Anda di halaman 1dari 51

PEMBIASAAN BINA PRIBADI ISLAMI SEBAGAI UPAYA

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT


TAWAKKAL

DWIKI MAULANA
NIM: 2086206061

Skripsi Ditulis Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan


Gelar Sarjana Pendidikan (S1) Pada Prodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
2023/2024
Motto

“Keberhasilan itu Tidak hanya dimiliki orang yang pintar saja,

Tetapi orang yang mau berubah dan bekerja keras pasti dapat meraihnya.”

“Ilmu memerlukan amal, sedangkan amal menentukan ikhlas, dan keihlasan


inilah yang mendatangkan keridhoan Allah SWT”

-Imam Habib Abdullah Bin Muhsin Al-Attas-

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhmdulilah, Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan


semesta alam yang telah memberikan segala nikmat serta hidayah-Nya, Sholawat
serta salam tidak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga
skripsi dengan judul “Implementasi Kegiatan Pembiasaan Bina Pribadi
Islami Sebagai Upaya Penguatan Pendidikan Karakter di SDIT
Tawakkal” dapat penulis selesaikan dengan baik.
Penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan gelas Program Strata (S1) pada Program s tudi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar STKIP PGRI Pacitan. Sumbang saran dan kritik dari semua pihak
akan sangat penulis harapkan untuk penyusunan skripsi ini.

Atas Terselesainya proposal ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang
memberikan dukungan dan kontribusi dalam rangka penyusunan penelitian ini.
Untuk itu, Penulis menyampaikan rasa ucapan terimakasi yang sedalam dalamnya
kepada:

1. Dr. Mukodi, M.S.I., Ketua STKIP PGRI Pacitan;


2. Mega Isvandiana Purnamasari, M.Si., Ketua program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar;
3. Afid burhanuddin, M.Pd., dosen pembimbing 1 yang telah
memberikan arahan dan saran demi penyelesaian skripsi ini;
4. Ayatullah Muhammadin Al Fath, M.Pd., dosen pembimbing 2
yang telah memberikan arahan dan saran demi penyelesaian skripsi
ini;
5. Kedua orang tua saya yang telah memberikan yang terbaik, doa
dan kasih sayang tiada batas demi penyelesaian skripsi ini;
6. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
membarikan, doa dan kasih sayang tiada batas demi penyelesaian
skripsi ini;

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................i
MOTTO..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................viii
DAFTAR BAGAN.................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................1
B. Identifikasi Masalah................................................................4
C. Rumusan Masalah...................................................................5
D. Tujuan Penelitian....................................................................5
E. Manfaat Penelitian..................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI...............................................................7
A. Pendidikan..............................................................................7
B. Pendidikan Karakter................................................................8
C. Bina Pribadi Islami.................................................................13
D. Karakter Islami.......................................................................19
E. Pendekatan Pemelajaran BPI..................................................23
F. Penelitian yang Relevan.........................................................28
G. Kerangka Pikir........................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN......................................................28
A. Jenis Penelitian.......................................................................28
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................28
C. Subjek dan Objek Penelitian...................................................29
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data.............................30
E. Keabsahan Data......................................................................31
F. Teknik Analisa Data...............................................................32

iii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................40
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian...................................................................34

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Tempat Penelitian..............................................................33

v
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir................................................................31


Bagan 3.1 Triangulasi............................................................................38

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesuksesan negara dilihat bukan dari melimpahnya hasil alamnya saja
namun dilihat dari karakter warga negaranya yang berkualitas baik
(Mohamad Syakur Rahman et al. 2022). Pada kenyataanya pendidikan
karakter ini sangat dibutuhkan sebagai pondasi yang harus ditanamkan
kepada anak-anak Indonesia sejak dini (Mustafa, MA 2022). Siswa yang
memiliki karakter baik akan melahirkan individu yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab seperti yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003.
Seorang siswa dikatakan berkarakter apabila dalam dirinya dan segala
tingkah lakunya, tutur-katanya pikiran serta perbuatannya sesuai dengan
norma yang dianut dalam masyarakat. Apabila dalam diri seorang siswa
sudah ada karakter kuat diharapkan akan menjadi seorang individu yang
paripurna. Siswa diharapkan memiliki kekuatan fisik, kekuatan spiritual,
kepekan yang baik sehingga saling melengkapi dan seimbang. Dengan kata
lain siswa tidak hanya cerdas secara kognitif saja, namun juga harus memiliki
rasa tanggung jawab dan memiliki jalinan hubungan yang baik antara orang
tua, guru, dan antarteman.
Pendidikan karakter merupakan sebuah sistem terencana, yang
mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti, dan bertujuan untuk
mengembangkan serta menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik.
Sejalan dengan itu ahli berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah usaha
terencana dan sadar untuk mengaplikasikanya secara nyata nilai-nilai etika
dan moral sehingga bisa dijalankan sikap dan perilaku yang baik (Amalia
Yunia Rahmawati 2020). Dengan demikian, pendidikan karakter di sekolah
ini menjadi penting untuk diterapkan mengingat sampai saat ini masih banyak

1
sekali perilaku-perilaku yang menyimpang dari ajaran agama dan nilai-nilai
norma yang berkembang di masyarakat.
Di Indonesia sendiri pendidikan karakter telah digaungkan puluhan tahun
ke belakang. Akan tetapi faktanya pendidikan karakter belum berdampak
serius terhadap perubahan tingkah laku siswa. Masih maraknya tindakan
kekerasan, pencurian oleh anak, pengabaian aturan yang ada, tawuan,
intoleransi, berkata jorok, dan menurunnya etos kerja masih menjadi
cerminan siswa saat ini meskipun tidak semua demikian. Sebagai contoh
kasus yang dilansir dari Liputan6.com, dimana seorang siswa tidak terima
ketika ditegur untuk segera melakukan sholat. Sehingga gurunya dituntut
untuk mempertanggung jawabkan dihadapan hukum. Bahkan parahnya kasus
perundungan anak juga marak terjadi di lembaga-lembaga pendidikan.
Berangkat dari hal itulah sekarang ini orang tua lebih cenderung
menyekolahkan putra-putrinya di lembaga pendidikan berbasis agama.
Dengan harapan besar agar putra-putri mereka mendapatkan pendidikan
karakter lebih baik. Baik lembaga pendidikan yang bernaung di bawah dinas
pendidikan seperti Sekolah Islam, Sekolah Kristen, Sekolah Katolik dan
Sekolah Islam Terpadu maupun di Madrasah yang bernaung di bawah
Kementerian Agama Republik Indonesia. Di dalam sekolah bernuansa agama
akan mendapatkan pendidikan yang berimbang antara kebutuhan untuk
akhirat dan untuk duniawi. Dalam sekolah bernuansa agama fasilitas untuk
menunjang proses belajar maupun mengajar pun cenderung lengkap.
Salah satu lembaga pendidikan berbasis agama di bawah naungan dinas
pendidikan adalah SDIT Tawakkal. SDIT Tawakkal selain bernaung di
bawah Yayasan Bakti Insani Pacitan juga bernaung di bawah Jaringan
Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia. SDIT Tawakkal adalah salah satu
sekolah dasar yang ada di kecamatan Ngadirojo yang memiliki visi dan misi
untuk mencetak peserta didik yang religius, cerdas dan berkarakter mulia.
Lembaga ini merupakan lembaga yang memadukan pendidikan umum dan
pendidikan Islam yang berlandaskan Al Quran dan As Sunnah dalam satu
muatan kurikulum terpadu. Sekolah Islam Terpadu hadir menjawab tantangan

2
keresahan masyarakat saat ini. Dalam praktiknya Sekolah Islam Terpadu
sangat konsen terhadap pembentukan pendidikan karakter siswa terutama
karakter islami. Pendidikan karakter Islami tidak jauh berbeda dengan
pendidikan karakter pada umumnya, namun dalam praktik pengajarannya
didasarkan pada Al Quran dan As Sunnah sebagai pedoman.
Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Tawakkal
kecenderungan orang tua saat ini lebih memilih sekolah berbasis agama
terutama Sekolah Islam Terpadu diantaranya adalah impian-impian para
orang tua agar anaknya menjadi generasi Qurani yang memiliki moral dan
akhlak yang baik, memahami kitab Al Quran dan As Sunnah sebagai
pedoman berkehidupan bermasyarakat serta pengetahuan agama yang
mumpuni. Adapun alasan lain disebutkan juga di sekolah berbasis SIT
(Sekolah Islam Terpadu) di dalamnya mencakup program-program unggulan,
visi-misi yang ditawarkan, sarana penunjang pendidikan dan juga tentunya
fasilitas yang diberikan cukup memadai.
Di sekolah ini sebagai wujud pembinaan karakter islami siswa
menggunakan program BPI (Bina Pribadi Islami). Kegiatan ini dikemas
sedemikian rupa sehingga penerapannya sangat berbeda diantara sekolah-
sekolah yang lain yang juga menerapkan pendidikan karakter meski
tujuannya sama. Kegiatan BPI ini memang dirancang secara khusus hanya
ada pada Sekolah Islam Terpadu di bawah naungan Jaringan Sekolah Islam
Terpadu yang memiliki tujuan untuk mengarahkan para peserta didik dalam
mempelajari dan menerapkan nilai-nilai Islami dalam diri masing-masing
individu. Sehingga harapannya peserta didik dapat memiliki budi pekerti atau
akhlak yang terpuji tidak hanya teori namun juga dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, kegiatan Bina Pribadi Islami ini juga dapat meningkatkan
kecerdasan dalam spiritual khususnya beragama agar siswa tidak terjerumus
terhadap penyimpangan beragama. Dengan adanya program ini dapat
mendampingi dan mengarahkan peserta didik dalam
mengimplementasikannya nilai-nilai keislaman dalam dirinya sehingga

3
memiliki budi pekerti dan akhlak yang baik dilandasi dengan iman yang
benar. Dalam kegiatan Bina Pribadi Islami guru memiliki peran yang sangat
penting dalam membentuk karakter yang islami dan menjalankan pendidikan
yang Islami. Memberikan contoh perilaku yang baik atau keteladan bisa
dilakukan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kepada
siswanya, sehingga terbentuk perilaku, watak atau teladan yang telah
diajarkan kepada siswanya (Agra 2021).
Peneliti sendiri mangamini bahwa suasana pendidikan di SDIT Tawakkal
sudah baik. Hal itu tercermin dari sikap peserta dan guru ketika menyambut
kedatangan tamu dari luar. Hal ini menjadi kesan mendalam peneliti ketika
pertama kali menginjakkan kaki di SDIT Tawakkal. Namun demikian,
permasalahan-permasalahan umum penyimpangan karakter yang telah
disampaikan di atas ternyata juga masih ada dan terjadi di SDIT Tawakkal
meski jumlahnya tidak terlalu signifikan. Hal ini dikonfirmasi oleh salah satu
guru kelas yang menyampaikan bahwa masih ada beberapa siswa yang masih
berkata tidak sopan, berkata kasar di depan kelas, masih membuang sampah
sembarangan, kurang mandiri, kurang patuh terhadap guru, serta mengganggu
teman di kelas saat belajar. Hal itu biasanya mereka lakukan ketika lepas dari
pengawasan oleh guru maupun orang tua mereka. Berdasarkan latar belakang
di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang
implementasi program BPI (Bina Pribadi Islami) sehingga peneliti
mengambil judul “Implementasi Kegiatan Pembiasaan Bina Pribadi Islami
Sebagai Upaya Penguatan Pendidikan Karakter di SDIT Tawakkal”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah


pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Adanya program pembinaan karakter Peserta didik di SDIT Tawakkal


yakni BPI (Bina Pribadi Islami).

4
2. Hasil dari program pembinaan karakter sudah dapat dirasakan melalui
iklim pembelajaran di sekolah yang sudah cukup baik.
3. Meski sudah ada program BPI namun beberapa siswa masih melakukan
tindakan yang menyimpang seperti beberapa siswa yang masih berkata
tidak sopan, berkata kasar di depan kelas, masih membuang sampah
sembarangan, kurang mandiri, kurang patuh terhadap guru, serta
mengganggu teman di kelas saat belajar.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi kegiatan bina pribadi Islami sebagai upaya
penguatan pendidikan karakter di SDIT Tawakkal?
2. Bagaimana pendekatan pembelajaran Bina Pribadi Islami sebagai upaya
penguatan pendidikan karakter di SDIT Tawakkal?

D. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui implementasi kegiatan pembiasaan bina pribadi Islami
sebagai upaya penguatan pendidikan karakter di SDIT Tawakkal
2. Untuk mengetahui pola pendekatan pembelajaran Bina Pribadi Islami di
SDIT Tawakkal.

E. Manfaat penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan terhadap
pengaruh implementasi kegiatan pembiasaan Bina Pribadi Islami sebagai
upaya penguatan pendidikan karakter
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti

5
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang
implementasi kegiatan pembiasaan Bina Pribadi Islami sebagai upaya
penguatan pendidikan karakter, serta menambah pengalaman kelak
ketika terjun langsung di dunia pendidikan.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan menambah informasi dan pengetahuan bagi
guru dalam implementasi kegiatan pembiasaan Bina Pribadi Islami
sebagai upaya penguatan pendidikan karakter.
c. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan evaluasi diri dalam
implementasi kegiatan pembiasaan Bina Pribadi Islami sebagai upaya
penguatan pendidikan karakter .

6
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pendidikan

Peraturan perundang-undangan mengenai sistem pendidikan diatur pada


No.20 tahun 2003, menjelaskan bahwa pendidikan merupakan sebuah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran
agar siswa secara aktif mengembangkan bakat ataupun minat sesuai potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian,
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Definisi dari Kamus Bahasa Indonesia
(KBBI) kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ serta mendapatkan imbuhan
‘pe’ dan akhiran ‘an’, sehingga kata ini memiliki pengertian sebuah metode,
cara maupun tindakan membimbing. Definisi pendidikan dalam arti luas
adalah bahwa pendidikan adalah seluruh pengalaman belajar yang
berlangsung sepanjang hidup, terjadi dalam segala lingkungan, dan
mempengaruhi pertumbuhan individu (Pristiwanti et al. 2022). Pendidikan
tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah, tetapi juga melibatkan
pengaruh dari keluarga dan masyarakat.
Pendidikan berusaha menjaga dan menyebarkan prinsip-prinsip di
masyarakat. Pendidikan adalah unsur yang sangat penting dalam tahapan
perkembangan dan kematang seorang individu yang dapat menghasilkan
generasi yang memiliki akhlak baik dan berguna bagi masa depannya
(Syarifuddin 2021). Pendidikan sangat penting diaplikasikan untuk
meyakinkan sebuah nilai di dalam diri seseorang. Pendidikan juga sebagai
pintu gerbang dalam membentuk masyarakat dan Negara agar berpendidikan.
Jika tidak adanya pendidikan, masyarakat akan hidup dengan kemerosotan
dan rusaknya moral masyarakat. Dengan melihat pentingnya pendidikan
maka perlu dilaksanakan dengan mengikuti peraturan yang telah ada.

7
Di dalam pendidikan Islam, pendidikan harus berlandaskan dengan Al-
Quran dan Al-Sunnah yang didasari percaya terhadap Tuhan yang maha Esa
Allah SWT (Mustofa 2021). Jika di dalam pendidikan Islam tidak
berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah akan menyebabkan suatu kegagalan
sehingga membentuk manusia yang tidak tunduk terhadap ajaran agama. Oleh
karena itu perlunya generasi muda harus memiliki pendidikan karakter yang
Islami.

B. Pendidikan Karakter
Karakter merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh
manusia karena untuk membedakan antara manusia dengan hewan. Jika
manusia tidak memiliki karakter sama sekali, manusia tersebut sudah tidak
ada apanya atau tidak memiliki nilai dan keistimewaanya. Karakter yang kuat
adalah sebuah pakaian bernilai yang memberikan kemampuan kepada umat
manusia untuk saling hidup rukun sehingga dunia dipenuhi dengan kebaikan
dan kebajikan, yang terbebas dari ancaman berbagai tindakan kekerasan
maupun hal yang tidak bermoral (Apiyani 2022:506). Karakter merupakan
sistem atau nilai dasar yang dimiliki manusia yang menghubungkan antar
manusia dengan manusia lainya dan hubungan antara lingkungan alam. Jika
manusia memiliki karakter yang baik akan terlihat dari tingkah lakunya,
tabiat, dan sifatnya.
Saat ini, penting untuk mengembangkan kepribadian karena banyak
tantangan dan hambatan dari luar yang dapat membahayakan kepribadian
generasi Indonesia oleh sebab itu, kepribadian perlu diperkuat (Kurniawaty,
Purwati, and Faiz 2022). Jika manusia memiliki karakter yang baik akan
terlihat dari tingkah lakunya tabiat, sifatnya. Begitupun sebaliknya jika
manusia memiliki karakter yang tidak baik akan terlihat dari sifatnya dan
tingkah lakunya yang tidak baik. Karakter bisa mempengaruhi manusia dalam
bertindak dan mengambil keputusan dalam merespon tingkah laku dan
tindakannya. Karakter sangat berkaitan erat dengan watak, budi pekerti dan
akhlak yang dimiliki setiap manusia. Karakter juga sebagai jati diri

8
kepribadianya, pembeda antara manusia satu dengan yang lainya.
Bahwasanya karakter merupakan sebuah kebiasaan baik yang dimiliki
individu sebagai jati diri dan cerminan atau ciri khas pada diri individu
tersebut (Mustoip 2018:39).
Begitupun sebaliknya jika manusia memiliki karakter yang tidak baik
akan terlihat dari sifatnya dan tingkah lakunya yang tidak baik. Karakter bisa
mempengaruhi manusia dalam bertindak dan mengambil keputusan dalam
merespon tingkah laku dan tindakannya. Karakter sangat berkaitan erat
dengan watak, budi pekerti dan akhlak yang dimiliki setiap manusia. Karakter
juga sebagai jati diri kepribadianya, pembeda antara manusia satu dengan
yang lainya. Bahwasanya karakter merupakan sebuah kebiasaan baik yang
dimiliki individu sebagai jati diri dan cerminan atau ciri khas pada diri
individu tersebut (Mustoip 2018:39). Pendidikan karakter itu sangat penting
karena pendidikan bukan hanya sekedar mengetahui ataupun menghafal.
Lebih dari itu pendidikan karakter berusaha menginternalisasi nilai-nilai yang
baik di masyarakat masuk ke dalam dirinya sehingga terbentuk kepribadian
yang baik.
Pendidikan Karakter adalah suatu perubahan nilai kehidupan yang
diharapkan dapat mengembangkan kepribadian seseorang hingga menjadi
pribadi yang dapat memproses berubahnya nilai, bertumbuhnya
perkembangan kepribadian dan menjadi perilaku (Putra, Suhartini, and
Arnadi 2021). Pendidikan karakter merupakan penanaman sikap untuk
membentuk karakter individu agar memiliki perilaku yang baik dan luhur
serta memiliki kebijaksanaan dalam berpikir (Fatimah Zuhra and Usfur Ridha
2021). Upaya untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang baik agar
dilakukan setiap harinya, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya meliputi
pengetahuan kompetensi, kesadaran dan kemauan untuk melakukanya nilai-
nilai tersebut hal ini disebut pendidikan karakter. Oleh sebab itu bisa
dipahami bahwa pendidikan karakter adalah serangkain usaha yang dilakukan
oleh guru untuk siswanya agar memiliki karakter yang baik.

9
Pendidikan karakter sangat penting untuk ditanamkan sejak dini sehingga
kenakalan ataupun penyimpangan karakter bisa diantisipasi sejak dini. Tidak
hanya itu saja siswa bisa membentengi diri dari pengaruh pengaruh negatif.
Indonesia memiliki berbagai sumber pendidikan Agama, Pancasila, budaya
dan tujuan pendidikan Indonesia (Hidayah, Feriandi, and Saputro 2019).
Pendidikan karakter bisa dilakukan dimana saja baik di lingkungan
masyarakat keluarga sekolah. Dalam lingkungan sekolah pendidikan karakter
dilakukan dengan berbagai program yang telah dirancang sekolah, kegiatan
yang telah dirancang sekolah akan dijalankan setiap hanya agar peserta didik
terbiasa untuk melakukan perilaku yang positif. Ada sejumlah nilai karakter
pada pendidikan yakni:
1. Nilai karakter religius hal ini mencerminkan kepada percaya akan adanya
Tuhan Yang Maha Esa,yang dilakukan dengan menjalankan ajaran yang
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang diyakini setiap individu.
Menghargai dan toleransi terhadap perbedaan pelaksanaan agama yang
lain. Saling hidup rukun dengan pemeluk agama yang lainya. Nilai
religius ini dilakukan dengan mencintai setiap ciptaan Tuhan dan
menjaga agar tidak adanya perpecahan antar umat beragama. Dalam
penanaman nilai karakter religius dengan diberikan beberapa
pembelajaran yang terkait dengan tata cara salat, tata cara bersuci,
pembelajaran mengenai toleransi terhadap sesama hal ini diharapkan bisa
dilaksanakan secara nyata di setiap harinya (Abdillah and Syafe’i 2020).
2. Nilai karakter nasionalis merupakan suatu cara dalam bersikap, berpikir
dan berbuat, melakukan perbuatan yang menunjukan suatu kesetiaan,
cinta terhadap bangsa dan negara. Nilai karakter nasionalis dalam cara
berpikir, berbuat dan bersikap yang menjunjung tinggi kesetiaan, cinta
terhadap bahasa Indonesia, kepedulian, lingkungan, sosial, ekonomi,
budaya dan menetapkan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi
dan golongan (Kemdikbud 2019). Hal ini meliputi indikator seperti rasa
bangga sebagai bangsa Indonesia, cinta tanah air dan bangsa, serta rela
berkorban demi kepentingan bangsa. Penanaman nilai karakter nasionalis

10
pada anak-anak dilakukan melalui berbagai strategi, termasuk
pembelajaran tematik di sekolah dasar, kegiatan terprogram, dan
pembiasaan oleh sekolah dan orang tua. Upaya ini bertujuan untuk
meningkatkan semangat kesetiaan dan cinta terhadap bangsa dan negara
pada generasi muda.
3. Nilai karakter mandiri adalah sikap yang tidak menggantungkan diri
kepada siapapun itu baik sikap maupun perilaku. Mandiri merupakan
orang yang percaya akan kemampuan yang dimilikinya dan memiliki
prinsip sehingga tidak menggantungkan dirinya dengan orang lain
(Kamaruddin 2017). Jadi dalam mencapai tujuan, cita-cita ataupun
kemauan harus dengan mempergunakan tenaga sendiri. Sub nilai mandiri
mencakup etos kerja (kerja keras), ketangguhan, daya juang,
profesionalisme, kreativitas, keberanian, dan semangat menjadi
pembelajar sepanjang hayat. Wujud dari nilai mandiri ini adalah
semangat kerja keras, ketangguhan, daya juang tinggi, profesionalisme,
kreativitas, keberanian, serta kesiapan untuk terus belajar sepanjang
hidup.
4. Nilai karakter gotong-royong merupakan nilai yang menyelesaikan suatu
persoalan dengan bersama-sama seperti memberikan bantuan kepada
seseorang yang membutuhkan, membangun pos kampling secara
bersama-sama. Dalam gotong royong memerlukan peran setiap
anggotanya secara aktif memberi dampak yang positif sehingga
permasalahan maupun kebutuhan bisa terselesaikan (Unayah 2017). Sub
nilai yang terkandung dalam karakter gotong royong nilai gotong royong
mencakup berbagai aspek, seperti saling menghargai, bekerjasama, taat
pada keputusan, musyawarah mufakat, saling menolong, memiliki
solidaritas tinggi, berempati, tidak suka diskriminasi dan kekerasan, serta
rela berkorban. Selain itu, nilai ini juga mencakup menghargai, kerja
sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,
tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan,
dan sikap kerelawanan.

11
5. Nilai karakter integritas merupakan nilai melandasi perilaku yang
menjadikan individu seseorang yang dapat dipercayai baik ucapan
maupun perbuatan. Nilai karakter integritas merupakan nilai utama yang
melandasi pola pikir, sikap, dan perilaku amanah, serta kesetiaan
terhadap nilai-nilai sosial dan moral. Karakter integritas ini terdiri dari
beberapa aspek, seperti sikap tanggung jawab sebagai warga Negara,
aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan
perkataan berdasarkan kebenaran (Anshori 2017). Wujud nilai integritas
tercakup oleh kejujuran, cinta pada kebenaran, dan keadilan. Selain itu,
memiliki komitmen moral, tidak korupsi, bertanggungjawab, menjadi
teladan, dan menghargai martabat individu, terutama penyandang
disabilitas.
Tujuan dari pendidikan sangat mulia untuk kehidupan semua umat
manusia. Berkaitan dengan sangat pentingnya dilaksanakan pendidikan
karakter di semua lembaga. Pendidikan Karakter memiliki sebuah tujuan
yang sangat mulia (Sahroni 2017), berikut tujuanya:
1. Salah satu objektif utama pendidikan adalah menghasilkan warga negara
Indonesia yang memiliki integritas dan moral yang kuat. Meskipun
pendidikan karakter telah diperkenalkan di sekolah, tantangan degradasi
moral masih ada. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam menerapkan perilaku yang baik dan membentuk
karakter yang positif pada generasi muda.
2. Salah satu tujuan utama pendidikan adalah untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, rasional, dan kreatif pada warga negara
Indonesia. Tujuan ini mencerminkan upaya pendidikan dalam
membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan mampu berpikir secara
logis serta analitis.
3. Membentuk individu Indonesia yang memiliki kemampuan inovatif dan
motivasi tinggi untuk bekerja keras dapat diartikan sebagai menciptakan
warga Indonesia yang memiliki kemampuan untuk berinovasi dan
termotivasi tinggi dalam bekerja keras. Hal ini dapat dicapai melalui

12
pembentukan etos kerja yang tinggi, semangat kewirausahaan, dan
kemampuan untuk mengatur prioritas serta memiliki motivasi sukses.
4. Membentuk individu Indonesia yang memiliki kemampuan inovatif dan
motivasi tinggi untuk bekerja keras dapat diartikan sebagai menciptakan
warga Indonesia yang memiliki kemampuan untuk berinovasi dan
termotivasi tinggi dalam bekerja keras. Hal ini dapat dicapai melalui
pembentukan etos kerja yang tinggi, semangat kewirausahaan, dan
kemampuan untuk mengatur prioritas serta memiliki motivasi sukses.
5. Membentuk warga Indonesia yang memiliki semangat patriotik adalah
suatu hal yang penting karena hal tersebut dapat membantu
meningkatkan rasa cinta dan kesetiaan terhadap tanah air dan bangsa,
serta membantu mempertahankan kedaulatan dan integritas negara.
Patriotisme juga dapat membantu membangun rasa persatuan dan
kesatuan di antara warga negara, mendorong kemakmuran dan
kesejahteraan bangsa, serta menciptakan lingkungan yang aman dan
damai bagi semua.

C. Bina Pribadi Islami


1. Pengertian Bina Pribadi Islami
Bina Pribadi Islami merupakan program kegiatan yang
mengarahkan siswa dalam pembentukan karakter yang dilakukan di
lingkungan sekolah (Mohamad S Rahman et al. 2022). Salah satu usaha
dalam penanaman karakter pada siswa adalah dengan diadakannya
program Bina Pribadi Islami untuk menumbuhkan karakter Islami yang
positif kepada siswa (Karmila and Tarmana 2021). Bina Pribadi Islami
dirancang sebagai program untuk menumbuhkan karakter islami oleh
yayasan di seluruh Indonesia. Bina Pribadi Islami merupakan program
yang disusun untuk kegiatan pembinaan untuk membentuk ahlak peserta
didik, karakter yang Islami maupun kepribadian yang tercermin pada
pola sikap, pola pikir, dan pola perilaku dalam menjalankan kehidupan.

13
Dalam pembinaan karakter dan ahlak peserta didik membentuk
menjadi, bersikap tanggung jawab, sopan santun, bersifat amanah, jujur,
memiliki kepedulian terhadap sesama, hidup bersih (Fahruddin 2023).
Bina Pribadi Islami atau bisa disingkat BPI merupakan program yang
dirancang yayasan untuk pendalaman terhadap pendidikan Islam pada
tingkatan Sekolah Dasar Islam Terpadu hingga jenjang sekolah
menengah dan atas. Bina Pribadi Islami ini dinaungi Jaringan Sekolah
Islam Terpadu JSIT Indonesia (Aisah 2019). Program Bina Pribadi
Islami diterapkan di berbagai daerah Indonesia program ini adalah
program pendidikan dan pembinaan karakter Islam siswa. Kegiatan Bina
Pribadi Islami ini memiliki tujuan untuk membentuk karakter yang Islami
khususnya di sekolah berbasis Islami.
Kegiatan pembinaan Bina Pribadi Islami ini membina siswa untuk
memiliki karakter yang Islami, tidak hanya itu saja namun pembinaan
Bina Pribadi Islami ini juga menjadi program ciri khas sekolah Islami
(Fadliyani, Sahal, and Munawar 2021). Ada berbagai kegiatan dalam
pembinaan Bina Pribadi Islami yaitu membentuk siswa agar memiliki
ahlak yang terpuji, membentuk siswa agar memiliki karakter yang islami,
pendalaman tentang pendidikan Islami. Kegiatan Bina Pribadi Islami
sudah termasuk kedalam kegiatan belajar mengajar dan juga termasuk
kedalam kurikulum di sekolah Islam (Mohamad S Rahman et al. 2022).
Kegiatan Bina Pribadi Islami dilakukan dengan keteladan yang dilakukan
oleh seorang pendidik untuk muridnya, juga dilakukan dengan
pembiasaan di setiap hatinya dilakukan awal pembelajaran maupun di
akhir pembelajaran, serta evaluasi yang dilakukan setiap harinya (Agra
2021). Bina Pribadi Islami memiliki berbagai kegiatan sesuai dengan
kebijakan dari sekolah seperti kelas memasak, membuat kreativitas, dan
mabit.
Dalam pelaksanaanya Bina Pribadi Islami memiliki tujuan untuk
meningkatkan kecerdasan spiritual siswa agar pora pemikiran nya
terarah dan tidak terjerumus ke dalam berbagai penyimpangan sikap

14
keberagaman sosial dalam masyarakat. Pengontrolan berupa
mendampingi dan mengarahkan siswa dalam mengkaji dan
mengimplementasikan nilai-nilai keislaman dalam dirinya sehingga
memiliki budi pekerti atau akhlak mulia. Ditunjang dengan
penguasaan ilmu dengan baik yang kemudian mampu mengamalkan
ilmunya dengan tepat dilandasi oleh iman yang benar (Suprobo and Sari
2023). Melalui pendampingan dan pendekatan yang intensif yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik dengan cara dilakukan
pembentukan kelompok yang kecil, hal ini mendukung peserta didik
untuk lebih memiliki karakter yang baik (Wasit 2019).
2. Latar belakang Bina Pribadi Islami
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam mengalami perubahan yang
signifikan pada awal tahun 1990-an. Pada tahun 1992, muncul label IT
(Islam Terpadu) yang berkembang pesat di seluruh Indonesia. Pada
tanggal 31 Juli 2003, Dr. Fahmy Alaydroes, ketua yayasan Pendidikan
Nurul Fikri, mendirikan JSIT Indonesia sebagai wadah bagi berbagai
himpunan SIT di seluruh Indonesia. Hingga 14 Juli 2017, jumlah SIT
yang terdaftar sebagai anggota JSIT Indonesia mencapai 2418 unit,
dengan jumlah pengajar mendekati 80 ribu orang. Salah satu karakteristik
khas dari SIT adalah kegiatan pembinaan karakter siswa yang intensif
melalui program Bina Pribadi Islami (BPI).
Program ini bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
yang dijabarkan oleh JSIT dalam tujuh SKL, termasuk nilai-nilai karakter
seperti religius, berkepribadian matang dan berakhlak mulia, disiplin, dan
memiliki keterampilan hidup. Implementasi nilai-nilai karakter nasionalis
juga menjadi prioritas dalam pendidikan karakter di Indonesia, bersama
dengan nilai-nilai seperti religius, mandiri, gotong royong, dan integritas
(JSIT, 2019:3). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Sekolah Islam Terpadu (SIT) menekankan pembinaan karakter Islami
peserta didik melalui program Bina Pribadi Islami (BPI). Dengan
demikian, latar belakang dibentuknya BPI juga didasari oleh intensitas

15
SIT dalam melakukan pembinaan karakter terhadap peserta didik, yang
kemudian diwujudkan melalui program BPI.
3. Tujuan Program Bina Pribadi Islami (BPI)
Program Bina Pribadi Islami (BPI) merupakan inisiatif yang
diadopsi oleh Sekolah Islam Terpadu (SIT) untuk membentuk karakter
Islami dan peradaban bangsa Indonesia yang religious Tujuan dari
program BPI menurut (Bangun Rohmadi 2021:2) adalah untuk:
a. Program Bina Pribadi Islami bertujuan untuk menanamkan semangat
pada peserta didik untuk memperbaiki diri dalam menjalankan
perintah agama dengan baik dan benar. Tujuan ini bertujuan agar
peserta didik memiliki semangat untuk senantiasa beribadah kepada
Allah SWT, seperti melaksanakan sholat lima waktu dengan tepat
waktu dan berjama’ah, membaca Al-Quran, melaksanakan salat
sunnah, berpuasa, dan bersedekah.
b. Program Bina Pribadi Islami bertujuan untuk memotivasi peserta
didik untuk mengajak teman sebaya menjadi seorang muslim yang
berakhlakul karimah. Hal ini dilakukan untuk memunculkan
lingkungan Islam yang bernuansa Islami dengan mengajak teman
sebaya sebagai bentuk komunikasi sosial yang ada sehingga dapat
terlaksana dengan baik. Contohnya, program BPI melaksanakan
kegiatan seperti melaksanakan sholat lima waktu dengan tepat waktu
dan berjama’ah, membaca Al-Quran, melaksanakan sholat sunnah,
berpuasa, dan bersedekah.
c. Sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan sosial
sehari-hari, karena dengan menunjukkan sikap sopan dan santun,
seseorang dapat dihargai dan disenangi oleh orang lain dimanapun ia
berada. Tujuan dari mempraktikkan sikap sopan dan santun adalah
untuk menunjukkan penghargaan terhadap orang lain sebagai
makhluk sosial. Sikap sopan dan santun juga merupakan unsur
penting dalam program Bina Pribadi Islami, yang bertujuan untuk

16
membentuk karakter Islami peserta didik melalui pembinaan aqidah,
akhlak, dan ibadah.
d. Dalam melatih peserta didik, penting untuk memperoleh pendidikan
dan pemahaman yang baik tentang agama Islam. Seorang guru wajib
mengajarkan dan mengenalkan dasar huruf Hijaiyah, mengenalkan
harakat atau tanda baca sehingga siswa bisa membaca, dan
mengenalkan bacaan tajwid. Selain itu, guru harus membimbing dan
menjelaskan kepada peserta didik dalam memahami isi kandungan
ayat-ayat suci Al-Quran.
e. Dengan melatih peserta didik dalam hal memiliki kemampuan
membaca, menghafal, dan memahami Al-Quran dengan baik, peserta
didik akan mendapatkan pendidikan dan pemahaman yang baik
tentang agama Islam. Sebagai hasilnya, peserta didik akan
mengembangkan sikap sopan dan santun kepada orang lain, yang
akan memberikan manfaat kepada peserta didik untuk melihat
kehidupan dari berbagai perspektif, mengambil keputusan yang lebih
baik, menghasilkan pemikiran yang lebih rasional, dan
meningkatkan kehidupan peserta didik kearah yang lebih baik.
Semakin luas wawasan yang dimiliki peserta didik, semakin luas
cara pikir atau cara pandang tersebut dalam memutuskan atau
menilai sesuatu.
4. Karakteristik Bina Pribadi Islami
Pelaksanaan Bina Pribadi Islami di berbagai lembaga pendidikan
Islam terpadu di Indonesia memiliki karakteristik yang komprehensif dan
menyeluruh, mencakup berbagai aspek ajaran Islam dan bidang studi
lainnya. Berikut Karakteristik Bina Pribadi Islami (JSIT Indonesia,
2018:53-54):

17
Artinya: “Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu
selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya” (QS. Al Imran: 79)
a. Syumuliyah (menyeluruh) mencakup berbagai aspek ajaran Islam,
dan berbagai bidang studi yang berguna bagi kehidupan, baik syar’i
maupun umum.
b. Takamul (sinergis), tarabuth (saling mengikat), dan tasalsul (saling
terkait) antara tema yang satu dengan yang lain dan antara ilmu satu
dengan ilmu yang lainnya serta antara bagian satu dengan bagian
lainnya.
c. Wasathiyah ini menghentikan pemahaman Islam dari ifrath
(berlebihan, ekstrim kanan) atau tafrith (kurang, ekstrim kiri).
Dengan cara ini, peserta didik dapat menghadapi berbagai
permasalahan yang terkait dengan agama atau dunia dengan sikap
moderat yang dimiliki oleh umat Islam.
d. Paduan antara ashlah (orisinalitas) dan mu’ashirah (kontemporer).
e. Mahaliyah (lokal), iqlimiyah ( regional), dan ‘alamiyah
(internasional) dengan tidak menjadikan pertimbangan lokal atau
regional bertabrakan dengan pertimbangan internasional, begitu juga
sebaliknya.
f. Murunah (fleksibel) dalam cara menyuguhkan, disesuaikan dengan
tingkat perbedaan personal, keragaman lokal, regional, wilayah, dan
daerah serta perubahan zaman.
g. Tadarruj (gradual) dan mempertimbangkan urutan logis suatu beban,
dari umum ke khusus, dari mudah ke sulit, dari lebih penting kepada
yang penting, dari yang disepakati kepada yang diperselisihkan.
h. Waqi’iyaah (realistis) dalam konteks ini mengacu pada sifat realistis
dari syariat dan ajaran Islam, yang mempertimbangkan keadaan dan

18
perubahan. Ini berarti bahwa syariat dan ajaran Islam bersifat
realistis, membumi, dan mudah diaplikasikan oleh semua manusia.
i. Mustaqbal lyah (futuristik) yang memperhatikan terhadap
pertumbuhan akal, fisik, dan spiritual.
j. Tawazun (seimbang) dalam menyuguhkan gagasan, disesuaikan
dengan tingkat perbedaan personal, keragaman lokal, regional,
wilayah, dan daerah serta perubahan zaman.
k. Wudhuh (jelas) dalam menyuguhkan gagasan.
l. Sederhana dalam artian mempergunakan bahasa yang mudah dan
sederhana sesuai pemahaman yang semudah mungkin dapat
dijelaskan sebagai penggunaan bahasa yang bersahaja dan tidak
berlebihan, sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh semua
pihak.
D. Karakter Islami
1. Pengertian Karakter
Karakter merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki
oleh manusia karena untuk membedakan antara manusia dengan hewan.
Jika manusia tidak memiliki karakter sama sekali, manusia tersebut
sudah tidak ada apanya atau tidak memiliki nilai dan keistimewaanya.
Karakter yang kuat adalah sebuah pakaian bernilai yang memberikan
kemampuan kepada umat manusia untuk saling hidup rukun sehingga
dunia dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang terbebas dari
ancaman berbagai tindakan kekerasan maupun hal yang tidak bermoral
(Apiyani 2022).
Karakter merupakan sistem atau nilai dasar yang dimiliki manusia
yang menghubungkan antar manusia dengan manusia lainya dan
hubungan antara lingkungan alam (Apiyani 2022). Jika manusia
memiliki karakter yang baik akan terlihat dari tingkah lakunya tabiat,
sifatnya. Begitupun sebaliknya jika manusia memiliki karakter yang tidak
baik akan terlihat dari sifatnya dan tingkah lakunya yang tidak baik.
Karakter bisa mempengaruhi manusia dalam bertindak dan mengambil

19
keputusan dalam merespon tingkah laku dan tindakannya. Karakter
sangat berkaitan erat dengan watak, budi pekerti dan akhlak yang
dimiliki setiap manusia. Karakter juga sebagai jati diri kepribadianya,
pembeda antara manusia satu dengan yang lainya. Bahwasanya karakter
merupakan sebuah kebiasaan baik yang dimiliki individu sebagai jati diri
dan cerminan atau ciri khas pada diri individu tersebut (Mustoip 2018).
2. Karakter Islami
Karakter islami merupakan perilaku dan sikap seseorang yang
tunduk dan taat dalam menjalankan perintah dan larang agama yang
sesuai dengan syari’at Islam. Bisa dilihat lihat jika seorang individu
memiliki karakter Islami akan terlihat dari tingkah laku, perbuatan dan
tutur katanya yang sesuai dengan pedoman agama Islam yaitu Al-Quran
dan As-Sunnah. Karakter Islami bisa dijadikan sebagai alat untuk
mengukur baik buruknya individu yang beragama Islam. Karakter Islami
bisa dilihat dari tingkah laku dan tutur kata seseorang, bisa dipahami
bahwa karakter islami adalah amalan yang sangat terbuka. Karakter
Islami merupakan usaha penanaman karakter kepada peserta didik dalam
melakukan bersiap, berpikir dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
yang sesuai dengan ajaran agama dan menjadi jati dirinya, hal ini bisa
diwujudkan dengan hubungan dengan Tuha nya, hubungan dengan
sesama manusia dan hubungan dengan alam.
Surat An-Nahl Ayat 90

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan


berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”( QS An-
Nahl: 90).

20
Pembentukan Karakter Islami adalah sebuah usaha dalam
menanamkan nilai-nilai karakter Islami kepada peserta didik agar
memiliki cara berpikir dan cara bertutur kata bertindak sesuai dengan
ajaran Islam. Karakter Islami yang sudah tertanam pada setiap individu
peserta didik akan menjadi modal yang sangat berharga bagi masa
depannya kelak. Karakter Islami dibentuk berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam kepribadian seorang yang beragama muslim dalam
sebuah kesatuan yang erat (Eva Diana 2022). Dalam pembentukan
Karakter Islami merupakan upaya dalam mendidik siswa agar memiliki
kemampuan dalam berpikir, bertindak, bertutur kata, bersifat seperti
muslim. Semua tingkah laku siswa perbuatan maupun ucapan diarahkan
dan dibina agar sesuai dengan tuntunan jaranan agama Islam. Harapan
jika siswa memiliki karakter Islami siswa dalam menjalani kehidupan
akan terarah dan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Selain itu siswa
akan menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama baik di lingkungan
keluarga masyarakat negara bangsa (Wakhyudi Yukhsan 2018).
Manusia memiliki struktur kepribadian yang sangat kompleks yang
pasti dimiliki setiap individu, dalam setiap bagiannya tersusun sehingga
membentuk kepribadian setiap individu manusia (Elihami and Syahid
2018). Ada 3 struktur pembentuk karakter Islami tiga aspek itu iyalah
kerohanian, kejasmanian, kejiwaan:
a. Aspek kejasmanian, adalah aspek yang menyangkut mengenai
perilaku luhur dan fisik seorang Individu yang mudah untuk
pahami, karena sangat tampak dari tingkah laku seorang Individu,
contohnya : ketika individu berbuat, berbicara.
b. Aspek kejiwaan, adalah aspek yang kurang dapat dilihat maupun
dipahami dari luar. Aspek kejiwaan ini dimiliki pada setiap
individu yang terdapat di dalam individu, tidak tnampak dari luar
atau secara fisik namun keberadaanya ada, contohnya: Cara
individu dalam berpikir, mindset dan sikap.

21
c. Aspek kerohanian yang luhur, merupakan Aspek kejiwaan yang
lebih dalam berpikir secara abstrak yang berupa filsafat kehidupan
dan kepercayaan seseorang individu
Tiga aspek ini merupakan pribadi yang terdapat dalam diri
manusia. Dalam penyusunan kepribadian peserta didik langkah awalnya
melalui pemahaman mengenai setiap poin aspek tersebut. Langkah awal
nya adalah memahami secara utuh mengenai kepribadian, hal ini
sebagai dasar dalam membentuk setiap aspek secara baik, kemudian
dirangkai menjadi satu kesatuan yang menyatu dengan baik sehingga
memiliki keterpaduan di dalam diri peserta didik.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam pembentukan
karakter Islami pada peserta didik. Yang harus dilakukan pertama kali
adalah mengidentifikasi kebutuhan metode yang sesuai dengan peserta
didik. Setiap karakter peserta didik memiliki metode tersendiri untuk
membentuk karakter Islami. Dengan melakukan pengamatan terhadap
karakter setiap peserta didik akan memudahkan dalam menentukan
metode mana yang cocok. Dalam membentuk karakter peserta didik
yang sesuai dengan nilai-nilai agama adalah sebuah kewajiban dan
keharusan (Dewi 2020). Pembentukan karakter bisa dilakukan dengan
beberapa metode sebagai berikut:
1. Metode keteladanan adalah memberikan keteladanan kepada
peserta didik agar ditiru oleh peserta didik. Keteladan tersebut
biasanya berupa tindakan maupun ucapan yang diharapkan peserta
didik dapat meneladani sikap yang dilakukan gurunya. Metode
keteladanan dalam pendidikan Islam adalah metode yang sangat
efektif dalam membentuk karakter peserta didik. Keteladanan
memerlukan guru sebagai model ataupun contoh untuk peserta
didiknya bisa meniru perilaku baik yang dilakukan gurunya
tersebut. Biasanya peserta didik enggan patuh jika hanya disuruh
secara lisan saja walaupun yang menyuruh orang tua maupun
gurunya. Jadi ketika memberikan arahan guru ataupun orang tua

22
harus memberikan arahan kepada peserta didik berupa ketelanan
atau tindakan secara nyata terlebih dulu dan tidak hanya ucapan
saja. Keteladanan dijadikan sebagai metode dalam Islam karena
manusia memiliki kecenderungan untuk meniru seseorang baik
perbuatan maupun ucapan (Taklimudin and Saputra 2018:2).
2. Metode pembiasaan adalah metode yang membiasakan peserta
didik untuk melakukan sesuatu hal yang positif. Metode
pembiasaan ini harus dilakukan secara berulang ulang dan secara
rutin yang harus didamapingi oleh guru maupun orang tua agar
pembiasaan yang dilakukan bisa terarah. Dalam metode
pembiasaan juga mengajarkan peserta didik untuk mengembangkan
sikap disiplin. Contoh dari kegiatan pembiasaan adalah
membiasakan salat berjamaah, membiasakan peserta didik untuk
berdoa sebelum belajar, membiasakan peserta didik untuk
mengucapkan salam kepada siapa saja, membiasakan siswa untuk
antri sesuai antrian. Metode pembiasaan adalah metode yang paling
dirasa tepat untuk perkembangan peserta didik usia dini (Hasanah
and Munastiwi 2019).
3. Metode ceramah adalah metode dalam membentuk karakter peserta
didik dengan cerita-cerita yang mengandung nilai-nilai yang
positif. Metode ceramah atau bercerita ini bisa dijadikan bahan
untuk pembelajaran peserta didik. Biasanya kisah para Nabi
ataupun kisah yang mengajarkan hal yang positif hal ini bisa
sebagai motivasi untuk berbuat baik (Ridwan Abdullah, 2016:22).

E. Pendekatan Pembelajaran Bina Pribadi Islami


Pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang atau cara pandang
yang digunakan oleh guru atau sumber pembelajaran dalam proses
pendidikan. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang terhadap proses pembelajaran (Abdullah 2017). Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses

23
yang sifatnya masih sangat umum. Mencatat bahwa terdapat dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada
guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada
siswa (student-centered). Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction)(Hasriadi
2022), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan,
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran inkuiri dan discovery serta pembelajaran induktif. Istilah
pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang
sifatnya masih sangat umum. Berdasarkan kajian terhadap pendapat ini,
maka pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam
memandang suatu masalah atau objek kajian, yang akan menentukan arah
pelaksanaan ide tersebut untuk menggambarkan perlakuan yang diterapkan
terhadap masalah atau objek kajian yang akan ditangani.
Dalam studi Islam mencakup berbagai metode dan sudut pandang yang
digunakan untuk memahami dan mendalami ajaran Islam. Ada beberapa
pendekatan yang umumnya digunakan, antara lain pendekatan normatif,
deskriptif, filosofis, antropologi, sosiologis, dan teologi (Rahmadi 2023).
Pendekatan normatif menekankan pada aspek norma-norma dan adat
istiadat yang berlaku dalam ajaran Islam. Sementara pendekatan deskriptif
lebih netral dan memaparkan agama Islam apa adanya. Sehingga bisa
menanamkan kebiasaan yang baik dengan kearifan lokal yang ada (Fath
and Mabruri 2023). Pendekatan filosofis bertujuan untuk memahami
hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya, sedangkan
pendekatan antropologi memahami agama dengan cara melihat langsung
praktek apa saja yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Pendekatan sosiologis memahami hubungan sosial bermasyarakat atau
cara beradaptasi, dan pendekatan teologi memahami eksistensi Tuhan
secara baik. Dengan menggunakan berbagai pendekatan ini, studi Islam
dapat dilakukan secara komprehensif dan holistik, memungkinkan

24
pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran Islam dan dampaknya dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendekatan pembelajaran dalam Bina Pribadi Islam (BPI) dapat
mencakup beberapa metode, seperti pendekatan langsung dan tidak
langsung, pengenalan materi pembelajaran, diskusi kelompok, dan
pemberian tugas individu. Pendekatan langsung terjadi apabila pihak
pembina melakukan pembinaan melalui tatap muka dengan pihak yang
dibina atau dengan pelaksanaan program, sedangkan pendekatan tidak
langsung dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan atau supervisi
(Hasriadi 2022). Pengenalan materi pembelajaran meliputi topik seperti
akhlak, remaja, dan perilaku sehari-hari. Diskusi kelompok melibatkan
peserta didik dalam berbicara dan berbagi pikiran mengenai topik yang
dipelajari, sedangkan pemberian tugas individu bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan responsibilitas peserta didik dalam
mengembangkan kepribadian Islam. Fokus dalam kegiatan pembelajaran
adalah guru dan siswa. Tidak akan terjadi kegiatan pembelajaran apabila
kedua ini tidak ada. Berdasarkan hal tersebut, maka pendekatan dalam
pembelajaran secara umum dibagi menjadi dua yaitu pendekatan
pembelajaran berorientasi pada guru (teacher centered approaches) dan
pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa (student centered
approaches). Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh (Hasriadi
2022) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu
1. Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru (teacher centered
approaches). Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaitu
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar
dan kegiatan belajar bersifat klasik. Dalam pendekatan ini guru
menempatkan diri sebagai orang yang serba tahu dan sebagai satu-
satunya sumber belajar.
2. Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa (Student Centered
Approaches) Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah

25
pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai objek
belajar dan kegiatan belajar bersifat modern.
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa, manajemen, dan
pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada pendekatan ini siswa
memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreativitas dan
mengembangkan potensinya melalui aktivitas secara langsung sesuai
dengan minat dan keinginannya. dengan menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif .
Strategi dan pendekatan yang diterapkan dalam menjalankan misi dan
upaya mencapai tujuan pendidikan, dan diharapkan dapat mendukung
keefektifan penyelenggaraan sekolah, adalah (INDONESIA 2014) :
a. Mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif (biah solihah) dalam
dimensi keamanan, kesehatan, kebersihan, keindahan, suasana
kekeluargaan (ukhuwwah islamiyah), fasilitas belajar, dan beribadah,
b. Menerapkan aturan dan norma yang bersendikan nilai nilai Islam dalam
hal berperilaku, berutur kata, berpakaian, berinteraksi (muamalah),
makan dan minum serta perilaku lainnya yang lazim digunakan di
lingkungan sekolah,
c. Menerapkan pembelajaran yang efektif dengan memperkaya dan
meluaskan sumber belajar, meningkatkan interaksi yang stimulatif
melalui pendekatan dan metode yang menumbuhkan kemampuan
pemecahan masalah (problem based learning) dan dilakukan dalam
pendekatan kolaboratif dan kooperatif (cooperative dan collaborative
learning).
d. Mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
belajar dengan melakukan, mengembangkan kemampuan sosial,
mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah bertuhan,
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengembangkan
kreativitas peserta didik, mengembangkan kemampuan, menggunakan
ilmu dan teknologi, menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara

26
yang baik, belajar sepanjang hayat, perpaduan kompetisi, kerjasama dan
solidaritas.
e. Melakukan proses islamisasi dalam proses pembelajaran. Tujuan utama
Islamisasi adalah membentuk kesadaran dan pola pikir yang integral
dalam perspektif Islam. Peserta didik selalu diajak berpikir dan
memahami bahwa seluruh fenomena alam yang terbentang dan segala
permasalahan serta dinamika yang muncul tidak dapat dilepaskan dari
peran Allah SWT Yang Maha Bijaksana, Pencipta, Pemilik, Pemelihara
dan Pengatur alam raya. Dengan Islamisasi pembelajaran, diharapkan
terjadi hubungan emosional yang kuat antara objek bahasan, peserta
didik dan nilai-nilai Islam.
f. Memperkuat program pembinaan kesiswaan dengan kurikulum
pendamping (ko-kurikuler) dan kurikulum tambahan (ekstrakurikuler),
pembinaan kepemimpinan serta mengefektifkan pendekatan mentoring
(pengelompokkan siswa ke dalam grup grup pembinaan). Sekolah Islam
Terpadu memiliki standar pembinaan siswa, yang menekankan kepada
pembiasaan beribadah pelatihan kepemimpinan, kepedulian sosial
seperti tilawah Al Quran, menjaga wudhu, shalat, shaum, doa dan
dzikir, sodaqoh infaq, peduli dunia Islam, peduli mustadh'afin, berbakti
kepada orang tua (birrul wallidayın), peduli lingkungan dan
sebagainya.
g. Menjalin kemitraan yang efektif dengan berbagai pihak yang terkait,
terutama orang tua siswa dan masyarakat sekitar. Bersama orang tua,
para pendidik (guru) di Sekolah Islam Terpadu menjalin komunikasi
dan kerjasama yang kooperatif dalam upaya meningkatkan layanan
kepada siswa kuhsusnya, dan meningkatkan mutu pendidikan pada
umumnya. Menyamakan pemahaman dan persepsi terhadap visi, misi
dan tujuan Sekolah kepada seluruh orang tua siswa, sehingga terjadi
keselarasan dan kesinambungan antara pendidikan di sekolah dan di
rumah melalui jembatan komunikasi yang efektif. Mengefektifkan
majlis ta'lim (pengajian) guru dan orang tua setiap bulan.

27
h. Menyelenggarakan sekolah penuh waktu (full day school), dengan
waktu efektif setiap hari selama delapan jam, sejak jam 07.30 sampai
dengan jam 15. 30. Dengan waktu yang lebih panjang, pendidikan
agama dan pembinaan siswa mendapat keleluasaan yang cukup.
Sekolah penuh waktu menjadi salah satu ciri khas SIT yang menjadi
daya tarik sebagian orang tua siswa yang menginginkan putera puteri
mereka berada lebih lama dalam lingkungan dan suasana pendidikan.
i. Memastikan Kepala Sekolah dan guru memiliki visi, misi, sergangat
dan pemikiran (ghiroh dan faroh) serta sikap dan perilaku yang sejalan
dengan falsafah, nilai, visi dan misi pendirian SIT. Menerapkan proses
seleksi dan rekrutmen Kepala Sekolah dan guru dengan standar
penilaian yang ketat yang meliputi pemikiran, sikap/moral dan perilaku
sesuai dengan ajaran Islam bagi para guru, Setiap proses rekrutmen
guru dilakukan dengan mengutamakan penyebaran informasi melalui
jaringan dan rekomendasi dari komunitas yang sudah dikenali dan
dipercaya oleh penyelenggara sekolah.
j. Memberlakukan tata tertib, norma dan etika yang dibuat bersandar
kepada etika dan nila Islami (akhlak mulia) dan kepatutan sosial.
Memberikan sanksi dan hukuman yang tegas kepada siapapun tenaga
pendidik atau tenaga kependidikan yang melanggarnya.

F. Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian yang terdahulu menjadi rujukan Skripsi yang memiliki
kaitan dengan penelitian Implementasi kegiatan pembiasaan bina pribadi
islam sebagai upaya penguatan pendidikan karakter di SDIT TAWAKKAL
tahun 2023/2024 adalah;
1. Pertama, yakni penelitian yang disusun oleh Distalia Rahayu 2019 yang
berjudul Implementasi Program Bina Pribadi Islam (BPI) pada peserta
didik dalam membina akhlak anak di SDIT Permata Bunda III Bandar
Lampung Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ahlak
peserta didik yang ada di SDIT Bunda III Bandar Lampung dan untuk

28
mengetahui pelaksanaan Bina Pribadi Islam di SDIT Bunda III Bandar
Lampung. Diketahui bahwa keberhasilan terhadap pembentukan
karakter akhlak kepada Allah SWT akhlak terhadap sesame sudah baik.
Implementasi Bina Pribadi Islam sudah sangat baik sehingga bisa
dikatakan program Bina Pribadi Islam di SDIT Bunda III Bandar
Lampung sudah sangat baik dan berhasil.
2. Penelitian yang disusun oleh Tasya Dina Maurisa 2023 Implementasi
program Bina Pribadi Islami (BPI) di SDIT Taqiyya Rosyida Kartasura
Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2022/2023 Tujuan dari penelitian
ini adalah mengetahui dan mendeskipsikan implementasi program Bina
Pribadi Islami (BPI) di SDIT Taqiyya Rosyida Kartasura Kabupaten
Sukoharjo Tahun Ajaran 2022/2023. Diketahui bahwa program Bina
Pribadi Islam yang ada di SDIT Taqiyya Rosyida Kartasura Kabupaten
Sukoharjo menggunakan tiga metode yang pertama metode keteladanan
kedua metode pembiasaan yang ketiga nasihat.
3. Penelitian yang disusun oleh Rama Dina Selafiana 2023 Internalisasi
Karakter Religius Melalui Metode Pembiasaan Kegiatan Keagamaan
Pada Siswa Kelas V di SDIT Ar-Rohmah Gentong Paron Ngawi Tahun
Ajaran 2022/2023 Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tentang
pelaksanaan kegiatan internalisasi karakter religius, mengetahui nilai-
nilai karakter religius, mengetahui faktor pendukung dan penghambat
melalui pembiasaan kegiatan keagamaan pada siswa kelas v di SDIT
Ar-Rohmah Gentong Paron Ngawi Tahun ajaran 2022/2023. Diketahui
hasil penelitian ini kegiatan pembiasaan sudah berjalan dengan baik
walaupun belum sesuai dengan harapan. Nilai Nilai karakter religius
yang diinternalisasi melalui pembiasaan keagamaan seperti tanggung
jawab, religius, kerukunan. Terdapat faktor pendukung dan penghambat
dalam pelaksanaan kegiatan ini.

29
G. Kerangka Berpikir
Berbagai permasalahan yang muncul di dalam dunia pendidikan masa
sekarang ini, hal ini dikarenakan masih kurangnya perhatian terhadap
pendidikan karakter di Indonesia yang mengakibatkan berbagai masalah.
Dengan adanya permasalahan yang terjadi sekolah dan pemerintah berupaya
untuk membuat berbagai program pendidikan karakter. Islam sangat
mengutamakan pendidikan karakter karena pendidikan karakter ini sangat
penting. Banyak lembaga pendidikan yang sudah gencar menggalakkan
berbagai program pendidikan karakter namun juga masih banyak yang belum
bisa menanamkan karakter dan akhlak secara baik. Penyebab masih
banyaknya sekolah yang belum bisa menerapkan secara baik pendidikan
karakter ini adalah masih belum dirancang secara terstruktur sehingga masih
alakadarnya hal ini menimbulkan keberhasilan pendidikan karakter ini tidak
terwujud.
Sekolah Islam terpadu adalah lembaga pendidikan formal yang
mengajarkan para siswa proses belajar mengajar. Sekolah Islam terpadu ini
adalah sekolah yang mengkombinasikan kegiatan belajar secara umum dan
kegiatan pembelajaran secara Islami yang sudah terpadu kurikulum yang
terstruktur dan terintegrasi. Dengan demikian peserta didik akan mendapatkan
pembelajaran secara umum dan secara Islami yang lebih mendalam
dibanding dengan sekolah umum yang lainya. Jaringan Sekolah Islam
Terpadu merupakan lembaga sekolah yang mewajibkan adanya program Bina
Pribadi Islam. Bina Pribadi Islam sendiri adalah program yang sudah
terstruktur untuk menanamkan dan membentuk perilaku dan karakter Islami
kepada peserta didik terukur dan terarah sesuai dengan pedoman Islam yaitu
Al-Quran dan Al-Sunnah. Dilakukanya program bina pribadi islam ini
diharapkan dapat membentuk dan menanamkan karakter islami pada peserta
didik sehingga membawa dampak positif. Maka bina pribadi islam ini sebagai
upaya untuk membina dan membentuk karakter islami yang sesuiai dengan
nilai-nilai yang terkadung dalam Al-Quran dan Al-Sunnah sehingga bisa

30
diterapkan secara nyata berupa perilaku sikap dan sopan santun dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Pembiasaan Bina Pribadi Islam Sebagai Upaya Penguatan Pendidikan Karakter


di SDIT Tawakkal

Fokus Penelitian

Pembiasaan Bina Penguatan Pendidikan


Pribadi Islam Karakter

31
Metode Pengumpulan Data

Observasi Wawancara Dokumentasi

Analisi Data

Kesimpulan dan
Saran

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, Penelitian


kualitatif digunakan untuk menggambarkan fenomana yang diamati secara
local, terkadang untuk mengembangkan hipotesis dan teori baru. Penelitian
kualitatif digunakan ketika sedikit yang diketahui tentang suatu topik atau
fenomena dan untuk menemukan atau mempelajari lebih lanjut tentang hal

32
tersebut (Johnson and Christensen 2014:48). Dalam pendekatan kualitatif ini
dilakukan dengan cara yang mendalam dan menyeluruh pendekatannya.
Penelitian kualitatif menyertakan usaha yang sangat penting, seperti
melakukan proses mengajukan berbagai pertanyaan, mengumpulkan berbagai
data yang spesifik dari partisipan, melakukan berbagai analisis data dari
khusus hingga data yang umum, prosedur-prosedur, serta mengartikan data
atau menafsirkan, menerjemahkan kerumitan suatu prosedur (Miles,
Huberman, and Saldaña 2014:1).
Jenis penelitian yang digunkan adalah penelitian Etnografi. Penelitian
etnografi adalah desain penyelidikan yang berasal dari antropologi dan
sosiologi di mana peneliti mempelajari pola perilaku, bahasa, dan tindakan
bersama dari kelompok budaya yang utuh secara alami pengaturan selama
periode waktu yang lama (Creswell and Creswell 2018:50). Dalam penelitian
kualitatif, observasi partisipan seringkali digunakan bersama dengan metode
kualitatif lainnya, seperti wawancara, seperti dalam etnografi tradisional
(Mack et al. 2005:15). Pengumpulan data sering melibatkan observasi dan
wawancara. Etnografi adalah jenis penelitian kualitatif yang sangat mendalam
tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah kelompok budaya,
dengan data diperoleh dari observasi sangat mendalam, wawancara, dan studi
dokumen. Penelitian ini akan memungkinkan peneliti untuk memahami
secara mendalam tentang pembiasaan bina pribadi Islami dan bagaimana hal
tersebut dapat mempengaruhi pendidikan karakter di SDIT.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam terpadu Tawakkal.
Alamat Sekolah Dasar Islam Terpadu Tawakkal ini adalah di Rt. 15 Rw.
07, Dusun. Dembo Lor, Desa. Ngadirojo, Kecamatan. Ngadirojo,
Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Peneliti memilih tempat
penelitian ini dikarenakan pada beberapa pertimbangan:

33
a. Peneliti memiliki jarak yang dekat dengan sekolah yang dijadikan
tempat penelitian.
b. Memudahkan peneliti untuk melakukan pengambilan data.
c. Belum pernah dijadikan tempat penelitian dengan tema Bina
Pribadi Islami sebagai penguat pendidikan karakter Islami.
Gambar 3.1 Tempat Penelitian

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada saat tahun ajaran 2023/2024,
selama 6 bulan, mulai bulan Januari sampai bulan Agustus 2024. Adapun
rincian penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

Uraian Bulan
No
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Studi awal

2 Penyusunan
Proposal

34
Seminar
3
Proposal

4 Perizinan

Validasi
5
Instrumen

Pengumpulan
6
Data

7 Analisis Data

Penyusunan
8 Laporan
Penelitian

Diseminasi
9 Hasil
Penelitian

Penyusunan
10
Laporan Akhir

C. Informen dan Objek Penelitian


1. Informen Penelitian
Adapun informan istilah ini digunakan pada penelitian yang berjenis
kualitatif, yang menjadi informan pada penelitian ini atau yang terlibat
adalah kepala sekolah, Koordinator PBI, dan peserta didik kelas V. Yang
menjadi kepala sekolah di SDIT Tawakkal adalah Ustadz Sogiran, S.Pd.
koordinator adalah Ustadz Sigit Ainun Nazib, S.Pd. Sedangkan peserta
didik kelas V yakni berjumlah 34 siswa.
2. Objek Penelitian
Objek yang diamati oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pembiasaan
Bina Pribadi Islami sebagai upaya penguatan pendidikan karakter di
SDIT Tawakkal.

35
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Creswell (2013:47) menyatakan bahwa prosedur-prosedur
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, meliputi 3 jenis strategi
yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Demikian pula halnya dengan
penelitian tentang efektivitas gerakan literasi sekolah untuk memperkuat
minat baca, cara atau teknik pengumpulan datanya dapat dilakukan
melalui:
a. Observasi
Observasi dalam penelitian adalah suatu cara untuk mengamati
perilaku orang dalam situasi tertentu untuk memperoleh informasi
tentang fenomena yang diminati. Pengamat harus berusaha untuk
tidak mengganggu agar tidak mempengaruhi apa yang sedang
diamati. Observasi adalah cara penting untuk mengumpulkan
informasi tentang orang karena orang tidak selalu melakukan apa
yang mereka katakana (Johnson 2014). Observasi dapat membantu
peneliti untuk mengumpulkan data observasi selain data laporan diri
seperti tes, kuesioner, wawancara, dan kelompok fokus. Sebuah
keuntungan dari observasi adalah kemampuan peneliti mencatat
secara aktual perilaku daripada mendapatkan laporan preferensi atau
perilaku yang diinginkan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh siswa, khususnya
siswa kelas V serta area di sekitar sekolah. Hal itu dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana karakter Islami yang telah diterapkan.
b. Wawancara
Teknik wawancara adalah cara untuk mengumpulkan data di mana
seorang pewawancara menanyakan pertanyaan kepada peserta
penelitian (Johnson 2014). Data dikumpulkan dari jawaban yang
diberikan oleh peserta penelitian. Wawancara dapat dilakukan secara
langsung tatap muka atau melalui telepon. Artinya penulis
mempersiapkan instrument berupa daftar pertanyaan secara

36
sistematis, sebagai pedoman di dalam melakukan kegiatan
wawancara. Terdapat 3 jenis wawancara yang lazim digunakan
dalam pengumpulan data, yaitu wawancara terstruktur, wawancara
semiterstruktur, dan wawancara tak berstruktur. Wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur.
Wawancara semi-terstruktur melibatkan penggunaan beberapa
pertanyaan pra-dirumuskan, tetapi tidak ada ketaatan kepada mereka
(Myers 2014:137). Pertanyaan baru mungkin muncul selama
percakapan, dan improvisasi tersebut didorong . Namun, ada
beberapa konsistensi di wawancara, mengingat bahwa pewawancara
biasanya dimulai dengan serangkaian pertanyaan yang sama.
Adapun kegiatan wawancara, akan dilakukan dengan Kepala
Sekolah, Koordinator program BPI, Guru pendamping program BPI
dan beberapa peserta didik kelas V SDIT Tawakkal.
c. Dokumentasi
Peneliti membuat catatan lapangan tentang perilaku dan aktivitas
individu di lokasi penelitian dan mencatat pengamatan, (Creswell
2018:333). Dalam hal ini Peneliti juga melakukan studi dokumen
atau yang berasal dari data sekunder sebagai sumber data tertulis,
dengan cara menganalisa terhadap beberapa studi kepustakaan yang
pernah dilakukan terkait dengan topik penelitian (Bina Pribadi Islami
untuk membentuk karakter). Teknik pengumpulan data melalui data
sekunder ini diperoleh melalui literature, buku, jurnal, artikel,
maupun beberapa tulisan seputar program Bina Pribadi Islami dan
karakter yang dimuat di media sosial dan berbagai hasil penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan studi peneliti.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara,
dan dokumen. Maka instrumen yang digunakan pada penelitian yaitu
peneliti sendiri (human instrument). Peneliti bertindak sebagai instrumen
sekaligus pengumpul data primer dengan cara bertanya, mendengarkan,

37
mengamati, dan mengambil data penelitian, Creswell (2018:281).
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif bersifat mutlak, karena
peneliti harus berinteraksi dengan masyarakat sekolah dalam proses
penelitian berlangsung. Sedangkan Alat pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan handphone sebagai alat dokumentasi, lembar
observasi, lembar wawancara, dan buku catatan.
3. Keabsahan Data
Bahwa keabsahan data dalam penelitian kualitatif sebagai usaha untuk
menilai akurasi dari berbagai temuan, sebagaimana yang dideskripsikan
dengan baik oleh peneliti dan partisipan. Pandangan ini juga
mengemukakan bahwa setiap laporan riset merupakan penyajian dari
peneliti. Salah satu strategi umum dalam metodologi penelitian kualitatif
beberapa dekade yang lalu adalah triangulasi, yang merupakan
pendekatan validasi untuk mencari konvergensi hasil dari berbagai
peneliti, metode, sumber data, dan perspektif teoritis (Johnson and
Christensen 2014). Teknik keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik triangulasi. Dalam triangulasi, para penulis
menggunakan beragam sumber, metode, peneliti, dan teori untuk
menyediakan bukti penguat.
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan beragam teknik
pengumpulan data, seperti wawancara, observasi, dan analisis dokumen,
(Creswell and Poth 2016). Selain digunakan untuk memeriksa keabsahan
data, triangulasi juga dilakukan untuk memperkaya data. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi
teknik. Triangulasi sumber yaitu peneliti melakukan pengecekan data
yang diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu 13 siswa kelas V, 1 guru
wali kelas V, 1 kepala sekolah SDIT Tawakkal. Triangulasi teknik
peneliti gunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi. Data mengenai implementasi Bina Pribadi
Islami yang telah peneliti peroleh dari wawancara kemudian dicek
dengan hasil observasi dan dokumentasi.

38
4. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dilakukan beberapa langkah analisis
data. Analisis data ada tiga alur kegiatan yaitu data reduction, data
display, dan conclusing drawing/verification Miles and Huberman,
(2014: 16). Data dianalisis menggunakan cara; triangulasi yang terdiri
dari reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Data yang diperoleh
dari observasi dan wawancara kemudian dilakukan analisis untuk
mendapatkan hasilnya, maka perlu dilakukan reduksi data, penyajian
data, dan kesimpulan. Ketiga analisis data tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Analisis data (Huberman, Miles, and Saldana 2014)
Bagan 3.1 Triangulasi

Adapun langkah-langkah analisis Data (Huberman et al. 2014) yaitu:


a. Data Reduction (Reduksi Data) adalah merangkum, mencari hal-hal
yang penting atau inti, dan fokus terhadap hal-hal yang paling urgen,
mencari pola dan temanya, sehingga datanya yang kemudian sudah
melalui proses reduksi akan sangat terlihat dengan jelas. Tahap ini
berlangsung terus menerus sejalan pelaksanaan penelitian
berlangsung. Dimaksudkan untuk lebih menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak
diperlukan dan mengorganisasikannya.
b. Data Display (Penyajian Data) adalah setelah proses data direduksi,
langkah selanjutnya adalah mendisplay sebuah data yang dalam jenis

39
penelitian kualitatif serta menyajikan sebuah data dalam bentuk
seperti uraian yang singkat, bagan, dan hubungan antar kategori,
flowchart atau sejenis.
c. Conclusion Drawing/Verification langkah ketiga dalam analisis data
kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu
kesimpulan di awal yang kemudian sifatnya masih sementara, dan
kemudian bisa berubah apabila tidak menemukan bukti-bukti kuat
yang mendukung untuk ke tahap pengumpulan sebuah data berikut.
Kesimpulan apabila telah ditemukan di periode tahap awal dan
kemudian didukung dengan bukti-bukti yang dianggap valid dan
juga konsisten pada saat para peneliti kembali observasi ke lapangan
kumpulkan data, maka kesimpulan tersebut dianggap sangat
kredibel.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Asep, and Isop Syafe’i. 2020. “Implementasi Pendidikan Karakter


Religius Di SMP Hikmah Teladan Bandung.” Jurnal Pendidikan Agama
Islam 17(1):17–30. doi: 10.14421/jpai.2020.171-02.
Abdullah. 2017. “PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN YANG

40
MENGAKTIFKAN SISWA.” Edureligia 1(1):45–62.
Agra, Hanif. 2021. “Implementasi Program Bina Pribadi Islami (BPI) Dalam
Membentuk Karakter Peserta Didik.” Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan
3(5):2268–76.
Aisah, Siti. 2019. “Peranan Mentor Bina Pribadi Islam Dalam Meningkatkan
Kecerdasan Spiritual Siswa Kelas Viii Smp It Bina Insani Metro Tahun
Pelajaran 2018/2019.”
Amalia Yunia Rahmawati. 2020. “Pelaksanaan Kegiatan Bina Pribadi Islami
Dalam Pembinaan Karakter Peserta Didik Di SMP IT Alam Ar-Royyan
Padang.” 4(July):1–23.
Anshori, Isa. 2017. “Penguatan Pendidikan Karakter Di Madrasah.” Halaqa:
Islamic Education Journal 1(2):63–74. doi: 10.21070/halaqa.v1i2.1243.
Apiyani, Ani. 2022. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Madrasah.” JIIP -
Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 5(2):505–11. doi: 10.54371/jiip.v5i2.445.
Creswell, John W., and J. David Creswell. 2018. Research Design Qualitative,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches. SAGE Publications, Inc.
Creswell, John W., and Cheryl N. Poth. 2016. Qualitative Inquiry and Research
Design: Choosing among Five Approaches. Sage publications.
Dewi, Miftah Kusuma. 2020. “Pembentukan Karakter Islami Melalui Budaya
Religius (Studi Kasus Di MI Al Huda Kedonglo Ngronggot Nganjuk.”
Global Health 167(1):1–5.
Elihami, Elihami, and Abdullah Syahid. 2018. “Penerapan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Pribadi Yang Islami.”
KASTA : Jurnal Ilmu Sosial, Agama, Budaya Dan Terapan 2(3):148–59. doi:
10.58218/kasta.v2i3.408.
Eva Diana, Br Sinulingga. 2022. “Urgensi Integrasi Ilmu Sebagai Upaya
Menumbuhkan Karakter Islami Dalam Proses Pembelajaran.” Book Chapter
of Proceedings Journey-Liaison Academy and Society 1(1):189–95.
Fadliyani, Fani, Yosep Farhan Dafik Sahal, and Muhamad Aris Munawar. 2021.
“Implementasi Bina Pribadi Islam (BPI) Dalam Membina Akhlak Peserta
Didik Di Sekolah Dasar Inspiratif Al-Ilham Kota Banjar.” Bestari | Jurnal
Studi Pendidikan Islam 17(2):165. doi: 10.36667/bestari.v17i2.512.
Fahruddin, Mukhlis. 2023. Pola Pendidikan Karakter Religius Melalui Islamic
Boarding School Di Indonesia. Pustaka Peradaban.
Fath, Ayatullah Muhammadin AL, and Zuniar Mabruri. 2023. “Pembelajaran IPS
Di SD Negeri Pendem II Untuk Menumbuhkan Kearifan Lokal Melalui
Wisata Gunung Kemukus.” Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An 9(2):131–

41
44. doi: 10.30738/trihayu.v9i2.13339.
Fatimah Zuhra, and Usfur Ridha. 2021. “Diskursus Pendidikan Karakter Di
Perguruan Tinggi Dalam Pandemi Covid-19.” Jurnal Riset Dan Pengabdian
Masyarakat 1(1):1–11. doi: 10.22373/jrpm.v1i1.618.
Hasanah, Fitria Fauziah, and Erni Munastiwi. 2019. “Pengelolaan Pendidikan
Karakter Religius Melalui Metode Pembiasaan Di Taman Kanak-Kanak.”
Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini 4(1):35–46.
doi: 10.14421/jga.2019.41-04.
Hasriadi. 2022. STRATEGI PEMBELAJARAN.
Hidayah, Yayuk, Yoga Ardian Feriandi, and Exwan Andriyan Verry Saputro.
2019. “Transformasi Kearifan Lokal Jawa Dalam Pendidikan Karakter
Sekolah Dasar.” AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam 6(1):50–61.
Huberman, A. Michael, Mattew B. Miles, and Johnny Saldana. 2014. “Qualitative
Data Analysis a Methods Sourcebook.”
INDONESIA, JSIT. 2014. STANDAR MUTU KEKHASAN SEKOLAH ISLAM
TERPADU.
Johnson, R. Burke. 2014. Educational Research: Quantitative, Qualitative, and
Mixed Approaches.
Johnson, R. Burke, and Larry Christensen. 2014. Educational Research:
Quantitative, Qualitative, and Mixed Approaches.
Kamaruddin, Erdawaty. 2017. “Penerapan Sistem Penilaian Berbasis Penalti
Untuk Membentuk Karakter Jujur, Mandiri, Dan Tanggung Jawab Siswa
SMA Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.” PINTER : Jurnal Pendidikan
Teknik Informatika Dan Komputer 1(2):101–15. doi: 10.21009/pinter.1.2.3.
Karmila, Wati, and Uci Tarmana. 2021. “Penanaman Nilai-Nilai Karakter Islami
Melalui Program Bpi (Bina Pribadi Islam) Di Smpit Al Khoiriyah Garut.”
Al-Hasanah : Islamic Religious Education Journal 6(1):88–96. doi:
10.51729/6133.
Kemdikbud. 2019. “Konsep Dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter
Tingkat Sekolah Dasar Dan Sekolah Menengah Pertama.” Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia (jakarta):8.
Kurniawaty, Imas, Purwati Purwati, and Aiman Faiz. 2022. “Penguatan
Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air.” Jurnal Education and Development
10(3):496–98.
Mack, Natasha, Cynthia Woodsong, Kathleen M. Macqueen, Greg Guest, and
Emily Namey. 2005. Qualitative Research Methods: A DATA
COLLECTOR’S FIELD GUIDE.

42
Miles, Matthew B., A. Michael Huberman, and Johnny Saldaña. 2014. Qualitative
Data Analysis a Methods Sourcebook.
Mustafa, MA. 2022. “Pendidikaan Karakter Dalam Perspektif Islam.” JURNAL
AZKIA : Jurnal Aktualisasi Pendidikan Islam 15(2):64–82. doi:
10.58645/jurnalazkia.v15i2.13.
Mustofa, Idam. 2021. “Landasan Pendidikan Islam (Telaah Kebijakan Standar
Nasional Pendidikan).” Asosiasi Dosen Tarbiyah 1(2):24–33.
Mustoip, Sofyan. 2018. Implementasi Pendidikan Karakter Sofyan Mustoip
Muhammad Japar Zulela Ms 2018.
Myers, D. Michael. 2014. “Research Methods, Design, and Analysis.” Araştırma
Yöntemleri Desen ve Analiz 217–49.
Pristiwanti, Desi, Bai Badariah, Sholeh Hidayat, and Ratna Sari Dewi. 2022.
“Jurnal Pendidikan Dan Konseling.” Jurnal Pendidikan Dan Konseling
4(1980):1349–58.
Putra, Purniadi, Suhartini, and Arnadi. 2021. “Internalisasi Guru Pendidikan
Agama Islam Pada Dasar Negeri Internalization of Islamic Education
Teachers on the Character Value and the National Culture In.” AULADUNA:
Jurnal Pendidikan Dasar Islam 8(2):232–41.
Rahmadi. 2023. “Metodologi Penelitian Agama Berbasis 4 Pilar Filosofi
Keilmuan.” 212.
Rahman, Mohamad S, Institut Agama, Islam Negeri, Institut Agama, Islam
Negeri, Institut Agama, and Islam Negeri. 2022. “Implementasi Program
Bina Pribadi Islam ( BPI ) Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Peserta
Didik Di SMP Islam Terpadu Harapan Bunda Manado Rivai Bolotio
Rukmina Gonibala Sriwahyuni Puluhulawa Pendahuluan Kesuksesan Serta
Kemajuan Suatu Bangsa Dan Negar.” 16:118–33.
Rahman, Mohamad Syakur, Rivai Bolotio, Rukmina Gonibala, and Sriwahyuni
Puluhulawa. 2022. “Implementasi Program Bina Pribadi Islam (BPI) Dalam
Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik Di SMP Islam Terpadu
Harapan Bunda Manado.” Jurnal Ilmiah Iqra’ 16(1):118. doi:
10.30984/jii.v16i1.1910.
Sahroni, Dapip. 2017. “Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Formal.” Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Batang 1(1):115–24.
Suprobo, I., and F. Sari. 2023. “Penerapan Dan Penguatan Karakter Religius
Melalui Kegiatan Bina Pribadi Islami Di Sd Islam Terpadu Ihsanul Fikri 1.”
Jurnal Pendidikan Dasar 4(1):96–103.
Syarifuddin, H. 2021. “Hakikat Pendidik.” ANSIRU PAI : Pengembangan Profesi

43
Guru Pendidikan Agama Islam 5(1):26. doi: 10.30821/ansiru.v5i1.9792.
Unayah, Nunung. 2017. “Gotong Royong Sebagai Modal Sosial Dalam
Penanganan Kemiskinan.” Sosio Informa 3(1).
Wakhyudi Yukhsan, Wibisono Yusup. 2018. “PENGUATAN KARAKTER
ISLAMI ANAK MELALUI CERITA.” 9(2).
Wasit, Aulawi. 2019. “EFEKTIVITAS PROGRAM BINA PRIBADI ISLAMI
DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP ISLAM
TERPADU AL-QUDWAH KABUPATEN MUSI RAWAS.” Duke Law
Journal 1(1):1–148.

44

Anda mungkin juga menyukai