Anda di halaman 1dari 14

ARAH KECENDERUNGAN DAN ISU PEMBELAJARAN FISIKA

“KOMPETENSI ABAD 21”

DOSEN PENGAMPU: DR. NURLIANA MARPAUNG, M.Si

OLEH: KELOMPOK 2

AULIA SYAFRIYANTI (8216175001)

NELLY CATRINA LUMBANTOBING (8216175004)

PENDIDIKAN FISIKA PPs A 21

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abad 21 merupakan sebuah abad dimana semua ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan dalam segala bidang. Manusia dituntut untuk
mengikuti perubahan yang ada. Perubahan yang menonjol terjadi di
bidang informasi dan komunikasi. Perubahan informasi membuat dunia seolah-
olah semakin kecil dan sempit karena informasi dengan mudah dapat diakses
dengan instant dan cepat oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Sedangkan
perubahan komunikasi membuat jarak seolaholah tidak memiliki batas sama
sekali.
Perubahan yang terjadi pada abad 21 juga mendatangkan berbagai
permasalahan yang kompleks. Permasalahan yang dihadapi oleh manusia pada
abab 21, seperti pemanasan global, krisis ekonomi global, terorisme, rasisme,
human trafficking, rendahnya kesadaran multikultural, kesenjangan mutu
pendidikan, dan lain sebagainya. Masa ini juga ditandai dengan semakin ketatnya
persaingan di berbagai bidang antar Negara dan antar bangsa. Semua
permasalahan tersebut
mengisyaratkan bahwa untuk menyongsong abad 21 diperlukan sebuah
kematangan persiapan baik konsep maupun penerapan untuk membentuk
sumber daya manusia yang unggul.

B. Rumusan Masalah
1. Apa kompetensi abad 21?
2. Bagaimana kompetensi abad 21 dalam pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kompetensi abad 21.
2. Untuk mengetahui kompetensi abad 21 dalam Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kompetensi Abad 21
Keberadaan Abad ke-21 ditandai dengan adanya era revolusi industri 4.0
yang mana pada abad ke-21 menjadikan abad keterbukaan atau abad globalisasi.
Abad 21 merupakan abad pengetahuan, abad dimana teknologi serta informasi
berkembangasangat maju. Selain itu juga abad ke-21 dikenal dengan masa
industri “industrial age” dan juga masa pengetahuan “Knowledge age” dalam hal
ini semua upaya pemahiran keterampilan melalui pembiasaan diri dan juga
pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai hal didasari dengan pengetahuan
(Fajri, dkk, 2020)
Karakteristikaabad 21 ditandai dengan semakin maju nya dunia
pengetahuan danateknologi. Kemampuan dan kompetensi yang diperlukan untuk
menyongsong abad 21 adalah sebuah kemampuan yang terintegrasi dengan
teknologi informasi. (Redhana, 2019). Sumber daya manusia yang unggul pada
abad 21 yang perlu dipersiapkan berada pada bidang kemampuan dan kompetensi.
“A competence is more than just knowledge or skills. It involves the ability
to meet complex demands, by drawing on and mobiling psychosocial
resources (including skills and attitudes) in a particular context. For
example, the ability to communicate effectively is a competence that may
draw on an individual’s knowledge of language, practical IT skills and attitudes
towards those with whom he or she is communicating (Naniadou & Claro, 2009)”
Kehidupan manusia pada abad ke- 21 mengalami banyak perubahan dan
juga pada abad ini meminta kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dalam
segala usaha dan hasil kerjanya. Sehingga kebutuhan untuk mempersiapkan
generasi yang sesuai dengan tuntutan abad 21 ini sangat penting (National
Education Asosiation). Keterampilan dalam dunia kerja yang dibutuhkan seperti
kecakapan dalam membaca, menulis, dan berhitung tidak cukup jika pekerja tidak
dapat berpikir kritis, menyelesaikan masalah, berkolaborasi, atau berkomunikasi
secara efektif (Vockley & Lang, 2008). Dengan demikian diperlukan penyiapan
generasi yang mampu bersaing di dunia kerja.
Sebagaimana telah diketahui bahwa pada abad ke-21 sudah berubah total
dalam segi masyarakatnya, lingkungannya dan juga dalam kesehariannya.
Perubahan yang terjadi sangat cepat sekali dan apabila dilakukan dengan baik
akan menghasilkan buah dengan baik pula. Beberapa contoh dari perubahan yang
sangat cepat itu adalah dalam bidang teknologi informasi maupun dalam bidang
teknologi digital khususnya dengan adanya jejaring sosial atau yang sering disebut
dengan sosial media yang sudah tidak asing lagi digunakan pada semua kalangan
tanpa melihat kasta dan juga derajat (Junaedi, dkk, 2020).
Berdasarkan tuntutan diatas, maka diperlukan arah pendidikan yang dapat
mengakomodasinya. Pembentukan sumber daya manusia yang unggul dapat
dilakukan melalui proses pembelajaran. Pendidikan di Indonesia merupakan
negara yang nilai mutu pendidikannya masih tergolong rendah dibandingkan
dengan negara-negara lainnya. Pendidikan harus mampu untuk mendukung
keberhasilan era ekonomi baru saat ini (Septikasari & Frasandy, 2018).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengubah cara orang bekerja dan
berhubungan satu sama lain. Ini berarti bahwa kurikulum yang diajarkan di
sekolah harus diperluas dalam ruang lingkup untuk mencakup ranah pembelajaran
yang mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara dan dapat bekerja di abad
ke-21 yaitu dengan ranah pembelajaran yang mencakup cara berpikir, cara bekerja
sama, cara menggunakan alat baru, dan cara hidup secara produktif di dunia
(Care, Griffin, Woods, & Mountain, 2012).
Pendidikan di Indonesia harus mampu melahirkan generasi yang memiliki
keunggulan dalam berbagai bidang supaya bangsa Indonesia dapat bersaing
dengan bangsa lain dan agar tidak semakin tertinggal karena arus global yang
berjalan cepat. Berbagai macam kemajuan teknologi sudah mulai diterapkan
dalam dunia pendidikan, seperti hal nya untuk menopang pembelajaran yang lebih
efisien, seperti pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran jarak jauh. Hal ini
terbukti denganasemakin menyempitnya dan meleburnya faktoraruang danawaktu
yang aini yang menjadiapenentuakecepatan dan keberhasilanailmu pengetahun
oleh umat manusia (Mardhiyah, 2021).
Pembelajaran abad 21 ini dituntut berbasis teknologi untuk
menyeimbangkan tuntutan zaman era milenia dengan tujuan, nantinya peserta
didik terbiasa dengan kecakapan hidup abad 21. Sejalan dengan pendapat tersebut
(Greenstein, 2012) menyatakan bahwa siswa yang hidup pada abad 21 harus
menguasai keilmuan, berketerampilan metakognitif, mampu berpikir kritis dan
kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif, keadaan ini
menggambarkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan (Sugiyarti,
dkk, 2018).
Menanggapi perubahan dalam proses pembelajaran karena tuntutan
perkembangan zaman, maka pemerintah merancang pembelajaran abad 21 melalui
kurikulum 2013 yang berbasis pada siswa. Kurikulum 2013 (K-13) merupakan
kurikulum yang berdasarkan pada perkembangan zaman yang sudah mamasuki
abad 21. Pemberlakuanakurikuluma2013 ditunjukan menjawabatantangan zaman
terhadap pendidikanayakni untuk menghasilkanalulusan yang berkompetitif,
kreatif, kolaboratis serta berkarakter (Junaedi, dkk, 2020). Maka dari itu Sekolah
sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk menerapkan kompetensi 4C (Critical
Thinking, Communiaction, Collaboration, Creativity) (Prihadi, 2017).
4C merupakan kompetensi abad 21 yang terdiri dari keterampilan
komunikasi, kreatif, kolaborasi, dan berpikir kritis. Keterampilan 4C wajib
dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik guna menghadapi tantangan abad
21. Adapun kemampuan 4C secara rinci sebagai berikut:
1. Critical thinking and problem solving, di dalamnya mencakup
kemampuan berargumen secara efektif, berpikir sistemik, membuat
pembenaran dan keputusan, dan memecahkan masalah.
2. Communication, mampu menyampaikan pikiran dan gagasan secara
efeltif dalam bentuk oral, tulis, dan nonverbal lainnya, terampil
mendengar (listening skills), mampu menggunakan perangkat
komunikasi secara efektif dan fungsional, mampu berkomunikasi
dengan berbagai kalangan, berbagai tujuan, dan berbagai konteks
budaya.
3. Collaboration, kemampuan bekerja secara efektif dalam tim, fleksibel
dan mau membantu untuk berkompromi demi tercapainya tujuan
bersama, dan mampu berbagi tanggung jawab dan menghargai
kontribusi dari anggota tim.
4. Creativity and Innovation, adalah kemampuan untuk berpikir kreatif,
bekerja secara kreatif dengan yang lain, mampu
mengimplementasikan ide-ide kreatif dalam praktik (Ferdinandus &
Desak, 2018).

Sedangkan Kompetensi 4C menurut Anies Baswedan (Republika, 2016):

1. Critical thinking (berpikir kritis) yaitu kemampuan peserta didik dalam


berpikir kritis berupa bernalar, mengungkapkan, menganalisis dan
menyelesaikan masalah. Di era reformasi critical thinking, juga digunakan
untuk menangkal dan memfilter paham radikal yang dianggap tidak masuk
akal. Kemampuan berpikir kritis biasanya diawali dengan kemampuan
seseorang mengkritisi berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya,
kemudian menilai dari sudut pandang yang digunakannya. Kemudian ia
memposisikan dirinya, dari situasi yang tidak tepat menjadi situasi yang
berpihak padanya.
2. Communication (komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan
dengan adanya komunikasi yang baik dari para pelaku pendidikan demi
peningkatan kualitas pendidikan.
3. Collaboration (kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling bersinergi
dengan berbagai pihak dan bertanggung jawab dengan diri sendiri,
masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian ia akan senantiasa berguna
bagi lingkungannya.
4. Creativity (kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu
yang baru. Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar
menghasilkan terobosan atau inovasi baru bagi dunia pendidikan.
Kreatifitas membekali seorang peserta didik yang memiliki daya saing dan
memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapat memenuhi segala
kebutuhan hidupnya.
Hubungan antara pemikiran kritis dan pendidikan yaitu proses belajar
dengan tidak akan dilakukan dengan baik jika tanpa berpikir dengan baik.
Berpikir kritis berkontribusi untuk kesuksesan karir, tetapi juga kesuksesan di
pendidikan tinggi. Mengajarkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah secara
efektif di kelas sangat penting bagi siswa. Belajar berpikir kritis menuntun siswa
untuk mengembangkan keterampilan yang lain, seperti tingkat konsentrasi yang
lebih tinggi, kemampuan analitis yang lebih dalam, dan pemrosesan pemikiran
yang lebih baik.
Kompetensi abad 21 jika dihubungkan dengan 4 pilar pendidikan, maka
terdapat hubungan yang sinergis akomodatif dimana kompetensi 4C pada abad 21
masuk pada kategori pembelajaran untuk melakukan atau yang dikenal dengan
istilah Learning to Do (Septikasari, 2020). Penerapan 4C dalam pembelajaran
kurikulum 2013 jika benar-benar dilakukan di sekolah akan memberikan dampak
yang luar biasa bagi generasi penerus bangsa untuk menghadapi tantangan hidup
abad 21 (Yokhebed, 2019).
Saat ini masyarakat harus menjadi pemikir kritis yang aktif jika mereka
ingin membandingkan bukti, mengevaluasi klaim yang bersaing, dan membuat
keputusan yang masuk akal. Setiap orang pada abad ke-21 hari ini harus
menyaring berbagai informasi mengenai keuangan, kesehatan, kewarganegaraan,
bahkan kegiatan santai untuk merumuskan rencana aksi yang masuk akal
(Mardhiyah, 2021)
Kekuatan media modern dan di mana-mana teknologi komunikasi dalam
semua aspek kehidupan membuat pengajaran keterampilan komunikasi yang kuat
menjadi semakin penting. Dalam dunia persaingan global dan otomatisasi tugas
saat ini, kapasitas inovatif dan semangatkreatif dengan cepat menjadi persyaratan
untuk kesuksesan pribadi dan professional. Selain itu, kolaborasi juga telah
diterima sebagai keterampilan yang penting untuk mencapai hasil yang bermakna
dan efektif. Namun, dalam faktor terakhir, semakin jelas bahwa kolaborasi tidak
hanya penting tetapi juga perlu bagi siswa dan karyawan, karena globalisasi dan
kebangkitan teknologi (National Education Asosiation)
Sebagai seorang guru, kita juga harus menyiapkan anak didik kita untuk
memiliki keterampilan abad ke-21. Seorang guru perlu menguasai berbagai
bidang, mahir dalam hal pedagogi termasuk inovasi dalam pengajaran dan
pembelajaran, memahami psikologi pembelajaran dan memiliki keterampilan
konseling, mengikuti perkembangan tentang kebijakan kurikulum dan isu
actor kan, mampu memanfaatkan media dan teknologi baru dalam pembelajaran,
dan tetap
menerapkan nilai-nilai untuk pembentukan kepribadian dan akhlak yang baik
(Septikasari, 2020). Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kinerja akademik
siswa, termasuk karakteristik individu dan pengalaman keluarga. Penelitian secara
konsisten menunjukkan bahwa, di antara faktor -faktor yang berhubungan dengan
sekolah, guru adalah faktor paling penting. Guru yang berkualitas tinggi adalah
yang memiliki pengaruh kuat terhadap prestasi siswa. Sekalipun teknologi di era
digital berkembang sangat pesat, namun peran guru dan tenaga kependidikan
masih abdalam abad ke-21 harus bergeser dari berpola “penanam pengetahuan”,
menuju peran sebagai pembimbing, pengarah diskusi dan pengukur kemajuan
belajar siswa (Hampson, dkk, 2011).
Tujuan utama dari pembelajaran abad ke-21 adalah membangun
kemampuan belajar individu dan mendukung perkembangan mereka menjadi
pebelajar sepanjang hayat, aktif, pebelajar yang mandiri; oleh karena itu
guru perlu menjadi ‘pelatih pembelajaran’ – sebuah peran yang sangat berbeda
dari guru kelas tradisional. Guru sebagai pelatih pembelajaran akan memberikan
bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan
menawarkan berbagai dukungan yang akan membantu siswa mencapai tujuan
belajar mereka. Guru sebagai pelatih pembelajaran akan mendorong siswa untuk
berinteraksi dengan pengetahuan – untuk memahami, mengkritisi, memanipulasi,
mendesain, membuat dan mengubahnya (Prihadi, 2017).
Guru di abad ke-21 bukanlah guru yang mahir dalam setiap topik dalam
kurikulum, namun harus menjadi ahli dalam mencari tahu Bersama sama dengan
siswa mereka, tahu bagaimana melakukan sesuatu, tahu bagaimana cara
untuk mengetahui sesuatu atau bagaimana menggunakan sesuatu untuk
melakukan
sesuatu yang baru. Peran penting seorang guru abad ke-21 adalah peran mereka
sebagai role model untuk kepercayaan, keterbukaan, ketekunan dan komitmen
bagi siswanya dalam menghadapi ketidakpastian di abad ke-21.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Karakteristikaabad 21 ditandai dengan semakin maju nya dunia
pengetahuan dan teknologi. Kemampuan dan kompetensi yang diperlukan untuk
menyongsong abad 21 adalah sebuah kemampuan yang terintegrasi dengan
teknologi informasi. Pembentukan sumber daya manusia yang unggul dapat
dilakukan melalui proses pembelajaran). Maka dari itu sekolah sebagai lembaga
pendidikan dituntut untuk menerapkan kompetensi 4C (Critical Thinking,
Communiaction, Collaboration, Creativity). Penerapan 4C dalam pembelajaran
kurikulum 2013 jika benar-benar dilakukan di sekolah akan memberikan dampak
yang luar biasa bagi generasi penerus bangsa untuk menghadapi tantangan hidup
abad 21.

2. Saran

Penulis menyarankan bagi pembaca untuk mempelajari lebih lanjut


mengenai kompetensi abad 21 agar dapat memahami perkembangan kompetensi
abad 21. Dan kami sadar bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna, masih
banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun , untuk perbaikan makalah - makalah selanjutnya.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, dkk. 2020. Peningkatan Keterampilan 4C Melalui Model Pembelajaran


Berbasis Portofolio. urnal Dedikasi Pendidikan, 4 (2), 371-380
Greenstein, L. 2012. Assessing 21st Century Skills:a guide to evaluating mastery
and authentic learning. London: Sage Publications Ltd.
Hampson, M., Patton, A. and Shanks, L. 2011. Ten Ideas for 21st Century
Education. London, Innovation Unit.
https://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/02/06/o24uep284-strategi-
4cuntuk-tingkatkan-mutu-pendidikan
Junaedi, dkk. 2020. Optimalisasi Keterampilan Pembelajaran Abad 21 Dalam
Proses Pembelajaran Pada Guru MTs Massaratul Mut’allimin Banten.
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 16 (1), 63-72
Mardhiyah, R.H, dkk. 2021. Pentingnya Keterampilan Belajar di Abad 21 sebagai
Tuntutan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. Lectura: Jurnal
Pendidikan,12 (1), 29-40
Naniadou, K., & Claro, M. (2009). 21st Century Skills and Competences for New
Millennium Learners in OECD Countries. OECD Education Working
Papers, (41). Hlm.8.
National Educational Asociation. Preparing 21st Century Student for a Global
Society.
Prihadi, Singgih. 2017. Penguatan Ketrampilan Abad 21 Melalui Pembelajaran
Mitigasi Bencana Banjir. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi
FKIP UMP 2017, 45-50
Redhana, I. W. 2019. Mengembangkan keterampilan abad ke-21 dalam
pembelajaran kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13(1), 2239-2253
Septikasari, R. & Frasandy, R.N. 2018. Keterampilan 4C Abad 21 Dalam
Pembelajaran Pendidikan Dasar. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, 8(2), 112-122
Sugiyarti, dkk.2018. Pembelajaran Abad 21 di SD. Prosiding Seminar dan
Diskusi Nasional Pendidikan Dasar, 439-444
Vockley, M., & Lang, V. (2008). 21st Century Skills, Education &
Competitiveness. https://doi.org/6th
Yokhebed. 2019. Profil Kompetensi Abad 21: Komunikasi, Kreativitas,
Kolaborasi, Berpikir Kritis Pada Calon Guru Biologi. Jurnal Pembelajaran
Biologi, 8(2), 94-97
Care, E., Griffin, P., Woods, K., & Mountain, R. (2012). Defining and
Assessing 21st Century Skills. Retrieved from
http://atc21s.org/wpcontent/uploads/2014/04/PD_Module-2_for-web.pdf
Ferdinandus, B., S., & Desak, M., A. (2018). Inovasi Pembelajaran Elektronik dan
Tantangan Guru Abad 21. Jurnal Penelitian dan Pengkajian Ilmu
Pendidikan: e-Saintika, 2(1), 10-18
Hasil Diskusi
1. Pertanyaan pertama dari saudari Nurhikmah Weisdiyanti
Saya dr kelompok 3 ingin bertanya terkait keterampilan berpikir kritis.. tadi
penyaji mengatakan salah satu kriteria seseorang berpikir kritis adalah mampu
memecahkan masalah. Bagaimana kriteria problem solving mnjadi krteria critical
thingking, sedangkan spengetahuan saya bahwa critivlcal thinking itu pada
taksonomi bloom brada d C4 dan problem solving brda d C6.. yg level
kognitifnya lebih tinggi..
Jawaban : Berpikir kritis merupakan sebuah pola pikir yang memungkinkan
manusia menganalisa masalah berdasarkan data yang relevan sehingga dapat
mencari kemungkinan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang
terbaik. jadi seseorang itu harus berfikir kritis untuk menganalisa yang brada di
C4. dari menganalisa ini lah sesorang dapat memecahkan masalah-masalah (C6)
tertentu.
2. Pertanyaan kedua dari saudari Desi Tarigan
Saya Desi Tarigan dari kelompok 1, saya ingin bertanya, berdasarkan yang saya
dengar tadi bahwa hasil kompetensi abad 21 ini sangatlah baik ssperti
menghasilkan komunikasi yang baik, karakter yang baik, dll. Bagaimana
kopetensi ini terjadi di masa pandemi covid 19, terkhusus di daerah terpencil?
Terimakasih
Jawaban : Karena pendemi kompetensi 4c yang ingin dicapai masih belum
efektif. Tapi seperti yang kita lihat untuk didaerah perkotaan atau daerah yang
sudah ada koneksi internet dapat menggunakan teknologi. Atau melalui
pembelajaran daring berbantuankan aplikasi2 yg ada. Seperti WA, zoom, dll. Tapi
untuk daerah terpencil yang belum terjamah internet, sebaiknya guru nya tetap
turun langsung mengajar untuk tetap mencapai kompetensi 4c tadi. Jadi guru nya
dapat membuat kelompok2 kecil misalnya 10 orang siswa. Jangan terlalu banyak
orabg untuk mengindari kerumunan saat pandemi. Jadi tetap melakukan
pembelajaran langsng tapi tetap mengikuti prokes yang ada
3. Pertanyaan Ketiga dari saudara Andil Siregar
Pada saat tadi di presentasikan kita berpikir kritis, ada dinyatakan menangkal
paham radikal. Paham radikal yg bagaimana di maksudkan disini bagaimana?
Pada saat kita belajar filsafat ilmu minggu lalu berpikir radikal justru diperlukan
dalam filsafat. Jadi paham radikal yg bgaimana dimaksudkan disini?
Jawaban : Saat ini masyarakat harus menjadi pemikir kritis yang aktif jika mereka
ingin membandingkan bukti, mengevaluasi klaim yang bersaing, dan membuat
keputusan yang masuk akal. Setiap orang pada abad ke-21 hari ini harus
menyaring berbagai informasi. jadi yang dimaksud menangkal paham radikal
disini. paham radikal yang mengarah kenegatif. yang dapat menimbulkan
permasalahan. jadi kita harus selektif dalam memilih.

Anda mungkin juga menyukai