Anda di halaman 1dari 33

FENOMENA BULLYING VERBAL DI SEKOLAH DASAR

(STUDY KASUS)

PROPOSAL

OLEH :
RIZKY ADE KURNIAWAN
A1D118051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
AGUSTUS 2023
FENOMENA BULLYING VERBAL DI SEKOLAH DASAR

(STUDY KASUS)

PROPOSAL

Diajukan Kepada Universitas Jambi Untuk Memenuhi Salah Satu


Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Guru
Sekolah Dasar

OLEH :
RIZKY ADE KURNIAWAN
A1D118051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
AGUSTUS 2023

i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal yang berjudul Fenomena Bullying Verbal di Sekolah Dasar (Study


Kasus): Proposal Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yang di susun
oleh Rizky Ade Kurniawan, Nomor Induk Mahasiswa A1D118051 telah diperiksa
dan disetujui untuk diuji.

Jambi, 2023
Pembimbing I

Dr.Yantoro, M. Pd
NIP. 196612191994121001

Jambi, 2023
Pembimbing II

Drs. Faizal Chan, M.Si.


NIP. 196311081988061001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampai kehadirat Allah Subhanahuwataala, atas segala


rahmat-Nya. Begitu pula kepada berbagai pihak yang telah membantu,Terima
kasih yang tak terucap Kepada Kedua Orang tuaku Sebagai Pendukung Setiap
Langkahku. dalam kesempatan ini penulis sampaikan terima, kepada Bapak
Dr.Yantoro,M.Pd , selaku dosen pembimbing I yang dengan kesabaran,
keikhlasan, dan sifat kebapakannya telah membimbing dan memotivasi penulis
untuk menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini. Semua ini akan penulis
kenang sebagai bekal di masa mendatang.
Begitu juga Bapak Drs. Faizal Chan, M.Si. yang dengan ketelitian,
kesabaran dalam menasehati penulis tetapi kritis dan cemerlang dalam berpikir
telah menggugah penulis untuk tidak menyerah memperbaiki kesalahan atau
kekeliruan yang masih muncul dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Tuhan tetap
memberikan yang terbaik untuk beliau.
Dalam penyusunan proposal ini penulis banyak mendapat bantuan,
dukungan, dan masukan baik berupa ide maupun saran dari beberapa pihak. Oleh
sebab itu penulis ingin menyampaikan ucapan ribuan terimakasih kepada orang
tua tercinta ibu Sumarni selaku ibunda penulis yang selalu memberikan doa,
dukungan, serta motivasi kepada penulis agar semangat dalam mejalankan studi.

Penulis menyadari kekurangan dalam penyusunan proposal ini, oleh


karena itu bimbingan dan arahan berbagai pihak sangat diharapkan demi hasil
yang lebih baik. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu menyelesaikan
proposal ini. Semoga segala bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada
penulis menjadi pahala di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Semoga proposal ini
dapat bermanfaat bagi penulis, umumnya bagi pembaca.

Jambi, April 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan
Halaman Persetujuan...............................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
Bab I Pendahuluan...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujua Penelitian.....................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis..........................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis...........................................................................6
Bab II Kajian Teori..................................................................................................7
2.1.1 Pengertian Bullying.........................................................................7
2.1.2. Karakteristik Perilaku Bullying....................................................10
2.1.3 Penyebab Perilaku Bullying..........................................................11
2.1.4 Dampak Perilaku Bullying............................................................12
2.1.5 Pengaruh Perilaku Bullying...........................................................12
2.2 Penelitian Relevan...........................................................................14
2.3 Kerangka Berfikir...................................................................................15
Bab III Metode Penelitian......................................................................................16
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian................................................................16
3.1 Pendekatan Dan Jenis Penelitian............................................................16
3.3 Data Dan Sumber Data...........................................................................17
3.4 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................18
3.4.1 Observasi.......................................................................................18
3.4.2 Wawancara....................................................................................19
3.4.3 Dokumentasi.................................................................................20
3.5 Uji Validitas Data...................................................................................21
3.6 Teknik Analisis Data..............................................................................22
3.7 Prosedur Penelitian.................................................................................22
Daftar Pustaka........................................................................................................23

v
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang paling penting untuk membangun dan

meningkatkan kualitas suatu bangsa. Hal ini dapat diartikan dan dikatakan bahwa

berkembang atau tidaknya pembangunan sangat bergantung pada pembentukan

yang sedang berlangsung. Menurut Keputusan No. 57 Tahun 2021, Pasal 1 (1)

tentang Standar Nasional Pendidikan mengatur tentang syarat dan pelaksanaan

pembelajaran agar peserta didik menyadari potensi spiritualitas keagamaan, dan

disiplin diri. Ini adalah upaya sadar dan disengaja untuk berhasil. Peserta didik

dapat memiliki individualitas, akal budi, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan untuk dirinya, masyarakat, dan bangsa.

Masa depan bangsa terdapat kepada peserta didik sekarang, sehingga

keterkaitan ini menjadikan pembangunan dan peningkatan sektor pendidikan

sebagai aset yang sangat penting. Sebagai warga negara Indonesia, meskipun

tergolong negara berkembang, Indonesia tetap mengutamakan pendidikan dan hal

ini dibuktikan dengan keinginan bangsa Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan

bangsanya. Dalam sistem pendidikan nasional, semua warga negara yang

potensial dan intelektual berhak mendapatkan pendidikan khusus. Pendidikan

merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia (Asrial, 2021).

Pendidikan adalah usaha sadar oleh keluarga, masyarakat, dan negara untuk

membimbing, mendidik, dan melatih peserta didik dalam kegiatan seumur hidup

di dalam dan di luar sekolah, serta mempersiapkan mereka untuk peran masa

depan dalam lingkungan yang beragam. Ini sebuah usaha. Anda sekarang siap

1
2

untuk pergi. Pendidikan membawa tujuan hidup yang baik, mulia, layak, benar

dan indah.

Menurut Pasal 16 UU Standar Proses Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar,

dan Menengah Tahun 2022, standar proses bagi peserta didik adalah jumlah

minimal berdasarkan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan untuk mencapai

kualifikasi standar pendidikan. Sedang belajar. itu normal. Peserta didik adalah

anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui

proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan

tertentu. Instruktur adalah istilah yang cocok untuk guru, pendidik, inspektur, atau

departemen lain yang berkualifikasi yang terlibat dalam penyelenggaraan

pendidikan. Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah (selanjutnya

disebut Satuan Pendidikan) adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan pada bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan

dasar, dan menengah melalui jalur formal dan informal. Siswa sekolah dasar

merupakan siswa yang melewati tahap perkembangan anak usia dini dan

memasuki masa remaja (Sumantri, 2014).

Di sekolah dasar, siswa diharapkan memperoleh pengetahuan yang

dianggap sangat penting untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Siswa adalah

bagian dari masyarakat dan saling membutuhkan untuk mengembangkan

bakatnya. Anak yang lahir dengan segala kelemahan dan ketidak berdayaannya

tidak dapat mencapai tingkat kemanusiaan yang normal. Pendidikan adalah hak

anak, namun tidak semua ketakutan dan kekerasan membatasinya. bukan. Dunia

pendidikan seharusnya tidak menjadi tempat kekerasan dan tidak melindungi

anak-anak yang rentan. Harus menjadi tempat belajar yang nyaman dan aman bagi
3

anak sesuai UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah

dengan Pasal 54 UU No. 35 Tahun 2014. dari kekerasan fisik. oleh pendidik.

Wiyani (2012:105) menemukan bahwa kedamaian sekolah dapat

diklasifikasikan menurut sembilan kriteria.“Bebas dari konflik dan kekerasan,

perdamaian, kenyamanan dan keamanan, kasih sayang dan kasih sayang,

kerjasama, kesepakatan, pemenuhan, internalisasi nilai-nilai agama, hubungan

baik dengan masyarakat”. Hal itu juga tercantum dalam Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2015. Kondisi

sekolah yang berlaku di atas merupakan kebutuhan semua sekolah. Namun, dalam

praktiknya, kriteria ini mungkin tidak terpenuhi. Misalnya, masalah intimidasi

siswa: “ejekan, keteraturan, penolakan, keteraturan, pukulan, tendangan, dll.

Bentuk intimidasi ini mungkin Anda jumpai di sekolah. Di sini, peran guru sangat

besar dalam mengatasi permasalahan tersebut dan mencegah terulangnya kembali

di lingkungan sekolah. ”

Dari hasil studi pendahuluan guru kelas 5 SD Negeri 34/I Teratai dan

mengetahui dari wawancara dengan MR bahwa ada perundungan di kalangan

siswa di sekolahnya. Salah satu bentuk intimidasi adalah ancaman verbal.

Menghina atau melecehkan teman sekelas atau siswa SMA dengan julukan,

mempermalukan remajanya di depan temannya atau sebaliknya, atau menghina

remajanya di depan teman lain pelecehan, kekerasan, atau berada di antara siswa

di klub olahraga. Terimalah dari teman Anda yang di-bully. Faktor penyebab

terjadinya bullying verbal antara lain faktor keluarga seperti tipe tubuh korban

yang tidak ideal (gemuk), kekerasan orang tua, dan latar belakang keluarga.

Faktor yang dirasakan adalah pekerjaan orang tua korban. Menurut hasil
4

wawancara, mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan adalah bullying. B.

Peningkatan upaya guru untuk mengatasi perilaku bullying, kekerasan fisik, dan

hinaan teman sekelas, atau peningkatan sanksi terhadap bullying agar tidak terjadi

lagi. Datang dan bicarakan masalah Anda di sekolah. Peneliti yang mewawancarai

guru kelas 5 SD Neguri 34/I Terata juga mewawancarai siswa kelas 5 SD Neguri

34/I Terata. Wawancara mengungkapkan bahwa intimidasi adalah masalah umum.

Ia mengaku pernah di-bully oleh teman-temannya karena hal-hal kecil, dan para

siswa mengatakan ada beberapa kejadian bullying akhir-akhir ini. Ada kejadian

bahwa saya adalah seorang junior di kelas yang sama.

Dampak korban bullying Jika dibiarkan pelaku intimidasi sendirian, dia

tidak akan terancam jika dia melakukan kekerasan atau mengatakan hal-hal yang

seharusnya tidak dia katakan dengan benar. Sebagai orang dewasa, pelaku

intimidasi lebih cenderung menjadi pelaku intimidasi yang tidak berpendidikan

dan penjahat lainnya, menyebabkan masalah dalam hubungan sosial (Amnda, dkk,

2020). Selain itu, perilaku acak yang berulang dapat membahayakan korban

bullying dalam jangka panjang dan mengubahnya menjadi individu antisosial

dalam hubungannya dengan orang-orang di sekitar mereka. Mengajak orang tua

anak dan korban bullying ke sekolah, menyemangati anak dengan SD Negeri 34/I

Teratai, serta membimbing dan menghukum baik pelaku bullying maupun korban.

Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu anak memahami kesalahannya

sendiri dan menerima serta menghargai pendapat orang lain. Dorong mereka

untuk melakukan sesuatu yang baik atau bermanfaat yang dapat mereka lakukan.
5

Dari Latar belakang yang sudah diuraikan di atas, peneliti memutuskan

melakukan penelitian mengenai “Fenomena Bullying Verbal Di Sekolah Dasar:

(Study Kasus) ”.

I.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Fenomena Bullying Verbal Di Sekolah Dasar:?

I.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang sudah diutarakan oleh penulis di atas maka

terdapat beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan fenomena bullying verbal yang terjadi di sekolah dasar

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Teoritis

Studi ini membantu menjelaskan peran guru sebagai pendidik dalam

fenomena bullying. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau

bahan pemikiran bagi sekolah dasar, guru dan warga sekolah yang peduli untuk

membantu mereka yang membutuhkan. Selanjutnya dapat dijadikan acuan untuk

penelitian selanjutnya terkait mempelajari fenomena bullying verbal di sekolah

dasar peran guru.

I.4.2 Manfaat Praktis

a. Untuk sekolah, diharapkan penelitian ini bisa berguna untuk bahan masukan

dan alat peningkatan pengetahuan Pendidik Dalam Fenomena Bullying di

Sekolah Dasar
6

b. Untuk kepala sekolah, hasil penelitian diinginkakn bisa menjadi referensi

guru Praktisi Pendidik pada Fenomena Bullying Di Sekolah Dasar

c. Untuk peneliti, supaya mendapat manfaat langsung bagi peneliti mengenai

fenomena bullying verbal di sekolah dasar.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori dan Penelitian Relevan

2.1.1 Pengertian bullying

Bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang dari target

atau korban yang lemah, rentan terhadap penghinaan, dan tidak mampu membela

diri (Aini, 2018). Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan

psikologis yang berkelanjutan oleh individu atau kelompok terhadap seseorang

yang tidak mampu membela diri dalam situasi di mana mereka ingin disakiti atau

takut ditindas. (Ulfah, Mahmudah & Ambarwati, 2017)

Bullying adalah pola perilaku agresif yang melibatkan perebutan

kekuasaan untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman, takut, atau terluka.

Hal ini seringkali disebabkan oleh perbedaan penampilan, budaya, ras, agama,

orientasi seksual dan identitas gender. Ingat (Rohman, 2016; Sobba, 2017). Elliot

(2005), di sisi lain, mendefinisikan bullying sebagai tindakan. Seseorang dengan

sengaja menakut-nakuti atau mengintimidasi orang lain. Bullying membuat

korban merasa terancam atau, setidaknya, tidak bahagia. Olweus mendefinisikan

bullying sebagai perilaku negatif satu orang atau lebih terhadap korban bullying.

Ini terjadi berulang kali. Selanjutnya, intimidasi memprovokasi perebutan

kekuasaan dan korban tidak dapat membela diri secara efektif terhadap perlakuan

negatif

2.1.2 Karakteristik Perilaku Bullying

Menurut (Dewi, 2020.) Ada tiga fungsi bawaan:

7
8

a. Perilaku ofensif yang memberi rasa puas bagi pelaku untuk menyakiti

korban

b. Perilaku tidak adil yang menempatkan korban dalam tekanan

c. Tindakan diulangi.

Ada tujuh macam penindas :

1) Penindasan yang percaya diri

Pelaku semacam itu terjadi secara tidak disengaja, mereka bersifat

kiasan dan literal. Dia tidak memiliki ego besar (berlawanan dengan ego

yang kuat).

2) penindas sosial

Pengganggu ini memperalat desas-desus, hoax, sumpah serapah,

dan penghindaran secara sistematis mengisolasi target favorit mereka dan

secara efektif mengucilkan mereka dari aktivitas sosial.

3) Penindas bersenjata lengkap

Pengganggu tipe ini dingin dan jauh. Dia memperlihatkan

sedikit emosi serta menjaga jarak. Dia mencari cara bagaimana

mengintimidasi ketika jauh dari keramaian dan tidak ada orang yang bisa

mengganggunya. Pelaku ini kejam dan pendendam terhadap sasaranya,

tapi main-main dan sok di depan orang lain, paling utama adalah orang

dewasa.

4) Penindasan sensitif

Pengganggu hiperaktif adalah pengganggu yang berjuang di

sekolah dan memiliki hubungan sosial yang kurang berkembang


9

5) penindas yang tertindas

Bullying ini meliputi target dan bully. Diintimidasi dan disakiti

oleh hampir segala kalangan usia, dia menindas orang supaya merasa

menemukan sesuatu utuk menghilangkan rasa ketidak berdayaanya.

6) Kelompok penindas

Sekelompok pengganggu merupakan sekelompok orang, bersama-

sama yang tidakn akan dilakukan secara individu terhadap seseorang

yang akan di singkirkan atau fitnah. Mereka tahu pembullyan itu salah,

tapi tetap dilaksanakan.

7) Gerombolan penindas

Mob Bullies adalah sekelompok anak-anak yang menggertak dan

bertindak seperti kelompok teman mereka. Mereka bertindak sebagai

aliansi strategis yang bertujuan untuk menguasai, memerintah,

mendominasi, menduduki dan menjajah. Pertama, mereka adalah bagian

dari keluarga, merasa dihargai dan dilindungi, serta terikat satu sama lain.

Namun, karena fanatisme mereka, mereka menjadi sangat setia kepada

grup, mengabaikan permainan mereka, kekerasan terhadap korban

mereka, dan semua konsekuensi dari tindakan mereka. kurang. Penekan

ini memiliki sifat sebagai berikut (Hertinjung, & Karyani 2015):

1) suka mendominasi dan menindas orang lain

2) Anda sangat menikmati menggunakan orang lain untuk mendapatkan apa

yang mereka inginkan

3) Sangat sulit untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain
10

4) Hanya pedulikan keinginan dan kebutuhan Anda sendiri, bukan

kebutuhan, hak, dan perasaan orang lain

5) Suka menyakiti anak lain ketika orang tua atau orang dewasa lainnya

tidak ada

6) Melihat saudara dan rekan kerja yang lebih lemah sebagai mangsa

7) Gunakan tuduhan, kritik, dan tuduhan palsu untuk memproyeksikan

kelemahan pada target Anda. Saya tidak ingin bertanggung jawab atas

tindakan saya

8) Ketidakpastian masa depan. Kesediaan untuk memikirkan konsekuensi

jangka pendek, jangka panjang, dan yang tidak diinginkan dari perilaku

saat ini. keinginan untuk perhatian

2.1.3 Penyebab Perilaku Bullying

Bullying disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi:

(a) ciri-ciri karakter;

(b) pengalaman kekerasan di masa lalu; dan

(c) sikap keluarga yang merugikan anak melalui pengembangan kepribadian yang

matang.

Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya kekerasan antara lain:

Menurut Lestari, Yusmansyah & Mayasari (2018:8) Faktor Bullying meliputi:

1. Faktor keluarga

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat. Namun,

perannya dalam perkembangan sosial sangat besar dan, terutama pada

tahap awal perkembangan, menjadi dasar bagi perkembangan pribadi


11

selanjutnya. Hal tersebut berperan penting dalam membentuk kepribadian

anak, seperti mendorong terjadinya perilaku bullying pada anak. .

2. Faktor sekolah

Sekolah merupakan wahana kegiatan dan proses pendidikan yang

berkelanjutan. Sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar,

pembelajaran dan pelatihan (Sudirjo, dkk, 2020). Sekolah adalah lembaga

pendidikan formal yang secara sistematis menyelenggarakan program

penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan untuk membantu peserta didik

mengembangkan potensi dirinya dalam dimensi moral, spiritual,

intelektual, emosional, dan sosial. Sekolah rawan bullying adalah sekolah

yang minim pengawasan guru, terutama bagi siswa yang terpinggirkan

atau jauh dari pengawasan guru. Anak-anak menghabiskan banyak waktu

di sekolah, sehingga bullying dapat terjadi karena lingkungan sekolah.

2.1.4 Dampak Perilaku Bullying

Bullying disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi:

a) ciri-ciri kepribadian

b) pengalaman kekerasan sebelumnya; Dan

c) Keluarga yang merugikan anak melalui sikap pembentukan karakter yang

matang.

Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya kekerasan antara lain:

a) lingkungan dan

b) Budaya

Menurut Lestari, Yusmansyah & Mayasari (2018:8) Faktor Bullying meliputi:


12

1. Faktor keluarga

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat. Namun,

itu tetap merupakan perkembangan sosial yang sangat besar dan, terutama

pada tahap awal perkembangan, menjadi dasar pembentukan kepribadian

selanjutnya. Ini memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian

anak. Mendorong perilaku bullying anak. .

2. Faktor sekolah

Sekolah merupakan wahana berlangsungnya kegiatan dan proses

pendidikan. Sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, belajar

dan praktek (Tu'u, 2004:18). Sekolah adalah lembaga pendidikan formal

yang secara sistematis menyelenggarakan program penyuluhan,

pendidikan, dan pelatihan untuk membantu peserta didik mengembangkan

potensi moral, spiritual, intelektual, emosional, dan sosialnya (Syamsu

Yusuf, 2001:54). Sekolah rawan bullying adalah sekolah yang minim

pengawasan guru, terutama siswa yang terasing atau jauh dari pengawasan

guru. Bullying dapat disebabkan oleh kondisi sekolah karena anak banyak

menghabiskan waktu di sekolah.

2.1.5 Pengaruh perilaku bullying

Anak-anak yang melihat bullying seringkali menjadi pemalu dan rentan

karena tindakan tersebut dapat menakuti anak. Kedua, dia sering takut. Melihat

orang lain di-bully biasanya membuatnya cemas atau was-was. Ia cenderung takut

bahwa mereka pasti akan menjadi korban. Ketiga, bullying dan rendah diri

(Priyatna, 2010:5).
13

Menjadi perilaku negatif, bullying tentu memiliki dampak negatif yang lebih

besar, baik secara fisik maupun psikologis. Ken Rigby (2008:19) Efek bullying

sangat meresahkan, antara lain sakit kepala, pusing, muntah, gangguan makan,

insomnia, depresi berat, perilaku antisosial, sering marah, menyakiti diri sendiri

dan pikiran untuk bunuh diri. Pengaruhnya antara lain (Muhammad, 2009:235):

1) Efek fisik seperti memar, cedera tangan, pusing, sering kelelahan atau

absen, lecet, cedera dahi, nyeri dada, cedera kepala, perjalanan sekolah. .

2) Contoh efek bahasa seperti: tidak masuk kelas, suasana kelas buruk,

gaduh, tidak bisa konsentrasi belajar, tidak nyaman. 3) Efek psikologis

seperti putus sekolah, depresi, kecemasan, rendah diri, malu, keinginan

bunuh diri, kelelahan sekolah, dan kurang belajar.

2.2 Penelitian Relevan

1. Survey 4, Anwari, Misbakhul 2017, Kabupaten Jembreng, Kabupaten Patran,

Jember Lor 1, berjudul 'Deskripsi Perilaku Bullying Siswa di Sekolah Dasar

Negeri'. Penelitian ini bertujuan untuk memahami karakteristik perilaku

bullying. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kuantitatif. Yang berbeda dan berbeda dari penelitian

saya adalah pengetahuan umum tentang bentuk-bentuk perilaku bullying,

tetapi perbedaannya hanyalah metode dan metode yang digunakan oleh para

peneliti ini, dan apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh para peneliti ini. Dan

korbannya adalah seorang peneliti, seorang peneliti. Intimidasi juga Sebuah

studi independen

2. Penelitian relavan berikut yang berjudul “Peran Guru Dalam Mengatasi

Bullying Siswa Kelas Atas”, SD Muhammadiyah 6 Surakarta. Penelitian ini


14

bersifat deskriptif dan kualitatif, dengan peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan catatan

lapangan. Untuk pembelajaran ini didirikan pada kelas atas yaitu Kelas 6

Surakarta. Dan apa peran guru dalam mengidentifikasi bullying? Paralel

dalam studi peneliti adalah bentuk lanjutan dari bullying dan metode

pencarian lanjutan yang digunakan oleh subjek yang dipelajari dalam

penelitian ini.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Mulskisyah Mahasiswa PGSD Universitas

Jambi yang berjudul “Karakteristik karakter bullying siswa sekolah dasar

(studi kasus SD N 165/I Singkawang) Tahun 2022. kesamaan penelitian ini

adalah sama-sama meneliti tentang bullying dan menggunakan Studi kasus,

Ada perbedaan terhadap penelitian ini yaitu Variabel dan tempat penelitian,

penelitian di lakukan di SD N 165/I Singkawang sedangkan Peneliti tempat

penelitianya dilakukan di SD 34/I teratai, dan perbedaan variable penelitian

ini yaitu meneliti Karakteristik bullying sedangkan peneliti lebih kepada

Bullying Verbal di sekolah dasar.

2.3 Kerangka Berpikir

Untuk melindungi korban bullying dari tindakan kekerasan di sekolah,

langkah-langkah harus diambil untuk mencegah bullying, termasuk langkah-

langkah untuk mencegah bullying dan menangani kekerasan oleh siswa yang

kurang beruntung. Selain itu, guru harus terbuka tentang isu kekerasan terhadap

siswa yang rentan. Karena semakin terbuka guru tentang kekerasan, semakin

mudah untuk mencegah dan mengatasi kekerasan semacam ini. Guru juga harus
15

mempersiapkan siswa untuk menghadapi perilaku bullying sendiri. Jika siswa

tidak dapat mengatasinya, guru harus turun tangan dan menyelesaikannya. Jika

perilaku bullying terus berlanjut, sekolah harus melibatkan orang tua siswa.

Sekolah harus memberlakukan sanksi berjenjang bagi pelanggar, yang paling

berat adalah dikeluarkan dari sekolah.

Peran guru dalam


Pencegahan bullying

masalah bulliying yang cara mengatasi kerja sama sekolah


sering terjadi bullying dan orang tua

Bagan 2. 1 Kerangka berpikir


16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 34/I Teratai.

Penelitian ini dilakukan di semester genap.

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang menemukan

situasi tertentu melalui deskripsi verbal hasil yang akurat dan realistis berdasarkan

teknik pengumpulan data alami yang relevan.

Jenis penelitian terapan ini Studi Kasus dimana Creswell mendefinisikan

bahwa studi kasus yaitu sebagai eksplorasi atau pencarian,menelaah system

terkait. Stydi kasus ini sangat unik diteliti dikarenakan lebih mengetahui dan

mendalami serta memberikan masukan lagi pihak yang akan diteliti atau diamati.

Dalam Studi kasus ini berupa fenomena bullying verbal di sekolah dasar.

3.3 Data dan Sumber Data

Pengumpulan data penelitian menggunakan sumber data primer dan

sekunder. Sumber data adalah seseorang yang dapat memberikan informasi atau

berita tentang data yang Anda teliti atau peroleh. Sumber data primer adalah

sumber data yang diperoleh langsung dari sumbernya oleh peneliti tanpa

perantara. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah guru SD Negeri 34/I

Teratai. Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak memberikan data secara
17

langsung kepada peneliti. Misalnya berupa dokumen sejarah sekolah, status guru,

visi misi, status siswa, status sarana dan prasarana, SDN 34/I Teratai.

Sumber adalah topik yang peneliti pilih untuk mendapatkan informasi yang

mereka butuhkan untuk meningkatkan penelitian mereka. Sumber di sini adalah

topik dari mana informasi itu berasal, yaitu:

1) Sumber data adalah responden, yaitu kepala sekolah

2) Sumber data adalah suasana dan kondisi sekolah pada saat istirahat dan

pada saat proses pembelajaran.

3) Sumber informasi adalah dokumentasi. Foto atau arsip dokumen resmi

sekolah tentang keberadaan sekolah yang baik. Sumber informasi yang

diperoleh adalah informasi tentang judul yang peneliti teliti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian ini ada tiga aspek yaitu :

1) Observasi

2) Wawancara

3) Dokumentasi

3.4.1 Observasi

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik observasi. Teknik observasi telah digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh data dengan cara mengamati dan mencatat kegiatan yang dilakukan

secara sistematis dan cermat sesuai dengan fenomena/peristiwa yang sedang

berlangsung
18

Kisi-kisi Observasi :

Variable Aspek yang diamati Indikator


Karakteristik perilaku Karakteristik perilaku 1. Kurang empati.
bullying siswa sekolah dasar Bullying 2. Kendali diri lemah.
3. Interpersonal skill buruk
4. Kurang tanggung jawab.
5. Agresif
(Sumber: dimodifikasi Wulandari, 2017:08)

Karena temuan berupa data berbasis mengatasi bullying di sekolah dasar,

peneliti perlu memahami proses yang terjadi di wilayah ini. Tetapi Anda tidak

harus bergantung padanya. Titik pengamatannya adalah SDN 34/I Teratai. Di

bawah ini adalah pedoman observasi yang peneliti gunakan untuk memperoleh

data pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber pengembangan kreativitas

siswa sekolah dasar.

3.4.2 Wawancara

Metode pengumpulan data wawancara dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara bertanya dan menjawab pertanyaan secara langsung dengan tatap

muka. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus menemukan

masalah yang perlu dipelajari oleh peneliti agar dapat membuat dan menggunakan

peralatan dengan baik. Teknik pengumpulan data wawancara digunakan untuk

mempelajari lebih lanjut tentang fenomena tersebut.

Teknik pengumpulan data ini didasarkan pada pengetahuan dan

kepercayaan informan. Wawancara untuk penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan format wawancara tidak terstruktur (d-form problem brief) dengan


19

guru SD Negeri 34/I Terathai tentang peran guru dalam mengatasi bullying di

sekolah dasar yang dilakukan.

Kisi-Kisi Wawancara :

No. Pertanyaan Keterangan


1. Pernahkah adek mengganggu teman adek
seperti mengejek, menjahilinya atau
menendang, memukul mencubit?
2. Apa alasan adek melakukan hal tersebut?
3. Setelah adek melakukan hal tersebut apa
reaksi temanmu?
4. Bila kamu melakukan hal tersebut adek
melakukannya sendiri atau mengajak teman
lainnya?
5. Apakah adek tidak merasa kasihan terhadap
temanmu?
6. Apakah adek merasa apa yang adek lakukan
tersebut adalah hal biasa?
7. Apakah faktor penyebab adek melakukan hal
tersebut?
8. Apa alasan adek tidak peduli dengan perasaan
teman adek yang telah disakiti?
9. Apa alasan adek jika dibalas diejek adek akan
marah, padahal adek yang duluan mengejek?
10. Apa alasan adek selalu menjahili atau mengejek
teman adek?
11. Apa alasan adek jika menyakit atau menjahili
teman tidak meminta maaf duluan?
12. Apa alasan adek menyebut atau berkata kotor
seperti Bahasa binatang?

3.4.3 Dokumentasi

Dokumen adalah karya teks, gambar, atau orang yang monumental.

Dokumen penelitian ini menggunakan dokumen terkait penelitian berupa foto

kegiatan.
20

3.5 Uji Validitas Data

Metodologi pengujian validitas data dalam penelitian ini menggunakan

triangulasi. Triangulasi adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh

data penelitian secara realistis dari berbagai sudut pandang sehingga data lebih

akurat. Triangulasi digunakan dalam penelitian ini. Triangulasi dilakukan dengan

membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Seperti diketahui,

peneliti menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi dalam penelitian

kualitatif.

Triangulasi metode dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan

hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengamatan peran guru dalam

mengatasi bullying di sekolah dasar dibandingkan dengan wawancara guru

tentang peran guru dalam mengatasi bullying di sekolah dasar. Data yang

diperoleh digabungkan dengan dokumen dalam format video. Periksa data yang

terkumpul.

3.6 Teknik Analisis Data

Berikut langkah-langkah dalam teknik analisis data model Miles dan

Huberman (Umrati, 2020:113):

1. Pengurangan Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah proses dimana peneliti memilih yang paling penting

atau fokus pada data penting untuk meringkas dan melacak yang tidak perlu

2. Data display (penyajian data)


21

Selanjutnya, setelah reduksi data, langkah selanjutnya adalah penyajian

data. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat berupa uraian atau uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya. Penyajian data dalam

penelitian ini merupakan gambaran dari fenomena.

3. Penyempurnaan dan verifikasi gambar (kesimpulan)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan.

Kesimpulan disini masih tentative, karena temuan mengenai deskripsi atau

deskripsi objek masih belum jelas. Kesimpulannya di sini adalah bahwa

investigasi bersifat sementara atau belum diperbaiki dan oleh karena itu tidak

dapat menjawab gambaran masalahnya. Namun bila kesimpulan awal didukung

oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten yang sesuai dengan data yang diperoleh

saat peneliti kembali ke lapangan maka dapat dikatakan kredibel

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur investigasi yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan.Tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pelaporan. Proses tahap persiapan

implementasi dengan penentuan topik penelitian yang akan dilakukan di SDN 34/I

Teratai. Setelah Anda memutuskan subjek penelitian Anda, Anda dapat

berkonsentrasi pada penelitian Anda. Fokus penelitian ini adalah peran guru

dalam mengatasi bullying di sekolah dasar yang didukung dengan observasi

instrumental dan wawancara dari studi yang relevan. Selama tahap implementasi,

peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik observasi, wawancara

dan dokumentasi. Setelah menerima data, peneliti menggunakan model Miles dan

Hiberman yang melalui tahap reduksi data-penyajian data-kesimpulan. Tahap


22

akhir pembuatan laporan didasarkan pada data yang diterima, berdasarkan situasi

aktual di lapangan dan hasil pendataan.


DAFTAR PUSTAKA

Aini, D. F. N. (2018). Self esteem pada anak usia sekolah dasar untuk pencegahan

kasus bullying. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah Dasar

(Jp2sd), 6(1), 36-46.

Alfalah, Z. A. A. (2017). Peran Guru Dalam Mengatasi Bullying Di Mi Negeri

Trobayan Kalijambe Sragen Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Amnda, V., Wulandari, S., Wulandari, S., Syah, S. N., Restari, Y. A., Atikah,

S., ... & Arifin, Z. (2020). Bentuk Dan Dampak Perilaku Bullying

Terhadap Peserta Didik. Jurnal Kepemimpinan dan Pengurusan

Sekolah, 5(1), 19-32.

Anggraini, N. (2021). PERAN GURU DALAM MENGATASI PERILAKU

BULLYING PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SD NEGERI BANDING

KECAMATAN RAJABASA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Doctoral

dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Asrial, A., Syahrial, S., Kurniawan, D. A., & Zulkhi, M. D. (2021). The

Relationship Between the Application of E-Modules Based on Mangrove

Forest Ecotourism on The Peace-Loving Character of Students. Journal of

Education Technology, 5(3), 331-338.

Dewi, P. Y. A. (2020). Perilaku School Bullying Pada Siswa Sekolah

Dasar. Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1), 39-48.

23
24

Hertinjung, W. S., & Karyani, U. (2015). Profil pelaku dan korban bullying di

sekolah dasar.

Ika Indawati,2016. Upaya Guru Kelas Untuk Mengatasi Perilaku Bullying Kelas

IV Di Sekolah Dasar Islam Lukman Hakim Pakisaji Malang, Skripsi UIN

Maulana Malik Ibrahim

Iskandar, U. (2013). Kepemimpinan gurudalam peningkatan kinerja guru. Jurnal

visi ilmu pendidikan, 10(1).

Kurnia imas, 2016. Bullying. Yogyakarta : Relasi Inti Media

Lestari, S., Yusmansyah, Y., & Mayasari, S. (2018). Bentuk dan Faktor Penyebab

Perilaku Bullying. ALIBKIN (Jurnal Bimbingan Konseling), 6(2).

Luddin, A. B. M. (2013). Kinerja gurudalam kegiatan bimbingan dan

konseling. Jurnal Ilmu Pendidikan, 19(2

Mandiri, J. A., & Saring Marsudi, S. H. (2017). Peran Guru Dalam Mengatasi

Perilaku Bullying Pada Siswa Kelas Atas Di SD Muhammadiyah 6

Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Mart Aidhin, 2019. Studi Kasus Perilaku Bullying Verbal Kelas XI SMAN 3

Kediri,Artikel, Universitas Nusantara PGRI Kediri

Mulyana Deddy, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Mulyasa, H. E. (2022). Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah. Bumi

Aksara.
25

Mustikasari, Dewi Rahmawati Sucipto. 2012. Bullying dan Upaya

Meminimalisirnya. Jurnal, Psikopedagogia Vol.1, No.1, Juni. ISSN: 2301-

6167

Narbuko Kholid,2010. Metodologi Penelitian. Jakarta:PT. Bumi Aksara Ponny

Retno Astuti, 2008. Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi

Kekerasan Pada Anak. Jakarta:PT Grasindo

Pratiwi, N., & Sugito, S. (2021). Pola Penanganan Guru dalam Menghadapi

Bullying di PAUD. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia

Dini, 6(3), 1408-1415.

Rakhmat Jaaluddin,2013. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Risham Muhammad, 2017. Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mencegah

Perilaku Bullying pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Pakem Tahun

Ajaran 2017/2018, Artikel Skripsi Universitas PGRI Yogyakarta

Rohman, M. Z. (2016). Hubungan Antara Usia, Tingkatan Kelas, dan Jenis

Kelamin dengan Kecenderungan Menjadi Korban Bullying.

Sobba, K. N. (2017). Adolescent Networks: An Exploratory Study Assessing

Bullying Victimization and Outcomes of Social Capital on School

Avoidance. (10619312 Ph.D.), University of Arkansas at Little Rock, Ann

Arbor. Retrieved fromhttps://search.proquest.com/docview/19 51788259?

accountid=17242 ProQuest Dissertations & Theses Global database.

Sudirjo, E., Susilawati, D., Lengkana, A. S., & Alif, M. N. (2019). Pendampingan

dan pelatihan keseimbangan tubuh pada guru pjok sekolah


26

dasar. Multilateral Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Olahraga, 18(2), 93-

101.

Sufriani, S., & Sari, E. P. (2017). Faktor yang mempengaruhi bullying pada anak

usia sekolah di sekolah dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Idea

Nursing Journal, 8(3).

Sugiyono,2016. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, Dan R&D.

Bandung:Alfabeta

Sukardi, 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara

Sumantri, M. (2014). Perkembangan peserta didik.

Syamsu Yusuf LN, Nani M.Sughandi, 2011. Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Ulfah, W. V., Mahmudah, S., & Ambarwati, R. M. (2017). Fenomena school

bullying yang tak berujung. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah, 9(2), 93-100.

Undang Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional

Undang Undang Republik Indonesia No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak.

Undang-Undang No. 16 Tahun 2022 Tentang Standar Proses Pada Pendidikan

Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar Dan Jenjang Pendidikan

Menengah.

Undang-Undang Republik Indonesia No 57. Tahun 2021 Tentang Standar

Nasional Pendidikan.
27

Yandri, H. (2014). Peran guru bk/konselor dalam pencegahan tindakan bullying di

sekolah. Jurnal Pelangi, 7(1).

Anda mungkin juga menyukai