Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM DALAM BINGKAI PENDIDIKAN INKLUSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

ILHAM MUHAMMAD 2119292

RAHMA WAHYUNI 2118199

FENTA YULIA NINGSIH 2119245

DOSEN PENGAMPU:

Dr. HIDAYATUL DINA, M.A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Puji syukur kami ucapkan dengan memperbanyak mengucapkan


alhamdulillahirabbil'alamin sebagai rasa syukur atas limpahan rahmat, karunia
serta nikmat yang telah Allah berikan sehingga kami sebagai pemakalah dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul PENDIDIKAN ISLAM DALAM
BINGKAI PENDIDIKAN INKLUSI. Shalawat serta salam, tetap kita
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan melafadzkan Allahumma
Shalli 'Ala Sayyidina Muhammad Wa 'Ala Ali Sayyidina Muhammad, yang mana
telah menjadi suri teladan bagi seluruh umat manusia dan juga telah membawa
umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, sebagaimana yang kita rasakan saat ini.

Dengan adanya makalah ini, kami sebagai pemakalah menyadari bahwa di


dalam makalah ini masih mempunyai kekurangan dan masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami sangat mengharapakan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun, sehingga akan lebih baik lagi kedepannya. Terakhir kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
berpartisipasi dalam proses penyusunan makalah ini, semoga semua usaha kita
diridhai dan diberkahi oleh Allah SWT.

Bukittinggi, 30 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Inklusi ....................................................................... 3


B. Gagasan Pendidikan Inklusi ...................................................................... 4
C. Manfaat Sekolah Inklusi ........................................................................... 5
D. Lingkup Pengembangan Kurikulum Pendidikan Inklusi .......................... 7
E. Pembelajaran PAI di Sekolah Inklusi ....................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran.......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap


individu dan menjadi pedoman hidup lebih baik untuk kedepannya.
Dengan adanya pendidikan ini, setiap individu bisa menjadi makhluk yang
lebih baik dan bisa bermanfaat bagi makhluk lainnya. Lalu, seiring
perkembangan zaman muncul lah yang namanya pendidikan inklusi, yang
mana pendidikan inklusi ini merupakan pendidikan alternatif bagi anak
berkebutuhan khusus dimana sekolah ini dipadukan dengan anak normal
pada umumnya.

Dengan demikian, inklusi menyangkut juga hal-hal bagaimana


orang dewasa dan teman sekelas yang normal menyambut semua siswa
dalam kelas dan mengenali bahwa keanekaragaman siswa tidak
mengharuskan penggunaan pendekatan tunggal untuk seluruh siswa.
Dalam perkembangannya, inklusi juga termasuk para siswa yang dikaruniai
keberbatasan, mereka yang hidup terpinggirkan, dan kemampuan
belajarnya berada di bawah rata-rata kelompoknya. Selain itu, program
pendidikan inklusi ini menjadi bantuan bagi orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus untuk lebih mengoptimalkan apa yang dibutuhkan
seorang anak dalam berbagai hal yang ingin dicapainya.

Oleh karenanya, dalam pelaksanaannya pendidikan inklusi ini tentu


tidak bisa dilepaskan dari konsep, gagasan, manfaat, lingkup
pengembangan kurikulum pendidikan inklusi, dan pembelajaran PAI di
sekolah inklusi tersebut. Yang mana masing-masing poin tersebutlah yang
akan menjadi pembahasan didalam makalah kami pada kesempatan kali
ini.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat


ditarik kesimpulan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pendidikan inklusi ?


2. Bagaimana gagasan pendidikan inklusi ?
3. Apa-apa saja manfaat sekolah inklusi ?
4. Bagaimana lingkup pengembangan kurikulum pendidikan inklusi ?
5. Bagaimana pembelajaran PAI di sekolah inklusi ?
C. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, maka pemakalah menuliskan tujuan


yang ingin dicapai diantaranya adalah:

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan inklusi


2. Untuk mengetahui gagasan pendidikan inklusi
3. Untuk mengetahui manfaat dari sekolah inklusi
4. Untuk mengetahui lingkup pengembangan kurikulum pendidikan
inklusi
5. Untuk mengetahui pembelajaran PAI di sekolah inklusi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Inklusi

Jika kita berbicara mengenai konsep pendidikan inklusi ini,


tentunya sama-sama kita ketahui didalam Undang Undang Dasar 1945
pasal 31 ayat 1 dan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang mana dinyatakan bahwa setiap warganegara
mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Hal ini
menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak pula memperoleh
kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam
pendidikan di Indonesia ini. Melalui pendidikan inklusi, anak
berkebutuhan khusus di didik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan
bahwa di masyarakat terdapat anak normal dan anak berkebutuhan khusus
(berkelainan) yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Oleh
karena itu, anak berbutuhan khusus perlu diberi kesempatan dan peluang
yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan
di sekolah terdekat.

Menurut Permendiknas No. 70 tahun 2009 pendidikan inklusi


didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Sedangkan dalam pelaksanaannya, pendidikan inklusif bertujuan


untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya dan mewujudkan
penyelenggaran pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak
diskriminatif kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan atau

3
bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
kebutuhan dan kemampuan yang dimilikinya.

Dengan demikian, pendidikan inklusi ini adalah sebagai sistem


layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus
belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat
dengan tempat tinggalnya. 1 Jadi, dengan kehadiran pendidikan inklusi ini
berpotensi mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi setiap anak
dengan segala keragamannya, terutama anak berkebutuhan khusus.

B. Gagasan Pendidikan Inklusi


Layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus telah berkembang
sejak lama dari sistem segresi (SLB) menjadi sistem integrasi (terpadu)
dimana anak berkebutuhan khusus diterima di sekolah reguler dengan
penyesuaian kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut.2
Mengenai hal ini sama-sama kita ketahui bahwa kecenderungan
dalam kebijakan sosial global adalah meningkatkan integrasi dan
partisipasi serta memerangi eksklusi (keterpisahan). Inklusi (ketercakupan)
dan partisipasi merupakan hal yang sangat penting bagi harga diri manusia
serta memungkinkan orang menikmati dan mempraktekkan hak-hak
azazinya sebagai manusia. Di dalam bidang pendidikan, hal tersebut
tercermin dalam pengembangan strategi-strategi yang berusaha
memberikan kesamaan kesempatan yang sesungguhnya. Pengalaman di
banyak negara menunjukkan bahwa integrasi anak dan remaja penyandang
kebutuhan pendidikan khusus tercapai sebaik-baiknya apabila mereka
ditempatkan di sekolah inklusif yang melayani semua anak di
masyarakatnya. Dalam konteks inilah mereka yang menyandang
kebutuhan pendidikan khusus dapat sepenuhnya mencapai kemajuan

1
Imam Yuwono dan H. Utomo, Pendidikan Inklusi, (Yogyakarta: CV Budi Utama,
2021), hal. 3.
2
Totok Yulianto, Pendidikan Inklusif: Konsep Dasar, Ruang Lingkup, dan Pembelajaran,
Jurnal Kependidikan, Vol. 6, No. 2, 2018, hal. 197.

4
pendidikan dan integrasi sosial. Sementara sekolah inklusi memberikan
lingkungan yang tepat guna mencapai kesamaan kesempatan dan
partisipasi penuh, keberhasilannya menuntut usaha bersama, bukan hanya
dari guru-guru dan staf sekolah, tetapi juga dari teman sebayanya, orang
tua, keluarga dan relawan.
Di dalam sekolah inklusi, anak yang menyandang kebutuhan
pendidikan khusus menerima segala dukungan tambahan yang mereka
perlukan untuk menjamin efektifnya pendidikan mereka. Pendidikan
inklusi merupakan alat yang paling efektif untuk membangun solidaritas
antara anak penyandang kebutuhan khusus dengan teman-teman
sebayanya. Bagi anak penyandang kebutuhan pendidikan khusus,
disediakan dukungan yang berkesinambungan, yang berkisar dari bantuan
minimal di kelas reguler hingga program pelajaran tambahan di sekolah itu
dan, bila perlu diperluas dengan penyediaan bantuan dari guru spesialis
dan staf pendukung eksternal.
C. Manfaat Sekolah Inklusi

Pada umumnya adapun yang menjadi manfaat dari sekolah inklusi


adalah untuk menjamin semua peserta didik berkebutuhan khusus
mendapatkan kesemapatan dan akses yang sama untuk memperoleh
layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya dan bermutu
diberbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan serta menciptakan
lingkungan pendidikan yang kondusif bagi peserta didik berkebutuhan
khusus untuk megembangkan potensinya secara optimal. 3 Kemudian
selanjutnya secara khusus manfaat sekolah inklusi di indonesia yaitu
sebagai berikut :

1. Manfaat bagi peserta didik


a. Anak-anaak mengembangakan persahabatan, persaudaraan dan
belajar untuk bermain dan berintekrasi dengan lingkungan.

3
DKustawan, Manajemen Pendidikan Inklusi, (Jakarta: Luxima, 2013), hal. 16.

5
b. Melatih dan membiasakan sikap menghargai dan merangkul
perbedaan dengan menghilangkan budaya labeling.
c. Anak belajar dengan menerapkan sikap penuh toleran terhadap
perbedaan.
d. Anak-anak berkebutuhan khusus memiliki kesempatan untuk
memperoleh keterampilan baru dengan mengamati dan meniru
anak-anak lainnya.
e. Anak-anak didorong untuk menjadi lebih berakal, kreatif dan
kooperatif.
2. Manfaat bagi guru
a. Guru bersikap lebih propesional dengan mengembangkan
keterampilan baru dan memperluas perspektif mengenai
perkembangan anak.
b. Guru belajar untuk berkomunikasi dengan lebih efektif dan
kooperatif.
c. Guru harus membangun hubungan yang kuat dengan orang tua.

d. Guru memiliki budaya kerja yang positif, kreatif, inovatif, fleksibel

dan akomodatif terhadap semua anak didiknya dengan segala

perbedaan.

3. Manfaat bagi orang tua dan keluarga


a. Menjadi lebih mengetahui dan paham mengenai sistem belajar
disekolah.
b. Semua keluarga memliki kesempatan untuk mengajar kepada anak
tentang perbedaan individual dan keberagaman.
c. Memperkuat tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak
disekolah dan dirumah.
4. Manfaat bagi masyarakat
a. Meningkatkan tanggung jawab terhadap pendidikan anak disekolah
dan di masyarakat.

6
b. Sekolah inklusi membantu anak berkebutuhan khusus untuk
menjadi lebih siap bertanggu jawab dan mengenalkan hak-haknya
untuk kehidupan bermasyarakat.
D. Lingkup Pengembangan Kurikulum Pendidikan Inklusi
1. Dasar Pengembangan Kurikulum

Kurikulum yang digunakan dalam program pembelajaran


pendidikan inklusi, biasanya menggunakan kurikulum yang sama
dengan sekolah umum pada dasarnya. Dikarenakan ada ragam
hambatan yang dimiliki oleh para peserta didik yang berkebutuhan
khusus ini sangat beragam, mulai dari yang hambatan ringan, sedang,
hingga berat, maka kurukulum pada pendidikan inklusi harus
dilakukan modifikasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing
peserta didik.

Dalam melakukan modifikasi dan pengembangan kurikulum


pada program pendidikan inklusi ini tentunya tidak boleh
sembarangan, harus mengacu kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Adapun undang-undang yang menjadi dasar dalam
pengembangan kurikulum pada pendidikan inklusi adalah: Undang-
Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pasal
5 ayat (1) “ Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu”, Pasal 5 ayat (2) “ Warga
negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual
dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”, Pasal 36 ayat
(1) “ Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional”.

2. Tujuan Pengembangan Kurikulum


a. Membantu para peserta didik untuk mengembangkan potensinya
dan mengatasi hambatan dalam belajar yang dialami semaksimal
mungkin dalam sekolah inklusi.

7
b. Membantu pendidik dan orang tua dalam program pendidikan
peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus, baik di sekolah
maupun di rumah.
c. menjadi pedoman bagi sekolah, dan para masyarakat dalam
mengembangkan program pendidikan inklusi.
3. Model Pengembangan Kurikulum
a. Model kurikulum reguler penuh
Pada kurikulum model reguler ini, para peserta didik yang
berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum yang sama dengan anak
yang lain di kelas yang sama. Program layanannya lebih mengarah
ke bimbingan belajar, memberi motivasi, dan ketekunannya dalam
belajar.
b. Model kurikulum reguler dengan modifikasi
Guru melakukan modifikasi pada strategi pembelajaran,
media pembelajaran, jenis penilaian dan pelaporan, maupun pada
program-program tambahan lainnya, namun tetap mengacu pada
kurikulum reguler dan kebutuhan peserta didik berkebutuhan
khusus.
c. Model kurikulum PPI (Program Pendidikan Individual)
Guru mempersiapkan program pendidikan individual yang
sudah dikembangkan bersama dengan tim pengembang (guru
kelas, guru pembimbing khusus, kepala sekolah, orang tua, dan
tenaga ahli lainnya yang terkait).
Lalu, Program ini dilaksanakan atau di khususkan untuk
peserta didik yang punya hambatan belajar yang tidak
memungkinkan untuk mengikuti proses belajar, sekalipun telah
dimodifikasi.4

4
H. Sukardi, Model Pendidikan Inklusi dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus,
(Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2019), hal. 47-51.

8
E. Pembelajaran PAI di Sekolah Inklusi
Dalam hal ini proses pembelajaran PAI pada sekolah inklusi tidak
berbeda jauh dari sekolah pada umumnya. Dengan proses belajar yang
diawali dengan pembukaan kemudian masuk ke dalam kegiatan
pembelajaran inti. Pembelajaran agama yang diajarkan dalam sekolah
inklusi sama halnya dalam sekolah reguler lainnya.5 Namun demikian
karena didalam setting inklusi terdapat peserta didik yang heterogen, maka
dalam kegiatan pembelajarannya di samping menerapkan prinsip-prinsip
umum juga harus mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai
dengan kelainan peserta didik.
Kegiatan dalam setting inklusi akan berbeda baik dalam strategi,
kegiatan, media, maupun metode. Dalam setting inklusi guru hendaknya
dapat mengakomodasi semua kebutuhan siswa dikelas yang bersangkutan
termasuk membantu mereka memperoleh pemahaman yang sesuai dengan
gaya belajarnya masing-masing.
Oleh karenanya, dalam pembelajaran PAI di sekolah inklusi ini
pendidik diharapkan mampu untuk memberi pembelajaran yang sekreatif
mungkin dalam mengajarkan materi ajarnya. Walaupun pada akhirnya
nanti tanggapan dari peserta didik yang berkebutuhan khusus mengalami
banyak kendala dalam proses belajar, setidaknya metode dan strategi yang
digunakan pendidik membuat peserta didiknya tidak merasa bosan dan
jenuh.

5
Erik Purwanti, dkk, Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah
Inklusi, Jurnal Inovasi Penelitian, Vol. 1, No. 10, 2021, hal. 2.104.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidkan Islam dalam bingkai pendidikan inklusi adalah sebagai


sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan
khusus belajar dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat
dengan tempat tinggalnya. Jadi, dengan kehadiran pendidikan inklusi ini
berpotensi mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi setiap anak
dengan segala keragamannya, terutama disini anak yang berkebutuhan
khusus.

Adapun dalam proses pembelajaran PAI pada sekolah inklusi ini


tidak berbeda jauh dari sekolah pada umumnya. Namun demikian karena
didalam setting inklusi terdapat peserta didik yang heterogen, maka dalam
kegiatan pembelajarannya di samping menerapkan prinsip-prinsip umum
juga harus mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan
gaya belajarnya masing-masing.

B. Saran

Disini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan


dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
memohon saran dan kritikannya yang bersifat membangun sehingga dalam
penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dkustawan. 2013. Manajemen Pendidikan Inklusi. Jakarta: Luxima.

Purwanti, Erik dkk. 2021. Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di Sekolah Inklusi. Jurnal Inovasi Penelitian. 1(10).

Sukardi, H. 2019. Model Pendidikan Inklusi dalam Pembelajaran Anak


Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Yulianto, Totok. 2018. Pendidikan Inklusif: Konsep Dasar, Ruang Lingkup, dan
Pembelajaran. Jurnal Kependidikan. 6(2).

Yuwono, Imam dan H. Utomo. 2021. Pendidikan Inklusi. Yogyakarta: CV Budi


Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai