Pendidikan Inklusi
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah mencurahkan limpahan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penugasan makalah mengenai materi
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus lebih spesifiknya tentang Pendidikan Inklusi. Sholawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membimbing kami
dalam mengerjakan tugas makalah ini, diantaranya :
1. Ibu Mutmainah. M. Si. M. PdI. selaku Dosen pengampu dalam mata kuliah Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus, dan
2. Teman – teman yang telah mendukung kami menyelesaikan makalah ini, serta semua
pihak yang bersangkutan.
Kami menyadari, bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan guna kesempurnaan laporan ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membaca.
Amin.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Inklusi..................................................... 3
B. Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Inklusi............... 4
C. Prinsip Pendidikan Inklusi............................................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 6
B. Saran............................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 7
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan inklusif menjadi alternatif pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang
mengalami keterbatasan fisik namun masih dapat mengikuti materi yang diajarkandi
sekolah-sekolah umum. Banyak diantara mereka yang bersekolah di sekolah umum dapat
mengikuti pembelajaran dan bahkan mampu mengalahkan anak-anak yang tumbuh dengan
fisik yang utuh dari materi yang diujikan kepada mereka. Dengan bergabungnya mereka di
membantu perkembangan emosional anak tersebut agar tidak menjadi anak yang minder,
dan bahkan menganggap diri mereka sama dengan anak yang lain. Hal inilah yang
PEMBAHASAN
pendidikan yang diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus dan anak normal untuk
belajar. Secara konseptual pendidikan inklusif merupakan sistem layanan Pendidikan Luar
Biasa (PLB) yang mempersyaratkan agar semua dilayani di sekolah umum terdekat bersama
teman seusianya. Menurut Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif
bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan / atau bakat
yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya. Hallahan Et Al. (2009: 53) mengemukakan pengertian pendidikan inklusi sebagai
pendidikan yang menempatkan semua peserta didik berkebutuhan khusus dalam sekolah
reguler sepanjang hari. Menurut Staub dan Peck dalam Tarmansyah (2007: 83), pendidikan
inklusi adalah penempatan anak berkelainan ringan, sedang dan berat secara penuh di kelas.
strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi semua termasuk anak penyandang cacat.
pendidikan inklusi juga dapat dimaknai sebagai satu bentuk reformasi pendidikan yang
menekankan sikap anti diskriminasi, perjuangan persamaan hak dan kesempatan, keadilan,
dan perluasan akses pendidikan bagi semua, peningkatan mutu pendidikan, upaya strategis
dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, serta upaya merubah sikap masyarakat terhadap
anak berkebutuhan khusus. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem
Pendidikan Nasional membuka jalan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk dapat
mengenyam pendidikan dengan layak. Adanya pendidikan inklusi artinya sekolah tersebut
harus mampu mengakomodasi setiap anak tanpa kecuali, baik secara fisik, intelektual,
emosional, sosial, bahasa, budaya, etnis, minoritas dan berbagai hal lainnya. Tujuannya
adalah tidak ada kesenjangan di antara anak kebutuhan khusus dengan anak normal lainnya.
Diharapkan pula anak dengan kebutuhan khusus dapat memaksimalkan potensi yang ada
dalam dirinya.
sedang dan berat secara penuh di kelas biasa. Secara umum pendidikan inklusif dapat
a) Inklusif sebagai pendidikan yang memberikan kesempatan yang adil kepada semua
siswa untuk bisa mengakses pendidikan tanpa membedakan gender, etnik, status sosial
b) Dalam sekolah inklusif menerapkan model multi input artinya tidak mengenal penolakan
murid. Kondisi ini tentu berbeda dengan sistem seleksi siswa baru dalam persekolahan
yang saat ini masih cenderung menggunakan seleksi peringkat nilai hasil kelulusan.
c) Program kurikulum dalam pendidikan inklusif berbasig kepada anak. Dalam hal ini tentu
dilaksanakan dalam kelas bersama-sama siswa regular dan anak berkebutuhan khusus.
d) Sistem evaluasi bersifat “fair”/adil disesuaikan dengan kemampuan siswa. Bagi siswa
yang mampu mengikuti evaluasi regular dievalusai sesuai sistem evaluasi reguler,
memiliki tanggung jawab penuh terhadap peserta didik berkebutuhan khusus tersebut. Guru
harus mampu menggunakan berbagai pendekatan pengajaran, bekerja secara kolaboratif, dan
memungkinkan siswa meraih potensi mereka (Friend & William, 2015: 5). Terdapat guru
membimbing untuk dapat lebih baik. Selain guru dengan pendidikan khusus, keberhasilan
pendidikan bagi siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus atau special education needs
(SEN) di sekolah inklusif membutuhkan keterlibatan para profesional. Para profesional ini
memberikan diagnosis dan layanan pendidikan yang sesuai. Anak-anak yang memiliki
derajat dan jenis difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Pendidikan
individual siswa penyandang disabilitas. SDI dipantau secara cermat dan setiap kemajuan
yang berkaitan dengan pengajaran harus didokumentasikan (Friend & William, 2015: 5).
2) Layanan Terkait
Siswa penyandang disabilitas juga juga dapat memperoleh layanan terkait, yaitu
manfaat dari pendidikan khusus seperti terapi bicara/bahasa dan terapi okupasional.
3) Bantuan dan Jasa Pelengkap (SAS)
Bantuan dan jasa pelengkap atau supplementary aids and service (SAS)
merupakan suatu susunan luas atas berbagai bantuan yang memungkinkan siswa
ekstrakulikuler, dan kegiatan sekolah lainnya agar mereka dapat dididik bersama dengan
pendidikan bagi anak-anak yang memiliki kelainan fisik dan mental sudah terjamin
secara hukum. Jaminan itu diberikan dalam bentuk sekolah bagi anak-anak penyandang
disabilitas yang diakomodir oleh berbagai macam sekolah luar biasa. SLB-A untuk Tuna
netra, SLB-B bagi tuna rungu-wicara, SLB-C untuk tuna grahita, SLB-D untuk tuna
daksa, SLB-E untuk tuna laras, SLB-G untuk tuna ganda. Jaminan pendidikan itu
tentang program wajib belajar enam tahun. Imbas dari program tersebut menghendaki
seluruh anak usia sekolah dasar wajib bersekolah dan menamatkan pendidikan minimal
enam tahun. Berbagai program pendukungpun disusun, mulai dari pendirian sekolah
baru, paket A, sekolah kecil hingga sekolah terbuka, perubahan juga disarankan oleh
sekolah-sekolah luar biasa yang ada, dengan daya tamping yang terbatas maka
pemerintah melebur SLB yang ada menjadi SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB
(Sekolah Menengah Luar Biasa) dan SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa).
Pada tanggal 3 Desember 1992 dicanangkan sebagai hari Disabilitas Internasional
memperingatinya. Disabilitas sendiri merupakan kata serapan yang berasal dari Bahasa
Inggris Disability yang berarti Cacat. Osborne mengungkapkan dalam Mudjito, dkk
b. who by reason ther of, need special attention and related service.
dikategorikan menjadi dua bagian, yang pertama anak-anak yang mengalami masalah
Kelompok selanjutnya merupakan anak normal yang tumbuh seperti anak-anak pada
tempat tinggalnya yang jauh dari sekolah, berasal dari keluarga miskin, permasalahan
dalamnya termaktub hak-hak penyandang disabilitas, yakni dalam Bab IV Pasal 5 ayat 1
Di samping itu perhatian badan dunia terhadap penyandang Disabilitas juga tidak
hanya sebatas peringatan ceremonial semata, tepatnya 13 Desember 2006 dimana Majelis
mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) pada tanggal 30 Maret 2007 di New York.
disabiliitas.
kepastian hukum bagi para penyandang disabilitas, namun baru pada Permendikbud
memberikan solusi baru dalam dunia pendidikan. Dimana dalam Permendikbud tersebut
ditetapkan tentang Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Lebih lanjut dikatakan dalam
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti
terlarang, dan zat adiktif lainnya; l) Memiliki kelainan lainnya; dan m) Tunaganda.
dampak ecara tidak langsung kepada para penyandang disabilitas, dimana keberadaan
anak-anak normal yang berada dilingkungan belajar mereka dapat melupakan sejenak
kekurangan yang mereka alami. Begitupun sebaliknya, anak-anak normal yang menjadi
teman sekelas mereka menjadi lebih empati, suka menolong, berbagi dan mendahulukan
kepentingan teman mereka yang lebih membutuhkan bantuan daripada ego mereka
sendiri. Hal ini susah mereka dapatkan ketika mereka hanya bergaul dengan sesama anak
normal, terkadang tidak mau mengalah karena mereka sama-sama merasa lebih satu
dengan yang lain. Akan tetapi dengan bergaulnya mereka dengan penyandang Disabilitas
mereka melihat langsung teori-teori yang dipaparkan oleh guru mereka tentang budi
Pendidikan Iklusif merupakan jalan bagi anak anak penyandang Disabilitas dan
penyandang ketunaan lainnya untuk dapat menunjukkan eksistensi mereka dengan segala
kelebihan yang mereka miliki. Banyak kita temui anak-anak yang memiliki bakat yang
luar biasa dari segi seni, tari, musik, intelejensi, maupun kecakapan Lifeskill lainnya. Hal
ini bermula dari keinginan yang luar biasa yang mereka miliki, dengan keinginan yang
luar biasa tersebut sang anak akan mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk
melahirkan sebuah karya yang mereka yakini sendiri dan hasilnyapun akan menjadi luar
biasa.
a. Pembukaan
Pembukaan berisi pengakuan harga diri dan nilai serta hak yang sama bagi
penyandang disabilitas, yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual,
atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak. Oleh karena itu, pengakuan bahwa
kesamaan hak dan kebebasan yang mendasar bagi semua penyandang disabilitas, serta
kesehatan, pekerjaan, politik, olah raga, seni dan budaya, serta pemanfaatan teknologi,
Setiap penyandang disabilitas harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
penghormatan atas integritas mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan dengan orang
lain. Termasuk didalamnya hak untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanan sosial
tersebut.
Disabilitas
Negara wajib membuat laporan pelaksaan konvensi ini 2 tahun setelah konvensi
berlaku, dan laporan selanjutnya paling lambat setiap 4 (empat) tahun atau kapan pun jika
Disabilitas membahas laporan yang disampaikan oleh Negara Pihak dan memberikan
pelaksanaan Konvensi ini. Komite juga melakukan kerja sama internasional dan
koordinasi dengan Komite Pemantau Instrumen Hak Asasi Manusia Internasional dan
Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) merilis data bahwa dari 514 kabupaten/kota di
seluruh tanah air, masih terdapat 62 kabupaten/kota yang belum memiliki SLB. Lebih
lanjut disampaikan bahwa dari 1,6 juta anak berkebutuhan khusus di Indonesia, baru 18
persen yang sudah mendapatkan layanan pendidikan inklusi. Sekitar 115 ribu anak
Inklusif diantaranya; Pada tahun 2012 dimulai oleh Provinsi Kalimantan Selatan,
kemudian pada tahun 2013 dilanjutkan oleh Provinsi Aceh, Sumatra Selatan, Jawa Barat,
Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta. Pada tahun 2014 Provinsis Sulawesi Tenggara
mendeklarasikan diri dengan disusul oleh Provinsi Sumatra Barat, Provinsi Bali dan
Provinsi Lampung. Kemudian pada tahun 2015 hanya Provinsi Sumatera Utara yang
tercatat mendeklarasikan diri. Baru pada tahun 2016 Nusa Tenggara Timur dan Jawa
Prinsip dasar pendidikan inklusif berkaitan langsung dengan jaminan akses dan peluang
bagi semua anak untuk memperoleh pendidikan tanpa memandang latar belakang kehidupan
mereka (Mohammad Takdir Ilahi, 2013:48). Menurut Usman Abu Bakar (2012:138) ada dua
individual.
mutu dan kualitas sekolah baik dalam penyediaan sarana dan prasarana,
terhadap anak sehingga anak merasa aman dan nyaman untuk belajar dan
karena lembaga pendidikan inklusif bisa menampung semua anak yang belum
perbedaan.
Yusuf, 2009:74-75).
tim tetap.
PENUTUP
A. Simpulan
signifikan baik aspek psikis, sosial, emosional, dan indrawi yang menghambat proses
Inklusif muncul sebagai suatu layanan pendidika program pemerintah dalam rangka
anak-anak yang berkelainan atau berkebutuhan khusus bersama anak normal lainnya,
Tujuan pendidikan inklusif yaitu agar semua anak mendapatkan hak pendidikan
dan kedudukan yang sama tak terkecuali bagi mereka yang berkebutuhan khusus.
Sekolah reguler yang berorientasi inklusi ini merupakan alat untuk memerangi sikap
sehingga akan memberikan pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan
meningkatkan efisiensi karena akan menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan.
B. Saran
ruang gerak, ruang belajar tertutama bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus agar
mereka tidak dipandang sebelah mata lagi. Untuk itu pemerintah harus memperhatikan
betul, apa saja kebutuhan mereka, baik dari sarana dan prasana maupun guru pembimbing
untuk mereka. Saya berharap sekali pemerintah beserta para kaum pemerhati pendidikan
untuk terus memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan tanpa membedakan siswa
Abdul Hafiz. 2017. Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Inklusif di Indonesia. Jurnal As-
Salam. Vol. 1. No. 3.
Amka. 2019. Pendidikan Inklusif Bagi Siswa Bekebutuhan Khusus Di Kalimantan Selatan.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 4, No. 1.
Ishartiwi. 2010. Implementasi Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam
Sistem Persekolahan Nasional. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol. 6. No. 1.
Setianingsi, Eka Sari & Ikha Listyarini. 2019. Implementasi Pelaksanaa Pendidikan Inklusi di
SD BINA HARAPAN Semarang. Jurnal Taman Cendekia. Vol. 03. No. 01.