Anda di halaman 1dari 70

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN RADEC

TERHADAP KETERAMPILAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI SISWA

SEKOLAH DASAR SD N 1 BANYUURIP

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Nia Nurul Fauzia

2020406405121

i
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RADEC TERHADAP

KETERAMPILAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SEKOLAH

DASAR SD N 1 BANYUURIP

SKRIPSI

Oleh:

Nia Nurul Fauzia

2020406405121

Mengetahui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Yessi Budiarti, M.Pd. Endang Wahyuni, M.Sn.

NIDN. 0229058602 NIDN. 0210039004

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Yunni Arnidha, S.Pd., M.Pd.

NIDN. 0229097801

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Sehingga proposal ini dapat di selesaikan tepat

waktu dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Radec Terhadap

Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar SD N 1 Banyuurip”.

Tujuan penulisan proposal ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan Model

Pembelajaran Radec terhadap keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa

Sekolah Dasar. Selain itu, penyusunan proposal ini untuk memenuhi salah satu

syarat kelulusan pada mata kuliah proposal pada Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Ucapan terimakasih ini peneliti tujukan kepada :

1. Ibu Ns. Arena Lestari, M.Kep Sp.kep J., ph D selaku Rektor Universitas

Muhamamdiyah Pringsewu Lampung.


2. Bapak Ns. Gunawan Irianto, M.Kep Sp.Kep, Kom, Ph.D selaku Dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Pringsewu Lampung.

3. Ibu Yunni Arnidha, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Lampung.

4. Ibu Yesi Budiarti, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah memberikan

arahan dalam penulisan proposal ini.

5. Ibu Endang Wahyuni, M.Sn. selaku pembimbing II yang telah memberikan

dorongan serta memberikan banyak ilmu dalam penulisan proposal

penelitian ini.

Semoga Allah SWT. selalu memberikan rahmat, hidayah, taufik serta

ridhonya kepada kita semua. Penulis juga berharap proposal yang dibuat ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Aamiin

Pringsewu, mei 2023

Peneliti

Nia Nurul Fauzia

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................3

C. Tujuan Penelitian...................................................................................................3

D. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................................3

E. Manfaat Penelitan...................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori...........................................................................................................5

1. Ketrampilan Berfikir Tingkat Tinggi ( HOTS)...................................................5

2. Pengertian Model Pembelajaran.........................................................................6

3. Model Pembelajaran Radec..............................................................................13

4. Konsep pembelajaran IPS.................................................................................19

B. Kerangka Berpikir................................................................................................20

C. Hipotesis..............................................................................................................21

D. Kajian Penelitian Yang Relevan...........................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian..............................................................................24

B. Populasi, dan sampel penelian..............................................................................24

1. Populasi Penelitian...........................................................................................24
2. Sampel Penelitian.............................................................................................25

C. Definisi Oprasional Variable................................................................................25

D. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................................26

1. Tempat Penelitian.............................................................................................26

2. Waktu Penelitian..............................................................................................26

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data............................................................26

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.....................................................................26

1. Uji Validitas Tes...............................................................................................27

2. Uji Realibilitas Tes...........................................................................................27

G. Uji Prasyarat Analisis Data..................................................................................28

1. Uji Normalitas..................................................................................................28

2. Uji Homogenitas..............................................................................................29

3. Uji Hipotesis.....................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................31
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Observasi...........................................................................36

Lampiran 2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara..........................................................38

Lampiran 3 Hasil Observasi..................................................................................39

Lampiran 4 Hasil Wawancara...............................................................................41

Lampiran 5 Hasil Rekapitulasi Nilai UH..............................................................43


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Abad 21 dikenal sebagai abad digital yang ditandai oleh

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat.

Perkembangan teknologi informasi tersebut memberikan perubahan

pada seluruh aspek konstelasi kehidupan. Implikasinya setiap bangsa

termasuk Indonesia harus menyesuaikan dengan tuntutan zaman tersebut

mampu hidup di abad 21, diperlukan sepuluh keterampilan yang harus

dimiliki siswa, keterampilan tersebut antara lain keterampilan berpikir

kreatif, berpikir kritis, berpikir metakognisi, komunikasi, kolaborasi,

literasi informasi, literasi TIK (Teknologi Informasi Komunikasi),

berkewarganegaraan, bekerja dan berkarir, serta keterampilan

responsibilatas individu dan sosial.

Lebih lanjut menggagas konsep pelangi keterampilan dan

pengetahuan yang harus dimiliki di abad 21. Keterampilan tersebut

meliputi ketarampilan belajar dan berinovasi yang di dalamnya terdapat

kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah,

kemampuan komunikasi dan kolaborasi, dan kemampuan untuk

berkreativitas dan berinovasi. Keterampilan-keterampilan tersebut jika

dicermati lebih lanjut erat kaitannya dengan Higher Order Thinking Skills
(HOTS). Berdasarkan dengan pernyataan di atas, salah satu kemampuan

yang dapat mengakomodasi siswa untuk dapat bereksistensi di abad 21

adalah HOTS. HOTS merupakan kemampuan penting, yang mana siswa

belajar bukan hanya mengingat dan memahami, namun jauh lebih dalam

yakni menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. HOTS adalah

kemampuan rumit yang di dalamnya terdapat kemampuan logika dan

penalaran, analisis, evaluasi, kreasi, pemecahan masalah, dan

pengambilan Keputusan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat

Nugroho (2018) yang menyatakan HOTS sebagai kemampuan untuk

menerapkan keterampilan, pengetahuan, dan nilai dalam membuat

penalaran dan refleksi dalam memecahkan suatu masalah, mengambil

keputusan, dan mampu menciptakan sesuatu yang memiliki sifat inovatif.

HOTS ini sangatlah penting jika kaitkan dengan abad 21, maka

membelajarkan HOTS sudah menjadi suatu keharusan. Sehingga HOTS

merupakan keterampilan penting yang harus diterapkan dalam sistem

pendidikan negara, karena HOTS mempromosikan pembelajaran

berkelanjutan dan menyumbangkan berbagai manfaat bagi negara di

masa depan, Salah satu dampak positif HOTS adalah memaksimalkan

kinerja dan mengurangi kelemahan, dengan kata lain peserta didik yang

dilatih berpikir akan berpengaruh kepada kemampuan, kecepatan, dan

efisiensi dalam mengambil.

(Studi et al., 2016)


Namun demikian, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan

HOTS siswa masih tergolong rendah. Siswa masih belajar pada

tataran mengingat, memahami, dan menerapkan, dan belum terbiasa

dilatih pada kemampuan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau disebut juga dengan Higher

order thinking skill merupakan kemampuan peserta didik dalam

menganalis permasalahan, memikirkan alternatif solusi, dan mampu

menerapkan strategi penyelesaian masalah. Melalui keterampilan ini siswa

akan mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam proses

pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Keterampilan

berfikir tingkat tinggi sudah terdapat dalam semua mata perlajaran tanpa

terkecuali, salah satunya adalah mata pelajaran IPS. (Abdullah Sani,

2019:3)

Berdasarkan observasi dan wawancara pra penelitian yang dilakukan

pada tanggal 17-18 Januari 2024 di kelas V SD N 1 Banyuurip, diketahui

bahwa pada proses pembelajaran IPS kelas V masih berfokus pada guru

atau disebut dengan teacher center sehingga peserta didik menjadi tidak

aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa pasif dan

hanya sekedar menyimak penjelasan guru, dan kemampuan berfikir siswa

dalam menyelesakan masalah pada pembelajaran IPS kurang optimal.

Sejalan dengan hal tersebut guru juga menjelaskan bahwa pembelajaran

IPS sudah menerapkan pembelajaran yang berbasis dengan HOTS dalam

latihan soal, namun karna siswa kurang memahami cara-cara penyelesaian


soal-soal HOTS hanya 50% siswa yang mampu memahaminya. Hal

tersebut dibuktikan dari data nilai ulangan harian mata Pelajaran IPS di

UPT SD Negeri 1 Banyuurip, sebagai berikut:


Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPS Kelas V

UPT SD Negeri 1 Banyuurip

Kelas Kategori Jumlah Presentase keterangan

Tuntas 10 50% KKM 60


Kelas V
Belum tuntas 10 50%

Jumlah 20 100%

Sumber: Buku Penilaian Siswa Tahun 2023

Berdasarkan permasalahan tersebut hal ini disebabkan karena

penggunaan model dan metode pembelajaran yang digunakan belum tepat.

Selama ini proses pembelajaran masih didominasi dengan model dan

metode pembelajaran yang tidak berpusat pada siswa, hanya sekedar

mentransfer pengetahuan dan kurang melibatkan peserta didik. Hal ini

mengakibatkan peserta didik merasa bosan dan pada akhirnya kemampuan

berfikir tidak optimal.

Proses pembelajaran, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi membutuhkan model

pembelajaran yang tepat, salah satu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi adalah model

pembelajaran Radec. Model Redac merupakan model pembelajaran yang

yang menggunakan tahapannya sebagai nama model itu sendiri, yakni


Read atau membaca, Answer atau menjawab, Discuss atau berdiskusi,

Explain atau menjelasakan dan Create atau mencipta. Model pembelajaran

ini menjadi salah satu alternatif yang tepat karna mampu meningkatkan

kualitas kegiatan belajar mengajar dan dalam kegiatan pembelajaran siswa

dituntut untuk terus aktif, serta diharapkan menggunakan kemampuan

berfikir tingkat tinggi secara individu maupun kelompok. (Pratama et al.,

2020)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan

sebemlunya, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Model Pembelajaran Radec Terhadap Kemampuan Berfikir Tingkat

Tinggi Siswa Sekolah dasar SD N 1 Banyuurip”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah Terdapat Pengaruh Model Pembelajaran

Radec Terhadap Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa Sekolah

Dasar SD N 1 Banyuurip”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model

pembelajaran Model Pembelajaran Radec Terhadap Kemampuan Berfikir

Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar SD N 1 Banyuurip.


D. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi bahan penelitian adalah

model pembelajaran Radec yang dimaksut dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran merupakan model pembelajaran yang yang

menggunakan tahapannya sebagai nama model itu sendiri, yakni Read atau

membaca, Answer atau menjawab, Discuss atau berdiskusi, Explain atau

menjelasakan dan Create atau mencipta. Sehingga ruang lingkup

penelitian ini berfokus pada pengaruh model pembelajaran Radec terhadap

kemampuan berfikir tingkat tinggi, dengan menggunakan metode

penelitian secara kuantitatif.

E. Manfaat Penelitan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teoritis dan praktis:

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta

pengalaman belajar tentang penggunaan model pembelajaran Radec

serta dapat menjad acuan bagi peneliti yang sejenis.

2. Manfaat secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian yang mampu

memberikan kemudahan dalam proses pembelajaran. Manfaat

penelitian bagi:

a. Bagi Siswa
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

berfikir tingkat tinggi siswa sekolah dasar di SD N 1 Banyuurip.

b. Bagi Guru

Pendidik dapat menerapkan model pembelajaran Radec untuk

meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa di SD N 1

Banyuurip.

c. Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian penerapan model pembelajaran Radec dalam

meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dapat

digunakan oleh sekolah dalam mendukung guru untuk menerapkan

metode pembelajaran yang tidak konvensional.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi peneliti

selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi (HOTS)

keterampilan berpikir tingkat tinggi sering dikenal dengan istilah

HOTS. Jika diterjemahkan, HOTS adalah. Higher order thinking skill

adalah kemampuan peserta didik dalam menganalis permasalahan,

memikirkan alternatif solusi, dan mampu menerapkan strategi

penyelesaian masalah (Abdullah Sani, 2019:3). konteks pembelajaran

yang diharapkan memiliki keterampilan berpikir khususnya HOTS

merupakan peserta didik.

HOTS (Higher Order Thinking Skills) pertama kali

dikemukakakn oleh seorang penulis sekaligus Assosiate Professor dari

Dusquance University bernama Susan M Brookhart dalam bukunya

“How to assass Higher-ordet Thinking Skills in Your Classrrom (2010),

mengatakan bahwa HOTS merupakan metode untuk mentrasfer

pengetahuan,berfikir kritis, dan memecahkan masalah (Sofyan, 2019:3).

HOTS tidak sekedar metode saja, tetapi juga menyangkut model

pembelajaran yang meliputi kemampuan berfikir, pengaplikasian

pemikiran dan adaptasi dengan kebutuhan siswa yang berbeda.

HOTS ini lebih banyak berupa keterampilan berpikir yang ingin

dicapai melalui pembelajaran (Sumandya et al., 2019:4). Menurut


Direkjenderal guru dan tenaga kependidikan keterampilan tahun 2019

berpikir tingkat tinggi dipicu oleh empat kondisi:

a) Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi

pembelajaran yang spesifik dan tidak dapat digunakan disituasi

belajar lainnya.

b) Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang

tidak dapat diubah, melainkan kesatuan pengetahuan yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdiri dari lingkungan

belajar, strategi dan kesadaran dalam belajar.

c) Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier,

hirarki atau spiral menuju pemahaman pandangan multidimensi

dan interaktif.

d) Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti

penalaran, kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan

keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

Konteks pembelajaran, yang diharapkan memiliki keterampilan

berpikir, khususnya HOTS merupakan peserta didik. HOTS ini lebih

banyak berupa keterampilan berpikir yang ingin dicapai melalui

pembelajaran (Abdur, dkk, 2019), hal ini dapat meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam mengubah atau mengkreasikan

pengetahuan yang diketahui dan menghasilkan sesuatu yang baru

seperti mengungkapkan gagasan secara jelas, dapat berargumen


dengan baik, mampu memecahkan masalah dan mampu memahami

hal-hal kompleks yang lebih jelas.

a) Indicator Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi

Indikator keterampilan berfikir tingkat tinggi atau sering yang

disebut dengan HOTS (Higher order thinking skill) mengacu pada

taksonomi bloom yang sudah direvisi memiliki 4 indikator

sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Indikator Keterampilan Berfikir Tingat

Tinggi

No. Taksonomi Bloom

1. Berfikir Kritis

2 Berfikir Kreatif

3 Problem Solving

4 Membuat Keputusan

Sumber : (Simatwa, 2010)

Berfikir Kritis

Berfikirkritis adalah pola berfikir konvergen, yaitu proses

mengolah suatu informasi dari berbagai sudut pandang untuk

memperoleh suatu kesimpulan (Abdullah Sani, 2019).


Menurut ongesa dalam (Mike Tumanggor, 2021) mengatakan

bahwa berfikir kritis adalah sebuah keterampilan, pemikiran yang

dipertanggung jawabkan secara kondusif untuk penilaianyang

baru karena hal ini sensitive terhadap konteks, bergantung pada

kriteria dan pengoreksian diri .

Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan berfikir kritis adalah keterampilan berfikir ulah

informasi secara kondusif untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Berfikir Kreatif

Menurut Downing, 1997 kreativitas dapat didefinisikan sebagai

“prosese” untuk menghasilkan sesuatu yang baru dari elemen

yang ada dengan menyusun kembali elemen tersebut (Abdullah

Sani, 2019). Pemikiran kreatif masing-masing orang akan berbeda

dan terait dengan cara mereka berfikir dalam melakukan

pendekatan terhadap permasalahan. Pemikiran kreatif juga

berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang

relevan dengan ide atau upaya kreatif yang diajukan.


Menurut Torrance, 1990 berikut ciri-ciri kreativitas :

Ciri Indikator Contoh Cara Skoring

kreativitas

Kelancaran Jumlah respon yang Nilai satu untuk setiap

(Fluency) relevan respon yang relevan

Keaslian Ide-ide yang Nilai nol untuksetiap

(originality) dihasilkan tidak respon yang umum. nilai

umum atau unik satu untuk setiap respon

yang tidak umum.

Fleksibilitas Variasi ide yang Nilai satu untuk setiap

diajukan seimbang kategori respon

Elaborasi Kerincian ide yang Nilai satu untuk setiap

dikembangkan responden yang relevan

dan rinci

Sumber : (Abdullah Sani, 2019)

Problem Solving

Problem solving atau kemampuan menyelesaikna masalah sering

tumpeng tindih dengan kemampuan berfikir kritis. Oleh sebab itu

problem solving sering dipertukarkan dengan berfikir kritis.

Namun unut dapat menyelesaikan permasalahan komplek,

pemikir harus dapat melakukan analisis dan sintesis ang


merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi menurut Bloom

(Abdullah Sani, 2019).

Menurut Garofalo dan Lester 1985 menyatakan bahwa problem

solving adalah proses yang mencangkup visualisasi, sosialisasi,

abstraksi, pemahaman, manipulasi,bernalar, analisis, sintesis, dan

generalisas yang masing-masing harus diatur dan dikondisikan

(Abdullah Sani, 2019).

Membuat Keputusan

Proses membuat keputusan umumnya dimulai dari penetapan

tujuan. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi dan diikuti

dengan pembangkitan solusi alternative atau pilihan yang layak.

Pengambilan keputusan dengan membandingan alternative yang

telah dikembangkan (Abdullah Sani, 2019).

Berikut langkah-langkah pengambilan keputusan secara analitik

(Abdullah Sani, 2019) :


Langkah 1 Mendefinisikan Tujuan

Langkah 2 Mengumpulkan informasi yang relevan

Langkah 3 membangkitkan pilihan yang layak

Langkah 4 membuat keputusan

Langkah 5 implementasi dan evaluasi

Gambar 2. 1 Langkah-langkah pengambilan keputusan analitik

b) Karakteristik Instrumen Penilaian HOTS (Higher Order Thinking

Sklills)

Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan, Departemen

Pendidikan dan kebudayaan tahun 2019 menyatakan bahwa soal

HOTS (Higher Order Thinking Skills) memiliki karakteristik

instrumen penilaian sebagai berikut (Agestiana, 2019:35) :


1) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses

pembelajaran dikelas. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki

kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya

memberikan peserta didik ruang untuk mengemukakan konsep

pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran

dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan

berpikir kritis.

2) Berbasis permasalahan kontekstual.

Soal-soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) merupakan

asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari,

di mana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-

konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah.

Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia

saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan

ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam pengertian tersebut

termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk

menghubungkan, menginterpretasika, menerapkan, dan

mengintegrasikan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas

untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.


3) Menggunakan bentuk soal beragam.

Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam HOTS (Higher Order

Thinking Skills) bertujuan agar dapat memberikan informasi yang

lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes atau

peserta didik. Hal ini penting diperhatikan oleh guru agar penilaian

yang dilakukan dapat menjamin prinsip objektif. kemampuan

peserta didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Penilaian

yang dilakukan secara objektif, dapat menjamin akuntabilitas

penilaian. Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat

digunakan untuk menulis butir soal HOTS (Higher Order Thinking

Skills) diantaranya memilih jawaban (soal pilihan ganda, soal

menjodohkan), membangkitkan (soal dengan jawaban singkat,

essay, dan unjuk kerja), dan menjelaskan (memberikan alasan

untuk sebuah pilihan atau jawaban atas sebuah pertanyaan).

Karakteristik soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) adalah

mengukur dimensi metakognitif, tidak sekedar mengukur dimensi

faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif

menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep

yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah

(problem solving) memilih strategi pemecahan masalah,

menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan


mengambil keputusan yang tepat. (Direkjen Guru Dan Tenaga

Kependidikan. 2019:38).

Berdasarkan uraian di atas, karakteristik soal berbasis HOTS

(Higher Order Thinking Skills) adalah meningkatkan pemikiran

tingkat tinggi peserta didik berbasis permasalahan kontekstual.

Menggunakan bentuk soal yang beragam dengan demikian akan

membentuk peserta didik yang berpikir kreatif, dapat memecahkan

masalah, dan dapat mengambil keputusan dengan tepat.

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu istilah yang saling

berhubungan, rancangan, atau pola. Model pembelajaran menjadi

pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Menurut Kemp dalam Rusman model pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai efektif dan efisien (Isjoni, 2016). Menurut

Triyanto (dalam Gunarto, 2013:15) model pembelajaran adlaah suatu

perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial (Dr.

Shilphy, A. Octavia, 2020). Oleh karena itu, dalam sebuah kegiatan

pembelajaran terdapat alur atau jalan dalam melakukan langkah-langkah

pembelajaran yang mengarah pada tujuan yang diharapkaan.


Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa model pembelajaran merupaka suatu pola atau

rancangan yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran mulai dari

awal sampai akhir dengan menerapkan berbagai macam cara kegiatan

belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Model Pembelajaran Radec

a. Definisi Model Pembelajaran Radec

Model pembelajaran radec merupakan suatu cara atau

teknik pembelajaran yang dipakai oleh pendidik pada saat

memberikan materi pelajaran yang menuntut pendidik untuk

membangun suasana belajar yang aktif dan mendidik, yaitu

hubungan pendidik dan peserta didik, hubungan penserta didik

dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan (Fahrurozi dkk, 2022).

Penggunaan model pembelajaran Radec menuntut siswa

untuk aktif dalam proses pembelajaran agar pembelajaran menjadi

lebih bermakna, serta siswa terlibat dalam setiap aspek baik

menentukan permasalaha, menentukan topik yang akan

dijelaskan, serta mengambil keputusan dalam pembelajaran. Hal

ini menjelaskan bahwa model pembelajaran Radec merupakan

alternative solusi agar pendidik dapat melaksanakan pembelajaran

inovatif dengan mudah karena sesuai dengan keadaan Indonesia.


Model RADEC dikembangkan atas dasar beberapa hal yaitu

berikut (Maspiroh & Eddy Sartono, 2022):

1) Model ini didasarkan pada tujuan pendidikan nasional yakni

untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa

menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan, luhur, sehat,

berpengetahuan, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pemerintah

Republik Indonesia, 2003).

2) Model ini dikembangkan atas dasar teori kontruktivisme.

b. Landasan Pengembangan Model Pembelajan Radec

Model pembelajaran Radec dikembangkan dengan

berlandaskan beberapa hal berikut (Wahyu Sopandi dkk, 2021):

1) Tujuan Pendidikan nasional

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan

berbagai potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepata Tuhan Yang Maha Esa,

Berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi

warga negara yang demokratis.

2) Fakta dilapangan menunjukan bahwa saat ini sumber belajar

baik berupa buku maupun sumber lain seperti sumber

informasi dari internet banyak tersedia dan dapat diperoleh

peserta didik. Fakta lain juga menunjukan bahwa seringkali

model yang datangnya dari negara lain tak sesuai dengan di


Indonesia. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang

sesuai dan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran yang dapat dilaksanakan sesuai alokasi waktu

yang tersedia.

3) Menurut teori kontruktivisme sosial yang digagas Vygotsky,

perkembangan kemampuan kognitif pada anak terjadi karena

adanya interaksi dengan lingkungan sosialnya. Dalam teori ini

dikenal dengan istilah kemampuan actual, kemampuan

potensial, dan zone of proximal development (ZPD).

4) Membaca merupakan keterampilan. Ketika berada di kelas I

dan II peserta didik belajar membaca huruf, kalimat, kata, dan

alenia. Selanjutnya di kelas II paserta peserta didik menggali

informasi untuk memperoleh pemahaman.

c. Karakteristik Model Pembelajaran Radec

Sopandi dkk (2019), mengemukakan bahwa model

pembelajaran RADEC mempunyai beberapa karakteristik

pembelajaran yang dapat membangun tidak hanya pemahaman

konsep, namun kemampuan abad 21 dan salah satunya adalah

kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun karakteristik tersebut

antara lain yaitu (Yulianti et al., 2022):

1) Model pembelajaran RADEC dapat memotivasi siswa untuk

terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.


2) Model pembelajaran RADEC dapat mengarahkan siswa untuk

bisa belajar secara mandiri.

3) Model pembelajaran RADEC dapat mengkontekstualkan

sesuatu yang diketahui siswa dengan materi yang

dipelajarinya

4) Model pembelajaran RADEC dapat menghubungkan materi

bahan ajar yang dipelajari dengan mengaplikasikan pada

kehidupan nyata.

5) Model pembelajaran RADEC menekankan pembelajaran yang

berpusat pada siswa sehingga terciptanya pembelajaran secara

aktif dalam bertanya, berdiskusi, mengajukan ide, dan

menyimpulkan terkait materi yang sudah dipelajari.

6) Model pembelajaran RADEC memberi kesempatan kepada

siswa sebelum pembelajaran diberikan tugas pra pembelajaran

untuk memahami terlebih dahulu materi pelajaran secara

mendalam.

d. Sintak Model Pembelajaran Radec

Yoga Adi Pratama (2019) menjabarkan Sintaks model

Read-Answer-Discuss-Explain-Create sebagi berikut (Pohan et

al., 2020):

1) Read (Membaca)

Pada bagian ini peserta didik diharuskan untuk

membaca informasi terlebih dahulu baik dari berbagai sumber


manapun termasuk buku pelajaran, media cetak lainnya

(majalah, koran, artikel dan sebagainya) dan yang bersumber

dari media elektronik seperti internet. Sedangkan pendidik

harus membuat pertanyaan pra-pembelajaran agar informasi

yang mereka cari menjadi terarah.

Pertanyaan pra-pembelajaran merupakan pertanyaan

yang berkenaan dengan materi ajar yang akan dibahas.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus mencakup beragam

tingkat pertanyaan, dari pertanyaan dengan tingkat

keterampilan berpikir rendah (lower order thinking skills)

hingga keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order

thinking skills). Pertanyaan pra-pembelajaran diajukan

sebelum guru memulai proses belajar mengajar dari materi

yang akan diajarkan. Peserta didik mesti menjawab

pertanyaan-pertanyaannya setelah mereka melakukan kegiatan

membaca. Kegiatan membaca dilakukan peserta didik secara

mandiri di luar kelas. Ini dilakukan atas dasar bahwa beberapa

informasi dapat mereka kuasai sendiri tanpa bantuan orang

lain. Jika ada materi yang tidak dapat dikuasai

2) Answer (menjawab)

Setelah melakukan kegiatan membaca di awal, peserta

didik menjawab pertanyaan pra-pembelajaran berdasarkan


pengetahuan yang mereka peroleh dari kegiatan Read

(Membaca). Pertanyaannya disusun dalam bentuk lembar

kerja. Mereka menjawab pertanyaan tersebut secara mandiri

sebelum pembelajaran dimulai. Cara ini bertujuan agar peserta

didik mengenali bagian mana dari bahan ajar yang dianggap

mudah atau sulit secara mandiri.

Selain itu, peserta didik melakukan apersepsi terhadap

minat bacanya, mudah atau sulit memahami bahan bacaan,

dan lain-lain. Selain itu, dengan mengamati jawaban peserta

didik pada pertanyaan pra-pembelajaran, guru dapat

mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap

materi yang akan dibahas. Ini memungkinkan kebutuhan

setiap peserta didik berbeda-beda. Oleh karena itu, guru dapat

memberikan bantuan yang tepat untuk setiap peserta didik.

3) Dikusi

Diskusi dilakukan setelah kegiatan menjawab

pertanyaan pra-pembelajaran. Pada tahap ini, peserta didik

membentuk kelompok untuk membahas jawaban mereka dari

pertanyaan pra-pembelajaran. Guru mendorong siswa yang

berhasil memahami jawabanjawaban dari pertanyaan pra-

pembelajaran untuk memberikan bimbingan kepada temannya

yang belum paham. Guru juga menginstruksikan siswa yang


belum paham terhadap materi yang akan dibahas untuk

meminta bimbingan dari temannya yang sudah paham.

Kegiatan ini menghendaki peserta didik untuk

berdiskusi tentang jawaban mereka antara kelompok yang

satu dengan kelompok lainnya. Guru memastikan bahwa

adanya komunikasi yang terjalin antar anggota kelompok.

Dengan melihat aktivitas seluruh kelompok, guru dapat

mengidentifikasi kelompok yang telah menguasai bahan ajar

yang dipelajari ataupun sebaliknya. Guru juga dapat

mengetahui kelompok mana yang telah memiliki ide-ide

kreatif sebagai bentuk penerapan konsep-konsep yang telah

mereka kuasai.

4) Explain (menjelaskan)

Setelah berdiskusi, peserta didik melakukan kegiatan

presentasi. Bahan yang akan disajikan dalam bentuk

presentasi tersebut mencakup indikator pembelajaran aspek

kognitif yang telah dirumuskan dalam rancangan pelaksanaan

pembelajaran. Tahap ini, setiap kelompok menunjuk

perwakilan anggotanya yang dianggap mampu menjelaskan

materi yang akan dibawakan untuk ditampilkan di depan

kelas. Dalam kegiatan ini, guru memastikan bahwa penampil

dari utusan tiap kelompok menjelaskan secara benar materi


yang dibawakan dan peserta didik lain memahami

penjelasannya. Guru juga memotivasi peserta didik lain untuk

memberikan pertanyaan, bantahan, atau saran atas apa yang

telah disampaikan oleh penampil dari kelompok yang sedang

tampil.

Tahap ini juga bisa digunakan oleh guru untuk menjelaskan

konsep-konsep penting yang tidak bisa dipahami oleh peserta

didik. Ketika menjelaskan, guru dapat memberikan penjelasan

dengan peragaan, bantuan media video, power point atau hal-

hal lain yang diharapkan dapat mengatasi ketidakpahaman

peserta didik.

5) Creat (membuat)

Serangkaian kegiatan pada model ini dari R sampai E

memiliki tujuan untuk meciptakan sesuatu atau merumuskan

ide-ide kreatif tertentu. Guru memfasilitasi peserta didik untuk

menggunakan pengetahuan yang telah mereka kuasai untuk

menghasilkan ideide atau pemikiran kreatif. Ide-ide kreatif

dapat dirumuskan sebagai pertanyaan produktif, identifikasi

masalah, kesimpulan, atau bayangan akan membuat karya

kreatif apa selanjutnya. Ketika guru mendapati peserta didik

yang kesulitan untuk menghasilkan ideide kreatif, guru perlu

menginspirasi peserta didik tersebut.


e. Kelebihan Model Pembelajaran Radec

Sesuai dengan hasil riset Handayani dan Sopandi pada

tahun 2019 menyatakan bahwa sekitar 97,2 % pendidik yang

sudah mengikuti pelatihan sampai selesai mempunyai ketertarikan

untuk menggunakan model RADEC, di sekolah sebagai model

pembelajaran itu mudah untuk dipahami dan juga mampu

memberikan dorongan dalam membangun karakter siswa dan

mampu memberikan suatu pemahaman konseptual siswa serta

memberikan suatu motivasi dalam mengembangkan kompetensi

abad 21 bagi siswa. Berikut keunggulan model pembelajaran

RADEC, diantaranya yaitu (Kusumaningpuri & Fauziati, 2021):

1) Guru mampu mendesain model yang digunakan agar proses

pembelajaran menjadi menarik.

2) Dapat meningkatkan kinerja berpikir kritis peserta didik,

3) Kemampuan menganalisa dan membaca peserta didik

meningkat.

4) Meningkatkan kerjasama kelompok.

5) Keunggulan model RADEC ada pada sintaks yang mudah

tangkap oleh pemahaman seorang pendidik..


f. Kekurangan Model Pembelajaran Radec

Menurut Andi dalam bukunya berjudul Pembelajaran

Inovatif dan Variatif menyebutkan 2 kekurangan pembelajaran

Radec yaitu (Andi Kaharuddin, 2020) :

1. Penggunaan metode iniumumnya hanya untuk bidang

tertentu.

2. Metode ini lebih spesifik kedalam soal cerita.

Selain ini Handayani menyatakan kelemahan model RADEC yaitu guru

harus benar-benar dalam merencanakan pembelajaran. Karena tombak

keberhasilan proses pembelajaran terdapat pada gurunya itu sendiri,

kompetensi yang dimiliki guru harus dikembangkan mulai dari

merencanakan program belajar mengajar, menilai kemajuan yang telah

dicapai pada proses pembelajaran, dan menguasai bahan pengajaran

namun tentunya guru hanya sebagai fasilitator bukan guru yang

berperan aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung (Yulisdiva et

al., 2023).

4. Konsep pembelajaran IPS

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial diartikan sebagai upaya pembinaan

baik dari segi pegetahuan maupun kemampuan berfikir tingkat tinggi

peserta didik yang diharapkan pada akhirnya memiliki kesadaran dan

tanggung jawab yang tinggi terhadap diri sendiri dan lingkungan.


Menurut Nasution (1975) IPS adalah bidang studi yang

merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial.

Sedangkan menurut Tjokorodikarjo (1982) IPS merupakan

perwujudan dari suatu pendekatan interdisiplin dari ilmu-ilmu sosial.

IPS merupakan integrasi berbagai cabang-cabang ilmu sosial dan

dipolkana untuk tujuan-tujuan intruksional dengan materi sederhana,

menarik, mudah dimengerti dan dipelajari (Mardawani, 2021).

Hakikatnya, IPS lebih ditekankan pada istilah pendekatan,

metode dan teknik. Anthony (dalam Richard dan Rodgers,1986 : 14)

melahirkan istilah appoarch (pendekatan), method (metode), dan

technique (teknik) (Siska, 2015). Pendekatan, metode, dan teknik

merupakan tiga istilah yang sering digunakan dalam bidang

pengajaran atau pendidikan. Mengingat kentalnya ketiga hubungan

istilah tersebut karna merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan, maka semua istilah tersebut sering dianggap sama

sehingga sering dipapaki secara bergantian.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang merupakan perpaduan dari

ilmu-ilmu sosial yang dikemas dengan bentuk materi sederhana,

menarik, dan mudah dimengerti. Oleh karena itu dengan penggunaan

metode yang penggunaan metode yang tepat dan pembelajaran yang

menyenangkan bagi anak akan mempermudah tujuan pembelajaran

dioptimalkan dan hasil belajar peserta didik pun akan maksimal.


b. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS SD

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan

kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan

kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi

kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan

kejiwaannya; memanfaatkan sumber daya yang ada di permukaan

bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun

kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan

masyarakat manusia.

Singkatnya IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem

kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya

atau manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan pertimbangn

bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS

pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan

peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS

pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi.

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS

dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau

pada geografi dan sejarah (Darsono & Karmilasari, 2017). Terutama

gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di

lingkungan sekitar peserta didik SD. Dengan cakupan tersebut,


peneliti akan memfokuskan penelitian pada materi kerja sama dengan

menggunakan model pembelajaran RADEC..

Model merupakan suatu istilah yang saling berhubungan,

rancangan, atau pola. Model pembelajaran menjadi pedoman bagi

guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Menurut Kemp

dalam Rusman model pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai efektif dan efisien (Isjoni, 2016). Menurut

Trianto (dalam Gunarto, 2013:15) model pembelajaran adalah suatu

perencanan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial (Dr.

Shilphy, A. Octavia, 2020). Oleh karna itu, dalam sebuah kegiatan

pembelajaran terdapat alur atau jalan dalam melakukan langkah-

langkah pembelajaran yang mengarah pada tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola atau

rancangan yang mengacu pada langkah-langkah pembelajaran mulai

dari awal sampai akhir dengan menerapkan berbagai macam cara

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran biasa

digunakan secara umum yaitu hanya menitikberatkan pada pengajaran

dengan satu cara penyelesaian, sehingga jawaban yang dihasillkan siswa


juga hanya satu metode solusi. Hal ini mengakibatkan siswa tidak mampu

mengembangkan ide-ide dari pemikiran mereka sendiri. Oleh karena itu,

perlu adanya perubahan pada proses pembelajaran untuk mendorong siswa

lebih berpikir tingkat tinggi. Salah satu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran Radec, dengan model pembelajaran

tersebut dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan hasil

belajar siswa. Berdasarkan landasan teori dan hasill sebagai acuan untuk

merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka konsep yang di

tuangkan dalam metode penelitian seperti ditunjuk pada gambar berikut:

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Konsep Pengaruh Model Pembelajaran Radec

Terhadap Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi


Model Pembelajaran
Radec (variabel x) Kemampuan berfikir
tingkat tinggi

C. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yoga Adi Pratama, Wahyu Sopandi,

Yayuk Hidayah, dan Meiwatizal Trihastuti (Pratama et al., 2020), yang

berjudul “Pengaruh model pembelajaran RADEC terhadap

keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa sekolah dasar”. Berdasarkan


penelitiannya dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran RADEC

lebih berpengaruh positif dibandingkan model pembelajaran inkuiri

terhadap ketrampilan berfikir tingkat tinggi siswa. Berikut persamaan

dan perbedaan:
a) Persamaan

(1) Sama-sama menggunakan mengukur pengaruh penggunaan

model pembelajaran RADEC terhadap Keterampilan Berfikir

Tingkat Tinggi (HOTS)

b) Perbedaan

(1) Penelitian yang dilakukan oleh yoga dkk menggunakan 2

sampel yaitu di SD N 5 Pagarasih sebagai kelas eksperimen dan

SDN 1 Pagarasih sebagai kelas control. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti hanya menggunakan 1 sample

yaitu SD N 1 Banyuurip.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Triska Rindiana, Muh. Husen Arifin,

Yona Wahyuningsih (Rindiana et al., 2022), yang judul “Model

Pembelajaran Radec Untuk Meningkatkan Higher Order Thingking

Skill Dalam Pembelajaran Ips Di Sekolah Dasar”. Berdasarkan

penelitiannya dapat disimulkan bahwa model pembelajaran RADEC

yang dimulai dari Read-Answer-Discuss-Explain-Create. Dapat

mebangun HOTS karena dalam model pembelajaran RADEC siswa

dituntut untuk menganalisis dan mencipta. Berikut persamaan dan

perbedaan:
a) Persamaan

(1) Sama-sama menggunakan mengukur pengaruh penggunaan

model pembelajaran RADEC terhadap Keterampilan Berfikir

Tingkat Tinggi (HOTS).

b) Perbedaan

(1) Penelitian ini menggunakan pembelajaran IPS, sedangkan

penelitian yang dilakukan peneliti pada pembelajaran IPA.

(2) Penelitian yang dilakukan oleh Trista dkk menggunakan

metode penelitian systematic review. Sedangkan pada

penelitian ini peneliti menggunakan metode kuantitatif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Iyoh Maspiroh, E. Kus Eddy Sartono

(Maspiroh & Eddy Sartono, 2022) yang berjudul “Model Pembelajaran

Radec (Read, Answer, Discuss, Explan, And Create) Untuk Meningkat

Kemampuan Berikir Tingkat Tinggi (High Order Thingking Skill)

Peserta Didik Pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”. Hasil

penelitian pada penelitian ini adalah bahwa Penggunaan Model

pembelajaran RADEC dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan

kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dengan tahapannya yaitu

Read, Answer, Discuss, Explain, and Create. Berikut persamaan dan

perbedaan:

a) Persamaan
(1) Sama-sama menggunakan mengukur pengaruh penggunaan

model pembelajaran RADEC terhadap Keterampilan Berfikir

Tingkat Tinggi (HOTS).

(2) Penelitian ini sama-sama menggunakan pembelajaran IPA

b) Perbedaan

(1) Penelitian yang dilakukan oleh Trista dkk menggunakan

metode penelitian tinjauan literature. Sedangkan pada

penelitian ini peneliti menggunakan metode kuantitatif.

D. Hipotesis

Ha =Terdapat pengaruh model pembelajaran Radec terhadap kemampuan

berfikir tingkat tinggi siswa sekolah dasar SD N 1 Banyuurip.

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Radec terhadap

kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa sekolah dasar SD N 1

Banyuurip.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan

menggunakan metode eksperimen. Desain penelitian ini menggunakan

Pre-Experimental design dengan bentuk One-Group Pretest-Posttest,

dimana pada desain ini terdapat pretest yang dilakukan sebelum diberi

perlakuan dan posttest diberikan setalah siswa diberikan perlakuan.

Gambar 3.1

Bentuk One-Group Pretest-Posttest Design

O1 x o2

Keterangan:

X :Tretment menggunakan Redac sebagai model pembelajaran.

O1 : Pre-test kelas Eksperiment.

O2 : post-test kelas Eksperiment.

(Sugiyono, 2014:74)
B. Populasi, dan sampel penelian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V

SD N 1 Banyuurip. Kelas V sebanyak 20 siswa, sehingga jumlah total

populasi 20 siswa. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.1

Populasi Siswa Kelas V

Kelas Jenis Kelamin Jumlah Siswa

L P

III 9 11 20

(Sumber: Dokumentasi daftar siswa kelas V)

2. Sampel Penelitian

Berdasarkan populasi di atas yang menjadi sampel pada penelitian

ini adalah peserta didik kelas V. Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh, sampel jenuh adalah

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel, hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,

kurang dari 20 orang .


C. Definisi Oprasional Variable

Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Table 3. 2 Definisi Operasional Variable

No. Jenis Variable Varible pada penelitian Definisi Operasional

1. Variable Model Pembelajaran Radec Model pembelaaran Radec

Independent adalah model pembeljaran

(Bebas ) yang mengarah pada 5

X aspek yaitu Read-

Answare- Discus-Explain-

Create.

2. Variable Kemapuan Berfikir Tingkat Kemampuan berfikir

Dependent Tinggi tingkat tinggi yaitu

(Terikat) kemampuan siswa dalam

Y memecahan masalah

dengan menggunakan

tahapan berfikir tingkat

tinggi. Terdapat 4 infikator

berfikir tingkat tinggi yaitu

berfikir kritis, berfikir

kreatif, problem solving

dan membuat kesimpulan


D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N 1 Banyuurip, Kecamatan

Banyumas, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung

2. Waktu Penelitian

Pembelajaran ini akan dilaksanakan pada pembelajaran semester

genap tahun pelajaran 2023/2024.

E. Teknik dan Instrmen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang relevan pada

saat penelitian. Observasi ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar

siswa dengan menggunakan model pembelajaran Radec .

2. Tes

Instrumen tes digunakan untuk mengetahui peningkatan

kemampuan siswa terhadap konsep yang telah dipelajari. Penelitian ini

untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap konsep yang telah

dipelajari diukur dengan teknik tes yaitu tes tulis berupa soal essay.
Tes diberikan pada awal dan akhir dari pemberian prilaku. Tes akhir

digunakan untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Ada dua hal yang penting dalam uji coba instrumen, yaitu Validitas

dan Reliabilitas. Suatu instrumen dinyatakan valid apabila sesuai dengan

mengukur apa yang hendak diukur dan hasillnya akan sesuai dengan

keadaan sebenarnya. Hendaknya instrumen dinyatakan reliable apabila

instrumen tersebut jika digunakan pada tempat dan waktu yang lain

hasillnya tetep sama. Dalam penelitian ini menggunakan validitas tes dan

reliabilitas tes.

1. Uji Validitas Tes

Menurut Sugiyono (2016:129) untuk instrumen yang berbentuk

tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan

membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang

telah diajarkan. Untuk menjamin validitas isi dilakukan dengan

menyusun kisi-kisi sehingga masing-masing bahasan tersusun secara

sistematis. Selain isi akan diliha pula validitas tes tiap item instrumen

yaitu mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus

product moment sebagai berikut :


Rumus mencari validitas:

Dimana:

Rhitung = Koefisien korelasi person

X = Skor item butir soal

Y = Jumlah skor total tiap soal

n = Jumlah responden

2. Uji Realibilitas Tes

Saifudin Azwar (2012:7) reliabilitas merupakan penerjemah

dari kata reliability. suatu pengukuran yang mampu menghasillkan

data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut pengukuran

yang reliabel. Reliabilitas berkenaan dengan tingkat ketepatan

hasill pengukuran. Reliabilitas instrumen adalah alat yang

memberikan hasill yang tetap sama (konsisten). Hasill pengukuran

itu harus tetap sama jika pengukurannya diberikan pada subjek

yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda. Dalam

menguji reliabilitas instrumen penelitian ini, penulis menggunakan

rumus Cronbach’s Alpha (α) untuk tipe soal uraian sebagai berikut:
r11 = ( n ) (1 - ∑αt2 )

n–1 α t2

Dimana:

r11 = Reliabilitas Instrumen

n = Banyaknya Butir Pertanyaan

∑αt2 = Jumlah Varian Item

α t2 = Varian Total Responden

G. Uji Prasyarat Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh masing-masing variabel normal, mendekati normal, atau

tidak. Uji normalitas data hasill penelitian yang digunakan adalah uji

Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikan α = 0,05.

k
X2 = ∑ ¿¿ ¿
i=1

Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji

homogenitas. Pedoman untuk mengambil kesimpulan:

 Jika nilai Sig. atau signifikansi < 0,05 maka data tidak

berdistribusi normal.
 Jika nilai Sig. atau signifikansi ≥ 0,05 data berdistribusi

normal.

Sedangkan uji normalitas menggunakan program SPSS 25

dengan langkah-langkahsebagai berikut :

Langkah 1 : Aktifkan program SPSS 25

Langkah 2 : Buat data pada variabel View

Langkah 3 : Masukan data pada data View

Langkah 4 : Klik Analyze →Non Parametric test →1. Sample

K-S → Klik Variabel Kelas dan nilai kemudian

pindah / masukan pada Test Variable List → Klik

OK

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan pengujian untuk mengetahui

apakah beberapa varian populasi adalah sama atau tidak. Peneliti

menggunakan uji homogenitas berupa uji kesaman dua varians

digunakan untuk menguji apaka kedua data tersebut homogen yaitu

dengan membandingkan kedua variansinya. Uji homogenitas yang

dilakukan pada penelitian ini adalah Uji Levene dengan taraf

signifikansi α = 0,05. Berikut rumus uji kesamaan dua varians, yaitu:

F hitung = VARIAN TERBESAR

VARIAN TERKECIL
Pedoman untuk mengambil kesimpulan adalah sebagai berikut:

 Jika nilai Sig. atau signifikansi < 0,05 maka data memiliki

varians yang tidak homogen.

 Jika nilai Sig. atau signifikansi ≥ 0,05 maka data memiliki

varians yang homogen.

3. Uji Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus di

uji lagi kebenarannya (sugiyono,2014:160). Hipotesis ini

menggunakan Uji T dengan bantuan program SPSS 25. Uji T

dilakukan untuk mengambil keputusan bahwa ada pengaruh atau tidak

antara model pembelajaran Radec terhadap hasil kemampuan berfikir

tingkat tinggi peserta didik. Melalui pengujian ini, nilai t berpasangan

dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikansi 5%. Jika t hitung >

ttabel pada taraf signifikasi 5% maka ada perbedaan yang signifikan.

Sebaliknya, jika thitung < ttabel pada taraf signifikansi 5% maka tidak ada

perbedaan yang signifikan. Sedangkan uji One-Sample T Test

menggunakan program SPSS 25 dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

Langkah 1 : Aktifkan program SPSS 25.0

Langkah 2 : Buat data pada variabel View

Langkah 3 : Masukan data pada data View


Langkah 4 : Klik Analyze →Compare Means →One Sample

T Test→ Klik nilai kemudian pindah / masukan

pada Tes Variable→ Klik OK

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, R. (2019a). Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order

Thinkking Skills) (Pertama). Tira Smart IKAPI.

Abdullah Sani, R. (2019b). Pembelajaran Berbasis HOTS Edisi Revisi. Tira Smart

IKAPI.

Agestiana, V. (2019). Pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis

hots menggunakan aplikasi.

Andi Kaharuddin, N. H. (2020). Pembelajaran Inovatif & Variatif (Mutmainah

(ed.)). Pusaka Almaida.

Darsono, & Karmilasari, W. A. (2017). Sumber Belajar Penunjang Plpg 2017

Kompetensi Profesional Mata Pelajaran : Guru Kelas Sd Unit Iv : Ilmu


Pengetahuan Sosial. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat,

1–43.

Dr. Shilphy, A. Octavia, M. P. (2020). Model-Model Pembelajaran (A. H. Zein

(ed.); ke-1). DEEPUBLISH.

Fahrurozi dkk. (2022). Model-Modelpembelajaran Kreatif Dan Berfikir Kritis Di

Sekolah Dasar (ke-I). UNJ PRESS.

Isjoni. (2016). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajan Kelompok. 16–68.

Kusumaningpuri, A. R., & Fauziati, E. (2021). Model Pembelajaran RADEC

dalam Perspektif Filsafat Konstruktivisme Vygotsky. Jurnal Papeda: Jurnal

Publikasi Pendidikan Dasar, 3(2), 103–111.

https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v3i2.1169

Mardawani, E. Y. S. (2021). KONSEP DASAR IPS (ke-I). DEEPUBLISH.

Maspiroh, I., & Eddy Sartono, E. K. (2022). Model Pembelajaran Radec (Read,

Answer, Discuss, Explan, And Create) Untuk Meningkat Kemampuan

Berikir Tingkat Tinggi (High Order Thingking Skill) Peserta Didik Pada

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Metakognisi : Jurnal Kajian

Pendidikan, 4(2), 82–92. https://doi.org/10.57121/meta.v4i2.43

Mike Tumanggor. (2021). Berfikir Kritis : Cara Jitu Menghadapi Tantangan

Pembelajaran Abad 21 (KE-1). Gracias Logis Kreatif.

Nafrin, I. A., & Hudaidah, H. (2021). Perkembangan Pendidikan Indonesia di

Masa Pandemi Covid-19. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 456–462.

https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i2.324
Pohan, A. A., Abidin, Y., & Sastromiharjo, A. (2020). Model Pembelajaran

RADEC dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa. Seminar

Internasional Riksa Bahasa XIV, 496, 250–258.

Pratama, Y. A., Sopandi, W., Hidayah, Y., & Trihatusti, M. (2020). Pengaruh

model pembelajaran RADEC terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi

siswa sekolah dasar. JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), 6(2), 191–203.

https://doi.org/10.22219/jinop.v6i2.12653

Rindiana, T., Arifin, M. H., & Wahyuningsih, Y. (2022). Model Pembelajaran

Radec Untuk Meningkatkan Higher Order Thingking Skill Dalam

Pembelajaran Ips Di Sekolah Dasar. Autentik : Jurnal Pengembangan

Pendidikan Dasar, 6(1), 89–100. https://doi.org/10.36379/autentik.v6i1.186

Simatwa, E. M. W. (2010). Piaget’s theory of intellectual development and its

implication for instructional management at presecondary school level.

Educational Research and Reviews, 5(7), 366–371.

Siska, Y. (2015). Pembelajaran IPS SD. Garudhawaca.

Sofyan, F. A. (2019). Implementasi Hots Pada Kurikulum 2013. Inventa, 3(1), 1–

9. https://doi.org/10.36456/inventa.3.1.a1803

Studi, P., Pendidikan, K., Filsafat, J., Sosiologi, D. A. N., Pendidikan, F. I., &

Yogyakarta, U. N. (2016). Implementasi Program Sekolah Ramah Anak Di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tempuran.

Sumandya, I. W., Mayudana, K. Y., & Wiadnyana, I. G. A. G. (2019).

Mengembangkan Media Pembelajaran Berbasis Higher Order Thinking


Skills (HOTS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa SMK. Journal of Chemical Information and Modeling, 20(2), 213–

220. https://doi.org/10.5281/zenodo.3517933

Wahyu Sopandi dkk. (2021). Model Pembelajaran Radec. UPI PRESS.

Yulianti, Y., Lestari, H., & Rahmawati, I. (2022). Penerapan Model Pembelajaran

Radec Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal

Cakrawala Pendas, 8(1), 47–56. https://doi.org/10.31949/jcp.v8i1.1915

Yulisdiva, A., Sodikin, C., Anggraeni, P., Studi, P., Guru, P., Dasar, S., Keguruan,

F., Pendidikan, I., Sebelas, U., Sumedang, A., Berpikir, K., Model, T. T., &

Radec, P. (2023). Jurnal Edukasi Sebelas April (JESA) Terhadap

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada Materi Gaya. 7(1), 16–25.

https://ejournal.unsap.ac.id/index.php/jesaTlp.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-Kisi Observasi

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI PRAPENELITIAN

1. Aspek-aspek yang diamati

a. Dokumen Nilai Siswa

b. Kegiatan pada saat proses pembelajaran di Kelas

2. Lembar observasi

a. Dokumen-dokumen penilaian sikap sosial siswa

No. Indikator Aspek Yang di Amati

1. Dokumen nilai siswa Hasil rekapitulasi nilai ulangan harian


b. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung

No. Indicator Aspek yang diamati

1. Kegiatan pada saat proses Siswa aktif bertanya

pembelajaran di kelas Siswa aktif menjawab

Budaya literasi sebelum proses

pembelajaran berlangsung

Siswa aktif dan gemar melakukan

diskusi dengan teman sebangku atau

kelompok

Siswa mampu menjelaskan kembali

apa yang disampaikan oleh guru

Siswa mampu membuat kesimpulan

padamateri pembelajaran
Lampiran 2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA PRAPENELITIAN

1. Informan Wawancara

Guru Kelas V

2. Materi Wawancara

1) Keaktifan Peserta Didik

2) kemampuan Keterampilan berfikir tingkat tinggi

3. Uraian Pedoman Wanwancara

No. Rumusan Pertanyaan peneliti Indicator

Masalah

1. Bagaimana Apaka peserta aktif bertanya keaktifan peserta didik

keefektifan selama proses pembelajaran?

peserta didik Apakah peserta didik aktif

menjawab selama proses

pembelajaran?

Apa penyebab peserta didik

tidak aktif selama proses

pembelajaran?

Apakah ada motivasi selama

proses pembelajaran untuk

membuat peserta didik aktif?

2. Bagaimana Bagaimana pemahaman siswa Kemamuan

keterampilan terhadap keterampilan keterampilan berfikir


berfikir tingkat berfikir tingkat tinggi? tingkat tinggi peserta

tinggi peserta Apakah peserta didik sudah didik

didik? bisa menyelesaikan soal-soal

yang termasuk keretampilan

berfikir tingkat tinggi?

Lampiran 3 Hasil Observasi

Hasil Observasi Prapenelitian

1. Identitas Observasi

Kelas yang diamati : Kelas V

Hari, tanggal : Kamis-Jum’at, 4-5 Mei 202

Waktu : 08.00 – 09.30 WIB

2. Aspek-aspek yang diamati

a) Dokumen Nilai Siswa

b) Kegiatan pada saat proses pembelajaran di Kelas

3. Lembar observasi
a) Dokumen-dokumen penilaian sikap sosial siswa

No. Aspek Yang di Amati Ada Tidak

1. Hasil rekapitulasi nilai ulangan √

harian

Catatan :

b) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung

Aspek yang Hasil Pengamat


No.
diamati Ya Tidak Keterangan

1. Siswa aktif √ Beberapa siswa bahkan

bertanya hamper sebagian siswa

hanya sekedar

memperhatikan penjelasan

dari guru

2. Siswa aktif √ Siswa menjawab

menjawab pertanyaan guru pada saat

guru sedang menjelaskan.

3. Budaya literasi √ Siswa membaca ulang

sebelum proses materi terdahulu dengan

pembelajaran
berlangsung bantuan guru

4. Siswa aktif dan √ Terdapat beberapa siswa

gemar melakukan yang terkesan pasif pada

diskusi dengan saat kegiatan berdikusi,

teman sebangku bahkan beberapa siswa

atau kelompok hanya aktif mengobrol

5. Siswa mampu √ Ketika siswa diminta guru

menjelaskan menjelaskan kembali siswa

kembali apa yang sudah mengerti dan

disampaikan oleh mampu menjelaskan

guru menggunakan Bahasa

mereka sendiri

6. Siswa mampu √ Siswa hanya mencatat

membuat penjelasan yang

kesimpulan disampaikan guru, tanpa

padamateri tahu kesimpuan pada

pembelajaran pembelajaran yang

dilakukan
Lampiran 4 Hasil Wawancara

Hasil Wawancara Prapenelitian

1. Informan Wawancara

Guru Kelas V

2. Materi Wawancara

1) Keaktifan Peserta Didik

2) kemampuan Keterampilan berfikir tingkat tinggi

3. Uraian Pedoman Wanwancara

No. Pertanyaan peneliti Jawaban

1. Apaka peserta aktif bertanya Pada saat kegiatan pembelajaran

selama proses pembelajaran? siswa itu jarang sekali untuk

bertanya, namun kalua ditanya baru

mereka akan menjawab atau perlu


dipancing-pancing dulu begitu.

2. Apakah peserta didik aktif Ya, untuk sebagian siswa kalua

menjawab selama proses ditanya menjawab meskipun

pembelajaran? menggunakan Bahasa mereka

sendiri.

3. Apa penyebab peserta didik tidak Mereka itu kadang malu-malu,

aktif selama proses pembelajaran? takut salah, dan tidak percaya diri.

4. Apakah ada motivasi selama proses Ada, tapi terkadang saya berikan

pembelajaran untuk membuat begini ayo bertanya, mau bertanya

peserta didik aktif? apa ibu kasih pertanyaan, begitu.

5. Bagaimana pemahaman siswa Untuk hal ini, hanya sebagian

terhadap keterampilan berfikir siswa yang memahami, mereka

tingkat tinggi? kesulitan dalam memecahkan soal-

soal hots yang biasa dikemas dalam

bentuk cerita.

6. Apakah peserta didik sudah bisa Hanya sebagian yang bisa.

menyelesaikan soal-soal yang

termasuk keretampilan berfikir

tingkat tinggi?
Lampiran 5 Hasil Rekapitulasi Nilai UH

Hasil Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian

No. Nama Inisial Peserta Didik Nilai UH KKM

1. 75 60
ATK

2. 65 60
BDP

3. 78 60
BAA

4. 48 60
CB

5. 55 60
CMP

6. 58 60
FBS

7. 63 60
IT

8. 67 60
KWH

9. 72 60
LNA

10. 58 60
LDC

11. 70 60
LN

12. 64 60
MA

13. 68 60
MFN
14. 48 60
MM

15. 55 60
MH

16. 55 60
MIK

17. 42 60
NCA

18. 59 60
RAS

19. 68 60
RCA

20. 56 60
ZA

Anda mungkin juga menyukai