Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SIKAP PADA KEPRIBADIAN GURU BERDASARKAN


NORMA-NORMA
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Perkembangan
Kepribadian Guru,
Dosen pengampu : Dr. Wahyuni Handayani, M.T

Disusun oleh :
Kelompok 10
Anggota :Paulina Fajar Aritonang Br Aritonang (1192070055)
Teni Husnul Khotimah (1192070074)
Ugan Sugandi (1192070077)
Kelas :Pendidikan Fisika IV–B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
ISI DAN PEMBAHASAN...............................................................................................6
A. Guru Bertindak sesuai dengan Norma Agama..................................................7
B. Guru Bertindak Sesuai dengan Norma Hukum.................................................9
C. Guru Bertindak sesuai dengan Norma Sosial..................................................10
D. Guru Bertindak sesuai dengan Norma Budaya Nasional Indonesia..............12
BAB III...........................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kenikmatan, berupa kemampuan dan kesehatan, sehingga makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tecurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tak lupa kepada keluarga dan
sahabat-Nya, serta kita sebagai umat-Nya semoga mendapatkan syafa’atul ‘uzma
dari-Nya. Aamiin.
Disusunnya makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas terstruktur pada
mata kuliah Perkembangan Kepribadian Guru, dengan judul makalah Sikap Pada
Kepribadian Guru Berdasarkan Norma-Norma.
Penulis menyadari bahwa makalah ini dikatakan jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu saran dari pembaca sangat berguna untuk perbaikan dan kemajuan
pada pembuatan makalah ini. Kami pun berharap bahwa makalah ini dapat
menambah wawasan bagi para pembaca sekalian.

Bandung, 20 Mei 2021


Hormat kami,

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum membahas sikap profesional, ada baiknya diketahui terlebih


dahulu makna profesional dan profesionalisme, dan akhirnya baru akan
tercapai tindakan profesional. Profesional artinya ahli dalam bidangnya. Jika
seorang manajer mengaku sebagai seorang yang profesional maka ia harus
mampu menunjukkan bahwa dia ahli dalam bidangnya. Harus mampu
menunjukkan kualitas yang tinggi dalam pekerjaanya. Berbicara mengenai
profesionalisme mencerminkan sikap seseorang terhadap profesinya. Secara
sederhana, profesionalisme yang diartikan perilaku, cara, dan kualitas yang
menjadi ciri suatu profesi.

Kemampuan profesional setiap guru tidaklah sama. Hal ini merupakan


dilema didalam mencapai tujuan pendidikan secara umum. Guru dituntut
untuk tanggap terhadap perubahan yang terjadi pada masyarakat, sebagai
akibat dari kemajuan arus informasi dan perkembangan Iptek. Pengembangan
profesi dapat dilakukan oleh diri sendiri, melalui kegigihan dalam
melaksanakan tugasnya. Dipihak lain guru sebagai personil di sekolah,
merupakan bawahan kepala sekolah. Secara langsung kepala sekolah
berkewajiban mengembangkan kemampuan profesional guru.
Menurut Suparlan (dalam Daryanto, 2013:17) menjelaskan bahwa
“Profesional berasal dari kata profesi yang mempunyai makna menunjukan
pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab,
dan kesetiaan pada pekerjaan itu”. Profesionalisme ini dapat di artikan
sebagai nilai-nilai moral dan mental yang sangat kaya. Khususnya bagi
aparatur pemerintahan yang memiliki profesi sebagai pelayan masyarakat.
Orang yang professional bisa dikatakan profesional apabila memiliki
kemapuan dengan baik dalam berkerja serta memiliki inovasi dalam
menjalankan tugas yang diberikan oleh atasanya.

4
Guru profesional adalah semua orang yang memiliki kewenangan dan
tanggung jawab terhadap pendidikan siswa, baik secara individual maupun
klasikal. guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Dengan kata lain, guru profesional adalah
orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang
kaya di bidangnya. Menurut Surya (2005) guru profesional akan tercermin
dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian
baik dalam materi maupun metode. Selain itu juga ditunjukkan melalui
tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang
profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab
sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara dan
agamanya. Namun guru bukan hanya cerdas dan mempunyai gelar, akan
tetapi juga mempunyai prilaku yang sesuai dengan norma.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian pengembangan profesionalitas guru sesuai norma ?


2. Bagaimana guru bertindak sesuai dengan norma agama?
3. Bagaimana guru bertindak sesuai dengan norma hukum?
4. Bagaimana guru bertindak sesuai dengan norma sosial?
5. Bagaimana guru bertindak sesuai dengan norrma budaya Indonesia?
C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian pengembangan profesionalitas guru sesuai norma.


2. Mengetahui bagaimana guru bertindak sesuai dengan norma agama.
3. Mengetahui bagaimana guru bertindak sesuai dengan norma hukum.
4. Mengetahui bagaimana guru bertindak sesuai dengan norma sosial.
5. Mengetahui bagaimana guru bertindak sesuai dengan norma budaya
indonesia.

5
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

Norma menurut KBBI adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga
kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan dan pengendali
tingkah laku, atau aturan, ukuran, kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk
menilai atau membandingkan sesuatu. Menurut Bagja Waluya adalah wujud
konkret dari nilai yang merupakan pedoman, yaitu berisikan suatu keharusan bagi
individu atau masyarakat dalam berperilaku.
Norma menurut Isworo Hadi Wiyono adalah peraturan atau petunjuk hidup
yang memberi arahan perbuatan mana yang boleh dijalankan dan perbuatan mana
yang harus dihindari. Norma menurut Soerjono Soekanto adalah suatu perangkat
agar hubungan di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana yang
diharapkan. Norma-norma mengalami proses pelembagaan atau melewati suatu
norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga
masyarakat sehingga norma tersebut dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian
ditaati dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Williams (1974) sebagaimana dikutip oleh Mardin A. Marhabang
menyatakan “the leader behavior of school principal is one determinant of the
ability of a school to attain its stated educational goals”. Pendapat tersebut
menggambarkan bahwa setiap perilaku kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan diarahkan untuk membantu pencapaian tujuan pendidikan, sehingga
kepala sekolah berkewajiban dalam membina, mengarahkan, menugasi,
memeriksa, mengukur hasil kerja para guru di sekolah yang di dampinginya.
Pengembangan profesionalisme guru termasuk tugas pokok yang sangat
berpengaruh pada keberhasilan proses pendidikan karena itu,motivasi kerja serta
terjaminnya kerjasama yang harmonis dan kompetisi secara sehat, tidak ada
tekanan, tumbuhnya keinginan untuk maju dan berprestasi bagi guru danpersonil
lainnya di lembaga pendidikan akan ditentukan oleh upaya kreativitas
pemimpinnya.

6
Sehingga pengembangan profesinalitas guru yang sesuai norma merupakan
seorang yang mempunyai kemampuan khusus dalam bidang keguruan yang
dimana tingkah laku, sikap dan perbuatannya dalam keseharian baik dilingkungan
sekolah maupun dilingkungan masyarakat diatur oleh aturan-aturan atau pedoman
sosial yang menjadi keharusan untuk dipatuhi. Jika dilanggar akaan mendapatkan
sanksi sesuai dengan norma yang dilanggar. Norma-norma itu antara lain norma
agama, norma hukum, norma sosial, dan norma yang terkait dengan kebudayaan
nasional Indonesia.
A. Guru Bertindak sesuai dengan Norma Agama

Norma adalah seperangkat ukuran yang berasal dari nilai-nilaitertentu


yang menjadi dasar untuk menentukan baik buruknya perilaku manusia.
Norma bersumber dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat,seperti norma
agama, norma adat istiadat, atau norma hukum. Mengapa guru dituntut untuk
bertindak sesuai dengan norma-norma tersebut, karena guru senantiasa
berurusan dengan nilai-nilai, sehingga kehidupan guru haruslah merupakan
perwujudan dari nilai-nilai itu.
Secara sederhana, norma berarti aturan atau kaidah-kaidah. Norma
agama adalah norma atau kaidah yang bersumber pada ajaran agama, dimana
setiap pemeluk agama tersebut harus menaatinya. Dengan kata lain, norma
agama ialah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah-
perintah, larangan-larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari agama.
Jika norma itu dilanggar maka pelanggar akan mendapatkan sanksi agama
kelak di akhirat.
Norma agama ini biasanya bersifat universal, berlaku dimana saja dan
kapan saja. Norma agama juga bersifat menyeluruh, berlaku pada setiap
aspek kehidupan manusia. Dan norma agama juga bersifat mutlak, karena
bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam menjalankan aktivitasnya, baik di sekolah maupun di luar
sekolah, seorang guru hendaknya menjaga perilakunya atau berbuat yang
sesuai dengan norma-norma agama yang dianutnya.

7
Norma agama harus menjadi prinsip dalam hidupnya, sehingga apa
yang tampak dari perilaku akan mencerminkan perilaku-perilaku yang sesuai
dengan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam agama. Perilaku tersebut
antara lain hidup sederhana, rendah hati, suka menolong dan saling
menghargai, tidak menyombongkan diri dan takabur, baik kepada sesama
guru maupun, peserta didiknya dan masyarakat pada umumnya.
Secara normatif, guru harus memiliki kaidah (keyakinan) yang benar
dan selamat, harus menjalankan ibadah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dalam syariat agamanya, Beribadah secara rutin sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Beribadah kepada-Nya tidak terbatas pada yang bersifat
langsung, tetapi juga bisa dalam bentuk ibadah yang tidak langsung, termasuk
semua perbuatan, ucapan dan pemikiran yang dilakukan jika disandarkan
kepada-Nya. Yang diantaranya saling menghargai ketika berada di
lingkungan peserta didiknya. Hal ini merupakan suatu contoh konkret yang
bisa ditiru oleh peserta didiknya. Sehingga tidak sadar, sedikit banyak
perilaku yang dilakukan oleh gurunya akan akan membentuk kepribadian
peserta didiknya.
Didalam norma agama terdapat larangan yang utama untuk dijalankan
oleh seorang guru , yaitu larangan untuk membunuh. Yang dimana larangan
membunuh ini bukan saja membunuh secara fisik, tetapi juga pembunuhan
yang bersifat nonfisik seperti pembunuhan karakter. Seorang guru dilarang
membunuh karakter peserta didiknya, sehingga karakter siswa tersebut tidak
berkembang dan bahkan menjadi padam. Pembunuhan karakter yang
dilakukan oleh seorang guru merupakan malpraktik yang harus diberantas.
Dalam menjalankan aktivitasnya, baik di sekolah maupun di luar
sekolah, seorang guru hendaknya menjaga perilakunya atau berbuat yang
sesuai dengan norma-norma agama yang dianutnya. Norma-norma agama
tersebut biasanya bersumber dari teks suci (dalam agama Islam bersumber
pada Al-Qur’an dan hadist nabi).
Norma agama harus menjadi prinsip (keyakinan) dalam hidupnya,
sehingga apa yang tampak dari perilaku akan mencerminkan perilaku-

8
perilaku yang sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai yabg terkandung dalan
agama. Perilaku tersebut antara lain hidup sederhana, rendah hati, suka
menolong dan saling menghargai, tidak menyombongkan diri dan takabur,
baik kepada sesama guru maupun kepada masyarakat umumnya.
B. Guru Bertindak Sesuai dengan Norma Hukum

Berdasarkan KBBI Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat


warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan
pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima: setiap warga masyarakat
harus menaati yang berlaku; 2 aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai
sebagai tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu;
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum adalah peraturan atau
adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa
atau pemerintah. Pengertian lain dalam KBBI, hukum adalah undang-undang,
peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat.
Norma hukum adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh lembaga-lembaga
tertentu atau lembaga, seperti pemerintah (eksekutif) dan/atau legislatif yang
dengan tegas bersifat memaksa setiap warganegaranya agar berperilaku
sesuai dengan hukum yang berlaku. Adapun sumbernya bisa berupa peraturan
perundang-undangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama.
Pelanggaran terhadap hukum adalah berupa sanksi denda sampai hukum fisik
(dipenjara, bahkan hukuman mati). Norma hukum ada yang tertulis dan ada
pula yang tidak tertulis. Norma hukum yang tertulis biasanya dituangkan
dalam bentuk peraturan yang tertulis atau disebut juga perundang-undangan.
Perundang-undangan, baik yang sifatnya nasional maupun yang lokal atau
daerah, dibuat oleh lembaga formal yang diberi kewenangan untuk
membuatnya. Oleh karena itu, norma hukum sangat mengikat setiap
warganegara. Sementara norma hukum yang tidak tertulis lazim disebut
hukum adat. Pembahasan tentang hukum adat.
Ketaatan pada norma hukum berkaitan juga dengan kedisplinan. Dalam
pembahasan pada mata kuliah perkembangan kepribadian seorang guru, hal
ini memang harus diterapkan dan ditinjau kembali, karena guru harus benar-

9
benar disiplin dan taat kepada aturan-aturan hukum yang berlaku, dan aturan-
aturan manapun yang telah disepakati, baik yang berlaku di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah. Dalam Bab XI UU Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 Pasal 39 sampai dengan pasal 44 juga telah diatur tentang Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. Didalamnya tercantum hak-hak dan kewajiban-
kewajiban yang harus dilaksanakan.
Mengingat tugas guru sebagai pendidik dan fungsinya sebagai teladan,
maka ketaatan pada norma hukum harus selalu dijaga oleh guru, dari hal-hal
yang sederhana hingga hal-hal yang besar. Pastikan guru harus menjadi suri
tauladan bagi murid muridnya, karena guru adalah seorang yang digugu dan
ditiru, jangan sampai peserta didik mencontoh hal negatif yang dilanggar oleh
guru sebagai kebiasaan perilaku mereka, tetapi harus lah memberikan contoh
yang baik dan positif misalnya, membuang sampah pada tempatnya,
berpakaian rapi, berkendara sesuai aturan, tidak melanggar peraturan sekolah
dan lain sebagainya.
C. Guru Bertindak sesuai dengan Norma Sosial

Norma sosial merupakan pola umum interaksi sosial yang tidak terikat
pada topik atau materi pembelajaran (Wijaya, A: 2009). Norma sosial adalah
norma, kaidah atau aturan perilaku dalam suatu kelompok tertentu, di mana
setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing.
Dalam KBBI (2008:968), norma sosial adalah aturan yang mengatur tindakan
dalam pergaulan dengan sesamanya. Dari pemahaman tersebut dapat
dipahami bahwa norma sosial merupakan pedoman berperilaku masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Contoh norma sosial adalah norma
kesopanan dan norma kesusilaan. Sanksi bagi pelanggaran terhadap norma
sosial biasanya berupa pengucilan dari komunitas sosial.
Dalam berbagai literatur ilmu sosial, dikatakan bahwa terdapat empat
istilah atau pengertian yang terkait dengan istilah norma sosial. Keempat
istilah tersebut adalah usage (cara), folkway (kebiasaan), mores (tata
kelakuan), dan custom (adat istiadat) (Soejono Sukarto, 1987). Masing-
masing dari keempat istilah tersebut mempunyai dasar yang sama yaitu

10
masing-masing merupakan norma-norma kemasyarakatan yang memberikan
petunjuk bagi perilaku seseorang yang hidup dalam masyarakat. Masing-
masing istilah tersebut juga memiliki tingkatan penekanan yang berbeda-
beda, karena setiap tindakan menunjukkan kekuatan yang berbeda dalam hal
penerapannya dan pemberlakuannya.
1. Usage
Cara (usage) yang menunjuk pada suatu perbuatan, dalam hal ini
perbuatan yang dilakukan guru secara berulang-ulang. Seperti cara
mengajar guru dan cara komunikasi guru terhadap masyarakat (orang tua
peserta didik). Suatu penyimpangan terhadapnya tidak akan
mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi sekedar celaan dari individu
yang terkait dengannya.
2. Folkways
Kebiasaan (folkways) mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar
daripada cara (usage). Kebiasaan di sini diartikan sebagai perbuatan yang
diulang-ulang dalam bentuk yang sama dan merupakan bukti bahwa
orang-orang menyukai perbuatan tersebut. Misalnya, kebiasaan dalam hal
yang dilakukan oleh kebanyakan guru memberi salam kepada peserta
didiknya sebelum mengajar, dan memberi hormat kepada atasan atau
sesama guru. Apabila perbuatan tersebut tidak dilakukan oleh seorang
guru maka itu akan dianggap sebagai suatu penyimpangan terhadap
kebiasaa umum guru-guru dan apabila dilanggar akan mendapat celaan
atau himbauan dari sesama guru karena dianggap melanggar aturan yang
sudah diakui oleh para guru.
3. Mores
Tata kelakuan (mores) mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari
kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengontrol, baik sadar
maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Tata
kelakuan ini merupakan alat agar anggota masyarakat menyesuaikan
perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Tata kelakuan
yang terintegrasi dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat meningkat

11
menjadi adat istiadat (custom). Anggota masyarakat yang melanggar adat
istiadat biasanya akan mendapatkan sanksi keras.
4. Custom
Custom atau adat istiadat merupakan kebiasaan yang berlaku di
masyarakat. Adat istiadat yang melekat dan disepakati oleh masyarakat
dapat menjadi peraturan yang tidak tertulis yang harus disepakati oleh
seluruh lapisan sosial, termasuk guru. Dalam menjalankan tugasnya guru
harus menghormati adat istiadat yang berkembang dalam suatu
masyarakat. Adat istiadat juga dapat dijadikan bahan muatan lokal yang
dapat dikembangkan oleh sekolah sebagai bagaian integral dari
masyarakat.
Pada berapa tempat terutama di daerah yang masih tradisional, adat
istiadat sangat dijunjung tinggi sehingga siapa saja yang melanggarnya akan
dapat sanksi sosial. Disisi lain ditempat tertentu, guru sangat dihormati dan
dijadikan panutan, dan bahkan menjadi public figure di mana perilaku dan
tindak tanduknya selalu diawasi oleh masyarakat. Maka jika guru melanggar
adat istiadat setempat, tentu ia akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
Akibatnya, mungkin saja sebagian masyarakat tidak mau memasukkan
putra/putri mereka ke sekolah tempat guru tersebut mengajar. Jadi norma
sosial berarti segala sesuatu yang dianggap baik dan dijunjung tinggi
masyarakat dan masyarakat berusaha mewujudkannya dalam kehidupan nyata
sehari-hari.
Norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakat secara universal
adalah seperti kejujuran, kesetiaan, ketegaran, kepedulian, pengendalian diri
dan kesederhanaan. Berkaitan dengan kepribadian gruru sebagai seorang
tenaga pendidik maka hal tersebut haruslah dijunjung tinggi dan guru
bertindak sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat
tempat dia berada.
D. Guru Bertindak sesuai dengan Norma Budaya Nasional Indonesia

Nilai-nilai budaya merupakan nilai yang disepakati dan berlaku dalam


suatu masyarakat, lingkup organisasi dan lingkungan masyarakat yang

12
mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol dengan
karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dari yang lain sebagai acuan
perilaku. Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, motto,
visi, misi, atau sesuatu yang tampak sebagai acuan pokok suatu lingkungan
atau organisasi tertentu.
Menurut Edward Burnett Tylor dalam Sukanto (2006) kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (1987),
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi dan seni dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Kebudayaan nasional adalah budaya bangsa Indonesia yang melekat
dan menjadi jati diri bangsa Indonesia. Nilai-nilai budaya bangsa adalah
budaya ketimuran, toleransi dengan semangat Bhineka Tunggal Ika. Budaya
ini bersumber pada nilai-nilai dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Dengan demikian, budaya bangsa adalah budaya yang pancasilais.
Dalam pancasila terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai
tersebut terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Meskipun Indonesia hidup di dalam berbagai macam
kebergaman, baik susku bangsa, budaya maupun agama. Dari semua itu,
Indonesia terdiri di atas suatu keutuhan, menjadi kesatuan dan bersatu dalam

13
persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya,
bhineka tunggal ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua).
Maka guru yang berpegang pada norma-norma budaya Indonesia dalah
guru yang pancasialis. Artinya ia berpegang dan mengamalkan sila-sila dalam
pancasila. Dalam aktivitas pergaulannya, baik dalam lingkungan sekolah
muapun di luar lingkungan sekolah, guru harus berpedoman pada Pancasila
sebagai landasan Budaya Indonesia. Seperti guru selalu bersikap adil dengan
semua peserta didiknya tanpa terkecuali, memperlakukan peserta didiknya
sesuai dengan semestinya, menjaga hubungan baik dengan peserta didiknya,
orang tua/wali dari peseta didiknya, sesama guru, serta masyarakat
disekitarnya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Guru harus memiliki kecerdasan yang mumpuni dan memiliki prilaku


yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Sehingga dalam
menjalankan profesinya, guru dituntut untuk melaksanakan dengan
profesional, berprilaku positif yang tentunya sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial, dan budaya nasional Indonesia. Hal ini harus
dilakukan oleh guru, karena setiap perilakunya akan menjadi sorotan baik
peserta didiknya maupun masyarakat luas.
 Guru profesional adalah semua orang yang memiliki kewenangan dan
tanggung jawab terhadap pendidikan siswa, baik secara individual
maupun klasikal. guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
 Dalam menjalankan aktivitasnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah,
seorang guru hendaknya menjaga perilakunya atau berbuat yang sesuai
dengan norma-norma agama yang dianutnya. Norma agama harus
menjadi prinsip dalam hidupnya, sehingga apa yang tampak dari perilaku
akan mencerminkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan ajaran dan
nilai-nilai yang terkandung dalam agama.
 Ketaatan pada norma hukum berkaitan juga dengan kedisplinan. Hal itu
berkaitan dengan tugas guru sebagai pendidik yang fungsinya sebagai
teladan, maka ketaatan pada norma hukum harus selalu dijaga oleh guru,
dari hal-hal yang sederhana hingga hal-hal yang besar. Tugas guru
sebagai pendidik dan fungsinya sebagai teladan, maka ketaatan pada
norma hukum harus selalu dijaga oleh guru, dari hal-hal yang sederhana
hingga hal-hal yang besar.

15
 Norma sosial adalah aturan yang mengatur tindakan dalam pergaulan
dengan sesamanya. Dalam berbagai literatur ilmu sosial, terdapat empat
istilah atau pengertian yang terkait dengan istilah norma social, yaitu :
usage (cara), folkway (kebiasaan), mores (tata kelakuan), dan custom
(adat istiadat).
 Guru yang berpegang pada norma-norma budaya Indonesia dalah guru
yang pancasialis. Artinya ia berpegang dan mengamalkan sila-sila dalam
Pancasila, baik dalam aktivitas pergaulannya ataupun dalam melakukan
tugasnya sebagai guru.

Sumber Gambar Widowati. 2013.


B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan memberikan dampak
positif kepada pembaca untuk mengetahui tentang sikap pada kepribadian
guru berdasarkan norma-norma. Keprofesionalan yang harus dimiliki oleh
guru merupakan proses yang perlu dilatih. Sebelum dan setelah menjadi guru
perlu mendapat pembinaan mengenai keprofesionalan dan bagi masing-
masing guru untuk bisa melatih dirinya menjadi seorang yang profesional dan

16
tetap mematuhi norma-norma yang berlaku. Dimulai dari hal yang sederhana
dilingkungan tempat tinggalnya hingga dengan lingkungan sekolah. Adapun
mengenai kekurangan yang terdapat dalam makalah ini mohon dimaafkan dan
jika ada saran atau pendapat yang ingin pembaca sampaikan penulis juga
ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Barnawi & Arifin, M. 2012. Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Daryanto, 2013, Standart Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional,
Yogyakarta: Gava Media.
Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan kompetensi.
Bandung: Bumi Aksara.
Mulyasa .E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rochman, Chaerul dan Heri Gunawan. 2011. Pengembangan Kompetensi
Kepribadian Guru. Bandung: Nuansa Cendekia.
Satori Djam’an dkk. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka
Shrode, William, A., dan Dan Voich, J., 1974, Organization and
Management:Basic System Concepts, Irwin Book Co., Kuala Lumpur.
Soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Surya. 2005. Manajemen Kinerja Falsafat Teori dan Penerapannya. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Uno Hamzah .B. 2008. Profesi kependidikan. Jakarta: Bumu Aksara.
Tim penyusun (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional-Balai Pustakan.
Widowati, C. (2013). Hukum sebagai Norma Sosial Memiliki Sifat Mewajibkan.
ADIL: Jurnal Hukum, 4(1), 150-167.
Wijaya, A. (2009). Permainan (Tradisional) untuk Mengembangkan Interaksi
Sosial, Norma Sosial dan Norma Sosiomatematik pada Pembelajaran

17
Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik. In Dipresentasikan
pada Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran, dan Terapannya (Vol. 31).

18

Anda mungkin juga menyukai