Anda di halaman 1dari 29

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/359175076

Landasan Psikologis Pendidikan

Chapter · February 2022

CITATION READS

1 5,750

1 author:

Tita Hasanah
Institut Agama Islam Sahid Bogor
7 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Tita Hasanah on 11 March 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BOOK CHAPTER

LANDASAN PENDIDIKAN
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
LANDASAN PENDIDIKAN
Dr. Miftahus Surur, M.Pd
Pahri Siregar, M.Pd. I
Haeran, S.S., M.Hum.
Roberta Uron Hurit, S. Si., M. Pd.
Tita Hasanah, M.Si.
Riana Isti Muslikhah, M.Pd
DR. A. Octamaya Tenri Awaru, M.Pd.
Imas Mashitoh, S.Pd. I., M.Pd.
Yulmiati, S.Pd.I., M.Pd.I
Dr. Hamdan Firmansyah, MMPd, MH
Dr. Aam Saepul Alam, M.Ag
Dr. Suarlin, S.Pd., M.Si.

Editor:
Dr. Eka Apriyanti, M. Pd.

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA


Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id

Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
LANDASAN PENDIDIKAN

Dr. Miftahus Surur, M.Pd


Pahri Siregar, M.Pd. I
Haeran, S.S., M.Hum.
Roberta Uron Hurit, S. Si., M. Pd.
Tita Hasanah, M.Si.
Riana Isti Muslikhah, M.Pd
DR. A. Octamaya Tenri Awaru, M.Pd.
Imas Mashitoh, S.Pd. I., M.Pd.
Yulmiati, S.Pd.I., M.Pd.I
Dr. Hamdan Firmansyah, MMPd, MH
Dr. Aam Saepul Alam, M.Ag
Dr. Suarlin, S.Pd., M.Si.
Editor :
Dr. Eka Apriyanti, M. Pd.

Tata Letak :
Dimas Haikal Hafidhien
Desain Cover :
Rintho R. Rerung
Ukuran :
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman :
vi, 231
ISBN :
978-623-362-373-5
Terbit Pada :
Februari 2022

Hak Cipta 2022 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan,


memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA


(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
buku kolaborasi dalam bentuk book chapter dapat
dipublikasikan dan dapat sampai di hadapan pembaca.
Book chapter ini disusun oleh sejumlah akademisi dan
praktisi sesuai dengan kepakarannya masing-masing.
Untuk mendapatkan pendidikan yang kokoh dan
berkualitas harus dimulai dari landasan pendidikan yang
kuat. Dasar-dasar kependidikan dibutuhkan sebagai
acuan dalam mengimplementasikan teori-teori
kependidikan yang tepat sesuai dengan perkembangan
jaman serta menjadi Agen of Change dalam mendidik,
mengajar, melatih, dan membimbing para siswa.
Buku ini disusun dengan maksud untuk memperdalam
kajian akademik tentang landasan kependidikan. Pada
bagian awal buku ini dibahas pengertian landasan
pendidikan, hakikat manusia dan peserta didik, unsur-
unsur pendidikan, beberapa landasan yang merupakan
pijakan dalam melakukan pendidikan, meliputi landasan
filosofis, psikologis, historis, antropologis dan sosiologi.
Pada bagian lain dibahas teori-teori pembelajaran
kognitivistik, konstruktivistik, dan behavioristik serta
paradigma baru pendidikan.
Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan,
sejatinya kesempurnaan itu hanya milik Yang Kuasa. Oleh
sebab itu, kami tentu menerima masukan dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan lebih lanjut.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah mendukung
dalam proses penyusunan dan penerbitan buku ini,
secara khusus kepada Penerbit Media Sains Indonesia
sebagai inisiator book chapter ini. Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Bandung, 15 Januari 2022
Editor

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................i
DAFTAR ISI .................................................................... iii
1 PENGERTIAN LANDASAN PENDIDIKAN ..................1
Pendahuluan ..........................................................1
Landasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara ..............2
Landasan Pendidikan KH. Hasyim Asy’arri .............7
Landasan Pendidikan KH. Ahmad Dahlan ............11
2 HAKIKAT MANUSIA DAN PESERTA DIDIK ............19
Hakikat Manusia ..................................................19
Empat Aliran Manusia ..........................................22
Pengertian Peserta Didik .......................................26
Tugas dan Tanggungjawab Peserta Didik ..............28
Kebutuhan Peserta Didik ......................................29
Peserta didik sebagai “raw material” .....................33
3 UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN ...............................37
Pendahuluan ........................................................37
Unsur-Unsur Pendidikan ......................................40
4 LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ...................53
Pengertian Landasan Pendidikan ..........................53
Jenis-Jenis Landasan ...........................................55
Landasan Filosofis Pendidikan ..............................57
Peranan Landasan Filosofis Pendidikan ...............58
Landasan Filosofis Pendidikan di Indonesia ..........60
Permasalahan Pendidikan di Indonesia.................65
5 LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN .................69

iii
Psikologi dalam Pendidikan ..................................69
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Manusia................................................................70
Proses-Proses Perkembangan Manusia .................72
Tahapan Perkembangan Manusia .........................80
6 HISTORIS PENDIDIKAN NASIONAL ......................85
Landasan Historis Pendidikan Nasional ................85
Pendidikan pada Zaman Purba .............................86
Pendidikan di Zaman Kerajaan Hindu Budha .......87
Pendidikan di Zaman Kerajaan Islam ....................89
Pendidikan Pada Zaman Pengaruh Portugis dan
Spanyol .................................................................91
Pendidikan Pada Zaman Kolonial Belanda ............91
Pendidikan Pada Zaman Penjajahan Jepang .........94
Pendidikan Indonesia Pada Tahun 1945-1969 ......96
Pendidikan Era PJP 1 ...........................................98
Pendidikan Indonesia di Masa Reformasi ..............99
Implikasi Sejarah Terhadap Konsep Pendidikan
Nasional.............................................................. 100
7 LANDASAN SOSIOLOGIS DAN ANTROPOLOGIS
PENDIDIKAN ...................................................... 105
Pengantar ........................................................... 105
Pendidikan dalam Perspektif Sosiologi
Antropologi ......................................................... 106
Pendekatan Sosiologi Antropologi dalam
Pendidikan .......................................................... 111
Problematika Sosiologi Antropologi Dalam Proses
Pembelajaran abad 21 ........................................117
8 LANDASAN KURIKULUM PENDIDIKAN ...............123

iv
Definisi Kurikulum .............................................123
Peran Dan Fungsi Kurikulum ............................. 124
Komponen Kurikulum Pendidikan ...................... 127
Landasan Pengembangan Kurikulum
Pendidikan .......................................................... 129
Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum ....130
Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum .134
Landasan Sosiologis, Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Iptek) Pengembangan Kurikulum .......138
9 LANDASAN BEHAVIORISTIK .............................. 145
Apa itu belajar dan pembelajaran??? .................. 145
Lalu, Kapan sesuatu itu disebut belajar dan yang
bukan belajar??? ................................................ 147
Landasan Behaviorisme ......................................151
Pendekatan Pembelajaran Behavioristik .............153
Penguatan dan Hukuman ...................................159
10 LANDASAN KOGNITIVISTIK ................................ 163
Pengertian Kognitif..............................................163
Perkembangan Kognitif .......................................165
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Kognitif ............................................................... 168
Pembelajaran Kognitivistik ..................................170
Landasan Kognitivistik........................................174
11 LANDASAN KONTRUKTIVISME DALAM
PEMBELAJARAN ................................................ 183
Pengertian Landasan Kontruktivisme ................. 183
Kontruktivisme Dalam Lintas Sejarah................. 188
Kontruktivisme Pandangan Jean Piaget ..............190

v
Konsep Belajar Konstruktivisme Vygotsky ..........192
Pandangan-Pandangan Dalam Kontruktivisme ...196
Landasan, Langkah-Langkah dan Prinsip-prinsip
Konstruktivisme.................................................. 197
Model-Model Pembelajaran Dalam Teori
kontruktiktivisme ...............................................200
Simpulan ............................................................ 204
12 PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ....................... 209
Pendahuluan ...................................................... 209
Paradigma Pendidikan ........................................211

vi
5
LANDASAN PSIKOLOGIS
PENDIDIKAN

Tita Hasanah, M.Si.


Institut Agama Islam Sahid Bogor

Para peserta didik yang berada dalam satu kelas,


meskipun di tingkat yang sama, memiliki beragam
karakteristik, baik secara fisik, sifat, sikap, temperamen,
kecerdasan, kemampuan, dan lain-lain. Ada yang
pendiam, periang, pandai mengungkapkan pendapat,
cerdas, emosional, supel, kesulitan memahami pelajaran
meskipun sudah dijelaskan berulang kali, dan
karakteristik lainnya. Guru sebagai pendidik yang
menghadapi berbagai perbedaan individu tersebut perlu
memiliki pemahaman dari sudut pandang psikologis agar
dapat memfasilitasi peserta didik dengan tepat sehingga
mereka dapat berkembang secara optimal.

Psikologi dalam Pendidikan

Secara etimologis, kata psikologi berasal dari bahasa


Yunani Kuno yaitu psyche yang berarti jiwa, dan logia
yang berarti ilmu, sehingga psikologi dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Sedangkan
psikologi menurut American Psychological Association
(APA) dalam Wikipedia, merupakan salah satu bidang
ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari

69
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

tentang perilaku, fungsi mental dan proses mental


manusia melalui prosedur ilmiah.
Definisi pendidikan tercantum di dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. Upaya yang dilakukan untuk
mencapai tujuan pendidikan ialah diselenggarakannya
kegiatan pembelajaran dengan beberapa jenjang mulai
dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan atas, serta pendidikan tinggi.
Peserta didik sebagai makhluk multidimensi, yaitu
dimensi biologis, psikologis, sosial dan spiritual, membuat
pendidikan tidak bisa lepas dari dimensi psikologis dalam
kegiatan pembelajarannya. Psikologi sebagai landasan
pendidikan dimaksudkan untuk memahami dan
memperbaiki proses belajar dan mengajar dengan
menggunakan pengetahuan dan metode psikologi
(Woolfolk, 2009). Salah satu ranah psikologi yang penting
dalam hal ini yaitu psikologi perkembangan, untuk
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia, proses perkembangannya dan
tahapan perkembangan dalam rentang kehidupan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


Manusia

Definisi perkembangan atau dalam bahasa Inggrisnya


adalah development ialah pola gerakan atau perubahan
yang meliputi aspek fisik, kognitif dan sosioemosional,
dimulai dari pembuahan dan terus berlanjut sepanjang

70
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

rentang kehidupan. Perkembangan yang dimulai dari satu


sel kemudian bertumbuh dan berkembang—dari tidak
berdaya menjadi memiliki banyak kemampuan, lalu
menurun di masa lanjut usia dan berakhir saat kematian
tiba. Sehingga bisa dikatakan bahwa perkembangan
manusia terjadi seumur hidup.
Manusia berkembang menjadi sosok yang unik karena
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu nature atau faktor
alamiah, serta nurture atau faktor lingkungan. Istilah
nature dan nurture dalam perkembangan manusia ini
dipopulerkan pertama kali oleh Francis Galton, seorang
ilmuwan Inggris yang melakukan penelitian dibidang
genetika molekuler. Penelitian Galton menjadi dasar
mengenai pengaruh genetik dan lingkungan terhadap
perilaku individu.
Faktor nature merupakan faktor genetik atau keturunan
yang diperoleh dari gen orang tua yaitu ayah dan ibu.
Salah satu dampak faktor genetik ini ialah ciri-ciri fisik,
seperti warna kulit, warna mata, bentuk rambut, bentuk
mata, ukuran tubuh, dan lain-lain. Selain kondisi fisik,
hal lain yang dipengaruhi oleh faktor nature ialah
intelegensi, sebagaimana dikemukakan oleh Arthur
Jensen (1969) bahwa intelegensi atau kecerdasan
utamanya diwariskan dari orangtua. Pendapat Jensen ini
menuai kontroversi karena kecerdasan yang ditelaah
olehnya dipandang bersifat parsial. Namun tidak ada ahli
yang menyangkal mengenai pengaruh genetik terhadap
perkembangan manusia.
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan ialah
faktor nurture atau lingkungan diantaranya ialah
attachment, gaya dan pola pengasuhan, komunikasi,
keterlibatan ayah, gizi yang diberikan, intensitas
menggunakan gawai dan televisi, serta hal lainnya yang
merupakan interaksi individu dalam lingkungan.

71
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

Jadi jika guru menghadapi peserta didik bermasalah,


maka guru perlu mencari tahu dan memahami latar
belakang nature dan nurture siswa tersebut. Guru
sebaiknya mengetahui informasi secara umum mengenai
orangtuanya dan lingkungan tempat siswa tersebut
dibesarkan. Kedua informasi mendasar itu bisa menjadi
acuan untuk mennetukan langkah selanjutnya dalam
memberikan stimulasi atau intervensi.

Proses-Proses Perkembangan Manusia

Proses perkembangan manusia meliputi beberapa aspek


yaitu dimensi fisik, dimensi kognitif dan dimensi
sosioemosional. Perkembangan yang terjadi secara pesat
yaitu pada masa lima tahun pertama atau dikenal dengan
golden age, dimana berbagai aspek perkembangan
termasuk perkembangan sel-sel otak dan syaraf
berkembang secara signifikan.
a. Dimensi Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik meliputi pertambahan berat dan


tinggi, perkembangan otak, perubahan hormon, dan
lain-lain. Perkembangan fisik juga meliputi
keterampilam motorik kasar dan motorik halus yang
dikoordinasikan dengan panca inderanya. Aktivitas
motorik kasar melibatkan otot-otot besar terutama
otot tangan dan kaki. Sedangkan aktivitas motorik
halus melibatkan otot-otot di sekitar jari tangan.
Stimulasi yang dilakukan untuk melatih motorik
halus akan membantu anak untuk terampil dalam
menggunakan alat tulis sebagai kesiapan sekolah..
Perkembangan fisik pada masa bayi terjadi sangat
pesat. Dalam waktu 24 bulan, bayi yang awalnya
sangat tidak berdaya, secara perlahan dapat
mengangkat kepala, membalikkan badan, merayap,
merangkak, berdiri dan berlari. Pada masa bayi,

72
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

kemampuan yang dimilikinya sangat terbatas. Salah


satu kemampuannya ialah gerakan refleks dasar.
Beberapa gerakan refleks yang umumnya dilakukan
bayi yaitu refleks mengisap benda yang didekatkan
dengan mulutnya sehingga bayi tidak perlu diajari
untuk mengisap putting susu; refleks moro, yaitu
respon yang otomatis saat mendengar suara atau
gerakan yang mengejutkan; refleks menggenggam
saat sesuatu menyentuh telapak tangannya; dan
refleks mencari dengan menolehkan wajahnya saat
pipi atau pinggir mulutnya disentuh. Refleks juga
membantu bayi sebagai bentuk mekanisme
pertahanan diri, misalnya saat bayi masuk ke dalam
air, ia akan menahan nafasnya secara alamiah dan
mengontrasikkan kerongkongannya agar air tidak
masuk ke dalam tubuh.
Pada masa anak-anak, kegiatan fisik semakin
berkembang dan berani mengambil resiko, seperti
berlari kencang, memanjat, berenang, dan lain-lain.
Anak-anak terlihat sangat aktif, bahkan saat makan,
menonton televisi atau tidur sekalipun badannya
bergerak. Tidak mengherankan para ahli menyebut
periode ini sebagai usia aktif. Bagi pendidik di tingkat
PAUD sangat penting memfasilitasi peserta didik
dengan memberi ruang yang memadai untuk
menyalurkan perkembangan motorik kasarnya agar
lebih terkoordinasi dengan baik. Selain itu, pendidik
menstimulasi motorik halus dengan berbagai aktivitas
seperti merobek, meremas, melipat, menggunting,
meronce, menjumput dan lain-lain.
Perkembangan fisik pada masa remaja biasanya
ditandai dengan munculnya masa pubertas, seperti
terjadinya menstruasi pada anak perempuan atau
mimpi basah pada anak laki-laki. Pubertas terjadi
karena adanya peningkatan hormon testosteron

73
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

terutama pada anak laki-laki yang berkaitan dengan


perkembangan alat kelamin, perubahan suara
menjadi lebih berat dan dalam, serta tinggi badan
yang pesat. Selain itu terjadi peningkatan juga pada
hormon estradiol terutama pada anak perempuan
yang berkaitan dengan melebanya pinggul dan
perkembangan buah dada. Perubahan hormon yang
terjadi pada masa ini berdampak pada aspek
psikologis, dimana anak menjadi lebih perhatian pada
bentuk tubuhnya, sering melihat cermin, dan mulai
tertarik pada lawan jenis. Oleh karena itu, para
pendidik perlu lebih memahami dan menyesuaikan
kebutuhan peserta didik yang berada di masa remaja
ini, yaitu masa usia SMP (Sekolah Menengah Pertama)
dan SMA (Sekolah Menengah Atas).
c. Dimensi Perkembangan Kognitif

Tokoh perkembangan kognitif yang teorinya banyak


digunakan ialah Jean Piaget, seorang psikolog yang
berasal dari Swiss, lahir pada tahun 1896 (Kohler,
2008). Salah satu teorinya ialah mengenai tahapan
perkembangan kognitif, yaitu:
1) Tahap Sensorimotor. Rentang usia pada tahap ini
yaitu antara 0 – 2 tahun. Pada tahap ini, bayi
membangun pemikiran dengan melibatkan
pengalaman-pengalaman sensoris seperti melihat
atau mendengar, dengan tindakan motorik.
Contohnya, bayi melihat bola yang berwarna
cerah kemudian tangannya meraih bola tersebut.
2) Tahap Pra-operasional. Tahap ini terjadi kira-kira
antara 2 – 7 tahun. Pada masa pra-operasional
pengaturan perilaku anak mulai bergeser dari
tingkat sensorik-motorik ke tingkat simbolik.
Disebut praoperasional karena anak belum
menguasai operasi-operasi mental, tetapi menuju

74
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

ke arah penguasaannya. Pada tahap ini, anak bisa


distimulasi dengan menggunakan peralatan
konkret dan alat bantu visual dalam menjelaskan
sesuatu, diberikan berbagai pengalaman untuk
mengembangkan konsep dan bahasa, diajak
untuk memahami sudut pandang orang lain, dan
kegiatan lainnya.
3) Tahap Operasional Konkret. Tahap ini
diperkirakan dari usia 7 sampai 11 tahun. Istilah
operasi konkret disini ialah tugas-tugas mental
yang dikaitkan dengan objek atau situasi yang
konkret. Kemajuan penting pada tahap ini ialah
peserta didik dapat melakukan operasi
konservasi, klasifikasi dan seriasi yang akhirnya
dapat mengembangkan sistem berpikir yang
lengkap dan logis, tetapi masih dikaitkan dengan
realitas fisik.
4) Tahap Operasional Formal. Menurut Woolfolk
(2009), operasi formal adalah tugas-tugas mental
yang melibatkan pemikiran abstrak dan
koordinasi sejumlah variabel. Stimulasi yang bisa
dilakukan untuk peserta didik di tahap ini dengan
memberi kesempatan untuk mengeksplorasi
melalui pertanyaan-pertanyaan hipotetis,
memberi kesempatan untuk menyelesaikan
masalah secara mandiri dan menalarnya secara
ilmiah, dan juga kegiatan lain yang dapat
membantu peserta didik mengembangkan
kapasitas berpikir formalnya.
Tokoh lain yang berpengaruh terhadap perkembangan
kognitif yaitu Vygotsky yang lahir dari keluarga
Yahudi pada tahun 1896 di Byelorussia (Langford,
2005). Bagi Piaget perkembangan pemikiran dimulai
dari internal anak, sedangkan bagi Vygotsky dimulai
dari interaksi dengan lingkungan sosialnya. Jadi,

75
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

orang-orang yang berada di sekitar, bahasa, alat


budaya, dan sistem kultural pada masa anak tumbuh
memberikan kontribusi penting bagi perkembangan
kognitif. Sebagaimana diungkap dalam penelitian
Glassman (2001) mengenai pemikiran Vygotsky
bahwa interaksi sosial merupakan kunci dalam proses
belajar.
Jika kita memperhatikan keseharian seorang anak,
kita akan melihat bahwa mereka sering berbicara
yang ditujukan pada diri sendiri. Vygotsky
menyebutnya private speech. Bagi vygotsky, private
speech ini memainkan peran penting dalam
perkembangan kognitif yang akan membantu anak
untuk menyelesaikan suatu masalah. Pada fase
tertentu, anak berada di ambang kemampuan untuk
meyelesaikan masalah. Fase ini disebut zone of
proximal development. Di fase ini, anak memerlukan
bantuan orang lain, dalam hal ini orang yang berada
di sekitarnya, bisa orangtua, guru atau teman sebaya
yang sudah lebih paham untuk memberikan bantuan
dukungan (scaffolding) berupa petunjuk, pengingat,
dorongan atau lainnya agar anak dapat
menyelesaikan masalah secara mandiri.
Teori perkembangan kognitif Piaget dan Vygotsky
tentunya berimplikasi pada strategi atau metode
pembelajaran. Pendidik dapat mengetahui, tahap
perkembangan kognitif peserta didiknya serta dapat
memberikan stimulasi yang tepat. Selain itu pendidik
bisa lebih mengoptimalkan peralatan budaya,
memberi kesempatan untuk melakukan interaksi
yang lebih intens antarsiswa atau antara siswa dan
guru, serta memberi dukungan (scaffolding) yang
sesuai.

76
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

c. Dimensi Perkembangan Sosioemosional

Dimensi perkembangan sosial merujuk pada teori


Bronfenbrenner (1976), bahwa perkembangan
manusia adalah produk interaksi antara organisme
manusia dengan lingkungannya. Teori ini dikenal
dengan Model Bioekologis yang terdiri dari lima sistem
lingkungan penting, yaitu mikrosistem, mesosistem,
eksosistem, makrosistem, dan kronosistem yang
dipaparkan oleh Santrock (2011) dengan singkat
sebagai berikut:
1) Mikrosistem adalah tempat dimana anak tinggal.
Unsur-unsur dalam mikrosistem yaitu keluarga,
guru, teman sebaya, kegiatan sekolah,
lingkungan, pengasuh, dan lain-lain yang
berinteraksi dan memberi pengaruh secara
langsung kepada anak.
2) Mesosistem merupakan hubungan yang terjadi
antara unsur-unsur yang berada di mikrosistem
yang memberikan dampak pada perkembangan
anak. Misalnya hubungan antara orangtua
dengan guru yang melakukan komunikasi
mengenai stimulasi yang dilakukan untuk anak
agar kegiatan di sekolah dan di rumah terjadi
selaras dan berkesinambungan.
3) Eksosistem melibatkan pengalaman-pengalaman
dalam setting sosial lain, dimana anak tidak
memiliki peran yang aktif karena tidak
berhubungan secara langsung. Unsur-unsur
dalam eksosistem misalnya tempat kerja
orangtua, taman bermain, rumah sakit, tempat
ibadah, dan lain-lain. Misalnya, kebijakan dari
tempat kerja orangtua mengenai layanan BPJS
kesehatan yang meliputi seluruh anggota
keluarga termasuk anak-anak. Kebijakan tersebut

77
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

mempengaruhi perkembangan anak, meskipun


anak tidak berinteraksi secara langsung dengan
tempat orangtuanya bekerja.
4) Makrosistem meliputi kebudayaan, pola-pola
ekonomi, kondisi-kondisi sosial, nilai-nilai
kultural dan unsur lain yang lebih luas yang
memberi dampak pada perkembangan anak.
5) Kronosistem meliputi pemolaan peristiwa-
peristiwa lingkungan dan transisi sepanjang
kehidupan serta keadaan sosiohistoris. Misalnya
berdasarkan berbagai hasil penelitian mengenai
dampak perceraian, yang kemudian mendorong
pertimbangan lain dengan bercermin pada kondisi
tersebut.
Teori lain untuk memahami proses perkembangan
dimensi sosioemosional anak yaitu teori Erik Erikson
mengenai tahapan psikososial. Menurut Erikson,
perkembangan terjadi di sepanjang siklus kehidupan
melalui delapan tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Trust versus mistrust (kepercayaan dan
ketidakpercayaan). Tahap pertama ini terjadi pada
masa bayi 0 – 12 bulan yang tengah mengembangkan
rasa percaya pada ibu/ pengasuh dan lingkungan
sekitar. Jika kebutuhan dasar bayi dipenuhi dengan
baik, seperti dipeluk, dibelai, digendong dengan
nyaman, diganti popok saat basah, diberi air susu ibu
atau makanan tambahan saat lapar, maka bayi akan
mengembangkan rasa percaya terhadap dunia.
Sebaliknya rasa ketidakpercayaan akan muncul jika
kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi dengan baik.
2. Autonomy versus shame and doubt (otonomi dengan
rasa malu dan ragu-ragu). Pada masa ini terjadi di
usia 1 – 3 tahun. Anak yang memperoleh rasa percaya
di tahap pertama akan mengembangkan rasa otonomi

78
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

atau kemandirian. Orangtua sebaiknya memberikan


kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi
lingkungan dan melakukan beberapa hal yang
dianggapnya menarik dengan pengawasan orangtua.
Anak yang memperoleh banyak larangan dan
keterbatasan akan menumbuhkan rasa malu dan
ragu-ragu dalam dirinya.
3. Initiative versus guilt (prakarsa dan rasa bersalah).
Tahapan ini berlangsung selama usia prasekolah
dimana anak menyadari kemauan dirinya. Orangtua
atau pendidik sebaiknya memberi kesempatan kepada
anak untuk mengemban tanggung jawab atas
beberapa hal yang sesuai kapasitasnya untuk
meningkatkan prakarsa. Jika tanggung jawab yang
diemban anak tidak mendapat dukungan, dan dibuat
merasa cemas, maka akan tumbuh rasa bersalah
dalam diri anak.
4. Industry versus inferiority (tekun dan rasa rendah
diri). Periode tahap ini berlangsung antara usia 6
tahun hingga usia pubertas dimana anak-anak sangat
antusias dan penuh imajinasi. Pendidik perlu
memberi dorongan semangat dan ketegasan agar
anak tekun dalam penguasaan pengetahuan dan
keterampilan. Anak yang tidak mendapat dukungan
dan arahan akan membuatnya kurang berkompeten
dan berakibat tumbuh rasa rendah diri.
5. Identity versus identity confusion (identitas dan
kebingungan identitas). Tahap ini merupakan masa
remaja dimana anak sedang dalam masa pencarian
jati diri, membangun cita-cita dan tujuan hidup yang
pada akhirnya menetapkan identitas dirinya. Pendidik
perlu memfasilitasi anak remaja dengan informasi
yang jelas dan memberi kesempatan terbuka untuk
mengemukakan pemikirannya supaya tidak terjadi
kebingungan identitas.

79
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

6. Intimacy versus isolation (keintiman dan keterkucilan).


Tahapan ini terjadi pada saat memasuki dewasa awal.
Pada masa ini, individu mulai membangun hubungan
yang lebih serius untuk berlanjut ke jenjang
pernikahan. Jika relasi yang akrab dengan orang lain
tidak terjadi, individu akan mengalami keterkucilan.
7. Generativity versus stagnation (bangkit dan mandeg),
pada masa ini individu tengah mencapai puncak
kejayaan dan senang membantu generasi muda. Hal
inilah yang disebut generativity, dan jika belum
melakukan hal tersebut maka pada tahap ini terjadi
kemandegan.
8. Integrity versus despair (integritas dan kekecewaan).
Tahapan ini merupakan masa usia lanjut, dimana
individu melakukan instropeksi dan evaluasi dari
berbagai tahapan yang telah dilaluinya. Cara pandang
individu yang positif akan membuat rasa puas dalam
diri dan integritas akan tercapai. Sebaliknya jika
banyak hal di masa lalu yang disesali dan ditelaah
dari sudut pandang negatif, maka individu akan
mengalami kekecewaan.

Tahapan Perkembangan Manusia

Rentang perkembangan manusia yang dimulai dari


pembuahan hingga kematian, secara umum
diklasifikasikan ke dalam beberapa periode. Menurut
Santrock (2011) periode perkembangan tersebut yaitu
prakelahiran, masa bayi, masa awal anak-anak, masa
pertengahan dan akhir anak-anak, masa remaja, masa
awal dewasa, masa pertengahan dewasa, dan masa akhir
dewasa. Periode-periode perkembangan tersebut
diuraikan sebagai berikut:
a. Periode prakelahiran (prenatal period). Masa
prakelahiran atau masa prenatal dimulai dari

80
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

terjadinya pembuahan, dimana sel sperma membuahi


sel telur hingga janin lahir.
b. Masa bayi (infancy). Periode ini berlangsung dari
kelahiran hingga usia bayi 18 atau 24 bulan. Pada
masa ini, bayi masih sangat tergantung pada orang
dewasa di sekitarnya.
c. Masa awal anak-anak (early childhood). Periode ini
terentang dari usia bayi hingga 5 atau 6 tahun, biasa
kita kenal dengan masa balita (bawah lima tahun).
Pada periode ini, pertumbuhan dan perkembangan
anak sangat pesat, sehingga disebut sebagai golden
age atau masa keemasan.
d. Masa pertengahan dan akhir anak-anak (middle and
late childhood). Periode yang terentang pada usia anak
di jenjang Sekolah Dasar, yaitu usia 6 – 11 tahun.
Pada masa ini, anak telah menguasai keterampilan
mendasar seperti membaca, menulis dan berhitung.
e. Masa remaja (adolescence) dimulai pada usia 10 atau
11 tahun hingga rata-rata usia 20 tahunan. Masa ini
adalah transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
f. Masa awal dewasa (early adulthood). Periode ini
bermula dari usia belasan tahun hingga usia
tigapuluhan tahun. Pada masa ini adalah
pembentukan kemandirian secara kepribadian dan
ekonomi, masa meniti karir, serta saat yang tepat
untuk mulai membangun rumah tangga.
g. Masa pertengahan dewasa (middle adulthood), yaitu
periode perkembangan antara usia 35 hingga 60
tahunan. Pada masa ini merupakan puncak karir,
memperluas tanggung jawab pribadi dan sosial, serta
membimbing generasi muda.
h. Masa akhir dewasa (late adulthood) atau biasa kita
sebut sebagai lanjut usia. Periode bermula dari usia

81
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

enam puluhan hingga berujung di kematian. Masa ini


adalah masa pensiun dimana kesehatan dan
kekuatan mulai menurun dan masa penyesuaian
dengan peran sosial yang baru.
Berikut ini adalah gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi proses perkembangan (fisik, kognitif dan
sosioemosional) pada rentang siklus kehidupan.

Gambar 5.1. Faktor Yang Mempengaruhi Proses


Perkembangan Manusia

82
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

Daftar Pustaka
Bronfenbrenner, U. (1979). The ecology of human
development. New York: President and fellows of
Harvard College.
Glassman, M. (2001). Dewey and Vygotsky: society,
experience, and inquiry in educational practice.
Educational Researcher, 30 (4), 3-14.
Jensen, R. A. (1969). How much can we boost IQ and
scholastic achievement? Harvard Educational
Review, 39, 1-23.
Kohler, C. (2008). Jean Piaget. London: Continuum
International Publishing Group by Bloomsbury.
Langford, P. (2005). Vygotsky’s developmental and
educational Psychology. New York: Psychology Press.
Papalia, D. E., et. al. (2008). Human Development (Psikologi
Perkembangan). Alih bahasa: A.K. Anwar. Ed. 9 Cet.
1. Jakarta: Kencana.
Santrock, J. W. (2011a). Educational Psychology. 5th ed.
New York: McGraw-Hill.
___________ (2011b). Life-span Development. 13th ed. New
York: McGraw-Hill.
Woolfolk, A. (2009). Educational psychology: Active
learning edition. Alih bahasa: Soetjipto H.P.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

83
LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

Profil Penulis
Tita Hasanah
Penulis lahir di Bandung. Menempuh
pendidikan dasar hingga atas juga di Kota
Kembang tersebut. Tingkat sarjananya
diselesaikan di Institut Agama Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung. Sedangkan
untuk Strata Dua ditempuh di Institut
Pertanian Bogor. Saat ini penulis mengabdi sebagai dosen
di Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Institut
Agama Islam Sahid Bogor. Aktivitas lainnya ialah sebagai
Asesor Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia
Dini dan Pendidikan Non Formal (BAN PAUD PNF) Provinsi
Jawa Barat.
Email Penulis: titahasanah@yahoo.com

84
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai