Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP

PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK PADA


SDN 172 ENREKANG

PROPOSAL

Oleh

A. JUASMIN
NIM: 7319206051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG
2023
MAJELIS DIKTI DAN LITBANG PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG
SK Mendikbud RI Nomor: 300/M/2020, 19 Februari 2020
Jl. Jenderal Sudirman Nomor. 17 Enrekang, Telp. 0420-22287, Kode Pos 91712

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Usulan Skripsi Penelitian:

“Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru terhadap Pembentukan Karakter

Peserta Didik pada SDN 172 Enrekang”.

Name : A. JUASMIN

NIM : 7319206051

Program StudI : Pendidikan Guru sekolah Dasar

Setelah di periksa dan diteliti ulang telah memenuhi syarat untuk di seminarkan
dalam seminar proposal di depan tim penguji Universitas Muhammadiyah
Enrekang.
Enrekang 2023

Di setujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Masnur, S.Pd., M.Pd. Ismail S.Pd., M.Pd.


NIDN. NIDN.

Disahkan:
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Muh.Idham Haliq.,S.Pd.,M.Pd.
NIDN.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah,

rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini yang

berjudul ” Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Pembentukan

Karakter Peserta Didik pada SDN 172 Enrekang”. Penyusunan Proposal ini

dikerjakan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd) pada program studi pada Jurusan Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Enrekang.

Penulis menyadari bahwa penulisan Proposal ini tidak mungkin terwujud

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis

menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Enrekang Bapak Dr. Yunus Busa, M.Si

yang telah memberikan fasilitas sarana dan prasarana pada Universitas

Muhammadiyah Enrekang.

2. Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M)

Universitas Muhammadiyah Enrekang Bapak Dr. Elihami, S.Pd., M.Pd.I.

3. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Enrekang Bapak Ilham Assiddiq, S.Pd., M.Pd.

4. Ketua Prodi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Enrekang Bapak Aminullah.,S.Pd.,M.Pd..

5. Bapak Masnur, S.Pd., M.Pd sebagai Pembimbing I serta Bapak Ismail S.Pd.,

M.Pd sebagai Pembimbing II yang memberikan bimbingan dan motivasi yang

iii
tiada henti hentinya kepada Penulis dalam penyusunan dan penyelesaian

Proposal Skripsi ini.

6. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku yang telah memberikan doa dan

dukungan selama proses pembuatan proposal ini.

7. Teman-teman Kampus sekalian yang telah menemani penulis dalam

menyelesaikan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam

penulisan dan penyusunan Proposal ini, untuk itu penulis mengharapkan kritikan

yang bersifat membangun guna untuk kesempurnaan Proposal ini. Semoga

Proposal Skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin.

Enrekang,

Penulis,

A. Juasmin
NIM: 7319206051

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
BAB. I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6
D. Manfaat Hasil Penelitian.............................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 8
A. Kompetensi dan Kepribadian Guru............................................. 8
B. Teori Pendidikan Karakter........................................................... 30
C. Penelitian yang Relevan............................................................... 33
D. Kerangka Pikir............................................................................. 35
E. Hipotesis Tindakan...................................................................... 36
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................... 37
A. Jenis Penelitian............................................................................. 37
B. Fokus Penelitian........................................................................... 37
C. Lokasi dan Subjek Penelitian....................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 38
E. Teknik Analisis Data.................................................................... 40
F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian..................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 43

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Tanpa

adanya pendidikan, kehidupan manusia tidak akan berkembang atau berubah.

Kelangsungan hidup suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

yang dimiliki, dan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas

maka diperlukan usaha sadar dan terencana yang bisa mewujudkan terciptanya

sumber daya manusia yang berkualitas tersebut. Untuk itu pendidikan sangat

diperlukan dalam mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia.Inti dari

proses pendidikan adalah belajar mengajar atau pembelajaran.

Tujuan dari pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab. Salah satu tujuan dari Sistem Pendidikan Nasional yang telah

disebutkan di atas mencakup pendidikan karakter. Karakter adalah pendidikan

budi pekerti, pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter dari para

peserta didik, yang nantinya diharapkan para peserta didik memiliki budi peketi

1
yang baik. Sehingga mereka dapat diterima di tengah-tengah masyarakat. Dan

memiliki bekal yang cukup untuk bergaul di dalam masyarakat sesuai dengan

norma-norma yang berlaku.

Mutu pendidikan dapat dilihat dari dimensi non-akademik, yaitu nilai,

sikap, dan perilaku yang tertanam pada peserta didik seperti berpikir kritis dan

bersikap terbuka terhadap pandangan yang berbeda, logis, empati, tanggung

jawab, tulus dan sejenisnya.

Kenyataannya, konsep belajar tidak sekedar dipahami dan diwujudkan

dalam alih atau pemindahan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa

sebagaimana dipahami oleh sebagian orang ,banyak peristiwa meresahkan yang

terjadi disekitar kita yang melibatkan remaja, seperti bullying, tawuran,

membolos, narkoba, pergaulan bebas, ataupun terjadinya pemerkosaan. Hal ini

menunjukan bahwa terjadi suatu ketidakseimbangan antara kemampuan

intelektual dan karakter siswa. Banyaknya kasus kriminalitas pada remaja

sebenarnya merupakan salah satu indikator yang menyiratkan adanya kesenjangan

pendidikan karakter. Perlu disadari bahwa tingginya kemampuan intelektual tanpa

diimbangi dengan pengembangan karakter hanya akan menciptakan robot dalam

wujud manusia. Dalam melaksanakan pendidikan karakter, kunci utamanya ada

pada keteladanan. Keteladanan yang utama ketika anak berada di sekolah adalah

guru. Berkaitan dengan keteladanan tersebut, kompetensi yang harus dipenuhi

adalah kompetensi kepribadian.

Kompetensi merupakan kemampuan yang digunakan sebagai standar

kinerja seseorang yang diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap kinerja

2
organisasi. Kompetensi adalah penjelasan mengenai tugas-tugas pekerjaan yang

dilakukan oleh individu dan penjelasan mengenai perilaku individu yang

berhubungan erat dengan pekerjaannya. Guru adalah figur manusia yang

menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan.

PP No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan dan UU No. 14

tahun 2005, kompetensi yang harus dimiliki oleh guru jelas harus mengacu

kepadanya. Berkaitan dengan guru sebagai pendidik, dalam PP No. 19 tahun 2005

pasal 28 ayat 1 disebut bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan

kompetensi sebagai agen pembelajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sementara itu,

kompetensi yang harus dimiliki pendidik (guru) yang terdapat dalam UU No. 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa kompetensi guru yang

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Salah satu dari kompetensi penting yang harus dimiliki oleh guru adalah

kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berahlak

mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan siswa. Kompetensi ini diperoleh

dan dikembangkan melalui proses sosialisasi.

Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang menunjuk bahwa

peran guru tidak hanya sekedar penyampai ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai

pemberi teladan bagi siswa. Tindakan yang paling ampuh yang dapat dilakukan

oleh seorang guru untuk siswanya adalah memberi teladan tentang makna menjadi

seorang pelajar. Keteladanan, ketulusan dan siap siaga oleh guru akan

3
memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan dinamisasi sebagai

siswa. Keteladanan membangun hubungan potensi milik mereka sebagai pelajar.

Kemampuan berkomunikasi yang digabungkan dengan rancangan yang efektif

akan memberikan pengalaman belajar yang memperbaiki kredibilitas dan

meningkatkan pengaruh.

Guru adalah pribadi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi

sentral di dalam proses belajar mengajar di lingkungan sekolah. Dalam bidang

pendidikan diharapkan ada tujuan pembelajaran yang tercapai dalam peningkatan

kualitas dari masing-masing peserta didik. Hal ini penting karena setiap orang

akan melihat hasil pendidikan dalam diri peserta didik melalui perilaku mereka

setiap hari. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya tidak selalu terfokus pada

pemberian pengetahuan tetapi sebaiknya berorientasi kepada kepribadan peserta

didik..

Upaya pembentukan karakter siswa, guru menjadi contoh dan teladan

dalam membina dan membentuk perilaku peserta didik. Kompetensi kepribadian

merupakan kemampuan seorang guru dalam memberikan contoh perilaku baik

kepada siswa sehingga mereka dapat mengembangkan sikap positif dalam

melaksanakan kegiatan belajarnya. Hal ini berkaitan dengan bahwa seorang guru

tidak hanya bertugas mencerdaskan siswa, tetapi juga harus dapat

mengembangkan kepribadian siswa yang berahlak dan berkarakter.

Karakteristik kepribadian guru sebagai pendidik sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan pengembangan peserta didik. Kepribadian yang mantap dari

sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik,

4
sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut untuk dicontoh sikap dan

perilakunya, dengan kata lain guru pantas untuk “digugu” dan “ditiru”

Berdasarkan observasi awal yang kami laksanakan di SDN 172 Enrekang

memang sudah melaksanakan pendidikan karakter, misalnya memasukan

nilainilai karakter dalam RPP yang dibuat oleh para guru disana, selain dalam

RPP nilai-nilai karakter ini juga sudah di masukan di SILABUS. Akan tetapi

kebanyakan siswa tidak mengetahui apa itu karakter dan manfaatnya bagi mereka

sendiri. Kemudian salah satu yang mempengaruhi adalah guru, dimana guru

memiliki peran yang sangat setrategis dalam pembentukan karakter peserta

didiknya. Sebenarnya potensi guru dalam mengukir kepribadian peserta didik

sangat besar karena bagaimanapun juga seorang peserta didik akan memandang

guru sebagai sosok teladan yang baik dalam kehidupan ini, karena perilaku atau

tingkah laku guru akan cukup berpengaruh kepada peserta didik.

Terkhusus untuk kondisi di SDN 172 Enrekang, peneliti mengamati dari

segi kompetensi guru sudah memadai tapi pada persoalan fasilitas sekolah belum

sepenuhya mendukung. Misalnya, pada fasilitas musholah yang belum bisa

menampung seluruh peserta didik untuk shalat berjamaah, sehingga untuk shalat

berjamaah harus terjadwal. Belum lagi pada pelaksanaan pesantren kilat yang

memunculkan fenomena bahwa ternyata masih banyak peserta didik yang belum

fasih membaca Al Qur’an. Hal yang lain yang patut untuk mendapatkan perhatian

adalah perkembangan teknologi yang semakin pesat, dan akses terhadap informasi

yang semakin gampang. Sedikit tidaknya membuat guru memiliki tantangan yang

baru dalam memberikan pemahaman tentang filtrasi informasi tersebut. Sekolah

5
sebagai tempat bagi peserta didik untuk saling berdiskusi, bertukar iniformasi

membuat sekolah menjadi tempat potensial untuk saling mempengaruhi

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

tertarik untuk meneliti mengenai “Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru

Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik pada SDN 172 Enrekang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut “apakah terdapat pengaruhk kepribadian

guru terhadap pembentukan karakter peserta didik pada SDN 172 Enrekang?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

kompetensi kepribadian guru terhadap pembentukan karakter peserta didik

pada SDN 172 Enrekang.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah

1. Manfaat Teoritik

Dari hasil penelitian ini mampu memberikan pemikiran dalam

pengembangan kompetensi guru, khususnya kompetensi kepribadian..

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah dan guru yaitu untuk mengembangkan

kompetensi kepribadian guru sehingga dapat memberikan contoh

teladan yang baik untuk peserta didik dalam pembentukan karakter.

6
b. Bagi orang tua yaitu untuk memberikan perhatian dan kasih sayang

serta contoh teladan yang baik untuk membentuk pembentukan

karakter peserta didik.

c. Bagi calon guru yaitu sebagai pedoman dalam rangka peningkatan

kompetensi dalam hal ini kompetensi kepribadian guru.

d. Bagi peneliti sebagai tambahan ilmu pengetahuan, wawasan serta

menjadi referensi ketika kelak ingin menjadi seorang guru.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompetensi dan Kepribadian Guru

1. Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi adalah perilaku rasional guna mencapai tujuan yang

dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Palan (2007,8)

mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik dasar seseorang yang memiliki

hubungan kausal dengan kriteria referensi efektivitas dan/atau keunggulan dalam

pekerjaan atau situasi tertentu.

Karakter dasar diartikan sebagai kepribadian seseorang yang cukup dalam

dan berlangsung lama, yaitu motif, karakteristik pribadi, konsep diri, dan nilai-

nilai seseorang. Kriteria referensi berarti kompetensi dapat diukur berdasarkan

kriteria atau standar tertentu. Hubungan kausal, bahwa keberadaan kompetensi

memprediksi atau menyebabkan kinerja unggul. Kinerja unggul berarti tingkat

pencapaian dalam situasi kerja. Sedangkan kinerja efektif adalah batas minimal

level hasil kerja yang dapat diterima.

Atas dasar itu pula kompetensi memiliki lima jenis karakteristik, yaitu: (1)

pengetahuan, merujuk pada informasi dan hasil pembelajaran; (2) keterampilan

atau keahlian, merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan suatu

kegiatan; (3) konsep diri dan nilai-nilai, merujuk pada sikap, nilai-nilai dan citra

diri seseorang; (4) karakteristik pribadi, merujuk pada karakteristik fisik dan

8
konsistensi tanggapan terhadap situasi atau informasi; dan (5) motif, merupakan

emosi, hasrat, kebutuhan psikologis, atau dorongan-dorongan lain yang memicu

tindakan. McShane dan Glinow (2008) menjelaskan bahwa competencies adalah

keterampilan, pengetahuan, bakat, nilai-nilai, pengarah, dan karakteristik pribadi

lainnya yang mendorong kearah performansi unggul. Lebih lanjut dijelaskan

ability atau kemampuan meliputi bakat alam (natural aptitudes) dan kemampuan

yang dipelajari yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas (Yamin 2010).

Dalam kaitan kompetensi yang sama maknanya dengan ability dan skill,

Gibson et al, (2006) menjelaskan bahwa abilities dan skill memainkan peran

utama dalam perilaku dan performan individu. Kemampuan adalah suatu bawaan

atau sesuatu yang dapat dipelajari yang memungkinkan seseorang mengerjakan

sesuatu, baik yang bersifat mental atau fisik. Sedangkan keterampilan adalah

sesuatu yang berkaitan dengan tugas.

Sedangkan Robbins (2003) menjelaskan bahwa kemampuan (ability) adalah

suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua

perangkat faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

Menurut Wikipedia, (2023) kompetensi adalah sesuatu yang distandarkan

sebagai persyaratan seorang individu untuk melaksanakan suatu pekerjaan

spesifik. Kompetensi yang dimaksud meliputi kombinasi yang memanfaatkan

knowledge, skills dan behavior untuk meningkatkan performan. Lebih umumnya

lagi, ability adalah status atau kualitas yang cukup atau yang berkualitas baik,

yakni mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu peran (role) tertentu.

9
Gilley dan Enggland (2008) membahas kompetensi dari aspek

pengembangan sumber daya manusia, bahwa kompetensi adalah kemampuan

yang dimiliki seseorang sehingga membolehkan ia untuk mengisi suatu peran.

Kompetensi juga merupakan pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kunci

untuk menghasilkan output dari suatu pelatihan dan pengembangan peran mereka.

Berdasarkan uraian di atas kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk

dapat melaksanakan suatau pekerjaan atau di bolehkan untuk melaksanakan suatu

pekerjaan dengan harapan mendapatan hasil yang maksimal.

Menurut Broke and Stone dalam Mulyasa (2008) mengemukakan bahwa

kompetensi guru sebagai ... descriptive of qualitative nature of teacher behavior

appears to be entirely meaningful. .... Kompetensi guru merupakan gambaran

kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Charles dalam

Mulyasa, mengemukakan bahwa competency as rational performance which

satisfactorily meets the objective for a desired condition (kompetensi merupakan

perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipercayakan sesuai dengan

kondisi yang diharapkan). Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijelaskan bahwa: " Kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan"

Menurut Abdul Majid (2008) Standar kompetensi guru adalah suatu ukuran

yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan

10
berprilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai

bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.

Menurut Suwardi (2008) standar kompetensi guru memiliki tiga komponen

yaitu; 1) Komponen pengelolaan pembelajaran, 2) Komponen pengembangan

potensi, 3) Komponen penguasaan akademik. Masing-masing komponen

kompetensi mencakup seperangkat pengetahuan. Selain ketiga komponen

kompetensi tersebut, guru sebagai pribadi yang utuh harus juga memiliki sikap

dan kepribadian yang positif, dimana sikap dan kepribadian tersebut senantiasa

mendasari komponen kompetensi yang menunjang potensi guru.

Direktorat tenaga kependidikan Depdiknas, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang standar kompetensi guru meliputi empat

komponen, yaitu 1) pengelolaan pembelajaran; 2) pengembangan potensi; 3)

penguasaan akademik; 4) sikap kepribadian. Secara keseluruhan standar

kompetensi terdiri dari tujuh kompetensi, yaitu: 1) penyusunan rencana

pembelajaran; 2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar; 3) penilaian prestasi

peserta didik; 4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta

didik; 5) pengembangan profesi; 6) pemahaman wawasan pendidikan; 7)

penguasaan bahan kajian akademik. H.A.R. Tilaar (2006) menjelaskan standar

dan kompetensi adalah buah dari masyarakat modern.

Samana (2004) menjelaskan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan

yang ditampilkan oleh guru dalam melaksanakan kewajibannya memberikan

pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Cooper dalam Sudjana (2010)

Membagi empat kompetensi guru, yaitu (1) mempunyai pengetahuan tentang

11
belajar dan tingkah laku manusia; (2) mempunyai pengetahuan dan menguasai

bidang studi yang dibinanya; (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,

sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya dan (4) mempunyai

keterampilan teknik mengajar. Grasser juga membagi empat hal yang harus

dikuasai guru, yaitu (1) menguasai bahan pelajaran; (2) kemampuan mendiagnosa

tingkah laku siswa; (3) kemampuan melaksanakan proses pengajaran; dan (4)

kemampuan mengukur hasil belajar siswa.

b. Macam-macam Kompetensi guru

Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14/2005 dan 9 Peraturan

Pemerintah No. 19/2005 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kepribadian,

pedagogik, profesional, dan sosial.

1) Kompetensi Kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasa 28 ayat (3) butir

b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Mulyasa (2008); menyatakan bahwa pribadi guru memiliki andil yang

sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan

pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam pembentukan karakter

peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang

suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk

pribadinya.

12
2) Kompetensi Pedagogik

Mulyasa (2008); menyatakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan

kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang

sekurangkurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

b) Pemahaman terhadap peserta didik

c) Pengembangan kurikulum/silabus

d) Perencanaan pembelajaran

e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

g) Evaluasi hasil belajar

h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktulaisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya. Secara rinci setiap, sub-kompetensi dijabarkan menjadi indikator

esensial; sebagai berikut:

a) Sub-kompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki

indikator esensial; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-

prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan

memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar

awal peserta didik.

13
b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk

kepentingan pembelajaran. Sub-kompetensi ini memiliki indikator

esensial; memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan

pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik

peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta

menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

c) Sub-kompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial;

menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang

kondusif.

d) Sub-kompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran

memiliki indikator esensial; merancang dan melaksanakan evaluasi

(assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan

berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar

untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning ); dan

memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas

program pembelajaran secara umum.

e) Sub-Kompetensi mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensinya, memiliki indikator esensial; memfasilitasi peserta

didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi

peserta didik untuk mengembangakan berbagai potensi non akademik.

3) Kompetensi professional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir

c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah

14
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkan membimibng peserta didik memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata

pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta

penguasaan terhadap struktur dan methodology keilmuan. Setiap

subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:

a) Sub-kompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang

studi memiliki indikator esensial; memahami materi ajar yang ada dalam

kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan

yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan

konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep

keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

b) Sub-kompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki

indikator esensial; menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis

untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi secara profesional

dalam konteks global.

4) Kompetensi sosial

Dalam standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah

kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, dan masyarakat

15
sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang Guru, bahwa

kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:

a) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat

b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan

d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar

Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan dengan indikator

esensial sebagai berikut:

a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.

Sub-kompetensi ini memiliki indikator esensial; berkomunikasi secara

efektif dengan peserta didik.

b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik

dan tenaga kependidikan.

c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik

dan tenaga kependidikan.

Secara ringkas kompetensi sosial guru dapat digambarkan sebagai

berikut:

a) Berkomunikasi lisan dan tulisan

b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan.

16
d) Berbagaul secara santun dengan masyarakat sekitar

Menurut Sardiman (2010) ada kompetensi guru yang merupakan

profil kemampuan dasar bagi seorang guru :

a) Menguasai bahan. Sebelum guru itu tampil di depan kelas mengelola

interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan

apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat

mendukung jalannya proses belajar-mengajar.

b) Mengelola program belajar-mengajar. Guru yang kompeten, harus juga

mampu mengelola program belajarmengajar. Dalam hal ini ada beberapa

langkah yang harus ditempuh oleh guru.

c) Mengelola Kelas. Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu

mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk

berlangsungnya proses belajarmengajar. Kalau belum kondusif, guru harus

berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu

kegiatan mengelola kelas akan menyangkut mengatur tata ruang kelas

yang memadai untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar

yang serasi.

d) Mengunakan media/sumber. Mengenal, memilih dan menggunakan

sesuatu media. Hal ini perlu selektif, karena dalam menggunakan sesuatu

media itu juga harus mempertimbangkan komponen-komponen yang lain

dalam proses belajar-mengajar, misalnya apa materi dan bagaimana

metodenya.

17
e) Menguasai landasan-landasan kependidikan. Pendidikan adalah

serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa itu

akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan

naisonal dalam rangka mencapai cita-cita bangsa

f) Mengelola Interaksi Belajar-mengajar. Lima kompetensi sebagaimana

telah diuraikan di atas, adalah merupakan dasar dan sarana pendukung

bagi guru dalam melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar.

g) Untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajarmengajar,

diperlukan keadaan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara

lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

h) Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

Dalam tugas dan perannya di sekolah guru juga sebagai pembimbing

ataupun konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi

dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta harus

menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan

interaksi belajarmengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan

produktif.

i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi Sekolah. Guru di sekolah di

samping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga

sebagai administrator. Dengan demikian maka guru harus mengenal dan

menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan

layanan terhadap para siswa.

18
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan

guna keperluan pengajaran.

2. Kompetensi Kepribadian Guru

a) Kompetensi Kepribadian Guru

Menurut Syaiful (2012), kepribadian adalah sebagai sesuatu yang

abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan,

tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan. Sedangkan menurut

Zuyina (2010) kepribadian adalah sesuatu yang memberi tata tertib dan

keharmonisan terhadap segala macam tingkah laku berbeda-beda yang

dilakukan oleh individu. Jadi kepribadian adalah suatu cirri yang dapat dilihat

pada sesorang melalui tingkah laku yang dilakukan oleh individu.

Menurut beberapa ahli, diantaranya menurut Chaeruddin (2019) dalam

bukunya Profesi Keguruan mengemukakan bahwa kompetensi kepribadian

adalah kemampuan seorang guru yang berkaitan dengan aspek-aspek

kepribadian.

Sedangkan menurut Mappanganro (2010) dalam bukunya Pemilikan

Kompetensi Guru mengemukakan bahwa kompetensi kepribadian yang

mantap, berakhlak mulia, arif dan bijaksana serta menjadi teladan peserta

didik.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasa 28 ayat (3) butir

b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

19
Mulyasa (2008); menyatakan bahwa pribadi guru memiliki andil yang

sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan

pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam pembentukan karakter

peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang

suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk

pribadinya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian guru adalah

kemampuan seorang guru yang berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian

berupa kompetensi kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan

bijaksana serta menjadi teladan peserta didik.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci sub-

kompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Sub-kompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator

esensial; bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan

norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam

bertindak sesuai dengan norma.

2) Sub-kompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial;

menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki

etos kerja sebagai guru.

3) Sub-kompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial;

menampilkan tindakan yang didasarkan pada pemanfaatan peserta didik,

20
sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir

dan bertindak.

4) Sub-kompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial;

memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan

memiliki perilaku yang disegani.

5) Sub-kompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki

indikator esensial; bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan

taqwa, jujur dan ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang

diteladani peserta didik.

6) Sub-kompetensi evaluasi diri dan pengembangan diri memiliki indikator

esensial; memiliki kemampuan untuk berintrospeksi, dan mampu

mengembangkan potensi diri secara optimal.

b) Ciri-Ciri Kompetensi Kepribadian Guru

Adapun ciri-ciri kompetensi kepribadian guru menurut Mappanganro

(2010) yaitu :

1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Memiliki sifat-sifat yang dapat dicontoh (dapat diteladani)

3) Ikhlas dalam menjalankan tugas dengan niat semata-mata mencari

keridhaan Allah SWT.

4) Memiliki sifat lemah lembut, tidak kasar, baik dalam perkataan maupun

dalam perbuatan, serta sopan santun

5) Disiplin (tekun dan rajin) menjalankan tugas serta penuh gairah dan

kesemangatan.

21
6) Berpenampilan menarik, simpati (tidak menakutkan), rapi dan bersih.

7) Tegas dan adil dalam bertindak.

8) Memiliki emosi yang stabil dan tidak mudah marah, tidak pendendam dan

memiliki sifat pemaaf.

Sedangkan menurut Mappanganro (2010), ciri-ciri kompetensi

kepribadian guru terdiri dari 4 (empat) macam yaitu :

1) Kepribadian yang mantap

Setiap langah-langkah yang ditempuh, setiap tindakan dan tingkah

laku serta perkataan dianggap positif akan meningkatkan citra diri dan

kepribadian seorang guru, selama hal itu dilakukan dengan penuh

kesadaran serta penuh rasa tanggungjawab. Oleh karena itu, kepribadian

merupakan sesuatu yang abstrak, tidak dapat dilihat secara nyata, tetapi

dapat diketahui dengan melihat penampilan dan dapat didengar dengan

berbagai ucapan atau perkataan yang dilontarkan apabila seseorang

menghadapi situasi atau persoalan. Dengan demikian dapat dikatakan atau

diketahui bahwa setiap tindakan, tingkah laku, gerak-gerik, ucapan

seseorang merupakan cerminan dari kepribadiannya.

Kepribadian yang mantap menunjukkan kepada seorang guru dapat

disebut sebagai pendidik yang baik, bukan sebaliknya. Kepribadian guru

yang mantap dapat dilihat atau diketahui :

(a) Kepribadian yang mantap dan stabil dengan ciri bertindak sesuai

dengan norma sosial, merasa senang sebagai seorang guru, dan

senantiasa konsisten dalam bertingkah laku sesuai norma yang

22
berlaku.

(b) Kepribadian yang mantap dan memiliki kedewasaan dengan ciri

penampilan kemandirian dalam bertindak dan bertingkah laku, baik

sebagai guru maupun sebagai pendidik, dan memiliki etos kerja serta

kinerja yang diharapkan.

(c) Kepribadian yang mantap dan bijaksana dengan ciri memiliki

hubungan yang baik dalam bertingkah laku dengan peserta didik,

guru, tenaga kependidikan, dan anggota masyarakat.

Berdasarkan ciri-ciri kompetensi kepribadian yang telah

dikemukakan oleh Mappanganro (2010), maka menurut guru harus

memiliki kompetensi kepribadian yang mantap mandiri dan harus

memiliki sikap yang patut dicontoh

2) Berakhlak mulia

Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa kata yang digunakan

menunjuk suatu sikap atau tingkah laku, yaitu etika, moral, budi pekerti,

dan akhlak. Kesemuanya merupakan sikap atau tingkah laku dengan nilai

tentang buruk atau baik, tentang benar atau salah, sesuai pandangan dari

suatu golongan atau masyarakat. Di Indonesia, sekarang ini istilah yang

digunakan dalam peraturan perundang-undangan adalah akhlak mulia

dengan tetap memperhatikan istilah-istilah lainnya.

Guru yang setiap harinya mendidik tentu saja banyak bergaul

dengan peserta didik yang dibimbingnya, seperti telah dikemukakan

bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi

23
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan seterusnya. Dalam hal itu,

guru yang sangat berperan, karena agar peserta didik menjadi manusia

yang berakhlak mulia, tidak bisa tidak, hanya dapat dilakukan oleh orang-

orang atau guru-guru yang memiliki akhlak mulia pula. Guru adalah

pembentuk akhlak mulia, sebab itu seharusnya para guru mempunyai

akhlak mulia pula. Zakiah Drajat (2006) mengemukakan bahwa kalaulah

tingkah laku atau akhlak guru tidak baik, pada umumnya akhlak anak didik

akan rusak olehnya, karena anak mudah terpengaruh oleh orang yang

dikaguminya. Karenanya, guru yang baik akhlaknya, niscaya dapat

melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik sebagai guru dan pendidik,

sebagai individu, sebagai angoota keluarga, sebagai anggota masyarakat,

sebagai bagian dari lingkungan dalam alam semesta ini, maupun sebagai

hamba Allah SWT.

Keterkaitan dengan guru yang berakhlak mulia, maka beberapa

tokoh pendidik mengemukakan pendapat mengenai sifat-sifat yang harus

dimiliki oleh seorang guru, yang telah dirangkum oleh Mappanganro

(2010) diantaranya :

(a) Zuhud, tidak mengutamakan materi mengajar karena mencari keridhaan

Allah semata.

(b) Guru harus bersih. Bersih disini bisa berarti bersih tubuh, pakaian dan

jiwa.

(c) Ikhlas dalam melaksanakan pekerjaan. Tergolong ikhlas ialah sesuai

24
kata dan perbuatannya, jujur mengatakan tidak tahu apa yang tidak

diketahuinya.

(d) Suka pemaaf, yakni pemaaf terhadap muridnya, sanggup menahan diri,

menahan kemarahan, lapang hati, sabar dan mempunyai harga diri.

(e) Harus merupakan seorang bapak sebelum ia menjadi guru. Maksudnya

guru harus mencintai murid-muridnya seperti cintanya terhadap

anaknya sendiri, dan memikirkan keadaan mereka seperti ia

memikirkan keadaan anak-anaknya sendiri.

(f) Harus mengetahui tabiat murid. Artinya guru harus mengenal dengan

baik murid-muridnya, sifatnya, bakatnya, latar belakang kehidupan

keluarganya, pembawaannya, sehingga guru tidak salah dalam

mendidik.

(g) Harus menguasai mata pelajaran yang diajarkannya. Ia selalu berusaha

untuk menambah ilmunya

3) Arif dan berwibawa

Arif dalam arti tahu atau bijaksana. Sedang berwibawa dalam arti

mempunyai wibawa, dapat dipatuhi, dapat disegani. Kedua hal tersebut

saling terkait satu sama lain terutama dalam pelaksanaan pendidikan

sangat membutuhkan guru yang arif dan berwibawa.

Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Mappanganro (2010) Guru

yang arif dan berwibawa dapat dilihat dalam berbagai sikap dan tingkah

lakunya sebagai berikut :

(a) Guru yang tidak menghargai profesinya, apalagi berusaha

25
mengembangkan profesi tersebut. Perasaan rendah diri karena menjadi

guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan dirinya,

ketidakmampuan guru melaksanakan tugas profesinya, sering

menyebabkan wibawa guru sehingga pengakuan profesi guru semakin

merosot. Kemerosotan wibawa sebagai guru seperti dikemukakan itu,

merupakan suatu kelalaian. Wibawa guru senantiasa harus dijaga baik-

baik oleh setiap guru, karena wibawa seorang guru tergantung pula

pada pengakuan peserta didik, sesama guru dan masyarakat.

(b) Guru yang arif dan berwibawa mampu menempatkan tindakan yang

didasarkan pada perolehan kemanfaatan peserta didik, sekolah, rumah

tangga, dan masyarakat.

(c) Guru yang arif dan berwibawa mampu mengatakan keterbukaan dalam

berfikir dan bertindak, karena bagaimanapun keputusan-keputusan yang

diambil akan mewarnai suatu kebijaksanaan yang sangat dibutuhkan

berbagai pihak, mampu menerima saran dan kritikan.

(d) Guru yang arif dan berwibawa akan terpatri pada dirinya semangat

pengabdian. Pengabdian yang terus menerus sangat dibutuhkan dari

seorang guru, karena kalau rasa pengabdian itu menipis niscaya akan

terbengkalai seluruh tugas-tugas dan kewajibannya. Pengabdian itu

sekurang-kurangnya meliputi kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab,

ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarya dan kepemimpinan. Serta

ketaatan dalam menjalankan ajaran agama.

26
(e) Guru yang arif dan berwibawa adalah guru yang memiliki perilaku

berpengaruh positif terhadap peserta didik, perilaku atau tingkah laku

yang disegani atau dipatuhi. Salah satu perilaku atau tingkah laku dapat

disegani atau dipatuhi adalah berlaku adil terhadap peserta didik. Setiap

guru wajib berbuat perlakuan yang sama terhadap seluruh peserta didik

sebagaimana yang diterapkan dalam pendidikan yang adil. Dalam hal

ini, manfaat yang dapat diperoleh dari sikap yang berlaku adil itu

diantaranya, bahwa setiap peserta didik sebagai pribadi yang sedang

tumbuh dan berkembang akan tampak suatu kecenderungan untuk

memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama adilnya dengan

peserta didik yang lain.

(f) Guru yang arif dan berwibawa seharusnya perkataannya sesuai dengan

perbuatannya. Sesungguhnya pribadi guru itu turut serta mewarnai

suasana pendidikan. Untuk itu tidaklah pada tempatnya apabila ia

berpura-pura. Karenanya, apabila ia gembira riang sebenarnya gembira

riangnya itu keluar dari lubuk hatinya.

(g) Guru yang arif dan berwibawa dalam bertatap muka haruslah

bergembira dan penuh semangat, sehingga gaya mengajar erat sekali

dengan kepribadian. Hal tersebut menyangkut tentang suara,

pandangan, mata, mimik, sikap berdiri/duduk, roman muka dan

sebagainya. Karenanya, kesemuanya itu memerlukan ketelitian dan

kejelian dari seorang guru dalam penyesuaiannya dengan situasi,

kondisi dan pelajaran yang dijelaskan.

27
(h) Guru yang arif dan berwibawa bertingkah laku secara lembut, tetapi

tegas, dengan penuh kasih sayang. Kesuksesan sebagai guru, karenanya

sikapnya yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, tidak lekas marah

kepada manusia atau peserta didik yang telah dituntun atau dididiknya.

Guru yang kasar akan berkeras hati atau sikapnya kaku akan seganlah

peserta didik mendekatinya. Seorang guru yang selalu bersikap keras

dan berkeras hati, keras kepala, tidak akan mendapatkan tempat disisi

peserta didik.

(i) Guru yang arif dan berwibawa senantiasa berbicara dengan

menghadapkan muka kepada peserta didik. Suatu hal yang

kadangkadang tidak disadari oleh seorang guru, apabila ia berbiacara

atau menerangkan sesuatu kadang-kadang tidak menghadapkan

mukanya, pandangannya diarahkan ke luar gedung melalui jendela atau

pintu kelas. Padahal apabila sedang bercakap-cakap, berhadap-hadapan

sesorang atau peserta didik di depan kelas, sebaiknya menghadapkan

muka kepada mereka. Menghadapkan muka merupakan suatu tanda

dalam menghadapkan hati. Guru yang mengarahkan pandangan serta

menghadapkan muka kepada peserta didik sebagaimana telah

diutarakan itu juga dapat berpengaruh dalam membangkitkan minat

serta memusatkan perhatian peserta didik

(j) Guru yang arif dan berwibawa tidak berlebih-lebihan termasuk

berpakaian dan memoles diri. Berpakaian yang berlebih-lebihan,

berpakaian yang tidak rapi, berpakaian dengan memoles diri dengan

28
sangat menyolok pada waktu mengajar, salah satu segi negatifnya akan

mengganggu konsentrasi berfikir dan bekerja para peserta didik. Pada

gilirannya akan ditunjuk guru yang bersangkutan sebagai guru yang

kurang/tidak arif dan berwibawa

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa kearifan dan kewibawaaan

adalah unsur tidak terpisahkan dengan kepribadian seorang guru. Makin

tinggi kualitas kearifan dan kewibawaan seorang guru, maka makin tinggi

pula kualitas kepribadian yang dimiliki bagi seorang guru.

4) Keteladanan guru

Keteladanan adalah hal-hal yang ditiru atau dicontoh. Tentu saja

yang dimaksud adalah hal yang baik bukan yang buruk. Peserta didik

cenderung meniru, mencontoh, meneladani gurunya. Secara psikologis

anak memang senang meniru, tidak saja yang baik tetapi yang jelek pun

mungkin ditirunya.

Guru yang setiap harinya mendidik tentu saja banyak bergaul

dengan peserta didik yang diasuhnya. Di dalam pergaulan itulah guru

sangat berperan sebagai ikutan atau teladan. Sesunggguhnya, yang

diharapkan seorang peserta didik dari gurunya bukan hanya ilmunya saja,

tapi lebih dari itu, yaitu bimbingan, arahan, asuhan, dan teladan yang baik,

sehingga dengan ilmu itu terbentuklah sifat-sifat yang utama peserta didik.

Guru tidak akan menjadi ikutan atau teladan yang baik, kecuali guru harus

memiliki pula teladan yang baik. Dalam pada itu, keteladanan diberikan

langsung maupun tidak langsung, baik disengaja maupun tidak disengaja.

29
Dimaksudkan bahwa seorang guru yang harus senantiasa bertingkah laku

yang baik dan dapat dicontoh, ditiru oleh peserta didik. Hal tersebut

dilakukan dalam keadaan sehari-hari, baik di kelas maupun di luar kelas,

di rumah tangga, dan di masyarakat, sehingga peserta didik tidak segan-

segan mendekati serta meneladani gurunya. Oleh karena itu, tingakh laku

yang baik sangat dibutuhkan, bukan tingkah laku yang jelek. Tingkah laku

yang baik menjadikan tingkah laku peserta didik jadi baik, dan sebaliknya

apabila tingkah laku guru jelek maka akan jelek pula tingkah laku peserta

didik.

B. Teori Pendidikan Karakter

1. Pengertian Karakter

Menurut Doni Koesoema Albertus (2010), karakter diasosiasikan

dengan tempramen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan

unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.

Karakter juga dipandang dari sudut pandang behavioral yang menekankan

unsur somatopsikis. Disini karakter disamakan dengan kepribadian.

Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas

dari seseorang, yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari

lingkungan, misalnya pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawaan

seseorang sejak lahir.

Bedasarkan pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

karakter adalah sesuatu yang berhubungan dengan hati seseorang yang

terlihat pada kehidupannya sehari-hari, baik tingkah-laku atau gaya hidup

30
seseorang.

Dari uraian mengenai karakter di atas menjelaskan bahwa karakter

merupakan salah satu hal yang penting bagi setiap orang. Karakter ini dapat

terbentuk melalui banyak cara, salah satunya yaitu melalui pendidikan.

Karena salah satu tujuan pendidikan adalah pembentukan karakter para

peserta didiknya. Agar mereka memiliki karakter yang sesuai dengan norma-

norma yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu penulis coba paparkan

beberapa penjelasan pendidikan karakter.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut D. Yahya Khan (2010), bahwa pendidikan

karakter mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan perilaku yang membantu

individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan

bangsa. Serta membantu orang lain untuk membuat keputusan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Jamal Ma’ruf Asmani (2011,32), berdasarka grand design yang

dikembangkan Kementrian Pendidikan Nasional (2010), secara psikologis

dan sosial kultur, pembentukan karakter dalam diri individu meliputi fungsi

dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik)

dalam konteks interaksi sosial kultur (dalam keluarga, sekolah, dan

masyarakat). Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologi

dan sosial-kultur tersebut dapat dikelompokan menjadi olah hati (spiritual and

emotional development), olah pikir (intelectual development), olah raga dan

kinestetik (phsycal and kinestetik development), serta olah rasa dan karsa

31
(active and creative development).

Berdasarkan urian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

karakter adalah pendidikan yang betujuan membentuk semua aspek karakter

peserta didik, baik itu secara fisik atau mental.

Menurut Charlie (2002), pendidikan karakter merupakan upaya

membantu peserta didik memahami, peduli, dan berperilaku sesuai nilai-nilai

etika yang berlaku dimasyarkat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan

karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru, yang mempu

mempengaruhi karakter pesrta didik (Edy,2012). Menurut Ramli (2012),

pendidikan karakter memiliki esensi yang sama denga pendidikan moral dan

pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya

menjadi manusia yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik.

Beberapa ciri orang yang memiliki karakter menurut Kirsch henbaum

antara lain : hormat, tanggnug jawab, peduli, loyal, berani, dan toleran.

Seseorang yang berkarakter mulia mengetahui potensi yang dimiliki dirinya,

yang ditandai dengan nilai-nilai seperti percaya diri, rasional, logis, kritis,

analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, sabar,

berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji,

adil, rendah hati, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, dan tabah.

(Edy,2012).

Dapat disimpulkan bahwa pendidian karakter adalah pendikan yang

menitik beratkan pada pembentukan karakter atau pendidikan olah hati, atau

dengan kata lain pendidikan karakter adalah pendidikan yang memberikan

32
bekal kepada peserta didik agar mereka menjadi orang yang baik, orang yang

tingkah lakunya sesuai dengan norma-norma yang berlaku, baik itu norma

sosial, norma adat atau norma agama.

Dalam dimensi yang lain pendidikan karakter dapat diartikan

pendidikan yang membentuk ciri khas seseorang atau peserta didik. Dimana

ciri khas ini merupakan bekal bagi kehidupan yang sangat berguna bagi para

peserta didik setelah mereka lulus dari sekolah. Salah satu karakter yang

dibutuhkan oleh para peserta didik khususnya para siswa sekolah kejuruan

adalah karakter kerja, maka dari itu pendidikan karakter kerja bagi mereka

harus diberikan saat mereka masih berada di sekolah sebagai bekal jika

mereka lulus nanti.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang terdahulu yang relevan dibidang pendidikan, yaitu

penelitian yang telah dilakukan oleh:

1. Novia Ayuningtyas (2016) dengan judul : “pengaruh kompetensi kepribadian

guru terhadap karakter peserta didik di SD N Kraton”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: Berdasarkan hasil pembahasan diatas yang didasarkan

pada kajian pustaka, wawancara, dan observasi kompetensi kepribadian guru

sangat berpengaruh terhadap karakter siswa atau sikap siswa. Sehingga guru

harus memiliki kepribadian yang baik untuk membentuk karakter baik kepada

anak. Akan sia-sia berharap karakter anak berkembang dengan baik jika dari

guru yang tidak mempunyai karakter baik sama sekali. Guru adalah pendidik

yang sangat bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik. hal ini

33
dikarenakan guru sebagai orang tua pengganti di sekolah. Karakter baik perlu

ditekankan pada anak karena anak usia sekolah dasar adalah anak usia emas.

Penentu dari sebuah kemajuan bangsa di masa depan. Sehingga guru di

seluruh Indonesia diaharapkan dapat memenuhi syarat kompetensi

kepribadian yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Guru perlu membekali

dirinya dengan sikap sabar dalam menghadapi peserta didik di sekolah dasar,

karena pembentukan karakter tidak dapat didapat dengan instan akan tetapi

memerlukan waktu yang sangat panjang dan berkelanjutan. Pendidikan

karakter dapat dikembangkan secara menyeluruh melalui transformasi budaya

dan kehidupan lingkungan sekolah. Peran guru sangat penting dalam hal ini.

Upaya menanamkan karakter pada anak sering mendapat kendala dari dalam

diri guru itu sendiri, yaitu rasa emosi yang terpendam. Tentunya ini menjadi

ujian yang sangat berat.

2. Indah Tri Agustin (2019) dengan judul : “Pengaruh Kompetensi Kepribadian

Guru terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SD Negeri Margorejo VI/524

Surabaya”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru

di SD Negeri Margorejo VI/524 Surabaya yaitu 92,82% yang artinya berada

pada kriteria sangat baik. Sedangkan karakter integritas, religius, nasionalis,

mandiri, dan gotong royong yang dimiliki siswa di SD Negeri Margorejo VI/524

Surabaya sebesar 84,34% yang artinya berada pada kriteria sangat baik.

Sedangkan korelasi antara kompetensi kepribadian guru (X) terhadap

pembentukan karakter siswa (Y) memiliki koefisien korelasi (r)=0,436 yang

artinya berkorelasi rendah disertai nilai signifikan 0,000<0,05. Berdasarkan

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H 1 diterima yang artinya terdapat

34
pengaruh antara kompetensi kepribadian guru terhadap pembentukan karakter

siswa di SD Negeri Margorejo VI/524 Surabaya. .

3. Ahmad Fajarudin (2021) dengan judul : “Pengaruh Kompetensi Kepribadian

Guru Aqidah Akhlak Terhadap Akhlak Siswa MTs Maarif NU 5

Sekampung”. Berdasarkan hasil pengujian, di peroleh harga chi kuadrat

( hitung) sebesar 13,874. Kemudian harga hitung ini dibandingkan dengan

harga tabel sebesar 9,488. Diperoleh nilai hitung lebih besar dari tabel.

Dengan begitu hipotesis (Ha) yang peneliti ajukan bisa diterima, yang berarti

bahwa ada Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Aqidah Akhlak terhadap

Akhlak Siswa. Sedangkan untuk menguji seberapa besar pengaruhnya,

penulis menggunakan Koefisien Kontingensi (C). Dari pengujian C, dapat

diperoleh harga Chitung= 0,562 kemudian jika dibandingkan dengan Cmaks=

0,816. Karena hargaChitungmendekati harga Cmaks, maka dapat dikatakan

ada pengaruh yang sangat erat antara variabel X terhadap variabel

Y.Berdasarkan pengujian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa adanya

Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Aqidah Akhlak Terhadap Akhlak

Siswa MTs Maarif NU 5 Sekampung..

D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan model konseptual mengenai bagaimana satu

teori berhubungan diantara berbagai faktor yang telah diidentifikasikan

penting terhadap masalah penelitian. Ide-ide gagasan yang terdapat dalam

kerangka piker pada dasarnya adalah penjelasan atau ide bawahan. Dengan

demikian Kerangka berfikir merupakan rincian topik. Pada bagian ini akan

35
dijelaskan pengaruh pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap

pembentukan karakter peserta didik pada SDN 172 Enrekang

Adapun kerangka pikir pada peneltian dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

kompetensi kepribadian
guru
.

Pembentukan Karakter Unsur Kepribadian Karakteristik


Peserta didik Guru Kepribadian Guru

Pembentukan Karakter
Peserta didik

Gambar 2.1
Kerangka Pikir

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah.

Adapun hipotesis atau dugaan sementara dari penelitian ini adalah terdapat

pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru terhadap

pembentukan karakter peserta didik pada SDN 172 Enrekang.

36
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode

penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang dalam proses

menemukan pengetahuan menggunakan data yang berupa angka untuk

meneliti populasi atau sampel tertentu dan di analisis dengan data statistik,

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Peneliti

berupaya mendeskripsikan pengaruh kompetensi kepribadian guru

terhadap pembentukan karakter peserta didik pada SDN 172 Enrekang.

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini meliputi:

1. pengaruh kompetensi kepribadian guru pada SDN 172 Enrekang

2. Peningkatkan karakter peserta didik pada SDN 172 Enrekang.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 172 Enrekang Kecamatan

Enrekang Kabupaten Enrekang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester

genap tahun ajaran 2022/2023 selama dua bulan pada tahun 2023.

2. Subjek

Subjek dalam penelitian adalah guru dan peserta didik SDN 172

37
Enrekang kelas Vb tahun ajaran 2022/2023 yang berjumlah 24 orang yang

terdiri dari 10 peserta didik laki-laki dan 24 peserta didik perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016) terdapat dua hal utama yang memengaruhi

kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrument penelitian dan

kualitas pengumpulan data. Kualitas pengumpulan data berkenaan dengan

ketepatan cara- cara yang digunakan untuk mengumpulkan data atau

disebut dengan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini:

1. Angket

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan angket.

Menurut Riduwan (2009) Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan

kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai

permintaan pengguna. Tujuan penggunaan angket ialah mencari informasi

yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir

bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan

dalam pengisian daftar pertanyaan.

Angket dibagi menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket

tertutup. Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana

sehingga responden dapat memberikan isian dengan kehendak dan keadaanya.

Sedangkan angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa sehingga responden memilih satu jawaban yang sesuai

dengan karakteristik dirinya (Riduwan, 2009).

38
Berdasarkan uraian di atas maka jenis angket yang digunakan dalam

penelitian ini adalah angket tertutup. Karena responden memilih satu jawaban

yang sudah tersedia sesuai dengan karakteristik dirinya

2. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari pelbagai proses biologis dan phsikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, peneliti berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden

yang diamati tidak terlalu besar.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi secara langsung

kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh guru dan peserta didik SDN 172

Enrekang.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah bukti tertulis, surat-surat penting, keterangan

keterangan tertulis sebagai bukti. Sedangkan menurut Riduwan (2009)

dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat

penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-perturan, laporan

kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian.

Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di

SDN 172 Enrekang, peneliti mengumpulkan data-data dokumentasi

diantaranya meliputi absensi peserta didik, perangkat pembelajaran, dan

hasil evaluasi peserta didik mata pelajaran serta data-data lain yang

39
menunjang slama penelitian berlangsung seperti data foto, gambar pada foto

dalam penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul yang dilakukan adalah analisis data, proses

analisis data merupakan salah satu usaha untuk merumuskan jawaban dan

pertanyaan dari perihal perumusan-perumusan dan pelajaran adalah hal-hal yang

kita peroleh dari obyek penelitian.

Sesuai data yang dikumpulkan secara lengkap melalui penelitian lapangan

atau literature, maka proses selanjutnya adalah analisis dengan menggunakan :

1. Analisis statistik deskriptif

Analisis statistik deskriptif yaitu suatu cara yang digunakan untuk

mengolah data dengan menggambarkan atau melukiskan obyek penelitian,

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dengan

menggunkan table frekuensi atau table persentase, dengan rumus :

F
P= x 100 %
N

Keterangan :
P = angka presentase
F = frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N = Jumlah Responden

Pedoman untuk memberikan interpretasi

Interval nilai Kategori Interval nilai Kategori


0% - 19,9% Sangat rendah
20% - 39,9% Rendah
40% - 59,9% Sedang
60% - 79,9% Kuat
80% - 100% Sangat kuat
Sumber : Sugiyono

40
2. Analisis statistik inferensial.

Analisis statistik inferensial, yaitu dengan menggunakan regresi linier

sederhana. Metode yang menonjolkan analisis pengaruh adalah korelasi dan

regresi. Analisis regresi berguna untuk melihat besarnya pengaruh satu

variabel bebas dengan rumus :

Y =a+bX

Keterangan:

Y : subjek variable terikat yang diproyeksikan.

X : variable bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk

diprediksikan.

a : nilai konstanta harga Y jika X = 0

b : nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang

menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-)

variable Y.

Dari penjelasan di atas, maka penulis menggunakan rumus regresi

untuk menganalisis data dengan mengolahnya menggunakan aplikasi SPSS.

F. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Peneliti merencanakan penelitian dilaksanakan 3 (bulan) dengan jadwal

peneltian sebagai berikut:

41
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No. Bulan
Keterangan
Jenis Kegiatan Mei Juni Juli

1 Pengajuan Usulan

2 Pra penelitian

3 Penelitian lapangan

4 Penyusunan skripsi

42
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar.


Kompetensi Guru. Bandung: Rosdakarya Offsett.

Abdullah, Ramli,2012. Pembelajaran Berbasis Manfaat Sumber Belajar. Jurnal:


Ilmiah Didaktika. 12 (2): 216

Albertus, Doni Koesoema. 2010. Pendidikan Karakter. Strategi Mendidik Anak di


Zaman Global. Jakarta: PT.Grasindo

Asmani, Jamal Ma'mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter


di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press

Chaerudin, Ali. 2019. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan SDM.


Sukabumi:CV. Jejak anggota.

Charlie. 2002. Lessons For Algebraic Thinking, Grades 6-8. Math Solutions
Publications: Sausalito

D. Yahya Khan. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta:


Pelangi Publishing

Daradjat Zakiah, 2006. Ilmu Jiwa Agama, Cet.XV; Jakarta : Bulan Bintang.

Edy, Sutrisno. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana

Gibson, James, et al. 2006. Organization (Behavior, Structure, Proceses). Twelth.


Edition

Gilley, J.W., England S.A. 2008. Principles of Humans Resources Development.


Reading, Massachussets : Addison – Wesley Publishing Company, Inc.

Luk Lukaningsih Zuyina.2010 Perkembangan Kepribadian. Cet.1; Yogyakarta:


Nuha Medika.

Mappanganro. 2010. Pemilikan Kompetensi Guru: Makassar: Alauddin Press.

Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja


Rosda Karya.

Mc Shane & Glinow, 2008. Organizational Behavior , Fourth Edition, Mcgraw

Palan, R. 2007. Competency Management. Jakarta: Penerbit PPM. 

43
Riduwan,2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Cet.VI; Bandung: Alfabeta.

Robbins, Stephen. P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Samana 2004. Profesionalisme keguruan. Yogykarta: Kanisius

Sardiman A.M. 2009. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Gravindo Persada

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian hasil proses belajar mengajar. (Cetakan. XV)
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R & D. Bandung:


Alfabeta.

Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Media.


Pressindo.

Tilaar, H.A.R. 2006. Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia,


Bandung: Remaja Rosda Karya.

Wikipedia. Guru. http://id.m.wikipedia.org/wiki/guru. (6 Juni 2023)

Yamin, Martinis dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Persada.


Press.

Perundangan-undangan

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan


dosen
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang standar
kompetensi guru

44

Anda mungkin juga menyukai