Anda di halaman 1dari 26

PENERAPAN METODE IQRA’ DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN

AL-QUR’AN DI TPQ MIFTAHUL FALAH DUSUN JAJANGSURAT DESA


KARANGBENDO KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI

LAPORAN OBSERVASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas yang Diampu
Oleh Nina Hayuningtyas, M.Pd.

Kelas : A3

Disusun Oleh Kelompok 9 :

Uswatun Khasanah (T20181108)


Umi Khofifatul Hasanah (T20181117)
Dwi Santi Maimanah (T20181118)
Dony Prasetyo (T20181139)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

NOVEMBER 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu aspek pendidikan agama yang kurang mendapar perhatian adalah
pendidikann membaca Al-Qur’an.pada umumnya orantua lebih menitikberatkan
pendidikan umum saja dan kurang memperhatikan pendidikan agama termasuk
pendidikan membaca Al-Qur’an.
Sebagai langkah awal adalah meletakan dasar yang kuat pada anak sebagai
persiapan untuk mengarungi hidup dan kehidupannya. Dengan dasar agama yang
kuat, maka setelah menginjak dewasa akan lebih arif dan bijaksana dalam
mentukan sikap, langkah dan keputusan hidupnya karena pendidikan agama adalah
jiwa (spiritualitas) dari pendidikan.
Untuk itu pada masa kanak-kanak perlu adanya penanaman budi pekerti
yang luhur dan keamanan yang berdasarkan pada tuntutan Allah swt. Dan pada
masa inilah anak-anak harus mulai diperkenalkan pada Al-Qur’an yang menjadi
pegangan dan pedoman di kehidupan nanti, sehingga ketika dewasa tidak
kehilangan pegangan dan pedoman, meskipun badai topan melanda kehidupan
rohaninya. Sedangkan lembaga-lembaga pendidikan Islam di usia dini yang akan
menjawab terhadap tantangan keringnya nilai spiritual dan keagamaan umat
dewasa ini, yang tersebar keseluruh nusanara adalah taman pendidikan Al-Qur’an
(TPQ). Fenomena ini muncul tentunya akan mebawa tujuan yang agung yaitu
sebagai penyelamat generasi penerus dan merupakan jawaban generasi mendatang,
karena sejak dini sudah diperkenalkan nilai-nilai agama yang bersumber kepada
wahyu ilahi rabbi yaitu Al-Qur’an.

Selain untuk memenuhi kebutuhan untuk mencari suatu pengetahuan atau


kebenaran, pendidikan juga merupakan suatu kewajiban. Baik kewajiban sebagai
seorang warga negara maupun sebagai seorang Muslim. Kewajiban belajar negara
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008
Tentang Wajib Belajar. Sedangkan, kewajiban belajar dalam Islam tertuang dalam
sabda Nabi SAW yaitu:

ْ ‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم‬


‫سلِ ٍم‬ َ ‫ب ال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
ُ َ‫طَل‬

Artinya: Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim (HR. Ibnu Majah no. 224,
dari sahabat Anas bin Malik R.A, dishahihkan Al Albani dalam shahih al-Jaami’ish
Shagiir no. 3913)
Tujuan pendidikan secara nasional telah tertuang dalam pasal 3 undang-
undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 yaitu: berkembangnya
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cukup, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Tujuan
pendidikan tersebut bersifat universal dan merupakan tujuan pendidikan tertinggi
yang diupayakan oleh seluruh jalur pendidikan di tanah air.

Jalur pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu jalur pendidikan formal,


informal dan non formal. Salah satu jalur pendidikan non-formal yang banyak
berkembang di Indonesia adalah TPA/TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran). Taman
Pendidikan Al-Quran atau yang biasa disebut TPA/TPQ adalah lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan non-formal berbasis keagamaan Islam yang
bertujuan untuk memberikan pengajaran tentang Al-Quran dan pemahaman-
pemahaman dasar tentang Agama Islam pada anak usia Sekolah Dasar atau
Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI).2

Pendidikan di TQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) solusi dalam mendalami


ilmu membaca Al-Qur’an di mulai dari generasi anak-anak samapi mukalaf/dewasa
memanfaatkan wadah ini. Hal ini disebabkan betapa pentingnya seorang muslim
untuk dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar, itulah mengapa kehadiran
TPQ di tengah-tengah masyarakat selalu menjadi titik terang dalam memecahkan
masalah dalam membaca Al-Qur’an.
TPQ atau taman pendidikan Qur’an merupakan lembaga pendidikan non
formal yang menitikberatkan pada pembelajaran serta penanaman nilai-nilai
qur;ani pada anak usia pendidikan dasar.
Keberhasilan suatu program terutama pembelajaran dalam membaca Al-
Qur’an dalam proses belajar mengajar tidak lepas dari pemilihan metode dan
menggunakan metode itu sendiri. Dalam mengajarkan Iqro’ seorang guru atau
ustadz/ustadzah dapat menggunakan metode yang ermacam-macam. Yang mana
setiap metode tersebut memiliki keistimewaan masing-masing. Karena
keberagaman ini bisa memilih metode mana yang dirasakan cocok dan efisien
untuk digunakan dalam pembelajaran. Metode-metode tersebut seperti metode

1
Tauddin Noor, Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No 20 Tahun 2003, Vol. 3 No. 01, Juni 2018, 124.
2
Hatta Abdul Malik, pemberdayaan taman pendidikan al-quran (TPQ) Al husna pasadena semarang, vol. 13
no. 2, tahun 2013, 389-390.
Baghdadiyah, Qiro’ati, Tilawah, Al Barqy. Dan salah satu metode yang sering dan
mayoritas dipergunakan di Indonesia adalah metode Iqra’.
Metode pembelajaran ini pertama klai disusun oleh H. As’ad Humamdi
Yogyakarta. Buku metode Iqra’ ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali.
Dimana dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk mengajar dengan tujuan untuk
memudahkan setiap peserta didik (santri) yang akan menggunakannnya, maupun
ustadz/ustadzah yang akan menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode
Iqra’ ini termasuk salah satu metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat,
oleh karena itu metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah masyarakat di
Indonesia.
Di Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) Miftahul Falah dalam pembelajaran
membaca Iqro’ dalam menggunakan metode Iqro’ yang mulai dari usia 5-6 tahun.
Di usia ini anak-anak mulai dikenalkan berbagai huruf hiyaiyah, membaca huruf
hijaiyah dan tanda baca dalam bahasa arab, waktu yang digunakan untu kegiatan
proses pembelajaran adalah waktu setelah sholat ashar. Waktu tersebut digunakan
dengan baik oleg para santri untuk menimba ilmu sebanyak mungkin terutama ilmu
membaca Iqro’ dan Al-Qur’an.
Taman Pendidiakan Al-Qur’an Miftahul Falah adalah salah satu tempat
yang mempunyai karakteristik dalam pengajaran yang memadai walaupun alat
media yang digunakan sangat sederhana tapi proses pembelajaran sejauh ini
berjalan dengan lancer yang menggunakan metode Iqro’ pada pembelajaran
membaca Iqro’ di Taman Pendidikan Al-Qur’an. Sehingga penulis mengamati dan
melakukan observasi untuk mengetahui berbagai aktivitas yang berkaitan dengan
proses pembelajaran.
Adapun latar belakang beridirnya Taman Pendidikan Al-Qur’an pada
umumnya disebabkan berbagai faktor antara lain:
1. Terbatasnya jam pendidikan agama di sekolah
2. Melemahnya pengajaran anak-anak di masjid atau mushola
3. Kurangnya perhatian dan pendampingan orangutua dalam mendidik ana
terutama di bidang agama, yaitu mengajarkan anak untuk bisa membaca Iqro’
4. Statistik pengembangan metodologi pengajaran membaca Iqro’. Selama ini,
metode yang banyak dipakai selama berabad-abad adalah metode yang tertuang
dalam “Al Qowaidul Baghdadiyah” atau yang biasa dikenal dengan turutan/juz
amma.3

3
Budiyanto, Prinsip-Prinsip Buku Iqro’, (Yogyakarta: Team Tadarus AMM HM, 2015), 3.
Metode Iqro’ yang digunakan di TPQ Miftahul Falah Jajangsurat adalah
sebuah metode tentang pembelajaran Iqro’ yaitu buku Iqro’ yang terdiri dari 6 jilid
mulai tahun 2013 sampai dengan sekarang adalah hasil karya Ustadz As’ad
Humam.
Dari berbagai hasil observasi di atas yang dilaksanakan pada tanggal 10
November 2020 jelaslah kiranya kehadiran Taman Pendidikan Qur’an (TPQ)
merupakan titik terang bagi kita yang dalam hal ini kurang memahami cara
membaca Iqro’ dengan baik dan benar yang dimulai dari usia dini. Selain
pengajarannya menggunakan metode Iqro’, di TPQ Miftahul Falah juga
mengadakan Tugas Akhir Hafalan/Kartu Prestasi Hafalan juz amma serta bacaan
doa-doa kepada peserta didik/santri.
Hasil yang didapat dari Taman Pendidikan Qur’an selaa proses
pembelajaran adalah para santri sudah bisa membaca huruf-huruf hijaiyah satu
dengan yang lain, bisa menulis hijaiyah dengan baik yang sendirian atau sambug,
mengetahui tanda baca dan sudah bisa membaca Iqro’.
Dengan diterapkan metode tersebut, diharapkan pembelajaran dapat
berlangsung dengan menyenangkan dan santri mampu memahami, mengetahui
huruf-huruf hiyaiyah yan telah diajarkan. Karena dalam penggunaan metode
tersebut, santri juga ikut berperan aktif, atas dorongan inilah penulis terdorong
untuk mengadakan penelitian dan menyusun laporan observasi dengan judul:
“PENERAPAN METODE IQRO’ DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
DI TPQ MIFTAHUL FALAH DUSUN JAJANGSURAT DESA
KARANGBENDO KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN
BANYUWANGI”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Penerapan Metode Iqro’ dalam Pembelajaran Membaca Iqro’ di
TPQ Miftahul Falah Jajangsurat Rogojampi Banyuwangi?
2. Bagaimana Kendala-Kendala dan Penerapan Metode Iqro’ dalam belajar
membaca Iqro’ di TPQ Miftahul Falah Jajangsurat Rogojampi Banyuwangi?
3. Bagaimana Upaya Mengatasi Kendala-Kendala dan Penerapan Metode Iqro’ di
TPQ Miftahul Falah Jajangsurat Rogojampi Banyuwangi?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka tujuan
penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode iqro’ dalam pembelajaran
membaca iqro’ di TPQ Miftahul Falah Jajangsurat Rogojampi Bnayuwangi.
2. Untuk mengetahui bagaimana kendala-kendala dan penerapan metode iqro’
dalam belajar membaca iqro’ di TPQ Miftahul Falah Jajangsurat Rogojampi
Banyuwangi.
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya mengatasi kendala-kendala dan penerapan
metode iqro’ di TPQ Miftahul Falah Jajagsurat Rogojampi Banyuwangi.

D. Manfaat Penelitian
Dalam suatu penelitian, disamping memperhatikan masalah dan tujuan juga
perlu diperhatikan mengenai kegunaannya. Adapun kegunaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Secara Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai evaluasi dan
acuan bagi guru ngaji terkhusus bagi ketua yayasan didalam melaksanakan
peranannya sebagai guru ngaji dan kepala yayasan di TPQ Miftahul Falah
Jajangsurat Rogojampi Banyuwangi. Dan dapat dijadikan penelitian yang
berkaitan.
b. Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berharga di dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan membaca Iqro’
dan khususnya pada guru ngaji yang mengemban amanah agar bisa
melaksanakan tuugas secara optimal kepada santri dan santriwatinya, di dalam
meningkatkan Baca Iqro’ murid/santri. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan dan
mendalami hal-hal yang belum terjangkau dalam penelitian ini.
a. Bagi Peneliti
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi
peneliti yang digunakan sebagai bekal seorang pendidik.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan pengetahuan
bagi peneliti yang berkaitan dengan pembelajaran al-qur’an.
b. Bagi TPQ Miftahul Falah Jajangsurat Rogojampi Banyuwangi.
Penelitian ini diharapkan bisa memberi nilai positif terhadap TPQ Miftahul
Falah Jajangsurat Rogojampi Banyuwangi khususnya para santri
santriwatiya, sehingga meningkatan pembelajaran al-qur’an.

E. Definisi Operasional
Dari judul penelitian ini yaitu “Penerapan Metode Iqra Dalam
Meningkatkan Pembelajaran Al-Qur’an di TPQ Miftahul Falah Dusun Jajangsurat
Desa Karangbendo Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi” beberapa
istilah dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Penerapan Metode Iqro’
a. Penerapan metode iqra adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’
terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap
sampai pada tingkatan yang sempurna. Adapun penerapan yang penulis
maksud adalah penerapan yang ada di iqro’ cara mengenalkan dan
mempraktikkan bunyi A, Ba, Ta, Tsa, dst, tanpa mengenalkan istilah “alif”
“fathah” dsb. Santri tidak disuruh menghafal huruf-huruf “alif” sampai
“ya”. Setelah santri bisa menyebutkan huruf A dan Ba, mereka supaya
membaca sendiri huruf-huruf dibawahnya tanpa dituntun dan seterusnya.4
b. Metode. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu Methodos yang
berasal dari kata “meta” dan “hodos”. Kata meta berarti melalui sedang
hodos berarti jalan, sehingga metode berarti jalan yang harus dilalui, cara
melakukan sesuatu atau prosedur. Adapun dalam bahasa Arab bisa
bermakna “Minhaj, al wasilah. Al-Raifiyah, Al-Thariqoh”. Semua kata ini
berarti jalan atau cara yang harus ditempuh.
c. Buku iqro’ disusun oleh Ustadz As’ad Human sekitar tahun 1983 – 1988.
Beliau lahir di Kotagede Yogyakarta pada tahun 1933, adalah putra H.
Human seorang guru agama yang aktif berdakwah dari desa ke desa.
Buku iqro’ yang kemudian ditengah-tengah masyarakat dikenal
dengan istilah “Metode Iqro’ ini disusun dalam buku-buku kecil ukuran ¼
(seperempat folio) dan terbagi dalam 6 jilid. Tiap jilid rata-rata memiliki 43
halaman. Jilid-jilid tersebut disusun berdasarkan urutan dan tertib materi
yang dilalui secara bertahap oleh masing-masing anak, sehingga jilid 2
adalah kelanjutan dari jilid 1, jilid 3 adalah kelanjutan jilid 2, demikian

4
Nur Trisnawati, Implementasi Membaca Al-Qur’an dengan Metode Iqra di Raudhatulathfal Cut Mutia Desa
Dagang Gelambir Kec Tanjung Morawa,(Sumatera Utara: 2017),33
seterusnya sampai jilid 6. Bagi anak yang telah menyelesaikan jilid 6, bila
mengajarkannya sesuai dengan petunjuk dapat didapatkan bahwa ia telah
mampu membaca Al-Qur’an dengan benar.
Metode iqro’ yang digunakan salah satunya adalah CBSA (Cara
Belajar Santri Aktif) dimana ustadz/ah hanya menunjukkan pokok-pokok
pelajaran saja dan tidak perlu mengenalkan istilah-istilah dan tidak
menuntun membaca. Santrilah yang harus, dibetulkan huruf-huruf yang
keliru dengan isyarat, jika tetap saja lupa, baru ditunjukkan bacaan yang
sebenarnya.
d. Adapun pengertian metode iqro’ menurut penulis adalah salah satu
komponen yang harus ada dalam pembelajaran dan teknik yang digunakan
guru atau ustadz dalam melakukan interaksi dengan siswapada saat
pembelajaran berlangsung, salah satunya yaitu menggunakan metode iqro’
cara cepat membaca Al-Qur’an dalam melakukan proses pembalajaran di
TPQ.
Iqro’ adalah sebuah metode pengajaran membaca Al-Qur’an, Iqro’
dalam laporan project ini adalah implementasi dari sebuah cara yang di atur
dan berfikir baik-baik dalam membaca Al-Qur’an. Metode Iqro’ disusun
oleh Ustad As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan dikembangkan
oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan Musholla). Metode Iqro’ semakin
berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah munas ke VI DPP
BKPMI di Yogyakarta yang menjadikan TK Al-Qur’an dan metode iqro’
sebagai program utama disetiap TPq. Dan telah menetapkan TKA-TPA
“AMM” Kotagede ini sebagai “Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem
Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an Lembaga Pengembangan Tilawatil
Qur’an Nasional di Yogyakarta (SK. LPTQ No. 1 tahun 1991).
2. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
a. Pembelajaran ialah kegiatan belajar-belajar yang interaktif yang terjadi
antara santri sebagai santri (muta’allim) dan kyai atau ustadz di pesantren
sebagai pendidik (learner, mu’allim) yang diatur berdasar kurikulum yang
teah disusun dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian
yang dimaksud dengan metode pembelajarn adalah cara-cara yang mesti
tempuh dalam kegiatan belajar mengajar antara santri atau ustadz untuk
mencapai tujuan tertentu.
b. Adapun pengertian pembelajaran membaca Al-Qur’an menurut penulis
ialah kegiatan belajar-mengajar membaca Al-‘Qur’an antara santri dengan
ustadz atau guru dengan menggunakan metode Iqro’. Metode Iqro’ yang
digunakan salah satunya adalah CBSA (Cara Belajar Santri Aktif) dimana
ustadz/ah hanya menunjukkan pokok-pokok pelajaran saja dan tidak perlu
mengenalkan istilah-istilah dan tidak menuntun membaca. Santrilah yang
harus membaca sendiri latihan-latihannya. Bila santri keliru baca huruf,
dibetulkan huruf-huruf yang keliru dengan isyarat, jika tetap saja lupa, baru
ditunjukkan bacaan yang sebenarnya.
3. TPQ Miftahul Falah
a. TPQ adalah singkatan dari Taman Pendidikan Al-Qur’an
b. TPQ adalah TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) merupakan lembaga
pendidikan Islam non formal tingkat dasar yang berada di masyarakat
dimana pesertanya secara umum diperuntukkan kepada anak-anak usia
dini.5
c. TPQ Miftahul Falah adalah nama sebuah lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan pembelajaran membaca Al-Qur’an yang terletak di
Dusun Jajangsurat, Desa Karangbendo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten
Banyuwangi.
Dengan demikian yang penulis maksud dengan Penerapan Metode Iqro’
dalam Pembelajaran Al-Qur’an di TPQ Miftahul Falah Dusun Jajangsurat,
Desa Karangbendo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi adalah
suatu studi penelitian untuk mendeskripsikan Penerapan Metode Iqro’ di TPQ
Miftahul Falah.
Kesimpulan uatam dari peneliti ialah kegiatan belajar mengajar antara
santri dnegan ustadz membaca Al-Qur’an yang dilakukan di TPQ Miftahul
Falah dengan menggunakan metode iqro’ dalam kegiatan belajar mengajar
menggunakan cara santri belajar aktif (CBSA) santri yang aktif untuk belajar
dan membaca sendiri apabila ada keliruan dalam membaca ustadz atau guru
baru membetulkan yang pertama dengan syarat dan masih terjadi kesalahan
baru di tunjukkan bacaan yang benar.
F. Penelitian Terdahulu
Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh
mana orisinalitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan. 6
1. Yeni Rahmawati, 2017 dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Metode
Iqro’ Dalam Pembelajaran Membaca Al-Quran Di TPQ Al Husaini Rejasari

5
Halid Hanafi, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), 466.
6
Tim penyusun, Pedoman Penulisan, 45-46.
Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas”. Menyatakan bahwa
tingkat keberhasilan penggunaan metode iqra’ di TPQ Al Husaini itu dapat
terlihat ketika santri sudah berada pada kelas 3 (tiga), pada kelas ini
kemampuan membaca santri benar-benar akan terlihat. Kalua selama dalam
proses jilid 1 (satu) sampai dengan jilid 6 (6) itu santri belajar benar maka
sampai pada kelas 3 (tiga) pun akan lancar. Dengan demikian tolak ukur tingkat
keberhasilan metode Iqro’ di TPQ Al Husaini akan terlihat pada saat santri
tersebut sudah menginjak kelas 3 (tiga).
2. Nur Trisnawati, 2017 dalam skripsinya yang berjudul “Implementasi Membaca
Al-Quran Dengan Metode Iqro’ Di Raudhatul Athfal Cut Mutia Desa Dagang
Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa Thun Pelajaran 2016/2017”. Bahwa
Setelah melakukan observasi dibeberapa sekolah maka penulis memutuskan
bahwa penelitian dilakukan di RA Cut Mutia Desa Dagang Kelambir
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Selain faktor sekolah
tersebut yang telah lama menggunakan metode iqro‟ dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-qur‟an anak, juga karena sekolah tersebut dekat
dengan rumah penulis.

3. RA Cut Mutia yang berada di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung


Morawa Kabupaten Deli Serdang memiliki cara khusus dalam mengajarkan
agama dan membaca Al-qur‟an. Di sekolah tersebut menyediakan satu hari
penuh untuk mengadakan praktik pelaksanaan kegiatan beragama pada setiap
hari sabtunya. Tidak hanya itu saja, di sekolah tersebut juga mengadakan
infaq yang berlaku setiap harinya. Di sekolah tersebut juga mengajarkan
Asmaul husna setiap pagi sebelum masuk ke kelas. Praktik belajar membaca
Al-qur‟an dilakukan dengan menggunakan metode Iqro‟ yang dilakukan
setiap hari.

Berangkat dari pentingnya belajar membaca Al-qur‟an bagi umat islam


sejak dini dan keunikan yang dimiliki RA Cut Mutia dalam mengajarkan agama
kepada peserta didiknya membuat penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
seputar IMPLEMENTASI MEMBACA AL-QUR‟AN DENGAN METODE
IQRA’.
G. Kajian Pustaka
a. Penerapan
Penerapan berasal dari “terap” yang mendapatkan awalan “pe” dan
akhiran “an” yang berarti perihal mempraktekkan.7
Adapun penerpan yang peneliti maksudkan disini adalah pelaksanaan
atau usaha-usaha yang dilakukan dalam menerapkan metode Iqra’ pada bacaan
Al-Qur’an di TPQ Miftahul Falah.
b. Peningkatan
Dalam suatu pembelajaran tentu memiliki tujuan yaitu agar materi yang
disampaikan bisa dimengerti, difahami dan dilaksanakan sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Upaya yang dilakukan dengan berbagai cara
supaya siswa dapat melakukan kegiatan sehingga akan mengalami perubahan
menjadi lebih baik. Dalam kamus bahasa menurut Adi D. dibukunya istilah
peningkatan berasal dari kata tingkat yang berarti berlapis-lapis dari sesuatu
yang tersusun sedemikan rupa, sehingga membentuk suatu susunan yang ideal,
sedangkan peningkatan adalah kemajuan dari seseorang dan tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan
untuk menaikkan sesuatu atau usaha kegiatan untuk memajukan sesuatu ke
suatu arah yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Berdasarkan uatain diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan adalah
suatu upaya yang dilakukan oeh pembelajar (guru) untuk membantu pelajar
(siswa/santri) dalam meningkatkan proses pembelajaran sehingga dapat lebih
mudah mempelajarinya. Pembelajaran dikatakan meningkat apabila adanya
suatu perubahan dalam proses pembelajaran, hasil pembelajaran dan kualitas
pembelajaran mengalami perubahan secara berkualitas.
c. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaranmerupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan.
Penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
siswa agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang komplek. Pembelajaran pada
hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga merupakan
aktifitas professional yang menunut guru dapat menggunakan keterampilan
dasar mengajar secara terpadu serta menciptakan situasi efisien. Oleh karena itu

7
Tim
dalam pembelajaran guru perlu menciptakan suasana yang kondusif dan
strategi belajar yang menarik minat siswa.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi kreativitas
pengajar, pembelajaran yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
mengajar yang mampu memfasilitasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain
pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang menandai, ditambah dengan
kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target
belajar.
d. Metode Iqra
Metode Iqra merupakan metode belajar membaca Al-Qur’an yang
menekankan langsung pada latihan membaca mulai dari tingkat yang paling
sederhana sampai tingat yang paling sempurna. Menurut As’ad Humam,
metode iqra adalah metode cepat dalam membaca dan menulis huruf Al-
Qur’an, melalui bacaaan langsung sesai barisan masing-masing tanpa harus
dieja lagi.8
e. Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah wahyu yang diturunkan Allah kepada Rasul yang
dicatat dalam mushaf-mushaf yang disampaikan padanya secara mutawatir
tanpa syubhat. Banyak sekali keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an
dan tidak dimiliki oleh kitab-kitab lainnya. Di antara keistimewaan al-Qur’an adalah
beribadah ketika membacanya.9
Melihat hal tersebut betapa pentingnya Al-Qur’an yang memiliki
keistimewaan untuk kehidupan hidup manusia dan juga mengatur begitu
kompleksnya kegiatan manusia mulai dari tidur sampai tidur lagi. Maka dari itu
Al-Qur’an dijadikan pedoman bagi umat manusia.
f. Taman Pendidikan Al-Qur’an
Seiring dengan kemajuan zaman, tantangan orang tua semakin berat, karena
orang tua dituntut untuk bisa mendidik anak-anaknya dengan berbagai macam ilmu
agama Islam. Pendidikan yang menanamkan keimanan dan ketaqwaan yang berpusat
pada ajaran al-Qur’an merupakan penyelamat generasi mendatang.10

8
As’ad Humam, Metode Iqra: Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an (Yogyakarta Tunggal-Team AMM
Kotagede, 1994), hal 2
9
Triyasyid Nurrudin, Pedoman Ilmu Tajwid Mudah dan Aplikatif,( Solo: Taujih, 2015) hal 15
10
Chamim Thoha dkk, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur‟an Metode Cepat Tanggap Belajar
Al-Qur‟an An-Nahdliyah, (Tulungagung : Pimpinan Pusat Majelis Pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an,
2008), 5.
Taman Pendidikan Al-Qur’an atau yang kita sebut denagn TPQ yang mana di
dalam yang mengajarkan membaca ataupun menulis Al-Qur’an. Adanya TPQ
dilingkungan masyarakat sangat membantu orang tua dan juga anak-anak dalam
mempeajari Al-Qur’an. Para orang tua bisa mempercayakan anaknya ke TPQ tersebut
untuk di didik dan diajarai membca Al-Qur’an.
H. Metodelogi Penelitian
Metode Penelitian pada dasarnya adalah bagaimana seorang peneliti dapat
mengugkapkan sejumlah cara yang diatur secara sistematika, logis, rasional dan
terarah tentang pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah mengumpulkan data,
sehingga diharapkan mampu memjawab secara ilmuiah perumusan masalah
(problem akademik).11

a. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif, karena
pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif desriptif. Maksudnya
dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka
melainkan data tersebut berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan,
dokumentasi pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainya.12 Oleh karena itu,
pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mencocokkan antara
realita empirik dengan teori yang berlaku, dengan menggunakan metode deskriptif
studi kasus. Maka peneltian ini mendeskripsikan metode iqra’dalam meningkatan
pembelajaran al-Qur’an.
b. Lokasi Penelitian
TPQ Miftahul Falah Dusun Jajangsurat, Desa Karangbendo, Kecamatan
Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Alasan-alasan penulis mengapa memilih
lokasi ini adalah:
a) Di Taman Pendidikan AL-Qur’an tersebut belum pernah ada penelitian
serupa.
b) Lokasi penelitian yang memungkinkan peneliti mengadakan penelitian
secara intensif.
c) Taman Pendidikan Al-Qur’an mendapat dukungan dan respon dari
masyarakat dengan baik.
d) Diharapkan dengan adanya Taman Pendidikan Al-Qur’an tersebut dapat
merubah perilaku masyarakat di Desa Karangbendo yang ada pada saat ini
sangat membutuhkan perhatian bagi ita umat Islam khususnya perhatian

11
M. Mansyur, dkk, Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Yogyakarta: Sukses Offset, 2007.
12
Lexi J. Meleong, Metodelogi Penelitian Kuanlitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005),
terhadap generasi anak-anak.
e) Belum pernah dilakukan atau dijadikan objek penelitian yang sama.

c. Subjek Penelitian
Yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah benda, orang yang di maksud
atau tempat untuk mendapatkan kata terhadap variable yang di permasalahkan.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Kepala Yayasan dan
para santri Taman Pendidikan Al-Qur’an dengan rincianlah 1 kepala 3 Ustadz/ah
dan 55 Santri, maka penelitian ini yang menjadi populasi adalah:
1. Kepala Yayasan TPQ Miftahul Falah (Ust. M. Cholid, S.Ag.)
2. Para santri Taman Pendidikan Al-Qur’an Miftahul Falah Dusun Jajangsurat,
Desa Karangbendo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi yang
seluruhnya berjumlah 55 orang
3. Penentuan Objek
Sedang objek dalam penelitian ini adalah “Penerapan Metode Iqro’ dalam
pembelajaran membaca Al-Qur’an di TPQ Miftahul Falah Dusun Jajangsurat
Desa Karangbendo Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi.

d. Teknik Pengumpulan data


Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis akan
menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, dokumentasi.
Berikut adalah langkah-langkah opersionalnya.
1) Obsevasi
Teknik ini merupakan salah satu teknk utama dalam penelitian
Living Qur’an. Observasi digunakan untuk memperoleh data dengan cara
mengamati secara langsung terhadap fenomena yang diselidiki atau dengan
kata lain metode obserasi diartikan sebagai metode penyelidikan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diselidiki.
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, atau proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.13
Pada metode ini, peneliti mengamati dan memahami proses belajar
mengajar yang berkaitan Penerapan Metode Iqro’ dalam pembelajaran
Membaca Al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Miftahul
Falah Dusun Jajangsurat Desa Karangbendo Kecamatan Rogojampi
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2014), hlm 145
Kabupaten Banyuwangi. Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan
mendalam, peneliti melakukan observasi atau pengamatan dengan
melibatkan diri secara aktif pada aktifitas proses belajar mengajar yang
dilakukan.
Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam melakukan observasi
adalah:
1. Penulis dating ke lokasi penelitian yang menjadi tempat berlangsungnya
penerapan metode iqro’ dalma pembelajaran membaca Al-Qur’an
meliputi kegiatan ustadz-ustadzah dan santri dalam penerapan tersebut.
2. Melakukan pengamatan yang difokuskan pada cara-cara atau tahap-
tahap penerapan metode iqro’ dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an
serta sikap perilaku subjek penelitian.
Hal ini bertujuan agar peneliti mengetahui tentang situasi kondisi
pembelajaran yang berlangsung di TPQ Miftahul Falah.
Data yang diperoleh peneliti dalam hal ini ialah sebagai berikut:
a. Situasi dan kondisi pembelajaran di TPQ Miftahul Falah
b. Masalah atau kendala yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung
TPQ Miftahul Falah
c. Usaha yang dilakukan Ust Cholid dalam mengatasi masalah tersebut
2) Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan
untuk memperoleh informasi, wawancara dimaksudkan untuk menemukan
informasi tentang sesuatu yang diketahui oleh seseorang yang menjadi
sumber data dalma bentuk lisan, interview yang sering disebut wawanara
atau kuisioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang di
wawancara/terwawancara. 14
Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, serta
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah responden sedikit.15 Wawancara dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada
responden, dan jawabn-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat

14
Fajar Hajarudan Hardvizon, “Individual Experience dan Persepsi Pedagang: Relasi Pengalaman Individual dan
Persepsi Pedagang terhadap Bank Syariah”, Journal of Islamic Economics, 1 (2016), 92.
15
Ibid, 137
perekam (tape-recorder).16
Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan
beberapa pihak antara lain, Kepala Yayasan Taman Pendidik Al-Qur’an
(TPQ) Miftahul Falah untuk membantu peneliti dalam mengamati
penerapan metode Iqro’ dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an di TPQ
untuk menjadi pedoman wawancara dan pengamatan. Pengamatan dan
wawancara hendaknya menjaga hubungan baik dan memerlukan suasana
santai sehingga dapat muncul kesempatan timbulnya respon terbuka dan
cukup bagi pengamat untuk memperhatikan dan mengumpulkan data yang
sesuai dengan judul.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mencari bukti-bukti dari sumber nonmanusia terkait objek yang diteliti
beruapa tulisan atau gambar, atau karya-karya momental dari seseorang.17
Dokumentasi dalam penelitina ini digunakan untuk mencari dan
mengumpulkan data-data pendukung yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Data-data terseut adalah data yang berkaitan dengan penerapan metode
iqro’ dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an, misalnya dalam
menyampaikan materi, penilaian mengaji iqro’, data profil TPQ guru dan
Santri TPQ Miftahul Falah Dusun Jajangsurat Desa Karangbendo
Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi serta data pendukung
lainnya.
I. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahap awal yang dilalui peneliti sebelum
memulai melakukan penelitian tindakan kelas. bahan/materi yang disusun
dalam tahap perencanaan berfungsi untuk kemudian dilaksanaan pada tahap
berikutnya Dalam tahap perencanaan peneliti menyiapkan beberapa hal yang
dapat menunjang kelancaran pelaksanaan penelitian. berikut kegiatan yang
dilakukan dalam tahap perencanaan:
a. Menyusun rencana kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses
belajar mengajar.
b. Menyusun lembar observasi untuk menilai kemampuan santri ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung.

16
Ibid,
17
2. Action
Tahap action/tindakan adalah tahap dimana peneliti
mengimplementasikan rencana kegiatan yang telah disusun sebagaimana yang
ada pada tahap perencanaan. Action atau pelaksanaan penelitian tindakan kelas
yang dilakukan di TPQ Al-Falah dimulai pada tanggal 24 November 2020.
Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap action atau tindakan ialah
sebagai berikut:
3. Observasi
Tahap observasi dilakukan oleh seorang peneliti untuk mengetahui
kemampuan santri dalam membaca Al-Quran. Dalam tahap observasi seorang
peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan santri saat membaca Al-
Quran dan dibarengi dengan melakukan penilaian terhadap kemampuan santri
dalam membaca Al-Quran sesuai dengan lembar observasi yang telah disusun.
4. Evaluasi
Tahap refleksi ialah tahap akhir dalam kegiatan penelitian tindakan
kelas. Dalam tahap ini peneliti perenungan atau instropeksi diri terhadap
kemampuan mengajarnya dengan dibantu oleh hasil analisis data. Refleksi
dilakukan bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh terhadap tindakan yang
telah dilakukan berdasarkan data yang telah diperoleh dan kemudian dievaluasi
guna menyempurnakan tindakan selanjutnya.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap refleks meliputi kegiatan analisis,
sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah
dilakukan. data atau informasi yang telah diperoleh kemudian diuraikan, dicari
kaitannya antara data satu dengan yang lainnya, dibandingkan antara data yang
diperoleh setelah dilakukan penelitian dengan data sebelum dilakukan
penelitian, dikaitkan dengan teori atau hasil penelitian terdahulu apakah
menunjukkan adanya kesesuaian atau tidak. hasil refleksi yang diperoleh
digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya yang harus diambil dalam
PTK.18

J. Temuan
a. Perencanaan
Berdasarkan identifikasi masalah tentang rendahnya kemampuan membaca Al-
Qur’an di TPQ Al-Falah dan pemetaan alternative penyelesaian masalah, maka
peneliti membuat dan menyiapkan hal-hal berikut:

18
Nurhafit Kurniawan, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Yogyakarta: Deepublish, 2017), 29.
a) Menyiapkan rencana kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan dalam
proses belajar mengajar.
Rencana Kegiatan Pembelajaran di TPQ Miftahul Falah
A. Alokasi Waktu: 90 menit
B. Metode Pembelajaran
1. Metode iqra’
C. Sumber belajar
1. Buku Iqro’
D. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
1. Guru mengelompokkan santri pada jilid tertentu sesuai
dengan kualitas bacaan.
2. Guru menyontohkan bacaan huruf hijaiyah yang benar
dengan membacakan judul/huruf hijaiyah yang ada di baris
paling atas di setiap lembar buku iqro’ terlebih dahulu
3. Santri membaca sendiri sampai satu lembar, guru menyimak
dari bacaan santri
4. Guru memberikan peringatan jika santri salah dalam
membaca, guru membetulkan ketika santri salah
membacanya.
5. Jika masih salah, guur memberikan titian ingatan.
Contohnya santri lupa baca huruf (ba’) ustadz mengingatkan
titiknya seperti “jika ada titiknya dibawah dibaca (ba’), dst”
6. Jika santri masih lupa cara membaca yang benar, guru
menunjukkan cara membaca yang membaca yang benar.
7. Penutup, guru memimpin untuk membaca doa kafaratul
majlis dan Al-Fatihah.

b) Menyusun lembar observasi


b. Pelaksanaan
Penelitian dilakukan pada 24 November 2020 di TPQ Al-Falah,
Glenmor, Banyuwangi. pada tahap ini dilakukan proses pembelajaran
sekaligus penelitian. langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a. Mengelompokkan santri pada jilid tertentu sesuai dengan kualitas bacaan.
b. Menyontohkan bacaan huruf hijaiyah yang benar dengan membacakan
judul/huruf hijaiyah yang ada di baris paling atas di setiap lembar buku
iqro’.
a. Santri membaca sendiri sampai satu lembar.
b. Guru menyimak bacaan santri secara satu persatu.
c. Guru memberikan peringatan jika santri salah dalam membaca.
1) Bila santri salah membaca huruf guru membetulkan dengan memberikan
isyarah
2) Jika masih salah, guru memberi titian ingatan. Contohnya santri lupa baca
huruf (ba’) ustadz mengingatkan titiknya seperti “jika tidak ada titiknya
dibawah dibaca ba’, dst”
3) Jika santri masih lupa cara membaca yang benar, guru menunjukkan cara
membaca yang benar.
d. Selama proses pembelajaran berlangsung guru melakukan penilaian
otentik terhadap bacaan santri.

c. Observasi
Untuk memperoleh data tentang kualitas kemampuan membaca Al-Quran
santri dilakukan secara langsung pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Pada saat guru menyimak bacaan santri ketika setor bacaan iqro’, guru juga
melakukan penilaian otentik tentang kualitas bacaan santri meliputi aspk-aspek
mengenal huruf hijaiyah, makhorijul huruf, panjang pendek ucapan, ketepatan
harakat.

d. Refleksi
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan ingin dipecahkan dalam
penelitian ini lebih menekankan pada masalah proses. Data yang diperoleh
berupa data langsung darai kegiatan penelitian di lapangan. Penelitian ini
dilakukan selama 4 kali pertemuan dengan masing-maisng pertemuan
berdurasi selama 90 menit. Pada observasi pertama atau pre test, peneliti
meminta santri untuk membaca Al-Qur’an Juz 1. Dalam hal ini peneliti belum
menerapkan metode iqro’, namun masih menggunakan metode pembelajaran
Al-Quran yang telah lama dilaksanakan di TPQ Al-Falah yaitu metode Al-
Baghdadi. Ketika menyimak bacaan santri peneliti pun melakukan penilaian
terhadap kemampuan santri.

Pada pertemuan kedua dan ketiga peneliti mulai menerapkan metode


pembelajaran iqro’. Pada setiap pertemuan, peneliti melakukan penilaian
terhadap kemampuan santri. Lalu, pada pertemuan keempat peneliti melakukan
post test dengan meminta santri untuk membaca Al-Quran Juz 1 untuk
mengetahui perbedaan sebelum diterapkan metode iqro’ dan setelah diterapkan
metode Iqro’.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap refleksi meliputi kegiatan analisis,


sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah
dilakukan. Data atau informasi yang telah diperoleh kemudian diuraikan, dicari
kaitannya antara data satu dengan yang lainnya, dibandingkan antara data yang
diperoleh setelah dilakukan penelitian dengan data sebelum dilakukan
penelitian, dikaitkan dengan teori atau hasil penelitian terdahulu apakah
menunjukkan adanya kesesuaian atau tidak hasil reflekasi yang diperoleh
digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya yang diambil dalam PTK.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Metode Iqro’
Metode Iqra suatu acara sistem pengajaran yang lebih praktis dan lebih cepat
membaca Al-Qur’an dan mudah memahami tajwid. Menurut hasil observasi
peneliti di TPQ Miftahul Falah, ustadz/ustadzah sudah menerapkan sebagian besar
dari langkah-langkah metode Iqra dengan senpurna. Adapun langkah-langkah yang
sudah diterapkan oleh ustadz/ustadzah di TPQ Miftahul Falah dapat disajikan pada
tabel berikut ini.

No Daftar Rekapitulasi Penerapan Iqra’ Ada Tidak


1. Ustadz/ustadzah memberikan salam
2. Ustadz/ustadzah memeriksa kehadiran
3. Ustadz/ustadzah membimbing santri atau memberi
motivasi
4. Membaca Al-Qur’an kecil (Iqra)
5. Ustadz/ustadzah menyimak secara bergantian
6. Siswa yang lebih tinggi pelajarannya dapat
membantu menyimak santri lain
7. Ustadz/ustadzah memberi sabjungan kepada santri
apabila bacaan santri betul
8. Santri yang betul-betul menguasai pelajaran maka
membacanya boleh diloncat atau dapat meanjutkan
ke materi selanjutnya
9. Menulis huruf Al-Qur’an (Iqra)
10. Memeriksa hasil tulisan santri
11. Penutup

Pada Tabel diatas menunjukkan bahwa ustadz/ustadzah sudah menerapkan


sebagian besar dari langkah-langkah penerapan metode Iqra’. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Ustadz Cholid bahwa, langkah-langkah penerapan metode iqra’
diantaranya terlebih dahulu guru memberikan salam.19 Dari hasil wawancara dapat
dipahami bahwa, ustadz telah menerapkan sebagian dari langkah-langkah metode Iqra’.
Selain itu ustadz menerapkan metode Iqra’ sesuai dengan teori Melvin L yaitu memberi
sanjungan kepada santri apabika bacaanya betul. Ustadz/ustadzah tidak membimbing
santri atau motivasi sebelum mulai baca Al-Qur’an kecil (Iqra’).
Adapun hasil observasi peneliti di TPQ Miftahul Falah terhadao langkah-langkah
penerapan metode Iqra’ yang dilaksanakan oleh ustadz Cholid. Sesuai dengan hasil
obserasi peneliti, ustadz mengajar belajar membaca Al-Qur’an kecil (Iqra’) pada jilid
pertama, ustadz hanya mendengarkan saja bacaan tanpa berkomentar karena santri
sudah mengenal huruf hijaiyah. Jilid kedua, ustadz hanya mendengarkan saja bacaan
santri, ustadz tidak terampil dalam bacaan panjang pendek seperti bertemu mad tabi’in
dan ustadz tidak menyebutkan nama mad. Jilid ketiga, ustadz tidak membaca cukup

19
Hasil wawacara peneliti dengan ustadz Cholid, tanggal 14 November 2020 di TPQ Miftahul Falah
Jajangsurat
mendengarkan saja, ustadz hanya membetulkan bacaan santri apabila salah seperti
bacaan wauw, yaa mati. Jilid keempat, ustadz hanya menyimak saja tanpa berkomentar
apapun baik santri salah baca ataupun tidak seperti bacaan panjang pendek, akan tetapi,
ustadz menjelaskan degan baik bacaan tanwin dengan huruf alif fatha’ain dan bacaan
tanwin katrah’qin. Selain itu ustadz memperhatikan betul-betul bacaan dhammah’ain
dan perbedaan bacaan kasrah bertemu ya, fathah bertemu yaa dan dhammah bertemu
huruf wauw mati. Ustadz tidak sempurna dalam melafadzkan bacaan qalqalah dan
perbedaan hamzah mati, ‘ain mati dan qaaf mati sehingga santri kesulitan ketika
membaca. Ustadzah juga tidak menyebutkan nama qalqalah kubra dan sugra. Selainitu,
ustadzh menjelaskan bacaan nun mati hanya sekali saja akan tetapi, ustadz mengulang-
mengulang bacaan mim mati supaya santri paham.
Jilid kelima dhammata’ain dan perbedaan bacaan alif syamsiyah dan alif
qamariyah dengan sempurna,ustadz hanya sekali saja menjelaskannya. Akan tetapi
ustadz tidak memperkenalkan dengan sempurna mad arid lissukun dan mad jaiz
munfasil dengan baik serta bacaan nun/tanwin bertemu sengan nun dan mim, bacaan
nun/tanwin dengan huruf raa dan bacaan nun/tanwin dengan huruf lam pada materi ini,
ustadz kurang terampil ketika membaca huruf mim dengan huruf ba serta ustadz
terburu-buru membaca bacaan nun mati dengan baa. Jilid keenam, ustadz kurang
memperhatikan bacaan ikhfa, tanda-tanda waqaf dan bacaan mad tabi’in harfi sehingga
santrri merasa bingung. Selain itu, ustadz hanya sekali saja menjelaskan bacaan ikhfa.
Keunggulan penerapan metode iqra di TPQ Miftahul Falah
Menurut hasil wawancara dengan ustadz Cholid, penerapan metode Iqra’sangatlah
cocok dan bagus terlihat dari kemampuan santri dalam membaca Al-Qur’an baik dari
segi kelancaran. Kefasihan bacaan bahkan kemampuan menulis huruf Al-Qur’an santri
lebih mudah dalam membaca dan memahami bacaan Iqra secara tajwid. Selain itu,
buku Iqra mudah dibawa dan dilengjapi beberapa petunjuk teknis pembelajaran Iqra
agar dapat dipahami dengan baik oleh ustadzah dan santri. Metode Iqra bersifat priat
yaitu individual, setiap santri berhadapan langsung dengan ustad, selain itu metode Iqra
disajikan dari yang mudah ke yang sulit serta metode ini bersifat fleksibel untuk segala
umur baik anak-anak, orang dewasa maupun orang tua.20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

20
Ibid
Dari uraian yang telah penulis uaraikan diatas maka dapat penulis
simpulkan beberapa hal dari hasil penelitian yang penulis lakukan, antara lain
sebagai berikut:
1. Cara mengajar
a. Sorogan/privat/individual yaitu siswa diberikan materi secara sendiri-
sendiri sesuai dengan materi pelajar4an/jilidnya secara berhiliran di depan
ustadz/ah.
b. Klasikal individu yaitu metode mengajar dengan cara sebagian waktu
digunakan secara klasikal dan waktu selebihnya di gunakan secara
individual.
c. Klasikal baca simak yaitu mengajarkan secara klasikal yang kemudian
dilanjutkan mengajar individu. Tetapi disimak oleh ustadz bersama
dengan santri lainnya.
2. Materi di TPQ Miftahul Falah meliputi:
Materi wajib berupa pembelajaran membaca Al-Qur’an mulai dari jilid 1
sampai dengan jilid 6.
3. Evaluasi yang digunakan ada 3 jenis, yaitu:
a. Tes pelajaran/harian
b. Tes kenaikan jilid
c. Tes jilid 6 untuk kenaikan Al-Qur’an
B. Saran
Agar lebih berhasil dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada anak
didik, penulis menyarankan:
1. Ustadz/ah
Merupakan elemen penting dalam sebuah pengajar maka ustadz/ah harus:
a. Hadir lebih awal dari pada snatri agar santri tidak jenuh menunggu
ustadz/ah dan tidak merasa menguasai kelas yang akhirny
mengakibatkan terganggunya proses pembelajaran berikutnya.
b. Tidak gegabah dan berhati-hatilah dalam mengajarkan membaca Al-
Qur’an sesuai dengan ilmu tajwid
c. Selalu membiasakan bacaan yan benar bagi diri sendiri maupun dengan
santrinya
d. Memahami kemampuan santrinya
e. Memotivasi santri agar lebih baik setiap waktu dan bersemangat dalam
mengaji membaca Al-Qur’an
f. Jangan mencela kepada santri yang belum menguasai pelajaran
g. Pahami petunjuk penggunaan buku iqro’ dari jilid ke jilid
h. Ustadz/ah memberi penjelasan atau memberi tambahan diluar belajar
membaca Al-Qur’an (dengan buku iqro’) antara lain:
1) Bacaan-bacaan tajwid dikenalkan sejak dini
2) Sediakan media belajar
3) Ajari santri dengan menggunakan irama murottal
2. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Miftahul Falah Jajangsurat,
Karangbendo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi.
Saran untuk Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Miftahul Falah
Jajangsurat, Karangbendo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi
yaitu:
1) Lebih mengedepankan kualitas daripada kuantitas
2) Menambah ustadz/ah pada kelas-kelasrendah dengan rasio
ustadz/ustadzah : santri 1:7.
3) Mempersiapkan kader ustadz/ah selanjutnya untuk mengantisipasi ketika
ustadz/ah senior non-aktif di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
4) Lebih meningkatkan sarana pembelajaran yang diperlukan
5) Menyatukan Alumnus Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Miftahul
Falah Dusun Jajangsurat, Desa Karangbendo, Kecamatan Rogojampi,
Kabupaten Banyuwangi.

DAFTAR ISI

Budiyanto, 2015. Prinsip-Prinsip Buku Iqro’, Yogyakarta: Team Tadarus AMM HM.

Nur Trisnawati, Implementasi Membaca Al-Qur’an dengan Metode Iqra di


Raudhatulathfal Cut Mutia Desa Dagang
Halid Hanafi, dkk. 2019 , Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Deepublish

Tim penyusun, Pedoman Penulisan, 45-46.

M. Mansyur, dkk 2007. Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Yogyakarta:
Sukses Offset,

Lexi J. Meleong. 2005 Metodelogi Penelitian Kuanlitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. 2014 Metode Penelitian Kualitatif dan R & D Bandung : Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai