadap
pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-
tujuan atau nilai - nilai yang telah di tetapkan di
dalam kurikulum. Sesuai dengan pendapat tersebut,
menurut Wand dan Brown (dalam Nurkancana,
1986:1), evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan.
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan
Jika kita ingin melakukan kegiatan evaluasi, terlepas
dari jenis evaluasi apa yang digunakan, maka guru
harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu
tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka

134
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan


melaksanakan evaluasi.
Gilbert Sax (1980: 28) mengemukakan tujuan evaluasi
dan pengukuran adalah untuk “selection, placement,
diagnosis and remediation, feedback: norm-referenced
and criterion-referenced interpretation, motivation
and guidance of learning, program and curriculum
interpretation, formative and summative evaluation,
and theory development”.
Shaleh, 2000:76, evaluasi sebagai suatu proses
pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu:
a. Untuk memberikan umpan balik (feed back)
kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses belajar mengajar.
b. Untuk menentukan angka kemampuan/hasil
belajar masingmasing murid yang antara lain
diperlukan kenaikan kelas dan penentuan lulus
tidaknya murid.
c. Untuk menentukan murid dalam situasi belajar
mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat
kemampuannya.
d. Untuk mengenal latar belakang (psikologi fisik
dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan
belajar.
3. Prinsip Evaluasi Pendidikan
Di dalam buku petunjuk pelaksanaan penilaian yang
diterbitkan oleh Ditdikmenum, dikemukakan prinsip
evaluasi dalam semua program pembelajaran, yaitu:
menyeluruh, berorientasi pada tujuan, objektif,
terbuka, bermakna, sesuai, dan mendidik. Prinsip-
prinsip tersebut dapat dijelaskan secara singkat
berikut ini:

135
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

a. Menyeluruh, evaluasi dilakukan terhadap semua


ranah kemampuan, yaitu kognitif, psikomotorik,
dan afektif.
b. Berkesinambungan, evaluasi dilaksanakan secara
kontinu dan terus-menerus.
c. Berorientasi pada tujuan, evaluasi merupakan
kegiatan yang dilaksankan untuk mengetahui
apakah tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan tercapai atau tidak.
d. Objektif, objektif mengandung arti bahwa
informasi dan skor yang diperoleh, serta
keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
keadaan siswa yang sebenarnya.
e. Terbuka, proses dan hasil evaluasi dapat
diketahui oleh semua pihak yang terkait, yaitu,
sekolah, siswa, dan orang tua.
f. Bermakna, evaluasi yang dilaksanakan
hendaknya mempunyai makna bagi pihak-pihak
yang terkait, yaitu siswa dan guru.
Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran hendaknya
mempertimbangkan prinsip – prinsip d atas, supaya
hasil informasi yang diperoleh benar – benar dapat
menggambarkan kondisi yang sebenarnya atau sesuai
dengan sasaran evaluasi.
4. Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan
Ruang lingkup evaluasi pendidikan di sekolah
mencakup tiga komponen utama, yaitu: evaluasi
mengenai program pengajaran, evaluasi mengenai
proses pelaksanaan pengajaran, evaluasi mengenai
hasil belajar (hasil pengajaran).

136
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

Anas Sudijono (2007), menyatakan dalam bukunya


Evaluasi Pendidikan menyatakan komponen ruang
lingkup evaluasi pendidikan itu sebagai berikut:
a. Evaluasi Program Pengajaran
Evaluasi atau penilain terhadap program
pengajaran akan mencakup tiga hal,
yaitu: evaluasi terhadap tujuan pengajaran,
evaluasi terhadap isi program
pengajaran, dan evaluasi terhadap strategi belajar
mengajar.
b. Evaluasi Proses Pelaksanaan Pengajaran
Evaluasi mengenai proses pelaksanaan
pengajaran akan mencakup:
1) Kesesuaian antara proses belajar mengajar
yang berlangsung, dengan garis-garis besar
program pengajajaran yang telah ditentukan
2) Kesiapan guru dalam melaksanakan program
pengajaran
3) Kesiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran
4) Minat atau perhatian siswa di dalam
mengikuti pelajaran
5) Keaktifan atau partisipasi siswa selama
proses pembelajaran berlangsung
6) Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap
siswa yang memerlukannya
7) Komunikasi dua arah antara guru dan murid
selama proses pembelajran berlangsung
8) Pemberian dorongan atau motivasi terhadap
siswa

137
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

9) Pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam


rangka penerapan teori-teori yang diperolehan
di dalam kelas
10) Upaya menghilangkan dampak negatif yang
timbul sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di sekolah.
c. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini
mencakup:
1) Evaluasi mengenai tingkat penguasaan
peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus
yang ingin dicapai dalam unit-unit program
pengajaran yang bersifat trbatas
2) Evaluasi mengenai tingkat pencapain peserta
didik terhadap tujuan-tujuan umum
pengajaran
5. Subjek dan Objek Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan berkaitan atas 3 objek utama
yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Ketiga ranah tersebut dapat terealisasi
secara kontiniu dan bertahap. Untuk memahami
ketiga ranah, berikut penjelasannya:
a. Ranah Kognitif (Pengetahuan/ Pemahaman)
Ranah Kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak). Dalam ranah kognitif ada
6 jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang
terendah sampai dengan jenjang tertinggi.
Keenam jenjang tersebut dijelaskan Bloom dalam
Anas adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan
seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(Recall) atau mengenali kembali tentang

138
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan


sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunakannya.
2) Pemahaman (Comprehension) adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat dari berbagai segi
sehingga dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang hal
itu dengan kata-kata sendiri.
3) Penerapan atau aplikasi (Aplication) adalah
kesanggupan sesorang untuk menerapkan
atau menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,
rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya,
dalam situasi yang baru dan konkret.
4) Analisis (analysis) adalah kemampuan
seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-
bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan diantara bagian-bagian
atau factor-faktor yang satu dengan faktor-
faktorlainnya.
5) Sintesis (Synhtesis) adalah kemampuan
berfikir yang merupakan kebalikan dari
proses berfikir analisis. sintesis merupakan
suatu proses yang memadukan bagian-bagian
atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang
berstruktur atau berbentuk pola baru.
6) Evaluasi (Evaluation) adalah merupakan
kemampuan seseorang membuat
pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai
atau ide.

139
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

b. Ranah Afektif (Sikap)


Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap dan dan nilai. Ranah Afektif
memiliki 5 jenjangnya, Krathwohl dalam Anas
menyatakan sebagai berikut:
1) Receiving (Attending) adalah kepekaan
seseorang dalam menerima ransangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada
dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala
dan lain-lain.
2) Responding (menanggapi) adalah kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikuti
sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya
dengan salah satu cara.
3) Valuing (menilai) adalah memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau
obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa
kerugian dan penyesalan.
4) Organization (mengatur) adalah
mempertemukan perbedaan nilai sehingga
terbentuk nilai baru yang lebih universal,
yang membawa kepada perbaiakan umum.
5) Characterization by a Value
Complex (karakterisasi dengan suatu nilai
atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua
system nilai yang telah dimiliki seseorang,
yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.
Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan
setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa
tidak dapat berubah sewaktu-waktu.

140
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

c. Ranah Psikomotor (Keterampilan)


Ranah psikomotor adalah ranah yang
berkaitan dengan keterampilan (Skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu (Anas
Sudijono:2011). Suharsimi (2007), pengukuran
ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-
hasil belajar yang berupa penampilan. Namun
demikian biasanya pengukuran ranah ini
disatukan atau dimulai dengan pengukuran
ranah kognitif sekaligus. Instrument yang
digunakan mengukur keterampilan biasanya
berupa matriks.
Ranah Psikomotorik lebih menekan kepada
keterampilan siswa dalam mengerjakan sesuatu
setelah mendapatkan hasil belajar kognitif dan
afektif. Hal ini dapat terlihat saat siswa
mempraktekkan keilmuannya dalam setiap
kegiatan di labor-labor mata pelajran.
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian
hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah
kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para
guru disekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran.
Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
1. Pengertian Pendidikan
Secara etimologis pendidikan berasal dari bahasa
latinnya yaitu education, Dengan artian kata “E” yaitu
sebuah proses perkembangan dari dalam keluar
kemudian kata “Duco” dengan artian yang sedang
berkembang. Dapat disimpulkan disini, bahwa
pendidikan adalah proses perkembangan seorang

141
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

individu menuju pendewasaannya. Hal ini juga berarti


bahwa, pendidikan tidak akan berhenti dan akan
terus berkembang atau tidak ada habisnya.
Undang - Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Ki Hadjar
Dewantara, Pendidikan yaitu tuntunan di dalam
hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya,
pendidikan yaitu menuntut segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya, Karim(2008),pendidikan
merupakan proses transfer kebudayaaan dan sebagai
cermin nilai-nilai kebudayaan sehingga itu
pendidikan harus bersifat reflektif dan bersifat
progresif, artinya selalu mengalami perubahan sesuai
tuntutan perkembangan kebudayaan.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan
untuk memberikan sebuah ilmu atau pengajaran
kepada seorang individu yang bertujuan untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan. Sedangkan
tujuan pendidikan adalah untuk membantu seorang
manusia agar menjadi seorang individu yang terarah,
seorang manusia dapat mengembangkan pola
pikirnya, dan pendidikan juga bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.

142
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

2. Pengertian Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin dan bahasa Yunani
adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen
atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi, atau energi
untuk mencapai suatu tujuan. Secara etimologi
sistem merupakan sesuatu yang sering digunakan
untuk memudahkan dalam penggambaran
interaksi. Istilah sistem merupakan suatu konsep
yang bersifat abstrak. Sistem dapat diartikan
sebagai seperangkat komponen atau unsur-unsur
yang saling berinteraksi untuk mencapai satu tujuan
Menurut Abdul Kadir (2014:61) bahwa Sistem adalah
sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu
yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan Fatansyah (2015:11) mengatakan sistem
adalah sebuah tatanan (keterpaduan) yang terdiri atas
sejumlah komponen fungsional (dengan satuan fungsi
dan tugas khusus) yang saling berhubungan dan
secara bersama-sama bertujuan untuk memenuhi
suatu proses tertentu.
Sistem merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
komponen komponen yang menyusunnya, komponen
komponen atau unsur unsur yang ada di dalam
sistem ini akan bekerja sama untuk mencapai suatu
tujuan.
Sesuatu dikatakan sebagai sebuah sistem, jika
memenuhi ciri - ciri sebagai berikut:
a. Adanya satu kesatuan yang teratur
b. Adanya komponen komponen yang membentuk
kesatuan secara teratur
c. Adanya hubungan antara komponen satu dengan
yang lainnya

143
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

d. Adanya proses transformasi


e. Adanya tujuan yang harus dicapai
f. Adanya penggabungan yang menimbulkan jalinan
keterpaduan
g. Adanya proses umpan balik untuk perbaikan
h. Adanya daerah batasan dan lingkungan.
Sistem merupakan suatu hal yang bergerak untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa sistem memiliki cita cita yang ada
di dalamnya dan pada suatu sistem terdapat sebuah
konsep dasar yang mendasari suatu tujuan. sebagai
sesuatu yang aktif bergerak untuk mencapai sebuah
tujuan tertentu, maka secara berkelanjutan suatu
sistem pendidikan akan selalu bersifat dinamis
kontekstual, oleh karena itu, sistem pendidikan
haruslah dapat menerima tuntutan atas kualitas.
3. Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan sebagai sistem disini dapat diartikan
bahwa komponen komponen penyusun pendidikan
atau unsur unsur yang ada didalam suatu pendidikan
saling bekerja sama atau berkaitan untuk mencapai
suatu tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan
kehidupan suatu bangsa.
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat ditinjau dari
dua hal:
a. Sistem pendidikan secara mikro.
Pendidikan secara mikro lebih menekankan pada
unsur pendidik dan peserta didik. Polanya lebih
merupakan sebagai upaya mencerdaskan peserta
didik melalui proses interaksi dan komunikasi,
yaitu ada pesan (message) yang akan
disampaikan dalam bentuk bahan belajar.

144
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

Kemudian fungsi pendidik lebih merupakan


sebagai pengirim pesan (senders) melalui kegiatan
pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas.
b. Sistem pendidikan secara makro.
Dalam kajian makro, sistem pendidikan
menyangkut berbagai hal atau komponen yang
lebih luas lagi, yang terdiri dari:
1) Input (masukan) berupa sistem nilai dan
pengetahuan, sumber daya manusia,
masukan instrumental berupa kurikulum,
silabus dsb, masukan sarana termasuk di
dalamnya fasilitas dan sarana pendidikan
yang harus disiapkan;
2) Proses yaitu segala sesuatu yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar atau proses
pembelajaran di sekolah maupun di luar
sekolah. Dalam komponen proses ini termsuk
di dalamnya telaah kegiatan belajar dengan
segala dinamika dan unsur yang
mempengaruhinya, serta telaah kegiatan
pembelajaranyang dilakukan pendidikdalam
kerangka memberikan kemudahan kepada
peserta didik untuk terjadinya proses
pembelajaran;
3) Keluaran (output) yaitu hasil yang diperoleh
pendidikan bukan hanya terbentuknya
pribadi lulusan/peserta didik yang memiliki
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai
dengan yang diharapkan dalam tujuan yang
ingin dicapai. Namun juga keluaran
penddikan mencakup segala hal yang
dihsilkan oleh garapan pendidikan berupa :
kemampuan peserta didik (human behavior),
produk jasa (services) dalam pendidikan

145
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

seperti hasil penelitian, produk barang berupa


karya intelektual ataupun karya yang sifatnya
fisik material.
Sebagai suatu sistem, pendidikan memiliki
komponen-komponen yang sangat kompleks dan
saling terkait serta berelasi satu sama lain.
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan
dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Prinsip utama penggunaan analisis sistem
dipersyaratkan dalam menangani permasalahan
pendidikan agar para pelaksana pendidikan
berpikir secara sistematis, yakni
memperhitungkan segenap komponen pendidikan
dalam menangani permasalahan pendidikan.
Cara demikian diperlukan agar setelah melihat
adanya suatu alternatif tidak terburu-buru
mengambil keputusan dengan menganggap atau
menetapkan bahwa alternatif tersebut merupakan
satu-satunya yang dapat digunakan.
4. Komponen-Komponen Sistem Pendidikan
Pendidikan sebagai sistem adalah pendidikan sendiri
terdiri dari elemen-elemen atau unsur-unsur
pendididkan yang dalam kegiatannya saling terkait
secara fungsional, sehingga merupakan satu
kesatuan yang terpadu dan diharapkan dapat
mencapai tujuan.dalam proses atau kegiatan
pendidikan terdapat beberapa komponen yang harus
dimiliki seperti tujuan pendidikan, pendidik, peserta
didik, metode, media dan alat pendidikan, materi
pendidikan, serta lingkungan yang sangat
mempengaruhi keberhasilan dari suatu pendidikan.
Komponen - komponen yang ada di dalam suatu
sistem pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:

146
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan merupakaan suatu usaha sadar yang
dilakukan untuk tercapainya suatu tujuan
tertentu.
Hierarki tujuan pendidikan dibagi sebagai berikut:
1) Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan dari suatu Pendidikan nasional yang
telah kita ketahui memiliki fungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan
membangun watak seorang individu serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang sesuai dengan nilai
nilai yang sudah ada dalam masyarakat.
2) Tujuan Institusional
Tujuan pendidikan sesuai dengan jenjang
atau jenis pendidikan yang ditempuh
3) Tujuan Kurikuler
Tujuan yang berhubungan dengan setiap
bidang studi
4) Tujuan pengajaran khusus
Tujuan yang lingkupnya lebih kecil
dibandingkan tujuan pengajaran umum
5) Tujuan pengajaran umum
Penjabaran dari tujuan kurikuler
b. Materi Pendidikan
Materi atau Isi pendidikan merupakan komponen
yang tak kalah penting dari komponen pendidikan
sebagai sistem yang lainnya. Komponen yang ada

147
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

di dalam materi pendidikan biasanya dimuat


dalam kurikulum mencakup materi atau bahan
yang diajarkan oleh pendidik kepada peserta
didik. Komponen ini sangat berkaitan erat dengan
tujuan pendidikan dikarenakan materi yang
disampaikan berupa sejumlah ilmu pengetahuan
yang membantu pendidikan mencapai
tujuannya.
c. Metode Pendidikan
Metode diartikan cara yang dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan. Banyak cara
atau metode yang dapat dilakukan oleh seorang
pendidik, yang tentunya metode metode ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing
masing. Oleh karena itu, seorang pendidik harus
bisa memilih metode yang sesuai dengan
karakteristik masing masing.
Ada beberapa Metode pendidikan yang ada,
diantaranya yaitu:
1) Metode Diktatorial
2) Metode Liberal
3) Metode Demokratis
4) Sentimentil dan Persuasif
d. Alat Pendidikan
Alat pendidikan juga merupakan komponen yang
ada didalam pendidikan. Alat pendidikan
diartikan sebagai segala seuatu yang digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, baik
itu dalam bentuk situasi, kondisi, ataupun
barang.

148
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

e. Pendidik
Pendidik merupakan komponen yang terpenting
yang harus ada dalam pendidikan. Dikarenakan
jika tidak ada seorang pendidik maka suatu
proses pendidikan tidak akan nerjalan dengan
semestinya. Pendidik merupakan seseorang yang
memneri kita pengajaran atau ilmu yang tentunya
bermanfaat bagi kehidupan kita. Tanpa adanya
seorang pendidik maka kita akan kesulitan
memahami sebuah materi yang ada.
Pendidik juga dibagi menjadi tiga menurut
lingkungannya, diantaranya yaitu:
1) Pendidik dalam Lingkungan Keluarga
Pendidik yang paling utama dan paling di
dalam kehidupan kita adalah orang tua.
Sebab dari kita lahir orang tua kita sudah
memberikan suatu pendidikan meskipun
bukan dengan cara yang formal. Keberhasilan
karakter seorang anak juga ditentukan
melalui bagaimana orang tua mendidik
karakter anaknya untuk menjadi pribadi yang
baik.
2) Pendidik dalam Lingkungan Sekolah
Pendidik yang tentunya sudah sering kita
temui ketika kita berada di sekolah adalah
guru. Guru merupakan instrument yang
sangat penting ketika terjadinya suatu proses
belajar dan mengajar. Jika tidak ada peran
seorang guru, maka kegiatan belajar dan
mengajar tidak akan berjalan dengan
sempurna. Dengan adanya seorang guru,
seorang individu hidupnya akan lebih terarah
untuk mencapai apa yang di cita citakannya.

149
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

3) Pendidik dalam Lingkungan Masyarakat


Yang terakhir adalah pendidik dalam lingkup
masyarakat. Yang berperan di dalam lingkip
ini adalah tokoh- tokoh masyarakat seperti
halnya kepala desa, lurah, camat dan
sebagainya.
f. Peserta didik
Komponen yang satu ini juga tentunya sangat
penting untuk ada dalam suatu pendidikan.
Mengapa demikian? Karena tanpa adanya peserta
didik maka tidak ada subyek yang diajar. Peserta
didik meliputi siswa siswi, mahasiswa mahasiswi
dan sebagainya. Tentunya peserta didik
merupakan subyek utama keberhasilan suatu
tujuan pendidikan.
g. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan tempat
berlangsungnya proses pendidikan. Lingkungan
pendidikan dibagi menjadi tiga, diantaranya 1)
Lingkungan keluarga, 2) Lingkungan sekolah, 3)
Lingkungan masyarakat.
Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia,
pendidikan bermaksud membantu manusia untuk
menumbuh kembangkan potensi-potensi
kemanusiaannya. Oleh sebab itu manusia tidak dapat
terlepas dari lingkungannya yang menyebabkan kenapa
manusia sangat berkaitan erat dengan lingkungan. Salah
satu cara untuk memperoleh gambaran yang lebih
mantap tentang pendidikan adalah menggunakan
pendekatan sisitem. Untuk lebih jelasnya keterkaitan
antar komponen pendidikan dapat digambarkan sbb:

150
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

Tabel 8.1 Komponen Pokok dalam Sistem Pendidikan

Tujuan dari pendekatan sistem dalam pendidikan sendiri


ialah untuk memaksimalkan pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Sistem merupakan suatu totalitas yang
terpadu dari semua elemen dan semua kegiatan saling
berkaitan satu sama lain secara fungsional agar dapat
mencapai tujuan. Maksud dari pendidikan sebagai suatu
sistem adalah pendidikan sendiri terdiri dari elemen-
elemen atau unsur - unsur pendididkan yang dalam
kegiatannya saling terkait secara fungsional, sehingga
merupakan satu kesatuan yang terpadu dan diharapkan
dapat mencapai tujuan.

151
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

Daftar Pustaka
Abdul Kadir. 2014. Pengenalan Sistem Informasi Edisi
Revisi. Andi.Yogyakarta.
Adi Suryanto.2009. Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Anas Sudijono. 2007. Evaluasi Pendidika.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan islam Departemen
Agama RI.
Fatansyah. 2015. Basis Data. Bandung: Informatika
Bandung
Karim, Saeful, dkk. 2008. Belajar IPA Membuka
Cakrawala Alam Sekitar, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2008
Norman E. Gronlund 1976. Measurement and
Evaluation.In Teaching. New York: McMillan
Publishing.
Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran.
Yogyakarta: Graha ilmu.
Suharsimi Arikunto. 2007.Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanders, James R., et all., 1994. The Program Evaluation
Standarts, 2nd Edition.California: Sage Publication in.
Sax, Gilbert, 1980. Principles of Educational and
Psychological Measurement and Evaluation, Belmont
California: Wads Worth Pub.Co.
Sukardi, M. Evaluasi Pendidikan; Prinsip &
Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Suryanto, Adi. Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009.
Wrightstone, J. W. 1956. Evaluation in Modern Education.
New York: Pp. xi. 481. American Book Co.

152
EVALUASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

Profil Penulis
Dr. Sumarsih, M.Pd
Lahir di Banyuwangi, menempuh pendidikan
SD, SMP, SMA di Banyuwangi. Melanjutkan
pendidikan strata 1 (S.1) di Universitas Negeri
Jogjakarta (UNJ) Administrasi Pendidikan tamat
pada tahun 1984. Meraih gelar Magister Manajemen Pendidikan
dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 1996, dan
menyelesaikan program doktor di Universitas Negeri Jakarta
(UNJ) tahun 2013. Menikah dengan Zakaria, yang berprofesi
sebagai Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Bengkulu. Pengalaman kerja dimulai sebagai
dosen FKIP Universitas Bengkulu 1987 sampai sekarang, dosen
STKIP Muhamadiyah Bengkulu tahun 1990 – 1993, Pengalaman
jabatan Pembantu Dekan II tahun 1987 – 2004. Artikel ilmiah
The effect of Learning Relilience and Stress on Studen Learning,
Benchmarking StrategyVocational High School In North
Bengkulu, Organizasional Culture As Main Determinan Of
Elementary School Supervisor Performance In Bengkulu
Province.
Email Penulis: sumarsihasiih@gmail.com.

153

Anda mungkin juga menyukai