Anda di halaman 1dari 20

RESUME

PENERAPAN HOTS DAN TPACK DALAM PEMBELAJARAN


INFORMATIKA

Penyusun
Ratih Al Sabbah, S.Kom

SMP PGRI 1 SAMBOJA


Konsep dan Ruang Lingkup HOTS
Menurut jenjang taksonomi Bloom, dalam proses pembelajaran, keterampilan yang
digunakan untuk mengidentifikasi proses tingkat tinggi, secara mendasar dibagi menjadi dua
bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat rendah, yaitu mengingat (remembering),
memahami (understanding), dan menerapkan (applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan
ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis (analyzing),
mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating).
A. SebagaiTransferof Knowledge
Tujuan pembelajaran ini adalah agar siswa dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi di kehidupan akademik maupun kehidupan nyata, termasuk
mampu untuk menciptakan solusi baru untuk menyelesaikan masalah yang mereka definisikan
sendiri atau yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.Kondisi“being able tothink” setelah
prosespembelajaran HOTS pada fungsi ini adalah kondisi jika siswa dapat menyelesaikan masalah
dan bekerja secara kreatif. Contoh pembelajaran HOTS as problem solving adalah siswa diminta
untuk mengidentifikasi bagaimana cara yang paling efektif untuk melakukan edukasi untuk
mencegah bullying
B. SebagaiProblem Solving
Tujuan pembelajaran ini adalah agar siswa dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi di kehidupan akademik maupun kehidupan nyata, termasuk
mampu untuk menciptakan solusi baru untuk menyelesaikan masalah yang mereka definisikan
sendiri atau yang ditemui dalam kehidupansehari-
hari.Kondisi“beingabletothink”setelahprosespembelajaranHOTS pada fungsi ini adalah kondisi
jika siswa dapat menyelesaikan masalah dan bekerja secara kreatif. Contoh pembelajaran HOTS
as problem solving adalah siswa diminta untuk mengidentifikasi bagaimana cara yang paling
efektif untuk melakukan edukasi untuk mencegah bullying.
C. SebagaiCriticalThinkingandCreative Thinking
Criticalthinkingadalahkemampuanmelakukanpenalarandanberpikirreflektif
untukfokusdalammemutuskanapayangdiyakiniatauyangakandilakukan(Noriss& Ennis, 1989).
Dalam hal ini siswa dapat dikatakan “being able to think” jika setelah proses pembelajaran HOTS,
siswa mampu untukmelakukan penilaian yang bijak atau
menghasilkankritikyangmemilikiargumen.Tujuanpembelajaran highorderthinking as critical
adalah mengajarkan siswa untuk melakukan penalaran, merenung dan
membuatkeputusanyangtepat.ContohHOTS ascriticalandcreativethinking adalah siswa diminta
untuk mengevaluasi dan mengestimasi akibat dari berbagai kebijakan sekolah terkait
penggunaan gadget di sekolah.
Taksonomi Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran Berbasis HOTS
Untuk dapat meningkatkan kemampuan HOTs pada peserta didik maka seorang guru harus
dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang didesain untuk
peningkatankemampuanHOTsdenganterlebihdahulumerancangtujuanpembelajaranyang
disesuaikan dengan kemampuan yang ingin dicapai tersebut selama proses pembelajaran.
Sebelum merancang tujuan tersebut, kita perlu memahami terlebih dahulu taksonomi
pembelajaran yang akan menjadi dasar dalam perancangan tujuan pembelajaran.
Untuk menentukan Terdapat empat dimensi pengetahuan dalam taksonomi revisi seperti yang
dijelaskan Heer 2012 yaitu:
(1) Pengetahuan Faktual, yang berisi elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa jika
merekaakanmempelajarisuatudisiplinilmuataumenyelesaikanmasalah dalamdisiplin ilmu
tersebut. Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua subjenis yaitu pengetahuan tentang
terminologi; dan pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik
(2) PengetahuanKonseptual,yangmencakuppengetahuantentangkategori, klasifikasi,dan hubungan
antara dua atau lebih kategori pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan
konseptual meliputi skema, model, mental, dan teori yang merepresentasikan
pengetahuanmanusia tentang bagaimana suatu materi kajian ditata
dandistrukturkan,bagaimanabagian-bagianinformasisalingberkaitansecarasistematis, dan
bagaimana bagian-bagian ini berfungsi bersama
(3) PengetahuanProsedural, merupakanpengetahuantentangcara melakukan sesuatudan
mencakuptentangketerampilan,algoritma,teknik,danmetode,yangkemudiandisebut prosedur
(Ferguson-Hessler, 1996; Dochy dan Alexander, 1995)
(4) Pengetahuan Metakognitif, merupakan pengetahuan tentang strategi-strategi belajar, berpikir,
pemecahan masalah, pengetahuan kontekstual dan kondisional, pengetahuan tentang kekuatan,
kelemahan, minat, bakat, motivasi dalam kaitannya dengan kognisi dan belajar.
Apaitu PCK dan TPACK
Pembelajaran di sekolah dipengaruhi paling tidak oleh beberapa faktor PEMAHAMAN
TENTANG TPACK yang saling terkait yaitu sistem pendidikan yang menjadi kebijakan
pemerintah, harapan dan tuntutan masyarakat, serta pengetahuan, keyakinan, sikap, dan
keterampilan dari guru.Dari sisi guru, hal mendasar yang berpengaruh besar dalam
pembelajaran adalah keyakinan guru terhadap makna mengajar.
Dalam kontekstersebut,Mishra&Koehler(2008)memperkenalkan istilahTechnological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK) yang didefinisikan sebagai suatu cara berpikir tentang
pengetahuan yang perlu dikuasai guruuntuk mengintegrasikan teknologi secara efektif di kelas.
TPACK mencakup komponen pengetahuan konten, pedagogi, dan teknologi, serta pemahaman
interaksi kompleks antara komponen pengetahuan ini. Gambar 1 berikut ini mengilustrasikan
kerangka TPACK.

Gambar1.Kerangka TPACK
(Reproducedbypermissionofthepublisher,©2012by tpack.org)

Kerangka TPACK dibangun berdasar 3 komponen pengetahuanyaitu:

 Pengetahuantentangkonten/ContentKnowledge(CK):pengetahuanguruterhadap konsep atau


materi pelajaran yang menjadi tanggung jawab guru.
 Pengetahuantentangpedagogi/PedagogicalKnowledge(PK):pengetahuangurutentang berbagai
praktik instruksional, strategi, dan metode pembelajaran.
 Pengetahuantentangteknologi/TechnologyKnowledge (TK): pengetahuan gurutentang teknologi
tradisional dan teknologi baru yang dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum.

Kaitan Antar Komponen TPACK


Menurut Koehler dkk. (Spector et.al, 2014), ketiga pengetahuan yang diuraikan di atas
berinteraksi,membatasi,danmempengaruhisatusamalain,sehinggamembentukempat
komponen yang merupakan interseksi/irisan dari 3 pengetahuan di atas. Berikut ini adalah
penjelasankeempatkomponentersebutsepertiditulisolehKoehlerdkk(Spectoret.al,2014):

● Pengetahuan Konten Teknologi / Technological Content Knowledge (TCK): pengetahuan


gurutentang hubungan timbal balik antara teknologi dan konten. Disiplin ilmu sering
didefinisikan dan dibatasi oleh teknologi dan kemampuan teknologi dalam berfungsi maupun
merepresentasikan sesuatu hal.
● PengetahuanKontenPedagogis/PedagogicalContentKnowledge(PCK):pengetahuangurumengenai
bagaimana suatu topik, masalah, atau isu tertentu dikelola,
direpresentasikan,dandisesuaikandenganminatdankemampuanpesertadidikyang beragam, dan
disajikan sebagai instruksi (Shulman, 1986).
● Pengetahuan Pedagogis Teknologi / Technological Pedagogical Knowledge (TPK): pengetahuan
gurumengenai bagaimana teknologi dapat membatasi dan mempengaruhi praktik pedagogis
tertentu.
● Pengetahuan Konten Pedagogi Teknologi / Technological Pedagogical Content
Knowledge(TPACK):pengetahuangurutentangrelasiyangkompleksantarateknologi, pedagogi, dan
konten, yang memungkinkan guru menyusun strategi pembelajaran yang memadai dan sesuai
konteks.

Dengan kata lain, dalam kerangka TPACK, interaksi antar 3 komponen (konten, pedagogi,
teknologi) sangat kompleks danmencakup pemahaman mengenai representasi konsep
menggunakan teknologi, teknik-teknik pedagogi yang menerapkan teknologi secara
konstruktifuntukmengajarkankontendenganberbagaicarasesuaikebutuhanbelajarsiswa,
pengetahuan tentang apa yang membuat suatu konsep sulit atau mudah dipelajari dan
bagaimana teknologi dapat membantu mengatasi tantangan konseptual tersebut, pengetahuan
tentang pemahaman siswa terhadap hal-hal terkait konten yang sebelumnya pernah dipelajari,
serta pengetahuan mengenai bagaimana teknologi dapat dipergunakan untuk membangun
pemahaman baru atau mengembangkan pemahaman sebelumnya (Mishra & Koehler, 2008).

TPACKmenjadipengetahuanyangdibutuhkanguruuntukmengintegrasikanteknologi dalam
pembelajaran dalam berbagai bidang. Guru dianjurkan untuk memiliki pengetahuandan
pemahamanatas setiap komponen, dan juga kaitan antar komponen di atas agar dapat
mengorkestrasidanmengkoordinasiteknologi,pedagogidankontendalamsetiap pembelajaran (Spector
et.al, 2014).

KompetensiGurudi Bidang Pedagogi


Kompetensi pedagogik secara umum telah dibekalkan kepada calon guru dalam program
pelatihan prajabatan. Pedagogi mengajar informatika yang perlu dikuasai guru tergantung pada
pendekatan tematik pada aktivitas yang dilakukan, dan pedagogi perlu dikaitkan dengan materi
dan kondisi peserta didik beserta lingkungannya.Secara umum kompetensi guru dalam bidang
pedagogi mencakup beberpa hal diantaranya:
1. Kemampuanguruuntukmerancangpembelajaran.Dalamperancanganmembelajaran Guru
tentunya harus sudah menguasai bagaimana menyampaikan pembelajaran berbasis aktivitas
secara umum (misal PBL, PjBL dan sebagainya). Selain itu konsep HOTS juga akan menjadi
pengetahuan yang penting bagi guru ketika merancang pembelajaran. Kompetensi guru lainnya
dalam bidang.
2. Penguasaan model pembelajaran selain penting dimiliki oleh guru ketika proses perancangan
pembelajaran, tentunya guru juga harus memiliki keterampilan untuk
melaksanakanpembelajaransesuaidenganmetodepembelajaranyangcocokdengan konten materi
dan peserta didik.
3. Pengelolaankelasyangefektifakanmenjadikuncipentingdalamprosespembelajaran untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang kondisif. Hal ini termasuk pada mendisiplinkan siswa,
memberikan pengarahan yang jelas dan menciptakan suasana yang mendukung proses
pembelajaran yang positif.
4. PemahamantentangEvaluasiPembelajaranpentingdikuasiolehguru,dimulaiproses merancang dan
menerapkan tes, tugas, dan penilaian lainnya yang relevan dan adil.
5. Guru perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangan siswa mereka. Ini termasuk merespons perubahan dalam kurikulum, teknologi,
atau metode pengajaran.
6. Guru perlu memiliki kemampuan komunikasi efektif dengan siswa, orang tua, dan rekan guru
adalah penting. Guru perlu dapat menjelaskan konsep dengan jelas dan mendengarkan dengan
baik.
7. Guru perlu berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan mereka melalui pelatihan dan
pendidikan berkelanjutan. Bidang pendidikan terus berkembang, dan guru perlu tetap terkini.
8. Memahami kebutuhan, minat, dan kekhawatiran siswa adalah penting dikuasai oleh
gurusehinggadapatmembantumerekadalammerancangpengalamanpembelajaran yang sesuai.
9. Guru harus dapat memotivasi siswa untuk belajar dan meraih potensi mereka. Ini melibatkan
pemberianumpanbalikpositif,memberikantantangan,danmenciptakan lingkungan yang
mendukung.

Kompetensi Guru diBidang Teknologi


AD hanya memerlukan aplikasi pengolah lembar kerja(spreadsheet)
perhitunganyangbersifatumum.Sedangkanteknologiyangbersifatkhususterbataskepada:
1. AP yang membutuhkan compiler/interpreter dan IDE (Integrated Development Environment)
yang saat ini bahkan tidak perlu diinstal karena dapat dipakai secara online; jika koneksi internet
bermasalah, ada versi yang dapat diunduh aplikasinya menjadi aplikasi lokal. Sebagai catatan,
IDE bahasa berbasis blok yang ditargetkan untuk fase D memang dibuatagar mudahdigunakan.
Bahasa berbasis blok ini juga banyak digunakan di kurikulum negara maju untuk siswa SD yang
sudah memiliki literasi TIK.
2. PLB,jika guru Informatika merencanakan menantang siswanya menggunakan kit
elektronika/edukasi atau lainnya. Banyak kit elektronika dan kit edukasi yang sudah disesuaikan
dengan anak-anak dan bisa diprogram menggunakan bahasa pemrograman visual berbasis blok
yang saat ini sudah masuk dalam kurikulum dasar
danmenengah.Kitelektronikasepertiitudapatditemukandenganmudahdiinternet dengan kata
kunci “electronic kits to learn programming”. Berbagai pilihan bahasa pemrograman visual untuk
anak jugadapat dicari dengan memakai kata kunci “visual
programmingforkids”.Robotyangmudahdiprogramjugabanyaktersediadipasaran dengan harga
terjangkau.
Karena informatika dapat diterapkan secara plugged atau unplugged:
1. Untuk plugged, menguasai pengoperasian dan pemanfaatan teknologi yang akan
dipakaiuntukmerancang,memproduksidanmenyampaikanprosespembelajaran.Jikagurusudahme
nguasaikonsepmakatinggalmelakukanpraktikum yang sama dengan yang dilakukan siswanya.
2. Untuk merancang (bukan hanya memakai yang ada) aktivitas unplugged, sebaiknya guru sudah
pernah mencoba versi yang plugged khususnya untuk AP, AD dan TIK.
JikaTIKtidaktersedia:
1. Guru perlu memahami unplugged terlebih dahulu dari contoh yang ada. Jika akan menerapkan
cara unplugged, diperlukan kompetensi penguasaan konsep.
2. Guru memahami bahwa tanpa jaringan internet, pembelajaran mata pelajaran informatika dapat
dijalankan dengan perangkat yang tidak terkoneksi internet, misalnya dengan menginstalasi
aplikasi pendukung ke perangkat keras yang tersedia.

Bagaimanamenyiasatiketiadaanteknologi?

SemuakemampuanmengoperasikantoolsTIK(perangkatkerasmaupunaplikasi)diperlukan oleh
guru walaupun ia mengajar secara unplugged, karena tanpa pernah mengoperasikan perangkat,
tidak mudah bagi guru untukmemaknai proses penggunaan perangkat. Oleh karena itu sangat
disarankan bagi guruuntuk belajar secara mandiridari tutorialyang banyak tersedia dalam
berbagai format. Belajar mandiri dimungkinkan karena teknologi informasidan
komunikasiyangmakinmaju,baikitu gawai, komputer,perangkat lunak,juga diimbangi dengan
semakin mudahnya pemakaian teknologi tersebut. Jika memungkinkan, guru berlatih dengan
menggunakan 1 atau 2 perangkat TIK. Sekolah dapat mengusahakan perangkat terkait untuk
mendukung guru meningkatkan kompetensinya.

MiskonsepsiTentangTPACK
SekalipunTPACKsudahdikenaldikalanganparaguru,beberapapenelitianmenemukan
adanyamiskonsepsipengertianTPACK.SalahsatunyaadalahNisadkk(2022)yangmelakukan
studiterhadapgurupra-jabatanbidangBahasa InggristentangTPACKdiCiamis menemukan
bahwapadasaatmengimplementasikanTPACK,respondenlebihfokuspadaelementeknologi
ketimbang pada elemen lainnya (konsep dan pedagogi). Selain penelitian tersebut,banyak
artikeljurnalberbahasaIndonesiayangdapatdiaksesdiinternet,jugamenuliskantentang
TPACKsebagaipemanfaatanTIKuntukprosespembelajarandanbukannyamenekankanpada
kompetensi guru. Kompetensi guru khususnya guru informatikaterkait TPACK, khususnya
konten, pedagogi dan teknologi menjadi peluang untuk dijadikan penelitian.

Dieradigitalini,dengansemakinintensifnyapenggunaanTIKuntukmendukung proses
pembelajaran terutama di masa pandemi Covid dimana sekolah terpaksa menjalankan
pembelajaran jarak jauh, miskonsepsi ini makin potensial untukterjadi.Miskonsepsi ini lebih
berpotensilagiterjadipadagurumatapelajaranInformatika,yangbelumdapatmembedakan antara
Informatika dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)dan menganggap bahwa Informatika
identik dengan komputer, sehingga informatika harus diajarkan dengan komputer.

Archambault & Crippen (2009) yang melakukan penelitian terhadap guru daring pada
sekolah dasar hingga menengah (K-12) di USA menegaskan bahwa pengajaran yang baik
mestinyatidakhanyamenambahkanteknologikedalamdomainpengajarandankontenyang ada.
Sebaliknya, pengenalan teknologi menyebabkan representasi konsep baru dan membutuhkan
pengembangan kepekaan terhadap hubungan transaksional yang dinamis antara ketiga
komponen yang disarankan oleh kerangka kerja TPACK.

Selain beberapa temuan miskonsepsi di atas,terdapat beberapa pendekatan serupa TPACK


yang terkadang dikaburkan dengan beberapa pendekatan lain yaitu ICT - Related Pedagogical
Content Knowledge (ICT-Related PCK); Knowledge of Educational Technology; Technological
Content Knowledge; Electronic Pedagogical Content Knowledge (ePCK); dan Technological
Pedagogical Content Knowledge - Web (TPCK-W). Sekalipun masing-masing pendekatan memiliki
sedikit perbedaan, namun pada dasarnya semua pendekatan menyepakati bahwa guru memiliki
pengetahuan tentang kemampuan dan kendala dari teknologi baru untuk transformasi konten
dan pedagogi (Spector et.al, 2014).

Dalampaparan inidiuraikan sedikit tentang perbedaan TPACKdenganbeberapapendekatan yang


lain.

ICT-Related PCK berbeda dari TPACK karena mengkonseptualisasikan integrasi teknologi ke


dalam pengajaran seperti yang terjadi dalam ranah PCK, dan membutuhkan tambahan tipe
pengetahuandalamPCK.SedangkankerangkaTPACKmenganggappengetahuantentang
teknologi sebagai badan pengetahuan (body of knowledge) sendiri (Gambar. 1), yang
berinteraksi dengan badan pengetahuan lain (CK, PK, dan PCK) untuk membentuk jenis
pengetahuan baru.

KnowledgeofEducationalTechnologyberbedadenganTPACK,dimanakerangkaTPACK
menekankan interaksi antara konten, pedagogi, dan teknologi—memperlakukan pengetahuan
teknologi sebagai hal yang terpisah tetapi berinteraksi dengan semua bentuk lain dari
pengetahuan guru. Sebaliknya, Knowledge of Educational Technologymemperlakukan
pemahaman terintegrasi mengajar dengan teknologi sebagian besar dapat
dimengertimenggunakan kerangka pengetahuan guru yang diusulkan Shulman (1986).

TechnologicalContentKnowledgeadalahkerangkateoritisyangdidefinisikansebagai irisanantara
teknologi dan konten (Slough & Connell, 2006). Salah satu contoh TCK yaitu visualisasi yang
dihasilkan oleh komputer. Visualisasi iniadalah irisan antara teknologi dan konten yang
menawarkan cara baru membangun pemahaman saintifik.

TechnologicalContentKnowledgeberbedadarikerangkakerjaTPACKdimanakerangka
kerjaTPACKmengkonseptualisasikanteknologisebagairanahpengetahuanyangterpisahdari konten
maupun pedagogi dan berfokus pada bidang yang tumpang tindih antara tiga ranah
pengetahuan tersebut.

ElectronicPedagogicalContentKnowledge (ePCK)berbedadarikerangkaTPACKkarenaePCK
menekankan praktik pedagogis khusus untuk pendidikan teknologi ketimbang
mengkonseptualisasikan teknologi sebagai ranah pengetahuan yang berbeda.

TechnologicalPedagogicalContentKnowledge-Web(TPCK-W)terdiridarikomponenkonten
danpedagogidalamTPACK,danmenggantikomponenteknologisecaraumumdenganWorld
WideWeb(Lee&Tsai,2010).TPCK-
WmerupakanperluasandarikerangkakerjaShulman’s( 1986)dankerangkakerjaTPACK(MishraandK
oehler,2006).SebuahcontohTPCK-Wadalah kemampuan untuk memilih Web-based courses yang
tepat untuk membantu pembelajaran.
Perancangan Pembelajaran HOTS dan TPACK pada Mata
Pelajaran Informatika
Dalam perancangan proses pembelajaran, kita mengenal istilah Capaian Pembelajaran
(CP), dan untuk dapat merancang pembelajaran yang mengimplementasikan TPACK, guru perlu
memulai dari Capaian Pembelajaran (CP) pada fasenya. Dalam kurikulum merdeka CP
adalahkompetensipembelajaranyangharusdicapaiyangdibagimenjadibeberapafaseyang
setiapfasenyaselama1-3tahun.Berbedadengankurikulumsebelumnya,CPdalamkurikulum
merdeka disajikan dalam sebuah paragraf yang di dalamnya terdapat pengetahuan,
keterampilandansikap.SetelahmengidentifikasiCP,selanjutnyadibedahuntukmenentukan materi
dan kemudian diturunkan menjadi Tujuan Pembelajaran (TP). TP dapat dikemas menjadi unit
tematik berbasis aktivitas. TP yang dirangkai dengan urutan tertentu untuk mencapai CP akan
membentuk Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Guru dapat menyusun ATP
sesuaikreativitasmasing-masingdenganmemperhatikan kontekssiswadansekolahnyaagar dapat
secara efektif mencapai CP pada fase tersebut.

Model Pembelajaran Berbasis HOTS


Untuk mendukung pembelajaran tersebut, terdapat tiga model pembelajaran berbasis
saintifik yaitu model Pembelajaran Pengungkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning);
model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning) dan model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project-based Learning) dan merupakan contoh model pembelajaran berbasis
HOTs. Hal ini diperkuat oleh
(Wulandari,Riska,2021)bahwakarakteristikpembelajaranabad21adalahintegratif,holistik,
saintifik,Kontekstual,tematik,efektif,Kolaboratif,danberpusatpadasiswa.Sementara
model pembelajarannya adalah Discovery Learning, Cooperative Learning, Collaborative
Learning, Contextual Learning, Problem Based Learning, and Project-Based Learning.
Demikian juga Higher Order Thinking Skills merupakan kemampuan berpikir yang meliputi
berpikir kritis, berpikir logis, berpikir reflektif, berpikir metakognitif, dan berpikir kreatif
(King,Goodson,&Rohani,2004).Melaluipembelajaran berbasisproyek, kemampuan siswa untuk
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta ditingkatkan (M Lukitasari, ett all, 2018). Melalui
pendapat tersebut, dapat ditemukan hubungan yang kuat antara model pembelajaran dengan
penentuan materi dan proses berbasis HOTs. Sebagai contoh, jika model pembelajaran yang
dipilih adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based
Learning),makajikatidakpadamateridenganmencermatikatakerjaoperasionalmakapada proses
akan berbasis HOTS.
Demikian dalam dalam SK Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan,
secara rasional proses pembelajaran Informatika berpusat pada peserta didik (student- centered
learning) dengan prinsip pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry-based learning),
pembelajaranberbasismasalah(problem-basedlearning),danpembelajaranberbasisproyek (project
based learning).
Penerapan Teknologi untuk Pembelajaran Informatika
PadaTPACKsecaraumum,komponen“T”(Teknologi)yangcocokperludipetakanuntuk
mendukung proses pembelajaran (pedagogi) dan juga mendukung materi yang diajarkan.

Dari segi pembelajaran Informatika, karena disiplin ilmuInformatika merupakan gabungan antara
sains, teknik dan engineering, maka penggunaan teknologi, khususnya internet dan
perangkat(tools)berbasiskomputermenjadipentinguntukpenyampaianmateri(pedagogi).
Namundemikian,TIKyangdipakaisebagaialatbantupembelajaran,jugadipelajarikonsepnya sebagai
bagian dari Informatika. TIK selain digunakan untuk proses pembelajaran, juga menjadi materi
ajar (bukan hanya memakai saja). Unik bukan? Mungkin ada yang mempertanyakan mengapa
harus belajar TIK dan aplikasi. Bukankah semua orang bisa memakai TIK, aplikasi,
mengoperasikan gawai tanpa belajar? Benar bahwa TIK dan aplikasi
mudahdigunakankarenajustrukonsepinformatikaditerapkanuntukmenghasilkanproduk- produk
yang semakin mudah digunakan, semakin tinggi kinerjanya (memori makin besar, prosesor
semakin cepat), atau semakin fitur dan kegunaannya.

TerkaitTPACK,beragamteknologiyangdapatdanbanyakdipakaidalampembelajaran,
khususnya pembelajaran Informatika. Ingat bahwa untuk mendukung proses pembelajaran,
bukan hanya teknologi (khususnya TIK) berupa perangkat dan paket aplikasi yang digunakan
untuk penyampaian materi saja melainkan jugauntuk aktifitas-aktifitasterkait pembelajaran
lainnya.

PenggunaTIKyanghanyaterbiasamemakaiHP,termasukpenggunayangtidakmemiliki
latarbelakangilmuinformatika,mungkinhanyaterpakupadaperangkatyangdipakai,bahkan saat
mengklik ikon tidak menyadari bahwa ikon tidak lain adalah representasi aplikasi di
handphone.Selain itu, pengguna mungkin tidak menyadari bahwa sebetulnya penggunaan TIK
mempunyai konteks yaitu infrastruktur. Ada pula pengguna yang masih memiliki pemikiran
bahwa praktikum harus dilakukan di laboratorium padahal zaman sekarang batas antara
laboratorium dengan kelas sesungguhnya sudah hilang.
Oleh karena itu, penggunaan TIK disarankan untuk dikelompokkan sesuai dengan lapisan bawang
yang dikenal dalam onion ring model atau onion
model(https://en.wikipedia.org/wiki/Onion_model) pada sistem komputer sebagai berikut :
1. Infrastrukturnon-komputer:ruanglaboratoriumkomputerdanperlengkapannya.
2. Infrastruktursistemkomputer:jaringaninternet,server.
3. Perangkatkeras(hardware):handphone,smartphone,gawai,tablet,laptop,PCyang
dipelajari,komputer mini, mainframe, server atau komputer lainnya.
4. Perangkatlunak(software)yangdapatdibedakanmenjadi:
● SistemOperasi:Android,Linux,Windows,dsb.
● Perangkatlunakpemrograman:Python,C,Java dsb.
● Perangkatlunakaplikasi:pengolahkata,pengolahlembarkerja,pengolah bahan presentasi,
peramban internet, dsb.

ProsesAsesmenPembelajaranHOTS
Assessment pembelajaran merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur tingkat
keberhasilanpembelajaranyangsudahdilakukan.Dalamhalini,prosespengukurandilakukan dengan
menggunakan indikator keberhasilan pembelajaran yang sudah kita susun sebelumnya yang
termuat dalam tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran HOTS, kita sudah memastikan bahwa tujuan pembelajaran sudah
berbasis HOTS dengan mempertimbangkan level kognitif sesuai dengan taksonomi bloom.
Selanjutnya tugas kita adalah menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam proses
assessment pembelajaran. Jika tujuan kita adalah mencapai pembelajaran HOTS maka alat ukur
yang digunakan juga harus dapat mengukur kemampuan HOTS. Selanjutnya bagaimana
merancang alat ukur tersebut?
Dalam proses assessment pembelajaran, alat ukur yang biasanya digunakan untuk
mengukurkeberhasilanpembelajaran adalahberupapertanyaan-pertanyaan ataukumpulan soal
yang disusun berdasarkan indikator yang tertuang dalam tujuan pembelajaran. Seperti
yangkitapahami,dalampembelajaranHOTS,bukanhanyapenguasaanmateriajaryangingin dicapai
namun juga kemampuan HOTS peserta didik. Oleh karena itu, soal ataupun pertanyaan yang
akan digunakan dalam kegiatan assessment, selain mampu mengukur pengetahuan ataupun
penguasaan materi yang disampaikan dalam pembelajaran, harus mampu juga mengukur
kemampuan HOTS peserta didik.
Untuk mempermudah menyusun soal yang dapat mengukur kemampuan HOTS, maka
kitaperlumemahamiterlebihdahulukemampuanHOTSyangsepertiapayangakankitaukur. Sesuai
pada bahasan sebelumnya, bahwa ada 3 fungsi utama dari HOTS yaitu as transfer knowledge, as
problem solver, as critical and creative thinking. Berdasarkan ketiga fungsi HOTS tersebut, maka
kita dapat menyimpulkan setidaknya terdapat tiga kemampuan yang perlu diukur, yaitu
kemampuan melakukan analisis, kemampuan berpikir logis dan kemampuan memecahkan
masalah (Brookhart, Susan M. 2010). Untuk mempermudah
merancangsoalyangdapatmengukurketigakemampuantersebut,selanjutkanakaN dijelaskan dan
diilustrasikan secara sederhana strategi yang dapat kita lakukan untuk merancang soal berbasis
HOTS.
|20

Anda mungkin juga menyukai