Anda di halaman 1dari 31

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/363737408

BEST PRACTICE IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DI KOTA


YOGYAKARTA

Chapter · September 2022

CITATIONS READS

0 2,825

1 author:

Mohamad Joko Susilo


Universitas Islam Indonesia
47 PUBLICATIONS   88 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Mohamad Joko Susilo on 22 September 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


COVER
BUNGA RAMPAI

INOVASI PEMBELAJARAN MERDEKA


BELAJAR
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
INOVASI PEMBELAJARAN MERDEKA
BELAJAR
Dr. Saryanto, S.Pd.T., M.Pd
Dr. Eva Nurhasanah, S.Pd., M.Pd.
Dr.Tuti Khairani Harahap, S.Sos, M.Si
Dr. Achmad Muharam Basyari, Lc., M.Pd.
Dr. Muhammad Hasan, S.Pd., M.Pd.
Sukendi, S.Pd.,M.Pd.
Dr. Yelfi Dewi S, S.Ag, M.A.
Dr. N.Maemunah, M.M.Pd
Dr. Yasin, M.Pd
Asep Satriadi, M.Pd
Dr. Mohamad Joko Susilo, M.Pd.
Ns. Putu Sudarmika, S. Kep., M. Pd
Dr. Gede Sukanaya, S.Pd., M.Pd.
Dr. Moh Toharudin, M. Pd
Dr. Rahayu Detik Susilawati. M.AP.

Editor:
Ns. Made Martini, S.Kep.,M.Kep

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA


Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id

Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
INOVASI PEMBELAJARAN MERDEKA BELAJAR

Dr. Saryanto, S.Pd.T., M.Pd


Dr. Eva Nurhasanah, S.Pd., M.Pd.
Dr.Tuti Khairani Harahap, S.Sos, M.Si
Dr. Achmad Muharam Basyari, Lc., M.Pd.
Dr. Muhammad Hasan, S.Pd., M.Pd.
Sukendi, S.Pd.,M.Pd.
Dr. Yelfi Dewi S, S.Ag, M.A.
Dr. N.Maemunah, M.M.Pd
Dr. Yasin, M.Pd
Asep Satriadi, M.Pd
Dr. Mohamad Joko Susilo, M.Pd.
Ns. Putu Sudarmika, S. Kep., M. Pd
Dr. Gede Sukanaya, S.Pd., M.Pd.
Dr. Moh Toharudin, M. Pd
Dr. Rahayu Detik Susilawati. M.AP.

Editor :
Ns. Made Martini, S.Kep.,M.Kep

Tata Letak :
Risma Birrang
Desain Cover :
Syahrul Nugraha
Ukuran :
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman :
viii, 245
ISBN :
978-623-362-676-7
Terbit Pada :
September 2022

Hak Cipta 2022 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan,


memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA


(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
buku kolaborasi dalam bentuk book chapter dapat
dipublikasikan dan dapat sampai di hadapan pembaca.
Book chapter ini disusun oleh sejumlah dosen dan praktisi
sesuai dengan kepakarannya masing-masing. Buku ini
diharapkan dapat hadir dan memberi kontribusi positif
dalam ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan
“Inovasi Pembelajaran Merdeka Belajar”, buku ini
memberikan nuansa berbeda yang saling
menyempurnakan dari setiap pembahasannya, bukan
hanya dari segi konsep yang tertuang dengan detail,
melainkan contoh yang sesuai dan mudah dipahami
dalam konsep dan aplikasi Program Merdeka Belajar di
pendidikan Indonesia.
Sistematika buku ini dengan judul “Inovasi
Pembelajaran Merdeka Belajar”, mengacu pada konsep
dan pembahasan hal yang terkait. Buku ini terdiri atas 15
bab yang dijelaskan secara rinci dalam pembahasan
antara lain mengenai: Urgensi Perubahan Pendidikan Di
Indonesia Pada Era Disrupsi; Tantangan Dan Peluang
Dalam Pembelajaran Merdeka Belajar; Aturan Dan
Kebijakan Dalam Kurikulum Merdeka; Struktur, Alur,
Tujuan Dan Capaian Pembelajaran Merdeka;
Pembelajaran Kompetensi Dasar Dalam Kemampuan
Literasi Dan Numerasi Serta Asesmen Kompetensi
Minimum; Gambaran Profil Pelajar Pancasila;
Pembelajaran Inovatif Berbasis Project-Based Learning,
Problem-Based Learning, Discovery Learning, Cooperative
Learning; Peran Guru Penggerak Dalam Implementasi
Kurikulum Merdeka; Pemanfaatan Kemajuan Teknologi
Dalam Merdeka Belajar Dan Model Pembelajaran Blended
Learning Dengan Menggunakan LMS (Learning
Management System); Implementasi Kurikulum Merdeka
Jalur Mandiri Pada Tingkat Satuan Pendidikan PAUD, SD,
SMP, SMA, SMK, Pendidikan Khusus Dan Kesetaraan;
Best Practice Implementasi Kurikulum Merdeka Di Kota
Yogyakarta; Bentuk Bahan Ajar Dalam Implementasi

i
Merdeka Belajar; Asesmen Otentik Dalam Kurikulum
Merdeka Belajar; Peran Merdeka Belajar Dalam
Implementasi Merdeka Mengajar; Sistem Penjaminan
Mutu Dan Evaluasi Merdeka Belajar
Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan,
sejatinya kesempurnaan itu hanya milik Yang Kuasa. Oleh
sebab itu, kami tentu menerima masukan dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan lebih lanjut.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah mendukung
dalam proses penyusunan dan penerbitan buku ini,
secara khusus kepada Penerbit Media Sains Indonesia
sebagai inisiator book chapter ini. Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Agustus 2022

Editor

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
1 URGENSI PERUBAHAN PENDIDIKAN DI
INDONESIA PADA ERA DISRUPSI ................................. 1
Pendahuluan ......................................................................... 1
Era Disrupsi menurut Francis Fukuyama dan
Clayton Christensen ............................................................ 2
Dampak Era Disrupsi pada Ilmu Pengetahuan ......... 4
Disrupsi dan Perubahan Perilaku .................................. 5
Persoalan Pendidikan Karakter di Indonesia .............. 7
Disrupsi dan Aspek Pendidikan ...................................... 9
Solusi yang telah dilakukan ........................................... 11
Peran Evaluasi Pendidikan ............................................. 12
Daftar Pustaka .................................................................... 16
2 TANTANGAN DAN PELUANG DALAM
PEMBELAJARAN MERDEKA BELAJAR ..................... 19
Pendahuluan ....................................................................... 19
Tantangan Pembelajaran Merdeka Belajar .................. 20
Peluang Pembelajaran Merdeka Belajar ..................... 25
Penutup ................................................................................. 28
Daftar Pustaka .................................................................... 30
3 ATURAN DAN KEBIJAKAN DALAM KURIKULUM
MERDEKA............................................................................. 33
Pendahuluan ....................................................................... 33
Aturan Dan Kebijakan Dalam Kurikulum Merdeka36
Daftar Pustaka .................................................................... 43

iii
4 STRUKTUR, ALUR TUJUAN DAN CAPAIAN
PEMBELAJARAN MERDEKA .......................................... 47
Pendahuluan ....................................................................... 47
Struktur, Alur Tujuan dan Capaian Pembelajaran
pada Jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
(disarikan dari Kemendikbud Ristekdikti No.
56/M/2022) ......................................................................... 48
Struktur, Alur Tujuan dan Capaian Pembelajaran
pada Jenjang SD/SDLB/MI (disarikan dari
Kemendikbud Ristekdikti No. 56/M/2022)................. 49
Struktur, Alur Tujuan dan Capaian Pembelajaran
pada Jenjang SMP/SMPLB/MTs (disarikan dari
Kemendikbud Ristekdikti No. 56/M/2022)................. 51
Struktur, Alur Tujuan dan Capaian Pembelajaran
pada Jenjang SMA/SMALB/MA (disarikan dari
Kemendikbud Ristekdikti No. 56/M/2022)................. 51
Struktur, Alur Tujuan dan Capaian Pembelajaran
pada Jenjang SMK (disarikan dari Kemendikbud
Ristekdikti No. 56/M/2022) ............................................ 52
Pembahasan......................................................................... 53
Ciri-Ciri Kurikulum Subjek Akademis ........................ 56
Penutup ................................................................................. 58
Daftar Pustaka .................................................................... 60
5 PEMBELAJARAN KOMPETENSI DASAR DALAM
KEMAMPUAN LITERASI DAN NUMERASI SERTA
ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM............................ 63
Pembelajaran Kompetensi Dasar: Konsep Dasar,
Kelebihan, dan Kekurangannya .................................... 63
Prinsip Utama Pembelajaran Kompetensi Dasar ..... 67
Pentingnya Kemampuan Literasi dan Numerasi ..... 71

iv
Implementasi Pembelajaran Kompetensi Dasar
dalam Kemampuan Literasi dan Numerasi ............... 73
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) ....................... 76
Daftar Pustaka .................................................................... 78
6 GAMBARAN PROFIL PELAJAR PANCASILA .............. 81
Pendahuluan ....................................................................... 81
Pengertian Profil Pelajar Pancasila ............................... 83
Urgensi Penerapan Profil Pelajar Pancasila ............... 84
Dimensi Profil Pelajar Pancasila Pada Satuan
Pendidikan ............................................................................ 88
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ................. 90
Perencanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila Pada Satuan Pendidikan.............................. 93
Penutup ................................................................................. 95
Daftar Pustaka .................................................................... 96
7 PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS PROJECT-
BASED LEARNING, PROBLEM-BASED LEARNING,
DISCOVERY LEARNING, COOPERATIVE
LEARNING ............................................................................. 99
Pendahuluan ....................................................................... 99
Pembelajaran Inovatif Berbasis Project-Based
Learning ............................................................................... 101
Pembelajaran Inovatif Berbasis Problem Based
Learning ............................................................................... 103
Pembelajaran Inovatif Berbasis Discovery
Learning ............................................................................... 105
Pembelajaran Inovatif Berbasis Cooperative
Learning ............................................................................... 107
Daftar Pustaka .................................................................. 111

v
8 PERAN GURU PENGGERAK DALAM
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA ............... 117
Guru Penggerak : Program untuk Membentuk
Pemimpin-Pemimpin Pendidikan Indonesia ........... 117
Peran Guru penggerak dalam Merdeka Belajar ..... 118
Peran dan Nilai Guru Penggerak dalam Proses
Pembelajaran ..................................................................... 121
Strategi untuk meningkatkan nilai kolaboratif
adalah sebagai berikut : ................................................ 127
Daftar Pustaka .................................................................. 129
9 PEMANFAATAN KEMAJUAN TEKNOLOGI DALAM
MERDEKA BELAJAR DAN MODEL
PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING DENGAN
MENGGUNAKAN LMS (LEARNING MANAGEMENT
SYSTEM) .............................................................................. 131
Pendahuluan ..................................................................... 131
Model Blended Learning ................................................ 134
Karakteristik Blended Learning................................... 138
Manfaat Blended Learning ............................................ 139
LMS (Learning Management System) ........................ 141
Daftar Pustaka .................................................................. 145
10 IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA JALUR
MANDIRI PADA TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, PENDIDIKAN KHUSUS
DAN KESETARAAN .......................................................... 147
Pendahuluan ..................................................................... 147
Landasan Hukum Kurikulum Merdeka.................... 148
Fase- Fase dalam Satuan Pendidikan ....................... 155
Penutup ............................................................................... 158

vi
Daftar Pustaka .................................................................. 159
11 BEST PRACTICE IMPLEMENTASI KURIKULUM
MERDEKA DI KOTA YOGYAKARTA ........................... 161
Pendahuluan ..................................................................... 161
Hasil Survei Implementasi Kurikulum Merdeka.... 163
Simpulan ............................................................................. 173
Daftar Pustaka .................................................................. 175
12 BENTUK BAHAN AJAR DALAM IMPLEMENTASI
MERDEKA BELAJAR ...................................................... 177
Pendahuluan ..................................................................... 177
Bahan Ajar dalam Pembelajaran ................................ 180
Peran Bahan Ajar dalam Implementasi Merdeka
Belajar .................................................................................. 184
Simpulan ............................................................................. 186
Daftar Pustaka .................................................................. 187
13 ASESMEN OTENTIK DALAM KURIKULUM
MERDEKA BELAJAR ...................................................... 193
Pendahuluan ..................................................................... 193
Evaluasi dan Asesmen ................................................... 195
Asesmen dalam Kurikulum Merdeka Belajar ......... 196
Asesmen Otentik .............................................................. 197
Daftar Pustaka .................................................................. 203
14 PERAN MERDEKA BELAJAR DALAM
IMPLEMENTASI MERDEKA MENGAJAR ................. 209
Pendahuluan ..................................................................... 209
Pembahasan....................................................................... 212
Penutup ............................................................................... 221
Daftar Pustaka .................................................................. 223

vii
15 SISTEM PENJAMINAN MUTU DAN EVALUASI
MERDEKA BELAJAR ...................................................... 227
Pendahuluan ..................................................................... 227
Sistem Penjaminan Mutu Internal ............................. 228
Evaluasi Pembelajaran ................................................... 235
Era Merdeka Belajar ....................................................... 237
Penutup ............................................................................... 241
Daftar Pustaka .................................................................. 242

viii
11
BEST PRACTICE IMPLEMENTASI
KURIKULUM MERDEKA DI KOTA
YOGYAKARTA

Dr. Mohamad Joko Susilo, M.Pd.


Universitas Islam Indonesia

Pendahuluan

Sepanjang perjalanan sistem pendidikan di Indonesia ini


diakui hampir setiap kali pergantian kepemimpinan
terjadi perubahan kurikulum, mulai dari Kurikulum
tahun 1947, yang merupakan kurikulum pertama yang
diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia. Kemudian
mengalami perubahan menjadi Kurikulum 1964 yang
berfokus pada program Pancawardhana yakni program
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral.
Berikutnya Kurikulum 1968 yang dibuat saat pergantian
orde lama ke orde baru. Kemudian pada tahun 1975
terjadi pergantian kurikulum 1968 menjadi Kurikulum
1975 yang mana ada saat ini mulai dikenal adanya RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Pada tahun 1984
menyusul dilakukan pergantian Kurikulum 1975 menjadi
Kurikulum 1984 yang dalam proses pembelajarannya
menggunakan metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
Kemudian kurikulum ini terjadi penyempurnaan menjadi
Kurikulum 1994 dengan adanya pembagian waktu belajar
dengan sistem caturwulan (Anwar, 2020; Arfah, 2022).
Sepuluh tahun kemudian pendidikan Indonesia
mengalami pergantian kurikulum 1994 menjadi
Kurikulum 2004 yang dikenal dengan KBK (Kurikulum

161
Berbasis Kompetensi). Namun, tak bertahan lama pada
tahun 2006 berganti menjadi kurikulum 2006 atau
dikenal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Seiring dengan pergantian masa
kepemimpinan pemerintahan pada tahun 2013 sistem
pendidikan Indonesia mengalami pergantian kurikulum
menjadi kurikulum 2013 (Kurtilas) (Anwar, 2020).
Kemudian pada masa tahun 2021 kurikulum di Indonesia
diubah lagi secara senyap namun pasti dengan diberi
nama Kurikulum Merdeka. Di Kurikulum ini nampaknya
Pemerintah terkesan berusaha memberikan otoritas
penuh pada setiap satuan pendidikan untuk
melaksanakan proses pendidikannya.
Pada saat pergantian kurikulum 2013 menjadi kurikulum
merdeka ini, Indonesia sedang dilanda musibah pandemic
covid-19 tepatnya sejak tahun 2019 hingga 2021 yang
sangat berdampak terhadap sistem pendidikan di seluruh
dunia. Mulai dari berbagai kebijakan menteri pendidikan
untuk melakukan BDR (Belajar dari rumah) secara
daring, kembali ke sekolah dengan prokes (protokol
kesehatan) ketat dan bergantian (tatap muka terbatas),
hingga kini berangsur-angsur kembali normal
(Prasetyaningtyas, 2020; Pujiasih, 2020). Tepatnya pada
tahun 2022 ini mulai diberlakukan implementasi
Kurikulum Merdeka. Meskipun demikian, dalam
implementasi Kurikulum Merdeka ini dilakukan secara
bertahap, tidak serentak dan massif (kemendikbud.go.id,
2022).
Pada saat pandemi tahun 2020 hingga 2021,
Kemendikburistek memberlakukan penggunaan
Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat (Kurikulum
2013 yang disederhanakan). Di tahun 2021 hingga 2022
Kemendikburistek memberlakukan penggunaan
Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan Kurikulum
Merdeka di Sekolah Penggerak (SP) dan SMK Pusat
Keunggulan (PK). Pada tahun 2022 hingga 2024,
Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan bahwa
sekolah yang belum siap untuk menggunakan Kurikulum
Merdeka masih dapat menggunakan Kurikulum 2013 dan
juga Kurikulum Darurat. Jadi, proses implementasi

162
Kurikulum Merdeka ini dilakukan secara bertahap dan
bersifat fleksibel dengan cara pendataan sekolah-sekolah
yang memang sudah siap (kemendikbud.go.id, 2022).
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, Kemendikbud
Ristek melakukan strategi dengan menjalankan beberapa
program diantaranya adalah program Sekolah Penggerak
(SP) dan Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan
(SMK-PK). Melalui gerakan secara aktif lewat program
tersebut mulai diperkenalkan secara intensif perubahan-
perubahan paradigma pembelajaran yang akhirnya juga
pada perubahan kurikulum. Berikut beberapa best
practice sekolah di kota Yogyakarta dalam upaya
menyambut dan menyongsong penerapan kebijakan baru
dari Kemendikbud Ristek tentang Implementasi
Kurikulum Merdeka.

Hasil Survei Implementasi Kurikulum Merdeka

Berdasarkan hasil survei penulis pada bulan Juni-Juli


2022 tentang pengalaman implementasi Kurikulum
Merdeka terhadap 199 responden yang terdiri dari 43
kepala sekolah dan 156 guru SD, SMP/MTs, dan SMK di
Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa 86,9% menyatakan
siap untuk menerapkan Kurikulum Merdeka dan
berkeyakinan bahwa dengan kurikulum seperti ini akan
efektif dalam peningkatan kualitas pendidikan di satuan
pendidikannya masing-masing.
Secara umum, setelah sekolah mendaftar dan dinyatakan
diterima Kemendikbud Ristek sebagai sekolah yang siap
mengimplementasikan kurikulum merdeka, sekolah
melakukan persiapan-persiapan terlebih dahulu. Adapun
beberapa kegiatan untuk penerapan kurikulum merdeka
dibagi dalam tahap-tahap berikut:
A. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
implementasi kurikulum merdeka dapat diidentifikasi
sebagai berikut:

163
1. melakukan sosialisasi terhadap seluruh warga
sekolah di satuan masing-masing;
2. menyelenggarakan workshop IKM (Implementasi
Kurikulum Merdeka);
3. mengadakan diklat dan penyusunan Kurikulum
Operasional Sekolah;
4. mengadakan workshop pembuatan perangkat
pembelajaran kurikulum merdeka;
5. pembagian tim guru untuk belajar mandiri dan
kelompok dan penyusunan jadwal;
6. membentuk komite pembelajaran, komunitas
belajar dan menyelenggarakan Diklat Komite
Pembelajaran
7. melakukan In House Training dengan narasumber
dari unsur dinas pendidikan, unsur dari majelis
dikdasmen (bagi sekolah Muhammadiyah), dan
Sekolah Penggerak Angkatan 1;
8. menyelenggarakan pelatihan mandiri melalui
PMM (Platform Merdeka Mengajar);
9. mengadakan workshop internal penyamaan
persepsi dan sinergi dengan narasumber guru
sendiri.
Jauh sebelum mendaftarkan sekolah untuk
menerapkan IKM, terlebih dahulu kepala sekolah
melakukan konsultasi, koordinasi, serta meminta
rekomendasi kepada Pengawas Sekolah (dinas
pendidikan) dan Majelis Dikdasmen (bagi sekolah
Muhammadiyah) di Kota Yogyakarta. Meskipun
demikian, pada tahun 2022 ini sebagai catatan
bahawa satuan pendidikan madrasah yang bernaung
di bawah Kementerian Agama belum menerapkan
kurikulum merdeka, melainkan baru madrasah
ploting yang menerapkan kurikulum merdeka di
tahun pembelajaran 2022/2023. Walaupun demikian,
madrasah tetap berproses menuju implementasi
kurikulum merdeka, seperti yang ditunjukkan dengan
proses pembelajarannya dilakukan dengan berbasis

164
project dan di akhir semester ada kegiatan market day
dengan tema kewirausahaan.
Sebelum mengimplementasikan kurikulum merdeka
sekolah juga mengadakan diklat penyamaan persepsi,
walaupun sebagian kecil ada yang tidak melakukan.
Harapannya dengan penyamaan persepsi, seluruh
persepsi guru sama, sehingga pada akhirnya saat
implementasi Kurikulum Merdeka dapat terlaksana
dengan lancar dan baik. Penyamaan persepsi
dilakukan melalui: diklat dan koordinasi internal
GTK, serta sinergi dan kolaborasi guru kelas dan guru
mapel; sosialisasi dan koordinasi tentang IKM pada
guru dengan narasumber pengawas sekolah;
mengadakan in house training (IHT) dan menyusun
program-program kegiatan kurikulum merdeka dalam
Rapat kerja tahunan sekolah; mengadakan workshop
bersama pengawas, majelis dikdasmen, komite
sekolah; melakukan uji publik kurikulum operasional
sekolah (KOS); mengundang pembicara dari luar yang
sudah menjadi praktisi Implementasi Kurikulum
Merdeka Mengajar; mengadakan workshop
penyusunan ATP (Alur Tujuan Pembelajaran),
Capaian Pembelajaran, dan modul ajar; serta
dibuatnya Tim fasilitasi Mata pelajaran.
Di samping itu, Kepala Sekolah, Guru, dan Dinas
Pendidikan/Majelis Dikdasmen juga melakukan
konsolidasi sebelum mengimplementasikan
kurikulum merdeka. Konsolidasi dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah peleburan dua perusahaan
atau lebih menjadi satu. Konsolidasi juga dapat
diartikan sebagai bentuk penguatan, atau suatu
usaha untuk menata kembali atau memperkuat
himpunan (Aeni, 2022). Konsolidasi dilakukan
melalui: kegiatan diklat, Focus Group Discussion
(FGD), workshop, rapat khusus, diskusi, pelatihan,
pendampingan pengembangan kurikulum merdeka
dalam bentuk kurikulum operasional sekolah yang
dilakukan secara luring di masing-masing satuan
pendidikan.

165
B. Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Pada tahap ini sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta
yang sebagian besar mengimplementasikan kebijakan
kurikulum merdeka mulai tahun ajaran 2022/2023,
walaupun kebijakan ini belum diterapkan untuk
semua Madrasah di bawah naungan Kemenag.
Jenjang SD, mekanisme penerapannya dimulai dari
kelas 1 dan kelas 4, sedangkan kelas 2, 3, 5, dan 6
menerapkan kurikulum 2013 dengan menyisipkan
profil pelajar pancasila. Pada jenjang SMP, sekolah
yang terpilih sebagai sekolah penggerak (terutama
pada angkatan ke-2), maka wajib
mengimplementasikan kurikulum merdeka di kelas 7,
sementara kelas 8 dan 9 menggunakan kurikulum
2013. Demikian halnya di jenjang SMA/SMK,
implementasi Kurikulum Merdeka dijalankan mulai
dari kelas 10.
Sebelum implementasi Kurikulum Merdeka sebagian
besar guru dilatih menyusun CP (capaian
pembelajaran), ATP (Alur Tujuan Pembelajaran), dan
MA (Modul Ajar). Guru dilatih menyusun ATP (Alur
Tujuan Pembelajaran) sebelum Implementasi
Kurikulum Merdeka. ATP yang disusun ini dirasa
lebih efektif dibandingkan Menyusun RPP dalam
Kurikulum 2013. Para guru cukup terbantu dengan
adanya beberapa kali workshop dan dilatih langsung
oleh fasilitator sehingga langsung dapat diterapkan.
Sebagian sekolah menyusun ATP dilakukan secara
terbimbing dan melalui komunitas belajar di sekolah
bersama dengan pengawas pembina dari Dinas
Pendidikan dan unsur dari Majelis Dikdasmen di kota
Yogyakarta, serta belajar mandiri melalui PMM
(Platform Merdeka Mengajar). Penyusunan ATP lebih
sederhana dan mudah jika dibandingkan dengan RPP,
lebih ringkas, lebih mudah dipahami, lebih kepada
materi esensial dan lebih mandiri. Penyusunan ATP
didasarkan pada kebutuhan siswa bukan sekedar
banyaknya materi yang diperlukan, faktual, fleksibel,
efektif untuk peserta didik dan dapat disesuaikan
dengan kondisi sekolah masing-masing.

166
Di samping itu, dalam pelaksanaannya guru juga
dilatih didampingi untuk menyusun Modul Ajar (MA),
menurut komentar beberapa guru mengatakan lebih
efektif dibandingkan menyusun Silabus dalam
Kurikulum 2013, sebab guru merasa terbantu dengan
adanya beberapa kali pelatihan dan workshop. Guru
juga berkolaborasi dengan KKG/MGMP sekolah
dalam menyusun modul ajar. Selain itu, modul dapat
diterapkan secara langsung oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari hari, baik di sekolah maupun di
rumah. Karakteristik MA ini juga lebih rinci dan saling
berkaitan, konsepnya sama seperti penyusunan RPP
yakni tidak banyak permasalahan dan lebih ringkas,
disajikan lebih detail, lebih simpel dan mudah
dilaksanakan atau dipraktekkan, lebih tersusun dan
terarah, sederhana, tidak banyak Kompetensi Dasar
dalam tujuan pembelajaran, bisa disesuaikan dengan
kondisi siswa dan sekolah, sesuai dengan karakter
dan keadaan sekolah masing-masing, serta tertuju
langsung kepada capaian pembelajaran siswa dengan
benar-benar berbasis pada kebutuhan siswa.
Walaupun demikian sebagian kecil guru merasa
masih bingung dan harus banyak belajar karena hal
ini terbilang baru bagi para guru, sifatnya masih
melakukan penyesuaian dengan mencoba dan terus
belajar. Di samping harus disesuaikan dengan
kebijakan dari dinas maupun dari persyarikatan,
karakteristik peserta didik dan sekolah.
Pengembangan perangkat berikutnya terkait dengan
penilaian atau asesmen diartikan sebagai prosedur
yang digunakan untuk mendapatkan informasi untuk
mengetahui taraf pengetahuan dan keterampilan
peserta didik yang hasilnya akan digunakan untuk
keperluan evaluasi (Subali, 2012). Sebagian besar
sekolah yang sedang mengimplementasikan
kurikulum merdeka sudah menyiapkan model
assessment versi IKM, walaupun sebagian lainnya ada
yang belum. Gambaran model asesmennya antara
lain: model asesmen diagnostik, asesmen formatif,
proyek, lisan, tertulis, model asesmen yang
berdiferensiasi, self asesmen, portofolio, serta

167
asesmen sumatif. Adapun setiap jenis asesmen
memiliki tujuan masing-masing. Asesmen yang
disusun guru dibuat berdasarkan tingkatan fase
siswa.
Secara garis besar asesmen ini dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu asesmen formatif dan asesmen
sumatif. Asesmen formatif yaitu asesmen yang
bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan
balik bagi pendidik dan peserta didik untuk
memperbaiki proses belajar. Asesmen diagnostik yaitu
penilaian di awal pembelajaran yang dilakukan untuk
mengetahui kesiapan peserta didik untuk
mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan
pembelajaran yang direncanakan. Asesmen
diagnostik termasuk dalam kategori asesmen formatif
karena ditujukan untuk kebutuhan guru dalam
merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan
penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaporkan
dalam rapor. Asesmen formatif juga dapat dilakukan
selama proses pembelajaran untuk mengetahui
perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian
umpan balik yang cepat. Biasanya asesmen ini
dilakukan sepanjang atau di tengah kegiatan/langkah
pembelajaran, dan dapat juga dilakukan di akhir
langkah pembelajaran. Asesmen formatif awal
dilakukan dengan mengadakan identifikasi
kemampuan dasar anak dengan berbagai kegiatan
yang menyenangkan dan tidak membuat siswa
terbebani dengan istilah tes.
Asesmen sumatif yaitu asesmen yang dilakukan
untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan
pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir
proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan
sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran
sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan
satuan pendidikan. Berbeda dengan asesmen
formatif, asesmen sumatif menjadi bagian dari
perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun
ajaran, dan/atau akhir jenjang. Beberapa ahli
menggolongkan asesmen berdasarkan ragam jenisnya

168
menjadi: asesmen penempatan, formatif, sumatif, dan
konfirmatori (Subali, 2012). Berbagai instrumen
asesmen model IKM tersebut disusun sendiri oleh
guru pengampu masing-masing dengan
memperhatikan target capaian pembelajaran dan
materi yang diajarkan.
C. Tahap Penerapan Kurikulum Merdeka
Pada tahap ini, belum banyak diperoleh informasi
karena semua sekolah rata-rata masih menyiapkan
diri untuk penerapan kurikulum merdeka dan
Sebagian besar dari sekolah-sekolah juga fokus pada
kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB),
kegiatan songsong siswa dengan MPLS dan Fortasi.
Namun, dapat dideskripsikan faktor-faktor yang
menjadi penghambat dan pendukung dalam
penerapan kurikulum merdeka di sekolah-sekolah
yang ada di Kota Yogyakarta.
1. Faktor Penghambat
Tidak semua sekolah dalam proses penerapan
kurikulum merdeka berjalan dengan lancar.
Sebagian besar mengalami hambatan-hambatan
untuk proses penerapan kurikulum merdeka.
Hambatan-hambatan tersebut dirasakan oleh
kepala sekolah dan para guru sejak dari tahap
persiapan, pengembangan, dan akan
diberlakukannya di awal TA 2022/2023.
Hambatan tersebut antara lain seperti: masih
perlu adaptasi dalam penyusunan modul,
adaptasi pola pembelajaran, dan proyek profil
Pancasila yang harus diselaraskan dengan profil
pelajar Muhammadiyah (*bagi sekolah
Muhammadiyah), Sarana prasarana yang kurang
mendukung pembelajaran, belum semua guru
memahami kurikulum merdeka sementara waktu
yang tersedia cukup singkat sehingga masih perlu
banyak belajar. Pelatihan dan diklat yang
dilaksanakan belum mencakup semua materi,
sementara jika belajar mandiri guru merasa
kurang puas. Guru juga masih mengalami

169
kesulitan dalam pelaksanaannya, menyiapkan
administrasi IKM yang mendadak, sementara
pelatihan yang diselenggarakan terbatas dan
masih butuh pendampingan lebih lanjut.
Hambatan-hambatan lain diantaranya adalah
penyusunan draf kurikulum operasional, draf
ATP, dan draf Projek pembelajaran, serta belum
tersedianya bahan ajar yang memadai. Hal ini
karena ada banyaknya perubahan dalam
pedoman pengembangan kurikulum operasional
sekolah, sehingga harus berulang kali melakukan
pembaharuan.
Meskipun banyak mengalami hambatan,
mayoritas sekolah juga memberikan solusi atas
hambatan yang dialami. Solusi tersebut seperti:
mengadakan penguatan, koordinasi, sosialisasi
dan workshop bersama; mengadakan pelatihan
dan bimbingan bersama dengan dinas
pendidikan, majelis dikdasmen, dan komite
pembelajaran; menyiapkan diklat untuk
memperdalam pemahaman guru; melakukan
coaching dan sharing; mendatangkan
narasumber yang ahli di bidang kurikulum;
mengaktifkan KKG/MGMP; mengadakan IHT,
Pendampingan Bapak Ibu Guru menyusun ATP
dan modul ajar secara intensif oleh pengawas
dinas dan majelis dikdasmen, memanfaatkan
platform merdeka mengajar; melakukan pelatihan
dan bekerjasama dengan BK; memberikan
kesempatan untuk belajar; menyamakan persepsi
dalam kegiatan raker tahunan agar semua warga
sekolah paham tentang kurikulum yang akan
dilaksanakan; memberi pelatihan tambahan;
mengadakan pembinaan manajerial kepala
sekolah dan guru; memberikan kemudahan
dalam pembuatan dan pelaksanaan penggunaan
IKM; mencari contoh penerapan IKM di sekolah
lain; diskusi bersama untuk bertukar pendapat
baik sesama guru kelas maupun juga guru mata
pelajaran, juga dengan berdiskusi kepada kepala
sekolah, para wakil kepala sekolah atau

170
koordinator bidang kurikulum, diikutkan
pelatihan Badan Koordinasi Sekolah (BKS);
memotivasi warga sekolah untuk belajar dari
berbagai sumber (tentang teknologi pembelajaran,
membahagiakan para siswa); memfasilitasi untuk
mengikuti workshop atau diklat kurikulum; dan
lain-lain.
2. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam implementasi
kurikulum merdeka dari masing-masing sekolah
dapat dideskripsikan secara singkat diantaranya
adalah: adanya kesamaan visi dengan kurikulum
merdeka sekolah akan lebih maju; lingkungan
masyarakat yang kondusif; SDM dan Lingkungan
Sekolah yang memadai; adanya rekomendasi dari
Majelis dikdasmen (untuk sekolah
Muhammadiyah) dan Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta, dukungan dari Pengawas sekolah dan
komite sekolah, SDM sekolah, IT yang
mendukung; siswa yang kreatif; Sarana dan
prasarana sekolah yang mendukung; pengawas
sudah diklat; kondisi guru, siswa, dan orang tua
yang siap terhadap kurikulum merdeka; sebagian
besar guru berusia muda memiliki semangat
tinggi dan produktif serta penguasaan IT yang
bagus dan cakap untuk menyesuaikan; memiliki
komunitas KKG/MGMP di yayasan maupun
dinas; dukungan komite sekolah dan anggaran
yang cukup; komitmen dan semangat pendidik
cukup baik; guru dan Karyawan yang menerima
adanya perubahan (kurikulum merdeka);
ketersediaan jaringan internet yang stabil untuk
mempercepat pencarian materi dan bahan ajar.
Harapan dengan adanya implementasi kurikulum
merdeka ini antara lain sekolah akan semakin
berkembang dan maju; pembelajaran lebih
bermakna; siswa semakin mendapatkan
kebebasan sesuai dengan minat belajarnya, dan
adaptif terhadap lingkungan sekitar; lebih
memudahkan guru dalam administrasi kelas dan

171
mengajarnya sehingga peserta didik menjadi
pribadi yang sesuai dengan yang diharapkan;
memajukan pendidikan di Indonesia dan
menghasilkan anak didik yang aktif dan kreatif;
pembelajaran menjadi lebih mendalam,
bermakna, dan menyenangkan; siswa semakin
nyaman dalam belajar; memudahkan guru dan
siswa dalam pembelajaran; menjadi seorang anak
yang berkarakter keagamaan kuat dan
mempunyai life skill handal; karakter siswa
semakin membudaya; siswa semakin terampil;
tidak ada kesenjangan pendidikan di daerah;
harapannya siswa lebih menguasai soft skill
individu maupun sosial, siswa semakin
menguasai kompetensi keahliannya,
pembelajaran yang lebih bersifat kolaboratif, guru
tidak perlu direpotkan membuat administrasi
guru; anak berkembang sesuai potensinya;
karakter siswa akan lebih baik mewujudkan
manusia beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia mandiri, kritis, gotong royong,
kebhinekaan global, mandiri; sekolah mempunyai
kemerdekaan dalam mengembangkan potensi
peserta didik sesuai dengan karakteristik yang
dimilikinya; adanya pengurangan beban terlalu
luasnya kompetensi yang harus dikuasai siswa
sekolah dasar.
Harapan yang lain dalam proses dan konten
belajar yang berpihak pada siswa (student center)
dan terukur sesuai usia dan kebutuhan siswa.
Dapat memerdekakan peserta didik dan tetap
berpegang teguh sesuai norma dan nilai-nilai
agama islam; adanya perubahan karakter profil
pelajar Pancasila; dapat mempermudah guru
dalam menyusun bahan ajar. Generasi siswa yang
saat ini ada itu bisa sesuai dengan pembelajaran
yang akan ditempuh, serta selalu menanamkan
sikap yang ada dalam Pancasila. Agar siswa
menjadi insan yang berkarakter mulia serta
cerdas dalam pengaplikasian pembelajaran nya.
Dapat merubah wajah pendidikan di Indonesia

172
yang selama ini masih banyak memaksa " siswa"
agar mau dan mampu menguasai semua bidang,
namun dapat memanusiakan siswa, untuk
merdeka terhadap apa keunggulannya, latar
belakang dan juga minat bakatnya, tentu saja
tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Agama
Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi.
Guru dalam mengajar praktis tidak banyak
agenda administrasi perangkat mengajar.
Pembelajaran yang beragam sehingga peserta
didik mampu mendalami konsep dan menguatkan
kompetensi. Adanya pengurangan pembuatan
administrasi guru sehingga guru lebih
mempersiapkan materi-materi serta penilaiannya.
Kurikulum semakin bagus, dan tidak berubah-
ubah lagi. Anak lebih berkembang sesuai potensi,
menjadi pelajar yang berprofil Pancasila. Lebih
memudahkan dalam membuat perangkat dan
memberikan materi kepada siswa. Harapannya
siswa lebih menguasai soft skill individu maupun
sosial, siswa semakin menguasai kompetensi
keahliannya, pembelajaran yang lebih bersifat
kolaboratif, guru tidak perlu direpotkan membuat
administrasi guru. Siswa akan belajar sesuai
dengan level kemampuannya tanpa paksaan, real
sesuai dengan capaian individu siswa. Adanya
pembelajaran yang lebih menyenangkan dan
kolaboratif, sehingga softskill komunikasi akan
lebih terbangun dengan baik. Siswa akan lebih
tahu bagaimana para siswa menemukan cara
belajarnya.

Simpulan

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa


pengalaman sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta baik
Sekolah Negeri maupun Swasta dalam implementasi
kurikulum merdeka di tahap-tahap awal dinilai efektif.
Mulai dari persiapan, pengembangan, dan pelaksanaan
kurikulum merdeka dilakukan mengikuti prosedur yang
ditetapkan oleh Kemendikbud Ristek dan tidak

173
berseberangan dengan karakteristik yang ada di
Yayasan/Persyarikatan, namun berjalan secara sinergis
dan selaras untuk mewujudkan pendidikan Indonesia
yang lebih maju. Meskipun sebagian sekolah ada
mengalami hambatan-hambatan, namun hambatan itu
justru memicu untuk berkreasi dan mendapatkan solusi
untuk bisa beradaptasi dengan segala regulasi yang
terjadi. Tekad dan semangat juang untuk mewujudkan
pendidikan Indonesia yang lebih maju sangat tergambar
dari upaya-upaya yang dilakukan oleh satuan pendidikan
dan hal ini justru menjadi suatu kekuatan untuk berubah
kearah yang lebih baik. Di samping itu adanya faktor
pendukung yang dapat memperlancar jalannya
implementasi kurikulum. Harapan besar dari para kepala
sekolah dan guru terjadinya peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia sebagaimana tujuan pendidikan
yang telah dicita-citakan Bangsa ini.

174
Daftar Pustaka

Aeni, S. N. (2022). Memahami makna konsolidasi dari


pengertian hingga contohnya. Katadata.Co.Id.
https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/623c1929
69414/memahami-makna-konsolidasi-dari-
pengertian-hingga-contohnya
Anwar, R. (2020). Sejarah perjalanan kurikulum
pendidikan Indonesia. Binus.Ac.Id.
https://binus.ac.id/character-
building/2020/12/sejarah-perjalanan-kurikulum-
pendidikan-indonesia/
Arfah, H. (2022, February 13). Sejarah pergantian
kurikulum di Indonesia. Kompas.Com.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/13/10
180071/sejarah-pergantian-kurikulum-di-
indonesia?page=all
kemendikbud.go.id. (2022). Implementasi kurikulum
merdeka. Kemendikbud.Go.Id.
https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/detail-ikm/
Prasetyaningtyas, S. (2020). Pelaksanaan belajar dari
rumah (bdr) secara online selama darurat covid-19 di
SMP N 1 Semin. Ideguru : Jurnal Karya Ilmiah Guru,
5(1), 86–94.
https://doi.org/10.51169/ideguru.v5i1.139
Pujiasih, E. (2020). Membangun generasi emas dengan
variasi pembelajaran online di masa pandemi covid-
19. Ideguru : Jurnal Karya Ilmiah Guru, 5(1), 42–48.
https://doi.org/10.51169/ideguru.v5i1.136
Subali, B. (2012). Prinsip asesmen & evaluasi
pembelajaran (1st ed.). UNY Press.

175
Profil Penulis
Dr. Mohamad Joko Susilo, M.Pd.
Ia adalah dosen Magister Ilmu Agama Islam,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Ia
juga seorang penulis buku, konsultan,
sekaligus motivator. Ia lahir di Klaten, 8
Februari 1977. Ia lulusan S1 dari Universitas
Muhammadiyah Surakarta tahun 2001; S2
dari Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2004;
dan S3 dari Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2017.
Rumpun yang dibidangi meliputi: kurikulum,
pembelajaran, manajemen pendidikan, dan evaluasi
pendidikan. Buku-buku yang sudah berhasil diterbitkan
antara lain: (bab buku) OBE (Outcome-Based Education):
Inovasi dan Investigasi Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran; (Bab Buku) Abdul Kahar Muzakkir: Sosok
Inisiator Pendidikan yang Memerdekakan dari Buku:
Revitalisasi Studi Tokoh Muslim Dalam Pengembangan
Pemikiran Islam; (Bab Buku) Kunci Sukses
Menumbuhkembangkan Kemandirian Madrasah Melalui
Entrepreneur dari Buku: Menegosiasikan Islam,
Keindonesiaan dan Modalitas; Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan
Sekolah Menyongsongnya; Pembodohan Siswa
Tersistematis; Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar;
Modul TOT Pembelajaran Aktif Pengantar Lesson Study;
Modul TOT Pembelajaran Aktif (Active Learning);
Pemberontakan Guru Menuju Peningkatan Kualitas;
Mengenal Dunia Pendidikan Formal Sekolah; Menjadi
Guru Profesional, Siapa Takut?; Sukses dengan Gaya
Belajar; Bekal Bagi Calon Guru: Belajar dan Mengajar;
Kisah Penderitaan Cinta (seri buku agama); Teori dan
Aplikasi: Telaah Kurikulum Pelajaran Biologi SMA; Dasar-
Dasar dan Proses Pembelajaran, dan lain-lain.
Email Penulis: joko.susilo@uii.ac.id

176
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai