Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP DASAR BIMBINGAN KONSLING

DI SEKOLAH DASAR

DOSEN PENGAMPU :
RAFAEL LISINUS GUNTING S.Pd.M.Pd

Disusun oleh

KELOMPOK 2

DINDA LESTARI PUTRI (1213311184)

FUTRI PRATIWI MUNTHE (1213311182)

SYAHFITRI (1212311009)

MUTIARA SABRINA (1213311195)

NURUL SAHPITRI TANJUNG (1213311178)

i
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

DAFTAR ISI

Daftar isi ..................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang ....................................................................................1

Bab II Pembahasan

A.Hakikat Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar


..........................................2

B. ..Tujuan Bimbingan dan Konseling di SD.......................3

C. Manfaat Bimbingan dan Konseling di SD....................................4

D.D. Latar Belakang Perlunya Bimbingan Dan Konseling di SD …….......…...5

E. Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD....................6

F. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling........................7

G. Peran Guru Kelas dalam kegiatan BK di SD................8

Bab III Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan .........................................................................................9

ii
B. Saran ....................................................................................................10

Daftar pustaka...........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan
dan berpikir, manusia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain
dalam pekembanganya. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu
memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri
sesuai dengan keunikan atau tiap – tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan
lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman idividu, maka diperlukanlah
bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat
didalam lingkungannya ( Nur Ihsan, 2006 : 1)

Memasuki sekolah dasar bukanlah suatu hal yang selalu membahagiakan


setiap siswa. Walaupun dari segi usia mereka relatif sama, yaitu sama-sama berada
dalam rentang usia 6 tahun sampai 12/13 tahun, tetapi dari sifat-sifat umum lainnya
terdapat perbedaan-perbedaan yang menonjol antara satu dengan yang lain.
Sebagian dari mereka telah memperoleh pengalaman pendidikan taman kanak-
kanak dan sebagian lagi langsung memasuki sekolah dasar. Dilihat dari segi tingkat
perkembangannya, sebagian mungkin sudah cukup matang mengikuti pendidikan,
mereka relatif tidak terseleksi, karena biasanya sekolah dasar menampung semua
calon yang masuk. Dengan demikian terdapat variasi kemampuan yang dimiliki
oleh siswa sesamanya.

PEMBAHASAN

BAB II

A. Hakikat Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

Konsep adalah suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh


data untuk menjelaskan suatu fenomena.

Konsep yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Jelas artinya dapat dipahami dan tidak mengandung pertentangannya di


dalamnya.

i
2) Komprehensif artinya dapat menjelaskan fenomena secara menyeluruh.

3) Eksplisit artinya setiap penjelasan didukung oleh bukti yang dapat diuji.

4) Parsimonius artinya menjelaskan data secara sederhana tetapi jelas.

5) Dapat menurunkan penelitian yang bermanfaat.

Menurut Abu Ahmadi (1991), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami
lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih
baik.

Prayitno dan Erman Amti (2004), Bimbingan adalah proses pemberian


bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan


adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar
individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.

Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994),


mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap
individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa bimbingan atau guidance adalah Proses
pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu memahami
dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri
secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama dan
budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara
personal maupun sosial).

ii
Sementara itu, pengertian konseling lebih mengarah pada suatu hubungan
pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor
melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang
dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar
bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan
yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004).

Jones (Insano, 2004) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu


hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien.
Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-
kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien
memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya,
sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

Dengan demikian Konseling dapat kita simpulkan sebagai suatu proses


interaksi antara konselor dengan klien/konseli baik secara langsung (tatap muka)
atau tidak langsung (melalui media : internet, atau telepon) dalam rangka membantu
klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah yang
dialaminya.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat dirumuskan bahwa Bimbingan dan


Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai
potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok
individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang
optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk
mencapai kesejahteraan hidup.

Bimbingan dan konseling di SD adalah upaya pemberian bantuan kepada


individu (peserta didik/siswa) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya

iii
mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya
dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
SD, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling di SD

Secara umum tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dasar adalah untuk
membantu para siswa agar dapat mencapai tahap perkembangan optimal. Secara
akademis pelayanan ini bertujuan agar setiap siswa memperoleh kesesuaian antara
kemampuan dan jurusan (program studi) yang dipilihnya dan dapat mencapai
prestasi kerja secara optimal.

Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dasar adalah untuk
membantu siswa agar dapat memenuhi tugas perkembangan yang meliputi aspek
sosial, pendidikan, dan karir sesuai dengan tuntutan lingkungan.

C. Manfaat Bimbingan dan Konseling di SD

Beberapa manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan bimbingan dan


konseling di sekolah dasar.

1) Dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang diri, sekolah, keluarga,


dan masyarakatnya.

2) Dapat mengarahkan siswa pada pencapaian hasil belajar yang lebih baik.

3) Dapat mengarahkan siswa dalam merencanakan masa depannya ke


jenjang sekolah yang lebih tinggi.

4) Dapat membentuk perkembangan pribadi siswa secara optimal.

5) Dapat menjalin keharmonisan dalam melaksanakan proses belajar


mengajar.

6) Dapat bekerja sama antara guru dengan siswa, terutama yang memiliki
masalah pribadi.

7) Dapat bekerja sama lebih intensif antara guru dengan orang tua siswa
dan masyarakat.

iv
D. Latar Belakang Perlunya Bimbingan Dan Konseling di SD

Ada tiga hal utama yang melatar belakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan
secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis.

Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan


pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan
rohani.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu mengintegrasikan seluruh


komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya adalah komponen bimbingan.
Bila dicermati dari sudut sosiokultural, yang melatarbelakangi perlunya proses
bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat, sehingga berdampak di setiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin
diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju
lapangan pekerjaan relatif menetap.

Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9), ada lima hal yang melatar
belakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah, yakni:

1. masalah perkembangan individu,

2. masalah perbedaan individual,

3. masalah kebutuhan individu,

4. masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan

5. masalah belajar.

E. Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD

Sugiyo, dkk. (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan
konseling, yaitu:

1. Fungsi Penyaluran (distributive)

v
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan
siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah,
memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah lanjutan/sambungan ataupun
lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita, dan ciri-ciri
kepribadiannya. Di samping itu, fungsi ini juga meliputi bantuan untuk memiliki
kegiatan-kegiatan di sekolah; misalnya membantu menempatkan anak dalam
kelompok belajar.

2. Fungsi Penyesuaian (adjustive)

Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk


memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan,
khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa
dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.

3. Fungsi Adaptasi (adaptive)

Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah,
khususnya guru, dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus
dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini, pembimbing menyampaikan
data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan, serta kesulitan-kesulitan
siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan
pengalaman belajar bagi para siswa, sehingga para siswa memperoleh pengalaman
belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan, dan minat

F. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling

Tiedeman, Dinkmeyer dan Dreikurs dalam Stone (1983), memandang bahwa


program bimbingan di sekolah dasar perlu diarahkan pada pengembangan kognitif
dan afektif sekaligus. Konsep mereka itu diarahkan pada pengembangan kekuatan
ego (ego strength), bukan hanya pada upaya memperbaiki tingkah laku yang salah
suai (maladjusted) saja. Program bimbingan dan konseling didasarkan pada prinsip-
prinsip perkembangan sebagai berikut:

vi
1. Bimbingan untuk semua. Setiap siswa memiliki hak untuk mendapatkan
layanan bimbingan dari gurunya; fokus bimbingan bukan kepada siswa tertentu
melainkan pada siswa yang normal bahkan pada siswa yang cerdas sekalipun.

2. Bimbingan di SD dilaksanakan oleh semua guru kelas. Jika ada konselor


maka tugasnya adalah memberikan layanan konseling dan konsultasi kepada siswa,
guru, dan orang tua siswa. Bimbingan diberikan kepada siswa secara langsung dan
tidak langsung.

3. Bimbingan diarahkan untuk membantu siswa mengetahui, memahami,


menerima dirinya sendiri baik secara kognitif maupun mecara afektif. Maksudnya
bahwa bimbingan diarahkan untuk mengembangkan kompetensi pribadi yang kuat,
dan untuk berhubungan secara efektif dengan kegiatan dan tugas hidup sosialnya.
Tekanan program bimbingan bukan pada aspek remediasi (penyembuhan siswa
yang bermasalah) melainkan pada pengambangan aspek-aspek positif yang dimiliki
oleh tiap siswa.

4. Bimbingan dapat diberikan secara informal dan incidental namun alangkah


lebih baiknya jika dilaksanakan secara terencana dan terprogram. Program
bimbingan memberikan pengalaman yang runtut dan berkelanjutan untuk
membantu siswa mencapai tugas perkembangan baik dalam aspek intelektual
maupun aspek emosional. Kurikulum memberikan pengalaman kepada siswa yang
memungkinkan para guru dapat mengintegrasikan prosedur bimbingan dengan
materi pelajaran. Fungsi bimbingan dari guru atau konselor adalah membantu siswa
untuk mencapai kurikulum secara sukses. Oleh karena itu, para guru membutuhkan
ketrampilan-ketrampilan bimbingan untuk membuat kurikulum menjadi
pengalaman yang bermakna bagi setiap siswa.

5. Bimbingan di sekolah dasar menempatkan tekanan pada pencapaian tujuan


dan kebermaknaan pengalaman belajar. Tujuan yang ditetapkan oleh guru dan yang
diharapkan oleh siswa harus sesuai. Perencanaaan guru dan penilaian siswa adalah
prosedur dasar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

6. Bimbingan difokuskan pada asset. Artinya upaya guru dalam membantu


anak harus bertitik tolak dari potensi siswa, dan melakukan apa yang terbaik buat

vii
siswa. Tindakan guru merupakan proses-proses yang membuat siswa melakukan
sesuatu sesuai dengan kekuatan potensi yang dimilikinya.

7. Bimbingan mengakui bahwa siswa tengah mengalami proses, berarti guru


harus lebih banyak melihat anak dari sisi positif dari pada sisi negatifnya.

8. Program bimbingan kerja sama akan dapat terlaksana sangat efektif jika
diupayakan melalui kerja sama yang baik antara guru, siswa, orang tua siswa,
tenaga administrative dan sumber-sumber daya yang ada di masyarakat sekitar.

Selain prinsip-prinsip diatas dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di


SD perlu diperhatikan juga prinsip-prinsip berikut:

1. Karena bimbingan dan konseling berhubungan dengan sikap dan perilaku


individu (siswa), maka perlu diingat bahwa sikap dan prilaku individu terbentuk
dari segala aspek kepribadian yang unik dan rumit

2. Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individu orang-orang yang akan


dibimbing (siswa). Berikan bimbingan yg tepat, sesuai dengan kebutuhan yang
diinginkan oleh individu yang dibimbing.

3. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu (siswa) untuk dapat


membantu dirinya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

4. Bimbingan hendaknya bertitik tolak pada individu (siswa) yang dibimbing

5. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh guru pembimbing di SD, harus
diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang
memecahkannya.

6. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh


individu (siswa) yang akan dibimbing

7. Bimbingan harus luwes dan fleksibel, sesuai dengan kebutuhan individu


(siswa) yang dibimbing dan masyarakat.

8. Program bimbingan di SD harus sesuai dengan program SD yang


bersangkutan.

viii
9. Pelaksanaan program bimbingan harus disimpan oleh seseorang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan dapat menggunakan sumber-
sumber yang relevan yang berada di luar SD

10. Terhadap program bimbingan harus selalu diadakan penilaian berkala


untuk mengetahui sampai dimana hasil yang telah dicapai dan mengetahui apakah
program itu sesuai dengan apa yang direncanakan semula.

G. Peran Guru Kelas dalam kegiatan BK di SD

Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis


Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena
itu peranan guru kelas (bagi sekolah tanpa guru bimbingan) dalam pelaksanaan
kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang dirumuskan.

Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam


kegiatan BK, yaitu:

1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,


laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.

2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal


pelajaran dan lain-lain.

3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta


reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam
proses belajar-mengajar.

4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar


siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.

6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam


pendidikan dan pengetahuan.

ix
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.

8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

H. Azas-azas Bimbingan dan Konseling

Azas-azas Bimbingan dan Konseling yaitu :

1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut


dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi
sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak
diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh
memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya
benar-benar terjamin.

2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang


menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani
pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki


agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka
dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya
sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang
menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing
terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki


agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di

x
dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru
pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan
bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk


pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli
yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan
diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan
bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya
kemandirian konseli.

6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki


agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli
(konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa
depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan
kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang


menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama
kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.

8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang


menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik
yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-
pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling
perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan
konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang


menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling

xi
didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada,
yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan,
dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan
konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak
berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan
konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma
tersebut.

10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar
kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang
bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik
dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun
dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli
(konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru
pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau
ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus
kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.

PENUTUP

BAB III

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah


bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses
berkembang yang diperlukan bagi semua peserta didik serta harus peduli terhadap
semua segi pertumbuhan peserta didik berdasar kepada pengakuan atas kemampuan
individu untuk menentukan pilihan yang benar dan salah satu bagian penting dari

xii
keseluruhan proses pendidikan yang diarahkan untuk membantu peserta didik
merealisasikan dan mewujudkan dirinya ke arah yang lebih baik.

B. SARAN

Untuk lebih memahami semua tentang, Hakikat Bimbingan di Sekolah


Dasar disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan
materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca
makalah ini dapat memahami materi tersebut dan mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari – hari.

Daftar Pustaka

Yusuf,Wahyudin.2013. “Makalah Layanan Bimbingan di Sekolah Dasar”


Dalam http://makalah-anaksilajara.blogspot.com/2013/09/makalah-layanan-
bimbingan-di-sekolah_8593.html. Diunduh 28 Januari 2014.
http://wayanjuliarsa.blogspot.co.id/2014/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html

xiii

Anda mungkin juga menyukai