Anda di halaman 1dari 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR BERMAIN


SEPAKBOLA KELAS 5 SDN TIWU ASEM TAHUN PELAJARAN
2022/2023

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana


(S1) Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Oleh

AHMAD YANI
NIM: 17311060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA
MATARAM
2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Proposal yang disusun oleh : Ahmad Yani : 17311060. Dengan judul : “Penerapan

Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan Kemampuan

Teknik Dasar Bermain Sepakbola Siswa SDN Tiwu Asem Tahun Pelajaran

2022/2023” Telah diperiksa dan disetujui untuk di lakukan penelitian:

Mataram, 21 Mei 2023

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Jamaludin, M.Pd
NIDN : NIDN : 0831128402

Mengetahui
Dekan, FIKKM

Dr. Endy Samsuhari, S.Pd., MMPd,MM,M,Oxcel.


NIK :

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan

limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehinggah kami memiliki

kemampuan untuk menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Penerapan Model

pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan Kemampuan Teknik

Dasar Bermain Sepakbola Siswa SDN Tiwu Asem Tahun Pelajaran 2022/2023 “.

Tidak lupa pula shalawat serta salam kita hantarkan atas junjungan Nabi

besar kita Muhammad SAW, yang telah mampu merubah peradaban manusia dari

peradaban jahilia menuju peradaban islamiah.

Dalam penyusunan proposal ini penulis banyak mendapat tantangan dan

hambatan akan tetapi dengan bantuan berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.

Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Drs. Kusno, DEA., Ph.D selaku rektor UNDIKMA.

2. Dr. Endy Samsuhari, S.Pd., MMPd,MM,M,Oxcel selaku Dekan Fakultas

Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan UNDIKMA.

3. Dr. Dadang, M.Pd selaku pembimbing I.

4. Jamaludin, M.Pd selaku pembimbing II.

5. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu – persatu

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini,

semoga bantuannya mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha

Esa.

Mataram, Mei 2023

iii
iv
DAFTAR ISI

Halaman Cover...............................................................................................................
Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing......................................................................
Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan Penelitian................................................................................................
D. Kegunaan Penelitian...........................................................................................
E. Asumsi Penelitian...............................................................................................
F. Lingkup Penelitian..............................................................................................
G. Definisi Operasional Judul..................................................................................
BAB II. KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................
A. Deskripsi Teori....................................................................................................
1. Model Pembelajaran......................................................................................
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD................................................
3. Teknik Dasar Bermain Sepakbola.................................................................
B. Hasil Penelitian yang Relevan............................................................................
C. Kerangka Berpikir...............................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................................
A. Desain Penelitian................................................................................................
B. Populasi dan Sampel...........................................................................................
C. Instrumen Penelitian...........................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................
E. Teknik Analisis Data...........................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
A. Hasil Penelitian...................................................................................................
B. Pembahasan.........................................................................................................

v
BAB V. PENUTUP........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................................

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Esensi dari pendidikan adalah perubahan karakter peserta didik secara

menyeluruh, mencakup aspek kognitif, motorik, dan afektif ke arah yang

lebih baik dan berkualitas. Pendidikan juga diartikan sebagai sebuah proses

secara sadar dan terencana untuk membelajarkan peserta didik dan

masyarakat dalam rangka membangun watak dan peradaban manusia yang

bermartabat (Rukiyati, 2008). Dengan demikian pendidikan merupakan salah

satu faktor yang paling mendasar dalam kehidupan manusia karena

pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap dan

merupakan alat untuk merubah cara berpikir tradisional ke cara berpikir

modern yang selaras dengan perkembangan situasi dan kondisi zaman. Hal ini

selaras dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang mengarahkan pendidikan pada orientasi pembangunan

manusia secara utuh dan menyeluruh (holistik).

Pendidikan jasmani merupakan salah satu komponen penting dari

pendidikan secara keseluruan. Hal ini disebabkan karena pendidikan jasmani

mempunyai tujuan yang searah dengan tujuan pendidikan yaitu untuk

1
membantu individu-individu mencapai pertumbuhan dan perkembangan

optimal. Pembelajaran pendidikan jasmani sudah seharusnya diberikan pada

satuan tingkat sekolah mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama,

hingga sekolah menengah atas. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan ini siswa diharapkan mampu mencapai tujuan

maksimal.

Pembelajaran diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan

pengembangan psikis yang lebih baik sekaligus membentuk pola hidup sehat

sepanjang hayat, salah satunya dengan menanamkan pada siswa untuk hidup

sehat melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Sekolah merupakan wadah

pembinaan yang penting untuk mencapai tujuan umum maupun spesifik

dalam berolahraga. Kegiatan olahraga yang dilaksanakan di sekolah

merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan bertujuan untuk memperluas

wawasan, kemampuan, peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan serta

kemampuan berolahraga. Selain sebagai wadah atau tempat, kegiatan

olahraga di sekolah juga diharapkan akan dapat meningkatkan kebugaran

jasmani siswa sehingga siswa selalu dalam keadaan bersemangat serta aktif

dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Dalam keadaan

bugar maka proses pembelajaran yang berlangsung dapat tercapai dengan

baik dan sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

SDN Tiwu Asem merupakan salah satu Sekolah Dasar yang terletak di

Praya, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain

pengembangan potensi siswa dalam bidang akademik, di SDN Tiwu Asem

2
juga dikembangkan potensi siswa dari segi non-akademik. Olahraga

sepakbola merupakan salah satu topik pembelajaran yang diberikan pada

mata pelajaran pendidikan jasmani yang diperuntukan bagi siswa untuk

mengembangkan bakat serta kebugaran.

Sejauh pemantauan peneliti di SDN Tiwu Asem, Praya, Kabupaten

Lombok Tengah, olahraga sepakbola sangat diminati oleh peserta didik di

SDN Tiwu Asem. Guru yang mengajarkan sepakbola di sekolah tersebut telah

menerapkan konsep dasar motorik kasar dalam bermain sepakbola dengan

baik. Motorik kasar dapat didefinisikan sebagai kemampuan gerak tubuh

menggunakan otot-otot besar dengan benar dalam beragam posisi seperti

menendang, menangkap, melempar, dan gerakan dasar lainnya (Hasbi, 2014).

Namun demikian dijumpai permasalahan dalam penerapan model

pembelajaran ini yaitu keterampilan kelompok masih dirasakan sangat

kurang. Siswa cenderung bermain sepakbola hanya untuk menunjukkan

kemampuan dirinya masing-masing dan kurang mengapresiasi keberhasilan

siswa lain dan kurang mengakomodir siswa yang masih rendah keterampilan

bermain sepakbolanya.

Permainan sepakbola dapat berlangsung lancar, teratur dan menarik

apabila pemain menguasai berbagai unsur-unsur dalam permainan sepakbola,

salah satunya adalah penguasaan teknik dasar. Teknik dasar yang harus

dikuasai oleh pemain sepakbola adalah dribbling, shooting, control dan

passing. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD merupakan

model pembelajaran yang membelajarkan siswa secara berkelompok untuk

3
menyelesaikan serangkaian tugas pada suatu mata pelajaran. Keunggulan dari

model pembelajaran ini adalah adanya upaya saling membelajarkan dan

kolaborasi dalam sebuah kelompok antara siswa yang lebih ahli dalam

bermain sepakbola dengan yang masih kurang terampil dalam bermain

sepakbola. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di

SDN Tiwu Asem Praya, Kabupaten Lombok Tengah dengan judul

“Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan

Kemampuan Teknik Dasar Bermain Sepakbola Siswa SDN Tiwu Asem

Tahun Pelajaran 2022/2023.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan kemampuan teknik

dasar siswa SDN Tiwu Asem dalam bermain sepak bola?”

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap peningkatan kemampuan teknik dasar siswa SDN Tiwu Asem dalam

bermain sepak bola.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan akan dapat

memberikan manfaat secara teoritis dan praktis antara lain:

1. Kegunaan atau Manfaat Teoritis

4
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi penelitian yang

berhubungan dengan upaya meningkatkan hasil belajar olahraga

bermain sepakbola.

b. Sebagai literatur pendukung implementasi model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam bidang pendidikan jasmani dan kesehatan.

2. Kegunaan atau Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman

langsung tentang bagaimana melakukan penelitian tindakan

kelas.

b. Bagi Guru

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan bagi guru tentang dampak positif pembelajaran

kooperatif tipe STAD dalam bidang olahraga.

c. Bagi Siswa

Memberikan suasana pembelajaran baru yang menyenangkan

bagi siswa dan melatih kekompakan dalam tim untuk mencapai

tujuan.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi adalah anggapan sementara dari suatu fakta yang diperkirakan

mengandung kebenaran dan atau memiliki syarat pemenuhan implikasi

terhadap suatu hubungan sebab akibat, meskipun belum dilakukan

pembuktian secara spesifik. Arikunto (2002: 15) mengatakan bahwa

5
anggapan dasar adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang

menjadi landasan pijakan bagi seorang peneliti dalam melakukan suatu

penelitian. Hubungan sebab akibat terlaksana jika fakta lapangan

menunjukkan kesesuaian antara hal-hal yang diasumsikan. Beberapa asumsi

penelitian diberikan sebagai berikut:

1. Seluruh fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan

sesuai prosedur.

2. Tidak ada kesalahan dalam proses pelaksanaan RPP dan pengukuran hasil

belajar.

3. Waktu dan biaya pelaksanaan penelitian tercukupi.

F. Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian mencakup variabel bebas, variabel terikat, subyek,

dan obyek penelitian yang diberikan sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Variabel terikat penelitian adalah nilai KKM olahraga sepakbola

3. Subyek penelitian adalah siswa SDN Tiwu Asem, Praya, Kabupaten

Lombok Tengah.

4. Obyek penelitian adalah olahraga sepakbola.

G. Definisi Operasional Judul

Terdapat beberapa kata kunci pada judul yang perlu diberikan

definisinya agar tidak terjadi bias dalam pemaknaan sebagai berikut:

6
1. Model pembelajaran

Model pembelajaran adalah sebuah gambaran mental yang dapat

membantu para pendidik untuk memahami suatu praktik pembelajaran

yang tidak dapat dilihat atau dialami secara langsung.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran

untuk tempat siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5

siswa dengan tingkatan kemampuan siswa yang berbeda, untuk menguasai

materi dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerja

sama secara kolaboratif dan membantu memahami materi, serta membantu

teman untuk menguasai bahan pembelajaran.

3. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola

Teknik dasar permainan sepak bola adalah teknik dasar yang harus

dikuasai oleh seorang pemain sepak bola yang terdiri dari, teknik passing,

control, soting, hiding, lemparan kedalam.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Model pembelajaran Kooperatif

a) Definisi

Model pembelajaran kooperatif diciptakan oleh Robert E

Slavin. Model pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran, dimana siswa belajar dalam sebuah kelompok kecil

yang berjumalah 3 sampai 5 orang, dan dalam setiap kelompoknya

siswa memiliki tingkat kemampuan, karakter dan jenis kelamin yang

berbeda-beda.

Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong

adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk

bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang bersturktur.

Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling

membantu, saling mendiskusikan, dan beragumentasi untuk mengasah

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesanjangan

dalam pemahaman masing-masing.

Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator dalam

proses penyelenggaraan pembelajaran, artinya meskipun siswa

mengerjakan suatu tugas terstruktur secara bekerja sama dengan

sesama siswa, tetapi guru tidak meninggalkan perannya begitu saja.

8
Guru menjadi pembimbing dan pengawas jalannya pembelajaran agar

seluruh siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.

b) Tujuan

Tujuan utama seorang guru menerapkan pembelajaran

kooperatif adalah untuk dapat mengajarkan kepada siswa

keterampilan bekerja sama dan kolaborasi dalam sebuah pembelajaran

yang dilakukan di kelas maupun saat praktek di lapangan. Proses

pembelajaran Pendidikan Jasmani dalam menerapkan model

kooperatif dapat memfasilitasi meningkatnya teamwork, partisipasi

aktif dari para siswa. Dalam program pendidikan jasmani dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif di sekolah dasar, dyson (2001)

menemukan bahwa seorang guru dan juga siswa dapat meningkatkan

keterampilan motorik, mengembangkan keterampilan sosial, mampu

bekerja bersama sebagai sebuah tim dan mempunyai sikap tanggung

jawab dalam menyelesaikan tugas belajar.

Apabila materi pelajaran yang diberikan oleh guru, lebih

dominan pada perkembangan kognitif (pengetahuan), maka domain

yang akan berkembang untuk pertama yaitu afektif, kedua kognitif

dan ketiga psikomotor. Tetapi apabila pelajaran lebih dominan pada

perkembangan psikomotor (garak), maka domain yang akan

berkembang pertama yaitu efektif, kedua psikomotor dan yang ketiga

kognitif. Terakhir, guru harus memastikan bahwa setiap tim mampu

9
menunjukkan gerakan yang terampil dalam suatu cabang olahraga

(psikomotor).

c) Lima Elemen Penting Dalam Pembelajaran Cooperatif

Johnson et al, (1998) telah menyajikan 5 elemen penting agar proses

pembelajaran kooperatif menjadi sukses, antara lain :

1. Positive interpendence

Dalam kegiatan ini setiap anggota kelompok harus saling

ketergantungan positif, artinya mengerti serta memahami bahwa

peran dari semua anggota sangat diperlukan untuk menyelesaikan

sebuah tugas.

2. Individual accountability / personal responsibility

Sebuah proses pembelajaran yang digunakan guru untuk

menetapkan dan mempertahankan tanggung jawab siswa atas

perilaku, keterlibatan, dan hasil yang tepat.

3. Promotif Face-To-Face Interaction

Sebuah kegiatan diskusi yang dilakukan siswa dalam setiap

kelompoknya sebagai upaya untuk menyelesaikan tugas gerak

yang diberikan guru.

4. Interpersonal and small group skills

Sebuah proses pembelajaran melalui tugas-tugas yang

diberikan guru, siswa harus dapat mengambil keputusan secara

bersama, mempunyai tanggung jawab bersama, belajar memberi

10
dan menerima feedback dan belajar saling memotivasi atau

mendukung satu dengan yang lainnya.

5. Group Processing

Sebuah proses pembelajaran untuk membahas seberapa

baik anggota kelompok dalam mencapai tujuan mereka dan

mempertahankan hubungan kerja yang efektif.

d) Tahapan-Tahapan dalam pembelajaran Cooperatif

1) The teacher Guides the class group as a fisilitator of learning

Dalam tahapan pertama ini, guru sebagai fasilitator harus

menetapkan masalah serta tujuan pembelajaran, dan siswa diberikan

kesempatan untuk mencari solusi untuk masalah yang dihadapinya.

Solusi untuk masalah di identifikasi melalui proses pertanyaan dan

solusi ini kemudian menjadi fokus dalam situasi pembelajaran. Guru

juga memfasilitasi pembelajaran dengan mempermudah berdasarkan

kemampuan siswa.

2) Structuring space Time of activities

Dalam tahapan kedua ini, guru mempresentasikan informasi

kepada siswa secara verbal atau lisan terkait dengan Berapa lama

aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan, alat yang digunakan

serta Aktivitas apa saja yang akan dilakukan oleh para siswa.

3) Student are active learners

Dalam tahapan ketiga ini, guru memberi penjelasan kepada

siswa terkait aturan-aturan dalam pembentukan sebuah tim belajar

11
titik dalam tahapan ini, Siswa memiliki tingkat keterlibatan yang

tinggi dan siswa dituntut harus bertanggung jawab atas timnya serta

mengambil peran kepemimpinan dari seorang guru.

4) Student work in small group with modified games

Dalam tahap keempat ini, pengelompokan tim belajar

biasanya heterogen (kemampuan, jenis kelamin, asal geografis)

dalam kelompok kecil (3 sampai 5 siswa) dengan kolaborasi teman

sebaya. Guru memfasilitasi serta mengawasi siswa untuk belajar

bekerja sama dan menyelesaikan tugas gerak yang diperolehnya.

5) Learning activities are interesting and challenging

Dalam tahapan kelima ini, guru harus memastikan bahwa

kegiatan pembelajaran yang diberikan dapat menyenangkan bagi

siswa. Ketika kegiatan belajar menarik atau menantang bagi siswa,

mereka lebih cenderung merasa puas atau senang.

6) Games Invention and self-made materials

Dalam tahapan keenam ini, guru menguji pengetahuan setiap

tim terkait berbagai materi pembelajaran yang sudah dilaksanakan

atau setiap tim mempresentasikan hasil kerjanya.

7) Student are held accountable

Dalam tahapan ke-7 ini guru memberikan penilaian atau

penghargaan terhadap penampilan/ kinerja dari setiap tim. Penilaian

adalah bagian dari kegiatan proses pembelajaran yang memiliki

peran yang sangat penting bagi siswa.

12
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a) Pengertian

Model pembelajaran cooperatif tipe student achievement division atau

dikenal dengan istilah " STAD" merupakan sebuah model

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin di

Universitas John Hopkins pada tahun 1995. Dalam model

pembelajaran tipe STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang

terdiri dari 3 sampai 5 orang yang berbeda-beda Tingkat kemampuan,

jenis kelamin dan latar belakang etniknya (slavin, 2005). Model

pembelajaran comparatif tipe STAD merupakan sebuah proses

pembelajaran dengan menempatkan siswa dalam tim kecil dan setiap

anggota tim mencoba bekerja sama

untuk belajar dan berlatih, Sehingga nantinya tim tersebut dapat

memenangkan kuis yang diselenggarakan oleh guru. Slavin (2005)

mengemukakan terdapat tiga konsep penting dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD yaitu:

1) Penghargaan kelompok yang akan diberikan Jika kelompok

mencapai kriteria yang ditentukan.

2) Tanggung jawab Individual, bermakna bahwa kesuksesan tim

bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim.

3) Kesempatan sukses yang sama, bermakna bahwa semua siswa

memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan

kinerja mereka dari yang sebelumnya.

13
b) Tujuan Penerapan

Tujuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani sebagai salah satu

upaya untuk menumbuhkembangkan hasil belajar dari para siswa.

Hasil belajar akan menjadi sebuah parameter atau tolak ukur untuk

melihat berhasil atau tidaknya seorang guru dalam menerapkan sebuah

model pembelajaran.

c) Tahapan Pembelajaran

Menurut Slavin (2005) menjelaskan tahapan pembelajaran

modelkooperatif tipe STAD, antara lain :

FASE PEMBELAJARAN PERAN SISWA


Fase I Guru menyampaikan Siswa mendengarkan
Menyampaikan tujuan semua tujuan penjelasan guru
dan motivasi siswa pelajaran yang ingin terkait dengan
dicapai dan tujuan pembelajaran
memotivasi siswa yang ingin dicapai
belajar
Fase II Guru menyampaikan Siswa mendengarkan
Menyajikan informasi informasi kepada informasi yang
siswa melalui Disampaikan serta
demonstrasi atau memperhatikan
secara lisan Demonstrasi yang
dilakukan guru
Fase III Guru menjelaskan Siswa mencoba
Mengorganisasikan kepada siswa Membentuk sebuah
siswa dalam kelompok bagaimana caranya kelompok belajar
membentuk
kelompok belajar dan
membantu setiap
kelompok agar
melakukan transisi
secara efisien

14
Fase IV Guru memberikan Setiap kelompok
Membimbing sebuah kuis dan mencoba untuk
kelompok bekerja dan membimbingsetiap mengerjakan semua
belajar kelompok untu k kuis atau tugas yang
belajar diberikan oleh guru
Fase V Guru mengevaluasi Setiap kelompok
Evaluas terhadap penampilan mempresentasikan
i siswa dan proses hasil kerjanya
pembelajaran yang
telah dilakukan
Fase VI Guru mencari cara Siswa menerima
Memberikan untuk menghargai penghargaan yang
penghargaan upaya maupun hasil diberikan oleh guru
belajar siswa dengan
memberi reward

d) Kelebihan dan Kekurangan

Menurut Metzler (2000) bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai

kelebihan, antara lain:

a. Siswa belajar bagaimana mengatur sebuah tim

b. Motivasi belajar siswa lebih besar

c. Siswa belajar mengambil keputusan

d. Siswa belajar bersosialisasi

e. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran

f. Materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode yang lebih

lama

g.Dapat meningkatkan kerjasama, keterampilan sosial, budi pekerti,

kepekaan dan toleransi siswa.

15
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif antara lain:

1. Model pembelajaran kooperatif banyak menyita waktu guru.

2. Lebih menekankan pada produk bukan proses.

3. Sering terjadi kecemburuan antara siswa yang rajin dan balas.

4. Sering terjadi miskomunikasi antara anggota kelompok.

3. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola

Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan cara

menendang bola yang dilakukan oleh pemain, dengan sasaran gawan dan

bertujuan memasukkan bola ke gawang lawan (Aji,S., 2016: 1). Teknik

dasar permainan sepak bola dapat diartikan sebagai gerak dasar yang harus

dikuasai oleh seorang pemain sepak bola. Berikut adalah beberapa uraian

tentang teknik dasar bermain sepak bola:

a. Teknik menggiring bola (Dribbling)

Ini merupakan teknik dasar yang wajib dikuasai sebelum menguasai

teknik lainnya. Teknik menggiring bola atau dribbling dilakukan

dengan cara membawa bola menggunakan kaki sekaligus mengontrol

lajunya bola.

1) Speed Dribbling dan Closed Dribbling

Dalam dribbling dikenal teknik speed dribbling di mana seseorang

berlari, membuang bola ke depan, dan mengejarnya. Selain itu, ada

pula closed dribbling. Teknik ini dilakukan dengan cara menggiring

dan mengontrol bola dengan saksama, dan dapat dilakukan ketika

16
sedang dihimpit oleh pemain dari tim lawan. Selain itu, terdapat tiga

teknik dasar dalam menggiring bola, yaitu menggiring dengan

punggung kaki, kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar.

2) Menggiring dengan Punggung Kaki

Teknik menggiring dengan punggung kaki dilakukan dengan

tahapan: Pandangan mata lurus ke depan, taruh bagian dengan kaki

di ujung bola, dorong bola dengan punggung kaki, lakukan beberapa

kali, kemudian hentikan dengan telapak kaki.

3) Menggiring dengan Kaki Bagian Dalam

Teknik kedua, menggiring dengan kaki bagaian dalam, teknik ini

dilakukan dengan cara: Pandangan lurus ke depan, putar pergelangan

kaki ke luar, kemudian mulai dorong bola dengan kaki bagian luar.

Lakukan beberapa kali, lalu hentikan bola dengan telapak kaki.

4) Menggiring dengan Kaki Bagian Luar

Teknik terakhir, menggiring dengan kaki bagian luar, cara

melakukannya tidak jauh beda dengan menggiring dengan kaki

bagian dalam. Lakukan step yang sama dengan teknik menggiring

bola dengan kaki bagian dalam. Tapi perlu memutar pergelangan

kaki ke dalam dan mendorong bolanya.

b. Teknik menendang bola (Shooting)

Teknik selanjutnya yang perlu dikuasai adalah teknik menendang.

Teknik ini berguna untuk membobol gawang lawan dan juga untuk

melakukan teknik passing yang akan dibahas setelah ini. Ada tiga

17
teknik tendangan yang dapat digunakan, yaitu dengan menggunakan

kaki bagian luar, bagian dalam, dan punggung kaki. Ketiga teknik

tendangan ini dapat dilakukan dengan cara fokuskan pandangan pada

sisi gawang mana yang jadi target, posisikan badan, taruh satu kaki

kiri/kanan pada samping bola. Kemudian ayunkan kaki yang dijadikan

untuk menendang dengan memfokuskan tenaga pada bagian atas

telapak kaki dan pandangan ke arah yang ditargetkan.

c. Teknik mengoper bola (Passing)

Teknik ini akan lebih berguna dibandingkan teknik dribbling yang

hanya mengandalkan kemampuan individu. seseorang tidak sendiri

dalam bermain bola, namun memiliki 10 teman di lapangan (selain

kiper) yang siap untuk membantu satu sama lain. Passing akan sangat

efektif untuk menembus pertahanan lawan. Teknik ini dapat dilakukan

dengan cara passing pendek, panjang atau through pass, dan jauh, yang

lebih dikenal dengan sebutan umpan lambung. Teknik ini dilakukan

dengan cara posisikan badan menghadap bola, fokus pada pemain yang

akan dioper, kemudian tarik dan ayunkan kaki yang akan menendang

bola menuju pemain tersebut, dan sesuaikan power kaki sesuai jarak

pemain yang akan dioper.

d. Teknik menghentikan bola (Stopping)

Setelah mempelajari tiga teknik dasar di atas, juga perlu diketahui

cara menghentikan bola yang dioper. Seseorang bisa menghentikan laju

bola menggunakan kaki, dada, dan paha. Untuk menghentikan bola

18
dengan kaki, bisa menggunakan kaki bagain luar, dalam, telapak, dan

punggung.

1) Menghentikan Bola dengan Kaki

Caranya adalah dengan memfokuskan pandangan pada bola yang

mengarah ke pemain, kemudian hentikan dengan bagian-bagian kaki

tergantung arah datangnya bola. Setelah bola datang, pastikan

pemain menjaganya dari gangguan musuh.

2) Menghentikan Bola dengan Dada

Kemudian, untuk menghentikan dengan dada, lakukan dengan

fokuskan pandangan pada bola yang menuju ke arah pemain, maju

atau mundurkan badan, lebarkan kedua tangan dan dada, lalu tahan

bola.

3) Menghentikan Bola dengan Paha

Selanjutnya, cara menghentikan dengan paha, pemain perlu

melakukan sama seperti cara menghentikan bola lainnya, namun

ketika bola datang, angkat satu kaki, dan ketika menahan bola

dengan paha perlu sedikit digerakkan agar bola dapat jatuh sempurna

di depanmu.

e. Teknik menyundul bola (Heading)

Teknik ini akan digunakan ketika pemain tidak bisa menggapai

bola yang terlalu tinggi, dan pastinya untuk membobol gawang lawan,

dan juga passing. Untuk melakukan teknik ini, pemain perlu mengatur

posisi badan dan waktu yang tepat untuk lompat menyambut bola.

19
Kemudian gunakanlah dahi untuk menyundul, bukan bagian ubun-

ubun. Agar pemain bisa mengarahkan bola sesuai keinginan dan bola

akan meluncur dengan terarah dan bertenaga.

f. Teknik merebut bola (Intercepting)

Teknik dasar ini juga bisa disebut dengan intercepting. Teknik ini

akan digunakan ketika ingin merebut bola dari kaki lawan. Untuk

melakukan itu, pemain perlu membaca pergerakan lawan atau juga bisa

menghentikan laju umpan musuh. Teknik ini sangat penting untuk

bertahan dari serangan lawan, maka dari itu perlu perlu pintar dalam

membaca pergerakan lawan.

g. Teknik menyapu bola (Sweeping)

Teknik berikut ini juga merupakan teknik untuk bertahan dari

serangan lawan. Namun, perlu berhati-hati dalam melakukan teknik ini

karena berisiko besar, pemain bisa saja menciderai lawan dan

mendapatkan kartu peringatan. Dalam melakukan teknik ini, pemain

perlu timing yang tepat agar bola berhasil direbut. Untuk

melakukannya, pemain perlu sesuaikan kecepatan dengan musuh,

kemudian jatuhkan badan sembari luruskan satu kaki yang berguna

untuk menahan laju bolanya.

h. Teknik lemparan kedalam

Teknik ini akan digunakan ketika di tengah pertandingan terjadi

out atau bola keluar dari sisi kiri dan kanan lapangan. Untuk melakukan

teknik ini, pemain perlu melempar bola dengan kedua tangan, dan

20
posisikan kedua tangan dibelakang kepala. Dalam melakukan leparan

ke dalam, pemain juga bisa menjinjitkan kakimu agar lemparan lebih

bertenaga dan teman satu tim bisa mendapatkan bola tersebut.

i. Teknik menangkap bola (Goalkeeping)

Teknik menangkap bola ini khusus diperuntukan bagi yang ingin

bermain di posisi kiper alias penjaga gawang. Teknik yang biasa

disebut goal keeping ini merupakan teknik penting bagi mereka sebagai

pertahanan terakhir tim. Keeper perlu melatih refleks menangkap bola

ke kiri dan kanan, selain itu juga perlu menguasai teknik menendang

dengan power yang kuat.

j. Teknik Kelincahan (Juggling)

Teknik dasar sepak bola yang terakhir adalah teknik juggling

bola. Teknik ini dapat dilakukan untuk menunjukan kelihaian pemain

dalam bermain bola. Teknik ini juga bisa melatih untuk mengontrol

bola, bahkan mempermainkan dan menipu musuh di lapangan. Hal

yang perlu dilakukan untuk melakukan teknik ini adalah, pertama

fokuskan pandangan ke arah bola, lalu tarik bola menggunakan telapak

menuju ujung kaki. Ketika bola sudah menyentuh ujung kaki, angkat

kaki sehingga bola juga ikut terangkat. Tetap fokus, dan usahakan bola

tidak jatuh ke tanah.

21
B. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk memperkuat landasan teori sehingga didapatkan ketajaman

analisis dalam penelitian, maka diberikan beberapa dukungan hasil penelitian

relevan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Vincen, dkk (2013) dengan judul

“Meningkatkan aktivitas belajar lari sprint jarak 50 meter dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif.” Hasil yang diperoleh dari

peneliltian ini adalah bahwa terdapat peningkatan aktivitas belajar lari

sprint jarak 50 meter dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif pada siswa putra kelas VIII Sekolah Menengah Pertama PGRI

02 Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu sebesar 3,295%. Artinya

meningkatnya lari sprint jarak 50 meter pada siswa dalam pembelajaran

pendidikan jasmani dan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Azmi, dkk (2013) dengan judul “Pengaruh

penggunaan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan

keterampilan sosial mahasiswa” Hasil yang diperoleh dari peneliltian ini

adalah bahwa terdapat peningkatan keterampilan sosial mahasiswa seperti

kepedulian dan sikap tanggung jawab melalui penerapan pembelajaran

kooperatif di dalam kelas.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Santoso dan Rochayani (2005) dengan

judul “Peningkatan proses dan hasil belajar melalui pembelajaran

kooperatif tipe STAD.” Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa

22
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran, dan mahasiswa bukan sebagai obyek melainkan sebagai

subyek dalam proses pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Pendekatan kooperatif mendorong para siswa untuk lebih termotivasi

dalam melaksanakan berbagai kegiatan belajar melalui interaksi yang lebih

intensif di antara mereka. Siswa akan merasa tertantang untuk menyelesaikan

tugas-tugas bersama secara kreatif. Pendekatan ini dapat diterapkan dalam

pembelajaran di berbagai bidang studi, baik untuk topik-topik yang bersifat

abstrak maupun yang bersifat konkret. Dalam pembelajaran kooperatif tipe

STAD, siswa tidak hanya mempelajari materi, namun juga melatih

keterampilan keahlian seperti menggiring bola. Keterampilan ini berfungsi

untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat

dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan.

Dengan demikian melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat

memungkinkan: (1) saling ketergantungan positif antarsiswa, (2) adanya

tanggung jawab perseorangan, (3) terjalinnya komunikasi yang lebih intensif

antar anggota, dan (4) adanya evalulasi proses belajar kelompok.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah prosedur yang menggambarkan bagaimana

penelitian akan dilaksanakan. Pada penelitian yang akan dilakukan ini

menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) mempunyai tujuan utama. Tujuan pertama yaitu meningkatkan

kemampuan siswa SDN Tiwu Asem dalam bermain sepak bola. Dalam proses

penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart (Suwarsih

Madya, 2007: 25) yang setiap siklus terdiri dari empat komponen tindakan

yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dalam suatu

spiral yang saling terkait. Berikut ini bentuk model Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) menurut Kemmis dan Mc. Taggart:

Gambar 3.1. Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Suwarsih Madya, 2007)

24
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model penelitian dari Kemmis

dan Mc. Taggart karena model tersebut sesuai dengan rencana penelitian yang

akan dilakukan. Rencana penelitian tersebut yaitu diawali dengan observasi

masalah pembelajaran yang terjadi di SDN Tiwu Asem dan dilanjutkan

dengan merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk menghadapi

masalah tersebut. Rencana tindakan tersebut dilanjutkan dengan menerapkan

tindakan yang sudah direncanakan serta mengamati rencana tindakan yang

sudah diterapkan. Siklus ini diakhiri dengan refleksi.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang menjadi fokus

penelitian. Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa populasi adalah

“wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Tiwu Asem.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang menjadi sumber data

dalam suatu penelitian. Sugiyono (2011) mengatakan bahwa “Sampel

dalam suatu penelitian adalah sebagian populasi itu.” Lebih lanjut,

sampel harus benar-benar mewakili populasi supaya kesimpulan-

kesimpulan yang diperoleh dari sampel tetap berlaku untuk seluruh

populasi penelitian”. Hal senada diungkapkan oleh Arikunto (2006) yaitu

25
cara penarikan sampel adalah “Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila

subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah

subyeknya besar, maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.”

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

probability sampling design, yaitu penarikan sampel berdasarkan atas

pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki kesempatan yang

sama untuk dijadikan sampel, unit-unit populasi harus dirandom (acak)”

(Burhan Bunging, 2010). berjumlah 25 orang siswa di kelas V SDN

Tiwu Asem.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

teknik pengumpulan data yang digunakan. Karena teknik pengumpulan data

yang dipilih adalah observasi maka instrumen penelitian yang digunakan

adalah lembar observasi kemampuan teknik dasar bermain sepak bola.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulknban data dalam penelitian

ini adalah observasi kemampuan teknik dasar bermain sepak bola siswa kelas

V SDN Tiwu Asem, Praya, Kabupaten Lombok Tengah.

26
Table 3.1
Lembar observasi kemampuan pada menggiring bola
N STANDAR INDICATOR PENILAIAN 1 2 3 4 5
O KMPETENSI
1 Menggiring bola Sikap permulaan :
dengan 1. Posisi badan tegak
menggunakan agak condong kedepan
pungggung kaki 2. Punggung kaki bagian
bagian luar. dalam dekat bola,
3. badan sedikit di tekuk
4. letak kaki tumpu di
samping bola dengan
lutut
5. kedua tangan menjaga
keseimbangan
Gerak menggiring bola
1. kaki dan bola sekali-
sekali bersentuhan
2. kedua kaki selalu
dekat dengan bola
2 Menggiring bola Sikap pemulaan :
dengan 1. salah satu kaki
menggunakan ditempatkan di depan
punggung kaki dengan pergelangan
bagian dalam kaki sedikit diputar ke
dalam
2. lutut sedikit ditekuk
3. kaki yang satunya
digunakan untuk
tumpuan.
Gerak menggiring bola:
1. kedua kaki selalu
berdekatan dengan
bola
2. persentuhan bola
dengan kaki tepat pada
kaki bagian dalam

Keterangan

SB : Sangat Baik (5)

B : Baik (4)

C : Cukup (3)

27
K : Kurang (2)

SK : Sangat Kurang (1)

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh pada setiap kegiatan observasi dari setiap siklus,

dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk mengolah data dari hasil

observasi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan

kemampuan teknik dasar bermain sepak bola siswa SDN Tiwu Asem dibukt

ikan dengan peningkatan hasil evaluasi yang dilaksanakan sebanyak siklus

yang dilakukan.

Analisis data untuk hasil tes tertulis, dihitung dengan mencari rata- rata

nilai (rerata) digunakan untuk mengetahui rata-rata kelas. Rumus mean (M)

menurut Sumardi Suryabrata (1983:81) sebagai berikut.

∑ fx
Mx … … … … … … … …(1)
N

Keterangan:

Mx = Mean yang dicari

∑fx = Jumlah seluruh skor

N = Jumlah siswa

Rumus yang digunakan untuk menghitung presentase siswa yang lulus


adalah sebagai berikut :

f
P= x 100 %
n

Keterangan:

P = Presentase

f = Jumlah keseluruhan bilangan

28
n = Banyaknya nilai

Setelah mencari rerata dan presentase ketuntasan siswa untuk

menentukan klasifikasi hasil belajar yaitu dengan kriteria penilaian kecakapan

akademik. Menurut Eko Putro Widoyoko (2009: 242) standar ketuntasan

kecakapan akademik bersifat tentatif dalam arti sekolah dapat menentukan

standar ketuntasan yang berbeda sesuai target maupun karakteristik sekolah

yang bersangkutan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SDN Tiwu

Asem bahwa rentang nilai tersebut adalah seperti dibawah ini.

29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SDN Tiwu Asem merupakan salah satu satuan pendidikan dengan

jenjang Sekolah Dasar yang berlokasi di Renteng, Kecamatan Praya,

Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dalam

menjalankan kegiatannya, SD Negeri Tiwu Asem berada di bawah

naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk membantu

kegiatan belajar mengajar di SDN Tiwu Asem disediakan akses internet

menggunakan provider XL (GSM). SDN Tiwu Asem memiliki akreditasi

B, berdasarkan sertifikat 182/BAP-SM/KP/X/2011 dengan nomer

sertifikasi ISO 9001:2008. Secara geografis SDN Tiwu Asem berada di

koordinat garis lintang -8,69 dan garis bujur 116,27. SDN Tiwu Asem

dibangun di atas tanah seluas 2.050 meter persegi.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap

Tahun Pelajaran 2022/2023. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang

disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran pendidikan olahraga di SDN

Tiwu Asem. Satu pertemuan berlangsung selama 2 x 40 menit. Data dari

siklus I dinilai belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang

ditetapkan. Adapun pada siklus II sudah mencapai keberhasilan tindakan

30
yang ditetapkan. Berikut diberikan penjabaran pada masing-masing

siklus.

a. Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada pekan ketiga bulan Mei 2023. Pertemuan

pada siklus I berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) pada

tiap pertemuan. Berikut adalah deskripsi pelaksanaan pembelajaran

teknik dasar bermain sepakbola di kelas 5 SDN Tiwu Asem melalui

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division.

1) Perencanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap perencanaan tindakan ini dilakukan persiapan dan

perencanaan kegiatan pembelajaran dengan model kooperatif tipe

STAD. Berikut langkah-langkah pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD:

a) Peneliti mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) terkait kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model STAD yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Pada

pelaksanaan pembelajaran siklus I, materi yang disampaikan

mencakup standar kompetensi menggiring bola dengan

menggunakan punggung kaki bagian luar yang terdiri atas

sikap permulaan dan gerak menggiring bola.

b) Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi

kemampuan siswa dalam menggiring bola. Lembar observasi

31
berisi indikator-indikator keterampilan siswa yang digunakan

sebagai pegangan bagi peneliti dalam melakukan observasi

terhadap siswa dalam menggiring bola

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I

a) Pendahuluan

Peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam

dan memimpin doa, kemudian peneliti menanyakan kehadiran

siswa. Setelah melakukan presensi siswa, peneliti

menyampaikan apersepsi. Untuk selanjutnya peneliti juga

sekaligus berperan sebagai guru. Guru bertanya kepada siswa

“Siapa yang pernah memperhatikan bagaimana cara Ronaldo

atau Messi menggiring bola?” Tujuannya adalah untuk

mengajak siswa berpikir bagaimana contoh praktis seorang

atlit sepakbola dalam menggiring bola. Beberapa siswa

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Jawaban dari

siswa diterima oleh guru kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran agar siswa mampu menjelaskan kondisi

geografis wilayah dan pola penggunaan lahannya. Kemudian

guru melanjutkan dengan membagi siswa menjadi 5 kelompok

secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 5

siswa. Suasana kelas menjadi gaduh pada saat pembagian

kelompok, namun guru mengatasi dengan menegur siswa agar

tetap tenang.

32
b) Penyampaian Materi

Guru memberikan pengantar pada siswa untuk memahami

materi tentang teknik menggiring bola menggunakan

punggung luar kaki. Pada kegiatan ini, guru mengajarkan

materi kepada siswa secara umum (belum dikelompokkan).

Masih banyak siswa yang terlihat kurang fokus memperhatikan

demonstrasi oleh guru.

c) Belajar Kelompok

Guru membimbing agar semua anggota kelompok mampu

memahami materi, sehingga jika salah satu anggota kelompok

sudah paham dapat membantu anggota yang lain. Guru

mendemonstrasikan langkah-langkah praktis bagaimana cara

menggiring bola menggunakan punggung kaki bagian luar di

masing-masing kelompok mulai tahap permulaan sampai sikap

menggiring bola. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa

masih beradaptasi dengan kelompok belajarnya dan suasana

agak menjadi gaduh. Beberapa siswa terlihat kurang aktif saat

demonstrasi kelompok. Masih terlihat beberapa anggota dalam

kelompok cenderung individualis. Di akhir pertemuan, guru

meminta siswa secara berkelompok masuk kedalam kelas dan

kembali mendiskusikan hasil demonstrasi kelompok di

lapangan. Masing-masing ketua kelompok diminta secara

bergiliran mempresentasikan hasil belajarnya di lapangan.

33
d) Pelaksanaan tes keterampilan menggiring bola

Siswa secara berkelompok diambil nilai menggiring bolanya

menggunakan punggung kaki bagian luar. Nilai kelompok

dihitung secara kumulatif.

e) Penghargaan kelompok/rekognisi tim

Penghargaan kelompok diberikan kepada masing-masing

kelompok berdasarkan rata-rata perolehan skor tim dalam

praktik menggiring bola menggunakan punggung kaki bagian

luar.

3) Observasi

Hasil observasi keterampilan siswa menggiring bola dapat dilihat

pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Capaian keberhasilan menggiring bola


menggunakan punggung kaki bagian
luar
STANDAR INDIKATOR Persentase
KOMPETENSI PENILAIAN Keberhasilan (%)
Menggiring bola Sikap permulaan :
dengan 1. Posisi badan tegak 55
menggunakan agak condong
pungggung kaki kedepan
bagian luar. 2. Punggung kaki 60
bagian dalam dekat
bola,
3. badan sedikit di 65
tekuk
4. letak kaki tumpu di 62
samping bola
dengan lutut
5. kedua tangan 48
menjaga
keseimbangan
Gerak menggiring bola
1. kaki dan bola 63
sekali-sekali
bersentuhan 61
2. kedua kaki selalu
dekat dengan bola

34
Tabel 4.2. Rincian data capaian keberhasilan menggiring bola
menggunakan punggung kaki bagian luar
Gerak Menggiring
No
Nama Siswa Sikap Permulaan Bola
.
BT PK BT KT KS KB KK
73
5 Alif Albar Padilah 2 3 3 3 2 3 3
73
4 Amira Putri 3 2 2 3 3 3 3
73
2 Aprilia Putri 1 3 4 2 2 3 3
73
1 Balqis Alwani 1 4 3 2 1 3 2
73
0 Bayu Hasgil Sabandi 2 3 3 2 1 3 2
72
9 Diki Ardian 2 5 2 3 1 3 2
72
8 Fahry Abqairy 2 2 2 3 2 3 3
72
7 Fika Anastasya 1 2 1 3 2 2 1
72
6 Isnaini Nurmafizah 1 2 2 4 2 2 1
72
5 M. Bilqis Hidayatullah 1 3 1 3 3 2 1
72
4 M. Hairil Aprian Rahman 2 2 3 3 2 4 2
72
3 Maulana Hababan 3 1 3 2 1 3 3
72
2 Maulana Saputra 3 2 2 3 2 2 3
72 Muhammad Haerul
1 Fatoni 1 3 3 3 3 2 1
72 Muhammad Ikbal
0 Ardianto 1 2 1 2 2 2 1
71
9 Muhammad Ulil Absor 3 1 3 1 1 2 3
71
8 Nadiatul Jannah 3 2 3 2 2 2 3
71
7 Nawa Miftahul Jannah 4 3 4 3 3 2 4
71
6 Nifa Sildadatul Aulia 3 2 3 2 2 3 3
71
5 Nila Sari 4 2 4 2 2 3 4
71
4 Seftiana Oliviya 3 1 3 1 1 1 3
2.1 2.3 2.6 2.4 1.9
9 8 2 8 0 2.52 2.43
55 60 65 62 48
% % % % % 63% 61%

35
Berdasarkan Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa persentase

keterampilan dasar menggiring bola belum mencapai kriteria yang

diharapkan. Persentase tertinggi sebesar 65% pada indikator letak

kaki tumpu di samping bola dengan lutut siswa, sedangkan

persentase keberhasilan siswa terendah sebesar 48% pada indikator

kaki dan bola sekali-sekali bersentuhan. Hal ini menunjukkan

bahwa perlu adanya siklus II untuk melakukan perbaikan sehingga

mampu meningkatkan keterampilan dasar menggiring bola pada

siswa.

4) Refleksi Tindakan Siklus I

Berdasarkan deskripsi pelaksanaan tindakan pada siklus I,

diperoleh beberapa kekurangan yang perlu mendapatkan perbaikan

sebagai berikut di siklus II:

a) Guru belum mengoptimalkan waktu dengan cukup baik

b) Masih ada siswa yang kurang serius memperhatikan penjelasan

guru

c) Ada 11 orang siswa dari kelompok yang berbeda yang terlihat

malas-malasan untuk melakukan demonstrasi menggiring bola

saat latihan

d) Guru masih kurang memotivasi siswa untuk melakukan praktik

menggiring bola

b. Siklus II

36
Siklus II dilaksanakan pada pekan keempat bulan Mei 2023.

Pertemuan pada siklus I berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 40

menit) pada tiap pertemuan. Berikut adalah deskripsi pelaksanaan

pembelajaran teknik dasar bermain sepakbola di kelas 5 SDN Tiwu

Asem melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division.

1) Perencanaan Tindakan Siklus II

Pada tahap perencanaan tindakan ini dilakukan persiapan dan

perencanaan kegiatan pembelajaran dengan model kooperatif tipe

STAD. Berikut langkah-langkah pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD:

a) Peneliti mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) terkait kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model STAD yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Pada

pelaksanaan pembelajaran siklus I, materi yang disampaikan

mencakup standar kompetensi menggiring bola dengan

menggunakan punggung kaki bagian dalam yang terdiri atas

sikap permulaan dan gerak menggiring bola.

b) Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi

kemampuan siswa dalam menggiring bola. Lembar observasi

berisi indikator-indikator keterampilan siswa yang digunakan

sebagai pegangan bagi peneliti dalam melakukan observasi

terhadap siswa dalam menggiring bola

37
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II

a) Pendahuluan

Peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam

dan memimpin doa, kemudian peneliti menanyakan kehadiran

siswa. Setelah melakukan presensi siswa, peneliti

menyampaikan apersepsi. Untuk selanjutnya peneliti juga

sekaligus berperan sebagai guru. Guru bertanya kepada siswa

“Siapa yang pernah memperhatikan bagaimana cara Ronaldo

atau Messi menggiring bola?” Tujuannya adalah untuk

mengajak siswa berpikir bagaimana contoh praktis seorang

atlit sepakbola dalam menggiring bola. Beberapa siswa

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Jawaban dari

siswa diterima oleh guru kemudian guru menyampaikan tujuan

pembelajaran agar siswa mampu menjelaskan kondisi

geografis wilayah dan pola penggunaan lahannya. Kemudian

guru melanjutkan dengan membagi siswa menjadi 5 kelompok

secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 5

siswa. Suasana kelas menjadi gaduh pada saat pembagian

kelompok, namun guru mengatasi dengan menegur siswa agar

tetap tenang.

b) Penyampaian Materi

38
Guru memberikan pengantar pada siswa untuk memahami

materi tentang teknik menggiring bola menggunakan

punggung luar kaki. Pada kegiatan ini, guru mengajarkan

materi kepada siswa secara umum (belum dikelompokkan).

Masih banyak siswa yang terlihat kurang fokus memperhatikan

demonstrasi oleh guru.

c) Belajar Kelompok

Guru membimbing agar semua anggota kelompok mampu

memahami materi, sehingga jika salah satu anggota kelompok

sudah paham dapat membantu anggota yang lain. Guru

mendemonstrasikan langkah-langkah praktis bagaimana cara

menggiring bola menggunakan punggung kaki bagian dalam di

masing-masing kelompok mulai tahap permulaan sampai sikap

menggiring bola. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa

sudah mulai tertib. Nilai kerjasama sudah mulai nampak dalam

kelompok. Di akhir pertemuan, guru meminta siswa secara

berkelompok masuk kedalam kelas dan kembali

mendiskusikan hasil demonstrasi kelompok di lapangan.

Masing-masing ketua kelompok diminta secara bergiliran

mempresentasikan hasil belajarnya di lapangan.

d) Pelaksanaan tes keterampilan menggiring bola

39
Siswa secara berkelompok diambil nilai menggiring bolanya

menggunakan punggung kaki bagian dalam. Nilai kelompok

dihitung secara kumulatif.

e) Penghargaan kelompok/rekognisi tim

Penghargaan kelompok diberikan kepada masing-masing

kelompok berdasarkan rata-rata perolehan skor tim dalam

praktik menggiring bola menggunakan punggung kaki bagian

dalam.

3) Observasi

Hasil observasi keterampilan siswa menggiring bola dapat dilihat

pada Tabel 4.3

Tabel 4.3. Capaian keberhasilan menggiring bola


menggunakan punggung kaki bagian
dalam
STANDAR INDICATOR Persentase
KOMPETENSI PENILAIAN Keberhasilan (%)
Menggiring bola Sikap permulaan :
dengan 1. Salah satu kaki 72
menggunakan ditempatkan di
pungggung kaki depan dengan
bagian dalam. pergelangan kaki
sedikit diputar 76
kedalam 80
2. Lutut sedikit
ditekuk
3. Kaki yang satunya
digunakan untuk 82
tumpuan
Gerak menggiring bola 76
1. Kedua kaki selalu
berdekatan dengan
bola
2. Persentuhan bola
dengan kaki tepat
pada kaki bagian
dalam

40
Berdasarkan Tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa persentase

keterampilan dasar menggiring bola sudah mencapai kriteria yang

diharapkan. Persentase tertinggi sebesar 82% pada indikator kedua

kaki selalu berdekatan dengan bola, sedangkan persentase

keberhasilan siswa terendah sebesar 72% pada indikator salah satu

kaki ditempatkan di depan dengan pergelangan kaki sedikit diputar

kedalam. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II keterampilan

dasar menggiring bola pada siswa sudah mengalami peningkatan

yang signifikan.

Tabel 4.4 Rincian capaian keberhasilan menggiring bola


menggunakan punggung kaki bagian dalam
Sikap Permulaan Gerak Menggiring Bola
No. Nama Siswa
PKD LSD KDT KKB PPD
73
5 Alif Albar Padilah 3 3 3 4 4
73
4 Amira Putri 2 3 3 4 3
73
2 Aprilia Putri 2 3 4 4 4
73
1 Balqis Alwani 3 4 3 5 2
73
0 Bayu Hasgil Sabandi 3 3 3 3 2
72
9 Diki Ardian 2 5 2 3 4
72
8 Fahry Abqairy 3 3 2 3 3
72
7 Fika Anastasya 5 3 3 5 1
72
6 Isnaini Nurmafizah 5 3 4 2 4
72
5 M. Bilqis Hidayatullah 2 3 3 2 1
72
4 M. Hairil Aprian Rahman 3 2 3 4 2

41
72
3 Maulana Hababan 3 5 3 5 4
72
2 Maulana Saputra 2 2 2 2 3
72
1 Muhammad Haerul Fatoni 2 3 5 2 1
72
0 Muhammad Ikbal Ardianto 2 2 3 5 4
71
9 Muhammad Ulil Absor 3 5 3 2 3
71
8 Nadiatul Jannah 3 2 3 2 3
71
7 Nawa Miftahul Jannah 3 3 4 5 4
71
6 Nifa Sildadatul Aulia 3 2 4 3 4
71
5 Nila Sari 3 2 4 3 5
71
4 Seftiana Oliviya 3 3 3 1 3
2.86 3.05 3.19 3.29 3.05
71% 76% 80% 82% 76%

4) Refleksi Tindakan Siklus II

Berdasarkan deskripsi pelaksanaan tindakan pada siklus II,

diperoleh beberapa keberhasilan sebagai berikut:

a) Guru telah mengoptimalkan waktu dengan cukup baik

b) Seluruh siswa serius memperhatikan penjelasan guru

c) Guru cukup memotivasi siswa untuk melakukan praktik

menggiring bola

B. Pembahasan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diawali dengan observasi

pada kelas 5 SDN Tiwu Asem. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan

menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan masih belum

42
cukup optimal untuk membentuk skill siswa dalam menggiring bola.

Kegiatan pembelajaran masih terpusat pada aktivitas guru. Siswa terlihat

kurang bersemangat dalam praktik menggiring bola. Beberapa permasalahan

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas di kelas 5.

Peneliti melakukan kolaborasi dengan guru mata pelajaran olahraga untuk

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) guna meningkatkan keterampilan dasar menggiring bola

pada siswa kelas 5. Penelitian ini dibagi dalam 2 siklus. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2023.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievemet Division (STAD) pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya

peningkatan aktivitas belajar siswa yang signifikan. Peningkatan aktivitas

belajar siswa tersebut terlihat pada lembar observasi keterampilan siswa

dalam menggiring bola. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achivement Division (STAD) selain mampu meningkatkan

keterampilan dasar siswa dalam menggiring bola, juga meningkatkan

aktivitas belajar siswa. Peningkatan kemampuan siswa dalam menggiring

bola terlihat pada siklus II, semua komponen penilaian yang diobservasi

berada pada nilai lebih dari 70 atau berkategori baik.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

43
Kesimpulan dalam penelitian ini berfungsi untuk menjawab rumusan

masalah yang muncul pada bagian pendahuluan dari penulisan laporan

skripsi ini. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti secara

ilmiah dapat meningkatkan keterampilan dasar siswa di kelas 5 SDN Tiwu

Asem dalam menggiring bola.

B. Saran

Saran yangn diberikan dalam penelitian ini adalah agar kedepannya

dapat dilakukan penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif seluruh

komponen-komponen keterampilan dasar bermain sepakbola termasuk

didalamnya kemampuan siswa dalam mengoper bola, menahan bola,

menendang bola, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, M. 2014. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


(Student Teams Achievement Divisions) Terhadap Kemampuan
Bermain Sepak Bola Siswa Kelas VII. Jurnal Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, 3(1), 45-52.
Aji, S. 2016. Buku Olahraga: Kumpulan Macam-Macam Cabang Olahraga..
Jakarta: Ilmu.

44
Boeree C.G. 2009. Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz
Media.

Hasbi. 2014. Model Pembelajaran Motorik dengan Menggunakan Modifikasi


Permainan Tradisional untuk Sekolah Dasar Kelas Atas. Yogyakarta:
Dapur Buku.

Kurniawati, N., & Herawati, N. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap
Kemampuan Teknik Dasar Bermain Sepak Bola Siswa Kelas VII
SMPN 9 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan
Jasmani, 6(2), 81-94.
Nur. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan
Matematika Sekolah Unesa.

Nurlaela L. 2010. Model Pembelajaran, Gaya Belajar, Kemampuan Membaca


dan Hasil Belajar. Surabaya: Unesa University Press.

Rukiyati, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Buku Pegangan Kuliah Yogyakarta:


UNY Press.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:


Kencana Prenada Media.

Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Syahza A. & Irianti M. 2008. Model-Model Pembelajaran. PLPG Rayon V.

Soekanto, S. 2010. Pengembangan Pembelajaran Sepak Bola di Sekolah Dasar.


Jurnal Penelitian Pendidikan, 11(1), 36-45.

Sugiyanto, D., Prabowo, H., & Prakoso, A. 2016. Penerapan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Teknik Dasar Bermain
Sepak Bola Siswa Kelas V SDN Jiken 02 Sidoarjo. Jurnal Penelitian
Pembelajaran Olahraga, 3(2), 65-76.

LAMPIRAN FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

45
46
47

Anda mungkin juga menyukai