Anda di halaman 1dari 11

KOMPETENSI GURU BERTINDAK SESUAI NORMA HUKUM

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Guru
Dosen Pengampu: Ambar Widianingtyas.M.Pd

KELOMPOK 4
Clara Elena Indiyanti (201933187)
Rosalia Francisca M.M.P (201933193)
Distia Hilma Damayanti (201933197)
Mushokhikhul Fadlilah (201933215)
Sri Wati (201933216)
Dewi Aisah (201933222)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan ridho-Nya
sehingga kami sebagai penulis bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “KOMPETENSI GURU
BERTINDAK SESUAI NORMA HUKUM”. Kami sebagai penulis dalam penyusunan makalah ini
telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan saya. Namun sebagai manusia biasa,
saya tidak terlepas dari kesalahan dan kekhilafan. Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi
tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa.

Demikianlah makalah ini dibuat, semoga bermanfaat bagi saya, terkhusus pada pembaca. Saya
mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun untuk saya agar nantinya
dapat dipertimbangkan untuk pembuatan makalah selanjutnya

Kudus,18 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu permasalahan besar kemanusiaan yang selalu menjadi
pembahasan aktual, dan dituntut untuk selalu relevan dengan kontunitas dinamika kehidupan
masyarakat. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan yang bertujuan
untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan manusia yang
berkualitas itu sendiri bisa dilihat dari segi pendidikanya.

Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi guru.
Kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan
pembelajaran, pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh kompetensi kepribadian yang
dimilikinya. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme
anak mengikuti kegiatan pembelajaran. Pribadi guru yang santun, respek terhadap siswa, jujur,
ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan dalam
pembelajran apapun jenis mata pelajaranya.

Pribadi dan sikap guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan,
khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk
pribadi peserta didik, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Sangat di
butuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Memahami pengertian dari norma hukum?
2. Bagaimana guru bertindak sesuai dengan norma hukum?
3. Bagaimana solusi pelanggaran yang tidak sesuai norma ?
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian norma hukum
2. Untuk mengetahui bagaimana guru bertindak sesuai dengan norma hukum.
3. Menemukan solusi bagi guru yang melanggar tidak sesuai norma hukum
BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Pengembangan Profesional Guru Sesuai Norma

Kemampuan profesional setiap guru tidaklah sama. Hal ini merupakan dilema didalam
mencapai tujuan pendidikan secara umum. Guru dituntut untuk tanggap terhadap perubahan yang
terjadi pada masyarakat, sebagai akibat dari kemajuan arus informasi dan perkembangan Iptek.
Pengembangan profesi dapat dilakukan oleh diri sendiri, melalui kegigihan dalam melaksanakan
tugasnya. Dipihak lain guru sebagai personil di sekolah, merupakan bawahan kepala sekolah.
Secara langsung kepala sekolah berkewajiban mengembangkan kemampuan profesional guru.
Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang
berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata
lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka
yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena
tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.
Guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal. Dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik,
serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Namun guru bukan hanya cerdas dan
mempunyai gelar, akan tetapi juga mempunyai prilaku yang sesuai dengan norma.
Norma menurut KBBI norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam
masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan dan pengendali tingkah laku, atau aturan, ukuran,
kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai atau membandingkan sesuatu. Menurut
Bagja Waluya adalah wujud konkret dari nilai yang merupakan pedoman, yaitu berisikan suatu
keharusan bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku.
Seorang yang mempunyai kemampuan khusus dalam bidang keguruan yang dimana tingkah
laku, sikap dan perbuatannya dalam keseharian baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan
masyarakat diatur oleh aturan-aturan atau pedoman sosial yang menjadi keharusan untuk dipatuhi.
Jika dilanggar akaan mendapatkan sanksi sesuai dengan norma yang dilanggar. Norma-norma itu
antara lain norma agama, norma hukum, norma sosial, dan norma yang terkait dengan kebudayaan
nasional Indonesia.

3.2 PENGERTIAN NORMA

Norma menurut Bagja Waluya adalah wujud konkret dari nilai yang merupakan pedoman, yaitu
berisikan suatu keharusan bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku. Norma menurut
Isworo Hadi Wiyono adalah peraturan atau petunjuk hidup yang memberi ancar-ancar perbuatan
mana yang boleh dijalankan dan perbuatan mana yang harus dihindari. Norma Menurut Giddens
adalah prinsip atau aturan yang konkret, yang seharusnya diperhatikan oleh masyarakat, sedangkan

Norma menurut Soerjono Soekanto adalah suatu perangkat agar hubungan di dalam suatu
masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Norma-norma mengalami proses
pelembagaan atau melewati suatu norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari
salah satu lembaga masyarakat sehingga norma tersebut dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian
ditaati dalam kehidupan sehari-hari.

Secara umum norma adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai tingkah
laku, sikap, dan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di lingkungan
kehidupannya. Norma-norma itu antara lain norma agama, norma hukum, norma sosial, dan norma
yang terkait dengan kebudayaan nasional Indonesia.

2.3 GURU BERTINDAK SESUAI DENGAN NORMA HUKUM

Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, seperti
pemerintah (eksekutif) dan/atau legislatif yang dengan tegas dapat memaksa setiap warga
negaranya agar berperilaku sesuai dengan hukum yang berlaku. Pelanggaran terhadap hukum
adalah berupa sanksi denda sampai hukum fisik (dipenjara, bahkan hukuman mati).

Dalam pandangan lain, norma hukum adalah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh
lembaga-lembaga negara tertentu. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara. Adapun sumbernya bisa berupa
peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama.

Norma hukum ada yang tertulis dan ada pula yang tidak tertulis. Norma hukum yang tertulis
biasanya dituangkan dalam bentuk peraturan yang tertulis atau disebut juga perundang-undangan.
Perundang-undangan, baik yang sifatnya nasional maupun yang lokal atau daerah, dibuat oleh
lembaga formal yang diberi kewenangan untuk membuatnya.

Oleh karena itu, norma hukum sangat mengikat setiap warga negara. Sementara norma hukum yang
tidak tertulis lazim disebut hukum adat. Pembahasan tentang hukum adat, akan lebih lengkap dalam
norma adat istiadat.

Ketaatan pada norma hukum berkaitan juga dengan kedisplinan. Seorang guru harus benar-benar
disiplin dan taat kepada aturan-aturan hukum yang berlaku, dan aturan-aturan manapun yang telah
disepakati, baik yang berlaku di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Mengingat tugas guru sebagai pendidik dan fungsinya sebagai teladan, maka ketaatan pada norma
hukum harus selalu dijaga oleh guru, dari hal-hal yang sederhana hingga hal-hal yang besar.
Misalnya, membuang sampah pada tempatnya, berpakaian rapi, dan memakai helm atau membawa
perlengkapan yang semestinya ketika berkendaraan motor. Jika, ada guru yang sudah berani
mengakibatkan aturan-aturan yang berlaku, apalagi anak didiknya.

2.4 LATAR BELAKANG

Kepribadian guru adalah suatu masalah yang abstrak hanya dapat dilihat melalui penampilan,
tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan setiap guru mempunyai
pribadi masing-masing sesuai dengan ciri-ciri pribadi yang  dimiliki. Ciri-ciri tersebut tidak dapat
ditiru oleh guru lain karena dengan adanya perbedaan ciri inilah maka kepribadian setiap guru itu
tidak sama. Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan,
khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk
pribadi peserta didik, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Sangat di
butuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya.

Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang
dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karena itu, guru harus selalu
berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan
kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus
mengimplementasikan norma-norma terutama norma hukum. Pribadi dan sikap guru memiliki andil
yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.
Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik, termasuk mencontoh
pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Sangat di butuhkan oleh peserta didik dalam proses
pembentukan pribadinya.

2.5 PELANGGARAN OKNUM GURU YANG TIDAK SESUAI NORMA HUKUM


Guru atau Pendidik adalah : Seorang anggota masyarakat yang berkompeten dan memperoleh
kepercayaan untuk melaksanakan tugas pengajaran transfer nilai kepada murid. kedudukan
fungsional seorang guru atau pendidik melaksanakan tugas atau tanggung jawab sebagai pengajar,
pemimpin dan orang tua serta memberikan contoh yg baik bagi anak didiknya.

Tetapi kenyataan yg terjadi dilingkungan sekolah justru berkebalikan , banyak penyimpangan yg


dilakukan oleh para pendidik atau guru itu sendiri terhadap muridnya seperti kekerasaan,pelecehan
seksual dll .ini adalah hal yg sangat mencoreng citra pendidikan diindonesia seharusnya guru dapat
berbuat lebih bijak dan professional bukan dengan emosi atau berbuat sewenang wenang.

Salah satu contonya seorang siswa Kelas 2 SD Cemani 2 Grogol diduga menjadi korban
kekerasan yang dilakukan oleh gurunya pada hari ini. Kepala bocah tersebut mengeluarkan darah
setelah dilempar tempat pensil oleh gurunya. Menurut informasi dari berbagai sumber
menyebutkan kejadian dugaan kekerasan terjadi pada pukul 8 pagi. Saat itu sang siswa sedang
belajar matematika. Di tengah pelajaran, ia bersama sejumlah siswa lainnya bermain sambil
mendorong meja. Ulah tersebut membuat guru naik pitam dan melempar tempat pensil ke kepala
siswa tersebut hingga berdarah.

Contoh Kasus 2 :

Kasus Pembunuhan Bocah SD, Polisi Resort (Polres) Aceh Timur akhirnya berhasil mengungkap
kasus pembantaian sadis yang menimpa bocah kelas IV SD, Khairul Wara (10), Warga Dusun
Tambi Gampong Cot Asan, Kecamatan Nurussalam Aceh Timur, yang sebelumnya ditemukan
telah tidak benyawa lagi di hutan belakang rumahnya dengan kondisi yang mengenaskan.

Latar Belakang :

Keterangan yang diperoleh wartawan, Senin (29/10) sore, di Mapolres Aceh Timur
menyebutkan, tersangka pelaku yang menghilangkan nyawa korban adalah Ibrahim (42) yang tak
lain merupakan tetangga korban. Kepada polisi Ibrahim mengaku melakukan pembunuhan sadis itu
terhadap Khairul Wara, pada Rabu (24/10) sekira pukul 16.30 WIB.

Setelah dilakukan penyelidikan mendalam dan mengumpulkan bukti-bukti, kasus pembunuhan


tersebut akhirnya terkuak.”Dalam pemeriksaan, ayah tujuh anak itu mengaku dirinya membunuh
Khairul Wara dengan motif dendam karena anaknya yang bernama Jurrahmatullah (9) yang sebaya
dengan korban sering diganggu oleh korban baik di sekolah ataupun di luar sekolah,” kata
Kapolres.

Contoh kasus ke 3 :

Sebanyak 25 siswi SD dilecehkan guru agama. Sindonews.com – Biadab, seorang guru agama
sekolah dasar (SD) di Desa Gandu, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur,
melakukan pelecehan seksual terhadap 25 siswanya. Mirisnya, perbuatan yang tak sepantasnya
dilakukan seorang guru terlebih bidang studi agama itu dilakukan di sekolah.

Latar Belakang Kasus :

Merasa tak terima dengan ulah sang guru, Saefudin (50), warga Desa Cangkringan, Nganjuk,
para orang tua kemudian mengadukan aksi bejat guru agama tersebut ke kantor desa, dan
kemudian melaporkannya ke kantor polisi.

Menurut seorang ibu yang putrinya menjadi korban, Rahayu, kasus ini diketahui setelah ada
beberapa murid menangis kesakitan saat buang air kecil. Setelah ditanya orang tuanya, para siswa
tersebut akhirnya mengaku jika guru agama mereka telah melakukan pelecehan terhadap para anak
didiknya. Atas kejadian tersebut, para orangtua kemudian mendesak pihak sekolah untuk
melakukan pemecatan kepada Saefudin sebagai guru karena dianggap membahayakan para siswi-
siswinya ,Hingga berita ini diturunkan, tak ada pihak sekolah yang mau dikonfirmasi terkait kasus
ini. Rabu (27/2/2013).
3.6 SOLUSI
Menurut pandangan kelompok kami seharusnya dengan kasus seperti yang terjadi pada siswa
tersebut guru sebenarnya bisa memberikan sanksi seperti pemberian tugas-tugassekolah, bukan
dengankekerasan pihak sekolah terutama kepala sekolah yg bertanggung jawab paling besar
seharusnya bisa mengontrol apa yg terjadi dilingkungan sekolah yg ia pimpin dan kepala sekolah
juga harus memberi sanksi tegas kepada guru yg melakukan kekerasan pada murid tersebut baik
berupa teguran maupun sanksi lainnya yg akan membuat jera guru tersebut seperti melaporkan
kepolisi atau yang lainnnya karena apabila kasus seperti ini dibiarkan akan berdampak buruk bagi
citra pendidikan indonesia dan bagi perkembangan psikologis anak seperti mental maupun
fisik.semoga tidak akan ada kasus seperti ini lagi dan semoga pendidikan diindonesia semakin hari
semakin baik.
Setelah melihat pada contoh kasus kedua pembunuhan tersebut, menurut pandangan kami peran
orang tua lah yang justru disalahkan, karena peran orang tua tersebut sebagai contoh dalam
mengembangkan jati diri mereka, pelakupun seharusnya sadar bahwa mereka hanyalah anak anak
yang masih berusia belia, tak perlu untuk membunuhnya, seharusnya pelaku tersebut laporkan saja
kepada orang tuanya atas apa yang terjadi kepada anak tersebut atau menasihati langsung anak
seusia tersebut sudah cukup, karena kenakalan anak adalah salah satu kepastian yang harus orang
tua hadapi, dan itu salah satu resiko setiap orang tua yang mempunyai anak yang masih belia,
tetapi pelaku pun harus mendapatkan hukuman yang setimpal agar menurunkan angka kejadian
yang serupa.
Dan seharusnya untuk para orang tua, berilah contoh sikap yang baik kepada anak, karena
mereka yang masih belia, baru masuk ke tahap “Mengikuti dan Melakukan” apa yang dilakukan
orang tua mereka, berilah nasihat yang cukup masuk diakal untuk anak, tentunya pasti dengan
bahasa yang dimengerti oleh anak tersebut, lalu inti kunci yang tepat dalam segala hal untuk
mengajarkan anak yang baik adalah dengan “BERSABAR”.
Pada kasus ketiga Menurut Pandangan Kelompok Kami , seorang guru yang seharusnya
menjadi contoh yang baik bagi muridnya sangat tidak pantas melakukan hal tersebut apalagi yg
bersangkutan adalah guru agama, ini sangat memalukan .seharusnya kepala sekolah bisa
mengontrol apa yg terjadi disekolah, kepala sekolah tersebut harus memecat guru yg berbuat keji
itu karena apabila dibiarkan tidak akan memberi efek jera bagi pelaku.ini masalah yg sangat berat
yg akan berdampak sangat buruk bagi murid murid tersebut . dan sebaiknya kepala sekolah
memberikan aturan seperti cara berseragam yang memenuhi standar sesuai aturan sekolah sehingga
tidak mengundang seseorang untuk melakukan pelecehan seksual.kasus seperti ini juga menjadi PR
bagi kementrian pendidikan atau dinas pendidikan untuk lebih memperhatikan apa yg terjadi
dilingkungan pendidikan sehingga pendidikan diindonesia berkualitas baik dari segi
pendidik,pelajar,kurikulum,dll.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Norma adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai tingkah laku, sikap,
dan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di lingkungan kehidupannya.
Norma-norma itu antara lain norma agama, norma hukum, norma sosial, dan norma yang terkait
dengan kebudayaan nasional Indonesia.

Ketaatan pada norma hukum berkaitan juga dengan kedisplinan. Seorang guru harus benar-
benar disiplin dan taat kepada aturan-aturan hukum yang berlaku, dan aturan-aturan manapun yang
telah disepakati, baik yang berlaku di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Guru harus dapat menerapkan norma sosial dengan memiliki tingkatan penekanan yang
berbeda-beda karena setiap tindakan menunjukkan kekuatan yang berbeda dalam hal penerapannya
dan pemberlakuannya. Diantaranya usage (cara), folkways (kebiasaan), mores (tata kelakuan), dan
custom (adat istiadat).

Guru yang berpegang pada norma-norma budaya Indonesia dalah guru yang pancasialis.
Artinya ia berpegang dan mengamalkan sila-sila dalam pancasila. Dalam aktivitas pergaulannya,
baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, guru harus berpedoman pada
Pancasila sebagai landasan Budaya Indonesia.

B. SARAN
Guru merupakan panutan bagi anak didiknya, untuk itu guru harus menyadari bahwa setiap
perilakunya menjadi sorotan publik baik itu anak didiknya maupun masyarakat luas. Maka dari itu
guru harus berperilaku positif sesuai dengan pedoman norma agama, hukum, sosial dan norma
budaya nasional Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
B.S., A. W. (2020). Kepribadian Guru. Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru yang Sehat di Masa
Depan , 50.
Rochman, Chaerul dan Heri Gunawan. (2011). Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru.
Bandung: Nuansa Cendekia.
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2015/12/06/kompetensi-kepribadian/

Akhmadsudarajat. 2012. Kompetensi Kepribadian Guru. Wordpress.com. Diunggah pada 22 Oktober.


Diunduh pada tanggal 26 Maret 2014.

https://nisrinafadila.wordpress.com/2014/11/20/kasus-pelanggaran-norma/

Anda mungkin juga menyukai