Anda di halaman 1dari 21

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL DAN

PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT


(STM)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok II
 Dina Juni Anggriani Sinaga
NIM 8176175005
 Hana Daforosa R. Siagian
NIM 8176175007
Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini berjudul
Pendekatan Pembelajaran STM. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari mata kuliah Metodologi
Pembelajaran Fisika yang membahas tentang materi “Pendekatan Pembelajaran STM”.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini. Kiranya makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2017


Penulis,

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar .................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 3

BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................................. 2


2.1. Pengertian STM ...................................................................................................... 4
2.1.1. Pendekatan STM ..................................................................................................... 5
2.1.2. Karakteristik STM .................................................................................................. 6
2.1.3. Model pembelajaran STM ...................................................................................... 7
2.2. Penerapan STM dalam pembelajaran ..................................................................... 12
2.2.1. Langkah-Langkah penerapan pendekatan STM ..................................................... 13
2.3. Keunggulan pendekatan STM................................................................................. 14

BAB III. PENUTUP .......................................................................................................... 15


3.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 15
3.2. Saran ....................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan dasar saat ini harus mampu membekali setiap pebelajar dengan
pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap. Dimana proses belajar bukan
semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) namun juga harus
mencerminkan pilar-pilar pendidikan. Pendidikan yang relevan harus bersandar pada
empat pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari
pengetahuan, (2) learning to do, yakni pebelajar menggunakan pengetahuannya untuk
mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni pebelajar belajar menggunakan
pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni
pebelajar belajar untuk menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga
diperlukan adanya saling menghargai antara sesama manusia. Dengan adanya
kesinambungan keempat pilar pendidikan tersebut, niscaya akan dihasilkan siswa-siswa
yang berkopetensi dalam menjalani kehidupan di jaman yang modern ini.
Untuk menghasilkan pebelajar yang kompetitif sesuai dengan keempat pilar diatas,
maka pendidikan saat ini harus bersifat kontekstual. Pendidikan kontekstual dicirikan
oleh proses pembelajaran yang diarahkan pada pemecahan masalah, menggunakan
konteks yang bervariasi, menghargai keberagaman individu, mendukung pembelajaran
mandiri (self-regulated learning), menggunakan kelompok belajar secara kooperatif, dan
menggunakan asesmen otentik (Clifford dan Wilson, 2000).
Salah satu pendekatan kontekstual yang dapat dikembangkan dalam pendidikan dasar
adalah model Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pendekatan STM adalah belajar dan
mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Pendekatan STM
dianggap cocok untuk mengintegrasikan domain konsep, keterampilan proses, kreativitas,
sikap, nilai-nilai, penerapan, dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan
pendekatan sains. Menurut pandangan National Science Teacher Assocciation (NSTA),
STM harus sejalan dengan pengalaman hidup siswa. Oleh karena itu, pembelajaran sains
yang menggunakan pendekatan STM melibatkan masalah/isu aktual yang dihadapi oleh
siswa dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga relevan dengan kehidupan
siswa.
Pembelajaran dengan pendekatan STM memiliki cakupan pembelajaran yang lebih
luas karena diperkaya dengan permasalahan atau isu sains atau teknologi. Konteks
1
pembelajaran menjadi lebih luas. Pembelajaran seperti ini memberi kesempatan kepada
siswa untuk menyadari hubungan sains yang dipelajarinya dengan apa yang ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran selalu berawal dari masalah yang dihadapi
masyarakat dalam kehidupan nyata. Dengan demikian siswa tidak hanya memperlajari
konsep fisika, biologi atau kimia saja tetapi juga belajar untuk menanggapi dan
menyelesaikan permasalahan yang dihadirkan dalam pembelajaran. Harapannya siswa
mendapat kebermaknaan dalam mempelajari sains sebagaimana diungkapkan oleh King:
“STS science traditional content is not watered down but is embedded ini a social
technological context. The choice of the context is made on the basis of meaningfulness to
the students and the source content generated by the context on a need to know basis
required by a particular part of the curriculum”
Penggunaan pendekatan STM tidak hanya terbatas pada konsep esensial yang
diajarkan di sekolah tetapi juga menekankan peranan sains dan teknologi dalam
kehidupan bermasyarakat sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga aspek
dalam diri siswa yang dapat dikembangkan anatara lain domain konsep, keterampilan
proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan dan keterkaitan antarbidang studi dalam
pembelajaran dan pendekatan sains. Salah satu contohnya, dapat mengembangkan
kreativitas siswa dalam memecahkan masalah, terutama permasalahan atau isu-isu yang
ada dimasyarakat. Misal isu kimia di masyarakat, yaitu mengenai zat aditif dimasyarakat.
Dengan mengaitkan materi dengan dunia nyata dalam kehidupan siswa (daily life) dengan
jalan bercerita atau mengajukan tanya jawab lisan tentang kondisi aktual siswa.
Kemudian siswa diarahkan melalui mode ling agar siswa termotivasi, questioning yang
menuntut siswa berfikir, construct ivism agar siswa membangun pengertian, inquiry
mendesak siswa menemukan konsep sendiri dengan bimbingan guru, learning community
menciptakan siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta terbiasa berkolaborasi dan
mengkomunikasikan pengetahuan, reflection membuat siswa mampu mengulang kembali
dan menyimpulkan pengalaman belajarnya, serta authentic assessment agar penilaian
yang diberikan guru menjadi objektif.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan pembahasannya sebagai
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pendekatan pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM)?
2
2. Bagaimana model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM) ?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM).
2. Untuk mengetahui model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM).

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat

Pendekatan (STM) Sains Teknologi Masyarakat merupakan terjemahan dari science


technology and society approach (STS) yang merupakan pendekatan pembelajaran,
dikembangkan berdasarkan pada filosofis kontruktivisme. Pendekatan pembelajaran tersebut
telah berkembang pesat di Amerika dan Inggris sejak awal tahun 1970-an. Pendekatan STM (
Sains Teknologi Masyarakat ) didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini baru diperkenalkan di Indonesia pada
awal tahun 1990-an yang telah diuji coba dan dilakukan di berbagai sekolah di Jawa Barat
dan daerah lain di Indonesia. Pendekatan S-T-M pada awalnya merupakan salah satu
pendekatan yang ditujukan untuk pendidikan ilmu alam (natural science education). Pertama
kali berkembang di Amerika Serikat, selanjutnya di Inggris dengan nama SATIS (Science
Technology in Society), di Eropa dikembangkan EU-SATIS. Sedangkan di Israel dengan
istilah (Science Technology Environment Society) dan di negara-negara Afrika dengan nama
Science Policy. Sedangkan istilah Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M atau SATEMAS)
sendiri pertama kali dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning
About Science and Society. Sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat khususnya
dunia pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dipahami karena ilmu
pengetahuan pada dasarnya menjelaskan tentang konsep. Sedangkan teknologi merupakan
suatu seni/keterampilan sebagai perwujudan dari konsep yang telah dipelajari dan dipahami.
Dengan kata lain untuk memahami sains dan teknologi berarti harus memiliki kemampuan
untuk mengatasi masalah dengan menggunakan konsep-konsep ilmu, mengenal teknologi
yang ada di masyarakat serta dampaknya, mampu menggunakan dan memelihara hasil
teknologi, kreatif membuat hasil teknologi sederhana, dan mampu mengambil keputusan
berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakatnya.

Definisi S-T-M menurut The National Science Teachers Association (NSTA) adalah
belajar dan mengajar sains dalam konteks pengalaman manusia. Sedangkan Poedjiadi (2005
:47) mengatakan bahwa pembelajaran S-T-M berarti menggunakan teknologi sebagai
penghubung antara sains dan masyarakat. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa Pendekatan S-T-M merupakan suatu strategi pembelajaran yang memadukan

4
pemahaman dan pemanfaatan sains, teknologi dan masyarakat dengan tujuan agar konsep
sains dapat diaplikasikan melalui keterampilan yang bermanfaat bagi peserta didik dan
masyarakat.

2.1.1. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)


Dalam upaya meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dan prinsip-
prinsip sains, serta meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa, maka penyajian materi
ajar sains di sekolah hendaknya selalu dikaitkan dan disepadankan dengan isu-isu sosial dan
teknologi masyarakat. Salah satu pendekatan dalam pendidikan sains yang mungkin dapat
memberikan solusi terhadap permasalahan di atas adalah pendekatan “sains-teknologi-
masyarakat” (STM). Pendekatan STM dalam pembelajaran sains merupakan “perekat” yang
mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat. Isu-isu sosial dan teknologi di masyarakat
merupakan karakteristik kunci dari pendekatan STM (Yager, 1991). Melalui pendekatan
STM, para siswa belajar sains dalam konteks pengalaman nyata, yang mencakup penerapan
sains dan teknologi (Yager, 1996). Pengetahuan yang dibangun melalui pendekatan STM
akan ada pada diri siswa sebagai copy situasi kehidupan nyata.
Ciri-ciri pendekatan STM antara lain: 1) difokuskan pada isu-isu sosial dan teknologi
di masyarakat yang terkait dengan konsep dan prinsip sains yang akan diajarkan, 2) diarahkan
pada peningkatan pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam membuat keputusan berdasarkan
informasi ilmiah, 3) tanggap terhadap karir pada masa depan, 4) evaluasi belajar ditekankan
pada kemampuan siswa dalam memperoleh dan menggunakan informasi ilmiah untuk
memecahkan masalah (Eddy M. Hidayat,1992).

2.1.2. Karakteristik Sains Teknologi Masyarakat

Menurut Fajar (2003:108), mengemukakan pada umumnya S-T-M memiliki


karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.


2. Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari
informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat diterapkan
untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

5
 Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.
 Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
4. Suatu pandangan bahwa isi dari pada sains bukan hanya konsep-konsep saja yang
harus dikuasai siswa dalam tes.
5. Penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat menggunakannya dalam
memecahkan masalah.
 Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
6. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba
untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentiflkasikan.
 Identifikasi sejauhmana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
 Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.

Dari karakteristik S-T-M yang dikemukakan Yager, dapat dikatakan bahwa pada
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan S-T-M diawali dengan isu dan isu itulah
yang merupakan ciri utamanya. Karena dengan mengemukakan isu mendorong peserta didik
untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah yang diakibatkan oleh isu tersebut. Dalam
memecahkan masalah peserta didik akan mencari informasi dari berbagai sumber, bukan
hanya di dalam kelas melainkan di luar kelas dengan menggunakan berbagai cara termasuk
memanfaatkan teknologi. Dengan demikian peserta didik belajar menemukan dan menyusun
sendiri pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar yang dilakukannya. Selain itu
proses belajar juga merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berpartisipasi
sebagai warga negara.

2.1.3. Model Pembelajaran Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)


Model pembelajaran STM merupakan salah satu model dalam pembelajaran Sains di
sekolah. Sasaran yang ingin dicapai melalui pendekatan STM adalah meningkatkan minat
siswa terhadap Sains serta membentuk pribadi siswa yang literasi sains dan teknologi.
Melalui model pembelajaran STM, para siswa sebagai warga masyarakat diharapkan lebih
bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosialnya. Model pembelajaran STM
merupakan “perekat” yang mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat (Rustum Roy,
1983). Pengajaran Sains akan lebih bermakna jika konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-
teori Sains dikemas dalam kerangka yang bertalian dengan teknologi dan masyarakat.

6
Hasil penelitian yang dilakukan USA oleh Yager (1984) menunjukkan bahwa jumlah
siswa yang merasa bahwa sains tidak menyenangkan dan hanya merupakan hafalan fakta,
meningkat pada kelas-kelas yang makin tinggi. Kesan siswa bahwa guru Sains berusaha
membuat sains menarik, menimbulkan rasa ingin tahu, serta mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat, menurun pada kelas-kelas yang makin tinggi. Di samping itu,
terungkap pula bahwa 1) guru Sains terikat pada buku ajar yang diikuti baik isi, urutan
maupun contoh-contohnya secara kaku, 2) kebutuhan dan minat siswa diabaikan, dan 3)
disiplin dalam sains dipisahkan secara sangat tajam, dan tidak ditunjukkan aplikasinya dan
kaitannya dengan disiplin lainnya.
National Science Teacher Assosiation (NSTA) di USA mendefinisikan STM sebagai
“ the teaching and learning of science in the contaxt of human experience” (Yager,1992).
NSTA mengajukan sebelas ciri dalam mendeskripsikan pendekatan STM dalam
pembelajaran Sains, yaitu:
1) Siswa mengidentifikasi masalah-masalah sosial dan teknologi di daerahnya serta
dampaknya.
2) Menggunakan sumber lokal (manusia dan material) untuk memperoleh informasi yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.
4) Perluasan untuk terjadinya proses belajar yang melampaui waktu, kelas, dan sekolah.
5) Memusatkan pengaruh sains dan teknologi kepada siswa.
6) Pandangan bahwa materi subyek lebih dari sekedar konsep yang harus dikuasai siswa.
7) Penekanan pada keterampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan
masalah.
8) Penekanan terhadap kesadaran karir, terutama karir yang berhubungan dengan sains
dan teknologi.
9) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai warga masyarakat, jika
telah dapat mengatasi isu yang telah diidentifikasinya.
10) Identifikasi cara-cara yang memungkinkan sains dan teknologi memecahkan masalah di
masa depan.
11) Perwujudan otonomi dalam proses belajar sebagai isu individu.
Keuntungan pendekatan STM dalam pembelajaran Sains adalah berlakunya model
belajar konstruktivis. Pendekatan STM sejajar dengan pelaksanaan pandangan
konstruktivisme dalam belajar dan mengajar (Yager, 1992). Pandangan konstriktivisme
7
dalam belajar dan mengajar didasarkan atas asumsi bahwa “pengetahuan dibangun di dalam
pikiran pebelajar” (Bodner, 1986). Model konstruktivis tentang belajar dan mengajar,
memberi tekanan pada pentingnya peran prior knowledge siswa dalam belajar, serta
memperhatikan bagaimana pengetahuan itu dibangun di dalam struktur kognitif siswa. Jadi,
model konstruktivis menempatkan siswa pada posisi sentral dalam proses pembelajaran.
Pendekatan STM di samping menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang berlaku
pada model konstruktivis dalam pembelajaran, juga memberi kesempatan kepada siswa
sebagai decision maker dalam memecahkan masalah.
Berikut ini dikemukakan perbandingan antara karakteristik pembelajaran Sains yang
tradisional yang pada umumnya diikuti oleh para guru Sains dan karakteristik pembelajaran
Sains dengan pendekatan STM.
 Pembelajaran Sains tradisional
1 Konsep-konsep diperoleh dari buku teks.
2 Menggunakan laboratorium dan aktivitas yang disarankan dalam buku petunjuk.
3 Keterlibatan siswa kurang aktif, karena informasi biasanya telah disediakan guru atau
ada dalam LKS.
4 Pernyataan pentingnya informasi berasal dari guru.
5 Siswa berkonsentrasi pada masalah yang disiapkan oleh guru.
6 IPA dipelajari di sekitar dinding kelas, sebagai bagian dari kurikulum.

 Pembelajaran Sains dengan pendekatan STM


1 Masalah diidentifikasi oleh siswa.
2 Keterlibatan siswa lebih aktif, karena mereka harus mencari sendiri informasi yang
digunakan untuk memecahkan masalah.
3 Pembelajaran Sains dapat melampaui apa yang tertera dalam kurikulum.
4 Proses belajar sangat berpusat pada siswa.
5 Tidak hanya ditekankan pada keterampilan proses, tetapi juga metode ilmiah yang
digunakan ilmuwan.
6 Konsep-konsep yang dipelajari tidak hanya bersumber dari buku teks, tetapi juga dari
masyarakat.
7 Para siswa memperoleh kesempatan untuk berfungsi sebagai “decision maker” dalam
memecahkan masalah.

8
Ditinjau dari penggunaan buku teks, antara kelas yang diajar dengan pendekatan
tradisional dan kelas yang diajar dengan pendekatan STM, terdapat beberapa perbedaan.
Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut

Tradisional STM
1. Buku teks dapat digunakan terus 1. Buku teks hanya digunakan jika diper-lukan
menerus. sebagai sumber informasi.
2. Guru menyediakan informasi untuk 2. Guru membantu siswa dalam menemukan
dicatat dan diulangi. jawaban dari pertanyaannya.
3. Kegiatan belajar disiapakan terma-3. Siswa merencanakan aktivitas sebagai cara
suk tujuan akhir. untuk menguji idenya dan pen-jelasannya.
4. Masalah dan isu yang ada sering
4. Tidak ada perhatian terhadap dipersiapkan sebagai konteks belajar.
masalah dan isu yang sedang
“ngetrend”. 5. Siswa mengusulkan kegiatan, sumber
5. Siswa mengerjakan apa yang ada informasi, dan pertanyaan baru.
dalam buku dan guru suruh untuk
dikerjakan. 6. Sering menggunakan laporan berita dan
6. Tidak ada penggunaan surat kabar situasi saat itu.
dan jurnal.
7. Ide dan informasi diperlukan untuk
7. Ide dan informasi dipresentasi untuk merespon isu dan pertanyaan.
dikuasai. 8. Sains berupa fakta di sekolah sebagai
8. “Sains” ditempatkan pada wadah kesatuan yang utuh di masyarakat dan dalam
yang dinamai kelas sains atau kelas kehidupan siswa.
laboratorium.
(Yager, 1996)

Lebih lanjut, dilihat dari penguasaan konsep dan keterampilan proses, antara kelas
yang diajar dengan pendekatan tradisional dan kelas yang diajar dengan pendekatan STM,
terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.

Tradisional STM
1. Konsep hanya disiapkan untuk 1. Siswa melihat konsep sebagai
penguasaan tes yang dibuat guru. kebutuhan pribadi.
2. Konsep dilihat sebagai hasil akhir yang
2. Konsep dilihat dari keperluannya
dicapai siswa. untuk pemecahan masalah.
3. Penguasaan konsep bersifat semen-tara.
3. Siswa yang belajar dengan penga-
4. Siswa melihat proses sains sebagai laman memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan oleh dapat menghubungkan penge-tahuannya
ilmuwan. dengan situasi baru.
5. Siswa melihat proses sains sebagai 4. Siswa melihat proses sains sebagai
sesuatu yang dipraktekkan yang merupakan keterampilan yang mereka dapat
tuntutan pelajaran. gunakan.
6. Siswa melihat proses sains yang 5. Siswa melihat proses sains sebagai

9
abstrak, sempurna, tidak dapat dicapai, dan keterampilan yang diperlukan untuk
tidak berhubungan dengan hidupnya. memperbaiki dan membangun diri-nya
secara lebih sempurna.
6. Siswa melihat proses sains sebagai
bagian penting dari apa yang me-reka
kerjakan di dalam belajar sains.
(Yager,1996).

Ditinjau dari sisi penerapan konsep sains yang diperoleh siswa, perbedaanya antara
siswa yang diajar dengan pendekatan tradisional dan siswa yang diajar dengan pendekatan
STM adalah sebagai berikut.
Tradisional STM
1. Siswa tidak melihat nilai dan atau 1. Siswa dapat menghubungkan sains
kegunaan dari pelajaran sains untuk yang dipelajari dengan kehidupan-nya.
kehidupannya.
2. Siswa menjadi terlibat dalam
2. Siswa tidak melihat nilai dari sains yang pemecahan isu-isu sosial; mereka
dipelajari untuk memecahkan masalah yang melihat manfaat dari belajar sains untuk
ada di masyarakat. menjadi warga negara yang bertanggung
3. Siswa dapat menceritakan informasi atau jawab.
konsep yang dipelajari. 3. Siswa menginginkan informasi yang
4. Siswa tidak dapat menghubungkan sains berhubungan dengan masalah.
yang dipelajari dengan teknologi yang ada 4. Siswa tertarik dengan perkembangan
pada saat itu. teknologi baru dan menggunakannya
untuk melihat kepentingannya serta
kecocokannya dengan konsep sains.
(Yager,1996)

Berdasarkan perbandingan di atas, terlihat adnya keunggulan pembelajaran IPA dengan


pendekatan STM terhadap pembelajaran tradisional dalam meningkatkan penguasaan siswa
terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip Sains, khususnya dalam menyiapkan individu
siswa yang literasi sains dan teknologi.
Model pembelajaran berpendekatan STM dengan sintak mulai dari fase invitasi,
ekslorasi, eksplanasi dan solusi, tindak lanjut, dapat membangkitkan berpikir siswa, seperti
13 ciri berpikir kritis yang dikemukakan oleh Raymond. S. Neckerson. Berpikir kritis siswa
pada fase invitasi pada implementasi pembelajaran berpendekatan STM adalah, guru dapat
menggali isu-isu sains teknologi di masyarakat, mengorganisasi ide-ide dan
mengartikulasinya secara ringkas. Pada fase eksplorasi siswa menggunakan bukti atau fakta
secara cakap, mampu belajar secara independen, membedakan antara kesimpulan yang secara
logika, meragukan penilaian yang tidak didukung oleh bukti yang yang cukup guna
pengambilan keputusan, memahami perbedaan antara penalaran dan rasional, sensitif

10
terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu keyakinan. Pada fase ekplanasi
dan solusi siswa dapat menyususn representasi masalah secara informasi yang serupa dengan
cara teknik formal. Pada fase tindak lanjut siswa berusaha mengantisipasi kemungkinan-
kemingkinan konskuensi dari tindakan alternatif.
Menurut Robert E. Yager (1992) sintak model pembelajaran STM adalah sebagai
berikut:

Sintaks Model Pembelajaran STM


FASE-FASE AKTIVITAS MENGAJAR
Fase 1 (Invitasi)
· Menggali isu atau masalah lebih· Guru menyampaikan pertanyaan-
dahulu dari peserta didik pertanyaan yang efektif agar siswa
termotivasi

· Menghubungkan pembelajaran baru· Guru memberikan resfek positif bagi


dengan pembelajaran sebelumnya siswa yang berusaha untuk menjawab

· Mengidentipikasi isu atau masalah· Guru menjelaskan materi pokok dan


dalam masyarakat yang berkaitan dengan manfaat praktis yang akan didapat
topik yang dibahas
Fase 2 (Eksplorasi)
· Merancang dan melakukan kegiatan· Guru membagi siswa menjadi beberapa
eksperimen atau percobaan untuk kelompok
mengumpulkan data
· Berlatih keterampilan proses sains · Guru memberikan siswa untuk
· Mengasah kerja ilmiah dan sikap melakukan eksperimen untuk
ilmiah mendapatkan penjelasan dan pemecahan
· Diskusi kelompok untuk menghasilkan masalah, kemudian melaporkan hasil
kesimpulan pengamatannya untuk disimpulkan
Fase 3
(Pengajuan Eksplanasi dan solusi) Guru langsung mengajak siswa untuk
· Siswa membangun sendiri konsep mendiskusikan hasil pengamatan
· Siswa berdiskusi kemudian diaplikasikan pada situasi lain
· Guru memperhatikan hasil kegiatan
· Solusi masalah yang dihadapi seluruh kelompok
masyarakat terkait materi yang diperoleh· Guru mencermati kembali kegiatan
siswa semata-mata berdasarkan informasi siswa apabila ada kelompok yang
dari kegiatan eksplorasi menghasilkan kesimpulan yang bias
· Guru memberikan rangkuman atau
ulasan tentang konsep-konsep yang benar
diantara peserta didik

11
Fase 4
Tindak Lanjut
· Menjelaskan fenomena alam· Guru mengajukan pertanyaan-
berdasarkan konsep yang disusun pertanyaan yang bersifat konseptual.
· Menjelaskan berbagai aplikasi untuk
memberikan makna
· Refleksi pemahaman konsep
(Dimodifikasi dari Yager, 1992)

2.2. Penerapan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran

1. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi


Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan bagi
guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori. Untuk
mengatasi hal-hal ini maka perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses
semua fakta, konsep dan prinsip pada diri siswa.

2. Pengalaman intelektual, emosional dan fisik

Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti
kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan
unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip
sangat dibutuhkan.

3. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi

Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses dan memperoleh
kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada
kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan
keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dimyati dan Mudjiono, 2006 :
135 – 138). Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat macam penerapan
Sains Teknologi Masyarakat (STM) dala pembelajaran yaitu:

1. menyadari hubungan yang kompleks antara ilmu, teknologi dan masyarakat


2. mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai
akibat perkembangan IPTEK serta dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.

12
3. Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan teknologi dala
masyarakat khususnya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti lingkungan,
energi, kependudukan, bio genetika, teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.
4. secara realistik dapat memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi
positif dan negatifnya.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu, di bidang ilmu pendidikan


dikembangkan pula berbagai metode mengajar yang lebih sesuai, efektif dan efisien. Materi
pelajaranpun dikembangkan karena telah banyak perubahan yang terjadi atau telah banyak
ditemukan pengetahuan yang lebih mendalam sebagai akibat dari perkembangan teknologi.

1. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan harus dapat


mempergunakan sumber-sumber pengetahuan yang ada di masyarakat karena:dengan
melihat apa yang terjadi di masyarakat anak didik akan mendapatkan pengalaman
langsung (first hand experience) dan oleh karenanya mereka dapat memiliki
pengalaman yang konkret (jelas dan nyata) serta mudah diingat.
2. pendidikan membina anak-anak yang berasal dari masyarakat, dan akan kembali ke
masyarakat.
3. di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin guru sendiri belum
mengetahuinya.
4. kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang-orang yang berdidik
dan anak didikpun membutuhkan masyarakat (Munawarah, 2004 : 6-7).

2.2.1. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), yaitu:

 Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau
masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
 Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan
pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.

13
 Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah atau
isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah
dipahami sebelumnya.
 Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak
terjadi kesalahan konsep pada siswa.
 Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap
materi yang dikaji.

2.3. Keunggulan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Menurut Wahyudi, dkk dalam Munawarah (2004 : 7) ada beberapa keunggulan yang
dapat diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:

1. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi tujuan

 meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan, di samping keterampilan proses.


 Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
 Menekankan sains dalam keterpaduan dan antara bidang studi.

2. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi pembelajaran

 menekankan keberhasilan siswa


 menggunakan berbagai strategi
 menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai
sumber informasi.

3. Keunggulan pendekatan STM ditinjau dari segi evaluasi

 ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar


 perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga
diperhatikan.
 kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi.
 Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam membantu
siswa.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Salah satu pendekatan kontekstual yang dapat dikembangkan dalam pendidikan dasar
adalah model Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pendekatan STM adalah belajar dan
mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Pendekatan STM
dianggap cocok untuk mengintegrasikan domain konsep, keterampilan proses, kreativitas,
sikap, nilai-nilai, penerapan, dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan
pendekatan sains. STM harus sejalan dengan pengalaman hidup siswa. Oleh karena itu,
pembelajaran sains yang menggunakan pendekatan STM melibatkan masalah/isu aktual yang
dihadapi oleh siswa dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga relevan dengan
kehidupan siswa.
Pembelajaran dengan pendekatan STM memiliki cakupan pembelajaran yang lebih
luas karena diperkaya dengan permasalahan atau isu sains atau teknologi. Konteks
pembelajaran menjadi lebih luas. Pembelajaran seperti ini memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyadari hubungan sains yang dipelajarinya dengan apa yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran selalu berawal dari masalah yang dihadapi masyarakat
dalam kehidupan nyata. Dengan demikian siswa tidak hanya memperlajari konsep fisika,
biologi atau kimia saja tetapi juga belajar untuk menanggapi dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadirkan dalam pembelajaran.
Penggunaan pendekatan STM tidak hanya terbatas pada konsep esensial yang
diajarkan di sekolah tetapi juga menekankan peranan sains dan teknologi dalam kehidupan
bermasyarakat sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap dampak
sains dan teknologi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga aspek dalam diri siswa yang
dapat dikembangkan anatara lain domain konsep, keterampilan proses, kreativitas, sikap,
nilai-nilai, penerapan dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan pendekatan
sains. Salah satu contohnya, dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam memecahkan
masalah, terutama permasalahan atau isu-isu yang ada dimasyarakat.

15
3.2. Saran
Kita sebagai pendidik sebaiknya memahami dan mengetahui pendekatan
pembelajaran pada sains teknologi masyarakat (STM) pada anak dan bisa
mengembangkannya agar dapat merasakan tanggung jawab siswa terhadap dampak sains dan
teknologi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga aspek dalam diri siswa yang dapat
dikembangkan anatara lain keterampilan proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan dan
keterkaitan antarbidang studi dalam pembelajaran dan pendekatan sains.

16
DAFTAR PUSTAKA

Clifford, M. and Wilson, M., (2000), ‘Professional Learning and Student’s Experiences:
Lesson Learned from Implementation’. Educational Brief . No. 2 December 2000.
Texas Collaborative for Teaching Excellence. (2005). REACT Strategy.
Eddy, M. Hidayat., (1991), Science-Technology-Society: Pendidikan Sains untuk Tahun
2000. Edisi Khusus Jurnal Pendidikan IPA. Himpunan Sarjana Pendidikan IPA
Indonesia.
Poedjiadi, Anna (2005). Sains Teknologi Masyarakat. Model Pembelajaran Kontekstual
Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yager, Robert E. & S.O. Yager (1985). Changes in Perception of 3rd.7th, and 11th Grade
Students. Journal of Research in Science Teaching, Vol. 22. No.4.
Yager, Robert. E (1992). The STS Aproach Parallels Constructivist Practices. Science
Education International, Vol. 3, No. 2.

Yager, Robert E. (1996). Science/Technology/Society, As Reform in Science Education. New


York: State University of New York Press.

17
Pertanyaan

1. Jelaskan aplikasi fisika pada pendekatan pembelajaran konstekstual, stm dan keterampilan
proses !

2. Bagaimana menurut pendapat anda tentang pendekatan pembelajaran pada STM?

3. Sebutkan keunggulan dan kekurangan dalam pendekatan pembelajaran STM!

4. Jelaskan langkah-langkah penerapan pendekatan STM?

18

Anda mungkin juga menyukai