Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Karakter SD dosen
pengampu Rida Fironika Kusumadewi, S.Pd., M.Pd
Disusun oleh :
1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, kami tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada
Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
makalah “Membangun Sekolah Progresif Berbasis Karakter” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Karakter SD. Kami berharap makalah
tentang “Membangun Sekolah Progresif Berbasis Karakter” ini dapat bermanfaat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan
dan kekurangan. Kami terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun materinya, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
2
Semarang, 10 Maret 2021
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………….………………..……………………….…2
DAFTAR ISI…………………………………………......……………………........................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………….…………………………..…………4
B. Rumusan Masalah................................……………......................................................5
C. Tujuan….....................……………………………….……………………..…………5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...…………………………………….........…………………...................13
B. Saran……...…………………………………………..................................................13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..........................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyambut era yang disebut MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), seluruh se-kolah
di Indonesia mesti mulai ber benah,dan bahkan perlu melakukan reformasi
menyeluruh sehubungan dengan manajemen dan pengelolaan pendidikan.
Harapannya, se-kolah lebih siap menghadapi tantangan MEA.Tak heran, belakangan
ramai perbincangan mengenai model sekolah yang komprehensif dan fleksibel,
sehingga setelah lulus dari sekolah, para siswa dapat memainkan fungsi dan perannya
dalam kehidupan masyarakat yang kompetitif. Hal inilah yang melatar belakangi
urgensitas kehadiran model sekolah progresif, yang dirancang sedemikian rupa
sehingga memberikan ruang bagi siswa untuk pengembangan potensinya secara
kreatif dan dinamis dalam suasana yang demokratis, syarat dengan kebersamaan dan
mengedepankan pentingnya tanggung jawab. Sekolah progresif menghendaki lahirnya
lulusan-lulusan yang bisa memahami situasi dan keadaan masyarakat dengan segala
faktor yang dapat mendukung mereka dalam menjemput sukses dan memenangkan
situasi kompetitif. Memang cukup banyak sekolah di Indonesia dalam beberapa tahun
belakangan ini yang mulai sadar tentang urgensitas pendidikan berperspektif global
yang tentunya sejalan dengan cita-cita dari sekolah progresif. Hal ini tentu positif
terutama dalam menyambut MEA. MEA seperti yang kita mengerti telah menciptakan
situasi kompetitif yang berarti sekolah-sekolah mesti mampu menjawab kebutuhan
pasar akan tenaga kerja. Dari rahim sekolah mesti lahir lulusan-lulusan yang
berkualitas dan mampu bersaing dengan ketat dalam pasar dunia. MEA yang ditandai
dengan perdagangan bebas terutama dalam lingkup ASEAN jelas akan menjadi arena
persaingan “para pekerja”. Jangan sampai sekolah-sekolah justru melahirkan lulusan-
lulusan yang menjadi “budak” dinegerinya sendiri pada pola pendidikan tradisional
yang selama ini berlaku, belajar kehilangan esensinya. Sekolah layaknya sebuah
penjara. Di penjara yang bernama sekolah itu, siswa-siswa dipaksa belajar serius, tapi
yang dicari bukanlah ilmu pengetahuan, melainkan nilai dalam bentuk tampilan
“angka-angka”. Di sekolah, siswa diajarkan tips dan trik menaklukkan soal-soal ujian
dengan cara SMART, dengan tujuan supaya siswa dapat lulus ujian nasional. Namun
siswa tidak diajarkan tentang bagaimana mereka dapat mengalami dan menghadapi
“dunia nyata”. Jika seperti ini yang terjadi, sungguh sekolah menjadi seperti fase di
tengah gurun pasir, karena sepinya nuansa kreatifitas apalagi inovasi.
4
hanya aspek berpikir (kognitif), tapi juga aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap
(afektif). Sehingga sekolah dapat disebut sebagai tempat pengembangan diri siswa
dan sebagai pusat pembudayaan bagi siswa.
Sekolah harus menjadi instrumen pendidikan yang mampu mencetak individu yang
berkualitas. Dalam hal tersebut, tentu perlu adanya strategi dalam membangun
Sekolah Berkarakter seperti Sekolah Progresif Berbasis Karakter.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sekolah progresif berbasis karakter?
2. Bagaimana pandangan pendidikan progresif?
3. Bagaimana karakteristik pendidikan progresif?
4. Bagaimana prinsip-prinsip mendasar sekolah progresif?
5. Bagaimana pembelajaran progresif berbasis karakter?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang sekolah progresif berbasis karakter.
2. Untuk mengetahui pandangan pendidikan progresif.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan progresif.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip mendasar sekolah progresif.
5. Untuk mengetahui pembelajaran progresif berbasis karakter.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan kondisi yang ada seperti diatas muncul pertanyaan di benak kita,
“Sesungguhnya apa kekurangan dari sistem pedidikan yang telah kita jalani selama ini
?”
6
peserta didik ingin memahami tentang lingkungan dimana dia berada, baik
lingkungan personal (individu) ataupun kolektip ( sosial ).
Menurut Dewey terdapat tiga tingkatan kegiatan yang bisa dipergunakan di sekolah :
1. Tingkatan pertama untuk anak pada pendidikan prasekolah, pada anak tingkatan
ini diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangn kemampuan panca indra
dan pengembanan koordinasi fisik.
2. Tingkatan kedua pembelajaran haruslah menggunakan bahan – bahan belajar yang
bersumber pada lingkungan. Diperlukan berbagai variasi bahan belajar yang dapat
menumbuhkan minat dan kreatifitas siswa dalam belajar.
3. Tingkatan ketiga yaitu tingkatan dimana anak akan menemukan ide – ide atau
gagasan, mengujinya, dan menggunakan ide – ide atau gagasan tersebut untuk
memecahkan persoalan atau masalah - masalah yang sejenis.
Pandangan Dewey di atas tentunya tidak jauh berbeda dengan pandangan beberapa
ahli pendidikan yang lain, sebut saja Piaget (Sumantri M, & Syaodin N ; hal.1.15 )
yang mengkategorikan perkembangan belajar anak dalam 4 tingkatan, yaitu :
1. Tahap sensori motor ( 0;0 - 2;0 tahun )
2. Tahap praoprasional ( 2;0 – 7;0 tahun )
3. Tahap oprasional kongkrit ( 7;0 – 11;0 )
4. Tahap oprasional formal ( 11;0 – 15;0 )
Menurut Dewey, harus terjadi perubahan dalam situasi pendidikan. Dia ingin adanya
perubahan dalam beberapa hal dengan jalan :
1. Memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara perorangan.
2. Memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar melalui pengalaman.
3. Memberi motivasi, dan bukan perintah. Ini berarti memberikan tujuan yang dapat
menjelaskan arah kegiatan belajar yang merupakan kegiatan pokok anak didik.
4. Mengikutsertakan murid di dalam setiap aspek kehidupan sekolah (mencakup
pengajaran, administrasi, dan bimbingan)
7
5. Menyadarkan murid, bahwa hidup itu dinamis. Karena itu murid harus dihadapkan
dengan dunia yang selalu berubah dengan kemerdekaan beraktivitas, dengan
orientasi kehidupan masa kini.
8
kemampuan berpikir siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara
sistematis melalui cara-cara ilmiah.
Berikut ini prinsip-prinsip mendasar dari sekolah progresif yang relevan untuk
menyiapkan lulusan-lulusan sekolah yang siap menyongsong MEA yang kompetitif :
1. Siswa diperlakukan sebagai subjek aktif, bukan sebagai subjek pasif.
Pada konteks ini sekolah progresif tidak saja sedang menyiapkan siswa-siswa
yang “kelak” lulus mampu hidup di tengah-tengah masyarakat, tetapi dalam artian
“telah” siap hidup di tengah-tengah masyarakat. Kecuali itu, sekolah progresif
tidak kaku dalam memandang kurikulum pembelajaran. Sekolah progresif juga
tidak menyetujui model pendidikan dengan disiplin ketat dan menjadikan siswa
sebagai subjek yang pasif. Selaras dengan pandangan progresivisme seumumnya,
siswa bukanlah sekumpulan individu yang pasif, melainkan manusia seutuhnya
yang bertumbuh dan berkembang selaras dengan interaksi yang mereka lakukan
dengan lingkungan sekitarnya. Sekolah progresif membawa asumsi bahwa realitas
bukanlah sesuatu yang mati dan tidak berubah, melainkan sesuatu yang dinamis
dan berubah (Dewey 2004: x). Hal ini sejalan dengan filsafat progresivisme yang
menaruh kepercayaan tinggi pada kekuatan alamiah manusia di manackekuatan
inilah yang diwarisi semua orangcsejak lahir. Sebagai seorang manusia, siswa-
siswa sejak lahir telah membawa bakat danckemampuan atau potensi dasar
terutama daya akalnya. Dengan daya akalnya tersebut,siswa mampu mengatasi
segala masalah yang ia hadapi baik berupa tantangan, hambatan, ancaman,
maupun gangguan-gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya. Potensi-
potensi yang dipunyai siswa mengandung kekuatan-kekuatan yang mesti dapat
diperhatkan dan dikembangkan oleh seorang guru. Sebagaimana pendapat
Jalaluddin dan Idi(1997: 74), sebagai makhluk biologis siswa mesti diposisikan
sebagai “manusia yang utuh”, yang dihormati harkat dan martabatnya sebagai
manusia, atau sebagai pelaku hidupnya.
9
metode dan kebijakan perencanaan pembelajarannya, seiring dengan
perkembangan zaman, yang juga erat kaitannya dengan kemajuan sains dan
teknologi serta perubahan lingkungan tempat di mana pembelajaran siswa
seharusnya berlangsung. Intinya memang bukan terletak pada ikhtiar siswa
menyesuaikan diri dengan masyarakat atau dunia luar sekolah, dan demikian
pulabukan terletak dalam ikhtiar siswa untuk menyesuaikan dirinya dengan
standar kebaikan atau kebenaran, melainkan sebagaiikhtiar yang terus-menerus
dalam menyusun kembali (rekonstruksi) dan menata ulang (re-organisasi)
pengalaman hidup siswa sebagai subjek didik.
10
Keberhasilan sekolah progresif dalam menyiapkan lulusan-lulusan sekolah yang
siap bersaing pada MEA, tergantung daris ejauhmana kemampuan guru-guru di
sekolah dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang tepat untuk
bersaing di MEA. Sekolah progresif mesti mampu mencetak lulusan-lulusan yang
cepat, kuat, dan mampu menganalisis kompleksitas dan keadaan ketidakpastian
yang sedang mereka hadapi dalam persaingan pasar kerja. Disadari bersama,
dunia yang begitu cepat berubah tentu mensyaratkan seseorang mampu belajar
lebih cepat. Keadaan dunia yang makin syarat kompleksitas juga menuntut
seseorang mampu menganalisis setiap situasi secara logis dan memecahkan
masalah-masalah yang mereka hadapi secara kreatif.
11
3. Mengumpulkan informasi terkait masalah yang menjadi fokus kajian kelas
Pada langkah ini kelas difasilitasi untuk mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam rangka pemecahan masalah tersebut dari berbagai sumber
informasi yang relevan dan tersedia, seperti perpustakaan, media massa, kalangan
profesional dan ahli, pejabat pemerintah, organisasi non pemerintah, dan tokoh
serta anggota masyarakat.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah Progresif Berbasis Karakter adalah sekolah yang menerapkan pendidikan
progresif dengan berdasar pada implementasi nilai-nilai karakter supaya menjadi
budaya sekolah yang berkarakter. Pembelajaran di sekolah ini menyediakan
pengalaman-pengalaman belajar siswa agar potensi siswa dapat berkembang
secara optimal dalam segala aspek terutama aspek afektifnya sehingga tercipta
budaya sekolah berkarakter.
Sekolah progresif lebih siap menghadapi tantangan MEA. Hal ini karena seko-lah
progresif merupakan model sekolah yangkomprehensif dan fleksibel, sehingga
setelahlulus dari sekolah, para siswa dapat memain-kan fungsi dan perannya
dalam kehidupanmasyarakat yang kompetitif.Beberapa prinsip mendasar
sekolahprogresif antara lain:1. Siswa diperlakukan sebagai subjek aktif,bukan
sebagai subjek pasif;2. Fungsi guru sebatas fasilitator pembelaja-ran;3. Proses
pembelajaran berpusat pada siswa;4. Sekolah adalah miniatur masyarakat;5.
Fokus pembelajaran di sekolah adalah un-tuk memecahkan masalah;6. Atmosfer
sekolah harus kooperatif dandemokratisSimpulannya, sekolah progresif
yangdikembangkan dari ide-ide progresivismemenghendaki rancangan sekolah
yang dapatdisesuaikan dengan kebutuhan riil mas-yarakat. Sekolah progresif yang
berangkatdari ide-ide progresivisme sebagai sebuahaliran dalam filsafat
pendidikan yang tum-buh dan berkembang pada masyarakat Barat.Meskipun
tumbuh dan berkembang di Barat,ini tidak berarti progresivisme tidak cocok
dengan konteks keindonesiaan. Justru se-baliknya menurut penulis,
progresivismemenjadi relevan untuk diadopsi, mengingatpen tingnya kesiapan-
kesiapan sekolah men-jelang MEA.
B. Saran
Pengetahuan mengenai Membangun Sekolah Progresif Berbasis Karakter penting
untuk dipahami setiap insan akademika terutama calon pendidik. Dengan
memahami pengetahuan tersebut calon pendidik dapat mengimplementasikan
dengan baik proses pembelajaran berbasis karakter sehingga terselenggaranya
13
pendidikan manusia seutuhnya dapat tercapai dan melalui pendidikan dapat
tercipta generasi bangsa masa depan yang gemilang dan utuh.
DAFTAR PUSTAKA
14