Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KOMPONEN KOMPONEN KURIKULUM PGMI

DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF

DISUSUN OLEH:

Micca Marsella 1930201148

Ramadini Eka Fitri 1930201140

Aprilia Sekar Putri 1930201121

Dosen Pengampuh: Indat Nashihin, S. Pd. I., M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH

PALEMBANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami hanturkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
kemudahan, serta karunia-Nya kepada kami sehigga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Alhamdulillah tepat waktunya, yang berjudul “ KOMPONEN
KOMPONEN KURIKULUM PGMI DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF“.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kalimat ini masih banyak kekurangan,
baik mengenai isi maupun cara penulisan. Untuk itu kami berharap semoga makalah
ini bisa menambah penetahuan para pembaca.Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Indat
Nashihin, S. Pd. I., M.Pd. selaku pembimbing makalah yang telah membimbing
sampai makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Palembang, 25 November 2020

Penulis

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................1

C. Tujuan Masalah..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum....................................................................3

B. Konsep Kurikulum.........................................................................5

C. Model-Model Kurikulum ..............................................................6

D. Prinsip-Prinsip Kurikulum.............................................................10

E. Fungsi Kurikulum...........................................................................11

F. Komponen-Komponen Kurikulum PGMI dalam berbagai

Prespektif.........................................................................................16

G. Analisis Perubahan Kurikulum......................................................27

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................32

B. Kritik & Saran................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai salah satu aset bangsa merupakan perwujudan yang tak
pernah hpadam dari dunia pengetahuan. Pendidikan dapat dijadikan sebagai
pemacu bagi tersosialisasinya kebutuhan manusia akan nilai-nilai sosial, kaidah-
kaidah moral serta dimensi-dimensi lain yang mendukung perkembangan dunia
modern yang semakin kosmopolit (mendunia). Oleh sebab itu pula, program
perencanaan, pematangan, dan pengontrolan kualitas pendidikan di negara mana
pun, termasuk di Indonesia sangat diutamakan, karena dengan kematangan
(kebijakan) pendidikan, akan dapat mengantisipasi problematika intelektual
manusia yang mendambakan solusi terbaik dalam menghadapi kehidupan global.

Dalam upaya mewujudkan cita-cita penyelenggaraan pendidikan, sudah


barang tentu perlu dirumuskan dalam kurikulum karena kurikulum sangat penting
dalam membentuk manusia-manusia yang siap pakai, berkepribadian integral dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, di mana di dalam penyelenggaraannya
perlu pula suatu pengawasan berupa pengontrolan terhadap pengaruh-pengaruh
negatif yang kelak mengguncang kekokohannya. Kurikulum sebagai basis bagi
sebuah pendidikan dalam hal 2 ini mendapat tantangan berat demi kokohnya
sebuah pilar penyangga bagi kesuksesan pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kurikulum

2. Apa saja Konsep Kurikulum

3. Apa saja Model-Model Kurikulum

4. Apa saja Prinsip-Prinsip Kurikulum

5. Apa saja Fungsi Kurikulum

1
6. Apa saja Komponen-Komponen Kurikulum PGMI dalam berbagai Prespektif

7. Analisis Perubahan Kurikulum

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengertian Kurikulum

2. Untuk mengetahui Konsep Kurikulum

3. Untuk mengetahui Model-Model Kurikulum

4. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Kurikulum

5. Untuk mengetahui Fungsi Kurikulum

6. Untuk mengetahui Komponen-Komponen Kurikulum PGMI dalam berbagai


Prespektif

7. Untuk mengetahui Perubahan Kurikulum

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum dapat dilihat pada tiga sudut pandang; Pertama


pengertian kurikulum dari sudut pandang etimologis (kebahasaan); Kedua
pengertian kurikukum menurut para ahlil; dan ketiga pengertian kurikulum dari
sudut pandang termenologis modern.

1. Pengertian Kurikulum dari sudut pandang Etimologis (kebahasaan)

Hampir setiap ahli kurikulum merumuskan definisi kurikulum


berdasarkan persepsi masing-masing. Banyak rumusan konsep kurikulum,
akan tetapi memiliki banyak persamaan dan benang merahnya sama,
memiliki ciri-ciri utama yang sama. Konon istilah kurikulum berasal dari
bahasa Latin “currere” yang berarti lari cepat atau “curriculae” yang diartikan
sebagai jarak yang harus ditempuh oleh pelari sampai mencapai finis;
seandainya 50 m, 100 m 10 km dan sebagainya. Jumlah meter demi meter
yang harus ditempuh oleh pelari itu, kemudian digunakan di dalam istilah
pendidikan menjadi kurikulum yang diartikan sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik untuk mencapai ijazah. Sampai sekarang
tidak sedikit pihak yang masih menggunakan istilah kurikulum sebagai
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik untuk
memperoleh ijazah. Kemudian definisi atau pengertian kurikulum
berkembang sesuai dengan persepsi para perumusnya.1

2. Pengertian Kurikulum menurut Para Ahli.

 Menurut S. Nasution, kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun


untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajaran. Selanjutnya Nasution menjelaskan sejumlah ahli teori
kurikulum berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua
kegiatan yang direncanakan melainkan peristiwaperistiwa yang terjadi di
1
Setria Utama Rizal dkk, Pengembangan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, (Sumatera Utara: Harapan cerdas ,
2018), hlm,1.

3
bawah pengawasan sekolah. Jadi selain kegiatan kurikulum yang formal
yang sering disebut kegiatan ko-kurikuler atau ekstra kurikuler (co-
curriculum atau ekstra curriculum).2

 Menurut Crow and Crow, sebagaimana yang dikutip oleh Oemar


Hamalik, kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata
pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu
program untuk memperoleh ijazah.4 Dalam bukunya yang lain, Hamalik
menjelaskan lebih luas bahwa kurikulum di sini memuat isi dan materi
pelajaran. Jadi kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan, mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman
orang tua atau orang-orang pandai masa lampau yang 1 Hasan
Langgulung, Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi
Pendidikan ( Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), 176. 2 Hasan
Langgulung, Manusia dan Pendidikan..., 176. 3 S. Nasution, Kurikulum
dan Pengajaran ( Jakarta: Rineka Cipta, 1989), 5. 4 Oemar Hamalik,
Pembinaan Pengembangan Kurikulum (Bandung: Pustaka Martina,
1987), 2. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1987), 123. 18 syamsul bahri telah disusun sistematis dan
logis.3

 Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tercantum


“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan 6 pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu” (Pasal 19, Undang-undang R.I Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).4

 Selain itu ada yang berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan
koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah
2
Ibid, 17.

3
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal 16.

4
Setria Utama Rizal dkk, Pengembangan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, (Sumatera Utara: Harapan cerdas ,
2018), hal 5.

4
ditetapkan.5

3. Pengertian Kurikulum dari Sudut Pandang Termenologis Modern

Menurut pandangan modern kurikulum tidak hanya sebatas isi atau


mata/materi pelajaran yang harus dikuasai siswa, tetapi juga memuat hal-hal
lain yang dipandang dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan
pendidikan atau pembentukan siswa sesuai yang diinginkan.6

Dengan demikian, pengertian kurikulum dalam pandangan modern


merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah, tidak terbatas
pada bidang studi dan kegiatan belajar saja, akan tetapi meliputi segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi
siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan
mutu kehidupannya yang pelaksanaannya bukan saja di sekolah, akan tetapi
juga di luar sekolah.7

B. Konsep Kurikulum

Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang
artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum
berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang berarti
jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish. Dapat
dipahami jarak yang harus ditempuh di sini bermakna kurikulum dengan muatan
isi dan materi pelajaran yang dijadikan jangka waktu yang harus ditempuh oleh
siswa untuk memperoleh ijazah. Dalam bahasa Arab, kata kurikulum yang biasa
digunakan adalah manhaj, yang berarti jalan terang yang dilalui manusia pada
berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirāsah)
dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan
acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.8

5
Abdurrahman Saleh Ab dullah, Educational Theory Qur’anic Out Look, (Mekkah: Ummul Qura University, tt),
hal, 123.

6
Syaifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum (Tinjauan Teoritis), (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), hlm25.

7
Syamsul Bahri, Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya, Jurnal Ilmiah Islam Futura. Vol. XI No. 1,
2011, hlm20

8
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologis Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1986), hal176.

5
Dalam pengertian lainnya ditegaskan, bahwa kurikulum adalah keseluruhan
program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk
mewujudkan visi, misi dan lembaganya. Oleh karena itu, pelaksanaan kurikulum
untuk menunjang keberhasilan sebuah lembaga pendidikan harus ditunjang hal-
hal sebagai berikut. Pertama, Adanya tenaga yang berkompeten. Kedua, Adanya
fasilitas yang memadai. Ketiga, Adanya fasilitas bantu sebagai pendukung.
Keempat, Adanya tenaga penunjang pendidikan seperti tenaga administrasi, pem-
bimbing, pustakawan, laboratorium. Kelima, Adanya dana yang memadai,
keenam, Adanya menejemen yang baik. Ketujuh, Terpeliharanya budaya
menunjang; religius, moral, kebangsaan dan lain-lain, kedelapan, Kepemimpinan
yang visioner transparan dan akuntabel. 9

C. Model-model Kurikulum

Secara teoritis setidaknya kurikulum dapat dikelompokkan dalam empat model,


yaitu: (1) Kurikulum Subyek Akademik; (2) Kurikulum Humanistik; (3)
Kurikulum Rekonstruksi Sosial; dan (4) Kurikulum Teknologis. Meskipun secara
teoritis kurikulum umumnya dikelompokkan dalam empat model tersebut, namun
dalam kenyataanya terdapat juga model kurikulum yang merupakan perpaduan
dari keempat model tersebut seperti model kurikulum yang berbasis kemampuan
standar yang juga akan diuraikan pada akhir bab ini.

1. Model Kurikulum Subyek Akademik

Kurikulum subjek akademik adalah kurikulum yang dikembangkan


berdasarkan/berbasis pada mata/materi pelajaran dan bertujuan untuk
memberikan pengetahuan yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik.
Model kurikulum ini sangat menonjolkan atau mengutamakan isi atau materi
pengajaran dalam pendidikan.

Karena model kurikulum ini menekankan pada pentingnya pemberian


atau transfer materi atau ilmu pengetahuan kepada peserta didik, maka
pendidikan menurut konsep model ini harus berusaha memberikan

9
Hasbullah, Otonomi Pendidikan Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal 21.

6
pengetahuan dan penguasaan materi pengetahuan sebanyak-banyaknya.

Model kurikulum subyek akademik ini dilihat dari desain anatomi


kurikulumnya dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Tujuan

Tujuan dari kurikulum subyek akademik adalah melatih para siswa untuk
menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”. Dengan menjadikan para
siswa berpengathuan di dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa
diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus
dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas setelah selesai. Sekolah
harus memberikan kesempatan kepada para siswa untuk merealisasikan
kemampuan menguasai warisan budaya dan jika mungkin memperkaya
-nya (nana Syaodih, 1988:90).

b. Materi

Karena model kurikulum ini sangat mengutamakan isi atau materi


pelajaran, maka kurikulum ini memberikan perhatian yang sangat besar
pada ilmu pengetahuan yang akan diberikan. Oleh karena itu, nama-nama
mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama dan
cakupan disiplin ilmu pengetahuan yang berkembang pada zamannya.
Dalam kurikulum klasik dikenal nama mata pelajaran seperti aljabar,
aritmatik, astronomi, seni, bahasa, dan sebagainya.

c. Metode

Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subyek akademik


adalah metode ceramah dan hapalan yang bertujuan agar peserta didik
dapat menguasai pengetahuan yang sebanyak-banyaknya. Di samping itu
metode yang juga sering digunakan adalah metode ekspositori dan inkuiri.
Dalam metode ini ide-ide diberikan oleh guru lalu dielaborasi oleh siswa
sehingga dapat mereka kuasai. Konsep-konsep utama disusun secara
sistematis, diberi ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya dikaji bersama.

d. Evaluasi

7
Secara umum evaluasi lebih diarahkan pada upaya untuk menguji
penguasaan ilmu pengetahuan yang diberikan (akademik-kognitif).
Dengan demikian sangat kurang memperhatikan pada penalaran dan
pengembangan pengetahuan yang dikuasai peserta didik. Kurikulum
subyek akademik menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi
disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.

2. Model Kurikulum Humanistik

Berbeda dengan model kurikulum subyek akademik yang sangat


menekankan pada pengusaan materi atau pengetahuan pada anak, model
kurikulum humanistik

sangat menekankan pada pengembangan potensi-potensi yang ada pada


masing-masing individu anak secara keseluruhan. Hal ini tentu sesuai dengan
namanya “humanistik” yang berarti sesuatu yang lebih bersifat kemanusiaan.
Dengan demikian konsep kurikulum humanistik ini dimaksudkan untuk
mendidik anak sesuai dengan hakekat kemanusiaannya.

Model kurikulum ini dikembangkan oleh para ahli yang berpandangan


atau beraliran pendidikan humanistik. Ada beberapa aliran yang termasuk
dalam aliran pendidikan humanistik, yaitu: aliran pendidikan Konfluen,
Kritikisme Radikal, dan Mistikisme Modern. Pendidikan Konfluen
menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh (baik
dari segi pikiran, perasaan maupun tindakan), terhadap kesatuan yang
menyeluruh dari lingkungan. Pendidikan Kritikisme Radikal memandang
pendidikan sebagai upauya untuk membantu anak menemukan dan
mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan
merupakan upaya untuk menciptakan situasi yang memungkinkan anak
berkembang optimal. Pendidikan mistikisme modern menekankan latihan dan
pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui
sensitivity training, yoga, meditasi dan sebagainya.

3. Model Rekonstruksi Sosial

Berbeda dengan dua model kurikulum di atas, model ini lebih


menekankan pada pembekalan anak didik untuk dapat menghadapi berbagai

8
persoalan dalah kehidupannya di masyarakat. Hal ini sesuai dengan namanya
“rekonstruksi sosial” yang berarti membangun kembali kehidupan
masyarakat menjadi lebih baik. Gagasan ini muncul di tahun 1920-an, antara
lain dipelopori oleh Harold Rug. Ia berpandangan bahwa telah terdapat
kesenjangan dan gap antara kurikulum dengan masyarakat pada saat itu. Oleh
karena itu ia ingin para siswa memiliki pengetahuan dan konsep baru. Dengan
pengetahuan dan konsep baru tersebut dapat mengidentifikasi dan
memecahkan berbagai permasalahan sosial, dan pada gilirannya diharapkan
dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih baik.

4. Model Teknologis

Sesuai dengan namanya, model kurikulum ini lebih menonjolkan aspek


pemanfaatan teknologi dalam pembelajarannya. Penggunaan teknologi
dimaksud, baik teknologi dalam bentuk perangkat keras (hardware) maupun
perangkat lunak (software). Penerapan perangkat keras dalam pendidikan,
sesungguhnya telah ada sejak dahulu, seperti papan tulis, buku tulis, kapur
dan alat tulis lainnya. Akan tetapi semuanya masih dalam bentuk alat yang
sangat sederhana dan perannyapun masih sangatsederhana dan terbatas.
Dewasa ini sesuai dengan perkembangnnya, alat-alat yang digunakan
semakin canggih, seperti: film, video, kumputer, internet, dan lain-lain.

Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai


teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat
lunak disebutjuga dengan teknologi sistem (system technology). Penggunaan
teknologi alat (tools technology) lebih menekankan kepada penggunaan alat-
alat teknologi untuk menunjang efiiensi dan efektivitas pendidikan. Di dalam
kurikulumnya berisikan rencana dan pedoman penggunaan berbagai alat dan
media, juga model-model pembelajaran yang banyak menggunakan alat.
Contoh dari model pembelajaran tersebut adalah: Pembelajaran jarak jauh
(distance learning), Pengajaran Modul, Pengajaran berbantuan Kumputer,
Pengajaran Berbantuan Internet, dan lain-lain. 10

10
Syaifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum (Tinjauan Teoritis), (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), hlm
43-63.

9
D. Prinsip-Prinsip Kurikulum

Kurikulum pendidikan Islam memiliki beberapa prinsip yang harus


ditegakkan. Al-Syaibany dalam bukunya Falsafah al-Tarbiyah alIslamiyah
menyebutkan 7 (tujuh) prinsip kurikulum pendidikan Islam yaitu:

Pertama, prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran


dan nilai-nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum, mulai dari
tujuan, kandungan, metode, mengajar, cara-cara perlakuan dan hubungan yang
berlaku dalam lembaga pendidikan harus berdasarkan agama Islam, keutamaan
cita-cita kemauan yang baik sesuai dengan ajaran Islam.

Kedua, prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan dan kandungankandungan


kurikulum yakni mencakup tujuan membina aqidah, akal dan jasmaninya dan lain
yang bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan spritual, kebudayaan,
sosial, ekonomi, politik termasuk ilmu agama, bahasa, kemanusiaan, fisik, praktis,
profesional, seni rupa dan lain sebagainya.

Ketiga, prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan-


kandungan kurikulum. Kalau perhatian pada aspek spritual dan ilmu syariat lebih
besar, maka aspek spritual tidak boleh melampaui aspek penting yang lain dalam
kehidupan, juga tidak boleh melampaui ilmu, seni dan kegiatan yang harus
diadakan untuk individu dan masyarakat. Ini karena agama Islam yang mendasari
sumber ilham kurikulum dalam menciptakan falsafah dan tujuannya, menekankan
kepentingan dunia dan akhirat, serta mengakui pentingnya jasmani dan jiwa. Oleh
sebab itu kaum muslimin harus memilih jalan tengah, keseimbangan dan
kesederhanaan dalam segala sesuatu.

Keempat, prinsip perkaitan antara bakat, minat, kemampuan kemampuan dan


kebutuhan belajar, begitu juga dengan alam sekitar, baik yang bersifat fisik
maupun sosial di mana pelajar itu hidup dan berinteraksi untuk memperoleh
pengetahuan, kemahiran, pengalaman dan sikapnya. Dengan memelihara prinsip
ini, kurikulum akan lebih sesuai dengan sifat semula, jadi pelajar lebih memenuhi
kebutuhannya dan lebih sejalan dengan suasana alam sekitar dan kebutuhan
masyarakat.

Kelima, prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual antara para

10
pelajar dalam bakat-bakat, minat, kebutuhan-kebutuhan dan masalah 25 dan juga
memelihara perbedaan-perbedaan dan kelainan-kelainan di antara alam sekitar
dan masyarakat. Pemeliharaan ini dapat menambah kesesuaian kurikulum dengan
kebutuhan pelajar dan masyarakat serta menambah fungsi dan gunanya
sebagaimana dalam menambahkan keluwesannya.

Keenam, prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan


perkembangan zaman dan tempat.

Ketujuh, prinsip pertautan antara berbagai mata pelajaran dengan


pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum. Begitu
juga dengan pertautan antara kandungan kurikulum dan kebutuhan murid,
kebutuhan masyarakat, tuntutan zaman tempat pelajar berada. Begitu juga dengan
perkembangan yang logis yang tidak melupakan kebutuhan, bakat dan minat
murid.11

E. Fungsi Kurikulum

a. Fungsi Kurikulum dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan

Kurikulum pada suatu sekolah merupkan suatu alat atau usaha mencapai
tujuan tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup
tepat dan krusial untuk dicapai, sehingga salah satu langkah yang perlu
dilakukan adalah meninjau ulang tujuan yang selama ini digunakan oleh setelah
bersangkutan.12 Tujuan pendidikan dapat dijabarkan dari tujuan tertinggi yaitu
tujuan pendidikan terakhir yang akan dicapai. Sampai tujuan yang paling
rendah yaitu tujuan yang akan dicpai setelah selesai kegiatan belajar.13 Di
Indonesia ada empat tujuan pendidikan utama yang secara hierarkis dapat
dikemukakan:

1) Tujuan Nasional

11
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 42
12
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2007)., hlm 202-206

Nus Syamsiyah Yusuf, Diktat Seri Kuliah Ilmu Pendidikan Pengembangan kurikulum, IAIN Sunan
13

Ampel, Tulungagung, 1989, hlm 11

11
2) Tujuan institusional

3) Tujuan kurikuler

4) Tujuan instruksional

Dalam pencapain tujuan pendidikan yang dicita-citakan, tujuantujuan


tersebut mesti dicapai secara bertingkat, yang saling mendukung, sedangkan
keberadaan kurikulum disini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
(pendidikan).

b. Fungsi Kurikulum Bagi Anak Didik

Kurikulum sebagai organisasi pengalaman belajar disusun dan disiapkan


untuk murid sebagai salah satu “konsumen”. Dengan ini diharapkan mereka
akan dapat sejumlah pengalaman baru yang kelak dapat dikembangkan seirama
dengan perkembangannya guna melengkapi bekal hidupnya14. Sebagai alat
dalam mencapai tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan mampu menawarkan
program program pada anak didik yang akan hidup pada zamannya, dengan
latar belakang sosio histories dan cultural yang berbeda dengan zaman dimana
kedua orang tuanya berada.15

c. Fungsi Kurikulum Bagi Pendidik

Guru sebagai pendidik, telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga


pendidikan keguruan. Ia telah dibekali dengan pengetahuan tentang seluk beluk
dan teori-teori pendidikan anak, seperti pengembangan kurikulum, ilmu jiwa,
strategi belajar mengajar dan lain-lain. Guru juga telah diberi ketrampilan
praktis untuk memiliki kepribadian yang baik sebagai pendidik. Ia telah
diberikan kepercayaan dan pengakuan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, dan menjalankan tugasnya secara professional dengan menyiapkan
rencana yang matang melalui kurikulum tertulis 16.Guru memikul sebagian
tanggung jawab yang ada dipundak para orang tua, dan orang tua berharap agar
14
Nus Syamsiyah Yusuf, Diktat Seri Kuliah…,, hlm 9

15
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum…., hlm 207
16
Muhammad Zaini, Konsep Implementasi…, hlm 207

12
anaknya menemukan guru yang baik, kompeten, dan berkualitas. Adapun
fungsi kurikulum bagi guru adalah17 :

1) Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman


belajar para anak didik.

2) Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik


dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan. Dengan
adanya kurikulum, sudah barang tentu tugas guru/ pendidik sebagai
pengajar dan pendidik lebih terarah. Pendidik juga merupakan slah satu
faktor yang sangat menentukan dan sangat penting dalam proses
pendidikan, dan merupakan salah satu komponen yang berinteraksi secara
aktif dengan anak didik dalam pendidikan.

d. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah/Pembina Sekolah

Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai


tanggung jawab terhadap kurikulum. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan
para Pembina lainnya adalah:

1.Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni


memperbaiki situasi belajar.

2.Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam


menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak kea rah yang
lebih baik.

3.Sebagai seorang administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman


untuk mengembangkan kurikulum pada masa mendatang.

4.Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar


mengajar.18

e. Fungsi Kurikulum Bagi Orang Tua

Bantuan orang tua murid dalam memajukan pendidikan sangat diperlukan


baik berupa konsultasi langsung dengan guru tentang masalah-masalah yang
17
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum…., hlm 20.
18
Ibid.., hlm 208-209

13
berhubungan dengan anaknya, maupun bantuan melalui BP- meskipun orang
tua telah menyerahkan anak-anak mereka kepada kepala sekolah agar diajarkan
ilmu pengetahuan dan dididik menjadi orang yang bermanfaat. Tetapi mereka
dapat turut serta membantu usaha sekolah demi kemajuan putera-puterinya,
alangkah baiknya kalau mereka mengetahui tentang kurikulum yang dijalankan
di sekolah. Dengan demikian partisipasi orang tua dapat menjadi faktor
penunjang dan bukan faktor penghambat.

f. Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah Tingkat Diatasnya

Fungsi kurikulum dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua, yakni19 :

 Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan

Pemahaman kurikulum yang digunakan oleh suatu sekolah pada


tingkatan diatasnya dapat melakukan penyesuaian didalam kurikulumnya,
yakni:

a. Jika sebagian kurikulum sekolah bersangkutan telah diajarkan pada


sekolah yang berada dibawahnya, sekolah dapat meninjau kembali
perlu tidaknya bagian tersebut diajarkan.

b.Jika keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam


mempelajari kurikulum suatu sekolah belum diajarkan kepada sekolah
yang berada dibawahnya, sekolah dapat mempertimbangkan masuknya
program tentang keterampilan keterampilan ini ke dalam
kurikulumnya.

 Penyiapan tenaga baru

Kurikulum juga berfungsi untuk menyiapkan tenaga pengajar. Bila suatu


sekolah atau lembaga pendidikan bertujuan menghasilkan tenaga guru
(LPTK), maka lembaga tersebut harus mengetahui kurikulum sekolah pada
tingkat dibawahnya tempat calon guru yang dipersiapkan akan mengajar.20

19
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum…., hlm 210

20
Ahmad dkk, Pengembangan Kurikulum,(Bandung: Ristata Setia, 1998), hlm 98

14
g. Fungsi Bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan Sekolah

Pada umumnya sekolah dipersiapkan untuk terjun di masyarakat atau untuk


bekerja sesuai dengan keterampilan profesi yang dimilikinya. Oleh karena itu,
kurikulum sekolah haruslah mengetahui atau mencerminkan hal-hal yang
menjadi kebutuhan masyarakat atau para pemakai tamatan sekolah. Untuk
keperluan itu perlu kerja sama antara pihak sekolah dengan pihak luar dalam
hal pembenahan kurikulum yang diharapkan. Dengan demikian, masyarakat
atau para pemakai lulusan sekolah dapat memberikan bantuan, kritik atau saran-
saran yang berguna bagi penyempurnaan program pendidikan di sekolah.
Dewasa ini kesesuaian antar program kurikulum dengan kebutuhan masyarakat
harus benar-benar diusahakan. Hal itu mengingat seringnya terjadi kenyataan
bahwa lulusan sekolah belum siap pakai atau tidak sesuai dengan tenaga yang
dibutuhkan dalam lapangan pekerjaan. Akibatnya, walaupun semakin
menumpuk tenaga kerja yang ada, kita tak dapat mengisi lapangan pekerjaan
yang tersedia karena keterampilan yang dimilikinya tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan pada lapangan pekerjaan.21

Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan adalah sebagai alat


untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang dalam kurikulum berbasis
kompetensi disebut sebagai standar kompetensi22. Kompetensi itu meliputi
antara lain kompetensi lintas kurikulum, kompetensi lulusan, kompetensi mata
pelajaran, dan kompetensi dasar. Kurikulum merupakan pedoman untuk
mengatur kegiatan-kegiatan yang akan diselenggarakan oleh sekolah. Bagi
sekolah yang berada di level bawahnya atau di level atasnya, maka kurikulum
berfungsi sebagai pedoman untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian,
menjaga kesinambungan dan dapat menhindari keterulangan, baik dari sisi
materi, kegiatan pembelajaran maupun komponen lain dalam proses dan sistem
belajar mengajar. Bagi masyarakat kurikulum dapat berfungsi sebagai acuan
dalam mengevaluasi proses dan output yang dihasilkan oleh kurikulum tertentu,
sehingga masyarakat dapat bekerjasama dan memberi masukan untuk
mengembangkan dan memperbaiki kurikulum di masa depan, yang sesuai
dengan kehendak dan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna (user dan atau
21
Ibid hal 99

22
M. Zaini, Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Surabaya : elKAF, 2006), Hlm 7.

15
stakeholder).

F. Komponen-Komponen Kurikulum PGMI dalam berbagai Prespektif

Komponen kurikulum dari berbagai perspektif terdiri dari komponen kurikulum


KTSP dan K13. Komponen Kurikulum Kurikulum merupakan suatu sistem yang
memiliki komponen-komponen tertentu, diantaranya yaitu23 :

1. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi;
(3) strategi, pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima
komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing
komponen tersebut.

Untuk bisa memahami lebih jelas, berikut ini peneliti uraikan masing-
masing komponen kurikulum24.

a.Tujuan

Tujuan pendidikan direkomendasikan sebagai pengembangan


pertumbuhan yang seimbang dari potensi dan kepribadian total
manusia, melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri perasaan
dan kepekaan fisik, sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Menurut Salamah Noorhidayati “pendidikan mengandung tujuan


yang ingin dicapai yaitu individu yang kemampuankemampuan dirinya
berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai
seorang individu, maupun sebagai warga negara atau warga
masyarakat”25.

23
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan
pembelajaran, ( Bandung : RAJAWALI PERS,2011) Hlm 9

24
Muhammad Joko Susilo, KTSP Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 12-13

25
M. djumberansyah Indar M, Filsafat pendidikan, ( Surabaya: Karya Abditama, tt),hlm. 20

16
Namun secara konseptual pendidikan Islam bertujuan membentuk
pribadi muslim yang utuh, mengembangkan seluruh potensi jasmaniah
dan rohaniah manusia, menyeimbangkan dan mengembnagkan
hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dengan
alam semesta26.27 Kepribadian muslim ialah kepribadian yang seluruh
aspek-aspeknya, yakni tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya, dan
filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada
Tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya27.

Tapi menurut Al-Abrasyi dikutip oleh Ratna Mufidah tujuan


pendidikan Islam yang paling tinggi nilainya adalah membentuk
manusia berakhlakul karimah (berbudi mulia). Karena itu, dapat
difahami bahwa eksistensi pembentukan akhlak karimah dalam
perspektif Islam sangat tinggi kedudukannya. Ini tidak berarti bahwa
pendidikan Islam tidak menekankan pentingnya pendidikan
intelektualitas ini merupakan salah satu bagian integral yang dapat
menopang tercapainya pendidikan yang berakhlak karimah.

Para pakar pendidikan Islam telah sepakat bahwa tujuan dari


pendidikan bukanlah untuk mengisi otak anak didik dengan segala
macam ilmu yang belum pernah mereka ketahui, akan tetapi:

 Mendidik akhlak dan jiwa mereka

 Menanamkam rasa keutamaan (fadhilah)

 Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi

 Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci


seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran.

Merujuk dari tujuan pendidikan di atas maka tujuan pendidikan


Islam ialah mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa atau secara
singkat tujuan pokok dan utama pendidikan Islam adalah fadhilah
(keutamaan)

26
Salamah Noorhidayat, Perspektif Pendidikan Islam, (Jurnal Ilmiah Tarbiyah: STAINTA, 2001),hlm. 51

27
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam I, (bandung: CV Pustaka Setia, 1998),hlm. 31

17
b.Materi Pembelajaran

Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas


dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Dalam hal ini, materi
pembelajaran disusun secara logis dan sistematis dalam bentuk :

1) Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi


yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik
tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara
variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan
gejala tersebut.

2) Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari


kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari
sekelompok fakta atau gejala.

3) Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang


khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam
penelitian.

4) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi
yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.

5) Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam


materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.

6) Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap


penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.

7) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang


diperkenalkan dalam materi.

8) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang


bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.

9) Definisi: yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian


tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.

18
10) Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

Isi kurikulum berisi pencapaian target yang jelas, materi standar,


standar hasil belajar siswa, dan prosedur pelaksanaan pembelajaran.
Adapun struktur program pendidikannya terdiri dari program inti, lokal,
ekstra kurikuler dan kepribadian.28

c. Strategi Pembelajaran

Komponen strategi pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk


bagaimana kurikulum itu dilaksanakan di sekolah. Kurikulum dalam
pengertian program pendidikan masih dalam taraf niat / harapan /
rencana yang harus diwujudkan secara nyata di sekolah sehingga
mempengaruhi dan mengantarkan anak didik kepada tujuan
pendidikan29.

Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang


ditempuh di dalam melaksanakan pengajaran, cara di dalam
mengadakan penilaian, cara dalam melaksanakan bimbingan dan
penyuluhan dan cara mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan.
Cara dalam melaksanakan pengajaran mencakup cara yang berlaku
dalam menyajikan tiap bidang studi, termasuk cara / metode mengajar
dan alat pelajaran yang digunakan. Dalam hal ini guru dapat
menerapkan banyak kemungkinan untuk menentukan strategi
pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan
keunggulannya tersendiri.

d.Organisasi Kurikulum

Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum


memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan

28
Munarji, Ilmu Pendidikan........., hlm. 84 – 85
29
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan..., hlm. 39.

19
kurikulum. Menurut peneliti, paling tidak terdapat enam ragam
pengorganisasian kurikulum, yaitu:

1) Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri


dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan
sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya.
Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak
mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik,
semua materi diberikan sama.

2) Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya


untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan
mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan
pokokpokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik
memahami pelajaran tertentu.

3) Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang


berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta
memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam
satu bidang pengajaran.

4) Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu


program kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan
peserta didik, bukan pada mata pelajaran.

5) Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa


unit-unit masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata
pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui
kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya. Mata
pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan
secara terintegrasi.

6) Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari


keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata
pelajaran dan peserta didik.

Setiap organisasi kurikulum ditandai oleh ciri yang tidak banyak

20
tetapi bersifat asasi yang dapat membedakannya dari organisasi yang
lain. Di samping adanya ciri yang membedakan setiap organisasi,
terdapat pula ciri lain yang bersifat esensial, tetapi ciri tersebut tidak
terikat kepada satu jenis organisasi melainkan dapat berlaku pula bagi
jenis organisasi lain.

”Setiap organisasi kurikulum memiliki kekhasan sendiri, memiliki


tuntunan sendiri seperti tuntutan terhadap guru, alat pelajaran,
administrasi sekolah, dan tuntunan-tuntunan lain untuk pelaksanaan
kurikulum tersebut.30

e. Evaluasi Kurikulum

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam


pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin
diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Munarji bahwa :

Karena kurikulum sebagai bahan konsumsi anak didik dan


sekaligus juga konsumsi masyarakat, maka harus dinilai terus
menerus serta menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran.
Di samping itu penilaian terhadap kurikulum dimaksudkan juga
sebagai feedback (umpan balik) terhadap tujuan materi, metode
sarana dalam rangka membina dan mengembangkan kurikulum lebih
lanjut31.

2. Komponen Kurikulum 2013

Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2)


materi; (3) strategi, pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5)
evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan

30
Ibid., hlm. 51
31
Munarji, Ilmu Pendidikan.........,hlm 86

21
tidak bisa dipisahkan32. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan
tentang masing-masing komponen tersebut. Untuk bisa memahami lebih
jelas, berikut ini peneliti uraikan masing-masing komponen kurikulum.

a.Tujuan

Tujuan pendidikan direkomendasikan sebagai pengembangan


pertumbuhan yang seimbang dari potensi dan kepribadian total
manusia, melalui latihan spiritual, intelektual, perasaan dan kepekaan
fisik, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam
hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Para pakar pendidikan Islam telah sepakat bahwa tujuan dari


pendidikan bukanlah untuk mengisi otak anak didik dengan segala
macam ilmu yang belum pernah mereka ketahui, akan tetapi:

a)Mendidik akhlak dan jiwa mereka

b) Menanamkam rasa keutamaan (fadhilah)

c)Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi 19 Loeloek


Endah Purwati & Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum
2013.

d) Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci


seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran.33

Merujuk dari tujuan pendidikan di atas maka tujuan pendidikan


Islam ialah mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa atau secara
singkat tujuan pokok dan utama pendidikan Islam adalah fadhilah
(keutamaan). 34

32
Loeloek Endah Purwati & Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta PT, Prestasi
Pustakaraya, 2013), hlm. 202.

Muhammad „ Athiyyah Al-Abrasyi, Prinsip Prinsip Dasar Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka
33

Setia, 2003), hl. 13


34
Ibid hal 13

22
b.Materi Pembelajaran

Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas


dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Dalam hal ini, materi
pembelajaran disusun secara logis dan sistematis dalam bentuk

1) Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi


yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang
gejala dengan menspesifikasi hubungan–hubungan antara variabel-
variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

2) Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari


kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok
fakta atau gejala.

3) Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang


khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam
penelitian.

4) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi
yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.

5) Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam


materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.

6) Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap


penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.

7) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang


diperkenalkan dalam materi.

8) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang


bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.

9) Definisi: yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang


suatu hal/kata dalam garis besarnya.

10) Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan


materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

23
c. Strategi Pembelajaran

Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang


ditempuh di dalam melaksanakan pengajaran, cara di dalam
mengadakan penilaian, cara dalam melaksanakan bimbingan dan
penyuluhan dan cara mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan.
Cara dalam melaksanakan pengajaran mencakup cara yang berlaku
dalam menyajikan tiap bidang studi, termasuk cara / metode mengajar
dan alat pelajaran yang digunakan. Dalam hal ini guru dapat
menerapkan banyak kemungkinan untuk menentukan strategi
pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan
keunggulannya tersendiri.

Dalam pembelajaran K13 ada beberapa prinsip yang harus


diperhatikan bersama oleh para guru dalam melakssanakn pembeljaran,
di antaranya: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan
kreativitas peserta didik; (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan
menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestika;
(5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efesien, dan bernakna.

d.Organisasi Kurikulum

Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum


memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan
kurikulum. Menurut peneliti, paling tidak terdapat enam ragam
pengorganisasian kurikulum. Menurut peneliti, paling tidak terdapat
enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:

1) Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri


dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan

24
sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya.
Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak
mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik,
semua materi diberikan sama.

2) Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya


untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan
mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan
pokokpokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik
memahami pelajaran tertentu.

3) Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang


berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta
memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam
satu bidang pengajaran.

4) Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu


program kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan
peserta didik, bukan pada mata pelajaran.

5) Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa


unit-unit masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata
pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui
kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya. Mata
pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan
secara terintegrasi.

6) Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari


keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata
pelajaran dan peserta didik.

f. Evaluasi

Kurikulum Dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum


dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan
ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak

25
hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi,
kelaikan (feasibility) program. Luas atau tidaknya suatu program
evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya
evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk
mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponenkomponen
tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen
kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan
proses dan hasil belajar siswa.

G. Analisis Perubahan Kurikulum

Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan mendasar pada tahun 1966


karena adanya perubahan kekuatan politik. Kurikulum sebelumnya yaitu
kurikulum 1965 Kurikulum tersebut bersifat sementara dan pada dasanya hanya
menghapuskan bagian-bagian yang berkenaan dengan ajaran komunisme. Adanya
pengaruh politik terhadap kurikulum sangat jelas dan tak mungkin dipungkiri
(Appel, 1979: 13; Waring, 1981: 20). Kurikulum adalah isi dan jantungnya
pendidikan (Klein, 2000:54) dan oleh karena itu kekuatan yang mampu
mempengaruhi kurikulum berarti mampu menguasai proses pendidikan dan hasil
pendidikan. Kepedulian kekuatan politik dapat berupa kekuatan resmi yang
dipegang oleh pemerintah (pusat, daerah) tetapi juga dapat berupa kekuatan
politik yang riil di masyarakat dan secara langsung berpengaruh terhadap
kurikulum sebagai suatu proses pendidikan.

1. Kurikulum pada awal kemerdekaan

Ki hajar Dewantoro (1945) melakukan langkah pembaharuan sistem


pendidikan dan pengajaran. Langkah awal itu adalah membuat pedoman
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang berlandaskan pada falsafah
kebangsaan Indonesia. Kurikulum ini menekankan bahwa pendidikan harus
menguatkan rasa cinta nusa dan bangsa. (Saiful Anam, 2006: 123). Selain
pembaharuan ideologi pendidikan,pada awal kemerdekaan itu juga telah
disusun pembaharuan kurikulum pendidikan dan pengajar. Kurikulum
sekolah dasar lebih mengutamakan filosofis ideologis. Proses penyusunannya
relative singkat, tanpa disertai dengan data empiris.

26
2. Kurikulum tahun 1947 (Rencana Pelajaran 1947)

Pada masa revolusi segala sesuatu harus terselanggara secara cepat


dengan sumber yang sangat terbatas. Ini berlaku juga dalam usaha
membangun sistem pendidikan dan pengajaran nasionak untuk mengganti
sistem kolonial, termasuk usaha menyusun Rencana Pelajaran 1947. Namun,
situasi republik yang masih bergolak dan kondisi yang serba kekurangan
menyebabkan Rencana Pelajaran 1947 baru bisa dilaksanakan di sekolah-
sekolah pada tahun 1950. Oleh karena itu, banyak yang menyebut sejarah
perkembangan kurikulum pendidikan di tanah air diawali dari kurikulum
1950. Pada perkembangannya Rencana Pelajaran 1947 lebih dirinci lagi
setipa mata pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencan Pelajaran
Terurai 1952. (Saiful Anam, 2006: 124)

3. Kurikulum Tahun 1964 (Rencana Pendidikan)

Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum 1964, yang titik


beratnya pada perkembangan daya cipta,rasa karsa,karya dan moral, yang
kemudian lebih dikenal dengan istilah Pancawardhana. Disebut
pancawardhana karena mata pelajaran di klasifikasikan kedalam lima bidang
studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keterempilan, dan jasmani. (Saiful Anam, 2006: 127)

Tatacara penyusunan Rencana Pendidikan 1964 dipengaruhi kondisi


dimana usaha-usaha pembaharuan pendidikan dan pengajaran, terutama
kurikulum dan metode mengajar sudah mulai dilembagakan secara struktural.

4. Kurikulum Tahun 1968

Penyusunan kurikulum 1968 merupakan usaha penertiban Rencana


Pendidikan 1964. Dengan kata lain,kurikulum itu harus mencerminkan
kemurnian Pancasila dan UUD 1945 sebagaimana ditetapkan dalam berbagai
keputusan MPRS tahun 1966.

Kurikulum sekolah dasar 1968 masih mempertahankan 2 macam struktur


program, yaitu (1) untuk sekolah-sekolah yang bahasa pengantarnya bahasa
daerah sampai dengan kelas III, dan (2) untuk sekolah-sekolah yang bahasa

27
pengantarnya dengan Bahasa Indonesia dari kelas I.

5. Kurikulum Tahun 1975

Pendekatan kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan


lebih efesien dan efektif.

6. Kurikulum Tahun 1984

Pemikiran tentang perlunya perbaikan kurikulum pendidikan terus


berkembang. Menurut para ahli kurikulum, penekanan terhadap tujuan dan
materi saja tidaklah cukup untuk menghasilkan lulusan yang jempolan. Oleh
karena itu,lahirlah kurikulum 1984 yang mengusung Process Skill Aproach.

Kurikulum 1984 sendiri tidak mengubah semua hal pada kurikulum


1975 . Meski mengutamakan pendekatan keterampilan proses, tapi faktor
tujuan tetap dianggap penting. Kurikulum 1984 juga disebut sebagai
kurikulum 1975 yang disempurnakan dengan konsep Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA). Dari hal-hal yang bersifat mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan, menjadi bagian
penting proses belajar mengajar.

7. Kurikulum Tahun 1994

Polemik mengenal CBSA hanya tinggal sayup-sayup seiring dengan


kehadiran kurikulum Kurikulum 1994. Kurikulum 1994 ini lebih merupakan
perpaduan dari kurikulum 1975 dan 1984, atau antara pendekatan tujuan dan
pendekatan proses.

8. Kurikulum Tahun 1999 (Suplemen Kurikulum 1994)

Kehadiran Suplemen Kurikulum 1994 ini diantaranya dilatar belakangi


terjadinya perubahan besar dalam politik di Indonesia yang dikenal sebagai
Reformasi 1998. Era reformasi ini ditandai dengan berbagai perubahan
penting dalam dunia pendidikan, misalnya keinginan untuk kemampuan-
kemampuan lain yang tidak berkembang pada era orde baru. (Saiful Anam,
2006: 129-139) Perubahan-perubahan ini yang ingin diwadahi dalam
Suplemen Kurikulum 1994 yang dibuat pada 1999.

28
9. Kurikulum Tahun 2004

Atmosfer reformasi dan iklim dunia yang cepat berubah di era


globalisasi, mau tidak mau mendorong pendidikan nasional untuk terus
beradaptasi. Undang-undang tentang sistem pendidikan disempurnakan
dengan lahirnya Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Undang-Undang ini yang melahirkan Kurikulum 2004,
yang populer disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Setelah beberapa tahun Kurikulum 1994 diimplementasikan, pemerintah


memandang perlu dilakukan kajian dan penyempurnaan sesuia dengan
antisipasi perkembangan. Oleh karena itu sejak tahun 2001 Depdiknas
melakukan serangkaian kegiatan penyempurnaan kurikulum 1994 dan
menghasilkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). (Mulyasa, 2006: 9)

10. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Draf kurikulum hasil rintisan tersebut (bisa disebut kurikulum 2004) yang
semula akan diberlakukan (sebut ujicoba) penerapannya di sekolah-sekolah
tahun ajaran 2004-2005, namun dengan lahirnya UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, draf kurikulum tersebut perlu disesuaikan
kembali. (Mulyasa, 2006: 10).

Selanjutnya Badan Standard Nasional Pendidikan (BNSP) mengusulkan


standar isi dan standar kompetensi lulusan yang sesuai dengan PP Nomor 19
Tahun 2005. BNSP mengembangkan panduan penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Setiap satuan pendidikan (termasuk
sekolah dasar) diharapkan dapat mengembangkan kurikulum yang
diimplementasikan di satuan pendidikan masing-masing. Bagi yang belum
siap mengembangkan kurikulum, dapat menggunakan model yang
dikembangkan oleh BNSP dan pelaksanaannya tetap disesuiakan dengan
kondisi sekolah. (Mulyasa, 2006: 11)

11. Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum 13. Dilakukan dalam empat tahap. Pertama,

29
penyusunan kurikulum di lingkungan internal Kemdikbud dengan melibatkan
sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu dan praktisi pendidikan. Kedua,
pemaparan desain Kurikulum 2013 di depan Wakil Presiden selaku Ketua
Komite Pendidikan yang telah dilaksanakan pada 13 November 2012 serta di
depan Komisi X DPR RI pada 22 November 2012. Ketiga, pelaksanaan uji
publik guna mendapatkan tanggapan dari berbagai elemen masyarakat. Salah
satu cara yang ditempuh selain melalui saluran daring (on-line) pada
laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id , juga melalui media massa
cetak. Tahap keempat, dilakukan penyempurnaan untuk selanjutnya
ditetapkan menjadi Kurikulum 2013. Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada
pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013
disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa
depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan
masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik
atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,
dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau
mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang
menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013
menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui
pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif,
inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa
depan yang lebih baik. Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah
bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat
UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal
35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar
nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik
Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan
dari masyarakat.

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum sebagai basis pendidikan, bukan sekedar memuat sejumlah mata


pelajaran akan tetapi meliputi seperangkat proses atau segala usaha sekolah untuk
mencapai tujuan yang diinginkan seperti pengalaman pendidikan, kebudayaan
sekolah, sumber pengajaran baik yang berada di dalam maupun di luar sekolah
seperti perpustakaan, museum, majalah, surat kabar, televisi, radio atau perangkat
bahan pengajaran, baik keras (hardware) maupun lunak (software) yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Kurikulum dalam pendidikan berperan aktif sebagai kontrol sosial dan


menekankan unsur berpikir kritis, di mana nilai-nilai sosial yang tidak 32 sesuai
dengan perkembangan teknologi disisihkan dan yang sesuai ditata untuk siap
diorganisasikan menjadi bentuk pengalaman belajar yang mampu
mengembangkan sikap kritis anak ke arah pembentukan pribadi yang terintegrasi
dengan kehidupan nyata di masyarakat.

Model-Model Kurikulum:

1. Model Kurikulum Subyek Akademik

2. Model Kurikulum Humanistik

3. Model Rekonstruksi Sosial

4. Model Teknologis

B. Kritik & Saran

31
Kami sebagai penulis, tentunya menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya kami sebagai penulis
akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, Kami sebagai penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca sebagai
bahan evaluasi untuk kedepanya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. “Educational Theory Qur’anic Out Look”. Mekkah:


Ummul Qura University.

Ahmad. 1998. “Pengembangan Kurikulum”. Bandung: Ristata Setia.

Bahri, Syamsul. 2011. “Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya”. Jurnal


Ilmiah Islam Futura, 11(1), 20.

Hamalik, Oemar. 1995. “Kurikulum dan Pembelajaran”. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. 2016. “Otonomi Pendidikan Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya


Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan”. Jakarta: raja Grafindo Persada.

Idi, Abdullah. 2007. “Pengembangan Kurikulum”. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Indar, MD. “Filsafat Pendidikan”. Surabaya: Karya Abditama.

Langgulung, Hasan. 1986. “Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologis


Pendidikan”. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Mulyasa, E. 2003. “Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Noorhidayat, Salamah. 2001. “Perspektif Pendidikan Islam”. Jurnal Ilmiah Tarbiyah:


STAINTA.

Nur, Uhbiyati. 1998. “Ilmu Pendidikan Islam”. Bandung: CV Pustaka Setia.

Purwati, dkk. 2013. “Panduan Memahami Kurikulum”. Jakarta: PT Prestasi


Pustakaraya.

32
Rizal, Setria Utama, dkk. 2018. “Pengembangan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah”.
Sumatera Utara: Harapan Cerdas.

Sabda, Syaifuddin. 2016. “Pengembangan Kurikulum”. Yogyakarta: Aswaja


Pressindo.

Susilo, Muhammad Joko. 2008. “KTSP Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan


Sekolah Menyongsongnya”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusuf, Nus Syamsiyah. 1989. “Diktat Seri Kuliah Ilmu Pendidikan Pengembangan
Kurikulum”. IAIN Sunan Ampel, Tulung Agung.

Zaini, M. 2006. “Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi”. Surabaya: Elkaf.

33

Anda mungkin juga menyukai