Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

Membangun Sekolah Progresif Berbasis Karakter

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Karakter SD dosen
pengampu Rida Fironika Kusumadewi, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :

Achmad Zahid Ma’shum (34302000007)

Zainal Abidin (34302000091)

1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, kami tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada
Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
makalah “Membangun Sekolah Progresif Berbasis Karakter” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Karakter SD. Kami berharap makalah
tentang “Membangun Sekolah Progresif Berbasis Karakter” ini dapat bermanfaat.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan
dan kekurangan. Kami terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun materinya, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2
Semarang, 10 Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………….………………..……………………….…2

DAFTAR ISI…………………………………………......……………………........................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………….…………………………..…………4
B. Rumusan Masalah................................……………......................................................5
C. Tujuan….....................……………………………….……………………..…………5

BAB II PEMBAHASAN

A. Sekolah progresif berbasis karakter…………………………………………………...6


B. Pandangan pendidikan progresif………………………………………………………6
C. Karakteristik pendidikan progresif…………………………………………………….8
D. Prinsip-prinsip mendasar sekolah progresif…………………………………………...9
E. Pembelajaran progresif berbasis karakter……………………………………............11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...…………………………………….........…………………...................13
B. Saran……...…………………………………………..................................................13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..........................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyambut era yang disebut MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), seluruh se-kolah
di Indonesia mesti mulai ber benah,dan bahkan perlu melakukan reformasi
menyeluruh sehubungan dengan manajemen dan pengelolaan pendidikan.
Harapannya, se-kolah lebih siap menghadapi tantangan MEA.Tak heran, belakangan
ramai perbincangan mengenai model sekolah yang komprehensif dan fleksibel,
sehingga setelah lulus dari sekolah, para siswa dapat memainkan fungsi dan perannya
dalam kehidupan masyarakat yang kompetitif. Hal inilah yang melatar belakangi
urgensitas kehadiran model sekolah progresif, yang dirancang sedemikian rupa
sehingga memberikan ruang bagi siswa untuk pengembangan potensinya secara
kreatif dan dinamis dalam suasana yang demokratis, syarat dengan kebersamaan dan
mengedepankan pentingnya tanggung jawab. Sekolah progresif menghendaki lahirnya
lulusan-lulusan yang bisa memahami situasi dan keadaan masyarakat dengan segala
faktor yang dapat mendukung mereka dalam menjemput sukses dan memenangkan
situasi kompetitif. Memang cukup banyak sekolah di Indonesia dalam beberapa tahun
belakangan ini yang mulai sadar tentang urgensitas pendidikan berperspektif global
yang tentunya sejalan dengan cita-cita dari sekolah progresif. Hal ini tentu positif
terutama dalam menyambut MEA. MEA seperti yang kita mengerti telah menciptakan
situasi kompetitif yang berarti sekolah-sekolah mesti mampu menjawab kebutuhan
pasar akan tenaga kerja. Dari rahim sekolah mesti lahir lulusan-lulusan yang
berkualitas dan mampu bersaing dengan ketat dalam pasar dunia. MEA yang ditandai
dengan perdagangan bebas terutama dalam lingkup ASEAN jelas akan menjadi arena
persaingan “para pekerja”. Jangan sampai sekolah-sekolah justru melahirkan lulusan-
lulusan yang menjadi “budak” dinegerinya sendiri pada pola pendidikan tradisional
yang selama ini berlaku, belajar kehilangan esensinya. Sekolah layaknya sebuah
penjara. Di penjara yang bernama sekolah itu, siswa-siswa dipaksa belajar serius, tapi
yang dicari bukanlah ilmu pengetahuan, melainkan nilai dalam bentuk tampilan
“angka-angka”. Di sekolah, siswa diajarkan tips dan trik menaklukkan soal-soal ujian
dengan cara SMART, dengan tujuan supaya siswa dapat lulus ujian nasional. Namun
siswa tidak diajarkan tentang bagaimana mereka dapat mengalami dan menghadapi
“dunia nyata”. Jika seperti ini yang terjadi, sungguh sekolah menjadi seperti fase di
tengah gurun pasir, karena sepinya nuansa kreatifitas apalagi inovasi.

Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang berusaha memberi bekal


kehidupan kepada siswa dengan melalui program pengajaran dan pembelajaran. Bekal
tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan dapat
membantu siswa dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. Dalam hal ini
kemampuan yang perlu dikembangkan pada diri siswa meliputi semua aspek, tidak

4
hanya aspek berpikir (kognitif), tapi juga aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap
(afektif). Sehingga sekolah dapat disebut sebagai tempat pengembangan diri siswa
dan sebagai pusat pembudayaan bagi siswa.
Sekolah harus menjadi instrumen pendidikan yang mampu mencetak individu yang
berkualitas. Dalam hal tersebut, tentu perlu adanya strategi dalam membangun
Sekolah Berkarakter seperti Sekolah Progresif Berbasis Karakter.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sekolah progresif berbasis karakter?
2. Bagaimana pandangan pendidikan progresif?
3. Bagaimana karakteristik pendidikan progresif?
4. Bagaimana prinsip-prinsip mendasar sekolah progresif?
5. Bagaimana pembelajaran progresif berbasis karakter?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang sekolah progresif berbasis karakter.
2. Untuk mengetahui pandangan pendidikan progresif.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan progresif.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip mendasar sekolah progresif.
5. Untuk mengetahui pembelajaran progresif berbasis karakter.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekolah Progresif Berbasis Karakter


Sekolah Progresif Berbasis Karakter adalah sekolah yang menerapkan pendidikan
progresif dengan berdasar pada implementasi nilai-nilai karakter supaya menjadi
budaya sekolah yang berkarakter. Pembelajaran di sekolah ini menyediakan
pengalaman-pengalaman belajar siswa agar potensi siswa dapat berkembang secara
optimal dalam segala aspek terutama aspek afektifnya sehingga tercipta budaya
sekolah berkarakter. Untuk meningkatkan pendidikan yang berlangsung di Indonesia,
perlu ditekankan adanya pendidikan progresif. Pendidikan progresif ialah proses
pendidikan yang lebih menekankan pada arah peningkatan kemajuan secara
berkelanjutan. Pendidikan progresif bertujuan untuk memperbaiki suatu sistem
pendidikan yang sudah dijalankan tetapi belum mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Pendidikan progresif dapat dicapai salah satunya melalui pendidikan
karakter.

Pendidikan progresif dengan mengedepankan pendidikan karakter bagi para peserta


didik dapat dipandang sebagai sarana yang efektif bagi pendidikan kaum muda.
Keberhasilan pendidikan tersebut nantinya bermuara bagi pembentukan warga negara
Indonesia yang memiliki kepribadian cardas dan utuh. Hal ini tentunya senada dengan
cita-cita yang diamanahkan dalam undang-undang dasar tahun 1945 untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan kata lain, dengan karakter tersebut, tidak
menutup kemungkinan bangsa Indonesia akan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa
lain di seluruh dunia.

B. Pandangan Pendidikan Progresif


Pendidikan yang kita jalani sering dianggap oleh sebagian masyarakat hanya mampu
melahirkan gelar-gelar saja. Mereka kecewa dengan pendidikan yang telah mereka
jalani. Mereka tidak dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya,
bahkan tidak sedikit pula diantara mereka yang berpendidikan tinggi akhirnya hanya
jadi pengangguran.

Dengan kondisi yang ada seperti diatas muncul pertanyaan di benak kita,
“Sesungguhnya apa kekurangan dari sistem pedidikan yang telah kita jalani selama ini
?”

Berdasarkan studi pikologi belajar serta sosiologi pendidikan, maka masyarakat


pendidikan menghendaki agar proses pembelajaran harus dapat memperhatikan minat,
kebutuhan, dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai
tujuan-tujuan sosial sekolah. Salah satu teori yang mendukung gagasan ini adalah
teori belajar Progresif yang dikemukakan oleh John Dewey. Teori Progresivisme
sebetulnya merupakan perluasan pikiran-pikiran pragmatisme pendidikan. Teori ini
memandang peserta didik sebagai makhluk sosial yang aktif, dan dia percaya bahwa

6
peserta didik ingin memahami tentang lingkungan dimana dia berada, baik
lingkungan personal (individu) ataupun kolektip ( sosial ).

Menurut Dewey terdapat tiga tingkatan kegiatan yang bisa dipergunakan di sekolah :
1. Tingkatan pertama untuk anak pada pendidikan prasekolah, pada anak tingkatan
ini diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangn kemampuan panca indra
dan pengembanan koordinasi fisik.
2. Tingkatan kedua pembelajaran haruslah menggunakan bahan – bahan belajar yang
bersumber pada lingkungan. Diperlukan berbagai variasi bahan belajar yang dapat
menumbuhkan minat dan kreatifitas siswa dalam belajar.
3. Tingkatan ketiga yaitu tingkatan dimana anak akan menemukan ide – ide atau
gagasan, mengujinya, dan menggunakan ide – ide atau gagasan tersebut untuk
memecahkan persoalan atau masalah - masalah yang sejenis.

Pandangan Dewey di atas tentunya tidak jauh berbeda dengan pandangan beberapa
ahli pendidikan yang lain, sebut saja Piaget (Sumantri M, & Syaodin N ; hal.1.15 )
yang mengkategorikan perkembangan belajar anak dalam 4 tingkatan, yaitu :
1. Tahap sensori motor ( 0;0 - 2;0 tahun )
2. Tahap praoprasional ( 2;0 – 7;0 tahun )
3. Tahap oprasional kongkrit ( 7;0 – 11;0 )
4. Tahap oprasional formal ( 11;0 – 15;0 )

Sedangkan menurut Bruner ( Sumantri M. dan Permana J. hal. 24 ), guru


mengembangkan belajar anak dengan cara menyediakan situasi nyata bagi terjadinya
eksplorasi yang aktif di pihak anak; dimolai dari format atau bentuk bentuk yang
berada disekitar kehidupan si anak, peran dan kegiatan– kegiatan lalu yang telah biasa
dilakukan si anak itu, untuk kemudian menggunakan bahasa yang lebih kompleks.

Dewey ( Tilaar: 2000 ) juga mengemukakan bahwa, Pendidikan merupakan proses


sosial bagi orang yang belum dewasa ( Anak-anak ) untuk menjadi bagian yang aktif
dan partisipatif dalam masyarakat. Sekolah adalah lingkungan khusus yang dibentuk
oleh anggota masyarakat dengan tujuan untuk menyederhanakan, memudahkan dan
menyatukan pengalaman – pengalaman sosial agar dapat dipahami, diuji dan
digunakan oleh anak itu sendiri dalam kehidupan sosial.

Pendidikan haruslah mampu mengembangkan kemampuan personal dan sosial peserta


didik. Oleh karena itu peran pendidikan adalah membangun kembali pengalaman
yang mampu memberikan makna terhadap kehidupan peserta didik dan yang dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan persoalan – persoalan
yang dihadapi dimasa kini dan masa yang akan datang.

Menurut Dewey, harus terjadi perubahan dalam situasi pendidikan. Dia ingin adanya
perubahan dalam beberapa hal dengan jalan :
1. Memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara perorangan.
2. Memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar melalui pengalaman.
3. Memberi motivasi, dan bukan perintah. Ini berarti memberikan tujuan yang dapat
menjelaskan arah kegiatan belajar yang merupakan kegiatan pokok anak didik.
4. Mengikutsertakan murid di dalam setiap aspek kehidupan sekolah (mencakup
pengajaran, administrasi, dan bimbingan)

7
5. Menyadarkan murid, bahwa hidup itu dinamis. Karena itu murid harus dihadapkan
dengan dunia yang selalu berubah dengan kemerdekaan beraktivitas, dengan
orientasi kehidupan masa kini.

C. Karakteristik Pendidikan Progresif


Karakteristik pemikiran pendidikan yang dikembangkan progresivisme sebagaimana
dijelaskan Barnadib (1987: 34-35), sebagai berikut:
1. Progresivisme mempunyai konsep yang berdasar pada pengetahuan dan
kepercayaan bahwa setiap orang mempunyai potensi atau kemampuan yang wajar
dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah-masalah yang timbul, di mana
masalah-masalah tersebut dapat saja mengancam eksistensi seseorang.
2. Progresivisme memandang bahwa model pendidikan otoriter tidak seharusnya
dikembangkan, oleh karena kurang menghargai dan memberikan tempat
semestinya pada potensi dan kemampuan siswa. Model pendidikan otoriter
berseberangan dengan tujuan progresivisme, yang menghendaki guru sebatas
“motor penggerak” siswa dalam pencapaian kemajuan atau progress.
3. Karena kemajuan atau progress menjadi inti perhatian progresivisme, maka
beberapa ilmu pengetahuan yang berkembang mesti mendukung kebudayaan yang
berjalan menapaki kemajuan. Biologi, antropologi, psikologi dan ilmu-ilmu alam
lain, adalah riil mendukung kemajuan dan perkembangan pragmatisme.
4. Ontologi dari progresivisme mendukung teori evolusi, di mana pengalaman
diartikan sebagai ciri dan dinamika kehidupan seseorang. Hidup adalah berjuang,
bertindak dan berbuat. Pada konteks ini, pengalaman adalah seseorang sebagai
sebuah hal yang penting.
5. Progresivisme membedakan antara pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan
adalah sekumpulan kesan-kesan dan penerangan-penerangan yang berhimpun dari
pengalaman serta siap untuk digunakan. Sementara kebenaran merupakan hasil
tertentu dari sebuah usaha untuk mengetahui, memiliki, dan mengarahkan
beberapa segmentasi pengetahuan agar bermanfaat dalam penyelesaian sebuah
masalah tertentu. Pada konteks ini, kecerdasan menjadi sebuah faktor utama yang
mempunyai kedudukan sentral. Kecerdasan sebagai faktor yang mempertahankan
adanya hubungan antara seseorang dan lingkungan, baik berupa lingkungan fisik
atau lingkungan budaya. Kecerdasan juga membangun hubungan baik seseorang
dengan sesamanya.
6. Ciri lain dari progresivisme adalah pandangannya mengenai belajar. Belajar
menurut progresivisme bertumpu pada pandangan bahwa siswa sebagai makhluk
yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Kecuali
itu, menjadi menipisnya “dinding pemisah” antara sekolah dan masyarakat
menjadi landasan pengembangan ide-ide pendidikan progresivisme di kemudian
hari.
7. Sebagai makhluk, siswa dibekali Tuhan dengan akal dan kecerdasan sebagai
potensi yang merupakan kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk lain. Seorang
siswa cerdas yang kreatif serta dinamis mempunyai bekal lebih terutama dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah. Karena itu “pencerdasan siswa”
merupakan tugas pokok lapangan pendidikan.

Berdasarkan paparan di atas, progresivisme sebagai sebuah aliran yang menekankan


bahwa hakikatnya pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan
pada siswa, melainkan juga serangkaian aktifitas yang mengarah pada pelatihan

8
kemampuan berpikir siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara
sistematis melalui cara-cara ilmiah.

D. Prinsip-Prinsip Mendasar Sekolah Progresif


Sekolah progresif relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia menyongsong
MEA. Sekolah progresif, yang dirancang sedemikian rupa sehingga memberikan
ruang bagi siswa untuk pengembangan potensinya secara kreatif dan dinamis dalam
suasana yang demokratis, syarat dengan kebersamaan dan mengedepankan
pentingnya tanggung jawab. Sekolah progresif menghendaki lahirnya lulusan-lulusan
yang bisa memahami situasi dan keadaan masyarakat dengan segala faktor yang dapat
mendukung merekadalam menjemput sukses dan memenangkan situasi kompetitif.

Berikut ini prinsip-prinsip mendasar dari sekolah progresif yang relevan untuk
menyiapkan lulusan-lulusan sekolah yang siap menyongsong MEA yang kompetitif :
1. Siswa diperlakukan sebagai subjek aktif, bukan sebagai subjek pasif.
Pada konteks ini sekolah progresif tidak saja sedang menyiapkan siswa-siswa
yang “kelak” lulus mampu hidup di tengah-tengah masyarakat, tetapi dalam artian
“telah” siap hidup di tengah-tengah masyarakat. Kecuali itu, sekolah progresif
tidak kaku dalam memandang kurikulum pembelajaran. Sekolah progresif juga
tidak menyetujui model pendidikan dengan disiplin ketat dan menjadikan siswa
sebagai subjek yang pasif. Selaras dengan pandangan progresivisme seumumnya,
siswa bukanlah sekumpulan individu yang pasif, melainkan manusia seutuhnya
yang bertumbuh dan berkembang selaras dengan interaksi yang mereka lakukan
dengan lingkungan sekitarnya. Sekolah progresif membawa asumsi bahwa realitas
bukanlah sesuatu yang mati dan tidak berubah, melainkan sesuatu yang dinamis
dan berubah (Dewey 2004: x). Hal ini sejalan dengan filsafat progresivisme yang
menaruh kepercayaan tinggi pada kekuatan alamiah manusia di manackekuatan
inilah yang diwarisi semua orangcsejak lahir. Sebagai seorang manusia, siswa-
siswa sejak lahir telah membawa bakat danckemampuan atau potensi dasar
terutama daya akalnya. Dengan daya akalnya tersebut,siswa mampu mengatasi
segala masalah yang ia hadapi baik berupa tantangan, hambatan, ancaman,
maupun gangguan-gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya. Potensi-
potensi yang dipunyai siswa mengandung kekuatan-kekuatan yang mesti dapat
diperhatkan dan dikembangkan oleh seorang guru. Sebagaimana pendapat
Jalaluddin dan Idi(1997: 74), sebagai makhluk biologis siswa mesti diposisikan
sebagai “manusia yang utuh”, yang dihormati harkat dan martabatnya sebagai
manusia, atau sebagai pelaku hidupnya.

2. Fungsi guru sebatas fasilitator pembelajaran.


Sekolah progresif menghendaki fungsi guru sebatas fasilitator pembelajaran yaitu
sebagai penasihat, pembimbing atau pemandu daripada rujukan otoriter yang tak
bisa dibantah di kelas. Pada konteks ini, pendidikan yang dikembangkan sekolah
progresif merupakan suatu proses penggalian dan pengalaman secara kontinyu
atau terus-menerus. Karenanya pendidikan yang dikembangkan sekolah progresif
berpusat pada kondisi konkret siswa sebagai subjek didik, terutama berdasarkan
minat, bakat, dan kemampuan serta kepekaan terhadap dinamika perubahan yang
terus terjadi dalam masyarakat. Guru-guru mesti selalu siap sedia untuk mengubah

9
metode dan kebijakan perencanaan pembelajarannya, seiring dengan
perkembangan zaman, yang juga erat kaitannya dengan kemajuan sains dan
teknologi serta perubahan lingkungan tempat di mana pembelajaran siswa
seharusnya berlangsung. Intinya memang bukan terletak pada ikhtiar siswa
menyesuaikan diri dengan masyarakat atau dunia luar sekolah, dan demikian
pulabukan terletak dalam ikhtiar siswa untuk menyesuaikan dirinya dengan
standar kebaikan atau kebenaran, melainkan sebagaiikhtiar yang terus-menerus
dalam menyusun kembali (rekonstruksi) dan menata ulang (re-organisasi)
pengalaman hidup siswa sebagai subjek didik.

3. Proses pembelajaran berpusat pada siswa.


Sekolah progresif menghendaki siswa-siswa mampu menafsirkan dan memaknai
rangkaian pengalamannya sendiri sedemikian rupa, sehingga ia dapat bertumbuh
dan berkembang melalui pengayaan dari pengalamannya sendiri. Dalam sekolah
progresif, tumbuh kembang siswa sebagai subjek didik yang dilakukan melalui
penyusunan kembali dan penataan ulang pengalaman menjadi hakikat
pembelajaran bahkan sebagai tujuan pembelajaran itu sendiri.

4. Sekolah adalah miniatur masyarakat.


Sekolah adalah miniatur (sebuah rekaan dunia) masyarakat. Karena itu,
pembelajaran pada sekolah progresif disetting dengan setting sosial yang sama
dengan keadaan riil masyarakat. Berdasarkan konsep ini, siswa-siswa pada
sekolah progresif diajak belajar langsung menyelami kehidupannya diluar sekolah
sebagaimana pengalamannya. Hal ini karena paradigma sekolah progresif
menggiring sebuah konsep bahwa “pendidikan berarti kehidupan itu sendiri” dan
tidak mengambil tempat terpisah dari dunia nyatahanya karena sekat-sekat
dinding sekolah.

5. Fokus pembelajaran di sekolah adalah untuk memecahkan masalah.


Pemikiran semacam ini didasarkan pada penekanan kalangan progresif terhadap
urgensitas pengalaman. Karena itu pada sekolah progresif, pengetahuan tidak
seharusnya datang dan dibagi oleh guru-guru mereka. Pengetahuan tidak
seharusnya selalu dialihkan dari guru ke siswa. Idealnya, pengetahuan siswa
muncul dari kemampuan dan pengalaman siswa itu sendiri. Pola pembelajaran ini
relevan dengan sekolah progresif. Pada sekolah progresif belajar, yang menjadi
arus utama pembelajaran adalah bagaimana mengkondisikan siswa belajar
memecahkan masalah. Karenanya, seorang siswa hendaknya dapat diajak
menyelami atau bahkan memprediksi mengenai keterampilan-keterampilan apa
yang seharusnya mereka siapkan untuk masa depan mereka. Belajar tentang
bagaimana berpikir secara logis dan kreatif juga sebuah hal yang sangat penting
bagi seseorang dalam memecahkan masalah.

6. Atmosfer sekolah harus kooperatif dan demokratis.


Pemikiran demikian merupakanpengembangan lebih lanjut dari kepercayaan
kalangan progresif bahwa sekolah adalah miniatur dari masyarakat yang lebih luas
(besar). Bahwa pendidikan adalah kehidupan itu sendiri lebih dari sekedar sebuah
persiapan untuk hidup (Dewey, 2004: 148-155). Sebagaimana juga diterangkan
sebelumnya, siswa-siswa pada sekolah progresif diajak belajar langsung
menyelami kehidupannya di luar sekolah sebagaimana pengalamannya. Sebab
itulah perlu berkembang atmosfer sekolah yang kooperatif dan demokratis.

10
Keberhasilan sekolah progresif dalam menyiapkan lulusan-lulusan sekolah yang
siap bersaing pada MEA, tergantung daris ejauhmana kemampuan guru-guru di
sekolah dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang tepat untuk
bersaing di MEA. Sekolah progresif mesti mampu mencetak lulusan-lulusan yang
cepat, kuat, dan mampu menganalisis kompleksitas dan keadaan ketidakpastian
yang sedang mereka hadapi dalam persaingan pasar kerja. Disadari bersama,
dunia yang begitu cepat berubah tentu mensyaratkan seseorang mampu belajar
lebih cepat. Keadaan dunia yang makin syarat kompleksitas juga menuntut
seseorang mampu menganalisis setiap situasi secara logis dan memecahkan
masalah-masalah yang mereka hadapi secara kreatif.

E. Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter


Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah pembelajaran yang didasarkan pada
kepentingan siswa dengan mengimplementasikan nilai-nilai karakter. Pembelajaran
yang dilaksanakan berbasis pengalaman dan menekankan pada pemecahan masalah
yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran Progresif timbul sebagai reaksi terhadap
kekurangan-kekurangan Pembelajaran Tradisional. Program pendidikan progresif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Penekanan pada learning by doing, pembelajaran ekspedisi, pengalaman belajar
2. Kurikulum terpadu difokuskan pada unit tematik
3. Integrasi kewirausahaan dalam pendidikan
4. Penekanan kuat pada pemecahan masalah dan berpikir kritis
5. Kelompok kerja dan pengembangan keterampilan sosial
6. Memahami dan tindakan sebagai tujuan belajar sebagai lawan pengetahuan
hafalan
7. Proyek pembelajaran kolaboratif dan kooperatif
8. Pendidikan untuk tanggung jawab sosial dan demokrasi
9. Pemilihan isi pelajaran dengan melihat ke depan untuk meminta keterampilan apa
yang akan dibutuhkan dalam masyarakat masa depan
10. Penekanan pada buku teks yang mendukung sumber daya bervariasi pembelajaran
11. Penekanan pada belajar seumur hidup dan keterampilan sosial
12. Penilaian oleh evaluasi proyek dan produksi anak (berfokus pada proses)
13. Berpusat pada murid (student center)
14. Pendidikan untuk saat ini
15. Positif disiplin
16. Berorientasi pada proses
17. Memanfaatkan beragam cara belajar
18. Konsep yang disajikan untuk penyelidikan oleh murid

Salah satu contoh pelaksanaan Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah


Program “We the Peple. Project Citizen” dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah kebijakan publik yang ada dalam masyarakat
Pada langkah ini kelas difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi berbagai masalah
yang ada di lingkungan masyarakat dengan melalui pengamatan, interview, dan
studi dokumentasi yang dilakukan secara kelompok.

2. Memilih masalah sebagai fokus kajian kelas


Pada langkah ini, kelas difasilitasi untuk mengkaji berbagai masalah itu dan
kemudian memilih satu masalah yang paling layak untuk dipecahkan.

11
3. Mengumpulkan informasi terkait masalah yang menjadi fokus kajian kelas
Pada langkah ini kelas difasilitasi untuk mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam rangka pemecahan masalah tersebut dari berbagai sumber
informasi yang relevan dan tersedia, seperti perpustakaan, media massa, kalangan
profesional dan ahli, pejabat pemerintah, organisasi non pemerintah, dan tokoh
serta anggota masyarakat.

4. Mengembangkan suatu portfolio kelas


Pada langkah ini, kelas mengembangkan portfolio berupa himpunan hasil kerja
kelompok dalam rangka pemecahan masalah tersebut dan menyajikannya secara
keseluruhan dalam bentuk panel pameran yang dapat dilihat bersama, yang
melukiskan saling keterkaitan masalah, alternatif kebijakan, dukungan atas
alternatif kebijakan, dan rencana tindakan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

5. Menyajikan portfolio kelas dalam suatu simulasi dengar pendapat


Pada langkah ini, keseluruhan portfolio yang telah dikembangkan kemudian
disajikan dan dipamerkan kepada sivitas akademika dan masyarakat.

6. Melakukan kajian reflektif atas pengalaman belajar yang dilakukan


Pada langkah terakhir, kembali ke kelas untuk melakukan refleksi atau
pengendapan dan perenungan mengenai hasil belajar yang dicapai melalui seluruh
kegiatan tersebut.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sekolah Progresif Berbasis Karakter adalah sekolah yang menerapkan pendidikan
progresif dengan berdasar pada implementasi nilai-nilai karakter supaya menjadi
budaya sekolah yang berkarakter. Pembelajaran di sekolah ini menyediakan
pengalaman-pengalaman belajar siswa agar potensi siswa dapat berkembang
secara optimal dalam segala aspek terutama aspek afektifnya sehingga tercipta
budaya sekolah berkarakter.

Sekolah progresif lebih siap menghadapi tantangan MEA. Hal ini karena seko-lah
progresif merupakan model sekolah yangkomprehensif dan fleksibel, sehingga
setelahlulus dari sekolah, para siswa dapat memain-kan fungsi dan perannya
dalam kehidupanmasyarakat yang kompetitif.Beberapa prinsip mendasar
sekolahprogresif antara lain:1. Siswa diperlakukan sebagai subjek aktif,bukan
sebagai subjek pasif;2. Fungsi guru sebatas fasilitator pembelaja-ran;3. Proses
pembelajaran berpusat pada siswa;4. Sekolah adalah miniatur masyarakat;5.
Fokus pembelajaran di sekolah adalah un-tuk memecahkan masalah;6. Atmosfer
sekolah harus kooperatif dandemokratisSimpulannya, sekolah progresif
yangdikembangkan dari ide-ide progresivismemenghendaki rancangan sekolah
yang dapatdisesuaikan dengan kebutuhan riil mas-yarakat. Sekolah progresif yang
berangkatdari ide-ide progresivisme sebagai sebuahaliran dalam filsafat
pendidikan yang tum-buh dan berkembang pada masyarakat Barat.Meskipun
tumbuh dan berkembang di Barat,ini tidak berarti progresivisme tidak cocok
dengan konteks keindonesiaan. Justru se-baliknya menurut penulis,
progresivismemenjadi relevan untuk diadopsi, mengingatpen tingnya kesiapan-
kesiapan sekolah men-jelang MEA.

Pembelajaran Progresif Berbasis Karakter adalah pembelajaran yang didasarkan


pada kepentingan siswa dengan mengimplementasikan nilai-nilai karakter.
Pembelajaran yang dilaksanakan berbasis pengalaman dan menekankan pada
pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat. Pembelajaran Progresif timbul
sebagai reaksi terhadap kekurangan-kekurangan Pembelajaran Tradisional.

B. Saran
Pengetahuan mengenai Membangun Sekolah Progresif Berbasis Karakter penting
untuk dipahami setiap insan akademika terutama calon pendidik. Dengan
memahami pengetahuan tersebut calon pendidik dapat mengimplementasikan
dengan baik proses pembelajaran berbasis karakter sehingga terselenggaranya

13
pendidikan manusia seutuhnya dapat tercapai dan melalui pendidikan dapat
tercipta generasi bangsa masa depan yang gemilang dan utuh.

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Syamsul. "Sekolah Progresif." Jurnal At-Turats 10.1 (2016): 3.


Dewey, John. 2004. Experience andEducation: Pendidikan Berbasis Pengalaman.
Terj. Haniah. Jakarta: Teraju.
Iman, Muis Sad. 2004. Pendidikan Partisipatif: Menimbang Konsep Fithrah dan
Progresivitas John Dewey. Yogyakarta: Safitria Insania Press.
Tisa.2012.Kurikulum Progresif.[online].Tersedia:http://tisachan.blogspot.com
/2012/11/kurikulum-progresif.html (24 April 2014)
Anonim.2013.Progressive education.[online].Tersedia:http://en.wikipedia.org/
wiki/Progressive_education

14

Anda mungkin juga menyukai