Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nelly Catrina Lumbantobing

Nim : 8216175004
Kelas : Pendidikan Fisika-PPS A 2021
Mata Kuliah : Desain dan Media Pembelajaran Fisika

Model dan Teori Desain Instruksional


oleh : Nelly Catrina Lumbantobing

Sebagai agen pembelajaran guru memiliki peranan yang sangat penting dalam
pengembangan sistem pendidikan nasional. Guru cerdas akan melahirkan siswa yang cerdas dan
guru berprestasi akan melahirkan siswa yang berprestasi. Dalam hal ini profesionalisme guru
dalam mengelola pembelajaran menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan nasional dalam
bidang pendidikan. Pembangunan nasional merupakan upaya pe mbangunan berkesinambungan
yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI 1945. Bidang pendidikan merupakan salah satu aspek yang tidak bisa
ditinggalkan oleh pemerintah. Hal ini berpedoman pada tiga dasar negara yaitu Organisasi
Orang Bodoh, sila kedua Pancasila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, landasan
konstitusional alinea keempat UUD 1945 menjelaskan bahwa salah satu tujuan negara Negara
adalah “Cerdas Kehidupan Bangsa” dan landasan operasional UU No 20 Tahun 2003 terkait
dengan sistem pendidikan nasional. UU No 20 Tahun 2003 menyarankan seorang pendidik
dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif,
memotivasi, memberikan ruang yang cukup bagi pengembangan kreativitas siswa sesuai dengan
kemampuannya.bakat, minat, kemampuan dan perkembangan fisik dan psikis.
Atas dasar refleksi di atas, maka penting untuk menguasai strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, metode pembelajaran dan model pembelajaran.yang terpenting bagi guru
dalam melakukan aktivitasnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Di masa Pandemi Covid
19, salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru adalah Flipped Classroom.
 Flipped classroom adalah membalik kelas dari yang dulunya di kelas sekarang di balik
di rumah. Siswa terlebih dahulu diberikan materi ajar untuk dipelajari di rumah sebelum kelas
dan kegiatan kelas, untuk memperkuat materi yang belum mereka pahami dan mengerjakan
soal latihan. Flipped Classroom memiliki beberapa kelebihan antara lain :
a) Waktu di kelas lebih banyak;
b) Kesempatan untuk pembelajaran yang dipersonalisasi;
c) kesempatan belajar yang berpusat pada siswa;
d)interaksi antar siswa dan guru lebih banyak;
e) peningkatan meningkatkan motivasi, dan;
f) lingkungan alat belajar yang familiar.

Namun Flipped Classroom juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:


a) Siswa dapat mengulang-ulang materi tersebut hingga ia benar-benar paham materi, tidak
seperti pada pembelajaran biasa, apabila murid kurang mengerti maka guru harus menjelaskan
lagi sehingga siswa dapat mengerti;
b) Siswa dapat mencari informasi dari manapun yang mendukung materi tersebut;
c) Efisien, karena siswa diminta untuk mempelajari materi di rumah dan pada saat di kelas,
siswa dapat lebih memfokuskan kepada kesulitannya dalam memahami materi maupun
kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal berhubungan dengan materi tersebut.

 TPACK (Techonological Pedagogical Content Knowledge)


TPACK merupakan sebuah pendekatan berpikir tentang integrasi teknologi dalam dunia
pendidikan. Hal yang menjadi dasar utama dalam pengembangan TPCK ini tidak terlepas dari
tiga komponen inti yakni: konten, pedagogi, dan teknologi ditambah hubungan antara dan
diantara ketiga komponen tersebut. Menurut Koehler &Mishra (2008:3), kerangka TPCK
dibangun di atas (1986, 1987) untuk menggambarkan bagaimana pemahaman guru tentang
teknologi pendidikan dan Pedagogi Content Knowledge berinteraksi dengan satu sama lain
untuk menghasilkan pengajaran yang efektif dengan teknologi.
Untuk memberikan gambaran kerangka TPCK, peneliti merangkum tujuh domain
pengetahuan yang digambarkan oleh Koehler & Mishra (2008:12-18) sebagai berikut:
a. Pedagogical knowledge (PK) PK merupakan Pengetahuan tentang sifat belajar mengajar,
termasuk metode pengajaran, pengelolaan kelas, perencanaan pembelajaran, penilaian
pembelajaran siswa, dll. 10 Koehler dalam Nurbono (2012) menjelaskan bahwa pedagogi
berhubungan dengan proses, strategi, prosedur atau langkah-langkah, dan cara mengajar dan
belajar. Sementara itu dalam jurnal What Is Technological Pedagogical Content Knowledge,
menyatakan bahwa: “PK merupakan pengetahuan yang mendalam untuk guru tentang proses
dan praktik atau metode pengajarandan pembelajaran. Berdasarkan pernyataan ini mencakup
tujuan pendidikan secara keseluruhan, nilai-nilai pendikan dan tujuan pendidikan.
b. Content knowledge (CK) Content knowledge (CK) adalah Pengetahuan tentang materi
pelajaran yang akan diajarkan (misalnya, ilmu bumi, matematika, seni bahasa, dll). Guru harus
memahami pelajaran yang akan diajarkan termasuk pengetahuan tentang fakta-fakta, konsep,
teori dan prosedur pada bidang tertentu, pengetahuan tentang kerangka yang bisa mengatur dan
menghubungkan ide-ide dan pengetahuan tentang aturan dan juga bukti dari konten.
c. Technology knowledge (TK): TK merupakan keberlanjutan dan perkembangan basis
pengetahuan yang meliputi pengetahuan tentang teknologi untuk pengolahan informasi,
komunikasi, dan pemecahan masalah, dan berfokus pada aplikasi produktif teknologi baik
dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.
d. Pedagogical content knowledge (PCK) PCK merupakan Pengetahuan tentang pedagogi,
praktek mengajar, dan proses perencanaan yang berlaku dan tepat untuk diajarkan pada materi
pelajaran yang akan diberikan. Pengetahuan PCK ini termasuk dalam hal pemilihan pendekatan
atau metode pembelajaran apa yang hendak dipilih untuk mengajarkan konten tertentu.
Pemilihan Pendekatan atau metode dalam mengajar matematika pasti akan berbeda dengan
pendekatan atau metode mengajar bidang lainnya seperti bahasa Indonesia, Ilmu pengetahuan
alam, atau pun ilmu pengetahuan sosial. PCK 11 berkaitan dengan representasi dan perumusan
konsep, teknik pedagogis, pengetahuan tentang apa yang membuat suatu konsep sulit atau
mudah untuk dipelajari, dan juga pengetahuan tentang pengetahuan dari teori epistemology
siswa sebelumnya. Sehingga diperlukan representasi konseptual yang tepat untuk mengatasi
kesulitan belajar dan juga kesalahpahaman dalam rangka menciptakan pembelajaran yang lebih
bermakna. PCK juga mencakup pengetahuan tentang bagaimana menciptakan suasana belajar
yang kondusif dalam pelaksanaan proses pembelajaran termasuk juga penyediaan fasilitas-
fasilitas yang dapat mendukung pada proses pembelajaran yang optimal.
e. Technological content knowledge (TCK) Technological content knowledge (TCK) adalah
Pengetahuan tentang hubungan antara subyek dan teknologi, termasuk pengetahuan tentang
teknologi yang berpengaruh dan digunakan dalam mengeksplorasi disiplin konten yang
diberikan.
f. Technological pedagogical knowledge (TPK) Technological pedagogical knowledge (TPK)
adalah Pengetahuan tentang pengaruh teknologi terhadap pengajaran dan pembelajaran serta
kelebihan dan kendala teknologi yang berkaitan dengan desain dan strategi pedagogis.
g. Technological pedagogical content knowledge (TPCK) Technological pedagogical content
knowledge (TPCK) merupakan Pengetahuan tentang interaksi yang kompleks antara domain
prinsip pengetahuan (konten, pedagogi, teknologi). Pembelajaran pada masa modern menuntut
pemahaman guru untuk bisa mengkolaborasikannya dengan teknologi. Jadi tidak hanya aspek
Pedagogy saja, aspek content dan technology juga menjadi pertimbangan dalam hal pelaksanaan
pembelajaran di kelas yang modern dan inovatif. Perkembangan ketiga komponen tersebut
kemudian dikenal dengan Technology, Pedagogy, and Content Knowledge (TPCK).
Menurut Koehler dan Mishra (2008:18) dijelaskan bahwa: “TPCK is an emergent form
of knowledge that goes beyond all three “core” components (content, pedagogy, and
technology). Technological pedagogical content knowledge is an understanding that emerges
from interactions among content, pedagogy, and technology knowledge.”
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa TPCK merupakan suatu cara
pengintegrasian Teknologi yang komplek dalam pembelajaran dengan memperhatikan ketiga
aspek seperti pedagogi, konten dan juga teknologi itu sendiri dalam pembelajaran yang
dikembangkan oleh Guru secara efektif. Implikasi dari Kerangka TPCK berpendapat bahwa
mengajar adalah hal yang kompleks dan dinamis.

 Taksonomi Bloom adalah suatu kerangka untuk mengembangkan tujuan pendidikan.


Kerangka ini dipopulerkan oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Menurut Bloom, tujuan
pendidikan harus mampu meliputi tiga aspek, yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sebagian besar penelitian yang tersedia berfokus pada aspek kognitif karena ini adalah yang
paling mudah untuk diamati. Menurut teori Bloom, aktivitas kognitif atau proses berpikir
memiliki tingkatan, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Dari level ini
juga muncul istilah proses berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking process. Taksonomi
Bloom memiliki beberapa kelebihan antara lain :
a) Pendidikan berbasis taksonomi Bloom lebih menitikberatkan pada kompetensi (skill)
daripada konten (memorabilia) sehingga pembelajaran di kelas terasa lebih relevan dengan apa
yang dibutuhkan di dunia luar;
b) Dengan Taksonomi Bloom, guru dapat dengan mudah melacak dan menyesuaikan tujuan
pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan proses penilaian karena telah diberikan verba
aktivitas untuk setiap proses berpikir. Misalnya, jika tujuan pembelajaran mengharuskan siswa
untuk mengingat dan mengidentifikasi istilah, guru akan memilih kata kerja aktivitas dari takson
berdasarkan hafalan dan kemajuan pemahaman dalam aktivitas dan aktivitas kelas;
c) Taksonomi Bloom bisa digunakan di berbagai mata pelajaran atau lintas disiplin ilmu.
Diantara kelebihan tersebut taksonomi bloom juga memiliki kekurangan, antara lain :
a) Dengan tingkat proses berpikir, guru cenderung mengabaikan proses berpikir tingkat rendah
dan bersaing untuk mengejar tingkat yang lebih tinggi. Faktanya, aktivitas dalam proses berpikir
tingkat rendah adalah premis untuk aktivitas berpikir tingkat tinggi;
b) Interpretasi taksonomi Bloom menunjukkan bahwa semakin tinggi proses berpikir semakin
kompleks, dan seolah-olah setiap proses berdiri sendiri, tetapi pada kenyataannya aktivitas
proses berpikir tingkat atas tumpang tindih dengan kegiatan proses berpikir tingkat bawah.
Misalnya, proses evaluasi dicerminkan oleh aktivitas inferensi yang mirip dengan konstruksi
dalam proses perseptual;
c) Inkonsistensi dalam sifat sistem klasifikasi. Tiga kemungkinan terakhir seperti hierarki,
semakin tinggi mereka, semakin rumit mereka, tetapi tiga yang pertama bersifat paralel, di mana
satu proses terkait dengan yang lain. Misalnya, ketika seseorang sedang dalam proses kreatif,
mau tidak mau mereka melalui proses evaluasi dan analisis untuk membentuk karyanya.
Demikian pula, ketika dia mengkritik (bagian dari ulasan) ketika dia menyampaikan kritiknya,
dia secara otomatis menghasilkan (menciptakan kritik);
d) Secara efektif, karena siswa dituntut untuk mempelajari materi di rumah dan di kelas, siswa
dapat lebih fokus pada kesulitan mereka dalam memahami materi atau kemampuan mereka
untuk memecahkan masalah terkait topik.

 Teori perkembangan kognitif Jean Piaget cukup dikenal dalam bidang psikologi dan
pendidikan jika dikenal dengan istilah bimbingan dan konseling di Indonesia, namun teori ini
juga memiliki kelemahan atau kekurangan yang cukup berarti. Meskipun dalam praktiknya
digunakan dalam serangkaian progresi yang berbeda, bahkan Jean Piaget percaya bahwa
perkembangan tidak selalu mengikuti jalur yang stabil dan dapat diprediksi. Kelebihan dari teori
ini adalah Penekanan Piaget pada pengembangan kualitas memiliki dampak yang signifikan
pada pendidikan, khususnya di bidang pengajaran dan konseling. Meskipun Piaget pada
awalnya tidak menerapkan teorinya secara khusus dengan cara ini (untuk pendidikan seperti
sekarang ini), sebagian besar program pendidikan saat ini didasarkan pada keyakinan bahwa
anak-anak harus diajar pada tingkat yang tinggi, bahwa mereka siap untuk tumbuh. Selain itu,
beberapa strategi pedagogis telah diturunkan dari karya Piaget. Strategi-strategi ini termasuk
menyediakan lingkungan yang mendukung, memanfaatkan interaksi sosial dan pengajaran
sebaya, dan membantu anak-anak mengenali kekurangan dan kontradiksi dalam pemikiran
mereka. Kelemahan teori perkembangan kognitif Piaget dalam kaitannya dengan penelitian
adalah banyak kritikus yang mengaitkan kelemahan teori perkembangan kognitif Piaget
dengan metode penelitiannya. Inspirasi utama teori ini adalah pengamatan Piaget terhadap
ketiga anaknya sendiri. Selanjutnya, anak-anak lain dalam sampel kecil Piaget semuanya
berasal dari profesional terlatih dengan status sosial ekonomi tinggi. Karena sampel yang tidak
representatif ini, sulit untuk menggeneralisasi hasilnya ke populasi yang lebih besar. Selain itu,
metode penelitian Piaget bermasalah karena dia jarang merinci bagaimana peserta studinya
dipilih. Sebagian besar karyanya mencakup sangat sedikit detail statistik tentang bagaimana dia
sampai pada kesimpulannya.

 Andragogi secara harfiah dapat dipahami sebagai ilmu dan seni mendidik orang
dewasa. Namun, karena orang dewasa adalah individu mandiri yang mandiri, yang terpenting
dalam andragogi dalam proses pembelajaran interaktif adalah aktivitas belajar mandiri berbasis
komunitas belajar, dan bukan aktivitas guru yang mengajarkan sesuatu (Learner-Centered
Coaching). Kegiatan pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah memiliki banyak bidang dan
kegiatan yang berbeda-beda. Dalam pendidikan orang dewasa, khususnya pada pendidikan
informal masyarakat, sebagian besar peserta didik atau pesertanya adalah orang dewasa, atau
paling tidak remaja atau dewasa muda. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan memerlukan
pendekatan yang berbeda. Dengan menggunakan teori andragogi, kegiatan atau upaya belajar
orang dewasa dalam mengembangkan atau mencapai tujuan pendidikan sepanjang hayat dapat
dicapai dengan dukungan konsep teoritis atau penggunaan teknologi yang bertanggung jawab.
Andragogi memiliki kekurangan, salah satunya adalah bagaimana mungkin seorang siswa yang
tidak begitu memahami kedalaman ilmu dapat dengan bebas memilih apa yang disukainya?
Seolah-olah sistem Andragogi hanyalah sebuah sistem untuk membuat siswa senang dan
melupakan untuk apa sebenarnya pendidikan itu diberikan? Dan bagaimana Anda bisa
melindungi pengetahuan yang ada? jika suatu mata pelajaran IPA tidak dibutuhkan oleh siswa,
tentu sekali ilmu akan hilang. Dan bagaimana siswa diperbolehkan memilih jika ada syarat
kemampuan yang harus dipenuhi jika siswa tersebut ingin mempelajari mata pelajaran IPA
tertentu. Tidak mungkin seorang siswa sekolah dasar diperbolehkan mengambil mata pelajaran
kalkulus sebelum menguasai perkalian, penjumlahan, pengurangan, dan sebagainya.

 Teori belajar kognitif, di mana ia berangkat dari dasar-dasar rasionalisme. Namun


dalam sebuah teori pasti ada kelebihan dan kekurangan dari sebuah teori, jadi berikut adalah
kelebihan dan kekurangan dari teori belajar kognitif. Kelebihan teori belajar kognitif adalah:
a) Dapat meningkatkan motivasi;
b) Dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa;
c) Dapat membantu guru mengenal setiap siswa sehingga dapat mengembangkan kompetensi
siswa;
d) Dapat melihat tingkat perkembangan kognitif manusia dari bayi hingga dewasa, lebih
mudah;
e) Memilih pelajaran yang sesuai untuk anak-anak pada usia tertentu;
f) Dapat mempelajari materi pembelajaran yang kompleks untuk memecahkan dan
menghasilkan kreasi atau ide baru. Kelemahan teori belajar kognitif adalah:
a) Teori ini dianggap lebih dekat dengan psikologi daripada teori belajar, sehingga proses
belajar tidak mudah;
b) Teori ini dianggap sulit untuk dipraktekkan hanya karena sering dikacaukan dengan
memahami elemen kognitif di bagian yang jelas;
c) Teori ini tidak memadai untuk semua jenjang pendidikan;
d) Teori ini sulit diterapkan dalam praktik, terutama pada tingkat mahir;
e) Beberapa teori ini sulit dipahami dan pemahamannya masih kurang lengkap.
Dari beberapa model-model di atas yang cocok pada pembelajaran fisika antara lain:
a)Beberapa penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas menggunakan model
Flipped Classroom mengungkapkan adanya pengaruh saat menerapkan model pembelajaran
tersebut di kelas, salah satunya hasil penelitian penelitian oleh Rokhaniyah (2017)
menyatakan bahwa Flipped Classroom memberikan efek yang positif bagi siswa dilihat dari
peningkatan prestasi akademik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rindaningsih
(2018) menunjukkan model pembelajaran Flipped Classroom memberikan pengaruh yang kuat
dalam mengasah keterampilan mahasiswa dan menjadikan siswa memiliki kesadaran dan
tanggung jawab yang tinggi dalam berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.Sedangkan
McCarthy (2016) juga menyatakan hasil penelitian bahwa menggunakan Flipped Classroom
dapat membantu siswa untuk belajar mandiri dengan mendorong mereka untuk menyesuaikan
diri dengan pengalaman belajarnya yang baru. Penerapan model pembelajaran Flipped
Classroom pada proses pembelajaran memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
model konvensional, diantaranya adalah jika diterapkan dengan benar, model Flipped
Classroom diduga akan memberikan dampak positif untuk prestasi belajar siswa. Model Flipped
Classroom memberikan peluang kepada peserta didik untuk berinteraksi baik didalam maupun
di luar kelas. Selain itu, diperkirakan peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik, aktif, dan
bertanggung jawab dalam kelompok saat memecahkan masalah, dan juga kepercayaan diri
mereka untuk menyalurkan ide juga semakin meningkat;
b) Revisi Taksonomi Bloom menekankan pada penggunaan taksonomi pendidikan dalam
merencanakan kurikulum, pembelajaran, asesmen dan kesesuaian diantara ketiganya. Oleh
karena itu merupakan suatu hal yang penting mengaplikasikan ini dalam pembelajaran fisika
terutama dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan menilai hasil belajar siswa dalam belajar
jika ditinjau dari aspek kognitif siswa. Rumusan tujuan pembelajaran terkait dengan aktivitas
belajar dan penilaian hasil belajar.

 Desain Kombinasi Model Pembelajaran Instruksional dalam Pembelajaran


Fisika

Model Desain Instruksional

1. Flipped Classroom
2. Andragogi TPACK
3. Teori Belajar Kognitif

Taksonomi Bloom

1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotorik

Gambar a. Desain Kombinasi Model Pembelajaran Instruksional dalam Pembelajaran Fisika


Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa kita bisa menggunakan model desain instruksional
dalam pembelajaran fisika dengan cara menyesuaikan model tersebut dengan kriteria media
sesuai kebutuhan pembelajaran. Apabila kita hanya menggunakan metode ceramah dalam
mengajar, kita bisa menggunakan Flipped Classroom, andragogi atau teori belajar kognitif.
Tetapi apabila kita menggunakan teknologi sebagai media pembelajarannya maka kita dapat
menggunakan TPACK. Untuk mengembangkan tujuan pendidikan menggunakan model-model
tersebut, kita membutuhkan taksonomi bloom yang meliputi 3 aspek didalamnya yakni kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Dari ketiga aktivitas ini, maka proses berpikir memiliki tingkatan dari
yang paling sederhana hingga yang paling kompleks, maka dari level ini akan muncul istilah
proses berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking process yang mendukung proses
pembelajaran yang kompleks dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai