Anda di halaman 1dari 76

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM SEKOLAH DASAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran
Dosen Pengampu: Hermawan Wahyu Setiadi, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 9/A3-13:


1. Fradila Ratna Puspinaningrum (13144600092)
2. Asti Ramadhani (13144600110)
3. Sulistiyani (13144600117)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
NOVEMBER 2015

Perencanaan Pembelajaran IPA SD Halaman i


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, inayah, serta nikmat-Nya yang tak terhingga sehingga
kita dapat menyelesaikan makalah Perencanaan Pembelajaran dengan judul
“Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam”. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia membantu kami, diantaranya:
1. Allah SWT yang telah memberikan segalanya kepada penulis,
2. Bapak Hermawan Wahyu Setiadi, M.Pd selaku pengampu Mata Kuliah
Perencanan Pembelajaran yang membimbing dan mengarahkan kami
sehingga tugas ini dapat diselesaikan,
3. Orang tua kami maupun orang-orang yang ikut serta membantu dan
mendukung kami dalam menyelesaikan tugas ini, baik dalam dukungan
moril maupun materil yang telah diberikan kepada kami.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak atas hasil makalah ini. Dan semoga hasil makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua, Aamiin.

Yogyakarta, 10 November 2015


Penyusun

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ iv
A. Latar Belakang ....................................................................................... iv
B. Rumusan Pembelajaran............................................................................ v
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... vi
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 1
A. Hakikat IPA............................................................................................. 1
B. Konsep dan Prinsip IPA........................................................................... 2
C. Hakikat Pembelajaran IPA ....................................................................... 4
D. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA .................................................... 6
E. Model-Model Pembelajaran IPA............................................................ 10
F. Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPA ............................................... 14
G. Perangkat Pembelajaran IPA SD ............................................................ 16
H. Pengembangan Silabus IPA ................................................................... 17
I. Pengembangan RPP IPA ....................................................................... 18
J. Media Pembelajaran IPA ....................................................................... 21
K. Pengembangan Bahan Ajar IPA ............................................................. 24
L. Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam Pembelajaran IPA ............................ 33
M. Penilaian dalam Pembelajaran IPA ........................................................ 35
N. Remediasi dalam Pembelajaran IPA ...................................................... 47
O. Contoh Silabus dan RPP ........................................................................ 57
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 69
A. Kesimpulan ........................................................................................ 69
B. Saran .................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 70

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin
ilmu dari psysical sciences dan life sciencies. Yang termasuk psysical sciences
adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika;
sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi dan
seterusnya). James Conant (1997:14) mendefinisikan sains sebagai "suatu deretan
konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang
tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati
dan dieksperimentasikan lebh lanjut. Kemudian A.N Whitehead (1999:15)
menyatakan bahwa sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde
pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala/fakta (orde observasi),
dan kedua didasarkan pada konsep-konsep manusia mengenai alam (orde
konsepsional).
IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau
meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh
dengan rahasia yang tak ada habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia
alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan
sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar.
Namun demikian dari segi waktu, jarak semakin lama semakin sempit, sehingga
semboyan "sains hari ini adalah teknologi hari esok merupakan semboyan yang
berkali-kali dibuktikan oleh sejarah". Bahkan kini sains dan teknologi yang saling
mengisi (komplementer), ibarat mata uang, disatu sisinya mengandung hakikat
sains (the nature of science) dan sisi lainnya mengandung makna teknologi (the
meaning of technology).
Tingkat sains dan teknologi yang ingin dicapai oleh uatu bangsa biasanya
digunakan sebagai tolok ukur untuk kemajuan bangsa itu. Apalagi di masa yang

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman iv


akan datang (abad 22), kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh
kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu bangsa dalam
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
IPA di Sekolah Dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk
rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka
mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan
bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA
di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik
terhadap dunia mereka dimana mereka hidup.

B. Rumusan Pembelajaran
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa hakikat IPA?
2. Bagaimana konsep dan prinsip IPA?
3. Mengapa IPA perlu diajarkan di Sekolah Dasar?
4. Apa hakikat pembelajaran IPA?
5. Apa saja teori belajar dalam pembelajaran IPA?
6. Apa saja model pembelajaran dalam pembelajaran IPA?
7. Bagaimana media pembelajaran IPA?
8. Bagaimana lingkungan sebagai sumber belajar IPA?
9. Bagaimana perangkat pembelajaran IPA?
10. Bagaimana pengembangan silabus IPA?
11. Bagaimana pengembangan RPP IPA?
12. Bagaimana pengembangan bahan ajar IPA?
13. Bagaimana pengembangan Lembar kerja siswa (LKS) dalam pembelajaran
IPA?
14. Bagaimana penilaian dalam pembelajaran IPA?
15. Bagaimana remediasi dalam pembelajaran IPA?

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman v


16. Bagaimana contoh silabus Mata Pelajaran IPA SD?
17. Bagaimana contoh RPP Mata Pelajaran IPA SD?

C. Tujuan Penulisan
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hakikat IPA.
2. Untuk mengetahui konsep dan prinsip IPA.
3. Untuk mengetahui mengapa IPA perlu diajarkan di Sekolah Dasar.
4. Untuk mengetahui hakikat pembelajaran IPA.
5. Untuk mengetahui apa saja teori belajar dalam pembelajaran IPA.
6. Untuk mengetahui apa saja model pembelajaran dalam pembelajaran IPA.
7. Untuk mengetahui media pembelajaran IPA.
8. Untuk mengetahui lingkungan sebagai sumber belajar IPA.
9. Untuk mengetahui perangkat pembelajaran IPA.
10. Untuk mengetahui pengembangan silabus IPA.
11. Untuk mengetahui pengembangan RPP IPA.
12. Untuk mengetahui pengembangan bahan ajar IPA.
13. Untuk mengetahui pengembangan Lembar kerja siswa (LKS) dalam
pembelajaran IPA.
14. Untuk mengetahui penilaian dalam pembelajaran IPA.
15. Untuk mengetahui remediasi dalam pembelajaran IPA.
16. Untuk mengetahui contoh silabus Mata Pelajaran IPA SD.
17. Untuk mengetahui contoh RPP Mata Pelajaran IPA SD.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman vi


BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT IPA
Sains berasal dari kata science istilah yg mengacu pada masalah-masalah ke
alaman (nature). Secara sederhana sains didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Sains juga merupakan bagian dari
ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,
dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah.
Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam
semesta dengan pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun
pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi
secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam
semesta dengan segala isinya (Hendro Darmojo, 1992:3).
Selain itu, Nash 1993 (Hendro Darmojo, 1992:3) dalam bukunya The
Nature of Science, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode
untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia
ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara suatu
fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu
perspektif yang baru tentang obyek yang diamatinya.
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa
inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan
dengan alam atau bersangkutan paut dengan alam, science artinya ilmu
pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya
dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-
peristiwa yang terjadi di alam ini.
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh
manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Winaputra,

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 1


1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang
berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya
pengetahuan itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan
lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu
kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak
hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara
eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Selanjunya Winaputra (1992:123) mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan
kmpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan
kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas sains adalah ilmu pengetahuan yang:
1. Mempunyai objek.
2. Menggunakan metode ilmiah.

B. KONSEP DAN PRINSIP IPA


Sebenarnya sains bukan hanya sebuah produk, melainkan juga sebagai
proses yang menghubungkan system, metode atau proses pengamatan,
pemahaman dan penjelasan tentang alam, seperti yang ditulis dalam salah satu
situs internet yang menyatakan bahwa sains merupakan suatu system yang saling
berhubungan dari metode-metode atau proes-proses yang digunakan untuk
menyelidiki, memahami, dan menjelaskan alam semesta.
(Science is also an articulated system of menthods or processes used to
investigate, understand and explain the natural wordl) (http:www2.edafac.usyd.
edu. Au/ methods/ science/ scienceprocesses.htm1).
Lebih jelas Carin dn Sund (1989) menyebutkan bahwa unsur-unsur sains
terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk, dan sikap.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 2


 Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis,
merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses
pemahaman kealaman lainnya.
 Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah,
postulat-postulat dan sebagainya.
 Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menanggapi, menerima, dan
sebagainya.
Setiap Pembelajaran IPA dimulai dengan judul yang mengacu pada masalah
utama yang diajarkan dalam unit. Dalam kurikulum, konsep telah diberikan
langsung pada setiap pembelajaran; misalnya satu unit pembelajaran biasanya
berlangsung kurang lebih 80 menit, tetapi mungki dua kali lIPAt drinya yang
dalam hal ini sudah termasuk pratikumnya.
Pada pembelajaran IPA sekolah dasar diperlukan pengetahuan dasar
mengenai konsep yang terkandung dalam setiap unit pelajaran. Sebelum
pembelajaran dimulai sudah barang tentu, guru IPA memberitahu kepada peserta
didik tujuan-tujuan yang diharapkannya, yang kemudian akan menjadi capaian
setelah pelajaan selesai.
Bila topik yang akan dibahas itu berhubungan dengan praktik IPA, maka
guru IPA perlu lebih awal mengkondisikan persiapan-persiapan dalam
menyediakan peralatan/bahan apa saja yang diperlukannya. Berikutnya guru
hendaknya menentukan langkah-langkah pembelajarannya seperti: (1) bagaimana
memulai pembelajaran yakni pengenalan masalah/topik pembelajaran, (2)
bagaimana membuat siswa mengerti tentang konsep yang dipelajarinya, (3)
bagaimana mengaplikasikan konsep sesuai kehidupan sehari-hari, (4)
menyimpulkan pelajaran/memberikan rangkuman ataupun ringkasan dan (5)
memberikan tindak lanjut, misalnya pekerjaan rumah. (Usman, 2010: 19)

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 3


C. HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA
1. Belajar Mengajar IPA
Model belajar yang cocok untuk anak Indonesia adalah belajar melalui
pengalaman berlangsung (Learning by doing). Model belajar ini memperkuat
daya ingat anak dan biayanya sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan
media belajar yang ada di lingkungan anak sendiri.
Dikutip oleh Tisno Hadisubroto dalam bukunya Pembajaran IPA
sekolah Dasar (1996:28), Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung
yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan
kognitif anak. Pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari
kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun. Efesiensi pengelaman langsung
pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek
yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk
mengembangkan konsep tertentu hanya bila ia telah memiliki struktur kognitif
(skemata) yang menjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang
bersifat hirarkhis dan integratif.
2. IPA untuk Sekolah Dasar
IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat
pendidikan IPA menjadi penting, tetapi IPA yang bagaimanakah yang paling
tepat untuk anak-anak? Oleh karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat
disbanding dengan struktur kognitif ilmuwan, pada hal mereka perlu diberikan
kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang
perlu dimodifikasikan sesuai dengan tahap perkembang kognitifnya.
Keterampilan proses sains didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam
Carin, 1993:5) adalah: (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang di
amati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang
terjdi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat
apakah ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga
menegaskan bahwa dalam IPA tercakup juga coba-coba dn melakukan

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 4


kesalahan, gagal dan mencoba lagi. Ilmu pengetahuan Alam tidak
menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan. Dalam
IPA anak-anak dan kita harus tetap bersikap skeptis sehingga kita selalu siap
memodifikasi model-model yang kita punyai tentang alam ini sejalan dengan
penemuan-penemuan baru yang kita dapatkan.
Setiap guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata pelajaran
yang diajarkan perlu diajarkan di sekolahnya. Demikian pula halnya dengan
guru IPA, baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas,
seperti halnya di Sekolah Dasar. Ia harus tahu benar kegunaan-kegunaan apa
saja yang dapat diperoleh dari pelajaran IPA.
3. Tujuan Kurikuler Pembelajaran IPA
Berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan di
dalam suatu kurikulum sekolah yaitu: (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu
bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan
materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu
dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, dan disebut-sebut
sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi
ialah IPA. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter
yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai imu pengetahuan alam, (2)
Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata
pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis; misalnya
IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Sebagai
contoh hal berikut ini: “Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” anak diminta
untuk mencari dan menyelidiki hal ini, (3) Bila IPA diajarkan melalui
percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah
merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belakang, (4) Mata pelajaran
IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaita dapat membentuk kepribadian
anak secara keseluruhan.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 5


Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA adalah
sebagai berikut:
1. Konsep IPA dapat berkembang baik, hanya bila pengalaman langsung
mendahului pengenalan generalisasi-generalisasi abstrak. Metode seperti
ini berlawanan dengan metode tradisional, dimana konsep IPA
diperkenalkan secara verbal saja.
2. Daur belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA sebagai berikut:
a. Eksplorasi, yaitu kegiatan dimana anak mengalami atau mengindar
objek secara langsung. Pada langkah ini anak memperoleh informasi
baru yang adakalanya bertentangan dengan konsep yang telah
dimilikinya.
b. Generalisasi, yaitu menarik kesimpulan dari beberapa informasi
(pengalaman) yang tampaknya bertentanga dengan yang telah dimiliki
anak.
c. Deduksi, yaitu mengaplikasikan konsep baru (generalisasi) itu pada
situasi kondisi baru.
Proses berpikir berkembang melalui tahap-tahap daur blajar ini
mendorong perkembngan berpikir sietiko-dedukatif, yakni anak dapat
menganalisis objek IPA dari pemahaman umum hingga pemahaman khusus.
(Usman, 2010: 4)

D. TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA


Teori belajar yang menonjol di dalam pembelajaran IPA adalah teori
kognitivisme dan teori konstruktivisme. Teori kognitivisme menguraikan
perkembangan kognitif dari bayi sampai dewasa. Sedangkan teori
konstruktivisme menekankan bahwa individu tidak menerima begitu saja ide-ide
dari orang lain. Mereka membangun sendiri dalam pikiran mereka ide-ide tentang
peristiwa alam dari pengalaman sebelum mereka mendapat pelajaran IPA di

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 6


sekolah. Ide-ide yang mereka bentuk dan pengajaran IPA yang mereka dapatkan
di sekolah disimpan didalam struktur kognitif mereka.
Gagasan teori kognitif, dengan tokoh utama Jean Piaget telah
menyumbangkan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk
memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang perkembangan
individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif individu meliputi empat tahab,
yaitu:
1. Tahab sensorimotor : 0-2 tahun
2. Tahab pra operasional : 2 - 7 tahun
3. Tahab operasi kongkret : 7 - 11 tahun
4. Tahab operasi formal : setelah 11 tahun
Masih menurut Piaget bahwa seorang anak dalam belajarnya akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahab perkembangan kognitifnya. Dalam
pembelajaran IPA, peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan objek fisik yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya
dan dibantu oleh pertanyaan pancingan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dalam lingkungan.
Implikasi teori kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:
1. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu
guru dalam mengajar harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berpikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Untuk itu guru harus membantu agar anak dapat berinteraksi
dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahab perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anakanak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temannya.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 7


Teori Konstruktivisme Richartson (Hidayati: 2011) memandang bahwa
pembentukan pengetahuan sepenuhnya persoalan individu. Lebih lanjut Mattew
(Hidayati; 2011) menyatakan bahwa peranan individu sangat penting dalam
proses pembentukan ilmu pengetahuan. Dari dua pendapat tersebut jelas bahwa
belajar adalah kegiatan aktif peserta didik untuk membangun pengetahuannya.
Peserta didik sendiri yang bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasil
belajarnya. Peserta didik sendiri yang melakukan penalaran melalui seleksi dan
organisasi pengalaman serta mengintegraikannya dengan apa yang diketahui.
Belajar merupakan proses negosiasi makna berdasarkan pengertian yang
dibangun secara personal. Belajar bermakna terjadi melalui refleksi, resolusi
konflik kognitif, dialog, penelitian, pengujian hipotesis, pengambilan keputusan,
yang semuanya ditunjuk untuk memperbaharui tingkat pemikiran individu
sehingga menjadi semakin sempurna.
Hal yang penting, bagaimana guru mendorong dan menerima otonomi
peserta didik, investigasi bertolak dari data mentah dan sumber-sumber primer
(bukan hanya buku teks), menghargai pemikiran peserta didik, dialog, pencarian,
dan teka-teki sebagai pengarah pembelajaran. Secara tradisional, pembelajaran
telah dianggap sebagai bagian "menirukan" suatu proses yang melibatkan
pengulangan peserta didik, atau meniru-niru informasi yang baru disajikan dalam
laporan atau kuis dan tes. Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran
lebih diutamakan untuk membantu peserta didik dalam menginternalisasi,
membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru. Untuk
menginternalisasi serta dapat menerapkan pembelajaran menurut paradigma
konstruktivistik, terlebih dahulu guru diharapkan dapat merubah pikiran sesuai
dengan pandangan konstruktivistik. Melalui pendekatan ini, peserta didik secara
aktif membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan apa yang diketahui peserta
didik berdasarkan "apa yang diketahui peserta didik". Serta guru berperan sebagai
narasumber yang bijak dan berpengetahuan serta berfungsi sebagai sutradara yang
mengendalikan proses pembelajaran dan siap membantu peserta didik dalam

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 8


apabila ada kemacetan proses pembelajaran atau melantur tanpa arah. Proses
pembelajaran IPA yang kontekstual dapat menerjemahkan konsep-konsep abstrak
ke dalam bentuk konkret, mengapresiasikan permasalahan sehari-hari dalam
masyarakat, teknologi dan lingkungan sekitar serta memecahkannya secara
berpikir sistematis, analitis, dan alternatif.
Implikasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
meliputi empat tahapan, yaitu:
1. Apersepsi
Dalam tahap ini, peserta didik didorong untuk mengungkapkan
pengetahuan awal tentang konsep yang akan dibahas. Disini guru dapat
memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik tentang fenomena yang
sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas dan
peserta didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan mengilustrasikan
pemahamannya tentang konsep itu.
2. Eksplorasi
Di tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
menemukan konsep melalui pengumpulan, pengoganisasian, dan
pengintepretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang pendidik
serta secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok lain.
3. Diskusi dan Penjelasan Konsep
Saat peserta didik memberi penjelasan dan solusi yang didasarkan pada
hasil observasinya ditambah dengan penguatan pendidik, maka peserta didik
membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
4. Pengembangan dan Aplikasi
Guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui
kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan
dengan isu-isu di lingkungannya.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 9


Menurut Widodo (Tri Sumi Hapsari; 2011) menyimpulkan bahwa ada lima
unsur penting dalam lingkungan pembelajaran yang konstruktivis, yaitu:
1. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal peserta didik
Kegiatan belajar ditujukan untuk membantu peserta didik dalam
mengkonstruksi pengetahuan. Peserta didik didorong untuk mengkonstruksi
pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengatahuan awal yang dimilikinya.
2. Pengalaman belajar yang otentik dan bermakna
Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang
sedemikian rupa sehingga bermakna bagi peserta didik. Oleh karena itu dalam
melakukan pembelajaran hendaklah yang dapat menimbulkan minat, sikap,
dan kebutuhan belajar peserta didik.
3. Adanya lingkungan sosial yang kondusif
Peserta didik diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif
dengan sesama peserta didik maupun dengan guru. Selain itu juga ada
kesempatan bagi peserta didik untuk bekerja dalam berbagai konteks sosial.
4. Adanya dorongan agar peserta didik bisa mandiri
Peserta didik didorong untuk bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya. Oleh karena itu, peserta didik dilatih dan diberi kesempatan untuk
melakukan refleksi dan mengatur kesempatan belajarnya.
5. Adanya usaha untuk mengenalkan peserta didik tentang dunia ilmiah
IPA bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga
mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran IPA harus bisa
melatih dan memperkenalkan peserta didik tentang "kehidupan" ilmuwan.
(Haryono, 2013: 49)

E. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPA


1. Kontruktivisme dalam Pembelajaran IPA
Apakah yang menjadi tujuan pembelajaran IPA di SD? Samakah cara
siswa belajar IPA dengan cara siswa belajar IPS? Tentunya belajar sesuatu

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 10


harus sesuai dengan sifat atau karakteristik dari materi pelajaran serta
perkembangannya.
Mengajarkan tidak sama dengan membelajarkan. Hal itu terdeteksi dari
hasil mengajar seorang guru yang tidak selalu dapat membelajarkan siswanya.
Hasil belajar siswanya bervariasi. Apalagi jika kegiatan mengajar seorang
guru tidak mempunyai tujuan atau tidak mengacu pada tujuan.
a. Pandangan tentang Belajar Mengajar
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa mengajar tidak
secara otomatis menjadikan siswa belajar. Tugas guru dalam mengajar
antara lain membantu transfer belajar. Tujuan transfer belajar ialah
menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi baru, artinya apa
yang telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya. Melalui penugasan dan
diskusi kelompok misalnya seorang guru dapat membantu transfer belajar.
Oleh karena itu fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip yang diperlukan
untuk terjadinya transfer belajar sudah dikuasai oleh para siswa yang
sedang belajar.
Bigge (dalam Dahar, 1989) merangkum perbedaan penting antara
belajar perilaku dan teori belajar kognitif. Seorang guru penganut teori
perilaku berkeinginan mengubah perilaku siswanya, sedangkan guru
penganut teori perilaku berkeinginan untuk menubah pemahaman
siswanya. Sesungguhnya ada dua kutub belajar dalam pendidikan, yaitu
tabula rasa dan kontruktivisme. Menurut rujukan tabula rasa siswa
diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat ditulis apa saja oleh gurunya
atau ibarat wadah yang kosong yang bisa diisi apa saja oleh gurunya.
Dengan pendapat ini seakan-akan siswa pasif dan memiliki keterbatasan
dalam belajar. Menurut rujukan kontrukstivisme setiap orang yang belajar
sesungguhnya membangun pengetahuannya sendiri. Jadi siswanya aktif
dan dapat terus meningkatkan diri dalam kondisi tertentu.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 11


b. Struktur Kognitif
Struktur kognitif seseorang pada suatu saat meliputi segala sesuatu
yang telah dipelajari oleh seseorang (Ausubel dalam Klausemeier, 1994:
22). Hasil belajar dapat dikategorikan menjadi informasi verbal (i);
keterampilan (ii); konsep, prinsip, dan struktur pengetahuan (iii);
taksonomi dan keterampilan memecahkan masalah (iv); strategi belajar
dan strategi mengingat (v). Seluruh hal itu dipelajari “initialy”, dan
dipresentasikan secara internal, diatur, dan disimpan dalam bentuk
“image”, simbol, dan makna. Struktur kogntif mengalami perubahan sejak
lahir dan maju berkelanjutan sebagai hasil proses belajar dan
pendewasaan/kematangan. Konsep, prinsip dan struktur pengetahuan
(termasuk taksonomi dan hierarkinya) dan pemecahan masalah merupakan
hasil belajar yang penting dalam ramah kognitif.
c. Konsep dan konsepsi
Konsep dan konsepsi merupakan dua istilah yang sering
dipertukarkan penggunaannya, padahal keduanya berbeda baik dalam
pengertian maupun penggunaanya. Kosep bersifat lebih umum dan
dikenal dan diumumkan berdasarkan kesepakatan, sedangkan konsepsi
bersifat khusus atau spesifik dan individual.
Dalam kamus konsep diartikan sebagai sesuatu yang diterima dalam
pikiran, atau sesuatu gagasan yang umum atau abstrak. Menurut Rosser
(dalam Dahar, 1989: 80) konsep adalah suatu abstrak yang mewakili satu
kelas, kejadian, kegiatan; atau hubungan, yang memiliki atribut sama.
Konsep merupakan abstraksi yang berdasarkan pangalaman. Karena
pengalaman dua orang tidak sama, maka konsep yang dibentuk juga
mungkin berbeda. Walaupun konsep-konsepnya berbeda, konsep-konsep
itu cukup serupa bagi kita untuk dapat berkomunikasi satu sama lain
dengan menggunakan nama atau label konsep. Nama atau label konsep itu
adalah symbol yang digunkan untuk menyatakan konsep, yang merupakan

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 12


abstrak internal. Nama atau label itu sendiri bukanlah konsep. Dengan
kata lain konsep merupakan suatu abstrak mental yang mewakili
sekelompok stimulus. Contohnya konsep tumbuhan, sel, hidup.
Bell (1995) memberikan batasan konsep dalam dua dimensi.
Dimensi pertama menyatakan konsep sebagai konstruk mental dari
seseorang yang ditandai satu atau lebih kata yang menyatakan konsep
khusus. Dimensi kedua menytakan konsep sebagai pengertian yang
diterima secara sosial. Konsep sebagai konstruk mental merupakan
komponen-komponen kritis dari perubahan kematangan seseorang secara
terus menerus, perluasan struktur kognitif. Konsep juga merupakan batu
batu pengembangan berfikir. Pendidikan formal diarahkan unruk belajar
konsep dan struktur pengetahuan yang saling berhubungan menjadi
konsep-konsep dn prinsip-prinsip yang terorganisir.
Prinsip terbentuk dari konsep. Pembentukan prinsip dan konsep
melibatkan hubungan antar konsep. Terdapat empat (4) tipe dasar
hubungan yang dinyatakan dalam prinsip, yaitu (1) sebab-akibat (cause-
and effect), (2) korelasi (correlational), (3) peluang (axiomatic). Tipe
dasar hubungannya sebab-akibat paling banyak terdapat dalam IPA, tetapi
dalam tipe lainnya banyak ditemukan. Contoh:
 Penyakit TBC disebabkan oleh organisme yang disebut
Mycobacterium tuberculosis. (Hubungan sebab-akibat).
 Perkembangan teori sel berlangsung sejalan dengan perkembangan
temuan alat dan prosedur dalam mempelajari sel. (Korelasional).
 Logam (pada umumnya) mengembang bila dIPAnaskan.
(Peluang).
 Bujangan atau perjaka adalah laki-laki dan belum/tidak kawin.
(Aksiomatik).

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 13


Pengalaman seseorang tentang sesuatu (stimulus) menghasilkan
konsepsi. konsepsi seseorang berbeda dengan konsepsi orang lain.
Konsepsi berasal dari kata to conceive yang artinya cara menerima.
Contohnya konsepsi awam tentang “konsep” berarti draft, seperti pada
konsep surat. Melalui contoh tersebut tampak jelas bagaimana
subjektifnya konsepsi seseorang tentang sesuatu (dalam hal ini konsep).
untuk belajar di kelas/sekolah yang lebih lanjut atau hidup di masyarakat.
Dengan cara ini diharapkan kualitas kemampuan siswa dapat dijaga
dengan baik. (Usman: 2010: 51)

F. LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPA


Pembelajaran IPA dapat dialami dalam kehidupan sehari-hari. Kapanpun
dan dimanapun seseorang dapat menjumpai fenomena IPA termasuk dalam
lingkungan dimana kita tinggal.
Salah satu masalah dalam pembelajaran IPA dewasa ini adalah kurangnya
kurangnya sumber belajar untuk mendukung suatu kegiatan belajar mengajar.
Biasanya sumber belajar selalu dikaitkan dengan alat dan bahan yang harus dibeli
di tempat tertentu, sehingga alat dan bahan menjadi bahan sandungan bagi guru
untuk menciptakan iklim belajar yang ideal. Akibatnya peserta didik hanya
dijejali dengan hafalan yang membuat mereka menjadi jenuh dan tidak tertarik
terhadap mata pelajaran IPA.
Sebenarnya sumber belajar dapat juga diperoleh dari sekitar kita, misalnya
dengan menugaskan peserta didik untuk membawa benda-benda tertentu (dapat
berupa barang bekas ke sekolah). Selain itu, lingkungan juga dapat digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar. Banyak benda, makhluk hidup atau fenomena-
fenomena alam yang menarik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar, hanya
masalahnya guru belum terbiasa menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 14


Banyak keuntungan yang akan diperoleh ketika kita menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu:
1. Peserta didik mendapat informasi berdasarkan pengalaman langsung,
karena itu pengajaran akan lebih bermakna dan menarik.
2. Pengajaran menjadi lebih kongkrit.
3. Penerapan ilmu dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih mudah dan
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi peserta didik.
4. Sesuai dengan prinsip pengajaran, yaitu belajar harus dimulai dari yang;
kongkrit ke abstrak, mudah/sederhana ke yang sukar/kompleks, sudah
diketahui ke yang belum diketahui.
5. Mengembangkan motivasi dan prinsip "belajar bagaimana belajar
(learning how to learn)" berdasarkan pada metode ilmiah dan
pengembangan keterampilan proses IPA sehingga akan tertanam sikap
ilmiah.
6. Peserta didik dapat mengenal dan mencintai lingkungannya, sehingga
akan timbul rasa syukur, mengagumi dan mengagungkan kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa sebagai Penciptanya.
Untuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, ada beberapa
tahapan yang harus dilakukan guru yaitu sebagai berikut:
1. Tahab Persiapan
Pada tahab persiapan, terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan
yang ingin dicapai dari penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dan
menentukan konsep yang ingin ditanamkan kepada peserta didik. Setelah itu
dilakukan survey ke tempat yang ingin dituju. Lakukan penjelajahan di tempa
tersebut dengan teliti. Catat benda-benda, makhluk hidup, makhluk hidup atau
fenomena-fenomena alam yang diperkirakan akan menarik minat peserta
didik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar. Kemudian dari hasil
survey itu dibuatlah Lembar Kerja (LK) yang sesuai dengan tujuan dan
konsep yang akan ditanamkan kepada peserta didik. Jika tempat yang dituju

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 15


itu peserta didik tidak melakukan kegiatan eksperimen namun hanya menggali
pengetahuan dan mencatat data-data yang ada, buat instrument yang sesuai
misalnya berupa lembar pengamatan, pedoman wawancara atau kuisioner.
Setelah LK atau instrument yang diperlukan selesai, siapkan alat dan bahan
atau fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk studi lapangan tersebut.
2. Tahab Pelaksanaan
Pada tahab ini, guru hendaknya membimbing peserta didik untuk
melakukan kegiatan sesuai dengan LK atau instrument lain yang dibuat.
Ciptakan suasana yang mendukung agar peserta didik tertarik dan tertantang
untuk melakukan kegiatan sebaik-baiknya.
3. Tahab Pasca Kegiatan Lapangan
Sekembalinya peserta didik dari lapangan, mereka harus membuat
laporan tentang apa yang telah mereka lakukan dan bagaimana hasilnya.
Sistematika laporan sebaiknya diberikan guru untuk memudahkan peserta
didik dalam menyusun laporannya. Laporan yang dibuat peserta didik
hendaknya memuat data yang dapat digunakan guru untuk membimbing
peserta didik agar dapat memahami suatu konsep. Mintalah peserta didik
utnuk mempresentasikan hasil kegiatannya. Ajukan pertanyaan-pertanyan
yang membimbing peserta didik untuk memahami suatu konsep sesuai dengan
kegiatan yang telah mereka lakukan. Setelah pembelajaran selesai, mintalah
kepada peserta didik untuk menempelkan hasil laporannya sebagai pajangan
di kelas masing-masing.

G. PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SD


Sebagai guru/calon guru salah satu tugas pokok dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari adalah menyusun perangkat pembelajaran, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 16


3. Media
4. Bahan ajar
5. Lembar kerja siswa
6. Evaluasi/Penilaian
Perencanaan proses pembelajaran disusun guna memfasilitasi terjadinya
proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menantang, menyenangkan, dan
diharapkan. Dalam hal ini perencanaan proses pembelajaran merupakan pedoman
yang konsisten dalam melaksanakan, menilai, dan mengawasi proses
pembelajaran.
Perencanaan proses pembelajaran adalah proses perancangan pengalaman
belajar yang bermakna bagi peserta didik. Perencanaan proses pembelajaran yang
bertitik tolak dari standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), yang
tercantum dalam kurikulum kemudian dikembangkan dalam materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian hasil belajjar,
dan sumber belajar, sampai pada evaluasi.

H. PENGEMBANGAN SILABUS IPA


Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP,
2006).
Langkah-langkah Pengembangan Silabus meliputi:
a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
b. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
c. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
d. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 17


e. Penentuan Jenis Penilaian
f. Menentukan Alokasi Waktu
g. Menentukan Sumber Belajar
Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi
(SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta Panduan Penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan silabus disusun di
bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan untuk SD atau SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di
bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta Kementrian Agama untuk MI,
MTs, MA dan MAK.

I. PENGEMBANGAN RPP IPA


1. Pengertian dan Unsur-unsur Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran merupakan persiapan mengajar yang berisi hal-
hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang antara lain meliputi: pemilihan materi, metode,
media, dan alat evaluasi. Rencana pembelajaran merupakan realisasi dari
pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus.
Rencana pembelajaran merupakan rencana atau program yang disusun
oleh guru untuk satu atau dua pertemuan, untuk mencapai target satu
kompetensi dasar. Rencana pembelajaran berisi gambaran tentang kompetensi
dasar yang akan dicapai, indikator, materi pokok, skenario pembelajaran tahap
demi tahap dan penilaiannya. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan rencana pembelajaran berdasarkan kompetensi dan kemampuan
dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran,
pengalaman belajar, yang telah dikembangkan di dalam silabus dengan
menggunakan berbagai pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan dan materi yang memberikan kecakapan
hidup sesuai dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, digunakan

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 18


strategi, metode dan media yang relevan, yang mendekatkan siswa dengan
pengalaman langsung. Penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan
berkelanjutan didasarkan pada sistem asessmen yang dikembangkan selaras
dengan pengembangan silabus.
2. Manfaat Rencana Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memiliki manfaat diantaranya:
a) guru akan terhindar dari keberhasilan secara tidak sengaja, karena
perencanaan disusun untuk mencapai hasil yang optimal,
b) dapat menentukan langkah dan strategi yang tepat dalam pembelajaran;
c) dapat menentukan dan mempersiapkan berbagai alat dan fasilitas yang
diperlukan dalam pembelajaran.
Dengan perkataan lain perencanaan pelaksanaan pembelajaran
bermanfaat sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan efisien dan efektif dalam
mencapai tujuan.
3. Prosedur Pengembangan Rencana Pembelajaran
Dasar utama untuk mengembangkan perencanaan pembelajaran adalah
silabus. Berdasarkan silabus yang ada seorang guru kemudian menentukan
strategi atau model pembelajaran meliputi: pemilihan pendekatan dan metode
pembelajaran serta menentukan media yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.
Rencana Pembelajaran minimal memiliki komponen–komponen sebagai
berikut:
a. Identitas Rencana Pembelajaran
b. Kompetensi dasar
c. Indikator hasil belajar
d. Media Pembelajaran
e. Skenario Pembelajaran
f. Penilaian dan Tindak Lanjut

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 19


Berikut adalah langkah-langkah menyusun Rencana Pembelajaran IPA MI:
a. Tulislah Identitas Rencana Pembelajaran
Identitas rencana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berisi:
Judul, mata pelajaran, kelas, semester, konsep IPA, dan alokasi waktu.
b. Menuliskan Kompetensi dasar
Kompetensi Dasar adalah kemampuan minimal yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan siswa yang meliputi: pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dan nilai nilai setelah mengikuti pembelajaran.
Kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya
yang dapat diukur dan diamati.
c. Perumusan Indikator hasil belajar
Indikator merupakan sasaran yang akan dicapai setelah proses
pembelajaran dilaksanakan. Indikator hasil belajar dijabarkan dari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum. Dalam
mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan belajar siswa
 Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik Ilmu
Pengetahuan Alam yakni IPA sebagai proses, IPA sebagai
prosedur dan IPA sebagai produk.
 Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau
dapat diamati
d. Daftarlah Kebutuhan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran. Oleh karenanya dalam perencanaan pembelajaran
harus dicantumkan daftar kebutuhan media, yang berisi daftar alat, benda,
dan media lain yang akan digunakan disertai dengan keterangan jumlah
dan jenisnya

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 20


e. Rancanglah Skenario Pembelajaran
Skenario pembelajaran berisi langkah tahap demi tahap bagaimana
pembelajaran akan dilaksanakan. Tahapan pembelajaran tertuang dalam
kegiatan awal kegiatan inti dan kegiatan akhir / pemantapan.
f. Penilaian dan Tindak Lanjut
Dalam Penilaian dan tindak lanjut ini dicantumkan prosedur dan
instrument yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa
serta tindak lanjut hasil penilaian. Bila langkah-langkah tersebut
digambarkan dalam bentuk flowchar/diagram maka akan diperoleh
model pengembangan sebagai berikut:

Diagram
Langkah Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

J. MEDIA PEMBELAJARAN IPA


1. Makna dan Peran Media Pembelajaran
Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar,
pengajar, dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan
sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan
adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh
pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi,
baik simbol verbal maupun maupun simbol non verbal atau visual.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 21


Untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari guru untuk peserta didik,
biasanya guru menggunakan alat bantu mengajar (teaching aids) berupa
gambar, model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman
kongkret, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap atau yang kita
kenal sebagai alat bantu visual. Dengan berkembangnya teknologi pada
pertengahan abad ke-20 guru juga menggunakan alat bantu audio visual dalam
proses pembelajarannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari verbalisme
yang mungkin terjadi jika hanya menggunakan alat bantu visual saja.
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam
memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Penggunaan
media dalam pembelajaran dapat mempermudah peserta didik dalam
memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret. Hal ini sesuai dengan
pendapat Jerome S Bruner bahwa peserta didik belajar melalui tiga tahapan
yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahab enaktif yaitu tahab dimana peserta
didik belajar dengan memanipulasi benda-benda konkrit. Tahab ikonik yaitu
tahab dimana peserta didik belajar dengan menggunakan gambar atau
videotapes. Sementara tahab simbolik yaitu tahab dimana peserta didik belajar
menggunakan simbol-simbol.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Media membantu mempertinggi proses belajar yang pada gilirannya
dapat mempertinggi hasil belajar yang sangat diharapkan. Ada beberapa
alasan mengapa media dapat mempertinggi mutu proses belajar, diantaranya
adalah:
a. Makin memperjelas bahan pengajaran yang disampaikan guru.
b. Memberi pengalaman nyata kepada peserta didik.
c. Merangsang peserta didik berdialog dengan dirinya.
d. Merangsang cara berpkir peserta didik.
3. Kaitan antara Media dan Proses Belajar IPA

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 22


Kaitannya dengan pembelajaran IPA, media adalah segala sesuatu yang
dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerimadan merngsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat peserta didik sehingga terjadi proses belajar IPA.
Secara sederhana kehadiran media dalam pembelajaran IPA memiliki nilai-nilai
praktis sebagai berikut:
a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki peserta didik.
b. Media yang disajkan dapat melampaui batasan ruang kelas.
c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya.
d. Media yang disajikan dapat menghasilkan keseragaman pengamatan peserta
didik.
e. Secara potensial, media yang disajikan secara tepat dapat menanamkan
konsep dasar IPA yang kongkrit, benar, dan berpijak pada realitas.
f. Media dapat membangkitkan kinginan dan minat baru.
g. Media mampu membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik
untuk belajar IPA.
h. Media mampu memberikan belajar secara integral dan menyeluruh dari
yang kongkrit ke yang abstrak, dari sederhana ke yang rumit.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
dapat meningkatkan dan mempertinggi proses belajar peseta didik yang pada
akhirnya meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini disebabkan karena
media pembelajaran mempunyai fungsi:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
b. Pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dIPAhami
peserta didik, dan memungkinkan peserta didik untuk dapat menguasai
tujuan pembelajaran lebih baik.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 23


c. Metode belajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata berkomunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru. Dengan variasi metode
mengajar maka peserta didik tidak merasa bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi kalau guru mengajar untuk tiap jam pelajaran.
d. Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar karena tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan , mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Berkenaan dengan taraf berpikir peserta didik, taraf berpikir manusia
mengikuti perkembangan dimulai dari berpikir kongkrit menuju berpikir
abstrak, dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Dalam hal ini,
penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir
tersebut sebab melalui media hal-hal yang abstrak dapat dikongkritkan dan hal-
hal yang kompleks dapat disederhanakan. Contohnya penggunaan media berupa
tiruan. (Haryono, 2013: 55)

K. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA


1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara
garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau
nilai. Pengetahuan yang termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek,
peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, dan nama orang. Misal, penemu
benua Amerika adalah Copernicus Columbus.
Pengetahuan yang termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi,
ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek. Misal, massa adalah besaran
kuantitas suatu benda. Pengetahuan yang termasuk materi prinsip adalah dalil,
rumus, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 24


"jika.. maka….", misalnya Jika logam dIPAnasi maka akan memuai, rumus
menghitung massa jenis (𝜌) adalah massa dibagi volume. Pengetahuan yang
termasuk materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-
langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas.
Misal, langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop atau langkah-
langkah percobaan pengaruh kalor pada benda. Untuk mempermudah
pemahaman klasifikasi materi pembelajaran, perhatikan dan pelajari Tabel
4.1.
2. Penentuan Cakupan Bahan Ajar
Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan
penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam
menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran
akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu
banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian
(sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran.
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus
diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip,
prosedur), aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik, sebab nantinya jika
sudah dibawa ke kelas maka masing-masing jenis materi tersebut memerlukan
strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.

Tabel 4.1 Klasifikasi Materi Pembelajaran Menjadi Fakta, Konsep, Prinsip


dan Prosedur
No Jenis Materi Pengertian dan Contoh
1. Fakta Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan dimana.
Contoh:
Penemu Benua Amerika adalah Copernicus Colombus,
ayam berkembangbik dengan cara bertelur, sapi adalah
hewan menyusui berkaki empat.
2. Konsep Definisi, identifikasi, klasifikasi, cirri-ciri khusus.
Contoh:
Definisi: massa adalah besaran kuantitas suatu benda;

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 25


Identifikasi: larva beraal dari telur hewan yang menetas
pada metamorphosis;
Klasifikasi: berdasarkan jenis makanannya paruh burung
dikelompokkan menjadi paruh yang lancip - melengkung
dan kuat, paruh yang lebar-tumpul, paruh yang lancip-
panjang
Cirri Khusus: alat pernapasan pada ikan adalah insang.
3. Prinsip Penerapan dalil, atau hukum yang dapat dinyatakan dengan
pernyataan jika… maka….
Contoh:
Hukum Archimedes: Jika benda padat dimasukkan ke
dalam zat cair/fluida maka akan mengalami gaya ke atas
sebesar berat zat cair yang dipindahkan zat cair tersebut.
4. Prosedur Bagan arus atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkah-
langkah pengerjaan sesuatu secara urut.
Contoh:
Langkah percobaan pengaruh kalor pada benda
(perubahan wujud):
1. Meletakkan balok es batu ke dalam kantong susu bekas
2. Memanaskan kaleng yang berisi balok es di atas
kompor spiritus/nyala lilin
3. Mencatat perubahan wujud yang terjadi pada es dan
mencatat waktu yang diperlukan es untuk mencair.

Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran, kita juga harus


memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan
cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman
materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak
materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi ajar, sedangkan
kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang
terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Sebagai contoh,
materi gerak dapat diajarkan di SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi, namun
keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan
berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan
materi yang dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari.
Di SD materi gerak dipelajari berdasarkan pengalaman siswa yang dikaitkan
posisi awal dan posisi akhir, di SMP materi gerak dipelajari berdasarkan jenis

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 26


geraknya, di SMA materi gerak dipelajari dengan menggunakan vektor, di
perguruan tinggi materi gerak dipelajari dengan menggunakan matematika
tingkat tinggi.
Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan
(adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam
pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan
sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Misalnya, jika tujuan pembelajaran IPA dimaksudkan untuk
membelajarkan siswa tentang macam-macam bentuk tulang daun, maka
uraian materinya mencakup: (1) tulang daun bentuk menyirip, misal pada
daun rambutan, lombok,nangka; (2) tulang daun bentuk melengkung, misal
pada daun sirih, lada, gadung; (3) tulang daun bentuk pita/sejajar, misal pada
daun jagung, padi, alang-alang, tebu; dan tulang daun bentuk menjari misal
pada daun pepaya, singkong/ketela pohon.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui
apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit,
atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin
dicapai. Misalnya pada mata pelajaran IPA kelas V, salah satu kompetensi
dasar yang diharapkan dimiliki oleh siswa adalah: "Menyimpulkan hasil
penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap".
Setelah diidentifikasi, ternyata materi pembelajaran untuk mencapai
kemampuan menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda,
baik sementara maupun tetap tersebut termasuk jenis prosedur. Jika dianalisis,
secara garis besar cakupan materi yang harus dipelajari siswa agar mampu
menyimpulkan hasil penyelidikan perubahan sifat benda yang bersifat
sementara maupun tetapmeliputi: 1) perubahan sifat benda; 2) perubahan
benda yang bersifat sementara; 2) perubahan benda yang bersifat tetap; 3)
percobaan tentang perubahan sifat benda, baik yang bersifat sementara

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 27


maupun tetap. Setiap jenis dari keempat materi tersebut masih dapat diperinci
lebih lanjut sesuai tujuan pembelajaran yang ditentukan.

3. Penentuan Urutan Bahan Ajar


Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk
menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang
tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang
bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam
mempelajarinya. Misalnya materi proses pencernaan makanan pada manusia.
Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari proses pencernaan makanan
pada manusia jika materi tentang organ-organ penyusun sistem organ
pencernaan belum dipelajari lebih dulu mengenai urutan dan fungsi masing-
masing organ.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta
kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu
pendekatan prosedural dan pendekatan hierarkis. Urutan materi pembelajaran
secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan
langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misal, langkah-langkah
menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh manusia, dan
termometer untuk mengukur suhu benda. Kedua kegiatan tersebut sama-
sama menggunakan termometer tetapi tentunya jenis termometer yang
digunakan berbeda dan cara menggunakannya juga berbeda sesuai
karakteristik jenis termometernya. Jika urutan cara mengoperasikan kedua
jenis termometer tersebut tidak diikuti maka hasil pengukurannya tidak tepat
dan akan merusak fungsi termometer yang digunakan.
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis (berjenjang)
menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari
atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 28


untuk mempelajari materi berikutnya. Uraian berikut adalah contoh urutan
materi pembelajaran secara hierarkis. Uraian tentang deskripsi hubungan
anatara sifat bahan dengan bahan penyusunnya.
Agar siswa mampu mendeskripsikan hubungan sifat bahan dengan
bahan penyusunnya, siswa terlebih dulu harus melakukan percobaan. Misal,
percobaan untuk menemukan konsep sifat benang plastik (bahan tali plastik)
dan sifat tali plastik, dibandingkan dengan benang katun (bahan) yang terbuat
dari serat katun (bahan penyusun benang katun). Setelah melakukan
percobaan, diharapkan siswa dapat mendeskripsikan hubungan antara sifat
bahan dengan bahan penyusunnya (jika sifat bahan penyusun semakin kuat
maka bahan tersebut juga semakin kuat). Sewlanjutnya, siswa menerapkan
konsep yang dimilikinya untuk memecahkan masalah yang terkait dengan
hubungan pemilihan bahan dengan kekuatan bahan dalam kehidupan sehari-
hari.
Contoh lain tentang urutan tentang hubungan struktur mata dengan
fungsinya yang disajikan pada berikut.
Kompetensi dasar Urutan Materi
1.3 Mendeskripsikan hubungan 1. struktur mata
struktur panca indera, misal 2. fungsi setiap bagian mata
mata dan fungsi mata 3. fungsi mata
4. hubungan kornea dengan fungsi mata
5. cara kerja mata

4. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar


Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan
ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi
pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip
relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau
ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sebagai contoh, jika kompetensi yangdiharapkan dikuasai

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 29


siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan
harus berupa fakta atau gubahan hafalan.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa adalah mendeskripsikan hubungan struktur panca indera dengan
fungsinya yang meliputi struktur mata (yaitu selaput bening, iris mata,
pupil, lensa mata, otot pemegang lensa, badan bening, retina, bintik kuning,
syaraf mata), fungsi setiap bagian mata, fungsi mata sebagai indera penglihat,
dan hubungan antara bagian mata dengan fungsi mata, maka materi yang
diajarkan juga harus meliput susunan bagian-bagian mata secara berurutan
dari luar ke dalam, fungsi setiap bagian mata, fungsi mata, dan hubungan
antara bagian mata dengan fungsi mata.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu
sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan
tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
5. Langkah-langkah Pemilihan Bahan Ajar
Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi
dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu
diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan,
karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan
jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 30


aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau
bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
b. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi
pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara
terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip
dan prosedur. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek,
nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau
komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa
pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil,
rumus, postulat adagium, paradigma, teorema. Materi jenis prosedur
berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya
langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara
pembuatan bel listrik. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi:
pemberian respon, penerimaan (apresiasi), internalisasi, dan penilaian.
Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin,
dan rutin.
c. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar
Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditentukan. Langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai
dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi
apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau
gabungan lebih darIPAda satu jenis materi.
Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya
adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar
kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Cara yang

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 31


paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan
diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi
dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa
fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut
adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis
materi pembelajaran:
(1) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa
mengingat nama suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau
jawabannya "ya" maka materi pembelajaran yang harus diajarkan
adalah "fakta".
(2) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa
kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas
sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh
objek sesuai dengan suatu definisi? Kalau jawabannya "ya" berarti
materi yang harus diajarkan adalah "konsep".
(3) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa
menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara
urut atau membuat sesuatu? Bila "ya" maka materi yang harus
diajarkan adalah "prosedur".
(4) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa
menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan
hubungan antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya "ya",
berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam
kategori "prinsip".
(5) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih
berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka
tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya "ya", maka materi

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 32


pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau
nilai.
(6) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa
melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya "ya", maka materi
pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.

L. LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DALAM PEMBELAJARAN IPA


Secara konseptual, LKS merupakan lembar kerja yang dibuat guru untuk
mengarahkan siswa dalam mengamati ataupun melakukan kegiatan percobaan,
praktikum baik dalam kelas ataupun dilakukan di laboratorium. Dalam
prakteknya pembuatan LKS macamnya sebagai berikut :
1. Lembar Kerja Siswa yang merupakan panduan dari kegiatan tertentu
2. Lembar Kerja Siswa yang merupakan lembaran pengamatan
3. Lembar Kerja siswa yang merupakan lembar cek list terhadap pernyataan-
pernyataan yang sudah tersedia.
Lembar Kerja Siswa yang diberikan dalam pembelajaran IPA akan sangat
membantu siswa untuk memperoleh ide atau pemahaman dan keterampilan
esensial buat siswa dikelas, teknisnya bisa di simpan pada kegiatan evaluasi
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru.

Contoh LKS I
1. Topik : Keadaan Hewan di Sekitarmu
2. Kelas : III (Tiga)
3. Standar Kompetensi : Kelompok hewan berdasarkan jumlah kaki, cara gerak,
jenis makanan, tempat hidup (habitat)
4. Kompetensi Dasar : Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri hewan sekitar
5. Indiktor : Siswa dapat mengelompokan hewan-hewan sekitar
6. Cara Kerja :
a. Amatilah keadaan hewan-hewan disekitarmu

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 33


b. Catatlah hewan yang kamu lihat
c. Cantumkan nama hewan tersebut pada tabel
d. Isilah tabel di bawah ini sesuai dengan hasil pengamatan
TABEL HASIL PENGAMATAN
No Nama Jumlah Cara Jenis Cara Tempat
Hewan Kaki Gerak Makanan Reproduksi Hidup
1. Kambing 4 Berjalan Rumput Kawin Darat
(contoh) dengan (herbivora)
kaki
2.
3.
dst
7. Diskusi
a. Dari tabel diatas jumlah hewan berkaki 4 ada berapa ekor?
b. Jumlah hewan pemakan rumput berapa ekor?
c. Jumlah hewan yang reproduksinya bertelur ada berapa ekor?

Contoh LKS II
LEMBAR KERJA
Topik : Sifat-sifat air
Kelas : IV
Tujuan Kegiatan : Mempelajari sifat-sifat air
Konsep : a. Air mengalir ketempat yang rendah
Alat/Bahan :
1. Air
2. Selang Plastik
3. Bejana serba guna
4. Pipet
Cara Kerja :
1. Teteskan air pada bejana serba guna dengan pipet
2. Biarkan tetesan air itu pada posisi bejana serba guna mendatar

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 34


3. Angkat bagian belakang bejana serba guna
4. Apa yang terjadi?
5. Ambil selang plastik isilah dengan air yang berwarna
6. Peganglah plastik dengan posisi sejajar dengan meja
7. Angka ujung selang pelastik yang sebelah kiri, perhatikan apa yang terjadi

Hasil pengamatan / Diskusi


……………………………………………………………………………………
Simpulan:
……………………………………………………………………………………

M. PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN IPA


Kemampuan lain yang harus dimiliki guru adalah kemampuan
melaksanakan penilaian. Penilaian adalah kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran sehingga diketahui apakah suatu program telah berhasil. Penilaian
suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian
hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada
beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penilaian, yaitu penilaian unjuk
kerja, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri.
1. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa
melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium.
Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.
a. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan siswa untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 35


b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
c. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas.
d. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua dapat diamati.
e. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Misal, untuk menilai
kemampuan mengukur suhu zat cair, guru perlu melakukan pengamatan
terhadap cara siswa dalam menggunakan termometer, cara siswa memegang
termometer, atau cara siswa membaca termometer. Dengan demikian,
kemampuan siswa dapat dideskripsikan lebih jelas, utuh, dan konkret.
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek
(ya-tidak). Penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa
mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati
oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai.
Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian
tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan
mengamati subjek dalam jumlah besar.
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi
tertentu, karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori
nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai
sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 =
kompeten dan 4 = sangat kompeten. (Usman, 2010: 170)
Penilaian unjuk kerja dapat diterapkan dikelas rendah dan kelas tinggi
misalnya kemampuan menulis. Pada kelas rendah misalkan kelas satu SD

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 36


kemampuan menulis yang dimaksudkan adalah kemampuan membuat tulisan
tangan, kemampuan ini dapat mengukur prosedur dan hasil tulisan tangan.
Alat yang digunakan misalnya rating scale yang digunakan untuk mengukur
kemampuan menulis siswa kelas satu SD.
No Aspek Prosedur 1 2 3 4 5
1 Cara memegang pensil
2 Posisi duduk pada waktu menulis
3 Posisi tangan pada kertas
4 Letak kertas yang akan ditulis
5 Jarak mata dari kertas/ meja
6 Bentuk huruf
7 Cara merangkai huruf
8 Kejelasan tulisan
9 Keindahan tulisan
10 Kebenaran tulisan
Untuk kelas tinggi kemampuan menulis bukan ditekankan pada
kemampuan menulis huruf. Kemampuan menulis pada siswa kelas tinggi
dapat diterapkan pada penilaian kinerja dalam bentu membuat tugas karangan.
Kemampuan mengarang dapat menunjukkan kemampuan siswa dalam
berpikir abstrak. Berbagai kemampuan dapat dinilai dari sebuah karangan
misalnya kemampuan mengungkap gagasan, kemampuan merangkai kata,
kemampuan merangkai kalimat dalam satu gagasan dan kemampuan lainnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut menunjukan tingkat berpikir abstrak yang
cukup tinggi. Selain itu pola berpikir anak sudah tidak lagi terikat oleh sebatas
apa yang dikatakan oleh guru, siswa mampu memproses informasi yang
diterima dalam bentuk yang sudah berbeda. Yang dimaksud dengan informasi
baru yang berbeda ialah siswa dalam menyusun kalimat menggunakan kata-
katanya sendiri, tidak meniru lagi terhadap kata-kata yang diungkapkan oleh
guru. (http://pjjpgSD.unesa.ac.id)
2. Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 37


bentuk tulisan. Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam
bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti
memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu 1) soal dengan memilih jawaban
(pilihan ganda,dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan); 2)
Soal dengan mensuplai-jawaban (isian singkat atau melengkapi, uraian
terbatas, uraian obyektif/non-obyektif, dan uraian terstruktur/non-terstruktur).
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah,
isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai
kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes
pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan
memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu siswa tidak
mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih
jawaban yang benar dan jika siswa tidak mengetahui jawaban yang benar,
maka siswa akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan siswa
tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan
jawabannya. Selain itu pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi
yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis atau
memodifikasi pengalaman belajar.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa
untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal
yang sudah dipelajari. Siswa mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya
mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat
ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan
hal-hal berikut.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 38


a. Materi, misalnya kesesuian soal dengan kompetensi dasar dan
indikatorpencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;
b. Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
c. Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
d. Kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang
baku dari berbagai bentuk soal penilaian.
Contoh soal tertulis:
Soal Tertulis Bentuk Piliahan Ganda
Berilah tanda silang pada huruf di depan jawaban yang paling tepat!
1. Yang termasuk satuan tidak baku yaitu ….
a. meter b. centimeter c. jengkal
2. Yang termasuk satuan baku ialah ….
a. meter b. depa c. langkah kaki
Skor : Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0
Soal Tertulis Bentuk Isian:
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat!
1. Satuan panjang Centimeter dan Meter adalah contoh satuan ...
2. Satuan panjang langkah kaki , depa dan jengkal termasuk satuan …
3. Hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur baku .... dibanding hasil
pengukuran dengan alat ukur tidak baku.
Skor : Setiap jawaban 100% benar diberi skor 2, jawaban benar 50% diberi
skor 1, jawaban yang salah diberi skor 0 (nol)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙

3. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 39


pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran
tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang
perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Kemampuan pengelolaan
Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b. Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c. Keaslian
Proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek siswa.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau
tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data,
analisis data, dan penyiapan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil
penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian
dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala
penilaian.
Contoh Penilaian Proyek:
Siswa ditugasi melakukan penyelidikan daur hidup kupu-kupu dan daur hidup
ayam. Penyelesaian tugas siswa dIPAndu dengan LKS. Untuk melakukan
penilaian guru membuar rancangan penilaian sebagai berikut.
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : IV / 1

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 40


Standar Kompetensi Teknik
No Indikator Aspek
Kompetensi Dasar Penilaian
1. Memahami Mendeskrip-  Mendeskripsikan urutan Makhluk Jenis:
daur hidup sikan daur daur hidup hewan, Hidup ulangan
beragam hidup misalnya kupu-kupu, dan Bentuk:
jenis beberapa nyamuk dan kecoa Proses tes
makhluk hewan di secara sederhana. Kehidu- tertulis,
hidup lingkungan  Menyimpulkan pan penuga-
sekitar, berdasarkan pengamatan san.
misalnya bahwa tidak semua
kecoa, hewan berubah bentuk
nyamuk, dengan cara yang sama.
kupu-kupu,  Menyimpulkan bahwa
kucing. berubahnya bentuk pada
hewan menunjukkan
adanya pertumbuhan.
 Menyimpulkan hasil
pengamatan daur hidup
hewan yang
dipeliharanya

4. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan siswa
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu,
keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan
penilaian yaitu:
a. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan siswa dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
b. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan siswa
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan siswa sesuai kriteria yang ditetapkan.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 41


Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
a. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
b. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan.
5. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
siswa dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya
siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa. Penilaian
portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu
periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan siswa. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan
kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian,
portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa
melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik,
laporan hasil pengamatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
a. Karya siswa adalah benar-benar karya siswa itu sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya siswa yang dijadikan bahan
penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang
dibuat oleh siswa itu sendiri.
b. Saling percaya antara guru dan siswa
Dalam proses penilaian guru dan siswa harus memiliki rasa saling
percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses
pendidikan berlangsung dengan baik.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 42


c. Kerahasiaan bersama antara guru dan siswa
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan siswa perlu
dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan
d. Milik bersama (join ownership) antara siswa dan guru
Guru dan siswa perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga siswa akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan
akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
e. Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan siswa untuk lebih meningkatkan diri.
f. Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan
kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
g. Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar
yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan
karya siswa.
h. Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang
sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan siswa.
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
a. Jelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya
merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang digunakan oleh guru untuk
penilaian, tetapi digunakan juga oleh siswa sendiri. Dengan melihat
portofolionya siswa dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan
minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 43


membutuhkan waktu bagi siswa untuk belajar meyakini hasil penilaian
mereka sendiri.
b. Tentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan
dibuat. Portofolio antara siswa yang satu dan yang lain bisa sama bisa
berbeda.
c. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau
folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.
d. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan
siswa sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
e. Tentukan kriteria penilaian portofolio dan bobotnya dengan para siswa.
Diskusikan cara penilaian kualitas karya para siswa. Contoh, kriteria
penilaian kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa,
pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan.
Dengan demikian, siswa mengetahui harapan (standar) guru dan
berusaha mencapai standar tersebut.
f. Minta siswa menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbing siswa, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan
tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara
memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
g. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka siswa
diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara siswa dan guru
perlu dibuat "kontrak" atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan,
misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada
guru.
h. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu,
undang orang tua siswa dan diberi penjelasan tentang maksud serta
tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi
anaknya.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 44


Di Sekolah Dasar baik dalam kelas rendah maupun tinggi penilaian
portofolio dapat diterapkan. Dalam penilaian portofolio siswa dilibatkan
untuk merumuskan tujuan, ada diskusi diantara guru dengan siswanya dan
antar siswa dengan siswa lainnya dalam setiap pertemuannya. Pertemuan ini
lebih membicarakan kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya. Siswa akan senantiasa memperbaiki
kekurangan-kekurangan dari tugas-tugas yang dikerjakannya. Dengan
demikian dalam penilaian portofolio terkandung pula penilaian siswa dari
dirinya sendiri (self penilaian). Penerapan penilaian ini disesuaikan dengan
ruang lingkup materi dan perkembangan berpikir siswa di kedua kelas
tersebut.
Pada siswa kelas rendah penilaian portofolio dapat diterapkan pada
pelajaran yang mengembangkan keterampilan imajinasi, misalkan melukis.
Berbagai keterampilan yang dituntut dalam kemampuan melukis dapat diukur
dalam portofolio sehingga kumpulan koleksi lukisan itu mampu menghasilkan
lukisan yang baik. Beberapa keterampilan yang ada dalam melukis misalnya
kemampuan membuat garis, menafsir, memberikan warna, membuat ukuran
dll. Daya imajinasi yang bersifat fiktif yang masih begitu kuat melekat pada
siswa kelas rendah dapat dikembangkan dan diukur.
Penilaian portofolio pada siswa kelas tinggi dapat diterapkan dalam
mengembangkan berpikir logis yang yang abstrak. Kemampuan
mengarangpun dapat dijadikan materi dalam sesmen portofolio. Koleksi
karangan siswa yang disimpan dalam satu periode tertentu merupakan bentuk
proses dan hasil penilaian. Sebagaimana telah dikemukaan bahwa kemampuan
mengarang menunjukkan kemampuan berfikir siswa dalam level yang lebih
tinggi.
6. Penilaian Diri (self-assessment)
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana siswa diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 45


pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat
digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: siswa diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar
dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria
atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya,
siswa dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu.
Selanjutnya, siswa diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian
kompetensi psikomotorik, siswa dapat diminta untuk menilai kecakapan atau
keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang
telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri
di kelas antara lain:
a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
b. siswa menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya;
c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih siswa untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan
penilaian. Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan
objektif.
Oleh karena itu, penilaian diri oleh siswa di kelas perlu dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 46


3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penyekoran, daftar
tanda cek, atau skala penilaian.
4) Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri.
5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong
siswa supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan
objektif.
6) Menyampaikan umpan balik kepada siswa berdasarkan hasil kajian
terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
(http://pjjpgSD.unesa.ac.id/)

N. REMEDIASI DALAM PEMBELAJARAN IPA


Dari hasil penilaian yang dilakukan guru diketahui adanya siswa yang telah
mencapai kompetensi yang diharapkan dan ada yang belum mencapai kompetensi
tersebut. Padahal seorang guru dituntut untuk dapat menghantarkan siswa
mencapai ketuntasan belajarnya atau mencapai kompetensi yang diharapkan. Oleh
karena itu, guru hendaknya memberi bantuan kepada siswa yang belum mencapai
kompetensi yang diharapkan, kegiatan guru tersebut dikenal dengan kegiatan
remidiasi.
Sebagai catatan, hingga kini ada dua istilah yang sering digunakan di
Indonesia berkaitan dengan kegiatan ini, yaitu: remediasi dan remedial.
Remediasi mempunyai padanan remediation dalam bahasa Inggris. Kata ini
berakar kata „to remedy’ yang bermakna menyembuhkan. Remediasi merujuk
pada proses penyembuhan. Remedial merupakan kata sifat. Karena itu dalam
bahasa Inggris selalu bersama dengan kata, misalnya „remedial work’, yaitu
pekerjaan penyembuhan, „remedial teaching’ pengajaran penyembuhan. Di
Indonesia, istilah „remedial’ sering ditulis berdiri sendiri sebagai kata benda.
Mestinya dituliskan menjadi pengajaran remedial, atau kegiatan remedial. Dalam
bagian ini istilah remediasi dan remedial digunakan bersama-sama, yang merujuk

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 47


pada suatu proses membantu siswa mengatasi kesulitan belajar terutama
mengatasi miskonsepsi-miskonsepsi yang dimiliki.
Dalam random House Webster’s College Dictionary (1991), remediasi
diartikan sebagai intended to improve poor skill in specified field. Remediasi
adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang
dilakukan siswa. Kalau dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran, kegiatan
remediasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kurang berhasil. Kurang berhasilnya
pembelajaran biasanya ditunjukkan oleh ketidakberhasilan siswa dalam
menguasai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran.
Dari pengertian di atas diketahui bahwa suatu kegiatan pembelajaran
dianggap sebagai kegiatan remediasi apabila kegiatan pembelajaran tersebut
ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi pelajaran. Kegiatan pemberian ujian ulang/tes ulang dapat dianggap sebagi
kegiatan remedial apabila sebelum pemberian ujian/tes ulang diberikan, guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang membantu siswa menguasai
kompetensi/keterampilan yang belum dikuasainya. Tetapi, apabila guru
langsung memberikan ujian ulang tanpa melakukan pembelajaran tambahan yang
siswa mengatasi kesulitan yang dihadapinya, maka pelaksanaan ujian bukan
termasuk kegiatan remediasi.
1. Tujuan dan Fungsi Remediasi
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa
yang mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditentukan agar
mencapai hasil belajar yang lebih baik. Secara umum tujuan kegiatan
remediasi adalah sama dengan pembelajaran pada umumnya yakni
memperbaiki miskonsepsi siswa sehingga siswa mencapai kompetensi yang
telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara khusus kegiatan
remediasi bertujuan membantu siswa yang belum tuntas menguasai

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 48


kompetensi ditetapkan melalui kegiatan pembelajaran tambahan. Melalui
kegiatan remediasi siswa dibantu untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
Warkitri (1991) menyebutkan enam fungsi kegiatan remediasi, yaitu:
fungsi kuratif, penyesuaian, pengayaan, akselerasi, dan terapeutik.
a. Fungsi Korektif
Kegiatan remediasi mempunyai fungsi korektif dalam kegiatan
pembelajaran karena melalui kegiatan remediasi guru memperbaiki cara
mengajar dan siswa memperbaiki cara belajar. Berdasarkan hasil analisis
kesulitan belajar siswa, guru memperbaiki berbagai aspek proses
pembelajaran, mulai dari rumusan indikator hasil belajar, materi,
pengalaman belajar dan evaluasi serta tindak lanjut. Sebagai contoh jika
seorang guru telah mengetahui bahwa yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan belajar adalah disebabkan pengalaman belajar tidak
konkrit, guru memperbaiki kegiatan pembelajaran dengan cara
mengkonkritkan pengalaman belajar, atau apabila siswa tidak mencapai
kompetensi yang diharapkan karena penjelasan guru terlalu dominan dan
abstrak, maka dalam kegiatan remedial guru lebih banyak memberi
kesempatan kepada siswa lebih aktif dan berperan serta pembelajaran dan
ditunjang dengan menggunakan metode dan media yang mempermudah
siswa memahami konsep.
Selain itu dengan kegiatan remedial siswa juga dituntut
memperbaiki cara dan sikap dan cara belajarnya, sesuai dengan
kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya. Apabila siswa menyadari
bahwa ketidakpahamannya terhadap materi yang disajikan guru
disebabkan ketidakseriusan dalam memperhatikan penjelasan guru atau
tidak mngerjakan tugas dengan sungguh sungguh, maka siswa harus
mengubah sikap tersebut.
b. Fungsi pemahaman

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 49


Dengan kegiatan remedial diharapkan terjadi proses pemahaman
baik bagi guru dan siswa. Bagi seorang guru untuk melaksanakan kegiatan
remedial, terlebih dahulu harus memahami kelebihan dan kelemahan
kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Sebelum seorang guru
menentukan jenis kegiatan remedial yang akan dilakukan, guru terlebih
dahulu mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakannya.
Bagi siswa, kegiatan remedial diharapkan siswa dapat memahami
kelebihan dan kelemahan cara dan sikap belajarnya.
c. Fungsi Penyesuaian
Kegiatan remedial memiliki fungsi penyesuaian, yaitu dalam
remedial seorang guru dalam melaksanakan pembelajarannya harus
menyesuaikan dengan karakteristik siswa. Dalam menentukan hasil
belajar siswa dan materi pembelajaran disesuaikan dengan kesulitan yang
dihadapi siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru harus
menerapkan kekuatan yang dimiliki individu siswa melalui penerapan
berbagai metode dan alat/media pembelajaran.
d. Fungsi Pengayaan
Kegiatan remedial memilki fungsi pengayaan bagi proses
pembelajaran karena melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan
sumber belajar, metode pembelajaran, alat bantu pembelajaran yang lebih
bervariasi dari pada pembelajaran biasa. Dalam kegiatan remedial guru
dapat meminta siswa untuk membaca Daftar Pustaka lain atau akses
internet yang ada kaitannya dengan materi yang belum dIPAhami. Guru
juga menerapkan penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan
pemanfaatan media, sumber belajar sesuai karakteristik siswa sehingga
siswa dapat melakukan proses belajar secara efektif. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan guru tersebut merupakan pengayaan dalam proses
pembelajaran.
e. Fungsi akselerasi

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 50


Kegiatan remedial memiliki fungsi akselerasi terhadap proses
pembelajaran, karena melalui kegiatan remedial guru dapat mempercepat
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Dengan menambah waktu
dan frekuensi pembelajaran guru telah mempercepat proses penguasaan
materi pelajaran siswa. Tanpa kegiatan pembelajaran maka siswa akan
semakin tertingal dengan teman-temannya yang telah menguasai materi
pelajaran.
f. Fungsi Terapiutik
Kegiatan remedial mempunyai fungsi terapiutik karena melalui
kegiatan remedial guru dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa
yang berkaitan dengan aspeksosial pribadi. Biasanya siswa yang merasa
dirinya kurang berhasil dalam belajar sering merasa rendah diri atau
terisolasi dalam pergalan dengan teman-temannya. Dengan membantu
siswa mencapai prestasi belajar yang lebih baik melalui kegiatan remedial
berarti guru telah membantu siswa meningkatkan rasa percaya dirinya.
Tumbuhnya rasa percaya diri membuat siswa tidak merasa rendah diri dan
dapat bergaul dengan teman-temannya.
2. Pendekatan dalam Kegiatan Remedial
Warkitri (1991) mengemukakan tiga pendekatan dalam kegiatan
remedial. Ketiga pendekatan tersebut adalah pendekatan yang bersifat
preventif, kuratif,dan pengembangan.
a. Pendekatan preventif
Apabila kegiatan remedial dilakukan untuk membantu siswa yang
diduga akan mengalami kesulitan belajar, kegiatan ini dikenal dengan
kegiatan remedial yang bersifat preventif. Kegiatan preventif dilakukan
sebelum kegiatan pembelajaran biasa dilaksanakan. Anda mungkin
bertanya bagaimana guru mengetahui siswa-siswa yang mungkin
menghadapi kesulitan belajar padahal kegiatan pembelajaran belum
dilaksanakan. Seorang guru yang berpengalaman, guru yang senantiasa

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 51


memperhatikan karakteristik siswa, tentunya telah mengetahui potensi
yang dimiliki siswanya baik kelebihan maupun kekurangan yang ada
pada setiap siswanya.
Dari beberapa kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan guru.
Seorang guru akan mengetahui siswa tertentu memiliki kelemahan dalam
proses belajar IPA, misalnya dalam melaksanakan eksperiment, atau
membuat kesimpulan, dan sebagainya. Sehingga guru memberi
kesempatan kepada siswa-siswa tersebut untuk berlatih lebih banyak.
Atau mungkin siswa lain memiliki kelemahan memahami konsep yang
disampaikan secara abstrak, sehingga guru selalu menggunakan media
untuk mengkonkretkan konsep yang abstrak sehingga mudah dicerna oleh
siswa tersebut.
b. Pendekatan kuratif
Kegiatan remedial dIPAndang bersifat kuratif apabila pelaksanaan
kegiatan remedial dilakukan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa
setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan remedial yang
bersifat kuratif dilaksanakan karena hasil evaluasi pada kegiatan
pembelajaran diketahui bahwa siswa belum mencapai kreteria
keberhasilan minimal yang telah ditetapkan. Biasanya setelah membahas
satu konsep atau pokok bahasan guru melaksanakan tugas sumatif. Dari
hasil evaluasai formatif tersebut diketahui ada beberapa siswa yang telah
mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, dan ada pula siswa
yang belum mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan. Bantuan
yang diberikan guru kepada kelompok siswa yang belum mencapai
keberhasilan merupakan kegiatan remedial kuratif, karena guru ingin
membantu siswa mencapai kompetensi / keberhasilan yang belum
tercapai.
c. Pendekatan yang bersifat Pengembangan

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 52


Pendekatan yang bersifat pengembangan apabila kegiatan remedial
dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Melalui
kegiatan remedial yang bersifat pengembangan, guru mengharapkan siswa
yang mengalami kesulitan belajar (mencapai kriteria keberhasilan) secara
bertahap dan segera dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
Misalnya, ketika guru sedang membahas pokok bahasan ”Tinggi
rendah dan kuat lemahnya bunyi”, seorang siswa mengalami untuk
membedakan antara bunyi tinggi dan bunyi kuat. Untuk siswa tersebut
guru dapat memberikan bantuan secara individual, pada saat guru
memberikan tugas melakukan eksperimen bagi siswa-siswa yang lainnya.
Pendekatan yang bersifat pengembangan ini memerlukan kreatifitas
guru dan proses pembelajarannya didasarkan pada pengetahuan awal
siswa. Oleh karenanya sangat penting bagi guru menggali prekonsepsi
siswa pada setiap pembelajaran yang dilaksanakannya.
3. Jenis - Jenis Kegiatan Remedial
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam rangka membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar diantaranya sebagai berikut :
a. Melaksanakan pembelajaran kembali
Melalui bentuk kegiatan ini seorang guru melaksanakan
pembelajaran kembali materi yang belum dikuasai siswa. Tentu saja
dalam melaksanakan pembelajaran guru harus berorientasi pada kesulitan
yang dihadapi oleh siswa. Apabila siswa kurang memahami konsep, guru
sebaiknya memberikan banyak contoh dalam pembelajarannya. Untuk
membantu siswa yang kesulitan dalam mengaplikasikan konsep, guru
hendaknya dalam pembelajarannya berorientasi pada kehidupan siswa
dan banyak memberikan contoh penerapan dalam kehidupan, atau banyak
memberi kesempatan kepada siwa berlatih menerapkan konsep yang
sedang dibahas dalam kehidupannya.
b. Melakukan aktivitas fisik, misal demonstrasi, atau praktek

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 53


Ada konsep-konsep yang lebih mudah dIPAhami lewat aktivitas
fisik, missal contoh ketika memahami proses penjernihan air pada
lingkungan. Anda sebaiknya menggunakan berbagai media dan alat
pembelajaran sehingga dapat mengkonkritkan konsep yang dipelajarinya,
selain itu hendaknya Anda banyak memberi kesempatan kepada siswa
untuk media terebut, karena siswa MI pada umumnya perkembangan
berpikir mereka berada pada tingkat operasional konkrit. Mereka akan
dapat mencerna dengan baik konsep yang divisualisasikan atau
dikonkritkan.
c. Kegiatan Kelompok
Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar. Yang perlu diperhatikan guru dalam
menetapkan kelompok dalam kegiatan remedial adalah dalam menentukan
anggota kelompok. Kegiatan kelompok dapat efektif dalam membantu
siswa, jika diantara anggota kelompok ada siswa yang benar-benar
menguasai materi dan mampu member penjelasan kepada siswa lainnya.
d. Tutorial
Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remedial. Dalam
kegiatan ini seorang guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih
pandai untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siswa
yang dijadikan tutor bisa berasal dari kelas yang atau dari kelas yang lebih
tinggi.
e. Menggunakan sumber belajar lain
Selain dengan pembelajaran ulang, kegiatan kelompok, tutorial,
guru juga dapat menggunakan sumber belajar lain yang relevan dalam
membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran.
Misalanya guru meminta untuk mengunjungi ahli atau praktisi yang
berkaitan dengan materi yang dibahas, misalnya "bagaimana cara
mencangkok” siswa dapat mendatangi tukang kebun yang kegiatan sehari-

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 54


hari memang mencakok. Atau juga siswa diminta membaca sumber lain
dan bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota masyarakat yang
mempunyai keahlian yang sesuai dengan materi yang dipelajari.
5. Prosedur Kegiatan Remedial
Dalam melaksanakan kegiatan remedial sebaiknya mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Analisis Hasil Diagnosis
Melalui kegiatan diagnosis guru akan mengetahui para siswa yang
perlu mendapatkan bantuan. Untuk keperluan kegiatan remedial, tentu
yang menjadi fokus perhatian adalah siswa-siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar yang ditunjukkan tidak tercapainya kriteria
keberhasilan belajar.
Apabila kriteria keberhasilan 80 %, maka siswa yang dianggap
berhasil jika mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, sedangkan siswa
yang mencapai tingkat penguasaannya di bawah 80 % dikategorikan
belum berhasil. Mereka inilah yang perlu mendapatkan remedial. Setelah
guru mengetahui siswa-siswa mana yang harus mendapatkan remedial,
informasi selanjutnya yang harus diketahui guru adalah topik atau materi
apa yang belum dikuasai oleh siswa tersebut. Dalam hal ini guru harus
melihat kesulitan belajar siswa secara individual, dikarenakan ada
kemungkinan masalah yang dihadapi siswa satu dengan siswa yang
lainnnya tidak sama.
b. Menemukan Penyebab Kesulitan
Sebelum Anda merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu harus
mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam menguasai materi
pelajaran. Faktor penyebab kesuliatan ini harus diidentifikasi terlebih
dahulu, karena gejala yang sama yang ditunjukkan oleh siswa dapat
ditimbulkan sebab yang berbeda dan factor penyebab ini akan
berpengaruh terhadap pemilihan jenis kegiatan remedial.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 55


c. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial
Setelah diketahui siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial,
topik-topik yang belum dikuasai setiap siswa, serta faktor penyebab
kesulitan, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pembelajaran.
Sama halnya pada pembelajaran pada umumnya, komponen-komponen
yang harus direncanakan dalam melaksanakan kegiatan remedial adalah
sebagai berikut:
d. Merumuskan Indikator Hasil Belajar
1) Menentukan materi yang sesuai dengan indikator hasil belajar
2) Memilih strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa
3) Merencanakan waktu yang diperlukan
4) Menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian.
e. Melaksanakan Kegiatan Remedial
Setelah kegiatan perencanaan remedial disusun,langkah berikutnya
adalah melaksanakan kegiatan remedial. Sebaiknya pelaksanaan kegiatan
remedial dilakukan sesegera mungkin, karena semakin cepat siswa
dibantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya, semakin besar
kemungkinan siswa tersebut berhasil dalam belajarnya.
f. Menilai Kegiatan Remedial
Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah
dilaksanakan, harus dilakukan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan
dengan cara mengkaji kemajuan belajar siswa. Apabila siswa mengalami
kemauan belajar sesuai yang diharapkan, berarti kegiatan remedial yang
direncanakan dan dilaksanakan cukup efektif membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Tetapi, apabila siswa tidak mengalami
kemajuan dalam belajarnya berarti kegiatan remedial yang direncanakan
dan dilaksanakan kurang efektif. Untuk itu guru harus menganalisis setiap
komponen pembelajaran.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 56


O. CONTOH SILABUS DAN RPP

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK


SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 1
TEMA: PERISTIWA
Nilai Budaya Materi Pokok Indikator Sumber/
Standar Kompetensi Kegiatan Alokasi
Dan Karakter dan Uraian Pencapaian Penilaian Bahan/
Kompetensi Dasar Belajar Waktu
Bangsa Materi Kompetensi Alat
1. PKn 1. PKn  Disiplin  hidup  Menjelaskan  Menyebutkan Tertulis 3 Buku
Membiasakan Mengenal  Kerja keras bergotong arti gotong contoh saling Perbuatan minggu tematik
hidup pentingnya  Kreatif royong royong berbagi di Lesan kelas II
bergotong hidup rukun,  Demokratif  Menjelaskan sekolah. Pengem-
royong saling  Rasa Ingin arti hidup  Menjelaskan bangan
berbagi dan tahu rukun arti tolong guru
tolong  Cinta tanah  Menjelaskan menolong. Gambar
menolong. air akibat hidup  Menyebutkan Siswa
 Bersahabat rukun dan contoh tolong
 Menghargai tidak rukun menolong di
prestasi  Menyebutkan rumah.
contoh hidup  Menyebutkan
rukun dan contoh tolong
manfaatnya menolong di
sekolah
3. IPA  Mengident  Disiplin  bagian –  Menjelaskan  Menjelaskan
Mengenal ifikasi  Kerja keras bagian arti tumbuh arti tumbuh Tertulis
bagian – perubahan  Kreatif utama tubuh pada hewan pada hewan Perbuatan
bagian utama yang  Demokratif hewan dan dan tumbuhan. dan tumbuhan. Lesan
tubuh hewan terjadi  Rasa Ingin tumbuhan  Menyebutkan  Menyebutkan
dan pada

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 57


Nilai Budaya Materi Pokok Indikator Sumber/
Standar Kompetensi Kegiatan Alokasi
Dan Karakter dan Uraian Pencapaian Penilaian Bahan/
Kompetensi Dasar Belajar Waktu
Bangsa Materi Kompetensi Alat
tumbuhan, pertumbuh tahu perubahan perubahan
pertumbuhan an hewan (  Cinta tanah yang terjadi yang terjadi
hewan dan ukuran) air pada hewan pada hewan
tumbuhan dan  Bersahabat  Menjelaskan  Menjelaskan
serta tumbuhan  Menghargai proses proses
berbagai ( dari biji prestasi pertumbuhan pertumbuhan
tempat hidup menjadi  Gemar pada pada
makhluk tanaman) membaca tumbuhan tumbuhan
hidup.   Peduli  Menceritakan  Menceritakan
lingkungan proses proses
 Peduli pertumbuhan pertumbuhan
sosial pada hewan pada hewan
 Tanggung dengan fase- dengan fase-
jawab fase tertentu. fase tertentu.
 Menceritakan  Menceritakan
proses proses
pertumbuhan pertumbuhan
pada tanaman. pada tanaman.

5. Bahasa  Disiplin  Mendengarka  Mendengarkan


Indo  Bertanya  Kerja keras n pesan teks pesan teks
nesia kepada  Kreatif  teks pendek pendek yang pendek yang Lisan
Berbicara orang lain  Demokratif dan puisi dibisikan oleh dibisikan oleh Tertulis
 Mengungka dengan  Rasa Ingin teman. teman. Perbuatan
pkan mengguna tahu  Menyempaika  Menyempaika
pikiran, kan  Cinta tanah n pesan yang n pesan yang
persaan, pilihan air  Mengungka didengar pada didengar pada
dan kata yang  Bersahabat pkan orang lain. orang lain.
pengalama tepat dan pikiran,  Menyimak  Menyimak

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 58


Nilai Budaya Materi Pokok Indikator Sumber/
Standar Kompetensi Kegiatan Alokasi
Dan Karakter dan Uraian Pencapaian Penilaian Bahan/
Kompetensi Dasar Belajar Waktu
Bangsa Materi Kompetensi Alat
n secara santun  Menghargai persaan, dan cerita bacaan cerita bacaan
lisan berbahasa. prestasi pengalaman pendek. pendek.
melalui  Menyimpu  Gemar  Menjawab  Menjawab
kegiatan lkan isi membaca pertanyaan pertanyaan
bertanya, teks  Peduli bacaan secara bacaan secara
bercerita pendek ( lingkungan lisan. lisan.
dan 10 – 15  Peduli  teks pendek  Menceritakan  Menceritakan
deklamasi. kalimat) sosial peristiwa. kegiatan
 Tanggung  Membaca teks  Memberi
jawab dengan tanggapan
bersuara pada kegiatan
 Mengajukan  Menceritakan
 melengkapi pertanyaan peristiwa.
cerita dan bacaan.  Membaca teks
dikte. dengan
bersuara
 Mengajukan
pertanyaan
bacaan.
 menjadi cerita.
Mengetahui ……...., ………………… 20…
Kepala Sekolah SD/MI ……. Guru Tematik Kelas II

( ………………..………… ) ( …………………...……… )
NIP/NIK : ………………… NIP/NIK : …………………

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 59


SILABUS
Nama Sekolah : SD Tlogo
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/ Semester : VI/2
Standar Kompetensi : 9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumidalam tata surya
Kompetensi Materi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator Penilaian
Dasar Pembelajaran Pembelajaran waktu Belajar
9.1 Sistem tata 1. Mengamati system 9.1.1Menjelaskan peran Teknik: 2×35 - Buku IPA
Mendeskripsikan surya tata surya yang matahari sebagai Praktikum menit Kelas VI
system dalam merupakan bagian pusat tata surya - Buku kaji
tata surya dan dari suatu galaksi 9.1.2 Mengidentifikasi Bentuk peserta
posisi penyusun 2. Menyebutkan kelompok benda Instrumen: didik
tata surya urutan planet yang langit sebagai tata Pre tes - Gambar
beredar surya (planet, peraga
mengelilingi asteroid, satelit, dll) - LKS
matahari 9.1.3 Mendeskripsikan Contoh
3. Menjelaskan system peredaran Instrumen:
pergerakan tata tata surya Identifikasikan
surya dengan alat nama-nama
peraga planet dan
4. Diskusi tentang satelit
matahari sebagai pengiringnya
pusat tata surya dan
benda langit yang
mengelilinginya
5. Memperagakan
gerakan pergerakan
tata surya oleh
siswa

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 60


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) TEMATIK

Nama Sekolah : SD Kasihajar


Tema : Diri Sendiri
Kelas/Semester : II / 1
Alokasi Waktu : 3 minggu

Standar Kompetensi :
1. PKn
 Membiasakan hidup bergotong royong
2. IPA
 Mengenal bagian –bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan, pertumbuhan
hewan dan tumbuhan serta berbagai tempat hidup makhluk hidup.
3. Bahasa Indonesia
Berbicara
 Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman secara lisan melalui
kegiatan bertanya, bercerita dan deklamasi.
Menulis
 Menulis permulaan melalui kegiatan melengkapi cerita dan dikte.
Kompetensi Dasar :
1. PKn
 Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong.
2. IPA
 Mengenal bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan , di sekitar rumah dan
sekolah melalui pengamatan.
3. Bahasa Indonesia
 Menyebutkan kembali dengan kata-kata atau kalimat sendiri isi teks pendek .

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 61


 Bertanya kepada orang lain dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan
santun berbahasa.
 Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan menggunakan huruf
sambung dan memperhatikan penggunaan huruf kapital, tanda titik.
I. Tujuan Pembelajaran**:
Siswa dapat :
 Menjelaskan arti rukun
 Menyebutkan manfaat saling berbagi dengan teman.
 Menyampaikan pendapat/ komentar tentang peristiwa yang dialami teman.
 Mengidentifikasi bagian utama tubuh hewan di sekitar rumah.
 Mengidentifikasi bagian utama tumbuhan
 Memperagakan percakapn
 Membuat percakapan.
 Memberikan tanggapan terhadap cerita teman.
 Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Demokratif , Rasa Ingin tahu, Cinta tanah air,
Bersahabat, Menghargai prestasi, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli
sosial, Tanggung jawab.
II. Materi Ajar ( Materi Pokok ) :
 Hidup gotong royong.
 Bagian utama tumbuhan dan hewan
 Percakapan
III. Metode Pembelajaran :
 Ceramah, Diskusi, Tanya jawab, Demontrasi,Pemberian tugas.
IV. Langkah-langkah pembelajaran :
A. Kegiatan awal :
Apresepsi/ Motivasi :
 Mengisi daftar kelas , berdoa, mempersiapkan materi ajar, model, alat peraga.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 62


 Memperingatkan cara duduk yang baik ketika menulis, membaca.
 Mengumpulkan tugas/ PR
B. Kegiatan inti :
Minggu ke 1
Pertemuan ke empat 3 x 35 menit. ( B. Indonesia, IPA, PKn )
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 Dengan penuh percaya diri siswa dapat membuat kalimat percakapan
bersama-sama.
 Dengan penjelasan guru siswa dapat memberikan tanggapan terhadap
cerita teman.
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
 Melalui pengamatan dan percobaan sederhana siswa dapat
mengidentifikasi tumbuhan.
 Melalui diskusi dan tanya jawab siswa dapat menjelaskan arti rukun.
 Siswa dapat memahami cara hidup bergotong royong.
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
C. Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir, guru:
 Membuat kesimpulan dari tiap materi yang disampaikan.
 Mengerjakan post tes
 Pemberian PR / tugas

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 63


V. Alat dan Sumber Belajar
 Buku Sumber :
 Buku Sains SD Kelas 2, Penerbit Buku tematik PT. TEKINDO UTAMA
 Buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas 2 SD , Penerbit Buku tematik
PT. TEKINDO UTAMA
 Buku Bina Bahasa Indonesia dan Sastra SD Kelas 2, Penerbit Buku
tematik PT. TEKINDO UTAMA
 Alat Peraga :
 Gambar tanaman dan binatang.
VI. Penilaian
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran

Penilaian
Nilai Budaya Dan Indikator Pencapaian
Karakter Bangsa Kompetensi Bentuk Contoh
Teknik
Instrumen Instrumen
 Disiplin 1. PKn : 1. PKn :
 Kerja keras  Menjelaskan Tes uraian  Jelaskan arti rukun
 Kreatif arti rukun lisan isian 2. IPA :
 Demokratif 2. IPA : Tes  Jelaskanlah bagian
 Rasa Ingin tahu  Mengidentifikasi tertulis utama tubuh hewan
 Cinta tanah air bagian utama di sekitar rumah!
 Bersahabat tubuh hewan di  Mengidentifikasi
 Menghargai sekitar rumah. bagian utama
prestasi  Mengidentifikasi tumbuhan
 Gemar bagian utama 3. Bahasa Indonesia :
membaca tumbuhan  Peragakan
 Peduli 3. Bahasa Indonesia percakapan
lingkungan :  Buatkanlah
 Memperagakan percakapan.
 Peduli sosial
 Tanggung jawab
percakapan  Berikanlah
 Membuat tanggapan
percakapan. terhadap cerita
 Memberikan teman.
tanggapan
terhadap cerita LKS
teman. Lembar observasi.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 64


Penilaian
Nilai Budaya Dan Indikator Pencapaian
Karakter Bangsa Kompetensi Bentuk Contoh
Teknik
Instrumen Instrumen

A. Kriteria Penilaian
1. Produk ( hasil diskusi )

No. Aspek Kriteria Skor


1. Konsep * semua benar 4
* sebagian besar benar 3
* sebagian kecil benar 2
* semua salah 1
2. Performansi
No. Aspek Kriteria Skor
1. Kerjasama * bekerjasama 4
* kadang-kadang kerjasama 2
* tidak bekerjasama 1
2. PartisIPAsi * aktif berpartisIPAsi 4
* kadang-kadang aktif 2
* tidak aktif 1

3. Lembar Penilaian
Performan Jumlah
No Nama Siswa Produk Nilai
Kerjasama PartisIPAsi Skor
1.
2.

CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 65


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SD Tlogo
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Kelas/Semester : VI (Enam) / 2 (dua)
Alokasi Waktu : 6 Jam Pembelajaran (3 × Pertemuan)

I. Standar Kompetensi
9. Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumidalam tata
surya
II. Kompetensi Dasar
9.1 Mendeskripsikan system dalam tata surya dan posisi penyusun tata surya
III. Indikator
9.1.1 Menjelaskan peran matahari sebagai pusat tata surya
9.1.2 Mengidentifikasi kelompok benda langit sebagai tata surya (planet, asteroid,
satelit, dll)
9.1.3 Mendeskripsikan system peredaran tata surya
IV. Tujuan Pembelajaran
9.1.1.1 Peserta didik dapat menjelaskan peran matahari sebgaai pusat tata surya
9.1.2.1 Peserta didik dapat mengidentifikasi kelompok benda langit sebagai tata
surya (planet, asteroid, satelit, dll)
9.1.3.1 Peserta didik dapat mendeskripsikan system peredaran tata surya
V. Materi Pokok/Ajar
Sistem Tata Surya
VI. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
a. Pendekatan : Kontekstual
b. Model : CTL
c. Metode : Ceramah, Demostrasi, Tanya Jawab, Pemberian Tugas

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 66


VII. Karakter Siswa yang Diharapkan
Tekun, Ketelitian, Percaya diri, Keberanian, Kerja sama, Tanggung jawab
VIII. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2×35 menit)
A. Pendahuluan
1. Cerita sesuatu yang ada di lingkungan terkait materi yang akan diajarkan
(Eksplorasi)
2. Informasi tentang tujuan yang akan dicapai
B. Kegiatan Inti
1. Peserta didik mengamati gambar alat peraga
2. Peserta didik mengamati system tata surya yang merupakan bagian dari
suatu galaksi
3. Guru menjelaskan materi peran matahari sebagai pusat tata surya
4. Dengan bimbingan guru, peserta didik menjelaskan pergerakan tta surya
menggunakan alat peraga
5. Peserta didik diskusi tentang matahari sebagai pusat tata surya dan benda
langit yang mengelilinginya
6. Mealaporkan hasil diskusi
7. Penyelesaian tugas
8. Pembahasan hasil kerja peserta didik
C. Penutup
1. Kesimpulan
2. Pemberian PR
IX. Sumber / Alat Pembelajaran
1. Buku IPA Kelas VI
2. Buku kaji peserta didik
3. Gambar peraga
4. LKS

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 67


X. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian dilaksanakan dengan teknik:
- Lisan
- Tertulis
- Kinerja
- Portofolio
Bentuk Tes:
- Pilihan Ganda
- Jawaban singkat
- Uraian

Mengetahui ……...., ………………… 20…


Kepala Sekolah SD/MI ……. Guru Kelas VI

( ………………..………… ) ( …………………...……… )
NIP/NIK : ………………… NIP/NIK : …………………

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 68


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut
sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam ini. Berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA
dimasukkan di dalam suatu kurikulum sekolah yaitu: (1) Bahwa IPA berfaedah
bagi suatu bangsa, (2) IPA merupakan suatu mata pelajaran yang
melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis, (3) Bila IPA diajarkan
melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA
tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belakang, (4) Mata
pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk
kepribadian anak secara keseluruhan. Perencanaan proses pembelajaran disusun
guna memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif,
menantang, menyenangkan, dan diharapkan. Sebagai guru/calon guru salah satu
tugas pokok dalam menjalankan tugasnya sehari-hari adalah menyusun perangkat
pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut: Silabus, RPP, Media, Bahan
ajar, Lembar kerja siswa, Evaluasi/Penilaian.

B. Saran
Setiap guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata pelajaran
yang diajarkan perlu diajarkan di sekolahnya. Demikian pula halnya dengan guru
IPA, baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas, seperti halnya
di Sekolah Dasar harus tahu benar kegunaan-kegunaan apa saja yang dapat
diperoleh dari pelajaran IPA. Selain itu, pembelajaran IPA di sekolah hendaknya
dikemas semenarik mungkin dengan menggunakan metode, model, dan media
yang bervariasi dan juga memanfaatkan berbagai sumber elajar termasuk
lingkungan.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 69


DAFTAR PUSTAKA

Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikkan: Teori dan
Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Kepel Press.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195905081985031-
NANA_JUMHANA/IPA_DEPAG_JADI_2009/MODUL_7_PEMBELAJ
ARAN_IPA_.pdf
http://pjjpgSD.unesa.ac.id/dok/4.Modul-4-
Perencanaan%20Pembelajaran%20IPA.pdf
Usman Samatowa. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Perencanaan Pembelajaran IPA Halaman 70

Anda mungkin juga menyukai