DISUSUN OLEH:
( XII IPA 2 )
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah singkat tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah singkat ini
adalah ”hak mendapat pendidikan”
Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu warni hulukati
selaku guru pengajar yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan makalah ini. Selain
itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan makalah singkat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat makalah singkat
ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1. Latar belakang...........................................................................................................4-5
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3. Tujuan.................................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 bagaimana implementasi kurikulum merdeka belajar.....................................................6-8
2.2 Apa kendala kurikulum merdeka belajar.......................................................................9-10
2.3 Upaya apa yang di lakukan terhadap kendala kurikulum merdeka …………………11-12
PENUTUP....................................................................................................................................13
Kesimpulan..............................................................................................................................13
Saran…………………………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, karenanya setiap warga negara
Indonesia berhak memperoleh pendidikan sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya
tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Negara
Indonesia telah memiliki berbagai instrumen hukum untuk mendukung hak anak atas
pendidikan. Mulai dari Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28C, pasal 28E, pasal 31 dan pasal
34. Lalu, ada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maupun Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak (Sholeh dkk,2016:2). Perlindungan anak adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak serta hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang
dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat sesuai dengan
kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari diskriminasi. Namun dalam perkembangannya,
banyak anak-anak yang menjadi korban tindakan kekerasan, eksploitasi dan penganiayaan, baik
di rumah, sekolah, madrasah, maupun di pesantren. Sehingga, banyak anak yang tidak lagi
merasa aman dan nyaman untuk bermain dan belajar karena selalu berada dalam tekanan dan
ancaman (Sholeh dkk,2016:5). Dalam upaya perlindungan anak dan untuk mengurangi tindakan
kekerasan terhadap anak, terutama di dunia pendidikan, maka diwujudkan program
“Pendidikan Ramaha Anak” sebagai langkah nyata mencegah berbagai bentuk kekerasan pada
peserta didik melalui pola asuh dan proses pembelajaran yang menghargai, melindungi, dan
memenuhi hak-hak anak dengan menghidupkan lingkungan pendidikan yang ramah anak dan
senantiasa mengarusutamakan prinsip perlindungan anak. Pendidikan ramah anak (PRA) dapat
dimaknai sebagai suatu satuan lembaga pendidikan yang dapat memfasilitasi dan
memberdayakan potensi anak. Untuk memberdayakan potensi anak di satuan lembaga
pendidikan tentunya harus memprogramkan segala sesuatunya yang menyebabkan potensi anak
bisa tumbuh dan berkembang, berpartisipasi dan terlindungi dari tindak kekerasan dan
diskriminasi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Sholeh dkk,2016:6) bahwa dalam
memberdayakan potensi anak maka sekolah harus menerapkan program-program yang
memadai, sekolah juga harus menciptakan lingkungan yang kondusif dan edukatif. Dengan
demikian anak bukan lagi sebagai obyek dalam pendidikan namun sebagai subyek, anak bebas
berkreasi dalam belajar dengan suasana pendidikan yang penuh kasih sayang, sebab hubungan
yang terjalin dengan rasa cinta dan kasih sayang antara anak dengan guru, orang tua, maupun
teman sebayanya sangat berpengaruh dalam perkembangan dan pembentukan karakter anak
yang baik, karena semua yang dialami oleh anak di sekolah merupakan bekal yang akan ditiru
dan dilakukan oleh anak di masa depannya. Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau
moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi
pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain (Wiyani,2013:25).
Pendidikan karakter merupakan upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang Pendidikan
karakter merupakan upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan
nilai-nilai kepada para siswanya (Samani dkk,2013:44). Menurut Ratna (2012:43) pendidikan
karakter adalah sebuah usaha mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan
bijak dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Menurut Samani (2012:44) pendidikan karakter
juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mula (good
character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan
pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam
hubungannya dengan Tuhannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah tentang hak medapat Pendidikan adalah
1. Bagaimana implementasi kurikulum merdeka belajar?
2. Apa kendala dari kurikulum merdeka belajar?
3. Upaya apa yang di lakukan terhadap kendala kurikulum merdeka belajar?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang hak mendapat Pendidikan Untuk
mengetahui
1. Mengetahui implementasi kurikulum merdeka belajar
2. Mengetahui kendala dari kurikulum merdeka belajar
3. Mengetahui upaya yang di lakukan terhadap kendala kurikulum merdeka
belajar
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pelaksanaan pembelajaran:
- Penerapan proyek penguatan profil pelajar Pancasila
- Penerapan pembelajaran yang fokus kepada siswa
- Keterpaduan penilaian dalam pembelajaran
- Pembelajaran yang sesuai tahap belajar murid jenjang dasar dan menengah
- Kolaborasi antarguru untuk kepentingan kurikulum dan pembelajaran
- Kolaborasi bersama orang tua atau keluarga dalam pembelajaran
- Kolaborasi dengan masyarakat atau komunitas atau juga industri
- Refleksi, evaluasi, serta peningkatan kualitas penerapan kurikulum.
Pendidikan khusus
- Penilaian pembelajaran
- Kolaborasi bersama orang tua atau keluarga dan masyarakat atau industri.
Seperti dipaparkan sebelumnya, satuan pendidikan yang telah mendaftar jalur mandiri
bisa menjalankan IKM pada ajaran baru 2022/2023. Sekolah-sekolah tersebut juga
terbagi ke dalam tiga kategori berdasarkan kondisi masing-masing, yaitu:
Panduan penerapannya bisa didapat dari modul Merdeka Mengajar yang dapat diakses
dengan akun belajar.id. Guru juga bisa mendapat pedoman menjalankan Kurikulum
Merdeka di https://kurikulum.kemdikbud.go.id.
2. Pelatihan dan penyediaan sumber belajar guru, kepala sekolah, dan pemda
o Pelatihan mandiri bagi guru dan kepala sekolah melalui micro learning di aplikasi digital
o Menyediakan berbagai narasumber dalam pelatihan Kurikulum Merdeka. Misalnya,
melalui pengimbasan dari Sekolah Penggerak
o Berbagai sumber belajar untuk guru dalam bentuk e-book, video, podcast dll., yang dapat
diakses daring dan didistribusikan melalui media penyimpanan (flashdisk)
o Guru membentuk komunitas belajar untuk saling berbagi praktik baik dalam adopsi
Kurikulum Merdeka, baik di sekolah maupun di komunitasnya
3. Kurangnya literasi
Kebijakan-kebijakan tersebut, diharapkan penerapan Kurikulum Merdeka dapat benar-benar
berjalan seperti yang diinginkan. Namun kenyataannya masih banyak guru terkendala dalam
menerapkan Kurikulum Merdeka. Kendala tersebut dapat berasal dari dalam diri guru yang
bersangkutan maupun dari luar. Berbagai kendala tersebut di antaranya terkait dengan literasi,
referensi, akses digital, kompetensi guru, dan pengelolaan waktu. Diketahui bahwa beberapa
guru masih mengandalkan buku paket, baik buku siswa maupun buku guru sebagai satu-
satunya sumber belajar. Sedangkan sumber belajar lainnya dianggap tidak penting. Hal ini yang
membuat guru kurang melakukan aktivitas untuk meningkatkan literasi. Padahal kegiatan
membaca sebenarnya bukan hanya semata-mata ditujukan kepada peserta didik. Guru pun harus
aktif melakukan literasi. Apapun mata pelajaran yang diampu, kegiatan literasi bagi guru
bukanlah sesuatu yang istimewa. Sebagai pendidik, melakukan kegiatan literasi adalah sebuah
keharusan. Guru dituntut untuk selalu update dengan perkembangan zaman. Mau tidak mau,
suka tidak suka, guru harus rajin membaca, khususnya terkait dengan materi yang diajarkan
kepada peserta didik.
Kurangnya literasi terkadang dibarengi dengan minimnya referensi. Masih adanya buku teks
untuk peserta didik maupun guru yang saat ini diterbitkan oleh pusat perbukuan dinilai
kualitasnya belum seperti yang diharapkan. Kasus penarikan salah satu buku Kurikulum
Merdeka yang sudah beredar dengan format elektronik menunjukkan buku tersebut dianggap
belum bisa memberikan referensi yang dapat membantu guru dalam memperoleh rujukan
terkait bagaimana memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik secara efektif.
Keterbatasan guru dalam memperoleh referensi pelaksanaan merdeka belajar dapat menjadi
kendala guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik. Sulitnya akses digital atau internet juga menjadi kendala guru menerapkan Kurikulum
Merdeka. Jaringan internet yang tidak stabil akan menyulitkan guru mengakses materi yang
menjadi sumber belajar. Bahkan beberapa sekolah masih ada yang belum memiliki fasilitas
digital dan internet yang memadai.
Di era digital seperti sekarang sekolah harus berpacu untuk melaksanakan pembelajaran
berbasis digital. Beberapa sekolah yang sudah melaksanakan sistem ini mengharuskan guru
dalam proses pembelajaran untuk selalu terkoneksi dengan jaringan internet. Di sisi lain,
sekolah memang sudah menyediakan fasilitas internet. Namun sejumlah guru terkadang masih
menemui kesulitan dalam akses teknologi. Aspek yang tidak kalah pentingnya adalah
kompetensi guru yang belum memadai. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
disebutkan bahwa kompetensi guru terdiri dari kompetensi profesional, kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Keempat kompetensi tersebut merupakan
standar kompetensi yang wajib dimiliki guru agar mereka dapat mentransfer ilmunya kepada
peserta didik dengan benar. Dalam praktiknya, tidak semua guru menguasai berbagai aspek
yang terdapat dalam keempat kompetensi guru. Salah satunya dalam penguasaan kompetensi
profesional, masih ada guru yang belum mampu memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dalam proses pembelajaran dan pengembangan diri. Mereka mengalami kesulitan
menggunakan program Microsoft Word dan aplikasi lainnya yang semuanya itu sebenarnya
dapat membantu guru dalam proses pembelajaran.
Di luar tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, guru juga diminta aktif di berbagai
kegiatan sekolah. Keadaan ini membuat guru harus pandai mengelola waktu dengan baik.
Namun belum semua guru mampu mengatur waktunya untuk kegiatan yang ada. Apalagi jika
secara tiba-tiba guru dihadapkan pada persoalan lain yang tidak terkait dengan pembelajaran
dan sekolah.
3. - Memperbanyak literasi
Solusi minimnya wawasan mengenai kurikulum merdeka adalah dengan cara searching
berbagai macam informasi baik di media sosial maupun melalui internet. Sumber yang aktual
dan terpercaya, tidak copy paste, dan biasakan menulis referensi. Perluas komunitas para pegiat
literasi untuk menyerap informasi lebih cepat dan detail. Telaah dan lakukan library reseach
lalu tuangkan dalam bentuk tulisan agar ilmu yang sedikit bisa menjadi wawasan bagi mereka
yang membutuhkan sehingga nilai manfaat akan jauh lebih efektif dan efisien.
- Akses Pembelajaran
Lembaga pendidikan hendaknya memfasilitasi warga belajar yang memiliki keterbatasan dalam
menjangkau akses digital dan jaringan internet untuk mempermudah guru dalam
mengembangkan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pembelajaran. Metode
pembelajaran tatap muka maupun daring keduanya membutuhkan jaringan yang kuat untuk
mewujudkan dan memerangi kendala yang selama ini dihadapi oleh guru. Kesulitan yang
dihadapi oleh peserta didik pun akan menjadi jalan keluar yang efektif ketika sekolah
menyediakan fasilitas lengkap bagi guru maupun peserta didik.
- Manajemen waktu
Guru merdeka mampu belajar dalam waktu yang cukup untuk menghadapi sebuah perubahan.
Kemampuan yang optimal ketika bergerak dan mencari cara yang inovatif dalam pembelajaran.
Tugas dan tanggung jawab guru akan terasa ringan saat guru mampu mengatur waktunya sebaik
mungkin terutama dengan kesibukan atau masalah lain yang sedang dihadapi. Manajemen
waktu adalah salah satu kunci utama bagi guru dalam memecahkan masalah trasformasi
kurikulum merdeka.
Pendapat saya: Untuk mengatasi semua masalah di atas agar dapat menerapkan
Kurikulum Merdeka dengan baik, guru dituntut meningkatkan literasi bacaannya,
memperbanyak referensi, dan meningkatkan kualitas kompetensi guru, serta mampu
mengelola waktunya dengan baik. Guru juga harus memiliki kemudahan mengakses
digital dan internet. Dukungan dari orang tua serta kerja sama dari siswa itu sendiri juga
harus diperhatikan. Jika semua upaya tersebut ditempuh, diharapkan dapat menjadi
solusi guru menghadapi berbagai kendala dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan: Dengan ditetapkannya program ini tentu pemerintah memiliki tujuan yakni
mempermudah dan membantu Pendidikan diindonesia agar lebih maju dan lebih baik lagi
sebelumnya sehingga program ini harus dijalankan dengan sebaik baiknya oleh pihak sekolah
dan tentukan harus dengan dukungan penuh dari pihak pemerintah,siswa dan orang tua
Saran: Kita sebagai manusia biasa tentu memiliki kekurangan pemerintah juga sebagai
manusia tentu memiliki kekurangan dalam membuat kurikulum ini,tentunya karena program ini
merupakan hal baru akan terdapat kekurangan dan kendala dalam pelaksanaanya,setiap
permasalahan yang ada pasti ada solusi dan cara penyelesaian nya begitu pula dengan kendala
kendala yang dihadapi dalam penetapan program sekolah penggerak,sehingga yang bisa
dilakukan saat ini adalah meminimalisisir adanya masalah baru dan menemukan solusi yang
tepat untuk menyelesaikan kendala kendala yang ada
DAFTAR PUSTAKA
https://yoursay.suara.com/kolom/2022/08/08/113517/implementasi-kurikulum-merdeka-
tantangan-dan-solusi
https://naikpangkat.com/kendala-kami-para-guru-menerapkan-kurikulum-merdeka/
https://retizen.republika.co.id/posts/154281/solusi-menghadapi-kendala-kurikulum-merdeka
https://www.ojs.unwaha.ac.id/index.php/joems/article/view/338
https://nasional.tempo.co/read/1560429/apa-itu-merdeka-belajar-tersebab-survei-jebloknya-
matematika-dan-literasi-siswa