Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Di susun guna memenuhi tugas individu mata kuliah Pengelolaan Pendidikan

Dosen Pengampu: Dr.KH.Achmad Saefurridjal, M.Ag

NAMA : ITOH MASITOH

NIM : 41032107222014

KELAS : RPL PG-PAUD

JURUSAN PG-PAUD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb.
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah "Pengelolaan Pendidikan Inklusif"
ini tepat pada waktunya.
Sholawat beserta salam tidak lupa selalu tercurah limpahkan kepada pimpinan alam Nabi
Muhammad SAW, juga kepada para keluarganya,para sahabat sahabatnya,para tabiin dan
tabiatnya,dan semoga syafaatnya sampai kepada kita selaku ummatnya,Aamiin Yaa Robbal
Aalamiin.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat Pemenuhan Tugas Mandiri pada Mata Kuliah
Pengelolaan Pendidikan.Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu
saya mohon bimbingan dan masukkan dalam perbaikan makalah ini.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dosen
Dr.KH.Achmad Saefurriddjal, M.Ag selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pengelolaan
Pendidikan yang telah membimbing saya dalam penyusunan makalah ini.
Saya harap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan inpormasi bagi
pembaca dan dapat diambil segala hikmah yang dapat mendorong kita untuk mengambil hal hal
yang positif dan meningggalkan hal hal yang negatif.
Wassalammualaikum wr wb.
Garut, 25 November 2023

PENULIS
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 :
PENDAHULUAN
1.1 : Latar Belakang
1.2 : Rumusan Masalah
1.3 :Tujuan Pembahasan
BAB II
ISI ( Pembahasan)
2.1: Pengertian Pengelolaan Pendidikan Inklusif
2.2: Konsep Pengelolaan Pendidikan Inklusif
2.3: Prinsip Pengelolaan Pendidikan Inklusif
2.4: Praktek Pengelolaan Pendidikan Inklusif
BAB III
PENUTUP
3.1 : Kesimpulan
3.2: Saran
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pendidikan inklusif merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak yang memiliki
keterbatasan tertentu dan anak-anak lainnya yang disatukan dengan tanpa mempertimbangkan keterbatasan
masing-masing. Menurut Direktorat Pembinaan SLB (2007), pendidikan inklusif adalah sistem layanan
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak belajar bersama-sama di sekolah umum
dengan memperhatikan keragaman dan kebutuhan individual, sehingga potensi anak dapat berkembang
secara optimal. (Refika A ditama, 2015)
Pendidikan inklusif sebagai satu inovasi pendidikan semua peserta didik yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya; serta untuk
mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi
semua peserta didik. Di mana mereka memiliki hak yang sama dengan yang lain untuk hidup layak dengan
pendidikan yang menfasilitasi untuk kehidupannya. Bagi Indonesia pendidikan ini sudah merupakan
kebutuhan primer bagi rakyat yang selalu dituntut pemerataan dan keadilannya. Implementasi inklusi yang
belum mendapat tanggapan serius dari seluruh lapisan masyarakat, memerlukan sosialisasi yang dapat
memberikan kejelasan pentingnya hal ini. Walaupun belum menjadi perhatian serius, namun sudah juga
ada beberapa pihak yang melirik dan memulai melaksanakannya dalam masyarakat ini.
Sesuai dengan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang–Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada
semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam memperoleh kesempatan dan layanan
pendidikan yang bermutu sama dengan siswa regular lainnya.ABK yaitu anak yang memiliki keterbatasan
di salah satu atau beberapa kemampuan baik berupa fisik maupun Psikologis.Sebagai mana tersurat pada
Undang –Undang Nomor 20 tahun 2003, bab 1V pasal 5 ayat1, bahwa setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.Dengan demikian maka semua anak berhak
memperoleh pendidikan untuk menjamin keberlangsungan hidup dan juga masa depannya, tidak terkecuali
anak yang memiliki kebutuhan khusus. Pada masa sekarang ini sering dijumpai anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus, seperti tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, anak-anak
berkesulitan belajar, autis, dan lain-lain yang harus mendapat perlakuan yang sama dalam dunia pendidikan.
Pendidikan inklusif merupakan salah satu bentuk pemerataan dan bentuk perwujudan pendidikan
tanpa diskriminasi dimana anak berkebutuhan khusus (ABK) dan anak-anak pada umumnya dapat
memperoleh pendidikan yang sama. Pendidikan inklusif merupakan bentuk pelayanan pendidikan khusus
yang mensyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dapat menerima pendidikan yang setara dikelas
biasa bersama teman-teman seusianya.Pendidikan Inklusif diselenggarakan untuk mengakomodasi semua
kelebihan dan kekurangan anak berkebutuhan khusus dengan menciptakan lingkungan yang
menyenangkan,ramah dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa berkebutuhan khusus untuk
mengenyam pendidikan yang layak sesuai dengan hak mereka serta didukung oleh kerjasama antara
pemerintah, dan masyarakat. Dalam implementasi pendidikan inklusif anak berkebutuhan khusus tidak
mendapat perlakuan khusus ataupun hak-hak istimewa,melainkan persamaan hak dan kewajiban yang sama
dengan peserta didik lainnya.Kerjasama dari berbagai pihak baik itu pemerintah, pihak sekolah, masyarakat
dan terutama orang tua sangat berpengaruh dalam pelaksaannya.Dengan pelaksanaan pendidikan inklusif
ini diharapkan mampu menciptakan generasi penerus yang dapat memahami dan menerima segala bentuk
perbedaan dan tidak menciptakan diskriminasi dalam kehidupan masyarakat kedepannya.
Ada beberapa landasan yang mendasari Pendidikan inklusif yaitu:
1.Landasan Filosofis: Penerapan Pendidikan inklusif di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan Lima
pilar sekaligus cita cita yang didirikan atau fondasi yang lebih mendasar lagi yang di sebut Bhineka Tinggal
Ika (Abdul Rahman,2003.
2.Landasan Yuridis: Penyelenggarana Pendidikan inklusif adalah sebagai berikut:
(a).UUD 1945 ( Amandemen) pasal 31,ayat (1) berbunyi: Setiap warga negara berhak mendapat
Pendidikan,ayat (2):Setiap warga negara wajib mengikuti Pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
(b).UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak,pasal (48) :Pemerintah wajib menyelenggarakan
Pendidikan dasar minimal 9 tahun untuk semua anak,pasal (49):Negara,Pemerintah,Keluarga,dan orang tua
wajib memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.
(c).UU No 20 tahun 2003 :Tentang Sistem Pendidikan Nasional,pasal 5 ayat (1) : Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu,ayat (2): Warga negara yang
memiliki kelainan fisik,emosional,mental,intelektual,dan/ atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus.
(d).PP No 19 tahun 2005: Tentang standar Pendidikan Nasional,pasal 2 ayat( 1) :Lingkungan Standar
Nasional Pendidikan meliputi: standar isi,standar proses,standar Kompetensi lulusan,standar Pendidik dan
tenaga kependidikan,,Standar sarana prasaran, standar Pengelolaan,standar Pembiayaan,dan standar
Penilaian Pendidikan. Dalam PP No 19 tahun 2005 juga dijelaskan bahwa Satuan Pendidikan khusus terdiri
dari " SDLB,SMPLB dan SMALB.
3.Landadan Empiris: Bahwa klasifikasi dan penempatan peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah,
kelas,atau tempat khusus tidak efektif dan diskriminasi.Dari temuan ini direkomendasikan agar Pendidikan
khusus secara segregatif hanya diberikan secara terbatas berdasarkan hasil identifikasi yang tepat (
Heller,Holtzman & Messick,1982).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Pendidikan inklusif?
2.Bagaimana Konsep dan prinsip Pengelolaan Pendidikan inklusif?
3.Bagaimana Praktek Pengelolaan Pendidikan Inklusif
1.3 Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan Pembahasan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Mengetahui Pengertian Pengelolaan Pendidikan Inklusif
2.Mengetahui Konsep dan prinsip Pengelolaan Pendidikan Inkusif
3.Mengetahui Praktek Pengelolaan Pendidikan inklusif
BAB II
ISI (PEMBAHASAN)

2.1 Pengertian Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan


kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
Pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Pendidikan Inklusif pada dasarnya merupakan system layanan pendidikan yang terbuka
dengan melibatkan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah
reguler agar mendapatkan kesempatan belajar yang sama.
Tujuan dari Pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya; serta untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.Hal ini sesuai
dengan Permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 2.
Pengelolaan merupakan Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan,pelaksanaan,dan pengawasan kegiatan Pendidikan.Suatu proses Pembelajaran akan
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan prosedurnya jika Pengelolaannya sesuai dengan standar
dan prosedur yang berlaku.Dalam proses pelaksanaan program Pendidikan Inklusif pihak sekolah
harus melaporkan dokumen penerimaan siswa berkebutuhan khusus kepada instansi terkait pada
setiap tahunnya yang berguna untuk keberlanjutan dari program Pendidikan Inklusif tersebut yang
diakui oleh pemerintah ( Ervianti, 2018)
Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Inklusif dapat dilihat dari beberapa aspek,diantaranya
:(1).Guru melakukan identifikasi awal atau proses analisa secara mendalam dan asesmen kepada
peserta didik inkulsif.Hal ini dilakukan oleh guru pembimbing khusus dan tenaga medis.(2) Propil
peserta didik Inklusif merupakan hasil identifikasi awal dan asesmen yang menggambarkan
kondisi awal siswa berkebutuhan khusus secara individu tentang kondisi Fisik
mereka,karakteristik,dampak ,strategi layanan,dan media Pembelajaran yang diperlukan.( 3)
Program Pendidikan individual siswa Inklusif yaitu program yang disusun oleh guru pembimbing
khusus terkait dengan hasil asesmen yang bertujuan untuk membantu siswa yang bermasalah
dalam belajar karena adanya berbagai keterbatasan.(4) Sumber daya manusia yaitu guru Inklusif
terdiri dari guru pembimbing khusus dan guru pembimbing konseling yang sudah mengikuti
seminar dan pelatihan pembimbingan terkait siswa yang Inklusif.(5) Pembiayaan Pendidikan
Inklusif merupakan pendanaan yang khusus dialokasikan untuk kegiatan Pembelajaran siswa
Inklusif.
2.2 Konsep Pendidikan Inklusif
Dalam pendidikan inklusif, semua peserta didik adalah bagian yang berharga dalam
kebersamaan, apapun perbedaan mereka. Pendidikan inklusif berarti semua anak, terlepas dari
kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, suku, latar
belakang budaya atau bahasa dan agama menyatu dalam komunitas sekolah yang sama.
Pendidikan inklusif merupakan pendekatan yang memperhatikan cara mentransformasikan system
pendidikan, sehingga dapat merespon keanekaragaman peserta didik yang memungkinkan guru
dan peserta didik merasa nyaman dengan keanekaragaman tersebut, serta melihatnya lebih sebagai
suatu tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar dari pada melihat keanekaragaman itu
sebagai suatu problem.
Staub dan Peck (1995) mengemukakan bahwa Pendidikan inklusif adalah penempatan anak
berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan
bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang sesuai bagi anak yang mempunyai kelainan,
apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. Sementara itu Sapon Shevin (dalam
0'Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan yang
mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler
bersama-sama teman yang seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya restrukturisasi sekolah,
sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap peserta didik.
Artinya, dalam pendidikan inklusif tersedia sumber belajar yang sesuai dan mendapat dukungan
dari semua pihak, yaitu: peserta didik, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya. Sedangkan
menurut (Freiberg 1995) menyatakan bahwa melalui pendidikan inklusif, peserta didik
berkebutuhan khusus di didik bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya (normal) untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam
masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu
komunitas.
Pendidikan inklusif dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009 didefinisikan sebagai system
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik
berkelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan
atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya. Dalam pelaksanaannya, pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada peserta didik berkebutuhan khusus dan mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif kepada semua peserta didik
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuannya.
Sekolah inklusif menurut Stainback (1990) adalah sekolah yang menampung semua siswa
di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik. Lebih dari itu, sekolah inklusif juga
merupakan tempat setiap peserta didik diterima menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling
membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan
individualnya dapat terpenuhi. Sekolah inklusif adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan bagi semua peserta didik pada sekolah yang sama tanpa diskriminasi, ramah dan
humanis untuk mengoptimalkan pengembangan potensi semua peserta didik agar menjadi insan
yang berdayaguna dan bermartabat. Suatu penyelenggaraan Pendidikan yang disesuaikan dengan
kebutuhan khusus semua peserta didik, Untuk itu sekolah perlu melakukan berbagai modifikasi
dan/atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan, sistem pembelajaran, serta sistem penilaiannya.

2.3 Prinsip-Prinsip Pendidikan Inklusif


Penyelenggaraan pendidikan inklusif secara umum didasarkan pada beberapa prinsip,
yaitu sebagai berikut.
1. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu
Pendidikan inklusif merupakan filosofi dan strategi dalam upaya pemerataan kesempatan
memperoleh layanan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan yang memungkinkan
dapat memberikan akses pada semua anak dan menghargai perbedaan.
2. Prinsip keberagaman
Adanya perbedaan individual dari sisi kemampuan, bakat, minat, serta kebutuhan perserta
didik, sehingga pendidikan Inklusif hendaknya diupayakan untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan dan karakteristik individual peserta didik.
3. Prinsip kebermaknaan
Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang ramah,
menerima keragaman dan menghargai perbedaan, serta bermakna bagi kemandirian peserta
didik.
4. Prinsip keberlanjutan
Pendidikan inklusif diselenggarakan secara berkelanjutan pada semua jenis, jalur dan
jenjang pendidikan
5. Prinsip keterlibatan
Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh komponen pendidikan
terkait.
Seperti halnya pada pendidikan anak usia dini seyogyanya mampu memberikan
layanan bagi seluruh anak dengan kebutuhan, keunggulan, maupun keterbatasan
perkembangan anak yang salah satunya diwadahi melalui penyelenggarana PAUD
Inklusif.
Pendidikan Inklusif pada dasarnya merupakan system layanan Pendidikan yang
terbuka dengan melibatkan anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar bersama dengan
anak sebayanya di sekolah Reguler agar mendapatkan kesempatan belajar yang sama.
Adapun beberapa prinsip pelaksanaan Pendidikan Inklusif di PAUD yaitu sebagai
berikut:
1.Mengenali kebutuhan belajar anak melalui: Interaksi, permainan,kegiatan sehari hari
dan melibatkan keluarga ( Interacting With Children)
2.Menyiapkan lingkungan aman, nyaman,mudah diamati,mudah memunculkan capaian
serta hambatan perkembangan anak ( Preparing The Environment)
3.Bekerjasama dengan pakar perkembangan anak (Working With Other Adults) seperti
konselor anak,psikologis anak,dokter tumbuh- kembang anak,ahli tetapi.
4.Layanan PAUD Inklusif memerlukan tanggapan dari berbagai pihak untuk
mengevaluasi kualitas dan kuantitas terselenggaranya program ini, yang dapat melibatkan
pandangan dari: Peserta didik, Pendidik PAUD,keluarga,masyarakat,penilik/pengawas
PAUD,dan tenaga ahli( Ask For Feedback From Other)
5.Mengamati kebutuhan perkembangan dan belajar anak, memberikan inpormasi bagi:
pendidik,tenaga ahli,keluarga (Observe Early Childhood Needs)
6.Menganalisa potensi perkembangan anak (Analyze Their Potential)
2.4 Praktik Pengelolaan Pendidikan Inklusif
Beberapa kriteria dalam melaksanakan praktek Pengelolaan Pendidikan Inklusif, yaitu:
1. Kriteria calon Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif
a. Kesiapan sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan inlusif (kepala
sekolah, komite sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua).
b. Terdapat peserta didik berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah.
c. Tersedia GPK (guru pembimbing khusus),baik yang berstatus guru tetap atau guru
yang diperbantukan dari lembaga lain,atau berkesanggupan menyediakan guru
GPK.
d. Komitmen terhadap penuntasan wajib belajar dengan bukti surat penyataan.
e. Memiliki jaringan kerjasama dengan lembaga lain yang relevan.
f. Tersedia sarana penunjang yang dapat diakses oleh semua peserta didik.
g. Pihak sekolah telah memperoleh sosialisasi tentang pendidikan Inklusif.
h. Memenuhi ketentuan prosedur administrasi yang ditetapkan padamasing-masing
wilayah.
2. Prosedur Pendirian
Pemerintah Kabupaten/Kota menunjuk minimal satu satuan sekolah dasar (SD)
dan satu satuan sekolah menengah (SMP) pada setiap kecamatan sebagai penyelenggara
pendidikan inklusif. Sekolahtersebut wajib menerima peserta didik berkelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Selanjutnya diterbitkan surat penetapan sebagai
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.Implikasinya Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban: (1) menjamin
terselenggaranyapendidikan inklusif sesuai dengan kebutuhan peserta didik; (2) menjamin
tersedianya sumberdaya pendidikan inklusif pada satuan pendidikan yang ditunjuk.
Sekolah yang tidak ditunjuk Pemerintah Kabupaten/Kota, baik negeri maupun swasta,
dapat juga menyelenggarakan pendidikan inklusifdengan mekanisme sebagai berikut.
a. Sekolah mengajukan proposal penyelenggaraan pendidikan inklusif kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
b. Dinas pendidikan Kabupaten/Kota melakukan penilaian kelayakan (portofolio dan visitasi
lapangan)
c. Bagi sekolah yang dinyatakan layak menyelenggarakan pendidikaninklusif, selanjutnya
diterbitkan surat penetapan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.

3. Pembinaan, Monitoring dan Pelaporan

1. Pembinaan Sekolah Inklusif

Untuk menjaga dan meningkatkan mutu layanan pada sekolah penyelenggara


pendidikan inklusif, maka Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban melakukan
pembinaan kepada semua sekolahpenyelenggara pendidikan inklusif, baik sekolah
negeri maupun swasta. Pelaksanaan pembinaan oleh jajaran Dinas Pendidikan
Kabupaten/ Kota dengan melibatkan kelompok kerja pendidikan inklusif, asosiasi
pendidikan inklusif, organisasi profesi, maupun lembaga terkait lainnya.

2. Monitoring

Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengawal terlaksananya penyelenggaraan


program pendidikan inklusif. Hasil monitoring dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan inklusif. Materi
monitoring meliputi beberapa aspek, yaitu : manajemen, proses pendidikan, dan
pengembangan sekolah. Kegiatan monitoring dilaksanakan secara berkala, minimal
satu kali dalam satu tahun. Monitoring dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan
Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota. Untuk mengoptimalkan hasil monitoring dalam
pelaksanaannya dapat melibatkan lembaga terkait lainnya,diantaranya POKJA(
kelompok kerja) Pendidikan Inklusif, organisasi profesi dan perguruan tinggi
khususnya LPTK PLB.

3. Pelaporan

Setiap penyelenggara pendidikan inklusif diwajibkan membuat laporantertulis kepada


atasan langsung dan tembusannya dikirimkan kepada Direktorat Pembinaan
Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus. Laporan tersebut sekurang- kurangnya
memuat tentang: (1) peserta didik; (2) kurikulum yang digunakan; (3) sarana
prasarana; (4) tenaga pendidik dan kependidikan; (5) proses pembelajaran; (6) hasil
evaluasi, serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Setiap sekolah inklusif
dapat mengembangkan format laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
lingkungan lembaga setempat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pendidikan inklusif sebagai satu inovasi pendidikan bagi penyandang cacat. Pertama
kali pendidikan ini muncul dalam dokumen international adalah pada tahun 1994 dalam The
Salamanca Statement. Kini pendekatan ini belum sepenuhnya diterapkan di seluruh dunia,
tetapi kecenderungannya adalah semakin dapat diterima oleh masyarakat luas. Satu faktor
yang tampaknya menentukan penerimaan masyarakat terhadap ideologi pendidikan inklusif
ini adalah difusi inovasi ini. Maksud dari semua ide adalah kesejahteraan para penyandang
cacat yang memperoleh segala haknya sebagai warga negara. Apakah penempatan anak-anak
penyandang cacat di sekolah reguler saat ini akan benar-benar baik bagi kesejahteraannya,
kita membutuhkan waktu untuk membuktikannya, tetapi kita dapat percaya itu akan terjadi
selama mereka diberi dukungan yang tepat sebagaimana dirancang bagi mereka. Hingga saat
ini yang tampaknya pasti adalah jumlah anak penyandang cacat yang bersekolah telah
meningkat secara signifikan, sehingga target untuk mewujudkan Pendidikan untuk semua
pada tahun 2015 tampaknya menjadi lebih realistis. Walaupun implementasinya di Indonesia
masih belum tampak kesungguhan upaya yang signifikan baik oleh Negara maupun
masyarakat dan lembaga pendidikan terkait.

3.2 Saran

Informasi dari makalah yang saya susun ini masih terbatas, penulis berharap makalah
ini dapat di kembangkan lagi. Penulis berharap adanya kritik,saran dan masukkan yang
membangun untuk perbaikan makalah ini yang tentunya jauh dari sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
• Stubs, S. (2002). Inclusive Education There Are Few Resources. Oslo: The Atlas Alliance.
• Tarsidi, D. (2003). The implementation of Inclusive Education in Indonesia. Makalah
disajikan pada The 8th International Congress on Including Children with Disabilities in
the Community. Stavanger, Norway, 15-17 Juni 2003.
• The Council for Exceptional Children (1993). Including Students with Disabilities in
General Classrooms. ERIC EC Digest #E521. The ERIC Clearing House on Disabilities
and Gifted Education.
Direktorat PPK-LK (2011). Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif,Jakarta
• Sesuai Permendiknas N0 70 Tahun 2009) pasal 2.
• Community Empowerment:Parental Involvment ( Alifah Indalika,M.R.S.Pd,M.Si)
Sahrudin, M., Djafri, N., & Suking, A. (2023). Pengelolaan Pendidikan Inklusif. Jambura
Journal of Educational Management, 162-179
Garnida, D., & Sumayyah, D. (2015). Pengantar pendidikan inklusif.

Anda mungkin juga menyukai