Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Disusun oleh :
Daftar isi.................................................................................................................. i
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...14
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena memiliki
kelainan fisik, emosianl, mental, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. Oleh karena itu mendorong kemampuan pembelajaran dibutuhkan lingkungan
belajar kondusif. Seiring dengan perjalanan kehidupan sosial bermasyarakat, ada
pandangan bahwa anak-anak penyandang dissabilitas dianggap sebagai sosok individu
yang tidak berguna, bahkan perlu diasingkan. Namun, seiring dengan perkembangan
peradaban manusia, pandangan tersebut mulai berbeda. Keberadaannya mulai dihargai
dan memiliki hak yang sama seperti anak normal lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang
diharapkan dalam undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang
nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Dapat disimpulkan bahwa
Negara memberikan jaminan sebenarnya kepada anak-anak berkebutuhan khusus untuk
memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa anak-
anak berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak-anak
normal lainnya dalam pendidikan. Hanya saja, jika ditinjau dari sudut pandang
pendidikan, karena karakteristiknya yang berbeda dengan anak normal pada umumnya
menyebabkan dalam proses pendidikannya mereka membutuhkan layanan pendekatan
dan metode yang berbeda dengan pendekatan khusus.
1
Pendidikan inklusif adalah upaya pemerintah dalam mengupayakan pendidikan yang bisa
dinikmati oleh setiap warga Negara agara memperoleh pendidikan tanpa memandang
anak berkebutuhan khusus dan anak normal agar bisa bersekolah memperoleh pendidikan
yang layak dan berkualitas untuk masa depan hidupnya.
Ruang lingkup media pendidikan inklusif sebaiknya mencakup semua jenis media
pendidikan untuk semua peserta didik termasuk didalalamnya anak berkebutuhan khusus,
seperti : Tunanetra, Tunarungu, Tunangrahita, Tunalaras,, Tuna wicara, Tunaganda,
HIV/AIDS, Talented, kesulitan belajar, lamban belajar, Autis, korban penyalahgunaan
narkoba, dan lain-lain.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ilahi, Muhammad T. PENDIDIKAN INKLUSIF KONSEP DAN APLIKASI. ( Jakarta : Ar-ruz Media, 2013).
2
Smith, Inklusi : SEKOLAH RUMAH UNTUK SEMUA (Bandung: Nuansa, 2006), hal 45
3
secara bersama-bersama dengan peserta didik pada umumnya.3 Pendidikan inklusif
merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk memfasilitasi anak –anak
berkebutuhan khusus, baik secara mental maupun fisik. Hal ini tentunya merupakan
terobosan bentuk pelayanan pendidikan bagi anak-anak penyandang disabilitas dengan
bentuk penyelenggaraaan pendidikan iklusif.
Upaya pemerintah lainnya untuk melaksanakan pendidikan inklusif dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 tahun 1991 tentang pendidikan luar biasa,
UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional bagi peserta didik
penyandang disabilitas, dam KEMENDIKNAS Nomor 380/C.C6/MN/2003, tanggal 20
Januari 2003, yang berbunyi “ setiap kabupaten atau kota diwajibkan menyelenggarakan
dan mengembangkan Pendidikan Inklusi sekurang-kurangnya 4 sekolah yang terdiri dari
SD, SMP, SMA, SMK”. Walaupun telah ada usaha pemerintah untuk menyelenggarakan
pendidikan inklusi melalui Undang-undang atau peraturan pemerintah, bukan berarti
semuanya telah selasai. Dalam kenyataannya, dengan berbagai alasan banyak sekolah
yang masih keberatan untuk menerima siswa berkebutuhan khusus ini, kalau ada
terkadang pelaksanannya belum seperti yang diharapkan sesuai dengan konsep
pendidikan inklusi itu sendiri.4
Hakikat dari pendidikan inklusif adalah mengenai hak setiap siswa atas
perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Para siswa harus di beri kesempataan
untuk mencapai potensi mereka. Untuk mencapai potensi tersebut, sistem pendidikan
harus dirancang dengan memperhitungkan perbedaan-perbedaan yang ada pada diri
siswa. Bagi mereka yang memiliki ketidakmampuan khusus atau memiliki kebutuhan
belajar yang luar biasa harus mempunyai akses terhadap pendidikan yang bermutu tinggi
dan tepat.
3
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik
Yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan atau Bakat Istimewa.
4
Peni Puspita, “ KEBIJAKAN PENDIDIKAN IKLUSI DI INDONESIA”, diakses dari http://pepenk26.blogspot.com/, pada
tanggal 21 April 2020 PukUL 10.13.
4
2.2 Landasan-landasan Penerapan Pendidikan Induksi
5
Diah Nihayatus S, Layanan Guru Pembingbing Khusus dalam Pembelajaran Siswa Autis di Sekolah dasar inklusi
(Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), hal 26-28
5
c. Landasa Empiris
Landasan empiris adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari berbagai cabang
atau disiplin ilmu
Dekralasi hak asasi Manusia (1948), Deklarasi of Human Rights
Konvensasi Hak Anak (1989), Comvention on the right of the child
Deklrasi Bandung (2004) dengan komitmen “ Indonesia menuju pendidikan
Inklusif”
Konfrensi Dunia (1990), tentang pendidikan untuk semua (worl conference on
education with disabilitiesworl conference on education with disabilities)
d. Landasan pedagogis
Adalah landasan yang bersumber dari pendidikan. Pada pasal 3 undang-undang
20 tahun 2003, disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, dan menjadi
warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab, yaitu individu yang mampu
menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyrakat.
6
2.4 Model-model sekolah Inklusi
6
Ensiklopedia Online Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Mainsreaming. Diakses pada tanggal 30 April 2020.
7
Kurdi. Strategi dan Teknik Pembelajaran bagi anak (jurnal Kependidikan vol. 29 n0.1 september 2009), hal 17/
7
Beberapa manfaat dari sekolah inklusi menurut Direktorat sekolah luar biasa,
yaitu:
a. Bagi anak berkebutuhan khusus diharapkan untuk dapat bersosialisasi dengan
kelompok sebaya normal lainnya dengan baik, tidak menerima banyak
tekanan dan tidak terisolasi dalam dunianya sendiri,
b. Bagi anak yang normal, sekolah inklusi mengajarkan, antara lain bersikap
terbuka terhadap perbedaan, menanamkan rasa empati, tidak memandang
rendah anak berkebutuhan khusus dan menumpuk sikap saling menolong.8
Pendidikan inklusi adalah proses yang berlangsung secara terencana dan terarah
dimana ruang lingkup penanganan ABK bersama dengan teman sebaya tidak hanya
berfokus pada keterbatasan saja, akan tetapi bagaimana memberikan layanan secara utuh
pada pribadi manusia selain keterbatasan/ kekurangan sekaligus memaksimalkan potensi
dan kelebihan yang dimiliki. Penanganan diri ABK sekaligus memperkenalkan dan
mempersiapkan ABK dan lingkungan sekitar tentang keberadaan ABK. Semakin awal
pengakuan dan penerimaan masyarakat terhadap keberadaan ABK maka ABK akan lebih
cepat menyesuaikan diri dan fokus utama terhadap kelebihan dibandingkan dengan
kekurangan seperti tujuan pendidikan akan tercapai.
Pendidikan inklusi dalam masa anak-anak sebaiknya mempertimbangkan masa
kecil yang dilalui anak serta lingkungan tempat dimana anak membangun dirinya.
Adaptasi dari prinsip budaya dalam layanan bagi anak-anak maka prinsip budaya dalam
memberikan layanan pendidikan inklusi pada setting pendidikan dasar sebagai berikut :
(1) Program inklusi akan berjalan dengan baik melalui jalinan kerjasama dan komunikasi
secara terbuka dengan keluarga anak untuk mengetahui informasi pribadi, keluarga ABK;
8
Direktorat pembinaan Sekolah Luar biasa, informasi mengenai Pendidikan Untuk Anak Tunarungu.
http://www.diplb.or.id. Diakses pada 30 April 2020
8
(2) Penanganan ABK di luar guru, atau keterlibatan pihak lain untuk membantu
menangani kesulitan dan hambatan ABK membutuhkan persetujuan orang tua agar
kerjasama dapat berjalan sesuai rencana;
(3) Keterlibatan secara aktif untuk mempromosikan kesempatan dan praktik anti-bias
yang sama, sehingga semua anak dan keluarga merasa termasuk dan dihargai.
(4) Memiliki kebijakan dan prosedur yang kuat tentang kebijakan inklusi dimana
kebijakan yang memberikan kesempatan yang sama;
(5) Mengakui dan menilai bahwa semua anak unik dan akan berkembang serta belajar
sesuai perkembangan mereka sendiri;
(6) Memanfaatkan program inklusi untuk memenuhi kebutuhan anak dan menyadari
bahwa tidak semua anak dengan cacat akan membutuhkan dukungan tambahan. Dari
sinilah dukunganterhadap anak ABK diberikan pada saat anak benar-benar
membutuhkan;
(7) Mendorong anak untuk mengenali kualitas masing-masing dan karakteristik yang
mereka bagikan dengan teman sebayanya;
(8) Melibatkan anak secara aktif dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran
mereka sendiri;
(9) Menghormati keragaman anak, keluarga dan masyarakat dalam memberikan layanan
pada mereka sepanjang masa kanak-kanak;
(10) Memahami bahwa anak memiliki kebutuhan, pandangan, budaya dan kepercayaan
individu, yang perlu diperlakukan dengan hormat pada saat program berlangsung:
(11) Merefleksikan sikap dan nilai Anda sendiri. 9
9
Hajar, S. Analisis Kajian Teoritis Perbedaan, Persamaan dan Inklusi Dalam Pelayanan Pendidikan Dasar
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha Vol. 4 No.2 (Juli 2017)
9
Inklusi sebagai pendidikan dasar bagi individu yang berbeda-beda menjadi pusat layanan
anak dan pendidikan. Identitas diri anak (kelebihan dan kekurangan) menjadi fokus
utama dan bahan pertimbangan dalam setiap layanan pendidikan.
1. Waro’
Dalam masalah waro’, sebagian ulama meriwayatkan hadist dari Rasulullah saw. :
“Barang siapa tidak berbuat waro’ waktu belajarnya, maka Allah memberinya ujian
dengan salah satu tiga perkara : dimatikan masih berusia muda, ditempatkan pada
perkampungan orang-orang bodoh atau dijadikan pengabdi sang pejabat”. Jikalau mau
membuat waro’ maka ilmunya lebih bermanfaat, belajarpun mudah dengan banyak-
banyak berfaedah.
Termasuk berbuat waro’ adalah memelihara dirinya jangan sampai perutnya
kenyang amat, terlalu banyak tidur dan banyak membicarakan hal yang tak bermanfaat.
Ada seorang zuhud ahli fiqh berwasiat kepada seorang murid: Jagalah dirimu dari ghibah
dan bergaul dan bergaul dengan orang yang banyak bicaranya. Lalu katanya lagi : orang
yang banyak bicara itu mencuri umurmu dan membuang sia-sia waktumu.”
Termasuk waro lagi hendaknya menyingkiri kaum perusak, maksiat dan
penganggur, sebab perkumpulan itu membawa pengaruh. Menghadap kiblat waktu
belajar, bercerminkan diri dengan sunah Nabi, mohon dido’akan oleh para ulama ahli
kebajikan dan jngan sampai terkena do’a tidak baiknya orang teraniaya kesemuanya itu
termasuk waro’.
2. Menghadap kiblat
Suatu hikayat. Ada dua orang pergi merantau untuk mencari ilmu. Merekapun
belajar bersama-sama. Setelah berjalan bertahun-tahun, mereka kembali pulang. Ternyata
satu alim, sedang satunya lagi tidak. Kemudian pernyataan ini menarik perhatian para
ulama’ ahli fiqh daerah tersebut, lalu mereka bertanya kepada dua orang tadi, mengenai
perbuatannya waktu sedang mengulang sendiri pelajarannya dan duduknya di waktu
belajar. Atas hasil pertanyaan itu, mereka mengetahui bahwa orang alim tadi setiap
10
mengulang pelajarannya selalu menghadap qiblat dan kota di mana ia mendapat ilmu.
Tapi yang tidak alim, justru membelakanginya. Dengan demikian ahli fiqh dan para
ulama sepakat bahwa orang yang menjadi alim tadi adalah atas berkahnya menghadap
qiblat sebab itu dihukumi sunah, kecuali bila terpaksa. Dan berkah orang-orang muslimin
disana, sebab kota tersebut tidak pernah kesepian dari orang-orang ibadah dan berbuat
kebajikan. Yang jelas, untuk setiap malam pasti ada walaupun satu orang ahli ibadah
yang mendo’akan kepadanya.
11
Umar An-nasafi berkata :
Pelajar hendaknya selalu membawa buku untuk dipelajari. Ada dikatakan : “Barangsiapa
tak ada buku di sakunya, maka tak ada hikmah di hatinya.” Lalu buku itu hendaknya
berwarna putih. Juga hendaknya membawa botol dawat, agar bisa mencatat segala
pengetahuan yang di dengar. Sebagaimana di atas telah kami kemukakan Hadist riwayat
Hilal bin Yasar.[alkhoirot.org]
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
Daftar pustaka
Diah Nihayatus. 2013. Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya. Layanan Guru Pembimbing Khusus
Dalam Pembelajaran Siswa Autis di Sekolah Dasar Inklusi. Hal 26-78.
Direktorat pembinaan Sekolah Luar Biasa, informasi mengenai pendidikan untuk anak
tunarungu. http://www.diplb.or.id. (diakses pada 30 April 2020)
Hajar, S. Analisis Kajian Teoritis Perbedaan Persamaan dan Inklusi dalam Pelayanan Pendidikan
Dasar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha.
Vol.4 No.2
Ilahi, Muhammad T. 2013. PENDIDIKAN INKLUSIF KONSEP DAN APLIKASI. Jakarta: Ar-ruz
Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi
Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan atau Bakat
Istimewa.
14