Penyusun
Ratih Al Sabbah, S.Kom
Gambar1.Kerangka TPACK
(Reproducedbypermissionofthepublisher,©2012by tpack.org)
Dengan kata lain, dalam kerangka TPACK, interaksi antar 3 komponen (konten, pedagogi,
teknologi) sangat kompleks danmencakup pemahaman mengenai representasi konsep
menggunakan teknologi, teknik-teknik pedagogi yang menerapkan teknologi secara
konstruktifuntukmengajarkankontendenganberbagaicarasesuaikebutuhanbelajarsiswa,
pengetahuan tentang apa yang membuat suatu konsep sulit atau mudah dipelajari dan
bagaimana teknologi dapat membantu mengatasi tantangan konseptual tersebut, pengetahuan
tentang pemahaman siswa terhadap hal-hal terkait konten yang sebelumnya pernah dipelajari,
serta pengetahuan mengenai bagaimana teknologi dapat dipergunakan untuk membangun
pemahaman baru atau mengembangkan pemahaman sebelumnya (Mishra & Koehler, 2008).
TPACKmenjadipengetahuanyangdibutuhkanguruuntukmengintegrasikanteknologi dalam
pembelajaran dalam berbagai bidang. Guru dianjurkan untuk memiliki pengetahuandan
pemahamanatas setiap komponen, dan juga kaitan antar komponen di atas agar dapat
mengorkestrasidanmengkoordinasiteknologi,pedagogidankontendalamsetiap pembelajaran (Spector
et.al, 2014).
Bagaimanamenyiasatiketiadaanteknologi?
SemuakemampuanmengoperasikantoolsTIK(perangkatkerasmaupunaplikasi)diperlukan oleh
guru walaupun ia mengajar secara unplugged, karena tanpa pernah mengoperasikan perangkat,
tidak mudah bagi guru untukmemaknai proses penggunaan perangkat. Oleh karena itu sangat
disarankan bagi guruuntuk belajar secara mandiridari tutorialyang banyak tersedia dalam
berbagai format. Belajar mandiri dimungkinkan karena teknologi informasidan
komunikasiyangmakinmaju,baikitu gawai, komputer,perangkat lunak,juga diimbangi dengan
semakin mudahnya pemakaian teknologi tersebut. Jika memungkinkan, guru berlatih dengan
menggunakan 1 atau 2 perangkat TIK. Sekolah dapat mengusahakan perangkat terkait untuk
mendukung guru meningkatkan kompetensinya.
MiskonsepsiTentangTPACK
SekalipunTPACKsudahdikenaldikalanganparaguru,beberapapenelitianmenemukan
adanyamiskonsepsipengertianTPACK.SalahsatunyaadalahNisadkk(2022)yangmelakukan
studiterhadapgurupra-jabatanbidangBahasa InggristentangTPACKdiCiamis menemukan
bahwapadasaatmengimplementasikanTPACK,respondenlebihfokuspadaelementeknologi
ketimbang pada elemen lainnya (konsep dan pedagogi). Selain penelitian tersebut,banyak
artikeljurnalberbahasaIndonesiayangdapatdiaksesdiinternet,jugamenuliskantentang
TPACKsebagaipemanfaatanTIKuntukprosespembelajarandanbukannyamenekankanpada
kompetensi guru. Kompetensi guru khususnya guru informatikaterkait TPACK, khususnya
konten, pedagogi dan teknologi menjadi peluang untuk dijadikan penelitian.
Dieradigitalini,dengansemakinintensifnyapenggunaanTIKuntukmendukung proses
pembelajaran terutama di masa pandemi Covid dimana sekolah terpaksa menjalankan
pembelajaran jarak jauh, miskonsepsi ini makin potensial untukterjadi.Miskonsepsi ini lebih
berpotensilagiterjadipadagurumatapelajaranInformatika,yangbelumdapatmembedakan antara
Informatika dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)dan menganggap bahwa Informatika
identik dengan komputer, sehingga informatika harus diajarkan dengan komputer.
Archambault & Crippen (2009) yang melakukan penelitian terhadap guru daring pada
sekolah dasar hingga menengah (K-12) di USA menegaskan bahwa pengajaran yang baik
mestinyatidakhanyamenambahkanteknologikedalamdomainpengajarandankontenyang ada.
Sebaliknya, pengenalan teknologi menyebabkan representasi konsep baru dan membutuhkan
pengembangan kepekaan terhadap hubungan transaksional yang dinamis antara ketiga
komponen yang disarankan oleh kerangka kerja TPACK.
KnowledgeofEducationalTechnologyberbedadenganTPACK,dimanakerangkaTPACK
menekankan interaksi antara konten, pedagogi, dan teknologi—memperlakukan pengetahuan
teknologi sebagai hal yang terpisah tetapi berinteraksi dengan semua bentuk lain dari
pengetahuan guru. Sebaliknya, Knowledge of Educational Technologymemperlakukan
pemahaman terintegrasi mengajar dengan teknologi sebagian besar dapat
dimengertimenggunakan kerangka pengetahuan guru yang diusulkan Shulman (1986).
TechnologicalContentKnowledgeadalahkerangkateoritisyangdidefinisikansebagai irisanantara
teknologi dan konten (Slough & Connell, 2006). Salah satu contoh TCK yaitu visualisasi yang
dihasilkan oleh komputer. Visualisasi iniadalah irisan antara teknologi dan konten yang
menawarkan cara baru membangun pemahaman saintifik.
TechnologicalContentKnowledgeberbedadarikerangkakerjaTPACKdimanakerangka
kerjaTPACKmengkonseptualisasikanteknologisebagairanahpengetahuanyangterpisahdari konten
maupun pedagogi dan berfokus pada bidang yang tumpang tindih antara tiga ranah
pengetahuan tersebut.
ElectronicPedagogicalContentKnowledge (ePCK)berbedadarikerangkaTPACKkarenaePCK
menekankan praktik pedagogis khusus untuk pendidikan teknologi ketimbang
mengkonseptualisasikan teknologi sebagai ranah pengetahuan yang berbeda.
TechnologicalPedagogicalContentKnowledge-Web(TPCK-W)terdiridarikomponenkonten
danpedagogidalamTPACK,danmenggantikomponenteknologisecaraumumdenganWorld
WideWeb(Lee&Tsai,2010).TPCK-
WmerupakanperluasandarikerangkakerjaShulman’s( 1986)dankerangkakerjaTPACK(MishraandK
oehler,2006).SebuahcontohTPCK-Wadalah kemampuan untuk memilih Web-based courses yang
tepat untuk membantu pembelajaran.
Perancangan Pembelajaran HOTS dan TPACK pada Mata
Pelajaran Informatika
Dalam perancangan proses pembelajaran, kita mengenal istilah Capaian Pembelajaran
(CP), dan untuk dapat merancang pembelajaran yang mengimplementasikan TPACK, guru perlu
memulai dari Capaian Pembelajaran (CP) pada fasenya. Dalam kurikulum merdeka CP
adalahkompetensipembelajaranyangharusdicapaiyangdibagimenjadibeberapafaseyang
setiapfasenyaselama1-3tahun.Berbedadengankurikulumsebelumnya,CPdalamkurikulum
merdeka disajikan dalam sebuah paragraf yang di dalamnya terdapat pengetahuan,
keterampilandansikap.SetelahmengidentifikasiCP,selanjutnyadibedahuntukmenentukan materi
dan kemudian diturunkan menjadi Tujuan Pembelajaran (TP). TP dapat dikemas menjadi unit
tematik berbasis aktivitas. TP yang dirangkai dengan urutan tertentu untuk mencapai CP akan
membentuk Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Guru dapat menyusun ATP
sesuaikreativitasmasing-masingdenganmemperhatikan kontekssiswadansekolahnyaagar dapat
secara efektif mencapai CP pada fase tersebut.
Dari segi pembelajaran Informatika, karena disiplin ilmuInformatika merupakan gabungan antara
sains, teknik dan engineering, maka penggunaan teknologi, khususnya internet dan
perangkat(tools)berbasiskomputermenjadipentinguntukpenyampaianmateri(pedagogi).
Namundemikian,TIKyangdipakaisebagaialatbantupembelajaran,jugadipelajarikonsepnya sebagai
bagian dari Informatika. TIK selain digunakan untuk proses pembelajaran, juga menjadi materi
ajar (bukan hanya memakai saja). Unik bukan? Mungkin ada yang mempertanyakan mengapa
harus belajar TIK dan aplikasi. Bukankah semua orang bisa memakai TIK, aplikasi,
mengoperasikan gawai tanpa belajar? Benar bahwa TIK dan aplikasi
mudahdigunakankarenajustrukonsepinformatikaditerapkanuntukmenghasilkanproduk- produk
yang semakin mudah digunakan, semakin tinggi kinerjanya (memori makin besar, prosesor
semakin cepat), atau semakin fitur dan kegunaannya.
TerkaitTPACK,beragamteknologiyangdapatdanbanyakdipakaidalampembelajaran,
khususnya pembelajaran Informatika. Ingat bahwa untuk mendukung proses pembelajaran,
bukan hanya teknologi (khususnya TIK) berupa perangkat dan paket aplikasi yang digunakan
untuk penyampaian materi saja melainkan jugauntuk aktifitas-aktifitasterkait pembelajaran
lainnya.
PenggunaTIKyanghanyaterbiasamemakaiHP,termasukpenggunayangtidakmemiliki
latarbelakangilmuinformatika,mungkinhanyaterpakupadaperangkatyangdipakai,bahkan saat
mengklik ikon tidak menyadari bahwa ikon tidak lain adalah representasi aplikasi di
handphone.Selain itu, pengguna mungkin tidak menyadari bahwa sebetulnya penggunaan TIK
mempunyai konteks yaitu infrastruktur. Ada pula pengguna yang masih memiliki pemikiran
bahwa praktikum harus dilakukan di laboratorium padahal zaman sekarang batas antara
laboratorium dengan kelas sesungguhnya sudah hilang.
Oleh karena itu, penggunaan TIK disarankan untuk dikelompokkan sesuai dengan lapisan bawang
yang dikenal dalam onion ring model atau onion
model(https://en.wikipedia.org/wiki/Onion_model) pada sistem komputer sebagai berikut :
1. Infrastrukturnon-komputer:ruanglaboratoriumkomputerdanperlengkapannya.
2. Infrastruktursistemkomputer:jaringaninternet,server.
3. Perangkatkeras(hardware):handphone,smartphone,gawai,tablet,laptop,PCyang
dipelajari,komputer mini, mainframe, server atau komputer lainnya.
4. Perangkatlunak(software)yangdapatdibedakanmenjadi:
● SistemOperasi:Android,Linux,Windows,dsb.
● Perangkatlunakpemrograman:Python,C,Java dsb.
● Perangkatlunakaplikasi:pengolahkata,pengolahlembarkerja,pengolah bahan presentasi,
peramban internet, dsb.
ProsesAsesmenPembelajaranHOTS
Assessment pembelajaran merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur tingkat
keberhasilanpembelajaranyangsudahdilakukan.Dalamhalini,prosespengukurandilakukan dengan
menggunakan indikator keberhasilan pembelajaran yang sudah kita susun sebelumnya yang
termuat dalam tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran HOTS, kita sudah memastikan bahwa tujuan pembelajaran sudah
berbasis HOTS dengan mempertimbangkan level kognitif sesuai dengan taksonomi bloom.
Selanjutnya tugas kita adalah menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam proses
assessment pembelajaran. Jika tujuan kita adalah mencapai pembelajaran HOTS maka alat ukur
yang digunakan juga harus dapat mengukur kemampuan HOTS. Selanjutnya bagaimana
merancang alat ukur tersebut?
Dalam proses assessment pembelajaran, alat ukur yang biasanya digunakan untuk
mengukurkeberhasilanpembelajaran adalahberupapertanyaan-pertanyaan ataukumpulan soal
yang disusun berdasarkan indikator yang tertuang dalam tujuan pembelajaran. Seperti
yangkitapahami,dalampembelajaranHOTS,bukanhanyapenguasaanmateriajaryangingin dicapai
namun juga kemampuan HOTS peserta didik. Oleh karena itu, soal ataupun pertanyaan yang
akan digunakan dalam kegiatan assessment, selain mampu mengukur pengetahuan ataupun
penguasaan materi yang disampaikan dalam pembelajaran, harus mampu juga mengukur
kemampuan HOTS peserta didik.
Untuk mempermudah menyusun soal yang dapat mengukur kemampuan HOTS, maka
kitaperlumemahamiterlebihdahulukemampuanHOTSyangsepertiapayangakankitaukur. Sesuai
pada bahasan sebelumnya, bahwa ada 3 fungsi utama dari HOTS yaitu as transfer knowledge, as
problem solver, as critical and creative thinking. Berdasarkan ketiga fungsi HOTS tersebut, maka
kita dapat menyimpulkan setidaknya terdapat tiga kemampuan yang perlu diukur, yaitu
kemampuan melakukan analisis, kemampuan berpikir logis dan kemampuan memecahkan
masalah (Brookhart, Susan M. 2010). Untuk mempermudah
merancangsoalyangdapatmengukurketigakemampuantersebut,selanjutkanakaN dijelaskan dan
diilustrasikan secara sederhana strategi yang dapat kita lakukan untuk merancang soal berbasis
HOTS.
|20