PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan inklusi merupakan seseuatu yang baru di
dunia pendidikan Indonesia. Istilah pendidikan inklusif atau
inklusi,
mulai
mengemuka
sejak
tahun
1990,
ketika
khusus
bagi
dalam
merupakan
peserta
mengikuti
didik
pendidikan
yang
proses
yang
memiliki
tingkat
pembelajaran
karena
dengan
perjalanan
kehidupan
sosial
perkembangan
peradaban
manusia,
pandangan
anak-anak
berkebutuhan
khusus
mendapatkan
pendidikannya
mereka
membutuhkan
layanan
pendidikan
mengupayakan
program
Pendidikan
inklusif
adalah
suatu
kebijaksanaan
oleh
pendidikan
setiap
warga
negara
agar
memperoleh
didik
termasuk
seperti:
didalamnya
Tunanetra,
anak
berkebutuhan
Tunarungu,
Tunagrahita,
Penyalahgunaan
Narkoba,
Indigo,
dan
lain
sebagainya.
Khusus untuk pembelajaran MIPA, memang tidaklah
mudah mengajarkan dan mengaplikasikan konsep-konsep
materi pada anak yang berkebutuhan khusus atau memiliki
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
mengetahui
6.
7.
inklusif
Untuk mengetahui manfaat pendidikan inklusif
Untuk mengetahui bentuk kurikulum dan model
8.
pendidikan inklusif
Untuk mengetahui cara mengaplikasikan pembelajaran
MIPA menggunakan pendidikan inklusif.
dapat
membangkitkan
mengetahui
belajar
tentang
dan
dapat
motivasi
memilih
dan
suatu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Inklusif
Definisi pendidikan inklusif terus menerus berkembang
sejalan dengan semakin mendalamnya renungan orang
terhadap praktik yang ada. Jika pendidikan inklusif ingin tetap
menjadi jawaban yang nyata dan berharga untuk mengatasi
tentang pendidikan dan hak asasi manusia. Akhirnya definisi
pendidikan inklusif hanya berupa versi lain dari pendidikan
luar biasa untuk anak berkebutuhan khusus.
Beberapa
definisi
pendidikan inklusif
yaitu
sebagai
berikut:
1. Menurut Hildegun Olsen (Tarmansyah, 2007;82), pengertian pendidikan
inklusif adalah sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa
memandang kondisi fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik atau
kondisi lainnya. Ini harus mencakup anak-anak penyandang cacat,
(Lay
Kekeh
Marthan,
2007:145) Pengertian
pendidikan
inklusi
menurut
(Stainback,1980)
adalah
sekolah
yang
Padahal
sesungguhnya
kita
tidak
cacat,
hanya
berbeda.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan inklusif adalah pelayanan pendidikan untuk
peserta didik yang berkebutuhan khusus tanpa memandang
kondisi fisik, intelektual, social emosional, linguistic atau
kondisi lainnya untuk bersama-sama mendapatkan pelayanan
pendidikan di sekolah regular.
B. Landasan Pendidikan Inklusif
1. Landasan Filosofis
Secara filosofis, penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan lambang
negara Burung Garuda yang berarti bhineka tunggal ika.
Keragaman dalam etnik, dialek, adat istiadat, keyakinan, tradisi, dan
budaya merupakan kekayaan bangsa yang tetap menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
2. Pandangan Agama (khususnya Islam) antara lain ditegaskan bahwa :
(1) manusia dilahirkan dalam keadaan suci, (2) kemuliaan seseorang
di hadapan Tuhan (Allah) bukan karena fisik tetapi taqwanya, (3)
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri
(4) manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling silaturahmi
(inklusif).
3. Pandangan universal Hak azasi manusia, menyatakan bahwa setiap
manusia mempunyai hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak
kesehatan, hak pekerjaan.
2.
Landasan Yuridis
1. UUD 1945 (Amandemen) Ps. 31: (1) berbunyi Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan. Ayat (2) Setiaap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
2. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Ps. 48
Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9
(sembilan) tahun untuk semua anak. Ps. 49 Negara, Pemerintah,
Keluarga, dan Orangtua wajib memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.
3. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ps. 5
ayat (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Ayat (2): Warganegara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Ayat (3) Warga
negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat
yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. Ayat
(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Pasal 11 ayat (1)
dan (2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan
dan
kemudahan,
serta
menjamin
terselenggaranya
peserta
didik
pada
setiap
satuan
pendidikan
berhak
20
Januari
2003
Perihal
Pendidikan
Inklusif:
(2)
(3)
Sistem asesmen dan evaluasi nasional perlu direvisi agar sesuai dengan
prinsip-prinsip non-diskriminasi dan inklusi serta konsep kualitas
(4)
(5)
(6)
(7)
sektor swasta
Semua pemerintah dan organisasi internasional serta organisasi nonpemerintah, seyogyanya berkolaborasi dan berkoordinasi dalam setiap
upaya untuk mencapai keberlangsungan pengembangan masyarakat
inklusif dan lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran bagi semua
(8)
anak
Pemerintah seyogyanya mempertimbangkan implikasi sosial maupun
ekonomi bila tidak mendidik semua anak, dan oleh karena itu dalam
Manajemen Sistem Informasi Sekolah harus mencakup semua anak usia
(9)
sekolah
Program pendidikan pra-jabatan maupun pendidikan dalam jabatan guru
seyogyanya direvisi guna mendukung pengembangan praktek inklusi
sejak pada tingkat usia pra-sekolah hingga usia-usia di atasnya dengan
menekankan pada pemahaman secara holistik tentang perkembangan dan
10
menjamin
keberlangsungan
hidupnya
agar
lebih
perbedaan
kemampuan
(difabel)
seperti
yang
yang
memiliki
perbedaan
kemampuan
11
masing-masing
yang
dan
harus
irama
diberikan
secara
umum
prinsip
penyelenggaraan
upaya
pemertaan
kesempatan
memperoleh
12
kesempatan
memperoleh
pendidikan,
selain
itu
oleh
karena
itu
pendidikan
harus
kelas
yang
ramah,
menerima
analisis
situasi
masyarakat
pendidikan
untuk
lokal,
mengidentifikasi
alasan
mengapa
mereka
tidak
sekolah
3. Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan
fisik, sosial dan masalah lainnya terhadap akses dan
pembelajaran.
4. Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan
dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak
F. Pembelajaran dalam Pendidikan Inklusif
13
memiliki PPI.
Model kurikulum PPI yaitu kurikulum yang
dipersiapkan guru program PPI yang dikembangkan
bersama tim pengembang yang melibatkan guru kelas,
guru pendidikan khusus, kepala sekolah, orang tua, dan
tenaga ahli lain yang terkait.
Kurikulum PPI atau dalam bahasa Inggris Individualized
Education Program (IEP) merupakan karakteristik paling
kentara
dari
pendidikan
inklusif.
Konsep
pendidikan
melayani
merupakan
kebutuhan
layanan
yang
unik
peserta
disediakan
didik
dalam
dan
rangka
(Freiberg,
1995)
Kelemahan:
Peserta didik berkebutuhan khusus harus menyesuaikan diri dengan
metode pengajaran dan kurikulum yang ada. Pada saat-saat tertentu,
kondisi ini dapat menyulitkan mereka. Misalnya, saat siswa diwajibkan
mengikuti mata pelajaran menggambar. Karena memiliki hambatan
penglihatan, tentu saja siswa disability tidak bisa menggambar. Tapi,
karena mata pelajaran ini wajib dengan kurikulum yang ketat, tidak
fleksibel, tidaklah dimungkinkan bagi guru maupun siswa disability
untuk melakukan adaptasi atau subsitusi untuk mata pelajaran
menggambar tersebut.
b.
kebutuhannya.
Kelemahannya:
Tidak semua guru di sekolah regular paham tentang ABK. Untuk itu
perlu adanya sosialisasi mengenai ABK dan kebutuhannya.
c.
15
Keunggulan:
Peserta didik mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan.
Kelemahan:
Guru kesulitan dalam menyusun IEP dan sangat membutuhkan waktu
yang
banyak.
Pembelajaran
Model
Inklusif
di
Kelas
Reguler
keenam
komponen
tersebut
yaitu:
dari entering
behavior menujut
ke terminal
objective
Model
memperhatikan
pembelajaran
prinsip
bagi
umum
anak
dan
berkebutuhan
prinsip
khusus.
khusus
Prinsip
harus
umum
16
reguler
maupun
anak
berkebutuhan
khusus
mendapatkan
program
17
18
Siswa dalam belajar tidak akan lepas dari komunikasi baik siswa
antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru.
Kemampuan komunikasi setiap individu akan mempengaruhi proses dan
hasil belajar yang bersangkutan dan membentuk kepribadiannya. Proses
ini dapat mencakup keterampilan verbal dan non-verbal, serta berbagai
jenis simbol.
2. Task Analisis
akhir
atau
sasaran. Analisis
tugas
dimaksudkan
untuk
19
atau
bagaimana
melakukannya
dengan
mendemonstrasikan tugas.
c. Gestural Prompts
Gestural Prompts adalah bantuan dalam bentuk isyarat dapat
mencakup tangan, lengan, muka, atau gerakan tubuh lainnya yang
dapat mengkomunikasikan informasi visual special spesifik.
d. Physical Prompts
20
dipasangkan
dengan
temannya
yang
mengalami
salah
satu
tugas.
Cooperative
learning
unsur
pelaksana
media
pendidikan
21
adalah
contoh-contoh
media
pembelajaran
Contoh Model
Total: Peta timbul, radio, audio, penggaris
Braille, blokies, papan baca, model anatomi
mata, meteran braille, puzzel buah-buahan,
talking watch, kompas Braille, botol aroma,
bentuk-bentuk geometri, tape recorder,
22
Tunarungu
3.
Tunagrahita
dan anak
lamban
belajar
Tunadaksa
5.
Tunalaras
bilangan.
Animal maching games, sand pits, konsentrasi
mekanik, animal puzzle, fruits puzzle, rebana,
6.
23
lembar
7
kerja,
komputer,
VCD,
museum,
Kesulitan
Pembelajaran
8.
Autis
bilangan
Kartu huruf, kartu kata, katu angka, kartu
kalimat, konsentrasi mekanik, komputer, mnara
segi tiga, menara gelang, fruit puzzel, construktiv
9.
10.
11.
13.
Tunaganda
HIV dan AIDS
puzzle
Disesuaikan dengan karakteristik kelainannya
Disesuaikan dengan kondisi anak, berat ringan
Korban
Penyalahguna
an Narkoba
Indigo
Digunakan media seperti anak pada umumnya.
Anak Cerdas Istimewa (Gifted) dan Bakat Istimewa
(Talented)
a. Alat assesmen
1) Test intelegensi WISC-R
2) Test intelegensi Stanford Binet
3) Cognitive Ability Test
4) Differential Aptitude Test
b. Sarana sebagai sumber belajar
1) Buku-buku perpustakaan
2) Internet/ICT (komputer)
3) CD, VCD, DVD, OHP
4) Kaset Rekaman
5) Slide Proyektor, LCD
6) Laboratorium MIPA
7) Laboratorium Bahasa
8) Alat-alat kesenian
9) Alat-alat olahraga
10) Handycam
11) Digital Camera
12) Studio musik/kesenian
13) Alat-alat keterampilan:
1) batik
2) bubut
3) pertukangan kayu
24
4) pertukangan batu
5) ukir
6) sablon
14) Alat-alat pertanian
1) peternakan
2) pertanian
3) perikanan
15) Alat-alat olahraga
H. Pendidkan Inklusif MIPA
Pada mata pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (MIPA), proses dan kegiatan pembelajaran diutamakan
menggunakan media dan model pembelajaran yang tepat,
sesuai dengan konsep pendidikan inklusif. Walaupun dalam
satu
kelas
dalam
sekolah
pendidkan
inklusif
terdapat
9. Kaset Rekaman
10. Laboratorium MIPA
Selain menggunakan media yang disesuaikan dengan
kebutuhan
dan
karakteristik
anak,
model
dan
metode
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian
di
atas
penulis
memberikan
inklusif
dengan
adalah
pendidikan
kebutuhan
regular
yang
didik
yang
peserta
yang
sistemik.
Pendidkan
inklusif
26
memberikan
adalah:
(1)Prinsip
(3)
Prinsip
Kebermaknaan,
(4)
Prinsip
Adanya
kerangka
yang
kuat,
implementasi
menghilangkan
diskriminatif,
melibatkan
sikap
dan
dan
nilai
yang
memberdayakan
pembelajaran,
melibatkan
masyarakat
dalam
yaitu
:Model
kurikulum
regular
penuh,Model
(MIPA),
proses
dan
kegiatan
pembelajaran
27
diutamakan
menggunakan
pembelajaran
yang
tepat,
media
sesuai
dan
model
dengan
konsep
pendidikan inklusif.
B. Saran
Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan sekolah
inklusif sehingga anak yang berkebutuhan khusus yang
berbakat dapat menyakurkan bakat mereka. Pemerintah juga
harus mensosialisasikan adanya sekolah inklusif agar sekolah
inklusif diketahui keberadaanya, dan masyarakat tidak lagi
meremehkan sekolah inklusif bahwa anak-anak inklusif juga
bisa berprestasi layaknya anak normal.
Daftar pustaka
http://zhaenucy.blogspot.co.id/2014/09/pendidikan-inklusif.html
https://www.academia.edu/6845679/pendidikan_inklusi
http://2015inspirasi.blogspot.co.id/2015/02/makalah-pendidikaninklusif.html
28