DISUSUN OLEH:
NIM : 1213311195
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nyalah maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “ATLETIK",
yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari
sejarah Olahraga Atletik.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT, memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
“Mutiara Sabrina”
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima dan dapat
digemari masyarakat, gejala ini terjadi karena atletik merupakan olahraga yang dapat di ukur
sehingga dalam pelaksanaan pertandingan atau perlombaan kita langsung tahu hasil dari
capaian olahraga yang kita lakukan tersebut apakah kita dapat memecahkan waktu atau jarak.
Atletik merupakan cabang olahraga yang banyak mempertandingkan berbagai jenis
perlombaan. Jenis-jenis perlombaan tersebut meliputi lari, lompat, lempar dan jalan.
Kemudian jenis perlombaan tersebut dibagi menjadi beberapa nomor, yaitu:1) Nomor lari: a)
lari jarak pendek 100m, 200m, 400m, b) lari gawang 100 m gawang, 110 m gawang, 400 m
gawang, c) lari jarak menengah 800 m, 1.500 m, 3.000 m st. Chase, c) lari jarak jauh 5.000m,
10.000m, marathon 42.195 m dan estafet 4x100 dan 4x400 2) Nomor lompat: lompat jauh,
lompat tinggi, lompat jangkit dan lompat galah 3) Nomor lempar: lempar lembing, lempar
cakram, tolak peluru dan lontar martil 4) Nomor jalan; 10000m dan 20000 m . Sehingga
cabang olahraga “atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga (mother of sport)” (Aip
Syarifuddin :1992) .
Di Indonesia atletik sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda, tercatat pada
tahun 1930, pemerintah Hindia Belanda memasukkan atletik sebagai salah satu mata
pelajaran di sekolah-sekolah. Di masyarakat sendiri belum dikenal secara luas ketika itu. 1 2
Perkembangan atletik di Indonesia yang sangat cepat membuat para peminpin kita untuk
membuat suatu wadah bagi para atlet atletik. Sehingga pada tanggal 3 september 1990
muncullah Persatuan Atletik Seluruh Indonesia atau yang dikenal PASI. Prestasi atletik
Indonesia di tingkat dunia belum terlalu menonjol, hal ini di buktikan belum adanya medali
emas yang diperoleh di even tingkat dunia. Namun untuk tingkat asia dan asia tenggara
Indonesia sudah bisa berbicara sebab berbagai medali di tingkat even tersebut sudah berhasil
diperoleh. Dengan hasil tersebut kita tidak boleh terlepas dari hasil kerjasama antara
pengurus dan pelatih yang gigih membina atlet dalam berlatih, mulai dari pengurus tingkat
pusat, daerah hingga cabang dan klub-klub di kabupaten ataupun kota. Dalam usaha
mencapai prestasi yang baik dalam olahraga atletik, atlet ditekankan agar mempunyai kondisi
fisik yang baik.
Tanpa adanya kondisi fisik yang baik dari seorang atlet berarti akan sulit
menjalankan program latihan dengan baik dan akhirnya prestasi akan sulit dicapai. Berbagai
upaya melalui latihan fisik telah dikembangkan oleh banyak ahli fisiologi dan pelatih seperti
latihan kekuatan, latihan kecepatan, latihan daya tahan dan latihan kelenturan. Pembinaan
kondisi fisik merupakan hal yang harus ditekankan pada cabang olahraga atletik karena
merupakan unsur yang paling dominan di dalam olahraga tersebut. Sebagai contoh untuk
melakukan lari 800 meter dibutuhkan daya dahan dan kecepatan sehingga kecepatan dapat
dipertahankan hingga finish. Semakin tinggi daya tahan dan kecepatan saat melakukan lari
800 meter maka semakin singkat pula waktu yang ditempuh sampai ke garis finish.
Dalam atletik, ada beberapa komponen kondisi fisik yang terlihat dalam
bentuk aktifitas gerak dalam pertandingan dan perlombaan atletik. Dan dalam
melakukan lari 800 meter juga membutuhkan kondisi fisik untuk mendukung hasil
lari 800 meter yang baik dan cepat. Harsono (1988:153-231) mengemukakan
bahwa “komponen Kondisi fisik terdiri dari:
a. Daya tahan (endurance)
b. Kecepatan (speed)
c. Kekuatan (strength)
d. Keseimbangan (balance)
e. Daya ledak (power)
f. K g. Kelentukan (flexibility)
h. Ketepatan
i. Waktu reaksi (reaction time)
j. Koordinasi.
Dari 10 komponen fisik tersebut, dua merupakan komponen fisik yang sangat
diperlukan dalam lari jarak menengah khususnya lari 800 meter yaitu daya tahan
dan kecepatan.
Didalam melakukan lari jarak menengah, kapasitas volume oksigen maksimal
didalam paru-paru (VO2Max) atlet sangat berperan agar tidak mengalami
kelelahan yang berlebihan yang disebabkan rendahnya kapasitas volume oksigen
maksimal didalam paru-paru atlet.
Sajoto mengemukakan bahwa: “daya tahan dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Daya tahan otot setempat (local endurance) adalah kemampuan seseorang
dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya untuk berkontraksi secara
terus-menerus dalam waktu relatif lama, dengan beban tertentu.
2. Daya tahan jantung (cardiorespiratory endurance) adalah kemampuan
seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, pernapasan dan
peredaran darahnya secara efektif dan efisien dalam menjalankan kerja
terus-menerus”.
Tinggi rendahnya daya tahan juga mempengaruhi kecepatan hasil lari 800
meter, karena semakin tinggi daya tahan atlet pada saat melakukan lari 800 meter
maka semakin tinggi pula atlet mempertahankan kecepatan laju larinya tersebut.
Sehingga di dalam lari 800 meter daya tahan dan kecepatan merupakan unsur
yang sangat di utamakan. elincahan (agility).
BAB II
PEMBAHASAN
• Cara Finlandia : Pertama lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau
mata lembing serong hamper menuju arah badan. Kemudian jari tengah memegang
tepian atau pangkal ujung dari tali bagian belakang (dilingkarkan, dibantu dengan ibu
jari ndiletakkan pada tepi belakang dari pegangan dan pada badan lembing. Jari
telunjuk harus lemas ke belakang membantu menahan badan lembing. Sedangkan
jari-jari yang lainnya turut memegang lilitan pegangan di atasnya dalam keadaan
lemas. Dengan cara Finlandia ini, jari tengah dan ibu jari yang memegang peranan
penting untuk mendorong tali pegangan pada saat melempar (Syarifuddin, 1992).
• Cara Amerika : Pertama lembing diletakkan pada telapak tangan, dengan ujung atau
mata lembing serong hamper menuju kea rah badan. Kemudian jari telunjuk
memegang tepian atau pangkal dari ujung tali bagian belakang lembing, dibantu
dengan ibu jari diletakkan pada tepi belakang dari pegangan dan pada badan lembing
serta dalam keadaan lurus. Sedangkan ketiga jari lainya berimpit dan renggang
dengan jari telunjuk turut membantu dan menutupi lilitan tali lembing. Jadi dengan
pegangan cara Amerika ini jari telunjuk dan ibu jari memegang peranan mendorong
tali pegangan lembing pada saat melempar (Syarifuddin, 1992).
• Cara Menjepit : caranya hanya menjepitkan lembing diantara dua jari tengah dan jari
telunjuk, sedangkan jari jari lainnya memmegang biasa.
1. Lembing terdiri atas 3 bagian yaitu mata lembing, badan lembing dan tali pegangan
lembing.
2. Panjang lembing putra : 2,6 m – 2,7 m sedangkan untuk putri : 2,2 m – 2,3 m. berat
lembing putra : 800 gram sedangkan untuk putrid : 600 gram.
3. Lembing harus dipegang pada tempat pegangan
4. Lemparan sah bila lembing menancap atau menggores ke tanah
5. Lemparan tidak sah bila sewaktu melempar menyentuh tanah di depan lengkung
lemparan
• Lembing harus dipegang pada bagian pegangannya, dan harus dilempar lewat atas
bahu atau bagian teratas dari lengan si pelempar dan harus tidak dilempar secara
membandul. Gaya non orthodox tidaklah diizinkan untuk dipakai.
• Lemparan itu tidak sah apabila mata lembing tidak menggores tanah sebelum bagian
lembing lainnya.
• Pelempar pada waktu membuat awalan lempar tidak boleh memotong salah satu garis
atau jalur paralel.
• Lemparan tidak sah bila si pelempar menyentuh dengan bagian tubuhnya atau anggota
badan garis lempar, atau garis perpanjangan (garis lempar) yang siku-siku terhadap
garis paralel, atau menyentuh tanah di depan garis lempar dan garis-garis itu semua.
• Sesudah membuat gerakan awalan lempar sampai lembingnya dilepaskan dan
mengudara, tidak sekali-kali pelempar memutar tubuhnya penuh sehingga
punggungnya membelakangi sektor lemparan.
• Pelempar tidak boleh meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang
dilemparkan jatuh ke tanah. Dari sikap berdiri meninggalkan jalur lari awalan dari
belakang lengkung garis lempar dan garis perpanjangan.
1. Peralatan lembing
• Konstruksi : Lembing terdiri dari 3 bagian : (1) mata lembing (2) badan lembing dan
(3) tali pegangan.
• Badan lembing dibuat dari metal dan pada ujung depan terpasang kokoh sebuah mata
lembing yang runcing.
• Tali pegangan (melilit pada badan lembing) berada dititik pusat gravitasi dan tidak
melibihi garis tengah badan lembing dari 8 mm. Lilitan tali pegangan lembing harus
sama tebal dan bergerigi, tanpa sabuk atau benjolan.
• Panjang lembing untuk putra adalah 2,6 – 2,7 m dan putri adalah 2,2 – 2,3 m. Berat
untuk putra 800 gr dan putri 600 gr.
• Panjang jalur awalan lempar harus tidak lebih dari 36,5 m dan tak kurang dari 30 m
dan harus dibatasi dengan dua garis paralel selebar 5 cm yang saling terpisah sejauh 4
m.
• Kemiringan kesamping dari jalur lari awalan max 1 : 1.000.
• Cara Finlandia: antara kedua jari tengah dan ibu jari diletakkan pada bagian belakang
balutan lembing, sedangkan jari telunjuk diletakkan sewajarnya.
• Cara Amerika: antara kedua jari telunjuk dan ibu jari diletakkan pada bagian belakang
balutan lembing.
2. Cara Membawa Lembing
Dalam membawa lembing, ada tiga cara yang bisa digunakan, yaitu:
• Tangan sebelah kanan ditekuk, kemudian lembing dipegang hingga sejajar dengan
telinga. Sementara mata lembing diarahkan ke depan agak serong ke arah bawah.
• Tangan sebelah kanan ditekuk, kemudian lembing dipegang hingga sejajar dengan
telinga, tetapi mata lembing diarahkan ke depan dengan serong ke atas.
• Lembing dibawa oleh tangan kanan yang diletakkan di belakang badan dengan mata
lembing diarahkan ke depan serong atas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Di dalam gerakan lempar lembing banyak sekali melibatkan bagian-bagian tubuh
bagian atas dan bawah mulai dari otot, sendi, sumbu dan bidang. Hasil dari kombinasi
yang lengkap dari bagian-bagian tubuh tersebut menghasilkan suatu gerakan lempar
lembing yang baik.
B. SARAN
Sebagai siswa, dengan mengetahui analisis gerak lempar lembing mulai dari
gerakannya itu sendiri, sendi yang berperan, bidang dan sumbu yang terkait, serta otot-otot
yang digunakan, diharapkan dapat menjadi suatu pegangan dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://dhono-wareh.blogspot.com/2012/03/makalah-atletik_lemparlembing-olah-raga.html