Anda di halaman 1dari 64

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT’S

SEAT MOVING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI


BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH
AKHLAK KELAS XI MAN 3 BANDA ACEH ”

Skripsi

Muhammad Abbas Siddiq


NIM. 190201081
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2022 M / 1443 H
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬ َّ ِ ‫ِب ْس ِم هَّللا‬


َّ ‫الر ْح َم ِن‬

Segala puji bagi Allah SWT yang telahmemberikan kesehatan dan


kesabaran sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi ini. Shalawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi MuhammadSAW beserta keluarga dan para
sahabat yang telah memperjuangkan perubahanyang amat nyata di permukaan
bumi ini.

Dengan izin Allah SWT, akhirnya dapat menyelesaikan proposal skripsi


yang berjudul “Penerapan Model Student’s Seat Moving Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di MAN 3 Banda
Aceh” sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi
Pendidikan Agama Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayah dan
ibu yang selalu melimpahkan doa dan usaha semaksimal mungkin agar
mendapatkan gelar sarjana.

Selanjutnya ungkapan rasa terimakasih yang sangat mendalam kepada Dr.


Husnizar, M. Ag. selaku Penasehat Akademik atas waktu, ilmu serta pemikiran
dan saran-saran yang membangun sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi
ini. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada Dr. Marzuki, S.Pd.I.,M.S.I.
selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam beserta seluruh staf yang
telah membantu selama proses perkuliahan berlangsung. Tidak lupa juga ucapan
terimakasih yang tidak terhingga kepada seluruh pihak yang terlibat dan
membantu untuk menyelesaikan proposal skripsi ini.

Dalam penulisan proposal skripsi ini tentu terdapat banyak kekurangan


dan kesalahan. Hal ini disebabkan karena kurangnya ilmu dan pengalaman yang

i
penulis miliki. Oleh sebab itu, penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai
pihak agar proposal skripsi ini memiliki kualitas yang lebih baik.

Banda Aceh, 02 September 2022


Penulis,

Muhammad Abbas Siddiq

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 8

E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8

F. Definisi Operasional............................................................................ 8

G. Kajian Terdahulu yang Relevan........................................................ 10

H. Metode Penelitian.............................................................................. 11

I. Sistematika Pembahasan .................................................................... 18

BAB II: KAJIAN TEORITIS


A. Konsep Model Pembelajaran ...........................................................
1. Pengertian Pembelajaran ...........................................................
2. Tipe-tipe gaya belajar ...........................................................
3. Pengertian model pembelajaran .................................................
4. Pengertian Model Student’s Seat Moving..................................
5. Langkah-langkah model Student’s Seat Moving .........................
B. Prestasi Belajar ................................................................................
1. Pengertian Prestasi Belajar ......................................................
2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ........................

iii
C. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ...............................................
1. Pengertian Aqidah Akhlak ....................................................
2. Tujuan mempelajari Aqidah Akhlak ....................................
3. Aspek-aspek Aqidah Akhlak ..................................................
4. Ruang lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MA ...........

BAB II: METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................


B. Lokasi Penelitian ....................................................................
C. Populasi dan Sampel .............................................................
D. Instrumen Penelitian ..............................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
F. Teknik Analisis Data .................................................................
G. Indikator Keberhasilan ............................................................

DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................... 19

iv
BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi manusia dalam menjalani

kehidupan. Karena pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas

hidup sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui pendidikan, manusia

diharapkan mampu menghasilkan generasi yang berkualitas yang akan

berkontribusi bagi bangsa dan negara. Hal ini sesuai dengan menurut undang-

undang Sikdisnas Nomor 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa: “Pendidikan adalah

usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, memiliki kekuatan

spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia

serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara”.1

Suatu pendidikan dikatakan berhasil apabila terpenuhinya komponen-

komponen pendidikan yang dapat menunjang pelaksanaannya. Komponen itu

sendiri berarti bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan

berlangsungnya suatu proses untuk mencapai sebuah tujuan. Komponen

1
Departemen Pendidikan Nasional, UUD Sisdiknas No 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar
Grafika ,2003), hal. 9.
Ahmad Nizar Rangkuti, MetodePenelitian Pendidikan (PendekatanKuantitatif,
kualitatif,PTK, dan PenelitianPengembangan), (Bandung: Citapustaka Medika,2015), hal. 120.
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005), hal 235-
236.

1
komponen tersebut antara lain pendidik, peserta didik, metode pendidikan, materi

pendidikan, lingkungan pendidikan, alat pendidikan, dan evaluasi pendidikan.2

Pendidik atau guru merupakan salah satu dari komponen pendidikan

sebagai faktor yang sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Guru yang

profesional berperan untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran

dengan sebaik-baiknya mungkin. Pembelajaran adalah kegiatan yang melibatkan

guru dan peserta didik. Untuk mendapatkan kegiatan pembelajaran yang efektif

perlu menggunakan metode, model, pola, dan pendekatan yang tepat dalam

memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada peserta didik agar dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Seorang guru dituntut untuk profesional dalam mengemban tugas sebagai

pengajar. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hari ini, telah

mendorong guru untuk berperan aktif sebagai fasilitator dan pengarah. Bagi

peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang maksimal, ia harus

mampu memberikan pengalaman dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar

yang tersedia tanpa menjadikan guru sebagai sumber belajar yang utama.3

Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pendidikan yang

terencana, terpadu, dan terkoordinasi secara sistematis dengan standar dan ukuran

evaluasi yang jelas dan tegas. Oleh sebab itu, proses pembelajaran di sekolah juga

salah satu kesatuan utuh yang saling mengaitkan antara komponen komponen

lainnya yang tidak mungkin bersifat terpisah dan acak. Kurikulum yang tersedia

2
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan. (Medan: LPPI, 2019), hal. 132.
3
Supardi, Sekolah Efektif Konsep Dasar dan Praktiknya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013), hal. 62.

2
dapat terhubung secara sistematis dengan metodologi pembelajaran yang

digunakan sehingga dapat dirumuskan dengan secara terperinci atau detail.

Pengembangan kurikulum pada praktiknya selalu terikat dan berhubungan kuat

dengan metodologi pembelajaran.4

Suatu kurikulum pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif apabila

tidak diikuti dengan strategi, model, metode, dan pendekatan pembelajaran yang

baik. Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian

kegiatan) yang terdiri dari penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber

daya/kekuatan dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran dipahami sebagai

strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para guru maupun calon guru.5

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru tidak hanya

menyampaikan suatu materi kepada peserta didik melalui metode lama yaitu

ceramah, tanya jawab, penugasan, dan hafalan. Tapi guru harus pandai menguasai

model-model pembelajaran yang baik dan tepat. Hal ini bukan berarti metode

ceramah tidak baik, namun perlu mempertimbangkan dan mengikuti

perkembangan zaman yang semakin maju.

Selama ini, terlihat bahwa gaya pembelajaran di sekolah juga terdapat

hanya lebih menekankan pada penggunaan metode, terutama ceramah, tanya

jawab, penugasan dan hafalan. Kondisi ini justru akan menjadikan siswa bosan,

jenuh, dan mengantuk. Kebosanan inilah yang akan menyebabkan rendahnya

minat belajar peserta didik yang sehingga berakibat menurunnya prestasi belajar

4
Jasa Ungguh Muliawan, 45 Model Pembelajaran Spektakuler, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), hal. 15.
5
Majid, Abdul, Strategi dan Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM. (Banjarmasin:
Pustaka Banua,2013), hal. 3.

3
siswa. Para siswa kurang mendapatkan asahan pikiran berdasarkan apa yang dia

peroleh. Hal ini tidak mengherankan jika daya ingat atau imajinasi siswa menjadi

lemah. Metode pembelajaran yang tersebut cenderung membuat siswa tidak aktif

secara fisik maupun psikis dalam waktu yang lama dan mengakibatkan kejenuhan

otak, belajar menjadi lambat, ingatan mudah lupa yang dapat menyebabkan

hilangnya semangat dan motivasi belajar dan berujung pada menurunnya prestasi

belajar siswa.

Oleh karena demikian, dalam meningkatkan prestasi belajar siswa,

diperlukan penerapan model pembelajaran yang tepat, yang disesuaikan dengan

tujuan dan karakteristik mata pelajaran. Untuk itu guru yang profesional

hendaknya memberikan dorongan dan rangsangan yang positif kepada peserta

didik dalam menyampaikan materi. Oleh karena itu, guru harus menguasai

berbagai metode dan model pembelajaran yang bervariasi, sehingga dapat

menarik minat belajar siswa dan dapat meningkatkan prestasinya.

Model pembelajaran yang kreatif menjadi salah satu titik awal untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan siswa akan menjadi

tertarik dengan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil

apabila peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik ataupun mental dalam proses

pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran,

4
tahap tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan

pengelolaaan kelas6.

Salah satu model pembelajaran yang akan diterapkan adalah model

Student’s Seat Moving. Model Student’s Seat Moving adalah satu cara bagi guru

untuk memberikan informasi terkait dengan materi dalam kegiatan pembelajaran

di kelas, tanpa kehilangan perhatian siswa. Model Student Moving Chair

merupakan sebuah model pembelajaran yang mengaktifkan seluruh peserta didik

tanpa terkecuali. Model ini membuat peserta didik bukan hanya fokus terhadap

pembelajaran akan tetapi juga peserta didik dapat merenggangkan otot-otot karena

peserta didik berusaha mencari tempat duduk dengan berlari atau berjalan.

Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi awal ke Madrasah Aliyah

Negeri 3 Banda Aceh, ditemukan kurangnya minat belajar peserta didik terhadap

mata pelajaran Aqidah Akhlak sebagaimana yang diutarakan oleh salah seorang

siswa kelas XI. Ia mengatakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

cenderung menggunakan metode ceramah yang dimana guru adalah salah satu

sumber materi sedangkan siswa hanya duduk diam menyimak apa yang

disampaikan oleh guru dan tak jarang guru memberikan tugas latihan dan

menghafal untuk mengisi jam kegiatan pelajaran. Hal yang demikian tersebut

membuat kebanyakan siswa menjadi pasif, terasa bosan, jenuh hingga berujung

prestasi belajar menurun.7

6
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu; Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), hal. 51.
7
Hasil wawancara dengan siswa di MAN 3 Banda Aceh (31 Agustus 2022)

5
Kekurangan minat belajar dapat mengakibatkan siswa mendapati prestasi

belajar yang rendah pada umumnya. Permasalahan prestasi belajar siswa dalam

mata pelajaran Aqidah Akhlak ini, secara umum terlihat rendahnya nilai. Bukti ini

juga diperkuat dengan hasil dokumentasi akhir belajar pada setiap pokok bahasan

yang diuji oleh gurunya. Selain dari permasalahan minat belajar yang rendah, para

terlihat juga malas, jemuh, tidak bersemangat, bahkan ada yang mengantuk saat

pembelajaran berlangsung. Problema ini, ditemukan saat melakukan observasi di

kelas.8 Adapun hasil dokumentasi yang peneliti temukan misalnya hasil uji pada

pokok materi sifat wajib bagi Allah dengan nilai yang bervariasi yaitu: 45, 50,70,

65, 72, 72 dan lain lain. Jika melihat pada hasil dokumentasi, banyak nilai yang

diperoleh siswa tidak mencapai KKM mata pelajaran dimaksud yaitu 80.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu diterapkan

pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang maksimal

pada mata pelajaran Aqidah Akhlak yaitu dengan penerapan suatu model

pembelajaran yakni Student’s Seat Moving. Model pembelajaran Student’s Seat

Moving adalah suatu pola pembelajaran untuk memberikan informasi terkait

dengan materi dalam kegiatan pembelajaran di kelas, tanpa kehilangan perhatian

siswa. Model Student’s Seat Moving termasuk model pembelajaran inovatif yang

bertujuan untuk menunjang keaktifan siswa dan minat belajar dan meningkatkan

prestasi belajar siswa khususnya untuk mengembangkan daya tarik dan

pemahaman siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk

menerapkan model pembelajaran tersebut dengan judul “Penerapan Model


8
Observasi peneliti, pada tanggal 31 agustus 2022.

6
Student’s Seat Moving Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Kelas XI MAN 3 Banda Aceh”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan di atas, maka yang

menjadi fokus penelitian ini adalah apakah penerapan model Student’s Seat

Moving dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?. Maka untuk menjawab fokus

tersebut perlu penulis tampilkan beberapa pertanyaan peneliti berikut:

1. Bagaimana kegiatan guru dalam melaksanakan model pembelajaran Student’s

Seat Moving?

2. Bagaimana kegiatan siswa dalam melaksanakan model pembelajaran Student’s

Seat Moving?

3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Student’s

Seat Moving?

4. Bagaimana hasil dari penerapan model pembelajaran Student’s Seat Moving

terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas VI di

MAN 3 Banda Aceh?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa saja kegiatan guru dalam melaksanakan model

pembelajaran Student’s Seat Moving

2. Untuk mengetahui apa saja kegiatan siswa dalam melaksanakan model

pembelajaran Student’s Seat Moving

7
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran

Student’s Seat Moving

4. Untuk mengetahui hasil dari penerapan model pembelajaran Student’s Seat

Moving terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak kelas

XI di MAN 3 Banda Aceh

D. Hipotesis Penelitian

1. Penerapan metode Student’s Seat Moving dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik di kelas XI MAN 3 Banda Aceh

2. Respon siswa sangat baik dan menyenangkan terkait dengan penerapan model

Student’s Seat Moving pada mata pelajaran Aqidah akhlak kelas XI di MAN 3

Banda Aceh

E. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dapat memberikan wawasan terbaru dan pengalaman kepada

peserta didik dalam kegiatan belajar peserta didik.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaharuan kurikulum sesuai

dengan kebutuhan sekolah.

3. Menambah pengetahuan tentang cara meningkakan prestasi belajar peserta

didik melalui model pembelajaran Student’s Seat

F. Definisi Operasional

1. Penerapan

8
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan bahan-bahan yang

telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata, termasuk di dalamnya kemampuan

menerapkan aturan, metode, konsep, prinsip dan teori.9

2. Model Student’s Seat Moving

Model Student’s Seat Moving merupakan sebuah model

pembelajaran yang mengaktifkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali. Model ini

membuat peserta didik bukan hanya fokus terhadap pembelajaran akan tetapi juga

peserta didik dapat merenggangkan otot-otot karena peserta didik berusaha

mencari tempat duduk dengan berlari atau berjalan.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah keberhasilan murid dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari tes

mengenai sejumlah pelajaran tertentu. Menurut Mudjono prestasi belajar adalah

tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan

pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan

skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.10

4. Siswa

Pengertian siswa atau peserta didik menurut ketentuan umum

undangundang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah

anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

9
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 1.
10
Fajri Ismail, Evaluasi Pendidikan , (Palembang:Karya Sukses Mandiri, 2014), hal. 34.

9
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. 11

Dengan demikian peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk

menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.

5. Aqidah Akhlak

Aqidah akhlak adalah suatu mata pelajaran yang memberikan

pengetahuan, pemahaman dan penghayatan tentang keyakinan seseorang yang

melekat dalam hati yang berfungsi sebagai pandangan hidup, untuk selanjutnya

dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata. Pemberian mata pelajaran akidah

akhlak sangat penting di sekolah. Yakni sebagai bagian dari pendidikan agama

islam, meskipun memang bukan satu-satunya faktor dalam pembentukan watak

dan kepribadian siswa, tetapi secara substansial mata pelajaran akidah akhlak

memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didi untuk

mempraktikkan nilai nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah

dalam kehipan sehari-hari.

G. Kajian Terdahulu Yang Relevan

Demi mendukung permasalahan terhadap pembahasan, dibutuhkan bagi

peneliti untuk menelusuri berbagai penelitian terdahulu yang relevan terhadap

masalah yang menjadi objek penelitian saat ini. Berdasarkan hasil penelitian yag

11
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang
sisdiknas, (Bandung: Permana, 2006), hal. 65.

10
terdahulu, maka peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan

dengan penelitian ini. Adapun penelitian-penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan Titin Kurniasih dengan judul “ Pengaruh

Penggunaan Metode Permainan Kursi Panas Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas IV SDN Sidomulyo 3 Batu. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

adanya pengaruh positif dan signifikan terkait dengan penggunaan metode kursi

panas terhadap hasil belajar IPA, hal ini dibuktikan dengan nilai pretest dan

postest kedua kelas. Kelas yang menggunakan metode kursi panas memperoleh

nilai rata-rata 63,56 terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelas yang

menggunakan metode konvensional dengan rata-rata 51,17. Persamaan penelitian

terdahulu tersebut dengan yang saya teliti sekarang adalah sama-sama membahas

tentang model pembelajaran kursi panas (Student’s Seat). Perbedaannya terletak

pada objek penelitian saja dengan saya teliti yaitu pada mata pelajaran aqidah

akhlak, dan juga didalam penelitian saya ini tidak khusus membahas pengaruh

hasil belajar siswa.12.

2. Penelitian yang dilakukan Ali Rahman, dengan judul “ Penerapan Strategi

Kursi Panas Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA

Pokok Bahasan Alat Pernafasan Pada Manusia dan Hewan Di Kelas V SDN 15

Pekanbaru”. Berdasarkan hasil penelitiannya jauh lebih meningkat dibandingkan

pada sebelum tindakan. Pada sebelum tindakan ketuntasan siswa hanya mencapai

28,57% atau 10 orang yang tuntas, pada siklus I siswa yang tuntas meningkat

menjadi 25 orang atau ketuntasan mencapai 71,43%. Pada siklus II ternyata


12
Titin Kurniasih, “Pengaruh Penggunaan Metode Permainan Kursi Panas Terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Sidomulyo 3 Batu.” (2016).

11
ketuntasan siswa mencapai 33 orang siswa atau dengan persentase 94,29%.

Penerapan strategi kursi panas dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa

kelas V SDN 15 Pekanbaru. Persamaan penelitian terdahulu tersebut dengan yang

saya teliti sekarang adalah sama-sama membahas tentang model pembelajaran

kursi panas (Student’s Seat). Hanya saja yang membedakan yaitu terletak pada

materi dan lokasi diteliti. Penelitian yang saya lakukan fokus pada mata pelajaran

aqidah akhlak13.

H. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan

kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara

sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus

sebagai Peneliti. Sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penelitian terhadap

tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk

memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukannya.14 Dalam penelitian ini,

Peneliti ingin meneliti tentang Penerapan Model Student’s Seat Terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Kelas

XI MAN 3 Banda Aceh. Peneliti mencoba melakukan penelitian sebagai upaya

perbaikan pembelajaran di kelas. Disamping itu juga untuk mengatasi kejenuhan

peserta didik dalam melakukan aktivitas pembelajaran dalam mata pelajaran

13
Ali Rahman, “Penerapan Strategi Kursi Panas Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Alat Pernafasan Pada Manusia dan Hewan Di
Kelas V SDN 15 Pekanbaru”. (2014).
14
Mahmud, Tedi Priatna, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Penerbit Tsabita, 2008),
hal. 24.

12
Aqidah Akhlak, dengan adanya ini diharapkan agar tercapainya hasil penelitian

yang maksimal.

Penulis menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom

action research). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dengan empat tahapan

penelitian tindakan kelas yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan,

(d) refleksi.

Model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana dan oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian

tindakan kelas yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak

yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

Langkah awal kegiatan perencanaan tindakan diawali dengan menganalisis

kompetensi pembelajaran sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum ( analisis

pengembangan tujuan, menetapkan materi pelajaran, menelaah buku paket Aqidah

Akhlak yang ada, menyusun RPP model Student’s seat sebagai model

pembelajaran, membuat instrument data (misalnya pedoman observasi,

wawancara, dan angket).

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan

yaitu mengenakan tindakan di kelas. Dalam tahap ini guru harus ingat dan

berusaha menaati apa yang telah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula

berlaku wajar, tidak dibuat-buat.

13
c. Tahap Pengamatan

Menurut Arikunto bahwa tahap pengamatan merupakan kegiatan

pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengamatan berlangsung bersamaan

dengan proses pelaksanaan. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru

pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data

yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Tahap Refleksi

Menurut Arikunto bahwa refleksi merupakan kegiatan untuk

mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan

ketika guru sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan

peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Jadi refleksi

merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan suatu tindakan yang telah di

catat dalam observasi. Reflesi berusaha memahami proses, masalah, persoalan,

dan kendala yang nyata dalam tindakan. Rekleksi biasanya dibantu dengan diskusi

diantara peneliti dan kolabolator. Melalui diskusi, refleksi memberikan dasar

rencana perbaikan untuk kegiatan pembelajaran berikutnya. Tahapannya meliputi

analisis data, memaknakan data, menyimpulkan kemudian merencanakan tindakan

selanjutnya.15

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 3 Banda Aceh, kecamatan Syiah Kuala

kota Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan dengan cara turun langsung ke lokasi

yang telah ditentukan untuk mendapatkan data dan informasi untuk penelitian ini.

15
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005), hal 230.

14
3. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian merupakan wilayah yang ingin diteliti oleh

peneliti. Populasi pada penelitian ini peserta didik kelas XI di MAN 3 Banda

Aceh. Sedangkan sampel merupakan suatu sub kelompok dari populasi yang

dipilih untuk digunakan dalam penelitian. Peneliti memilih sampel peserta

didiksiswa/i kelas XI MIA 1 di MAN 3 Banda Aceh..Populasi dapat dilihat pada

table 1.2

Tabel 1.1 populasi dan sampel


Populasi
Kelas XI MIA-1 32 Peserta didik
Kelas XI MIA-2 32 Peserta didik
Kelas XI MIA-3 34 Peserta didik
Kelas XI IIS- 1 34 Peserta didik
Kelas XI IIS- 2 34 Peserta didik
KelasXI IIS- 3 29Peserta didik
Sampel
Kelas MIA- 1 34 Peserta didik

4. Instrumen penelitian

a. Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturantentang kegiatan

pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus mencakup

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilian, alokasi

waktu, dan sumber belajar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai

15
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar isi dan dijabarkan dalam

silabus.

c. Lembar kerja peserta didik (LKPD)

Lembar kerja peserta didik merupakan suatu bentuk lembar kerja peserta

didik yang disusun dengan langkah-langkah kerja yang harus diikuti oleh peserta

didik dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.

5. Teknik Pengumpulan Data.

a. Observasi

Observasi adalah dasar dari semua pendidikan. Para ilmuan dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu segala yang ada dan nyata yang didapatkan dari

observasi.16 Adapun pengamatan yang akan peneliti lakukan ialah dengan melihat

dan mengamati peserta didik dan guru selama proses pembelajaran, serta

menggunakan lembaran observasi yang akan diisi dengan daftar kegiatan yang

dilakukan guru dan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Tes

Tes tertulis dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta didik setelah

mengikuti proses belajar mengajar pada materi “Syari’at, Hakekat, Tarekat, dan

Ma’rifat”. Tes dilakukan dalam 2 tahap:

1) Tes awal (pre-test)


16
Sugiyono, MetodePenelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2015), hal. 117.

16
Tes dilaksanakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik dari hasil tes

tersebut untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar awal peserta didik.

2) Tes akhir (post-test)

Tes dilaksanakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik setelah

dilakukannya pembelajaran. Dilakukan untuk mengetahui motivasi dan hasil

belajar peserta didik setelah pembelajaran menggunakan model Student’s seat.

c. Dokumentasi

Dokumen data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa

sumber tertulis, film, gambar (foto), karya-karya monumental, yang semua itu

memberikan informasi untuk penelitian.17 Adapun yang menjadi dokumen untuk

penelitian ini adalah foto atau gambar kegiatan pembelajaran di kelas.

6. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif, yaitu

dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh melalui hasil tes, wawancara,

catatan lapangan dan lembar observasi kemudian data tersebut dipaparkan,

dibahas, dan disimpulkan. Berikut adalah teknik analisisnya:

a. Data keterlaksanaan pembelajaran model Student Moving Chair

Data ini berasal dari data observasi tindakan. Pengamatan observasi

keterlaksanaan strategi Student Moving Chair dilaksanakan oleh observer. Nilai

yang didapat kemudian dijumlah, dirata-rata dan dihitung persentase


17
Ahmad Nizar Rangkuti, MetodePenelitian Pendidikan (PendekatanKuantitatif,
kualitatif,PTK, dan PenelitianPengembangan), (Bandung: Citapustaka Medika,2015), hal. 120.

17
keterlaksanaannya terhadap nilai ideal dari jumlah keseluruhan aspek yang

diamati dengan menggunakan persamaan persentase dibawah ini.

persentase =
∑ nilai keterlaksanaan pembel ajaran hot seat x 100%
∑ keterlaksanaan pembelajaran hot seat ideal

setelah itu data diklasifikasikan menurut tabel klasifikasi keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

tabel 1.2 Kriteria Keberhasilan Pelaksanaan Pembelajaran

No Persentase Klasifikasi
1 81-100 Baik sekali
2 61-80 Baik
3 41-60 Cukup baik
4 21-40 Kurang baik
5 < 20 Tidak baik
Sumber: Padmawati (dalam sudarman, 2008:30)

b. Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model Student’s Seat

Data ini berasal dari lembar catatan lapangan, untuk mengetahui respon

siswa dengan model Student Moving Chair digunakan lembar observasi keaktifan

siswa dimana untuk menilai keaktifan ini peneliti dibantu seorang observer.

c. Data prestasi belajar dengan menerapkan model Student Moving Chair

Data ini berasal dari tes yang diterapkan kepada siswa untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar dengan menerapkan model Student Moving Chair

maka data yang diperlukan berupa data nilai tes kognitif siswa. Data hasil belajar

dari aspek kognitif diperoleh dari hasil tes akhir tiap siklus

18
Hasil belajar aspek kognitif dianalisis dengan teknik analisis hasil evaluasi

untuk mengetahui ketuntasan belajar baik secara individual maupun secara

klasikal dengan cara menganalisis data hasil tes akhir menggunakan kriteria

ketuntasan belajar. Nilai tes kognitif yang diperoleh siswa tersebut kemudian

dibandingkan dengan SKM (Standar Ketuntasan Minimum) yang telah

ditentukan. Seorang siswa disebut tuntas belajar jika telah mencapai skor lebih

dari 75, dan ketuntasan klasikal apabila 75% kelas mencapai skor 74 ke atas.

Adapun teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar

peningkatan prestasi belajar siswa pada penelitian ini, yakni dengan

membandingkan persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada penerapan

model Student’s seat siklus 1 dan siklus 2. Sedangkan persentase ketuntasan

belajar secara klasikal dihitung dengan cara membandingkan jumlah siswa yang

mencapai ketuntasan belajar dengan jumlah siswa secara keseluruhan (siswa

maksimal) kemudian dikalikan 100%.

Persentase ketuntasan belajar klasikal =


∑ Siswa yang tuntas ×100 %
∑ Siswa maksimal
7. Indikator keberhasilan

Siswa dikatakan tuntas belajar jika pada saat ujian mendapatkan nilai ≥ 70

berdasarkan SKM dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar ≥ 75%.

Kemampuan akyivitas belajar dikatakan berhasil jika semua aspek yang diamati

meliputi visual activities, Oral activities, listening activities, writing activities,

drawing activities, motor activities, mental activities, emotional activities

mengalami peningkatan dari siklus 1 dan siklus 2. Peningkatan dinyatakan

19
berhasil jika tiap aspek berada pada kategori cukup. Jika prestasi belajar dan

aktivitas belajar telah memenuhi indikator keberhasilan maka siklus dapat

dihentikan.

I. Sistematika pembahasan

Secara garis besar penelitian ini terdiri dari 5 bab yang saling

berkesinambungan.

1. BAB 1 pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, defenisi operasional,

kajian terdahulu yang relevan, metode penelitian, sistematika pembahasan.

2. BAB II landasan teori, terdiri dari tinjauan umum tentang penerapan

model Student Moving Chair terhadap peningkatan hasil belajar pada mata

pelajaran Aqidah Akhlak dikelas XI MAN 3 Banda Aceh.

3. BAB III metode penelitian terdiri dari rancangan penelitian, tempat dan

waktu penelitian, populasi dan sample penelitian, variable penelitian,

instrument pengumpulan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa

data.

4. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari gambaran umum

tentang penerapan model Student Moving Chair terhadap peningkatan

prestasi belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dikelas XI MAN 3

Banda Aceh.

5. BAB V penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran. Bagian akhir meliputi

daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.

20
Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional, UUD Sisdiknas No 20 Tahun 2003, (Jakarta:

Sinar Grafika ,2003), hal. 9.

Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan. (Medan: LPPI, 2019), hal. 132.

Supardi, Sekolah Efektif Konsep Dasar dan Praktiknya, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2013), hal. 62.

Jasa Ungguh Muliawan, 45 Model Pembelajaran Spektakuler, (Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2016), hal. 15.

Majid, Abdul, Strategi dan Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM.

(Banjarmasin: Pustaka Banua,2013), hal. 3.

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu; Konsep, Strategi dan Implementasinya

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2014), hal. 51.

Hasil wawancara dengan siswa di MAN 3 Banda Aceh (31 Agustus 2022)

Observasi peneliti, pada tanggal 31 agustus 2022.

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 1.

Fajri Ismail, Evaluasi Pendidikan , (Palembang:Karya Sukses Mandiri, 2014), hal.

34.

21
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20

Tahun 2003 tentang sisdiknas, (Bandung: Permana, 2006), hal. 65

Titin Kurniasih, “Pengaruh Penggunaan Metode Permainan Kursi Panas

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Sidomulyo 3 Batu.”

(2016).

Ali Rahman, “Penerapan Strategi Kursi Panas Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Alat Pernafasan

Pada Manusia dan Hewan Di Kelas V SDN 15 Pekanbaru”. (2014).

Mahmud, Tedi Priatna, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Penerbit Tsabita,

2008), hal. 24.

Sugiyono, MetodePenelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 117.

Ahmad Nizar Rangkuti, MetodePenelitian Pendidikan (PendekatanKuantitatif,

kualitatif,PTK, dan PenelitianPengembangan), (Bandung: Citapustaka

Medika,2015), hal. 120.

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005),

hal 235-236.

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Konsep Model Pembelajaran

22
1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dapat didefinisikan dari beberapa sudut pandang. Secara

sudut pandang behavioristik, pembelajaran dapat diartikan dengan perubahan

tingkah laku melalui pengoptimalan lingkungan sebagai hasil dari pada stimulus

belajar. Selain itu pembelajaran juga dapat diartikan sebagai proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi

proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan kepada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran bermakna proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik.

Selain itu, dari segi kognitif, pembelajaran ialah suatu proses belajar yang

dibangun oleh guru sebagai upaya pengembangan kreatifitas dan pengalaman

serta meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membentuk dan

mengkonstruksi pengetahuan baru. Namun dalam hal ini, pengetahuan dalam

proses pembelajaran tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pemikiran guru

kepada peserta didik. Tetapi peserta didik harus aktif secara fisik dan psikis untuk

membangun struktur kognitif pengetahuannya berdasarkan tingkat kematangan

kognitif yang dimiliki. Pembelajaran dalam pandangan kognitif lebih menekankan

pada proses yang titik tumpunya adalah peserta didik serta berorientasi pada

pembentukan pengetahuan dan penalaran peserta didik. Hal ini dikarenakan tujuan

dari pembelajaran kognitif adalah meningkatkan dan membangun kemampuan

23
peserta didik dalam memperoleh menganalisis, dan mengolah informasi secara

tepat serta menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.

Adapun pembelajaran jika dilihat dari sudut interaksional, dalam proses

pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi. Pendidikan

pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam

mengembangkan potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang

positf, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.

Pembelajaran merupakan proses aktif peserta didik yang mengembangkan

potensi dirinya. Peserta didik dilibatkan ke dalam pengalaman yang difasilitasi

oleh guru sehingga pelajar mengalir dalam pengalaman melibatkan pikiran, emosi,

terjalin dalam kegiatan yang menyenangkan dan menantang serta mendorong

prokarsa siswa.18

Dari sudut pandang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan pembelajaran adalah suatu proses kegiatan belajar dan mengajar

yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik yang bertujuan adanya perubahan

dalam diri individu yang mana dapat dipengaruhi baik oleh diri individu sendiri,

orang lain maupun lingkungan sekitarnya sebagai upaya pembentukan

pengetahuan.

2. Tipe-Tipe Gaya Belajar

Sebagaimana yang dikemukakan Tutik Rachmawati dan Daryanto dalam

bukunya Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA ada macam macam tipe

belajar diantaranya:

18
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005), hal 235-
236.

24
a. Tipe Belajar Visual

Tipe belajar visual adalah peserta didik mengandalkan aktivitas belajarnya

kepada materi pelajaran yang dilihatnya. Mata atau penglihatan yang menjadi

peranan penting dalam belajar. Hal ini karena mata adalah satu-satunya alat

indera yang paling aktif dan dominan. Oleh sebab itu, penggunaan alat peraga

adalah hal yang sangat penting untuk membantu peserta didik dalam

penyerapan materi yang disampaikan oleh guru.

b. Tipe Belajar Auditif

Tipe belajar auditif adalah peserta didik mengandalkan aktivitas belajarnya

pada fungsi pendengaran yaitu telinga. Bagi peserta didik yang bertipe seperti

ini materi pelajaran yang disampaikan kepadanya lebih cepat atau mudah

diserapnya apabila materi disajikan secara lisan. Seorang guru harus harus

bersuara besar dengan intonasi yang sesuai sehingga materi pelajaran dapat

diserap oleh peserta didik. Saat belajar sendiri ia harus membaca buku dengan

suara yang keras sebab alat indera yang dominan padanya yaitu telinga.

c. Tipe Belajar Kinestetik

Peserta didik yang bertipe belajar kinestetik dapat belajar dengan baik

apabila diiringi dengan berjalan atau bergerak, menggerakkan anggota tubuh

ketika berbicara dan sulit untuk diam. Umumnya tipe seperti ini dalam

menyerapkan informasi menerapkan strategi fisikal dan ekspresi yang berciri

fisik. Peserta didik yang mempunyai tipe belajar kinestetik cara belajar

dengan membaca dan mendengarkannya salah satu kegiatan yang

membosankan. Memberi instruksi yang diberikan secara tertulis maupun lisan

25
seringkali mudah dilupakan, hal ini karena mereka cenderung lebih

memahami tugasnya jika mereka mencobanya secara langsung. 19

Ketiga tipe belajar diatas baik itu visual, auditori, maupun kinestetik

adalah suatu hal yang sangat penting untuk diketahui oleh pendidik, karena tipe

belajar memiliki masing-masing keunikan individu yang relevan dengan

pendidikan. Dengan memahami tipe belajar, pendidik dapat merancang model-

model pembelajaran yang efektif sesuuai dengan tipe belajar peserta didik sebagai

upaya dalam membantunya untuk mencapai prestasi dalam belajar.

3. Pengertian Model Pembelajaran

Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman

dalam melaukan suatu kegiatan. Model dapat dipahami juga sebagai gambaran

tentang keadaan sesungguhnya. Berdasarkan pemahaman tersebut, model

pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses

pembelajaran peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

efektif.

Model pembelajaran juga dapat dipahami sebagai blueprint pendidik

dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran. Model

pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang kurikulum ataupun guru

dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran di kelas.20

19
Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran aktif, Bandung: Nuasa Cindekia, 2013. h. 27
20
Tutik Rachmawati, Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran Yang Mendidik,
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), hal. 17-18

26
Adapun Soekamto (dalam Nurulwati, 2000: 10) mengemukakan maksud

dari model pembelajaran kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Model Pembelajaran bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,

metode, strategi, dan teknik pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan

tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya

mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan

cakupan teoritis tertentu.

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan strategi atau teknik

pembelajaran adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan

suatu metode secara spesif. 21

21
Donni Juni Priansa. Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran, Bandung:Pustaka
Setia, 2017. H. 188

27
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa model

pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Banyak model pembelajaran telah dikembangkan oleh guru pada dasarnya

untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami dan menguasai suatu

pengetahuan atau pelajaran tertentu. Pengembangan model pembelajaran sangat

tergantung dari karakteristik mata pelajaran ataupun materi yang akan diberikan

kepada siswa sehingga tidak ada model pembelajaran tertentu yang diyakini

sebagai model pembelajaran yang paling baik. Semua tergantung situasi dan

kondisinya.

Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pengajar dan

para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa setiap

model yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang

dipakai dalam pembelajaran tersebut.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada

strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus

yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur.

Ada beberapa ciri ciri model pembelajaran yang membedakan dengan

strategi, metode, atau prosedur yang antara lain:

1) rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

28
2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar

(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai (kardi dan Nur, 2000:9).22

Pembelajaran dimaknai sebagai proses perubahan atau pencapaian kualitas

anak didik yang relative permanen melalui pengembangan potensi dan

kemampuannya, baik perubahan secara kognitif, afektif maupun psikomotor. Ini

bermakna pembelajaran adalah proses dan upaya perubahan pada peserta didik

dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang sikap, karakter dan kepribadiannya tidak

baik menjadi baik, dan dari yang tidak terampil melakukan sesuatu menjadi

terampil melakukan sesuatu.

Uraian tentang pengertian pembelajaran sebagaimana telah dikemukakan

di atas menegaskan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus memfasilitasi

peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya, bukan sekadar

menyampaikan materi pelajaran. Meskipun di dalamnya juga termasuk

penyampaian informasi dan pembentukan, namun proses tersebut dikemas dalam

pengembangan, dan berpusat pada peserta didik. Peserta didiklah yang harus

mengembangkan potensinya sendiri, guru hanya memfasilitasi. Karena

Pendidikan berbentuk proses pembelajaran, yang intinya guru mengajar dan

22
Helmiati, Model Pembelajaran, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012, hal. 20-21.

29
peserta didik belajar, maka berdasarkan konteks ini, mengajar dimaknai sebagai

penumbuhkembangan potensi peserta didik.

Kenyataannya, banyak guru memaknai mengajar sebagai menyampaikan

materi. Hal ini dapat kita amati dalam praksis pembelajaran sehari-hari. Guru

mengajar peserta didik dengan cara menerangkan pelajaran, kemudian peserta

didik diharapkan menguasai materi tersebut. Untuk membuktikan bahwa peserta

didik telah menguasai materi yang diajarkan oleh guru, guru kemudian

mengadakan tes atau ulangan. Hasil dari pekerjaan peserta didik itulah yang

dijadikan pedoman untuk menetapkan apakah peserta didik telah menguasai

materi pelajaran atau belum. Akibat dari proses yang demikian adalah bahwa

peserta didik cenderung dijadikan objek uji coba oleh guru.

Fredrick J. Kelly, pencipta ujian terstandar dengan multiple choice

mengungkapkan bahwasanya tes tersebut terasa sangat mentah karena bisa saja

hal tersebut tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik di luar pembelajaran,

maka tes tersebut bisa diabaikan. Namun, meski demikian bentuk dari

pembelajaran yang sebagaimana disebutkan di atas merupakan hal yang sudah

mendarah daging bagi kita, sehingga sangat sulit untuk ditinggalkan. Proses

pengajaran semacam itu tidak dapat mengembangkan seluruh potensi yang

dimiliki anak secara optimal. Padahal proses pembelajaran pada hakekatnya

adalah upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin.23

23
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran INOVATIF Dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014, h. 23-24.

30
Satu hal yang perlu ditegaskan adalah bahwa pengembangan potensi

tersebut tidak akan terwujud secara optimal bila peserta didik tidak terlibat secara

aktif dalam proses pembelajaran karena potensi itu ada dalam dirinya.

Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, guru mesti dapat

melibatkan dan memanfaatkan sebanyak mungkin potensi belajar yang ada dalam

diri peserta didik, baik berupa potensi pikir (Intelektual), dengar (auditory), lihat

(visual), dan aktifitas/gerakan fisik (somatic).

Somatis :Gerakan tubuh yaitu belajar dengan mengalami dan melakukan.

Auditory :Mendengarkan yaitu belajar dengan Kegiatan mendengarkan,

berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan

menanggapi

Visual :Melihat / menggunakan indra mata yaitu belajar melalui

mengamati, memperhatikan, menggambar, mendemonstrasikan,

membaca, menggunakan media, dan alatperaga.

Intelektual : Berpikir/ menggunakan otak yaitu belajar dengan aktivitas

memikirkan, mengidentifikasi, menemukan, menyelidiki, bernalar,

merumuskan, mencipta, mengkonstruksi, dan memecahkan

masalah.24

Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi perubahan

yang lebih baik (improvement oriented). Hal ini tentu saja menyangkut berbagai

bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang melekat pada

pendidikan diantaranya adalah kurikulum, guru dan peserta didik. Dalam proses

24
Helmiati, Model Pembelajaran, Yogyakarta: AswajaPressindo, 2012, h. 9-10

31
pembelajaran peran guru sangatlah urgen karena guru yang menentukan

ketercapaian tujuan pembelajaran.

Dalam praktiknya, kurikulum 2013 diimplementasikan melalui

pembelajaran berbasis aktivitas yang berbasis pendekatan ilmiah dan tematik

integrative. Melalui pendekatan tersebut diharapkan peserta didik memiliki

kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Peserta didik

menjadi lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif sehingga nantinya bisa sukses

menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa

depan yang lebih baik.

4. Model Pembelajaran Student’s Seat Moving

Model Student’s Seat Moving merupakan sebuah model pembelajaran

yang mengaktifkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali. Model ini membuat

peserta didik bukan hanya fokus terhadap pembelajaran akan tetapi juga peserta

didik dapat merenggangkan otot-otot karena peserta didik berusaha mencari

tempat duduk dengan berlari atau berjalan.

Langkah-Langkah Pembelajaran:

1. Fasilitator merumuskan indikator pembelajaran.

2. Fasilitator membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok.

3. Fasilitator membagikan teks yang akan didiskusikan oleh masing-masing

kelompok.

4. Mintalah kepada masing-masing kelompok untuk menandakan anggota

kelompok mereka.

32
5. Mintalah kepada seluruh peserta didik untuk membawa tempat duduk

mereka dan menduduki kursi masing-masing dalam formasi lingkaran

besar

6. Setelah semua peserta didik sudah membentuk lingkaran, mintalah salah

seorang peserta didik secara acak untuk berdiri dan memindahkan kursi

yang didudukinya ke tempat lain.

7. Mintalah kepada peserta didik yang berdiri untuk memberikan intruksi

agar seluruh peserta didik berpindah tempat untuk mencari kursi kosong

untuk ditempati.

a) Peserta didik yang berpindah tempat adalah peserta didik yang

diinstruksikan oleh peserta didik yang berdiri.

b) Peserta didik boleh saja memberikan perintah agar seluruh peserta

didik berpindah tempat dengan mengatakan “Saya suka kepada

orang yang memakai sepatu hitam”.

c) Peserta didik didik yang memakai sepatu hitam harus berpindah

tempat.

8. tanyakanlah dari kelompok asal dari peserta didik yang tidak mendapatkan

kursi.

9. Mintalah anggota-anggota kelompok yang berdiri untuk maju kedepan

kelas untuk menjawab pertanyaan dari kelompok lain terkait dengan

materi ajar yang telah didiskusikan.

10. Berilah nilai untuk masing-masing kelompok yang mendapatkan kursi

11. Mintalah komentar dari kelompok lain atas jawaban yang diberikan.

33
12. Peserta didik dan fasilitator menyimpulkan hasil pembelajaran.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan ,

dikerjakan, dsb. Sedangkan W.J.S Winkel, prestasi adalah hasil yang dicapai.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah segala usaha yang dicapai

manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan.

Belajar merupakan aktivitas atau usaha perubahan tingkah laku yang

terjadi pada diri seseorang berupa pengalaman-pengalaman baru, seperti

kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Menurut Winkel (1996:53)

belajar adalah “suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.

Menurut skiner yang dikutip oleh barlow (1985) dalam syah muhibbin

(2002:90) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau

penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Sedangkan menurut Chaplin,masih dalam syah muhibbin, belajar adalah “

perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan

dan pengalaman.” Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang

terjadi dari diri manusia yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat

mempengaruhi tingkah lakunya.

Jenis jenis belajar

34
Menurut muhibbin syah (1997:122) belajar dibedakan menjadi delapan

jenis. Kedelapan jenis tersebut muncul dalam dunia pendidikan sejalan

dengan kebutuhan kehidupan manusia yang beragam. Kedelapan jenis tesebut

adalah:

a. belajar abstrak

Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan caracara berpikir

abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan

masalah-masalah yang tidak nyata.

b. belajar keterampilan

belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan

motorik dengan tujuan memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah

tertentu misalnya belajar menari, melukis, dan olahraga.

c. belajar sosial

belajar sosial adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-

teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk

menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah sosial

misalnya masalah keluarga, masalah kelompok, dan masalah masyarakat.

Prestasi belajar adalah perubahan perilaku individu sehingga siswa akan

memperoleh perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif, didasari, dan

sebagainya. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran atau prestasi belajar

adalah perilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan

motorik (muhammad surya, 2004). Sedangkan Purwanto (2009) menyatakan

bahwa prestasi belajar adalah perubahan perilaku peserta didik yang terjadi

35
setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

Adapun R.M Gagne (muhammad surya, 2004). Menyatakan bahwa prestasi

belajar adalah kecakapan manusiawi yang meliputi informasi verbal, kecakapan

intelektual, strategi kognitif, sikap, dan kecakapan motorik.

Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah persentase kemampuan peserta didik yang meliputi

segenap ranah psikologi baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor yang

mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar. Prestasi

belajar ini akan terlihat berdasarkan perubahan perilaku peserta didik sebelum dan

sesudah prosesbelajar. Dengan adanya prestasi belajar pada dasarnya dapat

dijadikan sebagai tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu kegiatan belajar dan

mengajar.

Dalam prestasi belajar pada dasarnya terdapat indikator yang ditunjukkan

dengan adanya perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif,

dan psikomotor. Muhibbin Syah (2010) menyatakan bahwa prestasi belajar

idealnya meliputi segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat

pengalaman dan proses belajar peserta didik. Prestasi belajar dapat diukur dengan

mengetahui garis garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) yang

dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau di ukur. 25

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Hasil yang

telah dicapai meliputi beberapa aspek (winkel,1987) antara lain:

1. aspek kognitif

25
Helmiati, Model Pembelajaran, Yogyakarta: AswajaPressindo, 2012, h. 13

36
Melalui aspek kognitif manusia menghadapi objek objek dalam bentuk

bentuk representatif yang menghadirkan objek-objek itu dalam kesadaran.

Sehingga aktifitas mental berpikir sangat mempengaruhi. Yang termasuk dalam

aspek kognitif yaitu pengetahuan, pengertian, aplikasi, analisis, dam sintesis.

2. aspek afektif

Melalui aspek afektif manusia dapat belajar menghayati nilai dari obej-

objek yang dihadapi melalui alam, entah objek itu berupa orang, benda atau

kejadian, dan dapat mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekpresi yang wajar.

Yang termasuk dalam aspek afektif adalah penerimaan, memberi respon,

penilaian, organisasi, dan mempribadikan nilai.

3. aspek psikomotorik

Melalui aspek psikomotorik dapat belajar menghadapi dan menangani

objek-objek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia itu sendiri. Yang

termasuk dalam aspek psikomotorik yaitu respon terbimbing, penciptaan, respon

kompleks, respon mekanis, dan penyesuian atau kemahiran.

2. Faktor –faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar adalah proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau

pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Jadi berhasil atau tidaknya

seseorang dalam proses belajar tergantung dari faktor faktor yang

mempengaruhinya. faktor-faktor yang mempengaruhinya prestasi belajar dapat

digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor ekstern merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang

berasal dari luar diri siswa . Faktor-faktor ektern itu antara lain:

37
a. Latar belakang pendidikan orang tua

Latar belakang pendidikan orang tua adalah salah satu yang

mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini sering dalam benak masyarakat bahwa

semakin tinggi pendidikan orang tua, maka anak pun dituntut harus lebih

berprestasi dari orang tuanya dengan berbagai cara dalam pengembangan

prestasi belajar anak.

b. Status ekonomi sosial orang tua

Keadaan ekonomi suatu keluarga erat kaitannya dengan belajar anak.

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya juga

harus terpenuhi kebutuhan belajarnya. Jika anak hidup dalam keluarga yang

miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak

terganggu. Akibatnya, belajar anak juga terganggu.

c. Ketersediaan sarana dan prasarana dirumah dan sekolah

Sarana dan prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan dan

sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar

di sekolah. Setiap sekolah wajib memiliki sarana seperti perabot, media

pendidikan, buku, sumber belajar, perpustakaan dan lain sebagainya.

Sedangkan di rumah diperlukan tempat belajar dan bermain, agar anak dapat

berkreasi sesuai apa yang diinginkan. Semua tujuan untuk memberikan

kemudahan pelayanan peserta didik.

d. Media yang di pakai guru

Dalam melaksanakan pembelajaran seorang guru tidak terlepas dari media

yang digunakan. Media pembelajaran adalah salah satu cara atau alat bantu

38
yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan pendidikan di

sekolah tergantung dari baik tidaknya media yang digunakan dalam

pendidikan yang dirancang.

e. Kompetensi guru

Kompetensi guru adalah cara guru dalam pembelajaran yang dilakukannya

terhadap siswa dengan metode atau program tertentu. Metode atau program

disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan

pendidikan di sekolah tergantung dari baik atau tidaknya program pendidikan

yang dirancang. Bervariasi potensi yang tersedia melahirkan metode

pendidikan yang berlainan untuk setiap sekolah.

Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal

dari dalam diri siswa. Faktor-faktor intern itu antara lain:

a. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Siswa yang kesehatannya baik akan lebih mudah dalam

belajar dibandingkan dengan siswa yang kondisi kesehatannya kurang baik,

sehingga hasil belajarnya juga akan lebih baik. Misalnya siswa yang

mengalami mata minus yang membuatnya sulit membaca dari jarak jauh

b. Kecerdasan/intelegensia

Kecerdasan besar pengaruhnya dalam menentukan seseorang dalam

mencapai keberhasilan. Seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi

akan lebih cepat dalam menghadapi dan memecahkan masalah, dibandingkan

dengan orang yang memiliki kecerdasan rendah. Dengan demikian intelegensi

39
memegang peranan penting dalam keberhasilan seseorang untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Demikian pula dalam prestasi belajar. Siswa yang

memiliki kecerdasam tinggi, prestasi belajarnya juga akan tinggi. Sementara

siswa yang memiliki kecerdasan rendah, maka prestasi yang diperoleh juga

akan rendah.

c. Cara belajar

Cara belajar siswa mempengaruhi pencapaian prestasi belajarnya. Belajar

tanpa memperhatikan teknik yang benar dan sesuai akan memperoleh hasil

yang kurang memuaskan.

d. Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Siswa yang belajar

sesuai dengan bakatnya akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang

belajar di luar bakatnya. Seorang siswa yang memiliki keterbakatan yang

tinggi akan lebih mampu memahami suatu informasi atau ilmu dan

pengetahuan serta kemampuan yang berhubungan dengan persoalan dalam

aspek tersebut dibanding dengan siswa lain.

e. Minat

Minat pada seorang peserta didik tak akan lepas pengaruhnya dari prestasi

belajarnya. Seorang peserta didik yang belajar dengan minat yang tinggi

maka hasil yang akan dicapai lebih baik dibandingkan dengan peserta didik

yang kurang berminat dalam belajar.

40
f. Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah dorongan yang menggerakkan peserta didik

untuk bersungguh-sungguh dalam proses belajar. Motivasi sebagai

faktor intern berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan

belajar. Dengan adanya motivasi maka peserta didik akan memiliki prestasi

yang baik, begitu pula sebaiknya.26

Dari paparan faktor-faktor di atas, setiap peserta didik ingin menampilkan

prestasi belajar yang baik yang dapat dibanggakan. Semua faktor di atas

semuanya dapat diwujudkan dengan berbagai upaya dalam setiap proses

pembelajaran

C. Aqidah Akhlak

1. Pengertian Aqidah Akhlak

Secara bahasa (etimologi), akidah berasal dari bahasa arab “aqada-yaqidu-

uqdatan-wa’aqidatan”, berarti ikatan perjanjian, sangkutan dan kokoh,

maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi hati dan hati nurani terikat

padanya.27 Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kepercayaan

dasar atau keyakinan pokok.

Secara terminologis terdapat beberapa definisi aqidah, antara lain:

1. Menurut Hasan Al- Banna

26
Donni Juni Priansa. Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran, Bandung:Pustaka Setia,
2017. H. 43-44.
27
Slameto, evaluasi pendidikan . jakarta: Bhumi aksara. 2003, hal 54-72

41
‘Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh

hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur

sedikitpun dengan keragu-raguan.

2. Menurut Abu Bakr Jabir al Jazairy.

Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh

manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh

manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti

dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.28

Dari pendapat para ulama tersebut, dapat disimpulkan aqidah adalah dasar-

dasar pokok atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber ajaran islam

yang wajib dipegang oleh setiap muslim tanpa ada keraguan sedikitpun.

Kata Aqidah dalam istilah umum dipahami sebagai keputusan pikiran

dengan keyakinan yang manta baik itu benar atau salah. Jika keputusan pikiran

yang diyakini itu benar, maka disebut dengan aqidah yang benar, seperti

keyakinan umat islam tentang keesaan Allah.

Adapun yang dimaksud dengan aqidah islam adalah kepercayaan atau

keyakinan yang mantap kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya,

para rasul-Nya, hari akhir, qadar yang baik dan yang buruk, serta seluruh muatan

Al-Qur’an Al Karim dan As-Sunnah berupa pokok-pokok agama, perintah-

perintah dan berita-beritanya, serta apa saja yang disepakati oleh generasi

Shalafush Shalih, dan kepasrahan total kepada Allah Ta’ala dalam keputusan

28
Rosihon Anwar, Aqidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 13

42
hukum, perintah, takdir, maupun syara’, serta ketundukan kepada Rasulullah

SAW dengan cara mematuhi, menerima keputusan hukumnya dan mengikutinya. 29

Dengan kata lain, aqidah islam adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus kita

yakini kebenarannya oleh setiap muslim berdasarkan dalil naqli (Al-Qur’an dan

Hadis) dan aqli (aqal).

Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak kata

khuluq atau al-khulq yang secara bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku, atau tabiat.30

Definisi akhlak menurut al-ghazali ialah:

‫اخللق عبارة عنهيئةفيالنفسراسخةعنهاتصدراالفعالبسهولويسرمنغريحاجة الىفكر‬

‫و رؤية‬
Artinya: “Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

segala perbuatan yang dengan gampang dan mudah tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.31

Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, akhlak adalah kehendak yang dibiasakan.

Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itulah yang

dinamakan akhlak. Dalam penjelasan beliau, kehendak ialah ketentuan dari

beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan kebiasaan merupakan

perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing

dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, serta gabungan dari dua
29
Muhammad Amri, Aqidah Akhlak, Makassar: Semesta Aksara, 2018, hal. 2
30
Rosihon Anwar, Aqidah Akhlak, Pustaka Setia , Bandung, hlm. 14
31
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia… h. 346.

43
kekuatan ini menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan inilah yang

dinamakan dengan akhlak.32

Pada pengertiannya, akhlak memiliki lima ciri perbuatan, antara lain:

a. Suatu hal yang telah menjadi kepribadian, dan melekat kuat di dalam

diri seseorang.

b. Sesuatu hal yang dilakukan secara sadar dan mudah, tanpa adanya

ingatan yang hilang. Suatu perbuatan yang dilakukan ketika tidur,

mabuk, atau gila bukanlah bagian dari akhlak, karena akhlak adalah

hal yang diperbuat secara sadar dan telah mendarah daging dan

menjadi bagian dari diri seseorang.

c. Akhlak merupakan perbuatan yang muncul tanpa didasari atas paksaan

atau tekanan dari luar. Oleh karena itu, apabila ada perbuatan yang

didasarkan atas paksaan, tekanan, dan ancaman, maka itu bukanlah

bagian dari akhlak.

d. Akhlak dilakukan dengan kesungguhan hati tanpa adanya rekayasa

dan sandiwara

e. Dalam hal kebaikan dan amal, akhlak dilakukan semata-mata

mengharap ridha Allah SWT. Bukan karena riya, atau ingin dilihat

oleh orang lain.33

Dari pengertian akidah dan akhlak di atas maka dapat disimpulkan bahwa

akidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik

32
Yunahar Ilyas, KuliahAkhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2007)Cet 9, h. 3.

33
Zahruddin AR, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal.
1-5.

44
untuk berpegang teguh terhadap norma-norma agama dan juga mengenal,

memahami, menghayati, dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam

perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari tanpa membutuhkan

pertimbangan dan pemikiran melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Jadi pembelajaran aqidah akhlak adalah

suatu bidang studi yang terdapat didalamnya pengajaran dan bimbingan kepada

peserta didik untuk dapat mengenal, memahami, dan mengimani aqidah islam

yang sebenarnya serta dapat membentuk dan mengamalkan akhlak atau tingkah

laku yang baik sesuai dengan ajaran islam.

2. Tujuan Mempelajari Akidah Akhlak

Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai kekuatan yang mendorong

peserta didik untuk belajar. Peserta didik yang berminat pada pelajaran akan

terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan peserta didik yang sikapnya

hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit

untuk tekun karena tidak ada pendorongnya.

Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi

dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-

akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai

manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab

Nya, rasul-rasul Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar.

Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan

sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka

45
mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan krisis multidimensional yang

melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak terdapat tujuan yang hakiki yakni

menanamkan dan meningkatkan keimanan serta mempertinggi kesadaran untuk

berakhlak mulia sehingga peserta didik menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Allah SWT. Keberhasilan peserta didik sesuai dengan tujuan

hakiki tersebut sangat ditentukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan secara profesional.34

Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah bertujuan untuk

membekali peserta didik agar dapat:

a. Menumbuhkembangkan Akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta

pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia

Muslim yang terus berkembang keimanan dan keimanan dan ketakwaannya

kepada Allah SWT

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari

akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu

maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.35

Mata pelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah berfungsi untuk:

a. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.

34
Nurhayati, Akhlak dan HubungannyadenganAqidahdalam Islam, Vol. 4, No. 2, 2014
35
Sufiani, EfektifitasPembelajaranAqidahAkhlakBerbasisManajemenKelas, Vol. 10,
No.2, 2017, h. 136

46
b. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt sertaakhlaq

mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih

dahulu dalam lingkungan keluarga.

c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan social

melalui Aqidah Akhlaq.

d. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam

keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari,

e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal yang negatifdari lingkungannya atau

dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari.

f. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlaq, serta

sistem dan fungsionalnya,

Pendidikan yang memang dibutuhkan agar manusia menjadi cakap dan

mandiri untuk mengatasi masalah-masalah baik masalah pribadi maupun sosial.

Pendidikan humanis ini berupaya membentuk keselarasan jiwa dan badan untuk

mencapai keutamaan. Kesempurnaan jiwa dan badan akan terbentuk dengan

memperlihatkan dua aspek penting, Intelektualitas dan Spiritualitas. Dengan kata

lain seluruh upaya pendidikan diarahkan pada pengembangan kepribadian yang

mencakup olah pikir, olah karsa dan olah cipta, demikian adalah pola

pengembangan individual manusia.36

3. Aspek-Aspek Aqidah Akhlak

36
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 tahun 2008
TentangStandarKompetensiLulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di
Madrasah, hal 20-21

47
Aspek –aspek aqidah akhlak diantara lain adalah sebagai berikut:

a. Keimanan

Kemampuan peserta didik mengembangkan pemahaman dan

keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan.

b. Pengamalan

Kemampuan mengkondisikan untuk mempraktekkan dan

merasakan hasil pengamalan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pembiasaan

Melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan

perilaku yang baik sesuai dengan ajaran islam yang terkandung dalam Al-

Qur’an dan Hadits.

d. Rasional

Usaha peserta didik meningkatkan kualitas hasil pembelajaran

dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik sehingga isi

dan nilai yang ditanamkan mudah dipahami.

e. Emosional

Upaya peserta didik mengunggah emosi dalam penghayatan

Aqidah dan akhlak mulia sehingga terkesan di dalam jiwa.

f. Fungsional

Menyatukan materi Aqidah dan Akhlak yang memberikan manfaat

nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

g. Keteladanan

48
Kemampuan meneladani guru dan komponen madrasah sebagai

teladan yang mencerminkan individu yang memiliki keimanan yang teguh

dan berakhlak mulia

4. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak

a. Menurut Ibnu Maskawaih menyebut ada tiga pokok yang dapat dipahami

sebagai materi pendidikan akhlak, yaitu:

1) Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh

2) Hal-hal yang wajib bagi jiwa

3) Hal-hal yang wajib bagi hubungannya dengan sesama manusia.

b. Ruang lingkup kurikulum pendidikan Aqidah Akhlak di Madrasah

meliputi:

1) Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil, dan

jaiz bagi Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat

dan mukjizatnya dan hari akhir.

2) Aspek Akhlak terpuji yang terdiri dari atas khauf, taubat, tawadhu’,

bertauhid, inovatif, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat,

ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji

dan bermusyawarah.

3) Aspek Aqidah tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah, dan

ghibah.37

37
Ahmad Supandi, PembelajaranAqidahAkhlakdalamPerspektifHumanisme di MA
MiftahulQulubGalisPemekasan, Vol. 3, No. 1, Juli-Desember 2019, h. 118

49
c. Menurut GBPP mata pelajaran Aqidah Akhlak kurikulum madrasah, ruang

lingkup mata pelajaran aqidah akhlak secara garis besar berisi materi

pokok sebagai berikut:

1) Hubungan vertikal antara manusia dengan khaliqnya (Allah SWT)

mencakup segi aqidah, yang meliputi iman kepada Allah, Malaikat-

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, Hari Akhir, Qadla dan

Qadar.

2) Hubungan horizontal antara manusia dengan manusia yang meliputi:

akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban

membiasakan akhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain,

serta menjauhi akhlak yang buruk,

3) Hubungan manusia dengan lingkungannya, yang meliputi: akhlak

manusia terhadap lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas

maupun makhluk hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-

tumbuhan.38

38
http://efendihatta.blogspot.com/2009/11/pelaksanaan-pembelajaran-mata-
pelajaran.html, diakses pada tgl 09/04/2023.

50
BAB III
METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan

kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara

sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus

sebagai Peneliti. Sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penelitian terhadap

tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk

memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukannya.39 Dalam penelitian ini,

Peneliti ingin meneliti tentang Penerapan Model Student’s Seat Terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Kelas

XI MAN 3 Banda Aceh. Peneliti mencoba melakukan penelitian sebagai upaya

perbaikan pembelajaran di kelas. Disamping itu juga untuk mengatasi kejenuhan

peserta didik dalam melakukan aktivitas pembelajaran dalam mata pelajaran

Aqidah Akhlak, dengan adanya ini diharapkan agar tercapainya hasil penelitian

yang maksimal.

39
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), hal. 310

51
Penulis menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom

action research). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dengan empat tahapan

penelitian tindakan kelas yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) pengamatan,

(d) refleksi.

Model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana dan oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian

tindakan kelas yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak

yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

Langkah awal kegiatan perencanaan tindakan diawali dengan menganalisis

kompetensi pembelajaran sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum ( analisis

pengembangan tujuan, menetapkan materi pelajaran, menelaah buku paket Aqidah

Akhlak yang ada, menyusun RPP model Student’s seat sebagai model

pembelajaran, membuat instrument data (misalnya pedoman observasi,

wawancara, dan angket).

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan

yaitu mengenakan tindakan di kelas. Dalam tahap ini guru harus ingat dan

berusaha menaati apa yang telah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula

berlaku wajar, tidak dibuat-buat.

c. Tahap Pengamatan

52
Menurut Arikunto bahwa tahap pengamatan merupakan kegiatan

pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengamatan berlangsung bersamaan

dengan proses pelaksanaan. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru

pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data

yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Tahap Refleksi

Menurut Arikunto bahwa refleksi merupakan kegiatan untuk

mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan

ketika guru sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan

peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Jadi refleksi

merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan suatu tindakan yang telah di

catat dalam observasi. Reflesi berusaha memahami proses, masalah, persoalan,

dan kendala yang nyata dalam tindakan. Rekleksi biasanya dibantu dengan diskusi

diantara peneliti dan kolabolator. Melalui diskusi, refleksi memberikan dasar

rencana perbaikan untuk kegiatan pembelajaran berikutnya. Tahapannya meliputi

analisis data, memaknakan data, menyimpulkan kemudian merencanakan tindakan

selanjutnya.40

6. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 3 Banda Aceh, kecamatan Syiah Kuala

kota Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan dengan cara turun langsung ke lokasi

yang telah ditentukan untuk mendapatkan data dan informasi untuk penelitian ini.

7. Populasi dan sampel

40
Mahmud, Tedi Priatna, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Penerbit Tsabita, 2008),
hal. 24.

53
Populasi dalam penelitian merupakan wilayah yang ingin diteliti oleh

peneliti. Populasi pada penelitian ini peserta didik kelas XI di MAN 3 Banda

Aceh. Sedangkan sampel merupakan suatu sub kelompok dari populasi yang

dipilih untuk digunakan dalam penelitian. Peneliti memilih sampel peserta

didiksiswa/i kelas XI MIA 1 di MAN 3 Banda Aceh..Populasi dapat dilihat pada

table 1.2

Tabel 1.1 populasi dan sampel


Populasi
Kelas XI MIA-1 32 Peserta didik
Kelas XI MIA-2 32 Peserta didik
Kelas XI MIA-3 34 Peserta didik
Kelas XI IIS- 1 34 Peserta didik
Kelas XI IIS- 2 34 Peserta didik
KelasXI IIS- 3 29Peserta didik
Sampel
Kelas MIA- 1 34 Peserta didik

8. Instrumen penelitian

b. Silabus

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturantentang kegiatan

pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus mencakup

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilian, alokasi

waktu, dan sumber belajar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai

54
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar isi dan dijabarkan dalam

silabus.

c. Lembar kerja peserta didik (LKPD)

Lembar kerja peserta didik merupakan suatu bentuk lembar kerja peserta

didik yang disusun dengan langkah-langkah kerja yang harus diikuti oleh peserta

didik dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.

9. Teknik Pengumpulan Data.

a. Observasi

Observasiadalahdasardarisemuapendidikan. Para ilmuan dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu segala yang ada dan nyata yang didapatkan dari

observasi.41 Adapun pengamatan yang akan peneliti lakukan ialah dengan melihat

dan mengamati peserta didik dan guru selama proses pembelajaran, serta

menggunakan lembaran observasi yang akan diisi dengan daftar kegiatan yang

dilakukan guru dan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Tes

Tes tertulis dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta didik setelah

mengikuti proses belajar mengajar pada materi “Syari’at, Hakekat, Tarekat, dan

Ma’rifat”. Tes dilakukan dalam 2 tahap:

3) Tes awal (pre-test)

41
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005), hal 230.

55
Tes dilaksanakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik dari hasil tes

tersebut untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar awal peserta didik.

4) Tes akhir (post-test)

Tes dilaksanakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik setelah

dilakukannya pembelajaran. Dilakukan untuk mengetahui motivasi dan hasil

belajar peserta didik setelah pembelajaran menggunakan model Student’s seat.

c. Dokumentasi

Dokumen data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa

sumber tertulis, film, gambar (foto), karya-karya monumental, yang semua itu

memberikan informasi untuk penelitian.42 Adapun yang menjadi dokumen untuk

penelitian ini adalah foto atau gambar kegiatan pembelajaran di kelas.

6. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif, yaitu

dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh melalui hasil tes, wawancara,

catatan lapangan dan lembar observasi kemudian data tersebut dipaparkan,

dibahas, dan disimpulkan. Berikut adalah teknik analisisnya:

a. Data keterlaksanaan pembelajaran model Student Moving Chair

Data ini berasal dari data observasi tindakan. Pengamatan observasi

keterlaksanaan strategi Student Moving Chair dilaksanakan oleh observer. Nilai

yang didapat kemudian dijumlah, dirata-rata dan dihitung persentase


42
Sugiyono, MetodePenelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2015), hal. 117.

56
keterlaksanaannya terhadap nilai ideal dari jumlah keseluruhan aspek yang

diamati dengan menggunakan persamaan persentase dibawah ini.

persentase =
∑ nilai keterlaksanaan pembelajaranhot seat x 100%
∑ keterlaksanaan pembelajaran hot seat ideal

setelah itu data diklasifikasikan menurut tabel klasifikasi keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

tabel 1.2 Kriteria Keberhasilan Pelaksanaan Pembelajaran

No Persentase Klasifikasi
1 81-100 Baik sekali
2 61-80 Baik
3 41-60 Cukup baik
4 21-40 Kurang baik
5 < 20 Tidak baik
Sumber: Padmawati (dalam sudarman, 2008:30)

b. Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model Student’s Seat

Data ini berasal dari lembar catatan lapangan, untuk mengetahui respon

siswa dengan model Student Moving Chair digunakan lembar observasi keaktifan

siswa dimana untuk menilai keaktifan ini peneliti dibantu seorang observer.

c. Data prestasi belajar dengan menerapkan model Student Moving Chair

Data ini berasal dari tes yang diterapkan kepada siswa untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar dengan menerapkan model Student Moving Chair

maka data yang diperlukan berupa data nilai tes kognitif siswa. Data hasil belajar

dari aspek kognitif diperoleh dari hasil tes akhir tiap siklus

57
Hasil belajar aspek kognitif dianalisis dengan teknik analisis hasil evaluasi

untuk mengetahui ketuntasan belajar baik secara individual maupun secara

klasikal dengan cara menganalisis data hasil tes akhir menggunakan kriteria

ketuntasan belajar. Nilai tes kognitif yang diperoleh siswa tersebut kemudian

dibandingkan dengan SKM (Standar Ketuntasan Minimum) yang telah

ditentukan. Seorang siswa disebut tuntas belajar jika telah mencapai skor lebih

dari 75, dan ketuntasan klasikal apabila 75% kelas mencapai skor 74 ke atas.

Adapun teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar

peningkatan prestasi belajar siswa pada penelitian ini, yakni dengan

membandingkan persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada penerapan

model Student’s seat siklus 1 dan siklus 2. Sedangkan persentase ketuntasan

belajar secara klasikal dihitung dengan cara membandingkan jumlah siswa yang

mencapai ketuntasan belajar dengan jumlah siswa secara keseluruhan (siswa

maksimal) kemudian dikalikan 100%.

Persentase ketuntasan belajar klasikal =


∑ Siswa yang tuntas ×100 %
∑ Siswa maksimal
7. Indikator keberhasilan

Siswa dikatakan tuntas belajar jika pada saat ujian mendapatkan nilai ≥ 70

berdasarkan SKM dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar ≥ 75%.

Kemampuan akyivitas belajar dikatakan berhasil jika semua aspek yang diamati

meliputi visual activities, Oral activities, listening activities, writing activities,

drawing activities, motor activities, mental activities, emotional activities

mengalami peningkatan dari siklus 1 dan siklus 2. Peningkatan dinyatakan

58
berhasil jika tiap aspek berada pada kategori cukup. Jika prestasi belajar dan

aktivitas belajar telah memenuhi indikator keberhasilan maka siklus dapat

dihentikan.

59

Anda mungkin juga menyukai