Anda di halaman 1dari 26

KERANGKA KERJA TPACK DAN PEMBELAJARAN ONLINE DALAM

BIOLOGI
MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Desain dan Strategi
Pembelajaran Biologi yang dibina Oleh Prof. Susriyati Mahanal, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 1
Adelina Rosidi (220341801932)
Imroatul Murodatusy Syajaroh (220341802228)
Rendy Fransisco (220341801852)
Wildan Sa’id Sonda Raistanto (220341810274)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
MALANG
OKTOBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran abad 21 ditandai dengan kemajuan teknologi yang begitu
pesat. Kemajuan tersebut juga berdampak pada dunia pendidikan khususnya
dalam hal pemanfaatan komputer dan internet sebagai media untuk belajar.
Dengan adanya komputer dan internet membuat peserta didik lebih mudah untuk
membuat tugas, menghemat waktu bahkan menambah sumber informasi sebagai
sumber belajar. Pembelajaran pada abad 21 mengintegrasikan berbagai perangkat
teknologi dalam melakukan seluruh rangkaian proses interaksi antara siswa dan
guru dengan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Teknologi berperan
aktif sebagai alat, proses, dan sekaligus sumber untuk belajar dan melaksanakan
pembelajaran. Maka, siswa dan guru pada abad 21 harus memiliki literasi
teknologi yang memada. Terlebih, para calon guru masa depan harus dipastikan
memiliki pengetahuan, keterampilan dan kompetensi teknologi yang baik, supaya
dapat mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran dengan efektif dan efisien.
Saat ini telah berkembang sebuah kerangka kerja pembelajaran yang
menggabungkan unsur-unsur teknologi, pedagogi dan pengetahuan konten, yang
dinamakan sebagai kerangka kerja Technological Pedagogical and Content
Knowledge (TPACK) Sebagai unsur dalam komponen Technological Pedagogical
Knowledge / TPK (Pengetahuan Teknologi Pedagogis) dari TPACK yang banyak
diimplementasikan adalah pembelajaran dengan metode e-learning dan blended
learning. Dalam kerangka kerja TPACK (Technological Pedagogical and Content
Knowledge), guru yang profesional dicirikan oleh penguasaan terhadap tiga basis
pengetahuan yaitu teknologi, pedagogi, dan konten, serta interaksi antara
basisbasis pengetahuan ini. Kerangka kerja TPACK memperkenalkan teknologi
dalam konteks pembelajaran yang dapat menumbuhkan hubungan dinamis antara
ketiga komponen tesebut (Koehler & Mishra, 2005). Teknologi pembelajaran ini
ditandai sebagai sesuatu yang jauh melampaui pengetahuan khusus berkaitan
dengan perangkat keras atau perangkat lunak. Impikasi bagi guru diantaranya
adalah adanya pengintegrasian teknologi dalam kegiatan pembelajaran sesuai
dengan konteks materi pembelajaran.
Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran dinyatakan Tim PLPG
Undiksha (2017) sebagai salah satu aspek kompetensi profesional yang harus
dimiliki oleh seorang guru dalam pengembangan diri mereka. Hal ini diperkuat
dengan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa
kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam, termasuk pengintegrasian teknologi dalam
pembelajaran. Dengan demikian, guru harus menyajikan materi pembelajaran
secara cermat dalam bentuk perencanaan yang kemudian dilaksanakan dalam
proses pembelajaran Konteks kompetensi profesional di atas salah satunya
mencakup pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Bramald & Higgins
(1999) menyatakan bahwa penambahan teknologi baru dapat meningkatkan
hubungan belajar mengajar, namun tidak serta merta akan bisa menggantikan
peranan guru secara keseluruhan. Pemanfaatan teknologi dapat dikemas dalam
bentuk media atau strategi dalam melaksanakan pembelajaran. Bila guru dalam
pemanfaatan teknologi mengembangkan strategi pembelajaran, berati bentuk
komunikasi dengan siswa dapat diperbarui. Pola pembelajaran juga dapat
diperkaya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut mengenai kerangka kerja
TPACK, bagaimana itu pembelajaran online (daring). Maka penulis menyusun
makalah yang berjudul “Kerangka Kerja TPACK dan Pembelajaran Online dalam
Biologi”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1) Apakah yang dimaksud dengan TPACK?
2) Bagaimana kerangka kerja TPACK dalam pembelajaran biologi?
3) Bagaimanakah pengukuran TPACK?
4) Bagaimanakah pengembangan TPACK?
5) Apa kelebihan dan kekurangan dari TPACK?
6) Bagaimana implementasi TPACK pada pembelajaran online biologi?

C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini yaitu:
1) Untuk mengetahui dan memahami definisi TPACK
2) Untuk mengetahui kerangka kerja TPACK dalam pembelajaran biologi
3) Untuk mengetahui pengukuran TPACK
4) Untuk mengetahui pengembangan TPACK?
5) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari TPACK?
6) Untuk mengetahui implementasi TPACK pada pembelajaran online biologi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Technological Pedagocal Content Knowledge (TPACK)


TPACK merupakan singkatan dari Technological Pedagogical and
Content Knowledge. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai pengetahuan
teknologi, pedagogi, dan isi. Technological Pedagocal Content Knowledge
disingkat TPACK (Technological Pedagogic Content Knowledge) merupakan
pembelajaran yang menggunakan penerapan gabungan system pendidikan yang
mengedepankan teknologi dan aplikasi (konten) tertentu dalam Pembelajaran.
Kerangka pengetahuan ini berasal dari konstruk Shulman (1986) tentang
Pedagogical Content Knowledge (PCK) (Rahayu, 2019). Shulman (1987)
berpendapat bahwa mempersiapkan guru atau calon guru dengan keterampilan
pedagogis umum dan pengetahuan materi pelajaran, seperti IPA, secara terpisah
kurang memadai. Sebagai gantinya adalah diperlukan landasan pengajaran yang
berada pada persinggungan antara konten materi pelajaran dan pedagogi. Seorang
guru IPA diharapkan memiliki PCK yang baik agar dapat melakukan proses
pembelajaran IPA yang effektif. Selanjutnya, pengembangan TPACK dari PCK
oleh guru sangat penting untuk dilakukan agar pengajaran dengan intergrasi
teknologi menjadi efektif. Seperti halnya dalam pengembangan PCK, calon guru
atau guru secara aktif mengkaji berbagai metode untuk mempersiapkan guru
mengajar dengan beragam teknologi
B. Kerangka Kerja Technological Pedagocal Content Knowledge (TPACK)
Inti dari kerangka kerja TPACK adalah adanya interaksi kompleks dari tiga
bentuk utama pengetahuan yaitu pengetahan konten. Pengetahuan pedagogi, dan
pengetahuan teknologi.
Hubungan-hubungan tersebut dapat tergambarkan pada gambar di bawah ini
Gambar 1. Kerangka TPACK dan Komponen Pengetahuan
(Sumber: http://TPACK.org/)
Dalam model kerangka TPACK dalam gambar 1 di atas, ada tiga komponen
pengetahuan guru yaitu materi bidang studi, pedagogi dan teknologi. Model ini
memiliki tiga interseksi yang sama penting yaitu interseksi antara badan
pengetahuan yang dinyatakan sebagai PCK (Pedagogical Content Knowledge),
TCK (Technological Content Knowledge), TPK (Technological Pedagogical
Knowledge), and TPACK (Technology, Pedagogy,And Content Knowledge).
a. Pengetahuan materi (Content Knowledge atau CK)
Pengetahuan materi (Content Knowledge atau CK) merupakan pengetahuan
guru tentang bidang studi yang dipelajari atau yang akan diajarkan kepada
siswa. Kedalaman dan keluasan konten bidang studi yang diajarkan di sekolah
menengah (SMP) akan berbeda dengan konten yang diajarkan di SMA atau di
perguruan tinggi. Pengetahuan materi bidang studi ini dapat berupa
pengetahuan tentang konsep, teori, gagasan, kerangka organisasi konsep,
bukti-bukti empiris, juga praktek dan pendekatan yang baku dalam
mengembangkan pengetahuan tersebut (Shulman, 1986). Pengetahuan dan
kharakteristik inkuiri antara bidang studi satu dengan yang lain bisa sangat
berbeda dan guru harus memahami dengan baik bidang studi yang akan
mereka ajarkan kepada siswa. Dalam bidang studi IPA misalnya, pengetahuan
guru mencakup fakta-fakta dan teori ilmiah, metode ilmiah dan penalaran
berbasis bukti empiris.
b. Pengetahuan Pedagogi (Pedagogical Knowledge atau PK)
Pengetahuan pedagogi (PK) merupakan pengetahuan guru tentang proses dan
praktek pembelajaran atau metode mengajar. PK juga mencakup pemahaman
guru tentang tujuan Pendidikan secara umum, pengetahuan tentang
kharakteristik pelajar, pengelolaan kelas, dan penilaian proses dan hasil
belajar. Guru yang memiliki pengetahuan pedagogi yang baik akan
memahami bagaimana siswa membangun pengetahuan dan memperoleh
keterampilan, serta bagaimana siswa mengembangkan habits of mind dan
sikap belajar yang positif. Untuk itu, guru memerlukan pengetahuan tentang
teori belajar kognitif dan sosial serta teori perkembangan peserta didik.
Sebagai ilustrasi, guru dapat membedakan berbagai pendekatan/strategi
pembelajaran.
c. Pengetahuan Teknologi (Technological Knoewledge atau TK)
Teori mediasi teknologi mengasumsikan bahwa baik guru dan teknologi
mengambil peran aktif dalam membentuk lingkungan belajar. Kebutuhan
teknologi diakui dan diaggap bermanfaat oleh guru. Selain itu, guru bisa
menggunakan teknologi dengan cara yang berbeda dengan desain awalnya
yang mungkin tidak diinginkan, namun teknologi itu dapat digunakan secara
kreatif. Guru membutuhkan pengetahuan yang baik tentang kemampuan
teknologi tertentu untuk membantu siswa dalam mempelajari topik tertentu
atau keterampilan dengan bantuan teknologi. Dari sudut pandang ini maka
pengetahuan teknologi tidak hanya mengacu pada keterampilan instrumental
yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sebuah teknologi tapi juga
menyiratkan pengetahuan tentang kemampuan teknologi untuk mencapai
tujuan pribadi dan professional (Jamieson-Proctor, Finger, & Albion, 2010).
d. Pengetahuan Pedagogi Konten Materi (Pedagogical Content Knowledge atau
PCK)
PCK adalah pertimbangan bagaimana caranya pengetahuan IPA
dirumuskan sedemikian rupa sehingga mudah diakses oleh siswa. Hasil-hasil
penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor yang memungkinkan guru
menjadi efektif adalah guru yang kaya PCK, yaitu sebuah perpaduan khusus
dari pengetahuan konten materi dengan pengetahuan pedagogi yang
terbanguns epanjang waktu dan pengalaman. Bentuk pengetahuan profesional
ini dicetuskan pertamakali oleh shulman (1987) yaitu khusus topik, unik bagi
guru, dan hanya dapat diperoleh melalui praktek. Konstruk akademik PCK
adalah pengakuan bahwa mengajar bukan sekedar memindahkan konsep dan
keterampilan dari guru kepada siswa saja tetapi merupakan aktivitas
pengambilan keputusan yang kompleks dan problematik.
Magnusson, Krajcik and Borko (1999) menjelaskan PCK sebagai
pengetahuan profesional guru terdiri dari lima komponen dan guru yang
berpengalaman akan menerapkan komponen tersebut:
1) Orientasi terhadap pengajaran (pengetahuan tentang konten materi bidang
studi dankeyakinan/pemahaman tentang materi tersebut serta bagaimana
mengajarkannya).
2) Pengetahuan tentang kurikulum (apa dan kapan mengajarnya).
3) Pengetahuan tentang asesmen (mengapa, apa, dan bagaimana menilai).
4) Pengetahuan tentang pemahaman siswa tentang konten bidang studi.
5) Pengetahuan tentang strategi pembelajaran.
e. Technological Pedagocal Content Knowledge disingkat TPACK
Model TPACK merupakan perluasan dari konsep PCK dengan
menambahkanteknologi sebagai tipe khusus pengetahuan guru. Menurut
Model TPACK dari Koehler and Mishra, ada tiga komponen utama
pengetahuan guru dalam model itu yaitu konten materi, teknologi dan
pedagogi. Secara sederhana TPACK dapat dideskripsikan sebagai
pengetahuan guru tentang kapan, dimana, dan bagaimana menggunakan
teknologi, sementara membimbing siswa dalam meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan mereka dalam bidang studi tertentu. Misalnya IPA, dengan
menggunakan pendekatan pedagogi yang memadai (Brantley-Dias & Ertmer,
2013).
Seperti halnya PCK, inti dari model TPACK dipahami sebagai
transformasi pengetahuan guru yang terdiri dari empat komponen PCK yang
mendukung pengajaran IPA dengan teknologi (Niess, 2005), yaitu:
1. Konsepsi menyeluruh tentang tujuan mengintegrasikan teknologi/ICT
dalam mengajarkan topik biologi tertentu. Komponen ini menjelaskan apa
yang diketahui dan diyakini tentang kharakteristik biologi, apa yang
penting bagi siswa untuk dipelajari dan bagaimana teknologi/ICTdapat
mendorong siswa dalam belajar biologi, merupakan landasan dalam
pengambilan keputusan guru.
2. Pengetahuan tentang pemahaman siswa, pikiran siswa, dan belajar materi
biologi dengan integrasi teknologi/ICT. Untuk komponen ini guru
bergantung dan bekerja dari pemahamandanpikiran siswa saat terlibat
dalam kegiatan belajar topik biologi tertentu dengan teknologi yang
memadai.
3. Pengetahuan tentang kurikulum biologi dan bahan ajar biologi yang
terintegrasi teknologi/ICT dalam pembelajaran topik biologi tertentu.
Terkait dengan komponen kurikulum, guru mengkaji dan menerapkan
berbagai macam teknologi/ICT. Melalui aktivitas ini, guru
mempertimbangkan bagaimana konsep dan proses pembelajaran biologi
dalam konteks lingkungan yang kaya teknologi disusun, distrukturisasi,
dan dinilai dalam kurikulum.
4. Pengetahuan tentang strategi pembelajaran dan representasi untuk
kegiatan pembelajaran topik biologi tertentu dengan teknologi/ICT.
Pengetahuan instruksional ini memfokuskan guru dalam mengadaptasi
pembelajarannya untuk membantu siswa dalam belajar teknologi tertentu
saat mereka belajar biologi dengan menggunakan teknologi tersebut.
Mereka menggunakan representasi tertentu dengan teknologi untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan kebutuhansiswa dalam kelas.
C. Pengukuran Technological Pedagocal Content Knowledge (TPACK)
Pengukuran TPACK merupakan aktivitas penilaian tingkat penguasaan
TPACK yang dilakukan menggunakan TPACK framework. Pengukuran ini lazim
dilakukan kepada para pendidik dan pelatihan seperti guru, dosen, tutor, instruktur,
dan lainnya dalam seting pendidikan formal, informal maupun non formal. Pada
pengukuran dilihat tingkat penguasaan TPACK seseorang dengan kaitannya dalam
kemampuan untuk dapat melakukan integrasi teknologi dalam belajar dan
pembelajaran yang dilakukan.
Setidaknya, terdapat 3 manfaat yang didapat ketika melakukan pengukuran
TPACK. Pertama, melalui pengukuran TPACK didapati profil penguasaan
TPACK yang dapat menggambarkan tingkat penguasaan pada setiap domain
pengetahuan. Kedua, pengukuran TPACK dapat menjadi refleksi dalam
penyelenggaraan pendidikan bagi calon guru. Ketiga, menentukan dampak
intervensi pembelajaran terkait integrasi teknologi yang diberikan kepada calon
guru ketika menempuh pendidikan guru.
Pengukuran Technological Pedagocal Content Knowledge (TPACK) guru
dapat dinilai dengan 5 level berbeda dengan menggunakan model Roger tentang
proses keputusan yang inovatif. Niess (2012) mendefinisikan level tersebut
sebagai berikut:
1) Recognizing (pengetahuan), dimana guru bisa menggunakan teknologi/ICT
dan mengenali keselarasan teknologi/ICT dengan konten namun tidak
mengintegrasikan teknologi dalampembelajaran mereka lakukan.
2) Accepting (persuasi), dimana guru membentuk sikap yang menguntungkan
atau tidak menuju pembelajaran konten dengan teknologi yang sesuai.
3) Adapting (keputusan), dimana guru terlibat dalam aktivitas yang mengarahkan
pilihanuntukmengadopsi atau menolak belajar biologi dengan teknologi/ICT
yang sesuai.
4) Exploring (implementasi), dimana guru secara aktif mengintegrasikan
pembelajaran biologi dengan teknologi/ICT yang sesuai.
5) Advancing (konfirmasi), dimana guru mengevaluasi hasil dari pengambilan
keputusan tentang mengintegrasikan pembelajaran IPA dengan teknologi
yang sesuai.

Pada umumnya, terdapat 5 cara yang dapat dilakukan untuk melakukan


pengukuran TPACK, yaitu selfreport-measure, open-ended questionnaire,
performance assessment, interview; dan observation. Metode pengukuran dipilih
salah satu atau menggabung beberapa metode tersebut. Konteks masing-masing
penelitian yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode pengukuran.
Adapun metode tersebut dipaparkan sebagai berikut.
1. Selfreport-measure: merupakan metode yang meminta responden untuk
memilih tingkat kesesuaian suatu penyataan dengan kondisi nyata yang terjadi
pada diri responden.
2. Open-ended questionnaire: merupakan metode yang berisi pertanyaan terbuka
ditujukan kepada responden untuk dapat dijawab secara tertulis.
3. Performance assessment: merupakan metode yang mengevaluasi tingkat
penguasaan TPACK berdasarkan penampilan langsung yang dilakukan oleh
responden.
4. Interview: merupakan metode yang berisi serangkaian pertanyaan yang
ditujukan kepada responden untuk dijawab secara lisan.
5. Observation: merupakan metode yang mengamati perubahan nyata yang terjadi
pada responden melalui perekaman video atau catatan lapangan.

Pengukuran TPACK harus spesifik pada satu konten tertentu. Tingkat


penguasaan TPACK secara keseluruhan sangat erat kaitannya dengan konten.
Maka, pengukurannya harus berfokus pada satu konten tertentu, misalkan
matematika, IPA, IPS, Bahasa, dan yang lainnya (Rahmadi, 2019).
Penggunaan metode pengukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
tujuan kedalaman pengukuran. Penggabungan beberapa metode pengukuran dapat
memperdalam sekaligus memperluas hasil yang didapatkan. Pengukuran TPACK
pada berbagai konten telah dilakukan oleh para peneliti di luar negeri pada
program studi bahasa inggris (Baser, Kopcha, & Ozden, 2016).
D. Pengembangan Technological Pedagocal Content Knowledge (TPACK)
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) fokus kepada
bagaimana teknologi bisa dibuat dengan khas untuk dihadapkan pada kebutuhan
pedagogis untuk mengajar konten yang tepat dalam konteks tertentu. Setiap unsur
dari bidang pengetahuan tersebut menggambarkan sebuah kebutuhan dan
pentingnya aspek tersebut dalam mengajar. Tetapi untuk pengajaran yang efektif
membutuhkan lebih dari setiap bagian tersebut. Untuk guru dengan Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK), pengetahuan teknologi, pedagogi, dan
konten disintesis dan digunakan untuk desain pengalaman belajar siswa.
Kerangka Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) juga
berfungsi sebagai sebuah teori dan konsep untuk peneliti dan pendidik dalam
mengukur kesiapan calon guru dan guru dalam mengajar secara efektif dengan
teknologi. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) berdampak
pada guru. Hal tersebut mengingat hubungan antara teknologi, pedagogi, dan
konten yang melekat. Oleh karena itu guru menghadapi tantangan besar dalam
pergeseran perubahan teknologi, pedagogi, materi pelajaran dan konteks kelas saat
ini.

Dari berbagai pendekatan pembelajaran, seorang pendidik guru seharusnya


lebih menekankan kepada bagaimana guru mengintegrasikan teknologi dalam
praktek pengajaran mereka. Pengembangan Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) seharusnya dimulai dengan berbagai teknologi sederhana
yang dikenal kemudian secara berangsur-angsur ditingkatkan kepada yang lebih
canggih. Adapun penelitian mengenai Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) telah dilakukan oleh Chai, Koh, & Tsai (2013). Penelitian
tersebut menelaah sekitar 74 literatur meliputi jurnal dan artikel yang terkait
dengan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK). Hasil
penelitian tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa guru memerlukan
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) untuk pembelajaran
efektif di kelas meskipun penelitian lebih mendalam mengenai Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) masih perlu dilakukan.
Kerangka Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)
memiliki dampak yang signifikan terhadap guru dan pendidik guru. Kerangka
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) mendeskripsikan
berbagai jenis pengetahuan yang guru butuhkan untuk mengajar secara efektif
dengan bantuan teknologi dan berbagai prsedur yang kompleks dalam bidang
interaksi pengetahuannya.
Upaya meningkatkan capaian pembelajaran siswa perlu ditingkatkan
tingkatan berpikirnya. Salah satunya dengan menerapkan konstruktur
keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan bagian dari berpikir tingkat
tinggi. Berpikir tingkat tinggi atau lebih dikenal dengan nama higher order
thinking skills (HOTS) merupakan wilayah berpikir dalam tataran menganalisis,
mensintesis dan mengevaluasi dalam struktur taksonomi Bloom. Keterampilan
berpikir kritis perlu dikembangkan dalam diri siswa karena melalui keterampilan
berpikir kritis siswa dapat lebih mudah memahami konsep, mampu menerapkan
konsep pada situasi yang berbeda serta lebih peka terhadap masalah-masalah.
Tinio (2003) menyatakan bahwa salah satu keterampilan yang dibutuhkan
untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang adalah keterampilan
berpikir kritis (critical thinking). Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan
mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan masalah secara kreatif dan
berpikir logis sehingga menghasilkan pertimbangan dan keputusan yang tepat
(Wahyuni, 2011: 1). Menurut Elder dan Paul (1997: 34) berpikir kritis adalah
kemampuan siswa dalam berpikir dan bertanggung jawab atas pemikiran mereka
sendiri. Selama ini guru lebih cenderung mengejar target kurikulum dengan
menyelesaikan seluruh materi dari pada memberikan cara berpikir kepada siswa
untuk belajar, untuk mencapai keterampilan tersebut dibutuhkan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi sifat koligatif larutan ini, maka dipilih
model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning, PBL).
Model PBL merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Model PBL adalah model pembelajaran yang dapat menantang siswa untuk
menghadapi masalah dari konteks dunia nyata yang tidak jelas. Hal ini memotivasi
dan menantang siswa untuk belajar dan berpikir dalam menyelesaikan
permasalahannya dan merupakan model pembelajaran yang menyenangkan bagi
siswa (Norman dan Schmidt, 2000; 723). Penelitian dari Saeed dan Rousta (2013)
menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Kegiatan pemecahan masalah
memberikan efek yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Di lain sisi, kehadiran TIK pada saat ini memegang peranan penting pada
setiap aspek kehidupan termasuk dalam pembelajaran. Alessi, et al (2001) dalam
Sutrisno (2011:3) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis TIK memiliki banyak
keunggulan, seperti penggunaan waktu yang menjadi lebih efektif, bahan materi
pelajaran menjadi bisa lebih mudah diakses, menarik, dan murah biayanya. Di
samping itu, peserta belajar dapat belajar dengan lebih percaya diri sesuai dengan
caranya sendiri, serta peserta belajar lebih banyak memiliki kesempatan
bereksplorasi karena termotivasi dengan hadirnya TIK dalam proses pembelajaran.
Pada awal perkembangannya, guru dalam mengajar diwajibkan menguasai
aspek materi pelajaran dan aspek pedagogi saja, tetapi sekarang guru juga harus
mengikuti perkembangan teknologi. Untuk itu, pengintegrasian antara materi,
pedagogi dan teknologi sangat dibutuhkan. Di negara-negara maju, integrasi
teknologi, pedagogi dan konten dalam bentuk perangkat pembelajaran berbasis
Technology, Pedagogy, and Content Knowledge (TPACK) yang dipelopori oleh
Misrah (Sutrisno, 2012:101) sebagai solusi kreatif yang dikembangkan dalam
pembelajaran. TPACK merupakan suatu integrasi antara teknologi, materi dan
pedagogi yang berinteraksi satu sama lain untuk menghasilkan pembelajaran
berbasis TIK.
Peran teknologi, pedagogi dan materi pembelajaran materi biologi untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan model PBL dapat
diintegrasikan dalam perangkat pembelajaran berbasis TPACK. Perangkat
pembelajaran berbasis TPACK dikembangkan sebagai solusi dari permasalahan
yang dihadapi terkait materi. Dengan pengintegrasian teknologi yang berupa
aplikasi laboratorium virtual, program simulasi, dan video yang sesuai dengan
materi diharapkan dapat membuat konsep yang abstrak menjadi lebih konkrit
sehingga siswa lebih memahami konsep secara mendalam dan indikator-indikator
dapat tercapai dengan maksimal dan tidak terjadi miskonsepsi. Selain itu, dengan
adanya aplikasi laboratorium virtual dapat membantu siswa dalam melakukan
praktikum. Model pembelajaran berbasis masalah dikemas dalam pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Model
pembelajaran berbasis masalah berfokus pada penyajian masalah, yang kemudian
siswa diminta mencari pemecahan permasalahan tersebut melalui pengamatan
dengan bantuan teknologi yang sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari.
E. Kelebihan dan Kekurangan Technological Pedagocal Content Knowledge
(TPACK)
Tuntutan pembelajaran pada abad 21 yaitu belajar yang berfokus kepada
materi memang penting, namun fokus kepada pengembangan keterampilan belajar
menjadi lebih penting. Menurut Rifa (2021:29) Pembelajaran abad 21 berfokus
pada student center dengan tujuan untuk memberikan peserta didik keterampilan
berpikir diantara lain: (1) berpikir kritis, (2) memecahkan masalah, (3)
metakognisi, (4) berkomunikasi, (5) berkolaborasi, (6) inovasi dan kreatif, (7)
literasi informasi. Oleh sebab itu diharapkan pendidikan dapat menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang teknologi informasi dan juga
aspek kemanusiaan karena pembelajaran abad 21 lebih mengintegrasikan terhadap
pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Nevrita dalam jurnal penelitiannya (2020: 214) Guru telah
memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi namun baru pada tahapan
teknologi sederhana. Media yang banyak dimanfaatkan dan didesain berupa
powerpoint dan diikuti media berbasis teknologi lainnya. Alasan dan
pertimbangan guru dalam memilih media tersebut antara lain, (1) mudah untuk
dikembangkan/didesain maupun diakses melalui internet, (2) belum memiliki
kemampuan yang memadai dan keahlian khusus untuk mendesain media
pembelajaran berbasis teknologi yang lebih bervariasi, (3) media tersebut dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Media konvensional tidak lagi menjadi
pilihan favorit dalam pembelajaran. Mengatasi keterbatasan media di laboratorium
guru perlu memanfaatkan laboratorium virtual dalam pembelajaran. Respon siswa
sebagai hasil evaluasi dapat dijadikan pertimbangan guru melakukan refleksi
terhadap media pembelajaran. Untuk meningkatkan kemampuan TPACK guru
melalui media pembelajaran maka guru harus terus berlatih dan belajar
memanfaatkan maupun mendesain media pembelajaran terbaru dan terkini yang
cocok dengan materi dan tujuan pembelajaran. Adapun kelebihan TPACK dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan pemahaman siswa melalui keterlibatan teknologi.
Dengan pemanfaatan pembelajaran berbasis teknologi. TPACK mengonsep
pembelajaran sedemikian rupa agar berjalan dengan memanfaatkan akses
teknologi dalam proses pembelajaran di ruang kelas. Dalam format
pembelajaran berbasis teknologi TPACK menitik beratkan pemanfaatan
media pembelajaran dalam proses implementasinya. Pembelajaran berbasis
TPACK diharapkan dapat diaplikasikan secara utuh apabila guru telah
memahami dan menguasai kompetensi TPACK pada media pembelajaran
sehingga dapat menjadikan hasil belajar siswa yang lebih baik dan mutu
pendidikan bisa lebih ditingkatkan.
2. Meningkatkan keterampilan guru dalam mengolaborasikan teknologi dalam
pembelajaran.
TPACK tersusun atas komponen pengetahuan teknologi (TK), pengetahuan
pedagogis (PK) dan pengetahuan konten (CK). Dari ketiga komponen
tersebut, TPACK melahirkan beberapa kecakapan guru yang relevan dengan
abad 21 antara lain: CK (Content Knowledge), PK (Pedagogical Knowledge),
TK (Technological Knowledge), TPK (Technological Pedagogial
Knowledge), PCK (Pedagogical Content Knowledge), TCK (Technological
Content Knowledge), dan TPACK (Technological Pedagogical Content
Knowledge). Dari masing-masing kecakapan-kecakapan tersebut diharapkan
guru dapat mengintegrasikan antara pengetahuan konten, pedagogi, dan
teknologi dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan asesmennya sebagai
bentuk aktualisasi pembelajaran dalam abad 21.
3. Peserta didik mendapatkan tantangan baru dalam proses belajarnya.
Pemanfaatan media pembelajaran adalah akses yang strategis untuk
menumbuhkan animo siswa dalam mengikuti pembelajaran. Media
pembelajaran yang berisikan konten dan fitur yang interaktif dapat
memperkecil kejenuhan siswa sehingga siswa dapat termotivasi untuk
mempelajari dan berdiskusi terkait konten yang diajarkan dalam
pembelajaran. Tantangan baru yang juga dilahirkan dalam penerapan media
pembelajaran yang interaktif ini adalah ruang kolaborasi antara guru dan
siswa, dengan menganalisis dan menyintesis konten dalam media
pembelajaran tersebut, diharapkan ruang kelas dapat menjadi lebih aktif,
kondusif dan siswa dapat memperoleh materi secara utuh.
4. Konten pembelajaran yang rumit bisa disederhanakan dengan bantuan
teknologi.
Dengan pembelajaran berbasis teknologi konten pembelajaran dapat
disederhanakan namun tetap padat dan berbobot. Konten pembelajaran
berisikan materi esensial yang memuat point penting yang sesuai dengan
tujuan dan capaian mata pelajaran (KI dan KD). Serta tersusun atas materi
yang runtut dan konstruktif agar siswa dapat mempelajari materi dengan
mudah. Pembelajaran berbasis teknologi tentunya dapat memudahkan hal
tersebut, disamping fleksibilitas dalam penggunaannya, teknologi
memudahkan pengguna dalam mengakses konten dalam media pembelajaran.
5. Bisa membantu guru dalam mencapai tujuan pengembangan kompetensi.
TPACK dapat membantu guru dalam mencapai tujuan pengembangan
kompetensi. Dalam proses pembuatan media pembelajaran, tentunya guru
menganalisis hal apa saja yang menjadi pertimbangan dalam pembuatan
media. Melalui proses tersebut guru dapat mengeksplorasi segala tantangan
dan hambatan yang menjadi pertimbangan sehingga dapat
mempertimbangkan hal-hal apa saja yang sesuai untuk diaplikasikan dalam
perumusan konten, pedagogi dan teknologi. Output dari hasil tersebut, guru
dapat menghasilkan media pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan
kondisi lingkungan belajar terkait perencanaan, pelaksanaan dan asesmennya.
Melalui proses ini, diharapkan guru dapat menerapkan dan mengembangkan
empat kompetensi guru (profesional, pedagogi, sosial, dan kepribadian) yang
sesuai dengan nilai-nilai pembelajaran abad 21.
Sementara itu, kekurangan TPACK adalah sebagai berikut.
1. Membutuhkan infrastruktur tambahan, berupa penyediaan perangkat
teknologi.
Tentunya dalam penerapan pembelajaran berbasis teknologi dibutuhkan
sarana dan prasaran yang menunjang dalam proses pembelajaran tersebut.
Apabila infrastruktur tidak dapat terpenuhi akhirnya pembelajaran berbasis
teknologi tersebut tidak akan tersampaikan secara utuh. Seperti halnya,
proyektor yang menjadi sarana dalam memvisualisasikan ilustrasi dan
demonstrasi di kelas. Juga ketersediaan koneksi internet dalam jaringan
sekolah yang memungkin menggunakan media pembelajaran yang berbasis
online dapat dilakukan.
2. Jika guru tidak bisa mengawasi peserta didiknya dengan cermat, teknologi
rentan disalahgunakan.
Fungsi guru dari kontrol sebagai pembatasan akses teknologi adalah penting.
Guna memperhatikan akses siswa dalam proses pembelajaran. Fungsi guru
sebagai kontrol siswa dalam memanfaatkan teknologi adalah memberi
pengarahan dan pendampingan. Agar siswa tetap berkonsentrasi dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran yang diharapkan dapat berjalan sesuai
capaian pembelajaran yang dikehendaki.
3. Bagi peserta didik yang masih gagap teknologi, bisa tertinggal dengan
temannya yang mahir teknologi.
Dalam mencapai proses pembelajaran berbasis teknologi, kualitas peserta
didik dan pendidik menjadi penentu tercapainya pembelajaran yang utuh.
Pendidik dan peserta didik harus mempunyai kecakapan dalam mengakses
setiap konten dan pedagogi dalam pembelajaran berbasis teknologi sebagai
input. Output dari hal tersebut, pendidik dan peserta didik dapat melaksanakan
pembelajaran yang utuh dan bermakna, dengan terlaksananya tujuan dan
capaian pembelajaran yang diharapkan. Apabila guru mendapati beberapa
siswa yang masih gagap teknologi, disinilah fungsi dan tantangan bagi guru
agar pembelajaran berbasis teknologi dapat seragam dilaksanakan, tanpa
terdapat siswa yang tertinggal dalam mengikuti konten materi pembelajaran
tersebut.
4. Akses internet yang belum merata bisa meningkatkan kesenjangan kualitas
pendidikan.
Akses internet merupakan nyawa bagi media pembelajaran yang
membutuhkan koneksi internet saat mengaksesnya. Tentunya apabila koneksi
internet tidak tersedia dalam jaringan sekolah atau jaringan pribadi
pembelajaran berbasis teknologi yang membutuhkan koneksi internet tidak
dapat terlaksana secara utuh. Untuk mengatasi hal tersebut, sebagai solusinya
guru dapat menggunakan media pembelajaran offline yang tidak memerlukan
koneksi internet saat mengaksesnya.
5. Jika guru belum begitu mahir menggunakan teknologi, maka waktu guru
tersebut bisa tersita hanya untuk fokus pada pemahaman teknologinya.
Salah satu tercapainya pembelajaran berbasis teknologi apabila input dari
pendidik dan peserta didik telah terpenuhi, salah satunya kecakapan dalam
mengakses teknologi. Ini adalah hal yang esensial disamping ketersediaan
sarana prasarana yang menunjang pembelajaran. apabila input tersebut belum
dapat terpenuhi maka pada proses outputnya (ketercapaian tujuan
pembelajaran) tidak dapat berjalan secara sempurna.
F. Implementasi Technological Pedagocal Content Knowledge (TPACK) dalam
Pembelajaran Biologi
Perkembangan teknologi utamannya dalam pendidikan setiap harinya
berkembang secara dinamis. Teknologi sebagai inovasi selalu memiliki
keterandalan dalam inovasi dan pengembangannya guna mendukung dunia yang
semakin fleksibel dan bergerak maju. Dalam pembelajaran biologi terdapat peran
penting teknologi dalam menunjang pembelajaran di kelas, teknologi ini tentunya
memudahkan peserta didik untuk mengkonsepsi dan mengabstraksi sebuah materi
guna menciptakan kompetensi dan kecakapan yang dikehendaki oleh abad 21.
Berikut adalah beberapa contoh implentasi TPACK dalam pembelajaran online
biologi:
1. Laboratorium Virtual
a. Rumah Belajar (https://vlab.belajar.kemdikbud.go.id/)
Laboratorium Virtual Rumah Belajar adalah Portal pembelajaran yang
dikembangkan oleh Kemendikbud yang menyediakan bahan belajar serta
fasilitas komunikasi yang mendukung interaksi antar komunitas. Dengan
menggunakan Rumah Belajar, kita dapat belajar di mana saja dan
mengilustrasikan secara rinci setiap demontrasi/praktikum pada konten sains
IPA, Fisika, Kimia dan Biologi dalam jenjang SMP hingga SMA.
b. 3D Biology+ (Aplikasi Android)
3D Biology+ merupakan laboratorium virtual yang memvisualisasikan
bentuk bakteri, dan benda – benda mikroskopis lainnya. Laboratorium
Virtual ini memberi pengalaman kepada khalayak umum untuk melihat lebih
dekat struktur benda dengan skala kecil hingga besar dengan menggunakan
fitur 3D yang akan memudahkan penggunanya untuk menganalisis dan
mempelajari benda yang sedang dilihatnya. Setiap bagian dari benda yang
dilihat diberi warna yang berbeda sehingga memudahkan untuk mengetahui
nama bagian serta fungsi pada bagian tersebut.
2. Learning Management System
a. Google Clasroom
Google Classroom merupakan salah satu aplikasi pembelajaran
campuran secara online yang dapat di pergunakan oleh guru sampai
siswa dengan gratis tanpa adanya batasan dan anggota yang mengakses.
Fitur google classroom sangat banyak seperti upload materi, kuis, sampai
dengan penugasan ke siswa.
b. Moodle
Berdasarkan konsep utama yang diusung oleh Moodle, dapat dikatakan
bahwa Moodlememiliki keunggulan pedagogiskarena pembelajaran yang
mengintegrasikan Moodle akan menekankan pada pemberian fasilitas
kepada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan melalui pembelajaran
aktif, interaktif, dan pengalaman.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. TPACK (Technological Pedagogic Content Knowledge) merupakan
pembelajaran yang menggunakan penerapan gabungan system pendidikan
yang mengedepankan teknologi dan aplikasi (konten) tertentu dalam
Pembelajaran.
2. Inti dari kerangka kerja TPACK adalah adanya interaksi kompleks dari tiga
bentuk utama pengetahuan yaitu pengetahan konten. Pengetahuan pedagogi,
dan pengetahuan teknologi.
3. Pengukuran Technological Pedagocal Content Knowledge (TPACK) guru
dapat dinilai dengan 5 level berbeda yaitu Recognizing (pengetahuan),
Accepting (persuasi), Adapting (keputusan), Exploring (implementasi), dan
Advancing (konfirmasi).
4. Metode pengukuran TPACK terdiri dari: Selfreport-measure, Open-ended
questionnaire, Performance assessment, Interview dan Observation:
5. Peran teknologi, pedagogi dan materi pembelajaran sifat koligatif larutan
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan model
PBL dapat diintegrasikan dalam perangkat pembelajaran berbasis TPACK.
6. Kelebihan TPACK antara lain: meningkatkan pemahaman siswa melalui
keterlibatan teknologi, meningkatkan keterampilan guru dalam
mengolaborasikan teknologi dalam pembelajaran, peserta didik mendapatkan
tantangan baru dalam proses belajarnya, konten pembelajaran yang rumit bisa
disederhanakan dengan bantuan teknologi, dan bisa membantu guru dalam
mencapai tujuan pengembangan kompetensi
7. Kekurangan TPACK antara lain: Membutuhkan infrastruktur tambahan,
berupa penyediaan perangkat teknologi, Jika guru tidak bisa mengawasi
peserta didiknya dengan cermat, teknologi rentan disalahgunakan, Bagi
peserta didik yang masih gagap teknologi, bisa tertinggal dengan temannya
yang mahir teknologi, Akses internet yang belum merata bisa meningkatkan
kesenjangan kualitas Pendidikan, Jika guru belum begitu mahir menggunakan
teknologi, maka waktu guru tersebut bisa tersita hanya untuk fokus pada
pemahaman teknologinya
8. Implementasi TPACK dalam pembelajaran biologi yaitu berupa laboratorium
virtual dan learning management system.

1) SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Bramald, R., & Higgins, S. 1999. Mathematics, ICT and Effective Teaching. Making
The Difference: Proceedings of The Twenty-Second Annual Conference of The
Mathematics Education Research Group of Australasia (MERGA), 91–98.

Brantley-Dias, L., & Ertmer, P. A. (2013). Goldilocks and TPACK: Is the Construct
‘Just Right?’ Journal of Research on Technology in Education, 46(2), 103–128.

Elder, L., & Paul, R. 1997. Critical thinking: Crucial distinctions for questioning,
Journal of Developmental Education, 21(2), 33-37.

Jamieson-Proctor, R., Finger, G., & Albion, P. 2010. Auditing the TK and TPACK
Confidenceof Pre-Service Teachers: Are They Ready for The Profession?
Australian Educational Computing, 25(1), 8–17.

Koehler, M. J., & Mishra. (2005). What Happens When Teachers Design Educational
Technology? The Development of Technological Pedagogical Content
Knowledge. Educational Computing Research.

Koehler, M.J., & Mishra, P. 2008. Introducing TPCK. In AACTE Committee on


Innovation And Technology (Ed.), The handbook of Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPCK) for Educators (pp. 3-29). New York,
NY: Routledge.

Magnusson, S., Krajcik, J., & Borko, H. 1999. Nature, Sources, and Development of
Pedagogical Content Knowledge for Science Teaching. In J. Gess-Newsome &
N.G. Lederman (Eds.), Examining Pedagogical Content Knowledge: The
Construct and its Implications for Science Education (pp. 95–132). Boston,
MA: Kluwer

Nevrita, Asikin. Nurul, Amelia T. Analisis Kompetensi TPACK Pada Media


Pembelajaran Guru Biologi SMA. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia
(Indonesian Journal of Science Education). Vol. 8, No. 2, hlm. 203-217, 2020.
https://doi.org/10.24815/jpsi.v8i2.16709.

Niess, M. L. 2005. Preparing Teachers to Teach Science and Mathematics with


Technology: Developinga Technology Pedagogical Content Knowledge.
Teaching and Teacher Education, 21(5), 509-523. doi:
10.1016/j.tate.2005.03.006.
Norman, G., & Schmidt, H. 2000. Effectiveness of problem based learning
curricula: Theory, practice and paper darts. Medical Education, 34, 721-728.

Rahayu, S. (2019). Technological Pedagogical Content Knowledge ( TPACK ):


Integrasi ICT dalam Pembelajaran IPA Abad 21. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan IPA IX, October 2017, 1–14.
Rahmadi, I. F. (2019). Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK):
Kerangka Pengetahuan Guru Abad 21. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan,
6(1), 65.
Rifa H. M., Sekar N. F. A., Febyana C., & Rizal Z. M. (2021). Pentingnya
Keterampilan Belajar di Abad 21 sebagai Tuntutan dalam Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Lectura: Jurnal Pendidikan, 12(1), 29-40.
https://doi.org/10.31849/lectura.v12i1.581.

Saeed, S, J, G., and Rousta, S, N. 2013. The Effect of Problem-based Learning on


Critical Thinking Ability of Iranian EFL Students, Journal of Academic and
Applied Studies (Special Issue on Applied Linguistics), 3(7): 1-14.

Shulman, L. 1986. Those Who Understand: Knowledge Growth in Teaching.


Educational Researcher, 15 (2), 4–14.

Shulman, L. 1987. Knowledge and Teaching: Foundations of The New Reform.


Harvard Educational Review, 57 (1), 1–22.

Sutrisno., 2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi dan


Komunikasi. Jakarta: Gaung Persada.

Tinio, V., L. 2003. ICT in Education.

Anda mungkin juga menyukai