Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
DOSEN PENGAMPU:
Bismillahirrahmanirrahim
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran.......................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
kebutuhan dan kemampuan yang dimilikinya.
1
Imam Yuwono dan H. Utomo, Pendidikan Inklusi, (Yogyakarta: CV Budi Utama,
2021), hal. 3.
2
Totok Yulianto, Pendidikan Inklusif: Konsep Dasar, Ruang Lingkup, dan Pembelajaran,
Jurnal Kependidikan, Vol. 6, No. 2, 2018, hal. 197.
4
pendidikan dan integrasi sosial. Sementara sekolah inklusi memberikan
lingkungan yang tepat guna mencapai kesamaan kesempatan dan
partisipasi penuh, keberhasilannya menuntut usaha bersama, bukan hanya
dari guru-guru dan staf sekolah, tetapi juga dari teman sebayanya, orang
tua, keluarga dan relawan.
Di dalam sekolah inklusi, anak yang menyandang kebutuhan
pendidikan khusus menerima segala dukungan tambahan yang mereka
perlukan untuk menjamin efektifnya pendidikan mereka. Pendidikan
inklusi merupakan alat yang paling efektif untuk membangun solidaritas
antara anak penyandang kebutuhan khusus dengan teman-teman
sebayanya. Bagi anak penyandang kebutuhan pendidikan khusus,
disediakan dukungan yang berkesinambungan, yang berkisar dari bantuan
minimal di kelas reguler hingga program pelajaran tambahan di sekolah itu
dan, bila perlu diperluas dengan penyediaan bantuan dari guru spesialis
dan staf pendukung eksternal.
C. Manfaat Sekolah Inklusi
3
DKustawan, Manajemen Pendidikan Inklusi, (Jakarta: Luxima, 2013), hal. 16.
5
b. Melatih dan membiasakan sikap menghargai dan merangkul
perbedaan dengan menghilangkan budaya labeling.
c. Anak belajar dengan menerapkan sikap penuh toleran terhadap
perbedaan.
d. Anak-anak berkebutuhan khusus memiliki kesempatan untuk
memperoleh keterampilan baru dengan mengamati dan meniru
anak-anak lainnya.
e. Anak-anak didorong untuk menjadi lebih berakal, kreatif dan
kooperatif.
2. Manfaat bagi guru
a. Guru bersikap lebih propesional dengan mengembangkan
keterampilan baru dan memperluas perspektif mengenai
perkembangan anak.
b. Guru belajar untuk berkomunikasi dengan lebih efektif dan
kooperatif.
c. Guru harus membangun hubungan yang kuat dengan orang tua.
perbedaan.
6
b. Sekolah inklusi membantu anak berkebutuhan khusus untuk
menjadi lebih siap bertanggu jawab dan mengenalkan hak-haknya
untuk kehidupan bermasyarakat.
D. Lingkup Pengembangan Kurikulum Pendidikan Inklusi
1. Dasar Pengembangan Kurikulum
7
b. Membantu pendidik dan orang tua dalam program pendidikan
peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus, baik di sekolah
maupun di rumah.
c. menjadi pedoman bagi sekolah, dan para masyarakat dalam
mengembangkan program pendidikan inklusi.
3. Model Pengembangan Kurikulum
a. Model kurikulum reguler penuh
Pada kurikulum model reguler ini, para peserta didik yang
berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum yang sama dengan anak
yang lain di kelas yang sama. Program layanannya lebih mengarah
ke bimbingan belajar, memberi motivasi, dan ketekunannya dalam
belajar.
b. Model kurikulum reguler dengan modifikasi
Guru melakukan modifikasi pada strategi pembelajaran,
media pembelajaran, jenis penilaian dan pelaporan, maupun pada
program-program tambahan lainnya, namun tetap mengacu pada
kurikulum reguler dan kebutuhan peserta didik berkebutuhan
khusus.
c. Model kurikulum PPI (Program Pendidikan Individual)
Guru mempersiapkan program pendidikan individual yang
sudah dikembangkan bersama dengan tim pengembang (guru
kelas, guru pembimbing khusus, kepala sekolah, orang tua, dan
tenaga ahli lainnya yang terkait).
Lalu, Program ini dilaksanakan atau di khususkan untuk
peserta didik yang punya hambatan belajar yang tidak
memungkinkan untuk mengikuti proses belajar, sekalipun telah
dimodifikasi.4
4
H. Sukardi, Model Pendidikan Inklusi dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus,
(Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2019), hal. 47-51.
8
E. Pembelajaran PAI di Sekolah Inklusi
Dalam hal ini proses pembelajaran PAI pada sekolah inklusi tidak
berbeda jauh dari sekolah pada umumnya. Dengan proses belajar yang
diawali dengan pembukaan kemudian masuk ke dalam kegiatan
pembelajaran inti. Pembelajaran agama yang diajarkan dalam sekolah
inklusi sama halnya dalam sekolah reguler lainnya.5 Namun demikian
karena didalam setting inklusi terdapat peserta didik yang heterogen, maka
dalam kegiatan pembelajarannya di samping menerapkan prinsip-prinsip
umum juga harus mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai
dengan kelainan peserta didik.
Kegiatan dalam setting inklusi akan berbeda baik dalam strategi,
kegiatan, media, maupun metode. Dalam setting inklusi guru hendaknya
dapat mengakomodasi semua kebutuhan siswa dikelas yang bersangkutan
termasuk membantu mereka memperoleh pemahaman yang sesuai dengan
gaya belajarnya masing-masing.
Oleh karenanya, dalam pembelajaran PAI di sekolah inklusi ini
pendidik diharapkan mampu untuk memberi pembelajaran yang sekreatif
mungkin dalam mengajarkan materi ajarnya. Walaupun pada akhirnya
nanti tanggapan dari peserta didik yang berkebutuhan khusus mengalami
banyak kendala dalam proses belajar, setidaknya metode dan strategi yang
digunakan pendidik membuat peserta didiknya tidak merasa bosan dan
jenuh.
5
Erik Purwanti, dkk, Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah
Inklusi, Jurnal Inovasi Penelitian, Vol. 1, No. 10, 2021, hal. 2.104.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Purwanti, Erik dkk. 2021. Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di Sekolah Inklusi. Jurnal Inovasi Penelitian. 1(10).
Yulianto, Totok. 2018. Pendidikan Inklusif: Konsep Dasar, Ruang Lingkup, dan
Pembelajaran. Jurnal Kependidikan. 6(2).
11