Kelompok 4 :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................. 1
C. Tujuan Makalah ............................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Inklusif........................................................... 3
B. Manajemen Pendidikan Sekolah Inklusif......................... 5
C. Aplikasi Manajemen Pendidikan Inklusif Dalam
Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.................. 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................ 17
B. Saran................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan, tanpa melihat ras, suku, agama,
maupun keterbatasan yang dimilikinya. Sekolah sebagai wadah tempat anak
belajar harus mampu menjadi tempat “ternyaman” bagi anak untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Namun, nyatanya masih ada anak-
anak berkebutuhan khusus yang mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Oleh
karena itu, sekolah inklusif hadir sebagai konsep yang ditawarkan untuk
menjawab masalah tersebut, dimana anak-anak berkebutuhan khusus belajar
bersama-sama dengan teman-temannya yang normal.
Manajemen sekolah akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber
daya manusia yang professional untuk mengoperasikan sekolah, kurikulum yang
sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan
commitment (tanggung jawab terhadap tugas) tenaga kependidikan yang handal,
sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar,
dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan fungsinya, serta partisipasi
masyarakat yang tinggi. Bila salah satu hal di atas tidak sesuai dengan yang
diharapkan dan/atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka efektivitas dan
efisiensi pengelolaan sekolah menjadi kurang optimal.
4
mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi komponen-komponen
pendidikan suatu sekolah, yang meliputi input siswa, kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana-prasarana, dana dan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Inklusif
Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ini merupakan amanah
UUD 1945 Pasal 31 ayat 1. Peraturan ini mengindikasikan bahwa setiap warga
negara Indonesia termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki hak yang
sama untuk belajar dan mengakses pendidikan. Anak-anak berkebutuhan khusus
dapat belajar bersama siswa lainnya pada sekolah inklusif yang berbeda dengan
Sekolah Luar Biasa (SLB).
Penerapan sekolah inklusif tertera dalam Permendiknas Republik Indonesia
No. 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi siswa yang memiliki kelainan
dan memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa. Pasal 3 ayat 1
menjelaskan bahwa “Setiap siswa yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, dan sosial atau meiliki kecerdasan dan/ atau bakat istimewa berhak
mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya.”
Stubbs mengungkapkan bahwa pendidikan inklusif merupakan strategi
untuk mewujudkan pendidikan universal guna menciptakan sekolah yang
responsif terhadap beragam kebutuhan aktual anak (Ni’matuzahroh & Nurhamida,
2016:43). Lebih lanjut Ni’matuzahroh & Nurhamida menjelaskan bahwa
pendidikian inklusif sendiri merupakan pendidikan yang menyertakan semua anak
secara bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan
pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan siswa tanpa membeda-
bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan eonomi,
politik, keluarga, bahasa, geografis tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan
perbedaan kondisi fisik atau mental.
6
B. Manajemen Sekolah Pendidikan Inklusif
Menurut Qomariyah dkk (2017:53) manajemen merupakan proses
pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumber daya manusia dan material
secara efisien. Weihrich & Koontz (2005:4) menyatakan management is the
process of designing and maintaining an environment in which individuals,
working together in groups, efficiently accomplish selected aims. Pendapat ini
menyatakan bahwa manajemen merupakan proses merancang dan memelihara
lingkungan individu-individu yang bekerja sama dalam kelompok secara efisien
untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Dapa dkk (Witasoka, 2016:168) manajemen pendidikan inklusif
adalah proses keseluruhan kegiatan bersama dalam bidang pendidikan inklusif
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan evaluasi dengan
menggunakan dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia baik personil, materil,
maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Manajemen sekolah, memberikan kewenangan penuh kepada pihak sekolah
untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan,
mengawasi, dan mengevaluasi komponen-komponen pendidikan sekolah yang
bersangkutan.Komponen-komponen tersebut meliputi:
1. Input siswa (kesiswaan),
2. Kurikulum,
3. Tenaga kependidikan,
4. Sarana-prasarana,
5. Dana,
6. Lingkungan (hubungan sekolah dengan masyarakat)
7
pengajaran), tenaga kependidikan, sarana-prasarana, dana, lingkungan, serta
kegiatan belajar-mengajar. Berikut dijabarkan manajemen untuk setiap komponen
tersebut:
1. Manajemen Kesiswaan
8
menempatkan peserta didiknya yang berkebutuhan khusus bersamaan dengan
peserta didik lainnya dalam satu kelas reguler sesuai tingkatannya.
2. Manajemen Kurikulum
9
guru kelas, guru pendidikan khusus, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga
ahli lain yang terkait.
Guru yang terlibat di sekolah inklusi yaitu Guru Kelas, Guru Mata
Pelajaran, dan Guru Pembimbing Khusus (GPK). Menurut Witasoka
(2016:174)untuk sekolah inklusif, pengelolaan sumber daya manusia berfokus
pada keberadaan GPK, karena sekolah inklusif harus merekrut GPK sebagai salah
satu tenaga pendidik yang bertugas membantu tenaga pendidik lainnya untuk
menyelenggarakan pendidikan inklusif.
10
dan guru mata pelajaran kepada kepala sekolah, dinas pendidikan
kabupaten/kota/provinsi dan pihak terkait lainnya; menindaklanjuti hasil
pembimbingan bagi guru kelas dan guru mata pelajaran.
4. Manajemen Sarana-Prasarana
11
5. Manajemen Keuangan/Dana
Sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem
sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Semakin tinggi tingkat partisipasi
masyarakat terhadap pendidikan di suatu daerah, akan semakin maju pula sumber
daya manusia pada daerah tersebut. Sebaliknya, semakin rendah tingkat partisipasi
masyarakat terhadap pendidikan di suatu daerah, akan semakin mundur pula
sumber daya manusia pada daerah tersebut.
12
Untuk menarik simpati masyarakat agar mereka bersedia berpartisipasi
memajukan sekolah inklusi, perlu dilakukan berbagai hal, antara lain dengan cara
memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang
telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan, maupun yang akan dilaksanakan
sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentangsekolah yang
bersangkutan.
Seluruh anggota tim perlu memahami secara tepat apa yang menjadi kebutuhan
anak. Orang tua diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan jujur
mengenai keberadaan anak mereka. Informasi yang tepat akan sangat membantu
terhadap ketepatan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Setelah kebutuhan anak telah teridentifikasi kemudian tim membuat daftar semua
hal yang bisa mendukung berhasilnya pelayanan sesuai dengan kebutuhan anak.
Setelah diidentifikasi secara tepat kebutuhan anak dan sarana pendukung yang
ada,tim kemudian dapat menentukan kelas yang sesuai untuk anak berkebutuhan
khusus.
13
4. Menyiapkan Program Pembelajaran
Materi yang diberkan nantinya harus sesuai dengan kebutuhan anak dan sarana
yang ada.
Jadi melalui manajemen pendidikan inklusif, anak akan merasa percaya diri,
bangga terhadap diri sendiri serta mampu beradaptasi dengan lingkungan
masyarakat umum. Bagi guru, dapat meningkatkan kemampuan mengajar dengan
berbagai model sesuai kebutuhan masing-masing anak. Bagi orang tua, merasa
bangga karena anaknya memperoleh pendidikan tanpa diskriminasi. Dan bagi
masyarakat, merasa dihargai karena dilibatkan dalam proses Pendidikan Inklusif.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Agar dapat tercipta sekolah inklusif yang efektif dan efisien penulis
menyarankan supaya tiap-tiap sekolah yang menyelenggarakan pendidikan
inklusif harus benar-benar mengetahui dan memahami tentang manajemen
sekolah inklusif agar dapat merencanakan, mengorganisasikan, mengelola, dan
mengawasi pendidikan inklusif disekolah tersebut sehingga tujuan pendidikan
dapat tercapai dengan baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
16