Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PEDAGOGIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Seiringnya berjalannya waktu kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan pun saat itu
tidak kalah cepatnya, semua orang mudah mengakses berbagai macam ilmu pengetahuan
tidaak sesulit tempo dulu. Namun banyak orang yang beranggapan bahwa ilmu merupakan
pengetahuan, namun tidak seperti ilmu bukan sekedar pengetahuan tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Oleh karena itu
untuk memahami lebih dalam makna ilmu dan pengetahauan kami mencoba menyusun
singkat mengenai ilmu pengetahaun dalam lingkup pedagogik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan?
2.      Apa perbedaan pedagogi dan pedagogik?
3.      Bagaimana karakteristik ilmu pendidikan?
C.    Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, kami menyusun makalah ini untuk
mengetahui tentang makna ilmu pengetahuan dalam konteks pedagogik.
D.    Manfaat Penulisan
Makalah ini di susun dengan harapan memberikan berguna sebagai penambah ilmu
pengetahuan tentang salah satu kompentensi yang harus dikuasai oleh guru yakni ilmu
pengetahuan dalam konteks pedagogik, sebagai pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya
tentang konsep dasar ilmu pengetahuan pedagogik serta sebagai media informasi.

BAB II
PEDAGOGIK SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

A.    Konsep Pendidikan, Pedagogik dan Ilmu Pendidikan


Pedagogik atau ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki,
merenungkan tentanggejala-gejala perbuatan mendidik. Jagi pedagogy mengandung makna
sebagai seorang anak yang pergi dan pulang sekolah di antar, di bimbing, dan di pimpin oleh
seorang pembantu. Pada awalnya istilah pedagos merupakan pekerjaan yang paling rendah,
namun  seiring berjalannya waktu istilah ini sekarang menjadi pekerjann mulia yaitu
pekerjaan mendidik anak.
Menurut Hoogveld (Belanda) menjelaskan bahwa pedagogik adalah ilmu yang
mempelajari masalah membingbing anak kearah tujuan tertentu agar ia kelak mampu
mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.  Dengan demikian Pedagogik tidak lain adalah ilmu
pendidikan anak.
1.      Pengertian Ilmu Pendidikan Menurut Para Ahli
a.       Carter V. Good dalam dictionary of education (1985 : 36)  menegaskan bahwa “Ilmu
pendidikan adalah suatu bangunan pengetahuan sistematis yang mencakup aspek-aspek
kuantitatif dan obyek dari proses belajar.”
b.      Drikarya (1980 : 66) berpendapat bahwa : “ Ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah, yakni 
pemikiran yang bersifat kritis, memiliki metode dan tersusun secara sistematis tentang
pendidikan.”
c.       Imam Barnabid (1987) berpendapat “Ilmu pendiidkan adalah ilmu yang mebicarakan
masalah-masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak.”

B.     Karakteristik Ilmu Pendidikan


1.      Landasan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan selalu erat kaitannya dengan eksistensi manusia yang mempunyai tujuan
hidup. Oleh karena itu ilmu pendiidkan hanya akan berdirih kokoh dan berkembang dengan
pesat apabila berlandaskan agama,  pandangan hidup, filsafat hidup, serta ilmu pengetahuan
dan teknologi. Nilai-nilai yang bersumber dari agama merupakan landasan yang paling kuat,
karena dengan berlandaskan agama, maka norma-norma yang diemban oleh ilmu pendidikan
tidak mudah goyah dan tidak terlalu subyektif.
2.      Obyek Ilmu Pendidikan
Obyek ilmu pendidikan terdiri dari obyek material dan obyek formal. Obyek material ilmu
pendidikan adalah manusia. Menurut H.D Sudjana (2000) manusia sebagai obyek material
ilmu pendidikan di klasifikasikan berdasarkan pengelompokannya ; manusia sebagai
individu, sebagai kelompok, sebagai komunitas, dan manusia sebagai masyarakat.
Berdasarkan perkembangannya yaitu, manusia pada masa usia dini, masa kanak-kanak,
remaja, dewasa, dan lanjut usia. Obyek formal ilmu pendidikan adalah situasi pendidikan/
situasi pedagogis (M.J. Langveld;1952).
3.      Metode Ilmu Pendidikan
Dalam ilmu pendidikan  menggunakan metode penelitian ilmiah, yakni prosedur yang
menggunakan pola piker dan pola kerja yang sistematis untuk mendapatkna kebenaran
pengeahuan yang sah dan dapat di percaya.
4.      Isi Ilmu Pendidikan
Isi ilmu pendidikan merupakan struktur pengetahuan yang antara lain memuat postulat,
asumsi, konsep teori, generalisasi, hokum, prinsip dan model.
a.       Postulat adalah pandangan mendasar yang kebenarannya diterima tanpa perlu ada
pembuktian secara empiris. Seperti manusia adalah makhluk yang perlu dan dapat di didik
serta dapat mendiidk sendiri.
b.      Asumsi yaitu pendapat/ pandangan yang di dasarkan pada kerangka berfikir tertentu, yang
kebenaran pada umumnya diterima, namun masih perlu diperiksa secara empiris.
c.       Konsep, ialah serangkaian pengertian atau pendapat yang konsisten, yang dihasilkan dari
pemikiran atau pengalaman.
d.      Teori adalah kumpulan konsep – konsep yang tersusun secara sistematis dalam bentuk
struktur teoritis yang pada umumnya memberi penjelasan mengapa sesuatu gejala atau
peristiwa lain terjadi.
e.       Generalisasi, yaitu keismpulan umum yang ditarik berdasarkan pengalaman-pengalaman
khusus, biasanya sebagai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ilmiah.
f.       Hukum, yaitu pernyataan atau pendapat yang biasanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan
“jika maka” yang berlaku umum bagi sekelompok gejala, sebagai hasil gejala suatu
generalisasi dari riset ilmiah.
g.      Prinsip, yaitu hokum dalam bentuk pendapat yang berlaku umum bagi sekelompok gejala
tertentu, namun tidak selalu berbentuk pernyataan jika maka.
h.      Model, yaitu suatu bentuk teori atau serangkaian teori.
5.      Fungsi Ilmu Pendidikan
Seperti ilmu-ilmu lainnya juga, ilmu pendiidkan memiliki fungsi menjelaskan,
memmmprediksi, dan mengontrol gejala atau fenomena pendidikan.
6.      Cabang-cabang Ilmu pendidikan
Cabang-cabang ilmu pendidikan menurut M.J Langveled (1952) terbagi menjadi dua bagian
yaitu; Ilmu mendidik teoritis dan ilmu mendiidk praktis.
a.       Ilmu mendidik teoritis terdiri atas ilmu mendidik sistematis, sejarah pendidikan dan Ilmu
perbandingan pendidikan.
b.      Ilmu mendidik Praktis yang meliputi metodik/didaktik, pendidikan keluarga, pendidikan
keagamaan.
Radjaman Mudyahardjo (1998:49) membedakan cabang-cabang ilmu pendidikandengan
klasifikasi sebagai berikut :
Ilmu pendidikan terdiri atas :
1.      Ilmu pendidikan Makro :
a.       Ilmu pendidikan Administratif
b.      Ilmu pendidikan Komparatif
c.       Ilmu pendidikan Historis
d.      Ilnu pendidikan Kependudukan
2.      Ilmu pendidikan Mikro :
a.       Ilmu Mendidik Umum
1.      Pedagogik Teoritis
2.      Ilmu pendidikan Psikologi
3.      Ilmu pendidikan sosiologis
4.      Ilmu pendidikan Ekonomik
b.      Ilmu mendididk Khusus :
1.      Ilmu persekolahan
2.      Ilmu administratif sekolah
3.      Ilmu administrative kelas
4.      Ilmu kegiatan pendiidkan sekolah
a.       Ilmu bimbingan
b.      Ilmu pengajaran (didaktik/metodik)
c.       Ilmu kepelatihan
1.      Ilmu pendidikan Luar sekolah
2.      Pedagogik keluarga
3.      Pedagogik Taman kanak-kanak
4.      Ilmu pendidikan masyarakat/ andragogi
5.      Orthopedagogik
6.      Orthopedagogik Fisik,dan
7.      Orthipedagogik Mental
Menurut  Madjid Noor (2000) dalam arti luas ilmu pendidikan meliputi segi-segi
filsafat, seni, ilmu, teknologi dan agama.
Cabang-cabang ilmu pendidikan meliputi :
Ilmu pendidikan Teoritis,yang mencakup :
a.      Ilmu penididkan sistematis
b.      Filsafat Pendidikan
c.       Sejarah pendidikan
d.      Perbandingan pendidikan
e.       Seni mendidik
f.        Bimbingan dan penyuluhan
g.      Pengembangan kurikulum/ pengajaran
h.      Pedagogik
i.        Andragogi
j.        Gerogogi
k.       Orthopedagogik
l.        Pendidikan Agama
m.    Pendidikan kepribadian
n.      Pendidikan Intelektual
o.      Pendidikan Jasmani
p.      Pendidikan Kesenian
q.      Pendidikan Wirausaha
r.       Pendidikan mata pelajaran sekolah.
s.       Ilmu pendidikan yang dikembangkan dengan kerjasama dengan ilmu lain atau sebagai hasil
pengkaian ilmu lain mengenal masalah-masalah pendidikan. Seperti economic of education.

C.     Padagogik sebagai ilmu pengetahuan


Pentingnya kejelasan tentang pedagogik sebagai ilmu atau bukan ada dua
kepentingan. Sebagai penegasan terhadap status (posisi) dan memperkuat keyakinan terhadap
sifat kebenaran dan kegunaan dari sistem teori dalam pedagogik tersebut. Untuk mengawali
kajian pada subbab ini, diuraikan terlebih dahulu tentang pengertian ilmu. Secara etimologis
ilmu berasal dari kata alama (bahasa Arab) yang berarti tahu. George Thomas White Patrick
dalam bukunya Introduction to Philosophy menyatakan bahwa dalam bahasa latin dikenal
pula kata scio, scire (sebagai asal kata science) yang juga berarti tahu. Berdasarkan asal usul
katanya itu, maka ilmu atau science berarti pengetahuan. Kneller (Syaripudin & Kurniasih,
2008) mengklasifikasikan pengetahuan menjadi revealed knowledge, intuitive knowledge,
rational knowledge, empirical knowledge, dan authoritative knowledge; di samping ada juga
yang mengklasifikasikan menjadi commonsense knowledge, scientific knowledge,
philosophical knowledge, dan religious knowledge.
Secara etimologis dan secara umum istilah ilmu (sebagaimana dipahami masyarakat
umum dalam kehidupan sehari-hari), maka semua pengetahuan – sebagaimana telah
dikemukakan di atas – tergolong ilmu. Namun, dalam konteks studi akademik, sejak zaman
modern sebagaimana dirintis oleh Francis Bacon (1560-1662), Galileo Galilei (1564-1642),
Newton (1642-1727) dan lain-lain, istilah ilmu atau science telah mengalami perubahan arti.
Ilmu mempunyai arti yang spesifik, yaitu hanya berkenaan dengan pengetahuan ilmiah
(scientific knowledge). Sebagaimana yang dikemukakan Titus et. al. (Syaripudin &
Kurniasih, 2008) terdapat tiga kemungkinan penggunaan istilah ilmu (science). Pertama,
istilah ilmu digunakan untuk menunjuk bodies of knowledge, misal: fisika, kimia, psikologi
dan lain-lain. Kedua, istilah ilmu untuk menunjuk a body of systematic knowledge, yaitu
konsep-konsep, hipotesis-hipotesi, hukum-hukum, teori-teori, dan sebagainya yang tersusun
secara sistematis dan dibangun melalui kerja para ilmuwan selama bertahun-tahun. Ketiga,
istilah ilmu digunakan untuk menunjuk cara kerja tertentu, yaitu scientific method atau
metode ilmiah. Dari pernyataan Titus et. al. tersebut, dapat dipahami bahwa pengertian istilah
ilmu pada dasarnya mempunyai dua dimensi, yaitu (1) sebagai hasil studi (sebagaimana
terkandung dalam penggunaan istilah ilmu yang pertama dan kedua seperti dikemukakan
Titus et. al.), dan (2) sebagai metode studi, yaitu metode ilmiah (sebagaimana yang diungkap
dalam yang ketiga oleh Titus et. al.). kedua dimensi pengertian yang terkandung dalam istilah
ilmu tersebut sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, karena antara kedua-duanya berhubungan
erat dalam membangun satu pengertian ilmu. Sejalan dengan hal ini Lenzen (Syaripudin &
Kurniasih, 2008) menyatakan bahwa batasan ilmu menunjukkan suatu aktivitas kritis
penemuan dan juga sebagai pengetahuan yang sistematis yang didasarkan kepada aktivitas
kritis penemuan tersebut. Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa dewasa ini secara operasional
dan substansial istilah ilmu mengandung arti sebagai cara kerja ilmiah dan hasil kerja ilmiah.
Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang dihasilkan melalui metode ilmiah.
Terdapat tiga syarat pokok yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin ilmu yang otonom.
Ketiga syarat yang dimaksud, yaitu;
1. Memiliki objek studi (objek formal) tersendiri yang membendakannya dari objek studi
disiplin ilmu yang lainnya.
2. Metodis, yaitu menggunakan metode (metode penelitian ilmiah) tertentu yang tepat dalam
rangka mempelajari objek studinya
3. Sistematis, artinya bahwa hasil studinya merupakan satu kesatuan pengetahuan mengenai
objek studinya yang tersusun saling berhubungan secara terpadu.
Ada yang berpendapat bahwa selain ketiga syarat atau kriteria di atas masih terdapat
satu syarat lagi yang harus dipenuhi oleh suatu disiplin ilmu yang otonom. Satu syarat yang
dimaksud adalah terjadinya progres, artinya bahwa sistem pengetahuan yang dimaksud
mengalami kemajuan atau terus berkembang. Namun demikian, ada pula yang menentang
pendapat tersebut. Alasannya, bahwa bertambah tidaknya pengetahuan sebagai isi suatu ilmu
atau maju tidaknya suatu ilmu, akan tergantung kepada ada atau tidaknya ilmuwan yang
melibatkan diri untuk mengembangkan ilmu yang bersangkutan adapun hal tersebut tidak
akan turut menemukan status keilmuan, melaikan hanya akan menemukan “hidup” tidaknya
ilmu yang bersangkutan.
Diantara para ilmuwan telah banyak yang menyatakan bahwa pedagogik berstatus
sebagai suatu ilmu yang otonom. Menurut banyak ahli, pandangan ilmiah tentang gejalan
pendidikan itu (pedagogik) merupakan ilmu tersendiri, sejajar dengan ilmu-ilmu tentang
humanisme (human sciences) seperti ekonomoi, hukum, sosiologi, dan sebagainya (Drikarya
dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Pendapat di atas dapat dikaji dengan mengacu pada
tiga persyaratan (kriteria) keilmuan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, yaitu
berkenaan dengan (1) objek studinya; (2) metode studinya; dan (3) sifat sistematis dari hasil
studinya.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bahwa ilmu dan pengetahuan sebenarnya tidak bisa terpisahkan selain itu juga ilmu
bukan sekedar pengetahuantetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-
teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang
diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. 

B.     Saran
Ilmu pengetahuan sangatlah penting bagi setiap manusia oleh karena itu bagi seorang
pendidik diharuskan memiliki ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan sesorang bisa
berfikir maju. Selain itu juga ilmu pengetahuan telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Kemajuan dalam ilmu pengetahuan telah membawa dampak yang besar terhadap peningkatan
berbagai bidang kehidupan, terutama memiliki pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Sadulloh uyoh, dkk, 2007, Pedagogik, Bandung, UPI Press

Anda mungkin juga menyukai