Anda di halaman 1dari 50

STRATEGI GURU AQIDAH AKHLAK DALAM

MENGATASI KENAKALAN SISWA/I DI MIS


HUBBUL WATHON DESA SILAU MALAHA
KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN
SIMALUNGUN
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi

Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar S1

Dalam Ilmu Pendidikan Islam

OLEH

RANDI WARDANA
NPM/NIRM : 19.02.0004/019.03.1.1.1.I.0721

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM “UISU”

PEMATANG SIANTAR

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas berkat rahmat, taufik dan hidayah dan bimbingan-

Nya semata sehingga penulis dapat menyusun ini.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita, penghulu

umat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam. Yang telah menunjukan kepada

kita jalan keselamatan di dunia dan akhirat, yang syafaatnya senantiasa kita

harapkan, serta shalawat dan salam atas keluarga beliau, sahabat serta mereka yang

mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Banyak kendala dan hambatan yang dilalui penulis dalam penyusunan

proposal skripsi ini, akan tetapi dengan segala usaha yang penulis lakukan sehingga

semuanya itu dapat teratasi.

Dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala, penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi yang berjudul “STRATEGI GURU AQIDAH AKHLAK DALAM

MENGATASI KENAKALAN SISWA/I DI MIS HUBBUL WATHON DESA

SILAU MALAHA KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN”.

Penyusunan proposal skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat

penyusunan skripsi program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada program S1

Fakultas Tarbiyah di Sekolah Tinggi Agama Islam “UISU” Pematang Siantar dan
selanjutnya proposal ini sebagai pertimbangan pihak terkait untuk dilanjutkan

kebentuk skripsi.

Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini,

oleh karena itu bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan

demu penelitian yang lebih baik.

Pematang Siantar, 20 Juli 2023

RANDI WARDANA
19.02.0004 /019.03.1.1.1.I.0721
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah......................................................................................4

C. Rumusan Masalah.........................................................................................4

D. Batasan Masalah............................................................................................5

E. Tujuan Penelitian...........................................................................................5

F. Manfaat Penelitian.........................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORITIS......................................................................7

A. Strategi Guru Aqidah Akhlak........................................................................7

1. Pengertian Strategi Guru Aqidah Akhlak..................................................7

2. Tujuan Strategi Guru Aqidah Akhlak.....................................................10

3. Manfaat Strategi Guru Aqidah Akhlak...................................................11

B. Kenakalan Siswa.........................................................................................12

1. Pengertian Kenakalan Siswa..................................................................12

2. Jenis-jenis kenakalan siswa....................................................................14

3. Macam-macam bentuk kenakalan siswa................................................15

4. Faktor-faktor penyebab kenakalan siswa...............................................21

5. Macam-macam Strategi pemecahan masalah kenakalan siswa ............24


6. Faktor pendukung dan penghambat strategi guru aqidah akhlak dalam

mengatasi kenakalan siswa........................................................................28

C. Penelitian Terdahulu.....................................................................................30

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................32

A. Jenis Penelitian...........................................................................................32

B. Kehadiran Peneliti......................................................................................32

C. Lokasi Penelitian dan Objek penelitian......................................................33

D. Sumber Data...............................................................................................33

E. Instrumen Penelitian...................................................................................34

F. Teknik Analisis data...................................................................................35

G. Pengecekan Keabsahan Temuan................................................................37

H. Sistematika Pembahasan............................................................................39

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional yang dilaksanakan di Indonesia merupakan upaya

pemerintah untuk membentuk masyarakat indonesia yang berkualitas tinggi jasmani

maupun rohani. Dalam hal ini diharapkan agar masyarakat Indonesia memiliki

pengetahuan yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur yang di imbangi dengan

keimanan dan ketakwaan kepada ALLAH SWT.

Berbicara masalah pendidikan berarti menyangkut kehidupan masa depan

suatu bangsa karena kualitas suatu bangsa sangat di tentukan oleh faktor pendidikan.

Pendidikan Agama Islam menempati posisi yang sangat strategis dalam

pembangunan karakter bangsa.Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu

dilakukan untuk meningkatkan kualitas selain aspek-aspek lainnya.

Perwujudan masyarakat berkualitas merupakan tanggung jawab

pendidikan.Terutama dalam mengantar para peserta didik menuju perubahan-

perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup

mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dengan pendidikan diharapkan akan

terbentuk generasi muda yang kreatif, inovatif, mempunyai pengetahuan dan berbudi

pekerti yang luhur sehingga mereka mampu untuk berkompetisi dalam kehidupan

globalisasi seperti sekarang ini sesuai dengan tuntutan masyarakat.


Mata pelajaran aqidah akhlak dapat menjadi sarana ilmu pendidikan

keimanan, ketakwaan yang tercermin dalam ketaatan beribadah dan tingkah laku atau

akhlak karimah dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Sikap dan tingkah laku siswa dalam Pendidikan Agama Islam termasuk

materi akhlak. Masalah pembinaan sikap dan tingkah laku anak, sangat di usahakan

sedini mungkin karena pada usia tersebut merupakan usia yang sangat baik untuk

mendidik dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak. Membentuk sikap dan

kepribadian siswa, baik oleh orang tua di rumah maupun oleh guru di sekolah

khususnya dalam pembinaan di sekolah guru bisa melakukannya dengan menerapkan

disiplin pribadi, artinya menerapkan di dalam pribadi mereka sikap-sikap yang baik

dan normatif. Di samping itu juga yang paling dominan dalam pembinaan moral,

pembentukan sikap dan tingkah laku adalah melalui bidang studi aqidah akhlak.

Secara teoritis bidang studi aqidah akhlak sangat efektif untuk itu, karena

materi yang diajarkan dalam bidang studi ini cukup mengarah kepada pembinaan

moral. Pembentukan kepribadian serta pembinaan moral siswa di MIS HUBBUL

WATHON KABUPATEN SIMALUNGUN bukanlah merupakan tugas guru secara

mutlak, akan tetapi ini merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua. Namun

peranan guru, terutama guru aqidah akhlak sangat berpengaruh terhadap

pembentukan sikap dan kepribadian, serta pembentukan moral siswa karena guru

aqidah akhlak merupakan pendidik yang berada di lingkungan sekolah fungsinya

sebagai pembawa amanat orang tua dalam mendidik anak mereka.


Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh pengetahuan

dan pengembangan berbagai kemampuan.Oleh karena itu pengajaran dan bimbingan

di sekolah adalah usaha yang bersifat sadar, dengan sistematis terarah pada perubahan

tingkah laku siswa. Perubahan moral dapat terjadi melalui proses bimbingan guru dan

lingkungan sekitarnya.

Upaya pembelajaran Aqidah Akhlak di sekolah diharapkan dapat

menumbuhkembangkan kesalehan pribadi dan kesalehan sosial agar pendidikan

agama tidak melahirkan intoleransi di kalangan siswa dan masyarakat Indonesia,

melemahkan kerukunan umat beragama serta persatuan dan kesatuan bangsa. Karena

tujuan pendidikan agama Islam bukan hanya untuk membina seorang muslim yang

baik, tetapi juga untuk membentuk kerukunan umat beragama. Sebagaimana landasan

pandangan seorang muslim disebutkan dalam Al- Qur’an surah shad ayat 29 yang

berbunyi;

‫ِكَتاٌب َأْنَز ْلَناُه ِإَلْيَك ُمَباَر ٌك ِلَيَّد َّبُروا آَياِتِه َو ِلَيَتَذَّك َر ُأوُلو اَأْلْلَباِب‬

Artinya:

“Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka

menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat

pelajaran.”1

1
Departemen Agama RI,Alquran dan Terjemahnya ,(Semarang: Toha Putra, 2007),h.323
Kenakalan siswa di MIS HUBBUL WATHON Kabupaten Simalungun

sebagai bentuk pengalihan perhatian, selain itu juga dapat menghilangkan konflik

batin sehingga menimbulkan kurang disiplin terhadap peraturan-peraturan yang

berlaku di sekolah, di mana siswa sering mengalami perilaku menyimpang

dikarenakan proses sosialisasi yang lambat baik dalam keluarga maupun teman

sepergaulannya. Dengan demikian, siswa tersebut akan cenderung meniru dan

melakukan apa yang ada di lingkungannya seperti kurang hormat kepada guru dan

karyawan di mana siswa sering acuh tak acuh terhadap keberadaan guru dan

karyawan di sekolah, berkelahi, membolos, mencuri, berpakaian tidak rapi, membawa

benda tajam, bahkan merokok di sekolah pada jam istirahat. Sehingga aturan dan tata

tertib yang berlaku di sekolah tersebut tidak lagi dipatuhi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ,maka identifikasi masalah dalam penelitian ini

yaitu :

1. Kurangnya tingkat kepatuhan terhadap guru dan teman dalam kegiatan

belajar mengajar dikelas

2. Kurangnya perilaku disiplin siswa pada saat mengikuti upacara bendera.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa/i di MIS HUBBUL WATHON

Desa Silau Malaha Kabupaten Simalungun ?


2. Bagaimana faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan siswa ?

3. Bagaimana strategi guru aqidah akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa di

MIS HUBBUL WATHON Desa Silau Malaha Kecamatan Siantar

Kabupaten Simalungun ?

D. Batasan Masalah

Penelitian ini membahas tentang strategi pembelajaran guru pendidikan

agama islam dalam mengatasi kenakalan dan faktor yang menyebabkan kenakalan di

MIS HUBBUL WATHON Kabupaten Simalungun.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk kenakalan siswa yang dapat

merugikan dirinya dan sekolah.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan siswa

disekolah

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam

mengatasi kenakalan siswa.

F. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan mengambil kebijakan dalam mengantisipasi

adanya kenakalan siswa.

2. Sebagai bentuk pengembangan dan memperluas cakrawala berpikir ilmiah

bagi penulis dalam penelitian untuk menyusun karya ilmiah dalam bentuk

skripsi.
3. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi buat peneliti selanjutnya yang ingin

dan bermaksud mengadakan penelitian yang sesuai dengan judul skripsi

penelitian ini untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Strategi Guru Aqidah Akhlak

1. Pengertian Strategi Guru Aqidah Akhlak

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat

apabila menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan

masyarakat sekelilingnya. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya,

meningkatkan pengetahuannya, memberikan arahan dan dorongan kepada anak

didiknya, dan bagai mana cara guru berpakaian dan bicara serta bergaul baik dengan

siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, juga sering menjadi perhatian

masyarakat luas.

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi seorang guru harus “memahami,

menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesinya, yakni sikap

keprofesional keguruan terhadap : 1) Peraturan Perundang-undangan, 2) Organisasi

Profesi, 3) Teman Sejawat, 4) Anak didik, 5) Tempat kerja, 6) Pemimpin, 7)

Pekerjaan.2

Pendidikan dinyatakan oleh John Dewey yang dikutip oleh H. M. Arifin yaitu

sebagai “Suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental ,baik yang

2
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 43
menyangkut daya pikir (Intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju

kearah tabiat manusia”.3

Sebagaimana hal tersebut terdapat didalam Al-Qur’an surah Al-mujadalah

ayat 11 :

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَذ ا ِقيَل َلُك ْم َتَفَّسُحوا ِفي اْلَم َج اِلِس َفاْفَس ُحوا َيْفَس ِح ُهَّللا َلُك ْم ۖ َو ِإَذ ا ِقيَل اْنُشُز وا َفاْنُشُز وا‬
‫َيْر َفِع ُهَّللا اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِم ْنُك ْم َو اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِع ْلَم َد َر َج اٍتۚ َو ُهَّللا ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َخ ِبيٌر‬

Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.”

Disisi lain ada beberapa kemampuan yang mesti dimiliki oleh seorang guru

profesional dalam proses pembelajaran disekolah sebagai berikut:

a. Kemampuan menguasai bahan

b. Kemampuan mengelola program belajar mengajar

c. Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar

3
H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Askara, 2012), h. 3
d. Kemampuan mengunakan media atau sumber dengan pengalaman belajar

e. Kemampuan mengunakan landasan-landasan kependidikan dengan

pengalaman belajar

f. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar dengan pengalaman

mengajar

g. Kemampuan menilai prestasi peserta didik dengan pengalaman belajar

h. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan

penyuluhan dengan pengalaman belajar

i. Kemampuan mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah dengan

penglaman belajar

j. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil- hasil

penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.4

Aqidah adalah suatu yang di anut oleh manusia dan diyakininya, Aqidah

merupakan pondasi utama dalam ajaran Islam. Karena itu merupakan dasar-dasar

pokok kepercayaan atau keyakinan seseorang yang wajib di milikinya untuk

dijadikan pijakan dalam segala sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.5

Guru Aqidah Akhlak adalah guru yang memiliki tugas pokok mendidik dan

mengamalkan ilmu-ilmu berkaitan dengan akhlak, kepribadian dan karakter.

4
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendidikan Sistem, (Jakarta: Bumi
Askara, 2008), h. 52-58
5
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 110-111
Strategi guru aqidah akhlak adalah suatu cara untuk bertindak dalam

melakukan sesuatu, dan mendidik dan mengamalkan ilmu-ilmu yang berkaitan

dengan akhlak, kepribadian, dan karakter demi memperoleh keberhasilan dalam

mencapai tujuan tertentu. Dalam dunia pendidikan, strategi juga sangat diperlukan

dalam suatu rangkaian kegiatan agar tercapainya suatu tujuan pendidikan yang

diinginkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum guru Aqidah

Akhlak adalah mereka yang mengajar pendidikan agama Islam baik di sekolah negeri

maupun swasta, baik tetap maupun tidak tetap. Mereka berperan sebagai guru dan

sekaligus pendidik dalam bidang agama Islam. Mereka tidak hanya melakukannya di

sekolah, tetapi mereka tetap melekat pada diri mereka sendiri bahkan di luar sekolah.

Hal ini karena guru akhlak akidah harus selalu memperhatikan sikap keteladanan

sehingga selalu dituntut untuk mengamalkan ajaran agama.

2. Tujuan Strategi Guru Aqidah Akhlak

Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah :

a. Mengoptimalkan pembelajaran pada aspek afektif.

Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang dalam konteks ini

adalah suatu konsep yang berbeda dalam pikiran manusia yang sifatnya

tersembunyi, tidak dalam dunia empiris. Pengoptimalan aspek afektif akan

membantu membentuk siswa yang cerdas sekaligus memiliki sikap positif


dan secara motorik terampil. Ini yang diharapkan dapat dihasilkan dari

penggunaan strategi secara aktif.

b. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran

Dalam proses belajar terkadang siswa bersifat pasif sehingga hanya

memperoleh kemampuan intelektual (kognitif) saja. Idealnya, sebuah proses

pembelajaran menghendaki hasil belajar yang seimbang antara aspek

kognitif, afektif dan psikomotor. Ketika berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran, siswa akan mencari sendiri pengertian dan membentuk

pemahamannya sendiri dalam pikiran mereka. Dengan demikian,

pengetahuan baru yang disampaikan oleh guru dapat diinterprestasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa tujuan strategi guru aqidah

akhlak yaitu merupakan komponen yang utama segala aktivitas guru dan siswa,

mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.hal ini sangat

penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh sebab itu, keberhasilan

suatu strategi dapat ditentukan dari keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan.

3. Manfaat Strategi Guru Aqidah Akhlak

a. Bagi siswa

1) Siswa terbiasa belajar dengan perencanaan yang disesuaikan dengan

kemampuan diri sendiri


2) Siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda dengan temannya, meski

ada juga pengalaman belajar yang sama

3) Siswa dapat memacu prestasi belajar berdasarkan kecepatan belajarnya

sendiri secara optimal

4) Terjadi persaingan yang sehat dalam mencapai hasil belajar yang efektif

dan efisien

5) Siswa dapat mencapai kepuasan jika dapat mencapai hasil belajar sesuai

dengan target yang telah di tetapkan.

6) Siswa dapat mengulang uji kompetensi (remidi) jika terjadi kegagalan

dalam uji kompetensi

7) Siswa dapat berkolaborasi dalam proses pembelajaran, sehingga

menumbuhkan tanggung jawab bersama dan tanggung jawab sendiri.

b. Bagi guru

1) Guru dapat mengelola proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang

efektif dan efisien

2) Guru dapat mengontrol kemampuan siswa secara teratur

3) Guru dapat mengetahui bobot soal yang di pelajari siswa pada saat

proses belajar mengajar dimulai

4) Guru dapat memberikan bimbingan kepada siswa, ketika siswa

mengalami kesulitan, misalnya dengan memberikan teknik

pengorganisasian materi yang dipelajari siswa, atau teknik belajar lain


5) Guru dapat membuat peta membuat peta kemampuan siswa, sehingga

dapat dipakai sebagai bahan analisis

6) Guru dapat melaksanakan program belajar akseleratif bagi siswa yang

mampu.6

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat memiliki strategi terbagi

menjadi dua yaitu manfaat bagi siswa antara lain siswa terbiasa merencanakan

pembelajaran, siswa memiliki pengalaman yang berbeda, siswa dapat merangsang

hasil belajar, adanya sehat kompetisi, dan siswa dapat memperoleh kepuasan, siswa

dapat mengulang tes profisiensi. Dan manfaat bagi guru adalah dapat mengatur

proses pembelajaran, guru memegang kendali, guru dapat mengetahui bobot soal,

guru dapat memberikan bimbingan kepada siswa, guru dapat memetakan kemampuan

siswa, dan guru dapat mengembangkan rencana percepatan belajar bagi siswa.

B. Kenakalan Siswa

1. Pengertian kenakalan siswa

Menurut Zakiah Daradjat kenakalan adalah “penyimpangan perilaku.”

Penyimpangan perilaku ini sebenarnya dilakukan karena siswa tidak mampu

mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, sebab pada dasarnya siswa itu

mempunyai sikap dan prilaku yang baik, akan tetapi karena banyaknya masalah

6
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta 2010)
h. 5
kadang-kadang siswa tidak sanggup untuk mengatasinya sehingga terjadi ketidak

sesuaiaan atau penyimpangan perilaku.

Menurut M. Gold dan J. Petronio yang dikutip oleh Sarlito W. Sarwono

mengemukakan bahwa kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum

dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri

bahwa jika perbuatannya itu sampai diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai

hukuman.7

Menurut Dr. Kusumanto, Kenakalan remaja adalah tingkah laku individu yang

bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang di anggap sebagai

acceptable dan baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu

masyarakat dan berkebudayaan.8

Dalam ilmu sosiologi disebutkan bahwa kenakalan peserta didik adalah

“semua perbuatan anak peserta didik (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan

ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama) yang ditujukan pada orang,

binatang, barang-barang yang di dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak

lain”.9

7
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 251
8
Sofyan S. Willis, Remaja & Masalahnya, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 89
9
Taufiqul Rohman Dhohiriri, dkk, Sosiologi 3 (Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat), Ghalia
Indonesia, 2007), h. 17
Berdasarkan berbagai tinjauan diatas maka dapat di simpulkan bahwa

kenakalan remaja atau siswa adalah merupakan perilaku atau perbuatan yang

menyimpang dari nilai-nilai moral maupun sosial yang melanggar norma hukum dan

menggangu ketrentraman orang lain karena mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

”adanya suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh anak sebagai siswa

sekolah, bertentangan dengan norma-norma agama dan hukum yang dapat merugikan

dirinya sendiri dan orang lain.

2. Jenis-jenis Kenakalan Siswa

Kenakalan siswa yang dimaksud disini adalah prilaku yang menyimpang dari

kebiasaan atau melanggar hukum, Jensen membagi kenakalan anak atau remaja ini

menjadi empat jenis, yaitu :

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti

perkelahian, perkosaan, perampokkan, pembunuhan, dan lain-lain.

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti : perusakan,

pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain :

pelacuran, penyalahgunaan obat.

d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak

sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orangtua


dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah merekadan

sebagainya.10

Tekanan teman sepermainan atau rekan yang selama masa remaja kadang-

kadang begitu banyak sehingga remaja terlibat dalam tindakan- tindakan anti sosial

berupa kenakalan remaja. Seringkali tindakan ini dilakukkan menerpa kepada anak-

anak di bawah umur. Ada dua kategori kenakalan remaja, yaitu:

a. Anak-anak yang melakukan kejahatan dan di hukum sesuai dengan aturan

hukum, seperti perampokan.

b. Anak-anak yang melakukan tindakan pidana yang biasanya tidak dianggap

sebagai kriminal, seperti membolos. Remaja laki-laki biasanya lebih

banyak melakukan aksi kenakalan dibandingkan dengan perempuan.

Kemungkinan siswa usia anak-anak menjadi remaja nakal lebih banyak

ditentukan oleh kurangnya pengawasan dari orang tua dan disiplin, ketimbang status

sosial ekonomi. Orang tua yang tidak mampu melakukan pengawasan dan

mengsosialisasikan disiplin diri dan menakar kemampuan diri biasanya menimbulkan

masalah bagi anak-anaknya dikemudian hari. Guru pun mestinya ikut mengajak anak

agar sebisa mungkin menghindari tindakan yang buruk.

3. Macam-macam Bentuk Kenakalan Siswa

10
Ibid., h. 256
Masalah kenakalan siswa adalah yang menjadi perhatian umum dimana saja,

baik masyarakat yang telah menjadi maju maupun dalam masyarakat yang primitive

sekalipun, karena kenakalan berakibat menggangu ketentraman orang lain.

Belakangan ini banyak guru-guru, orang tua, dan orang-orang yang sekitar mengeluh.

Anak-anak terutama remaja atau siswa banyak yang nakal, keras kepala, berbuat

keonaran, dan bnyak lagi ketentraman umum, gejala-gelaja itulah yang terdapat pada

siswa.

Adapun bentuk-bentuk kenakalan siswa yaitu:

a. Tidak patuh pada guru yakni tidak segan-segan menentang gurunya, apabila

tidak sesuai dengan alur pikirannya.

b. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi

ditempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen bermacam-macam

kedurjanaan dan tidak asusila.

c. Cara berpakaian yang tidak sopan atau tidak sesuai dengan peraturan yang

ada pada sekolah.

d. Kebut-kebutan di jalan yang menganggu keamanan lalu lintas, dan

membahayakan diri sendiri dan orang lain

e. Kecanduan dan ketagihan narkoba dan minuman keras yang erat

bergandengan dengan tindak kejahatan


f. Perjudian dan bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga

mengakibatkan kriminalitas.11

Perilaku menyimpang oleh siswa sering kali merupakan gambaran dari

gangguan tingkah laku siswa yang menurut Dadang Hawari yang di kutip oleh Aat

Syafaat, ditandai dengan tiga atau lebih kriteria dari gejala- gejala berikut ini:

a. Sering membolos.

b. Dikeluarkan atau di skors dari sekolah karena berkelakuan buruk.

c. Sering kali lari dari rumah atau minggat dan bermalam di luar rumahnya.

d. Selalu berbohong.

e. Berulang-ulang melakukan hubungan seks walaupun

hubungannya belum akrab.

f. Seringkali mabuk atau menyalahgunakan narkotika dan zat adiktif lainnya.

g. Sering kali mencuri.

h. Sering kali merusak barang milik orang lain

i. Prestasi di sekolah yang jauh di bawah taraf kemampuan kecerdasan (IQ)

sehingga berakibat tidak naik kelas.

j. Sering kali melawan otoritas yang lebih tinggi, seperti melawan guru atau

orang tua, melawan aturan-aturan di rumah atau di sekolah, serta tidak

disiplin.

k. Sering kali memulai perkelahian.


11
Kartini Kartono, Psikologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006) h.22
Beraneka ragam tingakah laku atau perbuatan siswa yang sering menimbulkan

kegelisahan dan permasalahan terhadap orang lain. Sering di kemukakan bahwa siswa

itu nakal, kenakalan itu sedemikian rupa mengesalkan, melelahkan, maupun

merugikan orang lain.

Menurut didik hermawan dalam buku yang berjudul aku sudah gede,

disebutkan bahwa bentuk kenakalan remaja/peserta didik dapat di bagi menjadi empat

macam, yaitu:

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain.

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi dipihak lain.

c. Kenakalan yang menimbulkan korban dipihak lain, seperti pelacuran,

penyalahgunaan obat, dan lain-lain.

d. Kenakalan yang melawan status, misalnya membolos sekolah.12

Sebagaimana yang dimaksud didalam hadis Muttafaq Alaih tentang kenakalan

anak-anak ataupun remaja

‫عن أنس بن مالك رضي هللا عنه أن النبي صلى هللا عليه وسلم أتي برجل قد شرب الخمر فجلده‬

‫ فقال عبد الرحمن بن‬,‫ فلما كان عمر استشار الناس‬, ‫ وفعله أبو بكر‬: ‫ قال‬, ‫بجريدتين نحو أربعين‬

) ‫ ( متفق عليه‬.‫ فأمر به عمر رضي هللا عنه‬, ‫ أخف الحدود ثمانون‬: ‫عوف‬.

12
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung : Pustaka Setia,2006), h. 98
Artinya :“Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., katanya: “Sesungguhnya

seorang lelaki yang meminum arak telah di hadapkan kepada Nabi SAW., kemudian

beliau memukulnya dengan dua pelepah kurma sebanyak empat puluh kali. Anas

berkata lagi, “hal tersebut juga dilakukan oleh Abu Bakar”. Ketika Umar meminta

pendapat dari orang-orang (mengenai hukuman tersebut), Abdurrhman bin Auf

berkata, “Hukuman yang paling ringan (menurut ketetapan Al-Qur’an) adalah

delapan puluh kali pukulan”. Kemudian Umar pun menyuruhnya demikian”.( HR.

Muttafaq ‘Alaih).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada berbagai bentuk kenakalan

yang bersifat universal. Manifestasi spesifik dari pelanggaran disiplin siswa termasuk

konfrontasi dengan guru, ketidakhadiran, pakaian yang tidak sesuai dengan peraturan

sekolah, taruhan dan perkelahian, dll. Dilihat dari perbuatan melawan hukum di atas,

semua itu berdampak buruk bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.

Aspek tersebut meliputi aspek yang melanggar aturan dan status, aspek yang

membahayakan diri sendiri dan orang lain, aspek yang menimbulkan kerugian

material, dan aspek yang menimbulkan kerugian fisik.

Bentuk-bentuk kejahatan yang diuraikan di atas biasanya dilakukan oleh siswa

pada saat senang, dalam masalah serius atau karena frustasi. Frustrasi adalah “suatu

proses yang membuat seseorang merasa ada hambatan dalam pemenuhan

kebutuhannya atau berpikir bahwa akan terjadi sesuatu yang menghalangi

keinginannya, orang yang sehat secara mental dapat menunda pemenuhan


kebutuhannya untuk sementara, atau dia menerima frustrasi sementara, menunggu

kesempatan untuk mencapai keinginannya Kemudian konflik internal, yaitu

kontradiksi antara dua atau lebih jenis dorongan yang berbeda, yang saling

bertentangan dan tidak mungkin diterapkan pada saat yang bersamaan. Konflik ini

juga dapat diselesaikan dengan bijak dan bijaksana, jika seseorang tahu bagaimana

menggunakan akal sehat dan suasana hati yang tenang, terutama dalam menentukan

sikap dan fase kehidupan seseorang.

Kesehatan mental siswa sangat beragam. Dalam kehidupan seorang siswa

sebagai seorang yang berjiwa sosial, sudah sewajarnya terdapat kebutuhan yang harus

dipenuhi, jika kebutuhannya tidak terpenuhi maka ia akan merasa khawatir dan

merasakan tekanan batin. Pada saat yang sama, kecemasan dan tekanan batin ini

memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang terkadang tidak biasa. Bagi orang

yang sehat mental, segala upaya yang mereka lakukan selalu masuk akal dan mereka

dapat dengan mudah mencapai tujuannya. Kebutuhan ini termasuk cinta, keamanan,

kepercayaan diri, kebebasan, pengakuan dan kesuksesan.

Di bawah ini akan di jelaskan beberapa kenakalan siswa yang sering

dilakukan siswa diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Indikator Kenakalan Siswa yang Melanggar Tata Tertib


Aspek kedisiplinan - Alpa/ Absen

- Terlambat

- Makan dan minum dikantin saat jam pelajaran

- Meninggalkan kelas saat jam pelajaran

Aspek kerapihan - Tidak memakai topi/kopiah dilingkungan sekolah

- Tidak memakai atribut sekolah secara lengkap

- Potongan rambut tidak rapi/rambut panjang bagi

anak laki-laki

- Dilarang memakai sepatu warna-warni

- Dilarang memakai celana/rok danbaju ketat

Aspek perilaku - Ribut di kelas

- Main-main dikelas dan tidak memperhatikan

guru

- Kurang serius dalam proses pembelajaran

- Mengganggu teman

- Berkelahi

- Membuang sampah sembarangan

- Tidur dikelas
KETERANGAN

a. Siswa yang melanggar poin tersebut maka langsung dilakukan penanganan

berupa peneguran, peringatan dan pembinaan.

b. Siswa yang melakukan pelangaran maksimal tiga kali maka dilakukan

penanganan lebih lanjut.

4. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Siswa

Sesungguhnya banyak sekali faktor-faktor yang mendorong anak- anak sampai

kepada kenakalan, faktor-faktor pendidikan, lingkungan, ekonomi, masyarakat, sosial

politik dan sebagainya. Memang banyak faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan kepribadian anak. Di samping itu juga banyaknya contoh-contoh dari

kelakuan yang tidak baik yang mereka dapatkan dari orang dewasa, film-film, cerita-

cerita pendek, komik-komik yang bersifat porno, tidak mengindahkan nilai dan mutu,

tapi hanya memandang segi komersilnya saja. Pengaruh sosial dan kultural

memainkan peran yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingakah laku

kriminal anak. Sehubungan dengan masalah kenakalan siswa, banyak faktor

penyebabnya.

Faktor penyebab kenakalan siswa secara umum dapat dikelompokkan kedalam

dua faktor, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor intern
1) Faktor kepribadian

2) Faktor keadaan fisik

3) Faktor status dan perannya di masyarakat

b. Faktor ekstern

1) Keadaan lingkungan keluarga

2) Kontak sosial dari lembaga masyarakat kurang baik dan efektif

3) Keadaan geografis dan kondisi alam

4) Faktor kesenjangan ekonomi dan disentegrasi publik

5) Faktor perubahan sosial budaya yang begitu cepat.13

Menurut B. Simanjuntak yang dikutip oleh Aat Syafaat menyebutkan faktor-

faktor penyebab kenakalan anak atau remaja sebagai berikut:14

a. Faktor intern:

1) Cacat keturunan yang bersifat biologis-psikis

2) Pembawaan yang negatif, yang mengarah keperbuatan yang nakal.

3) Ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan pokok dengan keinginan. Hal ini

menimbulkan frustasi dan keteganggan.

4) Lemahnya kontrol diri serta persepsi sosial.

5) Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan yang

baik dan kreatif.

13
Taufiqul Rohman Dhohiri , dkk. Problematika Keluarga, (Bandung: PT Indonesia, 2010), h. 19
14
Aat Syafaat, Sohari Sahrani, Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan
Remaja, h. 75
6) Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobi yang sehat

b. Faktor Ekstern:

1) Rasa cinta dari orangtua dan lingkungan

2) Pendidikan yang kurang menanamkan bertingkah laku sesuai dengan alam

sekitar yang diharapkan orangtua, sekolah dan masyarakat.

3) Menurunkan wibawa orangtua, guru dan pemimpin masyarakat. Hal ini erat

hubungannya dengan ketiadaan tokoh identifikasi.

4) Pengawasan yang kurang efektif dalam pembinaan yang berpengaruh dalam

dominan afektif, masukan dari orangtua, masyarakat dan guru.

5) Kurang penghargaan terhadap anak dari lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat.

6) Kurangnya sarana penyalur waktu sengang.

7) Ketidak tahuan keluarga dalam menanggani masalah anak atau remaja, baik

dalam segi pendekatan sosiologik, psikologik, maupun pedagogik.15

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi tindak pidana pelajar adalah faktor internal yang bersumber dari

dalam diri pelajar. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri

anak/siswa. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan penyimpangan perilaku

seseorang apabila siswa tersebut kurang mendapat bimbingan dan kasih sayang baik

dari orang tua maupun lingkungan sekitarnya.


15
Ibid.,h. 76
Dengan demikian, guru Aqidah Akhlaq memegang peranan penting dalam

memecahkan masalah dalam kehidupan generasi muda, karena salah satu faktor yang

dapat mencegah siswa melakukan hal-hal negatif adalah pendidikan agama.

Lemahnya pendidikan agama yang mereka terima membuat mereka sangat rentan

terhadap perilaku menyimpang dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Oleh karena

itu, untuk mengatasi dan mencegah semua itu perlu penguatan pendidikan agama

untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dan menjadi generasi yang diinginkan oleh

orang tua, agama, bangsa dan negara.

5. Macam-macam Strategi Pemecahan Masalah Kenakalan Siswa

Dari berbagai penanggulangan yang bisa dilakukan dapat dikelompokkan

usaha-usaha penganggulanganya sebagai berikut:

a. Tindakan preventif

Tindakan preventif ini merupakan pencegahan terhadap perilaku

menyimpang.

Menurut kartini kartono, tindakan preventif yang bisa dilakukan antara lain

berupa:

1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga

2) Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung- kampong miskin

3) Memberikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki

tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka.


4) Menyediakan tempak rekreasi yang sehat bagi remaja.

5) Membentuk badan kesejahteraan anak.

6) Mengadakan panti asuhan

7) Membuat badan supervisi dan mengontrol terhadap kegiatan anak

8) Mengadakan pengadilan anak

9) Menyusun undang-undang khusus untuk pelanggaran anak dan kejahatan

yang dilakukan oleh anak dan remaja.

10) Mengadakan rumah tahanan khusus anak dan remaja.

11) Menyelenggarakan diskusi kelompok untuk membangun kontak manusiawi

diantara para remaja dengan masyarakat luar

12) Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreatifitas para remaja.

b. Tindakan Refresif

Tindakan Refresif ini berupa pemberian sangsi atau hukuman ketika

seseorang melakukan pelanggaran. Ruang lingkup tindakan refresif meliputi:

1) Razia terhadap tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan

tempat atau alat berbuat nakal oleh para remaja.

2) Penyidikan atau pengusutan dan pemeriksaan terhadap remaja yang berbuat

nakal

3) Penahanan sementara untuk kepentingan pemeriksaan dan perlindungan

bagi remaja

4) Penuntutan dan peradilan terhadap perkara yang melanggar hukum.

c. Tindakan Kuratif
Tindakan Kuratif adalah tindakan pembinaan khusus untuk memecahkan dan

menanggulangi problem kenakalan remaja.

Prinsip pembinaan khusus ini adalah:

1) Sedapat mungkin dilakukan ditempat orang tua atau walinya

2) Kalau dilakukan oleh orang lain, maka hendaknya orang lain itu berfungsi

sebagai orang tua atau walinya

3) Kalau disekolah atau asrama hendaknya diusahakan agar tempat itu

berfungsi sebagai rumahnya sendiri.

4) Dimanapun remaja itu ditempatkan, hubungan kasih sayang dengan orang

tua atau familinya tidak boleh diputuskan

5) Remaja itu harus dipisahkan dari sumber pengaruh buruk.

d. Tindakan Hukuman

Tindakan Hukuman kepada mereka bisa dijalankan yaitu berupa :

1) Sangsi hukum

2) Hukuman untuk menegakkan disiplin berupa tindakan fisik

3) Hukuman untuk menegakkan disiplin berupa sangsi administratif

e. Tindakan Rehabilitasi
Tindakan Rehabilitasi secara keagamaan yaitu dengan memasukkan anak-

anak ke pesantren, seperti pesantren ketergantungan masalah narkoba.16

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode-metode

tersebut tentu saja dianggap sangat penting ketika memahami dunia anak yang

diwujudkan oleh siswa melalui tindak pidana siswa, pada dasarnya hanya untuk

menunjukkan kepribadian dan mengembangkan kreatifitas siswa sebagai wujudnya.

pada keterlibatan siswa dan imajinasi. Penanggulangan tindak pidana pelajar tidak

hanya dilakukan oleh satu pihak saja seperti sekolah, akan tetapi peran pemerintah,

sekolah dan orang tua juga penting, karena jika semua bersatu untuk menjadikan anak

didik orang yang berguna untuk masa depan, tujuan ini dapat tercapai. dicapai.

dicapai Memahami peserta didik sebagai individu yang tidak menyimpang dari

norma, norma agama, peraturan pemerintah dan norma masyarakat.

6. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Guru Aqidah Akhlak

dalam Mengatasi Kenakalan Siswa

Berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi strategi menangulangi

kenakalan remaja, menurut Daradjat adalah sebagai berikut:

a. Faktor-faktor pertumbuhan

Pada masa ini terjadi perubahan jasmani cepat pada seseorang, dia

beralih dari masa kanak-kanak akan memasuki masa dewasa. Oleh

16
Ibid., h. 139-146
karena itu, perubahan-perubahan jasmani remaja biasanya menjadi

cemas terhadap dirinya dan emosinya menjadi goncang, mudah

tersingung dan sangat peka terhadap kritikan-kritikan. Remaja

menghadapi berbagai perubahan dan keadaan itu dengan perasaan

goncang. Boleh jadi ia akan berontak kepada orang tua, saudara atau

teman-temannya, atau terhadap guru dan pimpinan.

b. Faktor lingkungan

Lembaga pendidikan dan pembinaan yang sangat penting bagi generasi

muda ada lima yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lembaga keagamaan

dan adat.

1) Keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam

pembinaan generasi muda.

2) Sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal, yang secara teratur dan

terencana melakukan pembinaan terhadap generasi muda.

3) Masyarakat

Pada usia remaja pengaruh lingkungan masyarakat kadang lebih

besardari pada pengaruh lingkungan keluarga di sebabkan karena


remaja sedang mengembangkan kepribadiannya, yang sangat

memerlukan pengakuan lingkungan teman-teman dan masyarakat

pada umumnya.

4) Lembaga Keagamaan

Pengaruh agama akan sangat besar terhadap remaja, terutama

mereka yang mengalami kegoncangan dan ketidaktenangan dalam

keluarga.

5) Adat

Kepatuhan kepada adat merupakan salah satu faktor yang dapat

membentengi remaja dari pengaruh luar yang kurang baik.17

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan penelitian pendidikan, yaitu tentang Strategi Guru

Aqidah Akhlak dalam Menangani Kenakalan Siswa, Berikut Peneliti

Cantumkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sekaligus menjadi alasan

mengapa penelitian ini layak dan menarik untuk di lakukan:

a. Lutfi Mahfina dengan judul “Usaha Orangtua dalam Mengantisipasi

Kenakalan Remaja di Desa Tulus Rejo.” Penelitian ini menghasilkan

kesimpulan bahwa Kenakalan Remaja di Desa Tulus Rejo kurang baik.

17
Gunarsa, Singgih. Psikologi Remaja, (Jakarta:libri, 2012) h. 23
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Usaha Orangtua

dalam mengantisipasi kenakalan remaja, untuk mengetahui tingkat kenakalan

remaja dan hubungan antara keduanya.18

b. Eka Agustina dengan judul “Peranan Guru Al-Islam dalam Menanggulangi

kenakalan peserta didik di SMK Muhammadiyah 2 Metro”9 penelitian ini

menghasilkan kesimpulan bahwa kenakalan siswa yang mereka lakukan

sangat memprihatinkan, mencemaskan banyak pihak, tidak saja orangtua

yang resah tetapi juga para pendidik. Terutama Guru Pendidikan Agama

Islam, karena Peranan Guru Pendidikan Agama Islam sangat dominan sekali

dalam memperbaiki akhlak siswa terlebih menginggat di pundak merekalah

masa depan bangsa dipertaruhkan.19

Berdasarkan pada beberapa penelitian diatas, tampak belum ada yang meneliti

tentang “Strategi Guru Aqidah Akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Strategi Guru

Aqidah Akhlak dalam mengatasi kenakalan siswa di MIS HUBBUL WATHON Desa

Silau Malaha Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

18
Lutfi Mahfina, Usaha Orangtua dalam Mengantisipasi Kenakalan Remaja di Desa Tulus Rejo
Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur, Skripsi 2004
19
Eka Agustina, peranan guru Al-Islam dalam menanggulangi peserta didk di SMK
Muhammadiyah 2 Metro, Skripsi 2016
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Field research (Penelitian lapangan), yakni

penelitian dimana peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data

yang konkrit yang ada hubungannya dengan judul penelitian. Adapun jenis penelitian

yang digunakan adalah Penelitian Deskriftif Kualitatif.

Menurut Wina Sanjaya dalam bukunya menyatakan bahwa:

“Deskriftif kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan berbagai

fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga

tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model dari fenomena tersebut.”20

Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang ingin

digambarkan dalam penelitian ini yaitu tentang Strategi Guru Aqidah Akhlak Dalam

Mengatasi Kenakalan Siswa Di MIS HUBBUL WATHON Desa Silau Malaha

Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti sangat penting karena peneliti

merupakan alat pengumpulan data. Peneliti berinteraksi langsung dengan subjek.

Menurut Moleong, sarana pengumpulan data yang paling penting dalam penelitian

kualitatif adalah kehadiran peneliti sendiri atau bantuan orang lain.

20
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan,(Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2013), h.47.
Menurut penelitian kualitatif, kehadiran peneliti merupakan hal yang paling

penting dan esensial. Peneliti adalah sarana utama untuk mengungkapkan makna dan

mengumpulkan informasi. Oleh karena itu, peneliti juga harus terlibat secara terbuka

dalam kehidupan masyarakat yang ditelitinya. Oleh karena itu, peneliti sendiri terjun

ke lapangan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menarik kesimpulan.

C. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah MIS HUBBUL WATHON Kabupaten Simalungun,

dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah yang memiliki

siswa tergolong nakal, oleh karena itu strategi guru Aqidah Akhlak sangat dibutuhkan

dalam mengatasi kenakalan siswa dan objek penelitiannya adalah guru Agama,

kepsek dan siswa MIS HUBBUL WATHON Desa Silau Malaha Kecamatan Siantar

Kabupaten Simalungun. Waktu penelitian ini akan dilakukan mulai penyusunan

proposal skripsi serta disesuaikan dengan waktu yang ada.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah suatu subjek dari mana data dapat

diperoleh.21untuk mengetahui data sehubugan dengan masalah yang akan penulis

teliti, maka sumber data yang memberikan informasi diantaranya:

1. Data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung yang memberikan

data kepada pengumpul data. Adapun sumber data utama yang ditentukan

21
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta,2014),h.225
dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala sekolah MIS HUBBUL WATHON Kabupaten Simalungun

b. Guru Aqidah Akhlak: Peneliti menjadikan guru sebagai subjek

penelitian karena guru juga merupakan pelaksana strategi dalam

mengatasi kenakalan siswa dan memiliki peran penting.

c. Siswa MIS HUBBUL WATHON Kabupaten Simalungun yang

dijadikan subjek penelitian.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang di gunakan untuk mengukur fenomena alam

yang di amati. Instrument merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

informasi tentang data secara objektif. Instrument mempunyai peranan yang sangat

penting dalam penelitian, karena kualitas data yang diperoleh dan kualitas hasil

penelitian, sangat dipengaruhi oleh kualitas instrument yang digunakan. Instrument

penelitian dapat diartikan sebagai alat bantu yang dipakai dalam penelitian yang

disesuaikan dengan metode yang digunakan. Dalam pengumpulan data dilakukan

dengan beberapa cara sebagaimana yang dikatakan oleh Suharsimin Arikunto bahwa
dalam pengumpulan data menggunakan beberapa instrument pengumpulan data yang

terdiri dari:

1. Pedoman Observasi adalah mengadakan penelitian secara sistematis

terhadap objek yang akan diteliti. Pedoman observasi yang akan digunakan

penelitian dalam hal ini adalah catatan observasi.

2. Pedoman wawancara yaitu: alat pengumpulan data yang dilakukan dengan

Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Informan

yang akan diwawancara dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru

yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

3. Catatan dokumentasi yaitu mengumpulkan data dokumen yang dapat

dijadikan sebagai pelengkap data yang dibutuhkan pada MIS HUBBUL

WATHON Kabupaten Simalungun

Berikut ini pertanyaan wawancara kepada kepala sekolah,guru aqidah akhlak

dan siswa/I di MIS HUBBUL WATHON Desa Silau Malaha Kecamatan Siantar

Kabupaten Simalungun :

1. Untuk kepala sekolah

a. Bentuk-bentuk kenakalan siswa apa saja yang selama ini banyak

dilakukan siswa di MIS HUBBUL WATHON?

b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkann terjadinya kenakalan siswadi

MIS HUBBUL WATHON ?

c. Strategi apa saja yang dilakukan dalam menanggulangi kenakalan

siswadi MIS HUBBUL WATHON ?


d. Apakah ada suatu upaya yang sistematis untuk mengatasi kenakalan

siswa?

2. Untuk guru aqidah akhlak

a. Bentuk-bentuk kenakalan siswa apa saja yang selama ini banyak

dilakukan siswa Di MIS HUBBUL WATHON ?

b. Faktor-faktor apa saja yaang menyebabkann terjadinya kenakalan

siswadi MIS HUBBUL WATHON ?

c. Strategi apa saja yang dilakukan dalam menanggulangi kenakalan

siswadi MIS HUBBUL WATHON ?

d. Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan dalam menanggulangi

kenakalan siswadi MIS HUBBUL WATHON ?

3. Untuk siswa/I

a. Apakah anda pernah dipanggil guru karena melakukan kenakalan?

b. Kenakalan apakah yang anda lakukan, sehingga dipanggil guru?

c. Apa yang menyebabkan anda melakukan kenakalan?

d. Selain guru BK, apakah guru aqidah akhlak juga menasehati anda untuk

tidak mengulangi kenakalan yang dilakukan?

e. Apakah orang tua anda dipanggil sekolah berkenaan dengan

permasalahan kenakalan yang anda lakukan

F. Teknik Analisis Data


Menurut Bogdan dan Biklen, yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, teknik analisis

data adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja dengan data 22, mengorganisir data,

memilahnya menjadi unit-unit yang dapat dikelola, mensintesis, mencari dan

menemukan apa yang penting dan dapat dipelajari, dan membuat keputusan. apa yang

bisa dilakukan. berkata kepada orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan informasi melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Dalam tahap pengumpulan data ini, peneliti mencatat

atau mencatat semua data yang diperoleh dari tempat penelitian tentang Strategi

pembelajaran guru pendidikan Agama Islam di Lembaga MIS HUBBUL WATHON

Kabupaten Simalungun.

2. Reduksi data

Mereduksi informasi adalah meringkas, memilah hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, memilah menurut konsep, topik dan

kategori tertentu sedemikian rupa sehingga diperoleh gambaran yang jelas, yang

memudahkan pengumpulan data oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti kembali

mencatat semua catatan yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara dan

22
LexyJ.Moeloeng,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosda karya. 1991),h.190.
dokumentasi untuk memberikan gambaran yang sebenarnya tentang upaya guru

dalam mengatasi kesulitan belajar.

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam

penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, dll.

Hasil deduksi ini disajikan dalam laporan yang sistematis untuk membentuk hasil

penelitian sehingga dapat dengan mudah disimpulkan.

4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kemudian ditarik dari temuan penelitian reduksi dan penyajian data. Kesimpulan

yang dibuat pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

penelitian kembali ke tahap pengumpulan data, sehingga kesimpulan yang disajikan

dapat dipercaya.

Tahap awal merupakan pengumpulan data yang dilakukan pada tahap

observasi yang merupakan salah satu tahapan utama dari prosedur siklus.

Penyederhanaan seleksi dan klasifikasi dilakukan dari data yang terkumpul pada

tahap reduksi data. Hasil pengurangan data yang tersedia kemudian diorganisasikan

atau ditampilkan untuk pengambilan keputusan. Selain itu, informasi yang diterima

sudah dalam bentuk yang sederhana, sehingga langkah selanjutnya adalah

mengirimkan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan. Informasi tersebut


dapat digunakan untuk menarik kesimpulan tentang kondisi dan informasi yang

diperoleh untuk mengurangi informasi lainnya.

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat diakui valid jika tidak ada

perbedaan antara apa yang diperoleh peneliti dengan apa yang sebenarnya terjadi

pada subjek. Namun, perlu dicatat bahwa kebenaran realitas dan menurut penelitian

kualitatif tidak lebih tinggi, melainkan jamak dan bergantung pada struktur makna

yang terbentuk secara internal dalam diri seseorang secara berbeda sebagai akibat dari

proses mental masing-masing individu. di latar belakang.23

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kepercayaan yang meliputi :

1. Perpanjangan Pengamatan

Memperluas pengamatan berarti penelitian ini kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara dengan orang yang diamati ulang atau sumber

informasi baru. Memperluas pengamatan dapat meningkatkan keandalan data.

Memperluas pengamatan untuk menguji keandalan informasi berfokus pada

pengujian informasi yang diterima. Peneliti kembali ke lapangan untuk mengecek

informasi yang diterima, apakah sudah ada perubahan atau tetap tidak berubah.

Perpanjangan waktu pengamatan dapat dihentikan jika data di lapangan ternyata

dapat dipercaya kembali.


23
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 432
2. Trigulasi

a) Triangulasi sumber

Triangulasi sumber menguji keandalan informasi, yang dilakukan dengan

cara mengecek informasi dari berbagai sumber.

b) Triangulasi teknis

Triangulasi teknis adalah teknik yang digunakan dalam perbandingan

informasi atau data yang berbeda. Peneliti menggunakan teknik interview

atau wawancara, dokumentasi dan observasi. Metode wawancara bebas

dan terstruktur dapat digunakan dalam penelitian. Triangulasi dapat

dilakukan pada tahap ini jika pengetahuan atau informasi yang diperoleh

dari subjek atau data penelitian kurang jelas.

H. Sistematika Pembahasan

Karena penelitian ini bersifat sistemati, maka berikut sistematis laporan kegiatan

yang dilakukan:

1. Bagian Awal yang terdiri dari halaman sampul, kata pengantar dan daftar isi.

2. BAB I: Pendahuluan

Pada bab I berisi penjelasan yang dimulai dari latang belakang masalah,

indetifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan

manfaat penelitian.
3. Bab II Landasan Teoritis

Pada bab II ini berisi tentang landasan teori. Dalam bab ini jelaskan seputar

gambaran umum tentang strategi guru aqidah akhlak,pengertian strategi guru

aqidah akhlak,Tujuan strategi guru aqidah akhlak,manfaat strategi guru aqidah

akhlak, pengertian kenakalan siswa,jenis-jenis kenakalan siswa,macam-

macam bentuk kenakalan siswa, ,faktor-faktor penyebab kenakalan

siswa,macam-macam strategi pemecahan masalah kenakalan siswa dan faktor

pendukung dan penghambat strategi guru aqidah akhlak dalam mengatasi

kenakalan siswa.

4. Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, kehadiran peneliti, kehadiran

peneliti, lokasi penelitian, sumber data, instrument penelitian, teknik analisi

data, pengecekan keabsahan temuan, tahap-tahap penelitian, dan sistematikan

pembahasan.

5. Bab Akhir terdiri dari daftar pustaka.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahan.

Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya, Bandung: Alfabeta, (2010)


Ali,Mohammad, “Psikologi Remaja” Jakarta, PT Bumi Askara, (2010)

Aat Syafaat, Sohari Sahrani, Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam

Mencegah Kenakalan Remaja, Jakarta:Rajawali Pers, (2008)

Darajat, Zakiah , Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Bulan Bintang, (2010)

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, (2007)

H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Askara, 2012)

Hamalik,Oemar , Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendidikan Sistem,

(Jakarta: Bumi Askara, 2008)

Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, Bandung: Pustaka Setia, (2003),

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,Jakarta :

Rineka Cipta (2010)

Daradjat,Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, (2010)

Sarwono,Sarlito W., Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Pers, (2010)

Willis,Sofyan S., Remaja & Masalahnya, Bandung: Alfabeta, (2010)

Dhohiriri,Taufiqul Rohman, dkk, Sosiologi 3 (Suatu Kajian Kehidupan

Masyarakat), Ghalia Indonesia, (2007),


Danim,Sudarwan Hanif, Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Alfabeta,

(2011)

Kartono,Kartini, Psikologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada,( 2006)

Fatimah,Enung, Psikologi Perkembangan, (Bandung : Pustaka Setia,(2006)

Agustina,Eka, peranan guru Al-Islam dalam menanggulangi peserta didk di

SMK Muhammadiyah 2 Metro, Skripsi (2016)

Mahfina,Lutfi, Usaha Orangtua dalam Mengantisipasi Kenakalan Remaja

di Desa Tulus Rejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur, Skripsi

(2004)

Sanjaya,Wina, Penelitian Pendidikan,Bandung: Kencana Prenada Media Group,


(2013)

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung:


Alfabeta,(2014)

Moeloeng,LexyJ,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosda


karya. 1991)

Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, Bandung: Alfabeta, (2014)

Anda mungkin juga menyukai